Keterkaitan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pijat Payudara

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Seting Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang
A. Sejarah RS. Panti wilasa Citarum Semarang
RS. Panti Wilasa Citarum adalah rumah sakit
unit kerja Yayasan Kristen Untuk Kesehatan
Umum (YAKKUM). Pada mulanya adalah Rumah
Sakit Bersalin Panti Wilasa di Jl. Dr. Cipto No. 50
Semarang (berdiri tahun 1950) pada tanggal 5 Mei
1973 pindah di Jl. Citarum 98 dengan fasilitas
pelayanan
meliputi:
persalinan
dan
pemeriksaan
pasca
ibu
persalinan,
hamil,
keluarga
berencana, pemeriksaan anak dan merawat anakanak sakit, imunisasi. Tahun 1995 berubah nama
menjadi RS. Panti Wilasa Citarum Semarang
dengan SK DIRJEN YANMEDIK DEPKES RI No.
YM.02.04.3.5.3830.
Semenjak berdiri pada 5 Mei 1973 sampai
dengan tahun yang ke-35 pada tahun 2008 ini,
banyak perkembangan yang telah terjadi. Rumah
49
50
Sakit yang pada saat terbentuknya hanyalah
sebuah rumah sakit bersalin dengan kapasitas
minimalis, seiring dengan waktu telah menjadi
Rumah Sakit umum yang berkualitas dengan
berbagai
pelayanan
yang
dilengkapi
dengan
peralatan medis yang serba modern menyesuaikan
dengan perkembangan zaman.
B. Visi RS Panti Wilasa Citarum Tahun 2005 -2015
Rumah Sakit umum dengan tingkat pelayanan
tersier pilihan utama masyarakat Jawa Tengah dan
sekitarnya,
khususnya
kelompok
masyarakat
menengah dan bawah, didasari iman kristiani,
profesionalisme, pelayanan yang
holistik
dan
efisien
C. Ruang Bougenville
Ruang Bougenville merupakan ruang khusus
perawatan kebidanan dan penyakit Kandungan.
Ruang
ini terdiri atas empat kelas dengan
kapasitas tempat tidur sebagai berikut:
o
VIP
: 5 tempat tidur
o
Kelas I
: 4 tempat tidur
o
Kelas II
: 10 tempat tidur
o
Kelas III
: 12 tempat tidur
51
o
4.2
Ruang Menyusui : 1 ruang
Hasil Penelitian
4.2.1
Gambaran Umum Riset Partisipan
Gambaran umum riset partisipan ditampilkan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Data riset partisipan
No
1.
Data
Umum
Partisipan
Nama
Partisipan Partisipan
1
2
Ibu. L
Ibu. R
Partisipan Partisipan
3
4
Ibu. M
Ibu. D
Partisipan
2.
Umur
36
36
21
23
3.
Alamat
Semarang
Semarang
Semarang
Semarang
4.
Agama
Kristen
Muslim
Muslim
Muslim
5.
Status
Sudah
Sudah
Sudah
Sudah
Pernikahan
Menikah
Menikah
Menikah
Menikah
Pekerjaan
Guru
Swasta
Ibu
Swasta
6.
Rumah
Tangga
7.
Pendidikan
S1
SMA
SMA
SMA
3
3
1
1
terakhir
8.
Anak ke
52
4.2.2
Observasi Partisipan
1. Pijat Payudara Yang Dilakukan
Dari hasil observasi semua partisipan tidak
melakukan pijat payudara sebelum memberikan
ASI. Ketika bayi semua partisipan menangis,
semua partisipan langsung memberikan ASI ke
bayinya.
2. Psikis Ibu Saat Menyusui
Saat memberikan ASI kepada bayi semua
partisipan tampak tenang dalam memberikan ASI
kepada bayinya. Partisipan juga tampak rileks
dalam memberikan ASI kepada anak mereka.
3. Respon Bayi Ketika Selesai Diberi ASI
Berdasarkan observasi bayi saat menangis
langsung diberi ASI oleh Ibunya, setelah diberi ASI
bayi langsung diam dan tidak menangis lagi.
4. Dukungan Keluarga Dalam Memberikan ASI
Respon keluarga dari semua partisipan sangat
baik dalam memberi dukungan bagi Ibu dalam
memberikan ASI kepada bayi, bila bayi menangis
keluarga langsung menggendong bayi dari dalam
tempat tidur bayi dan langsung diberikan kepada
Ibunya untuk diberi ASI. Keluarga dari semua
53
partisipan juga memberikan dukungan dengan
selalu mengingatkan partisipan untuk menjaga
pola makan.
