BABn TINJAUAN PUSTAKA Tininutin Vmum Q$tercus gemelttflora Bi Quercus gemelliflora Bi mempunyai beberapa nama daerah antara lain yaitu pasang hilis, pasang jambe, mempening, karamayo batu, madang tahi ulat (google.com) dan di Kabupaten Kuantan Singing! timibuhan ini disebut dengan modang pantau (Eryanti a/a/., 2006). Klasifikasi tumbuhan Quercus gemelliflora Bi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheonta Superdivisio : Spermatophyta , , Divisio : Magnoliophyta ; Kelas : Magnoliopsida Sub-kelas : Hamamelidae Ordo : Fagelas Familia : Fagaceae Genus : Quercus Gambar 1. Quercus gemelliflora Bi Spesies : Quercus gemelliflora Bi Spesies Quercus gemelliflora atau (modang pantau) merupakan jenis pohon oak di Sumatra. Terminal kuncup berbentuk skala berderet, garis tepi daun berbentuk spiral bergigi. Pohonnya bisa mencapai tinggi 30 meter. 2.1. (www.rimbimdahan.orft/—/fagaceae/index-htm) 2.2. Tinjauan Umam Famili Fagaceae Famili Fagaceae merupakan tumbuhan berkayu dengan daun tunggal dengan stipula yang mudah gugur. Bunganya berkelamin tunggal, dengan benang sari daiam bunga majemuk menyerupai bunga iada, dan kepala putik bergerombol. Bunga betina dengan balcal buah yang tenggelam, beruang 3 dan mempunyai tenda bunga berbilang 6. Buah kering, sering kali terdapat dalam suatu badan yang menyerupai piala, yang dinamakan kupula, oleh karena itu Fagaceae sering juga dinamaltan Cupuiiferae (Tjitrosoepomo, 1994). Famili 3 Fagaceae, meliputi sekitar 900 spesies dari pohon-pohon hijau dan semak belukar yang berganti daun setiap tahun, yang ditandai oleh gugumya daun-daun tua dan tumbuh daun muda pada tangkai, daun-daunnya sering berlekuk. Tumbuhan famili Fagaceae yang terkenal adalah pohon oak, jenis Quercus, buah biasanya berisi satu benih dan kebanyakan buah pohon oak berbentuk piala (www.wikipedia/fagaceae). Famili Fagaceae banyak mengandung senyawa alkaloid, proantosianidin, sianidin dan delpinidin. Selain mengandung alkaloid, famili tersebut juga banyak mengandung senyawa Flavonol, kaempferol, quersetin, mirisetin dan asam ellageat (www.google/fagaceae). 23. Senyawa Kimia dari Famili Fagaceae Karioti at al., (2009) berhasil mengisolasi dua senyawa proantosianidin glikosida dari ektrak polar daun tumbuhan Querelas ilex (Fagaceae) yaitu : afzelesin-(4a-8)-katesin-3-0-glukosida (1), afzelesin-(4a-8)-katcsiin-3-0rhamnosida (2). HO (2) 0) Nicmetz dan Gross (2005), berhasil menemukan delapan senyawa dari golongan gallotannin dan ellagitannin dari tumbuhan Quercus robur, syn. Quercus pedunculata (Fagaceae) yaitu: asam galat (3) 1-o-gaIoil-b-Dglukopiranosa (b-glukogallin) (4) 1,2,3,4,6-penta-o-galloil-b-D-glukopiranosa (5) 2-o-digalloil-l,3,4,6-tetra-o-galloil-b-D-glukopiranosa (6) meta-digalloil (7) 4 tellimagrandin II (8) asam 3,4,5,30,40,50-heksahidroksidipenat (9) asam elageat (10). (9) (10) Tahun 2009, Yan xin et al., berhasil mengisolasi enam senyawa triterpenoid dari daun tumbuhan Quercus variabilis Blume (Fagaceae) yaitu: 3aasetilosi-4a, 14a- dimetil-9p, asam 19-sikloergos-24-oat (11) 3-episikloeukalenol (12) 3-episikloeukalenil-24-on (13) 3-episikloeukalenil asetat (14) 4p, 14adimetil-5a-ergosta-9p, asam 19-siklo-24(31)-en-3p-hidroksi-4a-karbosilik (15) dan sikloeukalenon (16). CH3COO 01) 12. R,=OH, R2=R4=H, R3=CH3, Rs^CHz 13. R,=OH, R2=R4=H, R3=<:H3, R5=0 14. R,=OAc, R2=R4=H, R3=CH3, Rs=CH2 15. R,=H, R2=0H, R 3 = C 0 0 H , R4=CH3, R5=CH2 16. R,=R2=0, R3=CH3, R4=H, R5=CH2 Pada tahun 2008, Ming Ge et al., berhasil mengisolasi tiga senyawa alkaloid dari batang Quercus variabilis (Fagaceae) yaitu: penisidon A (17) penisidon B (18) penisidon C (19). 