Candida albicans

advertisement
BABn
TINJAUAN PUSTAKA
Tininutin Vmum Q$tercus gemelttflora Bi
Quercus gemelliflora Bi mempunyai beberapa nama daerah antara lain
yaitu pasang hilis, pasang jambe, mempening, karamayo batu, madang tahi ulat
(google.com) dan di Kabupaten Kuantan Singing! timibuhan ini disebut dengan
modang pantau (Eryanti a/a/., 2006).
Klasifikasi tumbuhan Quercus gemelliflora Bi sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheonta
Superdivisio : Spermatophyta , ,
Divisio
: Magnoliophyta ;
Kelas
: Magnoliopsida
Sub-kelas
: Hamamelidae
Ordo
: Fagelas
Familia
: Fagaceae
Genus
: Quercus
Gambar 1. Quercus gemelliflora Bi
Spesies
: Quercus gemelliflora Bi
Spesies Quercus gemelliflora atau (modang pantau) merupakan jenis
pohon oak di Sumatra. Terminal kuncup berbentuk skala berderet, garis tepi daun
berbentuk spiral bergigi. Pohonnya bisa mencapai tinggi 30 meter.
2.1.
(www.rimbimdahan.orft/—/fagaceae/index-htm)
2.2.
Tinjauan Umam Famili Fagaceae
Famili Fagaceae merupakan tumbuhan berkayu dengan daun tunggal
dengan stipula yang mudah gugur. Bunganya berkelamin tunggal, dengan benang
sari daiam bunga majemuk menyerupai bunga iada, dan kepala putik
bergerombol. Bunga betina dengan balcal buah yang tenggelam, beruang 3 dan
mempunyai tenda bunga berbilang 6. Buah kering, sering kali terdapat dalam
suatu badan yang menyerupai piala, yang dinamakan kupula, oleh karena itu
Fagaceae sering juga dinamaltan Cupuiiferae (Tjitrosoepomo, 1994). Famili
3
Fagaceae, meliputi sekitar 900 spesies dari pohon-pohon hijau dan semak belukar
yang berganti daun setiap tahun, yang ditandai oleh gugumya daun-daun tua dan
tumbuh daun muda pada tangkai, daun-daunnya sering berlekuk. Tumbuhan
famili Fagaceae yang terkenal adalah pohon oak, jenis Quercus, buah biasanya
berisi satu benih dan kebanyakan buah pohon oak berbentuk piala
(www.wikipedia/fagaceae). Famili Fagaceae banyak mengandung senyawa
alkaloid, proantosianidin, sianidin dan delpinidin. Selain mengandung alkaloid,
famili tersebut juga banyak mengandung senyawa Flavonol, kaempferol,
quersetin, mirisetin dan asam ellageat (www.google/fagaceae).
23.
Senyawa Kimia dari Famili Fagaceae
Karioti at al., (2009) berhasil mengisolasi dua senyawa proantosianidin
glikosida dari ektrak polar daun tumbuhan Querelas ilex (Fagaceae) yaitu :
afzelesin-(4a-8)-katesin-3-0-glukosida
(1),
afzelesin-(4a-8)-katcsiin-3-0rhamnosida (2).
HO
(2)
0)
Nicmetz dan Gross (2005), berhasil menemukan delapan senyawa dari
golongan gallotannin dan ellagitannin dari tumbuhan Quercus robur, syn.
Quercus pedunculata (Fagaceae) yaitu: asam galat (3) 1-o-gaIoil-b-Dglukopiranosa (b-glukogallin) (4) 1,2,3,4,6-penta-o-galloil-b-D-glukopiranosa (5)
2-o-digalloil-l,3,4,6-tetra-o-galloil-b-D-glukopiranosa (6) meta-digalloil (7)
4
tellimagrandin II (8) asam 3,4,5,30,40,50-heksahidroksidipenat (9) asam elageat
(10).