4.2.3
Analisa Data Riset Partisipan
1. Pengetahuan Partisipan Tentang Pijat Payudara
Ibu menyusui penting mengetahui tentang
pentingnya pijat payudara. Dengan rutin memijat
payudara, akan membantu Ibu dalam kelancaran
produksi
ASI
pada
masa
Ibu
menyusui.
Pengetahuan partisipan akan pijat payudara masih
sangat
minim
dan
bahkan
ada
yang
tidak
mengetahui tentang pijat payudara.
Partisipan 1 mengatakan kurang begitu tahu
tentang
pijat
payudara.
Partisipan
1
sering
melakukan pijat payudara untuk mempersiapkan
masa menyusuinya. Partisipan 1 diberitahu tentang
pijat payudara oleh temannya, agar melancarkan
ASI. Partisipan 1 rutin melakukan pijat payudara 2
kali sehari, hal ini rutin dilakukan sejak usia
kehamilan 7 bulan. Jenis gerakan pijat yang
diketahui oleh partisipan 1 hanya satu jenis dan
54
setiap pijat dilakukan dengan cukup maksimal yaitu
lebih dari 15 kali.
Partisipan
2
mengatakan
tidak
pernah
melakukan pijat payudara karena partisipan 2 tidak
tahu sama sekali tentang pijat payudara. Partisipan
3 dan 4 sering melakukan pijat payudara untuk
mempersiapkan masa menyusuinya. Partisipan 3
diberitahu tentang pijat payudara oleh orang
tuanya agar ASI lancar dan tidak terjadi masalah
menyusui. Partisipan 3 rutin melakukan pijat
payudara 2 kali sehari, hal ini dilakukan sejak usia
kehamilan 8 bulan, jenis gerakan pijatan yang
diketahui hanya satu dan setiap memijat hanya
dilakukan sebanyak 3 kali pijatan. Partisipan 4
diberitahu oleh temannya tentang pijat payudara
agar ASI keluar. Partisipan 4 rutin melakukan pijat
payudara 1 kali sehari, hal ini rutin dilakukan sejak
usia kehamilan 7 bulan. Jenis gerakan pijatan yang
diketahui hanya 1 jenis saja dan setiap pijat hanya
dilakukan 2 kali pijatan.
Berikut
ini
pernyataan
partisipan
terkait
pengetahuan partisipan tentang pijat payudara dan
pijat payudara yang dilakukan.
55
Tabel 4.2 Pernyataan Partisipan tentang Pengetahuan
mengenai Pijat Payudara
No
Partisipan
1.
Partisipan 1
2.
Partisipan 2
3.
Partisipan 3
4.
Partisipan 4
Pernyataan Riset Partisipan
(P1) “Pernah mbak. Tapi saya
hanya dengar saja dari teman
saya tapi saya juga kurang tahu
tentang itu…… (10) Saya
mengurut dua kali sehari setiap
mau
mandi
dengan
cara
memutar pada puting payudara
sampai pada aerola (sambil
menunjukkan gerakan pijatan)
lebih dari 15 kali, saya lakukan
ini sejak 7 bulan kehamilan.
Teman saya yang kasih tahu
supaya ASI lancar.”.….. (14)
(P2) “Saya tidak pernah memijat
payudara saya soalnya saya
juga tidak tahu tentang itu”. …..
(44)
(P3) “Saya mengurut dua kali
sehari setiap mau mandi dengan
cara tangan saya di kepal terus
saya urut dari bagian atas
sampai ke puting
(sambil
menunjukkan gerakan pijatan)
setiap pijat hanya 3 kali, saya
lakukan ini sejak 8 bulan
kehamilan. Saya diajari mijat
payudara oleh orang tua saya
katanya biar nggak terjadi
pembengkakkan pada payudara
dan ASI bisa lancar”. ….. (78)
(P4) “Saya cuman dengar aja ya
mbak dari teman saya katanya
biar ASI keluar…. (110)Saya
mengurut satu kali sehari ini
rutin saya lakukan mulai dari
usia kehamilan tujuh bulan.
Saya pijatnya di bagian puting
saja seperti memerah (sambil
56
menunjukkan gerakan pijatan)
saya lakukan 2 kali pijatan.” …..
(114)
2. Persiapan
Yang
Dilakukan
Untuk
Mempersiapkan Masa Menyusui
Keberhasilan
menyusui
ditentukan
oleh
persiapan yang dilakukan oleh Ibu yang akan
menyusui. Persipan yang dilakukan baik akan
membantu Ibu untuk menghasilkan ASI yang
berkualitas bagi bayinya. Keempat riset partisipan
dalam menyiapkan masa menyusui yang mereka
lakukan biasanya mengikuti saran dari bidan yang
mereka kunjungi, dokter dan juga perawat.
