BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Seting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang A. Sejarah RS. Panti wilasa Citarum Semarang RS. Panti Wilasa Citarum adalah rumah sakit unit kerja Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM). Pada mulanya adalah Rumah Sakit Bersalin Panti Wilasa di Jl. Dr. Cipto No. 50 Semarang (berdiri tahun 1950) pada tanggal 5 Mei 1973 pindah di Jl. Citarum 98 dengan fasilitas pelayanan meliputi: persalinan dan pemeriksaan pasca ibu persalinan, hamil, keluarga berencana, pemeriksaan anak dan merawat anakanak sakit, imunisasi. Tahun 1995 berubah nama menjadi RS. Panti Wilasa Citarum Semarang dengan SK DIRJEN YANMEDIK DEPKES RI No. YM.02.04.3.5.3830. Semenjak berdiri pada 5 Mei 1973 sampai dengan tahun yang ke-35 pada tahun 2008 ini, banyak perkembangan yang telah terjadi. Rumah 49 50 Sakit yang pada saat terbentuknya hanyalah sebuah rumah sakit bersalin dengan kapasitas minimalis, seiring dengan waktu telah menjadi Rumah Sakit umum yang berkualitas dengan berbagai pelayanan yang dilengkapi dengan peralatan medis yang serba modern menyesuaikan dengan perkembangan zaman. B. Visi RS Panti Wilasa Citarum Tahun 2005 -2015 Rumah Sakit umum dengan tingkat pelayanan tersier pilihan utama masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya, khususnya kelompok masyarakat menengah dan bawah, didasari iman kristiani, profesionalisme, pelayanan yang holistik dan efisien C. Ruang Bougenville Ruang Bougenville merupakan ruang khusus perawatan kebidanan dan penyakit Kandungan. Ruang ini terdiri atas empat kelas dengan kapasitas tempat tidur sebagai berikut: o VIP : 5 tempat tidur o Kelas I : 4 tempat tidur o Kelas II : 10 tempat tidur o Kelas III : 12 tempat tidur 51 o 4.2 Ruang Menyusui : 1 ruang Hasil Penelitian 4.2.1 Gambaran Umum Riset Partisipan Gambaran umum riset partisipan ditampilkan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.1 Data riset partisipan No 1. Data Umum Partisipan Nama Partisipan Partisipan 1 2 Ibu. L Ibu. R Partisipan Partisipan 3 4 Ibu. M Ibu. D Partisipan 2. Umur 36 36 21 23 3. Alamat Semarang Semarang Semarang Semarang 4. Agama Kristen Muslim Muslim Muslim 5. Status Sudah Sudah Sudah Sudah Pernikahan Menikah Menikah Menikah Menikah Pekerjaan Guru Swasta Ibu Swasta 6. Rumah Tangga 7. Pendidikan S1 SMA SMA SMA 3 3 1 1 terakhir 8. Anak ke 52 4.2.2 Observasi Partisipan 1. Pijat Payudara Yang Dilakukan Dari hasil observasi semua partisipan tidak melakukan pijat payudara sebelum memberikan ASI. Ketika bayi semua partisipan menangis, semua partisipan langsung memberikan ASI ke bayinya. 2. Psikis Ibu Saat Menyusui Saat memberikan ASI kepada bayi semua partisipan tampak tenang dalam memberikan ASI kepada bayinya. Partisipan juga tampak rileks dalam memberikan ASI kepada anak mereka. 3. Respon Bayi Ketika Selesai Diberi ASI Berdasarkan observasi bayi saat menangis langsung diberi ASI oleh Ibunya, setelah diberi ASI bayi langsung diam dan tidak menangis lagi. 4. Dukungan Keluarga Dalam Memberikan ASI Respon keluarga dari semua partisipan sangat baik dalam memberi dukungan bagi Ibu dalam memberikan ASI kepada bayi, bila bayi menangis keluarga langsung menggendong bayi dari dalam tempat tidur bayi dan langsung diberikan kepada Ibunya untuk diberi ASI. Keluarga dari semua 53 partisipan juga memberikan dukungan dengan selalu mengingatkan partisipan untuk menjaga pola makan. 