(9)
(10)
Tahun 2009, Yan xin et al., berhasil mengisolasi enam senyawa
triterpenoid dari daun tumbuhan Quercus variabilis Blume (Fagaceae) yaitu: 3aasetilosi-4a, 14a- dimetil-9p, asam 19-sikloergos-24-oat (11) 3-episikloeukalenol
(12) 3-episikloeukalenil-24-on (13) 3-episikloeukalenil asetat (14) 4p, 14adimetil-5a-ergosta-9p, asam 19-siklo-24(31)-en-3p-hidroksi-4a-karbosilik (15)
dan sikloeukalenon (16).
CH3COO
01)
12. R,=OH, R2=R4=H, R3=CH3, Rs^CHz
13. R,=OH, R2=R4=H, R3=<:H3, R5=0
14. R,=OAc, R2=R4=H, R3=CH3, Rs=CH2
15. R,=H, R2=0H, R 3 = C 0 0 H , R4=CH3, R5=CH2
16. R,=R2=0, R3=CH3, R4=H, R5=CH2
Pada tahun 2008, Ming Ge et al., berhasil mengisolasi tiga senyawa
alkaloid dari batang Quercus variabilis (Fagaceae) yaitu: penisidon A (17)
penisidon B (18) penisidon C (19).
6
17. R=Me
18. R=H
(19)
2.4. Metoda Isolasi Senyawa Bahan Alam
2.4.1. Metoda eltstraksi
Metoda ekstraksi yang dipilih untuk mendapatkan senyawa bahan alam,
sangat tergantung kepada jenis sampel tumbuhan dan jenis senyawa yang ada.
Terutama tergantung pada keadaan fisik senyawa tersebut, misalnya senyawa
berupa cairan yang mudah menguap berbeda cara ekstraksi dengan cairan yang
tidak menguap.
Teknik ekstraksi senyawa bahan alam yang xmium digunakan antara lain
maserasi, perkolasi, soksletasi. Maserasi biasanya dilakukan untuk bagian
tumbuhan yang tekstur lunak, seperti bunga dan daun. Senyawa organik metabolit
sekunder yang ada dalam bahan alam tersebut umumnya dalam persentase yang
cukup banyak. Cara lain yang digunakan adalah perkolasi, cara ini digunakan
untuk bagian tumbuhan yang tekstumya keras seperti akar, batang dan biji dan
apabila senyawa kimia yang akan diekstrak dalam persentase yang cukup sedikiL
Sedangkan teknik soksletasi digunakan untuk sampel yang senyawa kimianya
tahan panas. Prinsipnya yaitu menggunakan suatu pelamt yang mudah menguap
dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam tersebut.
Seraua tekhnik diatas penguapan pelaratnya menggunakan rotary evaporator
(Sharp a/., 1989).
2.5.
Metode Pemisahan Kromatografl
Kromatografi mempakan teknik pemisahan yang paling baik di
laboratorium kimia. Hampir setiap campuran kimia dapat dipisahkan dengan
metoda ini, mulai dari bobot yang paling besar sampai bobot yang paling kecil.
7
Pemisahan secara kromatografi berdasarkan beberapa kecenderungan sifat
fisiknya yaitu:
1. kecenderungan molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan).
2. kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorbs!/
penyerapan).
3. kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap
(keatsirian) (Gritter et al., 1991).
2.5.1. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis fase diamnya berupa lapisan dan fase geraknya
mengalir karena kerja kapiler. Pada kromatografi lapis tipis (KLT), fase padatnya
berupa lapisan yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan
penyangga yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat
polimer atau logam. Lapisan melekat kepada permukaan dengan bantuan bahan
pengikat, biasanya kalsium sulfonat atau amilum (pati). Pada KLT lapisan itu
biasanya berfungsi sebagai permukaan padat yang menyerap, walaupaun dapat
pula dipakai sebagai penyangga zat cair.
Cara kerja dari KLT adalah sebagai berikut : campuran yang akan
dipisahkan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Untuk selanjutnya ditotolkan
pada garis batas bawah plat dengan menggunakan pipa kapiler, semprit atau alat
otomatis. Pelarut dibiarican menguap ke udara, kemudian dimasukkan kedalam
fase gerak, lalu chamber ditutup dan ditunggu sampai pelarut naik pada garis
batas (Gritter e/a/., 1991).