Partisipan 1 selama kunjungan ke RS tidak
diberitahu persiapan apa yang harus dilakukan.
Partisipan
1
melakukan
persiapan
menyusui
dengan memijat payudara dan menjaga pola
makan. Partisipan 2 mengikuti saran dokter dan
perawat yang ia kunjungi di RS selama masa
kehamilan. Partisipan 2 melakukan persiapan
dengan menjaga pola makan dan mengikuti senam
hamil. Partisipan 3 mengikuti saran oleh bidan
yang ia kunjungi selama masa kehamilannya.
Partisipan 3 melakukan persiapan untuk menyusui
57
dengan
menjaga
pola
makan.
Partisipan
4
mengikuti saran bidan yang ia kunjungi selama
masa
kehamilannya.
Partisipan
melakukan
persiapan dengan menjaga pola makan dan
minum susu.
Berikut pernyataan partisipan terkait persiapan
yang
dilakukan
oleh
partisipan
untuk
mempersiapkan masa menyusuinya.
Tabel 4.3 Pernyataan partisipan tentang persiapan untuk
menyusui yang dilakukan partisipan
No
Partisipan
Pernyataan Partisipan
1.
Partisipan 1
2.
Partisipan 2
3.
Partisipan 3
(P1)” Sering urut payudara sama
jaga makan saya .…..(18). Saya
makan 3 kali sehari. Saya makan ya
macam sayuran, macam-macam
lauk dan nasi sama buah-bauhan”.
….. (20)
(P2)” ya saya ngikutin saran yang
diberikan jaga makan saya dan
saya juga ngikutin senam hamil di
rumah sakit dan juga saya di kasih
obat perangsang ASI tapi namanya
saya lupa mbak.. …..(48) Saya
makan 3 kali per hari, biasanya
makan nasi, sayur asem, sop ayam,
bayam,
jagung.
Kalau
buah
biasanya kates, jeruk, melon dan
pisang”. ….. (50)
(P3)” ya saya ngikutin kata bidan
saya, semua yang bidan saya
suruh. Saya jaga pola makan saya.
….. (82) Saya makan 3 sampai 4
kali per hari, biasanya makan nasi,
58
4.
Partisipan 4
lauk dan sayuran hijau seperti
bayam, kangkung, dan sawi. Kalau
buah biasanya apel dan pisang”.
….. (84)
(P4)” ya saya berusaha menjaga
kondisi badan biar nggak sakit.
…..(118). Saya makan 3 kali sehari.
Makanan yang sering saya makan
nasi, telur, ikan, tahu tempe kalau
sayuran bayam, daun singkong dan
sayuran
hijau
lainnya.
Buah
biasanya pepaya dan pisang.”.
…..(120)
3. Gambaran Kelancaran Produksi ASI
ASI merupakan sumber makanan utama bagi
bayi. ASI memiliki banyak manfaat yang baik bagi
Ibu dan bayi. Untuk itu produksi ASI harus menjadi
perhatian utama bagi para Ibu menyusui, agar
dapat menunjang tumbuh kembang bagi bayi.
Produksi ASI pada partisipan mulai dari hari
pertama ada yang lancar ada juga yang tidak
lancar.
Semua
partisipan
berusaha
untuk
memberikan ASI bagi bayinya.
Gambaran kelancaran produksi ASI pada
keempat
partisipan
sebelum
menyusui
dan
sesudah menyusui sama yaitu sebelum menyusui
keempat partisipan merasa payudara mereka
terasa terisi penuh dan setelah menyusui payudara
59
mereka
terasa
sebelumnya.
kempis
Partisipan
atau
1
berkurang
tidak
dari
mengalami
masalah dalam memberikan ASI bagi bayinya
mulai dari hari pertama menurut partisipan 1
pengeluaran
ASI
dari
hari
pertama
lancar.
Partisipan 2 mengalami masalah menyusui pada
hari pertama, menurut partisipan 2 pada hari
pertama ASI partisipan 2 tidak keluar. Partisipan 2
melakukan upaya untuk melancarkan ASI dengan
menyusui bayinya terus-menerus setiap bayinya
menangis dan pada hari kedua ASi partisipan 2
sudah mulai lancar. Partisipan 3 dan 4 mengalami
masalah yang sama dalam menyusui pada hari
pertama yaitu ASI keluar kurang lancar. Usaha
yang dilakukan partisipan 3 dan 4 untuk tetap
memberikan ASI pada bayi mereka dengan cara
menyusui secara rutin. ASI partisipan 3 dan 4
mulai lancar pada hari kedua.