6 17. R=Me 18. R=H (19) 2.4. Metoda Isolasi Senyawa Bahan Alam 2.4.1. Metoda eltstraksi Metoda ekstraksi yang dipilih untuk mendapatkan senyawa bahan alam, sangat tergantung kepada jenis sampel tumbuhan dan jenis senyawa yang ada. Terutama tergantung pada keadaan fisik senyawa tersebut, misalnya senyawa berupa cairan yang mudah menguap berbeda cara ekstraksi dengan cairan yang tidak menguap. Teknik ekstraksi senyawa bahan alam yang xmium digunakan antara lain maserasi, perkolasi, soksletasi. Maserasi biasanya dilakukan untuk bagian tumbuhan yang tekstur lunak, seperti bunga dan daun. Senyawa organik metabolit sekunder yang ada dalam bahan alam tersebut umumnya dalam persentase yang cukup banyak. Cara lain yang digunakan adalah perkolasi, cara ini digunakan untuk bagian tumbuhan yang tekstumya keras seperti akar, batang dan biji dan apabila senyawa kimia yang akan diekstrak dalam persentase yang cukup sedikiL Sedangkan teknik soksletasi digunakan untuk sampel yang senyawa kimianya tahan panas. Prinsipnya yaitu menggunakan suatu pelamt yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam tersebut. Seraua tekhnik diatas penguapan pelaratnya menggunakan rotary evaporator (Sharp a/., 1989). 2.5. Metode Pemisahan Kromatografl Kromatografi mempakan teknik pemisahan yang paling baik di laboratorium kimia. Hampir setiap campuran kimia dapat dipisahkan dengan metoda ini, mulai dari bobot yang paling besar sampai bobot yang paling kecil. 7 Pemisahan secara kromatografi berdasarkan beberapa kecenderungan sifat fisiknya yaitu: 1. kecenderungan molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan). 2. kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorbs!/ penyerapan). 3. kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian) (Gritter et al., 1991). 2.5.1. Kromatografi lapis tipis Kromatografi lapis tipis fase diamnya berupa lapisan dan fase geraknya mengalir karena kerja kapiler. Pada kromatografi lapis tipis (KLT), fase padatnya berupa lapisan yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan melekat kepada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfonat atau amilum (pati). Pada KLT lapisan itu biasanya berfungsi sebagai permukaan padat yang menyerap, walaupaun dapat pula dipakai sebagai penyangga zat cair. Cara kerja dari KLT adalah sebagai berikut : campuran yang akan dipisahkan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Untuk selanjutnya ditotolkan pada garis batas bawah plat dengan menggunakan pipa kapiler, semprit atau alat otomatis. Pelarut dibiarican menguap ke udara, kemudian dimasukkan kedalam fase gerak, lalu chamber ditutup dan ditunggu sampai pelarut naik pada garis batas (Gritter e/a/., 1991). Menghitung jarak yang ditempuh oleh noda maka harus diketahu! lokasi noda pada plat dengan tepat. Untuk noda yang berwama dapat dilihat secara visual, tetapi untuk noda tertentu dapat diamati dibawah lampu ultraviolet. Sedangkan untuk komponen yang tidak berwama hams terlebih dahulu diubah menjadi wama dengan menggunakan pereaksi penampak noda. Persamaan visualisasi wama dibandingkan dengan standar, dapat digunakan sebagai indikasi tambahan untuk mengidentifikasi suatu senyawa secara kualitatif, karena harga Rf belum tentu digunakan secara mutlak. 