Menghitung jarak yang ditempuh oleh noda maka harus diketahu! lokasi
noda pada plat dengan tepat. Untuk noda yang berwama dapat dilihat secara
visual, tetapi untuk noda tertentu dapat diamati dibawah lampu ultraviolet.
Sedangkan untuk komponen yang tidak berwama hams terlebih dahulu diubah
menjadi wama dengan menggunakan pereaksi penampak noda. Persamaan
visualisasi wama dibandingkan dengan standar, dapat digunakan sebagai indikasi
tambahan untuk mengidentifikasi suatu senyawa secara kualitatif, karena harga Rf
belum tentu digunakan secara mutlak.
8
Noda yang telah didapat ditandai dengan menggunakaan pensii. Gunanya
adalaji untuk mencari harga Rf. Rf adalah perilaku senyawa-scnyawa tertentu di
dalam sistem kromatografi tertentu pula. Harga Rf berkisar antara 0 sampai 1.
B
Rf Jarak yang ditempuh sampel (A)
Jarak yang ditempuh eluen (B)
Gambar plat KLT
2.5.2. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom merupakan salah satu metoda kromatografi dengan
fase gerak cair dan fase diam padat. Pengunaan fase gerak (eluen) disesuaikan
dengan kepolaran senyawa yang akan dipisahkan.
Fase diam, baik bahan alam yang menyerap atau film zat cair pada
penyangga, ditempatkan dalam tabung kaca berbentuk silindcr, pada bagian
bawah tertutup dengan katup atau kran dan fase gerak dibiarican mengalir ke
bawah melaluinya karena gaya berat. Pada kondisi yang dipilih dengan baik, eluen
yang merupakan komponen campuran, turun berupa pita dengan laju yang
berlainan dan dengan demikian dipisahkan. Eluen biasanya dipisahkan dengan
cara membiarkannya mengalir keluar dari kolom dan mengumpulkannya sebagai
fraksi, seringkali dengan memakai pengumpul fraksi mekanis (Gritter e/ al, 1991).
Pengoptimalan hasil pemisahan dapat pula menggunakan kolom yang
dilcngkapi dengan aliran tekanan udara yang berasal dari aerator. Dalam hal ini
kolom sedikit diberi modifikasi yakni, ujung kolom dibagian atas diberi penutup
dan lubang saluran udara melalui pipa atau selang aerator. Tekanan udara akan
mempercepat proses elusi dalam kolom. Tekanan ini lebih menguntungkan karena
memisahkan dengan baik, tidak memakan waktu yang cukup lama, elusi beijalan
9
dengan baik jika dibandingkan dengan tanpa menggunakan tekanan udara
(Hostettmann era/. 1995).
i
2.53. Kromatografi vacum cair (VLC)
Kromatografi jenis ini pertama kali diperkenalkan oleh Coll et al., pada
tahun 1977. Metoda ini digunakan oleh Coll et al., untuk mengisolasi diterpena
sembrenoid dari terumbu karang lunak Australia. Kromatografi cair vakum
menggunakan silica gel 60 (63-200 ju m, Merck). Kolom kromatografi dikemas
kering (biasanya dengan penyerap mutu 10-40 //m) dalam keadaan vakum agar
diperoleh kerapatan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya
rendah dituangkan ke permukaan f)enyerap lalu divakumkan lagi. Kolom dihisap
sampai kering dan sekarang siap dipakai. Cuplikan dilarutkan dalam pelarut yang
cocok, dimasukkan leingsung pada bagian atas kolom dan dihisap perlahan-lahan
ke dalam kemasan dengan memvakumkannya. Kolom, dielusi dengan campuran
pelarut yang cocok, mulai dari pelarut dengan kepolaran rendah lalu kepolaran
ditingkatkan perlahan-lahan, kolom dihisap sampai kering pada setiap
pengumpulan fraksi (Hostettmann e/a/., 1995).
2.6.
Uji Kemumian dengan Titik Leieh
Titik leleh merupakan tetapan fisika untuk menentukan uji kemumian dan
identifikasi senyawa tidak dikenal. Harga yang didapat dibandingkan dengan
literatur berdasarkan dugaan semula. Kisaran (range) titik leleh yang didapat
memberikan jarak yang tidak begitu besar (kecil dari atau sama dengan 2^ C)
maka kemungkinan hasil isolasi sudah mumi. Penggunaan tetapan fisika hanya
sebagai langkah pendahuluan saja, dengan perkataan lain data pengujian tetapan
fisika bukan satu-satunya cara yang menentukan kemumian suatu senyawa
(Sharp e/o/., 1989).