4.2.3 Analisa Data Riset Partisipan 1. Pengetahuan Partisipan Tentang Pijat Payudara Ibu menyusui penting mengetahui tentang pentingnya pijat payudara. Dengan rutin memijat payudara, akan membantu Ibu dalam kelancaran produksi ASI pada masa Ibu menyusui. Pengetahuan partisipan akan pijat payudara masih sangat minim dan bahkan ada yang tidak mengetahui tentang pijat payudara. Partisipan 1 mengatakan kurang begitu tahu tentang pijat payudara. Partisipan 1 sering melakukan pijat payudara untuk mempersiapkan masa menyusuinya. Partisipan 1 diberitahu tentang pijat payudara oleh temannya, agar melancarkan ASI. Partisipan 1 rutin melakukan pijat payudara 2 kali sehari, hal ini rutin dilakukan sejak usia kehamilan 7 bulan. Jenis gerakan pijat yang diketahui oleh partisipan 1 hanya satu jenis dan 54 setiap pijat dilakukan dengan cukup maksimal yaitu lebih dari 15 kali. Partisipan 2 mengatakan tidak pernah melakukan pijat payudara karena partisipan 2 tidak tahu sama sekali tentang pijat payudara. Partisipan 3 dan 4 sering melakukan pijat payudara untuk mempersiapkan masa menyusuinya. Partisipan 3 diberitahu tentang pijat payudara oleh orang tuanya agar ASI lancar dan tidak terjadi masalah menyusui. Partisipan 3 rutin melakukan pijat payudara 2 kali sehari, hal ini dilakukan sejak usia kehamilan 8 bulan, jenis gerakan pijatan yang diketahui hanya satu dan setiap memijat hanya dilakukan sebanyak 3 kali pijatan. Partisipan 4 diberitahu oleh temannya tentang pijat payudara agar ASI keluar. Partisipan 4 rutin melakukan pijat payudara 1 kali sehari, hal ini rutin dilakukan sejak usia kehamilan 7 bulan. Jenis gerakan pijatan yang diketahui hanya 1 jenis saja dan setiap pijat hanya dilakukan 2 kali pijatan. Berikut ini pernyataan partisipan terkait pengetahuan partisipan tentang pijat payudara dan pijat payudara yang dilakukan. 55 Tabel 4.2 Pernyataan Partisipan tentang Pengetahuan mengenai Pijat Payudara No Partisipan 1. Partisipan 1 2. Partisipan 2 3. Partisipan 3 4. Partisipan 4 Pernyataan Riset Partisipan (P1) “Pernah mbak. Tapi saya hanya dengar saja dari teman saya tapi saya juga kurang tahu tentang itu…… (10) Saya mengurut dua kali sehari setiap mau mandi dengan cara memutar pada puting payudara sampai pada aerola (sambil menunjukkan gerakan pijatan) lebih dari 15 kali, saya lakukan ini sejak 7 bulan kehamilan. Teman saya yang kasih tahu supaya ASI lancar.”.….. (14) (P2) “Saya tidak pernah memijat payudara saya soalnya saya juga tidak tahu tentang itu”. ….. (44) (P3) “Saya mengurut dua kali sehari setiap mau mandi dengan cara tangan saya di kepal terus saya urut dari bagian atas sampai ke puting (sambil menunjukkan gerakan pijatan) setiap pijat hanya 3 kali, saya lakukan ini sejak 8 bulan kehamilan. Saya diajari mijat payudara oleh orang tua saya katanya biar nggak terjadi pembengkakkan pada payudara dan ASI bisa lancar”. ….. (78) (P4) “Saya cuman dengar aja ya mbak dari teman saya katanya biar ASI keluar…. (110)Saya mengurut satu kali sehari ini rutin saya lakukan mulai dari usia kehamilan tujuh bulan. Saya pijatnya di bagian puting saja seperti memerah (sambil 56 menunjukkan gerakan pijatan) saya lakukan 2 kali pijatan.” ….. (114) 