8 Noda yang telah didapat ditandai dengan menggunakaan pensii. Gunanya adalaji untuk mencari harga Rf. Rf adalah perilaku senyawa-scnyawa tertentu di dalam sistem kromatografi tertentu pula. Harga Rf berkisar antara 0 sampai 1. B Rf Jarak yang ditempuh sampel (A) Jarak yang ditempuh eluen (B) Gambar plat KLT 2.5.2. Kromatografi kolom Kromatografi kolom merupakan salah satu metoda kromatografi dengan fase gerak cair dan fase diam padat. Pengunaan fase gerak (eluen) disesuaikan dengan kepolaran senyawa yang akan dipisahkan. Fase diam, baik bahan alam yang menyerap atau film zat cair pada penyangga, ditempatkan dalam tabung kaca berbentuk silindcr, pada bagian bawah tertutup dengan katup atau kran dan fase gerak dibiarican mengalir ke bawah melaluinya karena gaya berat. Pada kondisi yang dipilih dengan baik, eluen yang merupakan komponen campuran, turun berupa pita dengan laju yang berlainan dan dengan demikian dipisahkan. Eluen biasanya dipisahkan dengan cara membiarkannya mengalir keluar dari kolom dan mengumpulkannya sebagai fraksi, seringkali dengan memakai pengumpul fraksi mekanis (Gritter e/ al, 1991). Pengoptimalan hasil pemisahan dapat pula menggunakan kolom yang dilcngkapi dengan aliran tekanan udara yang berasal dari aerator. Dalam hal ini kolom sedikit diberi modifikasi yakni, ujung kolom dibagian atas diberi penutup dan lubang saluran udara melalui pipa atau selang aerator. Tekanan udara akan mempercepat proses elusi dalam kolom. Tekanan ini lebih menguntungkan karena memisahkan dengan baik, tidak memakan waktu yang cukup lama, elusi beijalan 9 dengan baik jika dibandingkan dengan tanpa menggunakan tekanan udara (Hostettmann era/. 1995). i 2.53. Kromatografi vacum cair (VLC) Kromatografi jenis ini pertama kali diperkenalkan oleh Coll et al., pada tahun 1977. Metoda ini digunakan oleh Coll et al., untuk mengisolasi diterpena sembrenoid dari terumbu karang lunak Australia. Kromatografi cair vakum menggunakan silica gel 60 (63-200 ju m, Merck). Kolom kromatografi dikemas kering (biasanya dengan penyerap mutu 10-40 //m) dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan f)enyerap lalu divakumkan lagi. Kolom dihisap sampai kering dan sekarang siap dipakai. Cuplikan dilarutkan dalam pelarut yang cocok, dimasukkan leingsung pada bagian atas kolom dan dihisap perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan memvakumkannya. Kolom, dielusi dengan campuran pelarut yang cocok, mulai dari pelarut dengan kepolaran rendah lalu kepolaran ditingkatkan perlahan-lahan, kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi (Hostettmann e/a/., 1995). 2.6. Uji Kemumian dengan Titik Leieh Titik leleh merupakan tetapan fisika untuk menentukan uji kemumian dan identifikasi senyawa tidak dikenal. Harga yang didapat dibandingkan dengan literatur berdasarkan dugaan semula. Kisaran (range) titik leleh yang didapat memberikan jarak yang tidak begitu besar (kecil dari atau sama dengan 2^ C) maka kemungkinan hasil isolasi sudah mumi. Penggunaan tetapan fisika hanya sebagai langkah pendahuluan saja, dengan perkataan lain data pengujian tetapan fisika bukan satu-satunya cara yang menentukan kemumian suatu senyawa (Sharp e/o/., 1989). 