2.7. Metoda Karakterisasi
2.7.1. Spektroskopi inframerah
Penggunaan spektrofotometri inframerah untuk maksud analisis lebih
banyak ditujukan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Hal
10
ini mungkin disebabkan spektrum inframerah senyawa organik bersifat khas,
artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda pula.
Adanya vibrasi molekul dapat memberikan sifat-sifat yang khas dari suatu
senyawa dalam spektrofotometri inframerah. Absorbsi teijadi di daerah
inframerah dan intensitas absorbsi cukup kuat untuk dideteksi ( Silverstein, 1986).
Panjang gelombang IR dapat dibagi menjadi tiga sub daerah, yaitu IR dekat
(u = 4000 -1300 cm' atau X, = 2,5 pm - 0,8 pm), IR tengah (u = 400 - 4000 cm'
atau A. = 25 pm - 2,5 pm) dan IR jauh (u = 400 - 40 cm"' atau X. = 250 pm - 25
pm). Hanya IR tengah yang berguna dalam analisis struktur organik, karena pada
daerah ini teramati vibrasi-vibrasi ulur dan dapat dihubungkan dengan bentuk
struktur molekul (Crews, 1998).
2.7.2. Spektroskopi ultraviolet
Spektroskopi ultraviolet sangat berguna untuk mempelajari molekulmolekul organik yang memngandung ikatan rangkap dua maupun rangkap tiga,
khususnya untuk ikatan rangkap terkonjugasi dan aromatik (Palleros, 2000).
Senyawa organik yang dikarakterisasi dengan UV harus dalam keadaan mumi.
Senyawa yang akan dianalisis dilamtkan dalam pelamt organik yang sesuai
(Zubrick, 1987)
Mempelajari serapan ultraviolet secara kualitatif berkas radiasi dikenakan
pada cuplikan dan intensitas radiasi yang ditransmisikan hams diukur.
Penggunaan spektroskopi ultraviolet secara kualitatif berhubungan dengan hukum
lambert-Beer. maka dapat dinyatakan hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi dan tebal cuplikan ( Silverstein, 1986).
2.73. Spektroskopi massa
Spektrofotometer massa adalah suatu metode identifikasi stmktur molekul
senyawa berdasarkan massa. Spektmm massa mempakan rangkaian puncakpuncak yang berbeda-beda tingginya, Suatu titik permulaan yang ideal dalam
analisis stmktur organik, penggunaan data spektroskopi massa adalah untuk
memperoleh mmus molekul. Hal ini sangat mungkin karena spektrofotometer
massa memberikan selumh isotop yang hadir pada suatu senyawa untuk dap>at
11
diteliti secara bersamaan. Spektrofotometer massa memulai analisis dengan cara
mengionisasi suatu sampel dan ion yang dihasilkan dipisahkan, kemudian diplot
sebagai perbandingan massa terhadap muatan (m/z atau m/e) versus kelimpahan
relatif (relative abundance, %). Muatan ion-ion tunggal atau ganda yang
bermuatan positif maupun negatif dapat diamati (Crews, 1998).
2.7.4. Spektroskopi nuclear magnetic resonance (NMR)
Spektrum normal NMR adalah pengumpulan dari satu atau lebih puncak
resonansi pada frekuensi berbeda. Chemical shift atau pergeseran kimia
menunjukkan posisi frekuensi resonansi yang diamati pada inti spesifik
lingkungan struktur tunggal (Crews, 1998). Ada dua jenis spektroskopi NMR
yaitu ' H NMR dan '•'C NMR. Salah satu bagian informasi yang penting pada
suatu spektrum ' H NMR adalah pergeseran kimia dari berbagai jenis proton di
dalam sampel. '•'C NMR juga memberikan informasi struktur berdasarkan
pergeseran kimia dari bermacam-macam karbon pada suatu senyawa (Mohrig et
al., 2003).