2. Persiapan Yang Dilakukan Untuk Mempersiapkan Masa Menyusui Keberhasilan menyusui ditentukan oleh persiapan yang dilakukan oleh Ibu yang akan menyusui. Persipan yang dilakukan baik akan membantu Ibu untuk menghasilkan ASI yang berkualitas bagi bayinya. Keempat riset partisipan dalam menyiapkan masa menyusui yang mereka lakukan biasanya mengikuti saran dari bidan yang mereka kunjungi, dokter dan juga perawat. Partisipan 1 selama kunjungan ke RS tidak diberitahu persiapan apa yang harus dilakukan. Partisipan 1 melakukan persiapan menyusui dengan memijat payudara dan menjaga pola makan. Partisipan 2 mengikuti saran dokter dan perawat yang ia kunjungi di RS selama masa kehamilan. Partisipan 2 melakukan persiapan dengan menjaga pola makan dan mengikuti senam hamil. Partisipan 3 mengikuti saran oleh bidan yang ia kunjungi selama masa kehamilannya. Partisipan 3 melakukan persiapan untuk menyusui 57 dengan menjaga pola makan. Partisipan 4 mengikuti saran bidan yang ia kunjungi selama masa kehamilannya. Partisipan melakukan persiapan dengan menjaga pola makan dan minum susu. Berikut pernyataan partisipan terkait persiapan yang dilakukan oleh partisipan untuk mempersiapkan masa menyusuinya. Tabel 4.3 Pernyataan partisipan tentang persiapan untuk menyusui yang dilakukan partisipan No Partisipan Pernyataan Partisipan 1. Partisipan 1 2. Partisipan 2 3. Partisipan 3 (P1)” Sering urut payudara sama jaga makan saya .…..(18). Saya makan 3 kali sehari. Saya makan ya macam sayuran, macam-macam lauk dan nasi sama buah-bauhan”. ….. (20) (P2)” ya saya ngikutin saran yang diberikan jaga makan saya dan saya juga ngikutin senam hamil di rumah sakit dan juga saya di kasih obat perangsang ASI tapi namanya saya lupa mbak.. …..(48) Saya makan 3 kali per hari, biasanya makan nasi, sayur asem, sop ayam, bayam, jagung. Kalau buah biasanya kates, jeruk, melon dan pisang”. ….. (50) (P3)” ya saya ngikutin kata bidan saya, semua yang bidan saya suruh. Saya jaga pola makan saya. ….. (82) Saya makan 3 sampai 4 kali per hari, biasanya makan nasi, 58 4. Partisipan 4 lauk dan sayuran hijau seperti bayam, kangkung, dan sawi. Kalau buah biasanya apel dan pisang”. ….. (84) (P4)” ya saya berusaha menjaga kondisi badan biar nggak sakit. …..(118). Saya makan 3 kali sehari. Makanan yang sering saya makan nasi, telur, ikan, tahu tempe kalau sayuran bayam, daun singkong dan sayuran hijau lainnya. Buah biasanya pepaya dan pisang.”. …..(120) 3. Gambaran Kelancaran Produksi ASI ASI merupakan sumber makanan utama bagi bayi. ASI memiliki banyak manfaat yang baik bagi Ibu dan bayi. Untuk itu produksi ASI harus menjadi perhatian utama bagi para Ibu menyusui, agar dapat menunjang tumbuh kembang bagi bayi. Produksi ASI pada partisipan mulai dari hari pertama ada yang lancar ada juga yang tidak lancar. Semua partisipan berusaha untuk memberikan ASI bagi bayinya. Gambaran kelancaran produksi ASI pada keempat partisipan sebelum menyusui dan sesudah menyusui sama yaitu sebelum menyusui keempat partisipan merasa payudara mereka terasa terisi penuh dan setelah menyusui payudara 59 mereka terasa sebelumnya. kempis Partisipan atau 1 berkurang tidak dari mengalami masalah dalam memberikan ASI bagi bayinya mulai dari hari pertama menurut partisipan 1 pengeluaran ASI dari hari pertama lancar. Partisipan 2 