2.7. Metoda Karakterisasi 2.7.1. Spektroskopi inframerah Penggunaan spektrofotometri inframerah untuk maksud analisis lebih banyak ditujukan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Hal 10 ini mungkin disebabkan spektrum inframerah senyawa organik bersifat khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda pula. Adanya vibrasi molekul dapat memberikan sifat-sifat yang khas dari suatu senyawa dalam spektrofotometri inframerah. Absorbsi teijadi di daerah inframerah dan intensitas absorbsi cukup kuat untuk dideteksi ( Silverstein, 1986). Panjang gelombang IR dapat dibagi menjadi tiga sub daerah, yaitu IR dekat (u = 4000 -1300 cm' atau X, = 2,5 pm - 0,8 pm), IR tengah (u = 400 - 4000 cm' atau A. = 25 pm - 2,5 pm) dan IR jauh (u = 400 - 40 cm"' atau X. = 250 pm - 25 pm). Hanya IR tengah yang berguna dalam analisis struktur organik, karena pada daerah ini teramati vibrasi-vibrasi ulur dan dapat dihubungkan dengan bentuk struktur molekul (Crews, 1998). 2.7.2. Spektroskopi ultraviolet Spektroskopi ultraviolet sangat berguna untuk mempelajari molekulmolekul organik yang memngandung ikatan rangkap dua maupun rangkap tiga, khususnya untuk ikatan rangkap terkonjugasi dan aromatik (Palleros, 2000). Senyawa organik yang dikarakterisasi dengan UV harus dalam keadaan mumi. Senyawa yang akan dianalisis dilamtkan dalam pelamt organik yang sesuai (Zubrick, 1987) Mempelajari serapan ultraviolet secara kualitatif berkas radiasi dikenakan pada cuplikan dan intensitas radiasi yang ditransmisikan hams diukur. Penggunaan spektroskopi ultraviolet secara kualitatif berhubungan dengan hukum lambert-Beer. maka dapat dinyatakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi dan tebal cuplikan ( Silverstein, 1986). 2.73. Spektroskopi massa Spektrofotometer massa adalah suatu metode identifikasi stmktur molekul senyawa berdasarkan massa. Spektmm massa mempakan rangkaian puncakpuncak yang berbeda-beda tingginya, Suatu titik permulaan yang ideal dalam analisis stmktur organik, penggunaan data spektroskopi massa adalah untuk memperoleh mmus molekul. Hal ini sangat mungkin karena spektrofotometer massa memberikan selumh isotop yang hadir pada suatu senyawa untuk dap>at 11 diteliti secara bersamaan. Spektrofotometer massa memulai analisis dengan cara mengionisasi suatu sampel dan ion yang dihasilkan dipisahkan, kemudian diplot sebagai perbandingan massa terhadap muatan (m/z atau m/e) versus kelimpahan relatif (relative abundance, %). Muatan ion-ion tunggal atau ganda yang bermuatan positif maupun negatif dapat diamati (Crews, 1998). 2.7.4. Spektroskopi nuclear magnetic resonance (NMR) Spektrum normal NMR adalah pengumpulan dari satu atau lebih puncak resonansi pada frekuensi berbeda. Chemical shift atau pergeseran kimia menunjukkan posisi frekuensi resonansi yang diamati pada inti spesifik lingkungan struktur tunggal (Crews, 1998). Ada dua jenis spektroskopi NMR yaitu ' H NMR dan '•'C NMR. Salah satu bagian informasi yang penting pada suatu spektrum ' H NMR adalah pergeseran kimia dari berbagai jenis proton di dalam sampel. '•'C NMR juga memberikan informasi struktur berdasarkan pergeseran kimia dari bermacam-macam karbon pada suatu senyawa (Mohrig et al., 2003). Spektrofotometer modem beroperasi pada bermacam-macam kekuatan medan magnet tergantung inti spesifik yang diamati pada bermacam-macam frekuensi. Plot NMR memiliki nilai Hz (unit frekuensi) dan delta {§). Nilai d dihitung dengan mengukur perbedaan pergeseran {shift) dalam Hz, antara suatu proton dan intemal standar. Nilai ini'dibagi oleh frekuensi spektrofotometer yang selalu perkalian 1.000.000 Hz (MHz), jadi