Spektrofotometer modem beroperasi pada bermacam-macam kekuatan
medan magnet tergantung inti spesifik yang diamati pada bermacam-macam
frekuensi. Plot NMR memiliki nilai Hz (unit frekuensi) dan delta {§). Nilai d
dihitung dengan mengukur perbedaan pergeseran {shift) dalam Hz, antara suatu
proton dan intemal standar. Nilai ini'dibagi oleh frekuensi spektrofotometer yang
selalu perkalian 1.000.000 Hz (MHz), jadi nilai 6 adalah dalam satuan unit part
per million (ppm) seperti yang ditunjukkan dalam persamaan di bawah ini:
6 = pergeseran sampel (Hz) - pergeseran TMS (Hz) =ppm
frekuensi spektrofotometer (MHz)
2.8.
Senyawa Antimikroba
f
Senyawa antimikroba adalah senyawa yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen maupun yang non-patogen. Senyawasenyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri terdiri dari garam
logam-logam, senyawa fenol, formaldehid, alkohol, yodium, senyawa klor,
deteijen, sulfonamida dan antibiotik (Tortora, 2001).
12
Dikenal beberapa senyawa antimikroba kimiawi, misalnya senyawa
antimikroba yang penggunaannya berkaitan erat dengan produksi makanan dan
obat-obatan. Zat kimia yang bersifat hanya menghambat pertumbuhan bakteri
disebut dengan bakteriostatik. Sedangkan bakterisida merupakan zat kimia yang
dapat mematikan bakteri tersebut (Dwidjoseputro, 1994). Cara keija senyawa
antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri, yaitu (Ajizah et al, 2007).
1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri
2. Mengganggu fungsi dari membran sel bakteri
3. Menghambat sintesis protein dan asam nukleat bakteri
4. Mengganggu metabolisme sel bakteri
Menurut Dziezak (1986), keefektifan senyawa antimikroba tergantung
pada tiga faktor, yaitu : pH, kemampuan merusak mikroba oleh asam dan
pengaruh spesifik senyawa antimikroba.
2.9. Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme yang paling penting dan beraneka
ragam yang berhubungan dengan makanan dan manusia. Ada bakteri yang dapat
mengakibatkan pembusukkan yang tidak diinginkan pada makanan dan
menimbulkan penyakit dan ada yang dapat melangsungkan fermentasi yang
menguntungkan (Buckle et al, 1985).
Berdasarkan morfologinya bakteri termasuk mikroorganisme bersel
tunggal dengan ukuran panjang 0,5-10 pm dan lebar 0,5-2,5 pm. Karakteristik
bentuk sel yang ditemukan adalah :
> Bentuk bulat atau cocci {coccm)
> Bentuk batang atau bacilli {bacillus)
> Bentuk spiral atau sprilli {sprillium)
> Bentuk koma atau vibrios (vibrio)
Sel bakteri dapat dijumpai dalam keadaan tunggal, berpasangan, tetrad,
kelompok kecil atau rantai. Sifat yang terpenting dari bakteri berhubungan dengan
mikroorganisme pangan adalah kemampuan beberapa jenis bakteri untuk
memproduksi struktur intemal yaitu endospora. Endospora ini umumnya
terbentuk secara tunggal dalam sel guna melindungi sel dari kondisi lingkungan
yang kurang baik (Buckle et al., 1985),
13
• Bakteri gram positif
Bakteri yang dapat menyerap zat wama utama pada pewamaan gram dan
dapat menahan zat wama tersebut dengan kuat setelah proses pencucian, sehingga
tidak dapat diwamai lagi dengan zat wama berikutnya. Dinding sel bakteri gram
positif cukup tebal sekitar 20-80 nm, terdiri atas 60-100% peptidokglikan.