mengalami masalah menyusui pada hari pertama, menurut partisipan 2 pada hari pertama ASI partisipan 2 tidak keluar. Partisipan 2 melakukan upaya untuk melancarkan ASI dengan menyusui bayinya terus-menerus setiap bayinya menangis dan pada hari kedua ASi partisipan 2 sudah mulai lancar. Partisipan 3 dan 4 mengalami masalah yang sama dalam menyusui pada hari pertama yaitu ASI keluar kurang lancar. Usaha yang dilakukan partisipan 3 dan 4 untuk tetap memberikan ASI pada bayi mereka dengan cara menyusui secara rutin. ASI partisipan 3 dan 4 mulai lancar pada hari kedua. Berikut pernyataan partisipan terkait gambaran kelancaran produksi ASI. 60 Tabel 4.4 Pernyataan partisipan terkait kelancaran produksi ASI No Partisipan 1. Partisipan 1 2. Partisipan 2 3. Partisipan 3 4. Partisipan 4 Pernyataan Partisipan (P1) “Lancar mbak tidak ada masalah selama menyusui.” …… (24). Biasanya mbak kalau belum menyusu terasa kencang gitu kayak penuh tapi kalau dah menyusui langsung kempis mbak”….(26). (P2) “Belum keluar….(54) Saya menyusui bayi terus biar merangsang pengeluaran ASI, hari kedua udah lancar…..(56) Kalau belum menyusu itu terasa penuh kalau udah menyusui langsung kempes mbak” ….(58) (P3) “Hari pertama sedikit aja mbak yang keluar, yang cairan nama colostrum ya mbak (88.) Saya susuin terus anak saya pas besoknya udah mulai lancar….(90). Biasanya mbak kalau belum menyusu terasa kencang gitu kayak penuh tapi kalau dah menyusui langsung kempis mbak ” ….(92) (P4) “Hari pertama belum lancar mbak masih sedikit-sedikit…. (124). Saya urut payudara seperti saya bilang tadi dan saya menyusui terus setiap anak saya nangis, hari kedua udah lancar mbak….(126). Biasanya mbak kalau belum menyusu terasa kencang gitu kayak penuh tapi kalau dah menyusui langsung kempis mbak.” …. (128) 61 4.3 Uji Keabsahan Data 4.3.1 Triangulasi Sumber Dalam penelitian ini peneliti menguji kembali data yang didapat untuk memastikan keabsahan data yang diberikan oleh partisipan, pengujian data ini peneliti lakukan melalui indikator-indikator yang peneliti tentukan untuk mendukung kebenaran data yang diberikan, yaitu: A. Pengetahuan Pijat Payudara Dari keempat keluarga partisipan didapati bahwa keluarga partisipan 1 dan 4 kurang begitu tahu juga tentang pijat payudara. Keluarga partisipan 2 tidak tahu tentang pijat payudara. Sedangkan keluarga partisipan 3 sering menganjurkan partisipan untuk pijat payudara biar tidak terjadi masalah saat menyusui. B. Persiapan Menyusui Keluarga dari keempat partisipan selalu memberikan masukkan pada partisipan untuk jaga makan, tidak boleh stres, banyak istirahat dan selalu mendukung menyusui. partisipan dalam proses 62 C. Kelancaran Produksi ASI Tiga keluarga dari partisipan 2, 3 dan 4 awalnya cukup cemas tentang ASI partisipan yang belum lancar pada hari pertama. Keluarga biasanya menganjurkan partisipan untuk menyusui terus–menerus agar ASI lancar. Sedangkan keluarga partisipan 1 tidak khawatir tentang ASI partisipan karena tidak ada masalah yang dialami saat menyusui. 