nilai 6 adalah dalam satuan unit part per million (ppm) seperti yang ditunjukkan dalam persamaan di bawah ini: 6 = pergeseran sampel (Hz) - pergeseran TMS (Hz) =ppm frekuensi spektrofotometer (MHz) 2.8. Senyawa Antimikroba f Senyawa antimikroba adalah senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen maupun yang non-patogen. Senyawasenyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri terdiri dari garam logam-logam, senyawa fenol, formaldehid, alkohol, yodium, senyawa klor, deteijen, sulfonamida dan antibiotik (Tortora, 2001). 12 Dikenal beberapa senyawa antimikroba kimiawi, misalnya senyawa antimikroba yang penggunaannya berkaitan erat dengan produksi makanan dan obat-obatan. Zat kimia yang bersifat hanya menghambat pertumbuhan bakteri disebut dengan bakteriostatik. Sedangkan bakterisida merupakan zat kimia yang dapat mematikan bakteri tersebut (Dwidjoseputro, 1994). Cara keija senyawa antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri, yaitu (Ajizah et al, 2007). 1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri 2. Mengganggu fungsi dari membran sel bakteri 3. Menghambat sintesis protein dan asam nukleat bakteri 4. Mengganggu metabolisme sel bakteri Menurut Dziezak (1986), keefektifan senyawa antimikroba tergantung pada tiga faktor, yaitu : pH, kemampuan merusak mikroba oleh asam dan pengaruh spesifik senyawa antimikroba. 2.9. Bakteri Bakteri merupakan mikroorganisme yang paling penting dan beraneka ragam yang berhubungan dengan makanan dan manusia. Ada bakteri yang dapat mengakibatkan pembusukkan yang tidak diinginkan pada makanan dan menimbulkan penyakit dan ada yang dapat melangsungkan fermentasi yang menguntungkan (Buckle et al, 1985). Berdasarkan morfologinya bakteri termasuk mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran panjang 0,5-10 pm dan lebar 0,5-2,5 pm. Karakteristik bentuk sel yang ditemukan adalah : > Bentuk bulat atau cocci {coccm) > Bentuk batang atau bacilli {bacillus) > Bentuk spiral atau sprilli {sprillium) > Bentuk koma atau vibrios (vibrio) Sel bakteri dapat dijumpai dalam keadaan tunggal, berpasangan, tetrad, kelompok kecil atau rantai. Sifat yang terpenting dari bakteri berhubungan dengan mikroorganisme pangan adalah kemampuan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi struktur intemal yaitu endospora. Endospora ini umumnya terbentuk secara tunggal dalam sel guna melindungi sel dari kondisi lingkungan yang kurang baik (Buckle et al., 1985), 13 • Bakteri gram positif Bakteri yang dapat menyerap zat wama utama pada pewamaan gram dan dapat menahan zat wama tersebut dengan kuat setelah proses pencucian, sehingga tidak dapat diwamai lagi dengan zat wama berikutnya. Dinding sel bakteri gram positif cukup tebal sekitar 20-80 nm, terdiri atas 60-100% peptidokglikan. • Bakteri gram negatif Bakteri yang tidak menyerap zat wama utama pada pewamaan gram sehingga pada proses pencucian akan luntur dan mudah diwamai lagi dengan zat wama berikutnya. Dinding selnya terdiri atas 10-20% peptidoglikan. Diluar lapisan ada stmktur membran kedua yang tersusun dari protein, fosfolipid, dan lipopolisakarida Beberapa jenis bakteri yang digunakan untuk uji aktivitas antimikrobial adalah sebagai berikut: 1. Escherichia coli Escherichia coli dinamakan untuk menghormati ilmuwan Jerman yang bamama Theodor Escherich. E. coli adalah bakteri gram negatif, bergerak, berbentuk batang, bersifat anaerob fakultatif dan