Lili Tropis Dalam Negeri Lebih Unggul Dibanding Impor Oleh: Lia Sanjaya dan Budi Marwoto Ketika pasokan langka, harga bunga lili Lilium spp. (Family Liliaceae) melonjak menjadi Rp. 100.000,- per tangkai jauh lebih tinggi dibandingkan harga nirmal di pasaran sebesar Rp. 25.000,- per tangkai. Bagi sebagian masyarakat pebisnis, fenomena tersebut dinilai menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Tidak mengherankan bila saat ini banyak pihak mulai menekuni bisnis lili secara profesional dengan mengambil spesialisasi dari segmen usahasesuai bakat dan kemampuannya. Mengambil spesialisasi usaha lili dirasakan sangat menguntungkan, mengingat persaingan pasar tidak seketat usaha komoditas lain. Sementara keuntungan yang diperoleh dari usaha lili jauh lebih tinggi dibandingkan usaha tanaman hias lainnya. Masalahnya tidak semua petani dapat membudidayakan lili, karena sampai saat ini materi perbanyakannya masih harus diimpor dari luar negeri. Oleh karena itu banyak kalangan pebisnis tanaman hias mengharapkan agar varietas unggul lili dapat dirakit di dalam negeri dan benih umbinya dapat diakses secara meluas dengan harga terjangkau. Hal ini menghindari terjadinya perdagangan monopoli yang keuntungannya hanya dapat dirasakan oleh segelintir pelaku usaha. Program Perakitan Varietas Unggul Lili Menindaklanjuti permintaan dari kalangan pelaku usaha, Balai Penelitian Tanaman Hias telah menetapkan lili sebagai komoditas unggulan dalam program penelitian dan pengembangan jangka pendek, menengah dan jangka panjang dengan fokus luaran ”mendapatkan varietas unggul baru yang sesuai preferensi pasar, adaptif di daerah tropik dan tahan terhadap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) utama”. Untuk mencapai luaran tersebut, tahap pertama dari program pemuliaan yang perlu dilakukan adalah (1) seleksi spesies dan kerabat liar sebagai calon induk persilangan, (2) identifikasi pewarisan sifat unggul dan (3) pengembangan teknologi persilangan secara in vitro untuk mengatasi barier genetik yang menjadi kendala dalam persilangan antar spesies. Tahap selanjutnya adalah (1) persilangan inter dan antar spesieslili, (2) seleksi individu F1 unggul sesuai kriteria yang ditetapkan, (3) kultur in vitro F1 terseleksi serta (4) pelepasan dan perlindungan varietas. Penelitian dimulai tahun 2001 dengan melibatkan para peneliti lingkup Balai Penelitian Tanaman Hias dan berbagai disiplin ilmu. Pada tahap awal kegiatan, penelitian dilakukan sepenuhnya oleh peneliti lingkup Balai Penelitian Tanaman Hias, tetapi pada tahap selanjutnya penelitian dilakukan dengan melibatkan para pelaku usaha yang diintegrasikan ke dalam program ”Pemuliaan Partisipatif”. Program pemuliaan partisipatif dimaksudkan untuk menggali partisipasi swasta dalam penyelenggaraan kegiatan seleksi calon hibrida-hibrida unggulan sesuai prefensi pasar. Hibrida-Hibrida Unggul Lili Hingga saat ini telah dihasilkan calon hibrida terpilih, di antaranya K-01 (Delina Kuning I), K-02 (Delina Kuning II), K-04 (Deloren Pelangi, Klon L-01 (Arumatik Putih), Klon LC-18 (Longicandy-18), Klon CL-08 (candilongy-08), Klon F-02 (Formolongi-02). Beberapa individu terpilih masih dalam tahap perbanyakan benih terbatas ataupun proses evaluasi lebih lanjut, di antaranya pink lili, Meralin, Deloren orange, Deloren beledru, Deloren pot, Bintang Cipanas, kenari kecil dan kenari besar; tripoid lili; dan mini lili. Hibrida-hibrida tersebut adalah hasil persilangan antar spesies lili dari kelompok Sinomartagon, Leucolirion dan Archelirion introduksi dengan spesies lili lokal dengan menggunakan skema persilangan sistematis. Hibrida-hibrida yang dihasilkan dari penelitian ini memiliki keunggulan sebagai berikut: (1) berbunga eksotik, (2) adaptif di daerah tropik, (3) tahan penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.st.lili dan (4) tidak mengalami dormansi umbi yang umum dijumpai pada spesies lili introduksi. Dibandingkan varietas lili impor, hibrida lili hasil silangan dalam negeri lebih unggul ditinjau dari berbagai aspek. Dari aspek preferensi konsumen, hibrida dalam negeri lebih disukai karena memiliki bunga dengan kuntum lebih banyak dibandingkan varietas lili impor. Selain itu hibrida dalam negeri menghasilkan bunga berwarna mencolok sesuai preferensi konsumen lokal, sementara bunga lili impor pada umumnya berwarna soft yang sesuai dengan preferensi konsumen negara-negara maju. Sebagian besar lili introduksi yang beredar di Indonesia kurang adaptif di daerah tropik. Untuk membudidayakan lili introduksi diperlukan perlakuan modifikasi lingkungan mikro yang berarti menambah biaya produksi. Sementara lili dalam negeri beradaptasi dengan baik di daerah tropik, sehingga penanamannya menjadi lebih efisien.Umbi hibrida lili dalam negeri tidak mengalami dormansi dan tidak mengalami penyusutan pada fase pasca produksi seperti yang terjadi pada umbi lili impor. Dengan demikian selama periode pasca produksi, umbi hibrida lili dalam negeri tidak perlu disimpan dalam cool storage. Hal ini memberi kesempatan bagi petani kecil untuk dapat membudidayakan lili tanpa harus menyediakan cool storage dengan harga yang sangat mahal. Selain itu pengguna umbi lili dalam negeri akan mendapatkan nilai tambah lain berupa pengurangan biaya pembelian fungisida untuk pengendalian penyakit layu fasarium. Hibrida lili dalam negeri memiliki ketahanan terhadap F.oxysporum f.sp.lili dengan kisaran derajat ketahanan dari moderat tahan sampai dengan tahan. Sementara varietas introduksi relatif kurang tahan terhadap F.oxysporum f.sp.lili. Strategi Pengembangan Hibrida Lili Memenuhi ketentuan UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, hibrida lili akan dilepas oleh Menteri Pertanian terlebih dahulu sebelum diedarkan. Pelepasan varietas lili direncanakan pada tahun 2007 agar secepatnya dapat diakses oleh calon pengguna. Dalam rangka persiapan pelepasan varietas, pada saat ini sedang dilakukan perbanyakan materi pemuliaan secara in vitro yang akan menjadi induk dalam penyediaan benih sumber. Setelah lulus dari penilaian pelepasan varietas, maka segera dilakukan perbanyakan benih sumber oleh Unit Produksi Benih Sumber (UPBS) lingkup Balai Penelitian Tanaman Hias dengan menggunakan Prosedur Operasional Standar (POS) berbasis Sistem Manajemen Mutu. Lia Sanjaya dan Budi Marwoto Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Hias Alamat: Jl. Raya Ciherang, Segunung, Pacet P.O. BOX 8 Sindanglaya, Cianjur 43253