• Bakteri gram negatif
Bakteri yang tidak menyerap zat wama utama pada pewamaan gram
sehingga pada proses pencucian akan luntur dan mudah diwamai lagi dengan zat
wama berikutnya. Dinding selnya terdiri atas 10-20% peptidoglikan. Diluar
lapisan ada stmktur membran kedua yang tersusun dari protein, fosfolipid, dan
lipopolisakarida
Beberapa jenis bakteri yang digunakan untuk uji aktivitas antimikrobial
adalah sebagai berikut:
1. Escherichia coli
Escherichia coli dinamakan untuk menghormati ilmuwan Jerman yang
bamama Theodor Escherich. E. coli adalah bakteri gram negatif, bergerak,
berbentuk batang, bersifat anaerob fakultatif dan mempunyai flagel peritrik.
Bakteri ini terdapat secara normal dalam alat-alat pencemaan manusia dan hewan
(Buckle et al., 1987). Bakteri ini biasanya ditemukan pada usus besar manusia
sehingga sering disebut dengan bakteri koloa Apabila berada di dalam pemt,
Escherichia coli dapat membantu proses pencemaan, dan menghasilkan sejumlah
kecil vitamin B12 dan K. Escherichia coli dapat menyebabkan keracunan pada
makanan yang telah terkontaminasi. Bakteri ini mempakan bakteri patogen
penyebab diare (keracunanan makanan) dan dapat menjadi indikator pencemaran
air (Frobisher, 1968).
14
Gambar 2. Escherichia coli
Sumber: www.astrop-aphics.com
Klasifikasi E. coli menurut Bergey (1998) adalah :
Kingdom
Divisio
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Bacteria
: Proteobacteria
: Gamma Proteobacteria
: Enterobacteriales
: Enterobacteriaceae
: Escherichia
: Escherichia coli
2. Staphylococcids aureus
Staphylococcus aureus pertama kali ditemukan oleh Alexander Qgston
seorang dokter berkebangsaan Skotlandia. Staphylococcus aureus merupakan
bakteri gram positif berbentuk bola yang umumnya berkelompok seperti buah
anggur, berdiameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwama kuning. bakteri ini tidak
bergerak dan anaerob fakultatif. Memiliki suhu optimum 35-37 °C dan pH 4,0-9,8
dengan pH optimum 7,0-7,5. Bakteri ini sering terdapat pada pori-pori dan
permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Staphylococcus aureus dapat
menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul dan meningitis pada
manusia. Mereka hidup saprofit di dalam saluran pengeluaran lendir dari hidung,
mulut dan tenggorokan, dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin
(Volk et al., 1993). Staphylococcus aureus dapat menyebabkan keracunan karena
memproduksi enterotoksin yang bersifat tahan panas. Selain enterotoksin, bakteri
15
ini juga memproduksi hemolisin yaitu toksin yang dapat merusak dan memecah
sel-sel darah merah.
Gambar 3. Staphylococcus aureus
Sumber: wvyw.textbookofba<;teriology.net/5fflp/ry/ococcitf_a«ret«
Klasifikasi S. aureus menurut Bergey (1998) adalah :
Kingdom
Divisio
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Bacteria
: Firmicutes
: Bacilli
: Bacillales
: Staphylococcaceae
: Staphilococcus
: Stcphilococcus aureus
2.10. Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil. Dalam
kehidupannya sangat tergantung pada zat-zat organik untuk sumber energi dan
karbon. Karena itu jamur dikenal sebagai tumbuhan yang bersifat kemoheterotrof.
Sebagian besar jamur bersifat saprofit dan menghasilkan enzim ekstraselluler
yaitu selulase dan pektinase untuk untuk mendekomposisi bahan tanaman. Jamur
diklasifikasikan berdasarkan sifat morfologi, cultural, dan fisioioginya. Jamur
terdiri dari beberapa jenis :
> Khamir (yeast) merupakan organisme uniselluler
> Kapang (mold) merupakan organisme berfilamen multiselluler
16
> Jamur berdaging (Mushroom) adalah organisme berfilamen multiselluler
yang bertubuh tebal seperti jamur merang.
Jamur ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan manusia.
Disamping berfungsi sebagai pengurai pada ekosistem, terdapat jamur yang dapat
dimakan, jamur fermentasi dan penghasil antibiotik. Jamur merang dan jamur
kuping misalnya termasuk jenis jamur yang dikonsumsi manusia. Jamur yang
merugikan dapat merusak bangunan, pakaian, makanan, menyebabkan penyakit
bahkan ada yang dapat mengakibatkan kematian pada manusia, hewan dan
tumbuhan.