mempunyai flagel peritrik. Bakteri ini terdapat secara normal dalam alat-alat pencemaan manusia dan hewan (Buckle et al., 1987). Bakteri ini biasanya ditemukan pada usus besar manusia sehingga sering disebut dengan bakteri koloa Apabila berada di dalam pemt, Escherichia coli dapat membantu proses pencemaan, dan menghasilkan sejumlah kecil vitamin B12 dan K. Escherichia coli dapat menyebabkan keracunan pada makanan yang telah terkontaminasi. Bakteri ini mempakan bakteri patogen penyebab diare (keracunanan makanan) dan dapat menjadi indikator pencemaran air (Frobisher, 1968). 14 Gambar 2. Escherichia coli Sumber: www.astrop-aphics.com Klasifikasi E. coli menurut Bergey (1998) adalah : Kingdom Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae : Escherichia : Escherichia coli 2. Staphylococcids aureus Staphylococcus aureus pertama kali ditemukan oleh Alexander Qgston seorang dokter berkebangsaan Skotlandia. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bola yang umumnya berkelompok seperti buah anggur, berdiameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwama kuning. bakteri ini tidak bergerak dan anaerob fakultatif. Memiliki suhu optimum 35-37 °C dan pH 4,0-9,8 dengan pH optimum 7,0-7,5. Bakteri ini sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul dan meningitis pada manusia. Mereka hidup saprofit di dalam saluran pengeluaran lendir dari hidung, mulut dan tenggorokan, dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin (Volk et al., 1993). Staphylococcus aureus dapat menyebabkan keracunan karena memproduksi enterotoksin yang bersifat tahan panas. Selain enterotoksin, bakteri 15 ini juga memproduksi hemolisin yaitu toksin yang dapat merusak dan memecah sel-sel darah merah. Gambar 3. Staphylococcus aureus Sumber: wvyw.textbookofba<;teriology.net/5fflp/ry/ococcitf_a«ret« Klasifikasi S. aureus menurut Bergey (1998) adalah : Kingdom Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Bacteria : Firmicutes : Bacilli : Bacillales : Staphylococcaceae : Staphilococcus : Stcphilococcus aureus 2.10. Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil. Dalam kehidupannya sangat tergantung pada zat-zat organik untuk sumber energi dan karbon. Karena itu jamur dikenal sebagai tumbuhan yang bersifat kemoheterotrof. Sebagian besar jamur bersifat saprofit dan menghasilkan enzim ekstraselluler yaitu selulase dan pektinase untuk untuk mendekomposisi bahan tanaman. Jamur diklasifikasikan berdasarkan sifat morfologi, cultural, dan fisioioginya. Jamur terdiri dari beberapa jenis : > Khamir (yeast) merupakan organisme uniselluler > Kapang (mold) merupakan organisme berfilamen multiselluler 16 > Jamur berdaging (Mushroom) adalah organisme berfilamen multiselluler yang bertubuh tebal seperti jamur merang. Jamur ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan manusia. Disamping berfungsi sebagai pengurai pada ekosistem, terdapat jamur yang dapat dimakan, jamur fermentasi dan penghasil antibiotik. Jamur merang dan jamur kuping misalnya termasuk jenis jamur yang dikonsumsi manusia. Jamur yang merugikan dapat merusak bangunan, pakaian, makanan, menyebabkan penyakit bahkan ada yang dapat mengakibatkan kematian pada manusia, hewan dan tumbuhan. Jenis jamur yang digunakan dalam uji aktivitas antimikrobial, antara lain : 1. Candida albicans Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi biastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor ekstemal yang mempengaruhinya. Sel ragi (biastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 p x 3-6 p hingga 2-5,5 p x 5-28 p . Morfologi koloni C. albicans pada medium padat agar Sabouraud Dekstrosa, umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan mempengaruhi besar kecil koloni. Wama koloni putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast, extract pepton, C. albicans tumbuh di dasar tabung. Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh o o dalam perbenihan pada suhu 28 C - 37 C. C. albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Dinding sel C. albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari If lingkungannya. C. albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. (http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/yosephine-dian-hendrawati0781141lO.pdJ) Klasifikasi dari Candida albicans sebagai berikut: Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota , Subphylum : Saccharomycotina Class : Saccharomycetes Ordo : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae Genus : Candida Spesies : Candida albicans 2.11. Uji Alctivitas Antimikrobial Pemakaizm antimikroba yang berlebihan menyebabkan bakteri yang semula sensitif terhadap antibiotik menjadi resisten. Oleh karena itu, senyawa antimikroba baru diperlukan untuk mengatasi bakteri resisten tersebut. Disamping itu juga perlu pengembangan antiseptik dan disinfektan yang baru, yang lebih aman bagi kulit dan jaringan tubuh manusia. Umumnya antibiotik yang ada sekarang adalah metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme, sedangkan antibiotik dari tumbuhan tingkat tinggi masih dalam pencarian (AMiansyah, 2007). Uji aktivitas antimikroba dari suatu ekstrak dapat dilakukan dengan 3 metoda yaitu (Lenny, 2006) : 1. Metode Difusi agar. 2. Metode Pengenceran. 3. Metode Bioautografi 2.11.1. Metode difusi agar (Kirby Bauer Test) Metoda difusi agar adalah metoda yang paling umum dilakukan untuk uji antibakteri. Dengan metode diiusi ini, ekstrak uji yang diserap dengan kertas 18 saring dimasukkan ke dalam silinder atau dimasukkan ke dalam lubang, dikontakkan dengan media yang telah diinokulasi. Kemudian setelah diinkubasi, diameter daerah bening (clear zone) diukur. Diameter daerah bening ini merupakan daerah inhibisi dari ekstrak sampel terhadap mikroba uji. Untuk menurunkan limit deteksi, sistem dibiarkan pada suhu rendah selama beberapa jam sebelum diinokulasi, yaitu untuk memberikan kesempatan kepada antibiotik untuk berdifusi sebelum mikroba tumbuh. 2.11.2. Metode pengenceran Pada metode ini, sampel yang akan diuji dicampur dengan medium yang cocok yang sebelumnya telah diinokulasi dengan mikoba uji. Setelah inkubasi, pertumbuhan mikroba dapat ditentukan secara visual atau dengan perbandingan turbidimetri di kultur uji dengan di kultur kontrol. Kultur kontrol adalah kultur yang tidak diberi sampel yang akan diuji aktivitasnya, sedangkan kultur uji adalah kultur yang telah dicampurkan dengan sampel uji. 2.1 U . Metode bioantografl Metoda ini digunakan untuk menentukan tempat atau posisi suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antimikroba pada kromatogram. Caranya adalah dengan memindahkan senyawa uji dari kromatogram lapis tipis atau kertas ke medium agar yang sudah diinokulasi dengan mikroba uji kemudian diinkubasi. Bercak yang mengliasilkan zona bening berarti adalah senyawa aktif terhadap mikroba. 19