4.4 Pembahasan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan tentang pijat payudara partisipan 1 masih minim karena partisipan 1 hanya mengetahui satu hal dari tujuan dan manfaat pijat payudara, namun partisipan 1 dapat melakukan gerakan pijatan yang partisipan 1 ketahui dengan cukup maksimal (lebih dari 15 kali). Kelancaran ASI pada partisipan 1 mulai dari hari pertama lancar, selain pijat payudara yang dilakukan partisipan 1 juga menjaga pola makannya untuk mempersiapkan masa menyusuinya, selain menjaga pola makan dan pijat payudara yang dilakukan persiapan psikis partisipan pun baik hal ini terlihat ketika observasi yang dilakukan psikis partisipan ketika menyusui tampak tenang 63 dan menikmati proses menyusui serta adanya dukungan dari keluarga. Partisipan 2 tidak mengetahui tentang pijat payudara sehingga partisipan 2 tidak melakukan pijat payudara kelancaran ASI pada partisipan 2 terganggu pada hari pertama karena ASI partisipan 2 tidak keluar. Usaha yang dilakukan partisipan 2 untuk melancarkan ASI yaitu dengan menyusui bayinya secara rutin. Untuk mempersiapkan masa menyusuinya partisipan 2 melakukannya dengan menjaga pola makan, selain itu persiapan psikis partisipan pun baik hal ini terlihat ketika observasi yang dilakukan psikis partisipan ketika menyusui tampak tenang dan menikmati proses menyusui serta adanya dukungan dari keluarga. Sedangkan pada partisipan 3 dan 4 pengetahuan mereka akan pijat payudara juga masih minim. Partisipan 3 hanya mengetahui dua hal dari tujuan dan manfaat pijat payudara dan partisipan 3 melakukan gerakan pijatan yang partisipan 3 ketahui kurang maksimal (3 kali pijatan), sedangkan pada partisipan 4 hanya mengetahui satu hal dari tujuan dan manfaat pijat payudara dan partisipan 4 melakukan gerakan pijatan yang partisipan 4 ketahui kurang maksimal juga (2 kali pijatan). Kelancaran ASI partisipan 3 dan 4 mulai hari pertama kurang lancar karena ASI yang keluar masih sedikit. Usaha 64 yang dilakukan partisipan 3 dan 4 untuk melancarkan ASI dengan menyusui bayi mereka secara rutin. Persiapan menyusui yang dilakukan partisipan 3 dan 4 sama dengan partisipan 1 dan 2 yaitu dengan menjaga pola makan mereka, selain menjaga pola makan dan pijat payudara yang dilakukan persiapan psikis partisipan 3 dan 4 pun baik hal ini terlihat ketika observasi yang dilakukan psikis partisipan ketika menyusui tampak tenang dan menikmati proses menyusui serta adanya dukungan dari keluarga. Berikut ini akan dibahas teori-teori yang berkaitan dengan hasil penelitian diatas. Yang pertama teori tentang pengetahuan dan pijat payudara. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi dari proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo, 2004). Notoatmodjo, 2003 dalam buku Keperawatan Kesehatan Komunitas, membagi tingkat pengetahuan menjadi enam yang salah satunya adalah aplikasi. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Pijat payudara (breast care) adalah perawatan payudara dalam bentuk pemijatan pada payudara ibu yang dilakukan mulai dari masa kehamilan sampai pada masa laktasi. Pada bulan-bulan terakhir kehamilan para Ibu dianjurkan untuk 65 memijat lembut payudara, terutama di daerah yang berwarna gelap (aerola), dan di sekitar puting untuk membuka saluran susu (Nadia Indivara, 2009). Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan memijat payudara. Pemijatan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar selain itu perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin (Farrer, 2001). Teori kedua tentang persiapan menyusui. Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya makanan. Diantaranya makanan, psikis ibu, anatomi dari payudara, fisiologi, penggunaan kontrasepsi, dan perawatan payudara (Kristiyanasari, 2009). Teori ketiga tentang produksi ASI. Cara memaksimalkan pengeluaran ASI dengan tiga cara yaitu pertama ibu harus siap untuk menyusui baik, mental maupun fisik, yang kedua berikan ASI sesegera mungkin setelah bayi lahir (dalam 1 jam pertama), selanjutnya ASI diberikan sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi dan cara yang ketiga yaitu cara menyusui dengan benar (Muaris, Hendarto dan Nasar, 2005). Frekuensi menyusui yang tepat dan optimal diperlukan untuk 66 menghasilkan produksi ASI yang adekuat (Riordan dan Auerbach, 2000). Terdapat dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu dengan penimbangan berat badan bayi sebelum dan sesudah menyusui dan cara kedua yaitu pengosongan payudara (Proverawati dan Rahmawati, 2010). Dari pembahasan diatas didapati bahwa patut dicurigai adanya keterkaitan Ibu yang mengetahui tentang pijat payudara dan walaupun melakukannya dengan cukup maksimal (lebih dari 15 kali pijatan) dapat memberikan kelancaran produksi ASI seperti pada partisipan 1. Pada partisipan 3 dan 4 yang mengetahui tentang pijat payudara dan melakukannya masih mengalami masalah dalam menyusui yaitu ASI kurang lancar pada hari pertama, hal ini karena pijatan yang dilakukan kurang maksimal karena partisipan 3 hanya melakukan pijatan 3 kali pada jenis gerakan pijat yang diketahui dan pada partisipan 4 hanya dilakukan 2 kali pijatan dari jenis gerakan pijat yang diketahui. Sedangkan pada partisipan 2 tidak melakukan pijat payudara karena tidak mengetahui tentang pijat payudara serta mengalami masalah dalam menyusui karena ASI tidak keluar pada hari pertama. Untuk itu dalam mempersiapkan keberhasilan dalam menyusui seorang Ibu harus melakukan berbagai persiapan, 67 mulai dari persiapan psikis sampai pada persiapan fisik. Mempersiapkan psikis Ibu harus memiliki rasa percaya diri dan motivasi atau keinginan untuk menyusui yang kuat, serta lingkungan harus mendukung (suami, keluarga, tetangga, teman, tenaga kesehatan, dan lain-lain) (Muaris, Hendarto dan Nasar, 2005), karena produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, Ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI (Kristiyanasari, 2009). Selain persiapan psikis persiapan fisik merupakan hal penting. Persiapan fisik Ibu meliputi makanan yang dikonsumsi karena akan berkaitan dengan kualitas ASI yang dihasilkan (Kristiyanasari, 2009). Selain itu bagian yang paling penting adalah mempersiapakan payudara Ibu. Persiapan payudara Ibu penting terkait dengan volume produksi ASI yang akan terproduksi di dalam alveoli yang terdapat pada jaringan payudara dan kelancaran pengeluaran ASI yang telah diproduksi. Pijat payudara sangat disarankan bagi Ibu yang akan menyusui. Karena pijat payudara dapat membantu melancarkan pengeluaran ASI, menjaga kebersihan puting dan mengatasi berbagai masalah dalam menyusui (Roesli, 2009). Dalam melakukan pijat payudara harus dilakukan 68 dengan maksimal karena pijat payudara terdiri dari berbagai jenis gerakan pijatan dan untuk menghasilkan kelancaran pada pengeluaran ASI setiap gerakan harus dilakukan berulang-ulang kali antara 20-30 kali pijatan (Kristiyanasari, 2009).