Jenis jamur yang digunakan dalam uji aktivitas antimikrobial, antara lain :
1. Candida albicans
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya
untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan
berkembang menjadi biastospora dan menghasilkan kecambah yang akan
membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor ekstemal
yang mempengaruhinya. Sel ragi (biastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat
lonjong dengan ukuran 2-5 p x 3-6 p hingga 2-5,5 p x 5-28 p .
Morfologi koloni C. albicans pada medium padat agar Sabouraud
Dekstrosa, umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus,
licin dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua.
Umur biakan mempengaruhi besar kecil koloni. Wama koloni putih kekuningan
dan berbau asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast,
extract pepton, C. albicans tumbuh di dasar tabung.
Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi
pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh
o
o
dalam perbenihan pada suhu 28 C - 37 C. C. albicans membutuhkan senyawa
organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses
metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat.
Dinding sel C. albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai
target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses
penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel
tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari
If
lingkungannya. C. albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks,
tebalnya 100 sampai 400 nm.
(http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/yosephine-dian-hendrawati0781141lO.pdJ)
Klasifikasi dari Candida albicans sebagai berikut:
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota ,
Subphylum : Saccharomycotina
Class
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Family
: Saccharomycetaceae
Genus
: Candida
Spesies
: Candida albicans
2.11. Uji Alctivitas Antimikrobial
Pemakaizm antimikroba yang berlebihan menyebabkan bakteri yang
semula sensitif terhadap antibiotik menjadi resisten. Oleh karena itu, senyawa
antimikroba baru diperlukan untuk mengatasi bakteri resisten tersebut. Disamping
itu juga perlu pengembangan antiseptik dan disinfektan yang baru, yang lebih
aman bagi kulit dan jaringan tubuh manusia. Umumnya antibiotik yang ada
sekarang adalah metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
sedangkan antibiotik dari tumbuhan tingkat tinggi masih dalam pencarian
(AMiansyah, 2007).
Uji aktivitas antimikroba dari suatu ekstrak dapat dilakukan dengan 3
metoda yaitu (Lenny, 2006) :
1. Metode Difusi agar.
2. Metode Pengenceran.
3. Metode Bioautografi
2.11.1. Metode difusi agar (Kirby Bauer Test)
Metoda difusi agar adalah metoda yang paling umum dilakukan untuk uji
antibakteri. Dengan metode diiusi ini, ekstrak uji yang diserap dengan kertas
18
saring dimasukkan ke dalam silinder atau dimasukkan ke dalam lubang,
dikontakkan dengan media yang telah diinokulasi. Kemudian setelah diinkubasi,
diameter daerah bening (clear zone) diukur. Diameter daerah bening ini
merupakan daerah inhibisi dari ekstrak sampel terhadap mikroba uji. Untuk
menurunkan limit deteksi, sistem dibiarkan pada suhu rendah selama beberapa
jam sebelum diinokulasi, yaitu untuk memberikan kesempatan kepada antibiotik
untuk berdifusi sebelum mikroba tumbuh.
2.11.2. Metode pengenceran
Pada metode ini, sampel yang akan diuji dicampur dengan medium yang
cocok yang sebelumnya telah diinokulasi dengan mikoba uji. Setelah inkubasi,
pertumbuhan mikroba dapat ditentukan secara visual atau dengan perbandingan
turbidimetri di kultur uji dengan di kultur kontrol. Kultur kontrol adalah kultur
yang tidak diberi sampel yang akan diuji aktivitasnya, sedangkan kultur uji adalah
kultur yang telah dicampurkan dengan sampel uji.
2.1 U . Metode bioantografl
Metoda ini digunakan untuk menentukan tempat atau posisi suatu senyawa
yang mempunyai aktivitas antimikroba pada kromatogram. Caranya adalah
dengan memindahkan senyawa uji dari kromatogram lapis tipis atau kertas ke
medium agar yang sudah diinokulasi dengan mikroba uji kemudian diinkubasi.
Bercak yang mengliasilkan zona bening berarti adalah senyawa aktif terhadap
mikroba.
19
Download