Berikut pernyataan partisipan terkait gambaran
kelancaran produksi ASI.
60
Tabel 4.4 Pernyataan partisipan terkait kelancaran
produksi ASI
No
Partisipan
1.
Partisipan 1
2.
Partisipan 2
3.
Partisipan 3
4.
Partisipan 4
Pernyataan Partisipan
(P1) “Lancar mbak tidak ada
masalah selama menyusui.” ……
(24). Biasanya mbak kalau belum
menyusu terasa kencang gitu kayak
penuh tapi kalau dah menyusui
langsung kempis mbak”….(26).
(P2) “Belum keluar….(54) Saya
menyusui
bayi
terus
biar
merangsang pengeluaran ASI, hari
kedua udah lancar…..(56) Kalau
belum menyusu itu terasa penuh
kalau udah menyusui langsung
kempes mbak” ….(58)
(P3) “Hari pertama sedikit aja mbak
yang keluar, yang cairan nama
colostrum ya mbak (88.) Saya
susuin terus anak saya pas
besoknya udah mulai lancar….(90).
Biasanya mbak kalau belum
menyusu terasa kencang gitu kayak
penuh tapi kalau dah menyusui
langsung kempis mbak ” ….(92)
(P4) “Hari pertama belum lancar
mbak masih sedikit-sedikit…. (124).
Saya urut payudara seperti saya
bilang tadi dan saya menyusui terus
setiap anak saya nangis, hari kedua
udah
lancar
mbak….(126).
Biasanya mbak kalau belum
menyusu terasa kencang gitu kayak
penuh tapi kalau dah menyusui
langsung kempis mbak.” …. (128)
61
4.3
Uji Keabsahan Data
4.3.1
Triangulasi Sumber
Dalam penelitian ini peneliti menguji kembali data
yang didapat untuk memastikan keabsahan data yang
diberikan oleh partisipan, pengujian data ini peneliti
lakukan
melalui
indikator-indikator
yang
peneliti
tentukan untuk mendukung kebenaran data yang
diberikan, yaitu:
A. Pengetahuan Pijat Payudara
Dari keempat keluarga partisipan didapati
bahwa keluarga partisipan 1 dan 4 kurang begitu
tahu juga tentang pijat payudara.
Keluarga
partisipan 2 tidak tahu tentang pijat payudara.
Sedangkan
keluarga
partisipan
3
sering
menganjurkan partisipan untuk pijat payudara biar
tidak terjadi masalah saat menyusui.
B. Persiapan Menyusui
Keluarga
dari
keempat
partisipan
selalu
memberikan masukkan pada partisipan untuk jaga
makan, tidak boleh stres, banyak istirahat dan
selalu
mendukung
menyusui.
partisipan
dalam
proses
62
C. Kelancaran Produksi ASI
Tiga keluarga dari partisipan 2, 3 dan 4
awalnya cukup cemas tentang ASI partisipan yang
belum
lancar
pada
hari
pertama.
Keluarga
biasanya menganjurkan partisipan untuk menyusui
terus–menerus
agar
ASI
lancar.
Sedangkan
keluarga partisipan 1 tidak khawatir tentang ASI
partisipan karena tidak ada masalah yang dialami
saat menyusui.
4.4
Pembahasan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan
tentang pijat payudara partisipan 1 masih minim karena
partisipan 1 hanya mengetahui satu hal dari tujuan dan
manfaat pijat payudara, namun partisipan 1 dapat melakukan
gerakan pijatan yang partisipan 1
ketahui dengan cukup
maksimal (lebih dari 15 kali). Kelancaran ASI pada partisipan
1 mulai dari hari pertama lancar, selain pijat payudara yang
dilakukan partisipan 1 juga menjaga pola makannya untuk
mempersiapkan masa menyusuinya, selain menjaga pola
makan dan pijat payudara yang dilakukan persiapan psikis
partisipan pun baik hal ini terlihat ketika observasi yang
dilakukan psikis partisipan ketika menyusui tampak tenang
63
dan menikmati proses menyusui serta adanya dukungan dari
keluarga.
Partisipan 2 tidak mengetahui tentang pijat payudara
sehingga partisipan 2 tidak melakukan pijat payudara
kelancaran ASI pada partisipan 2 terganggu pada hari
pertama karena ASI partisipan 2 tidak keluar. Usaha yang
dilakukan partisipan 2 untuk melancarkan ASI yaitu dengan
menyusui bayinya secara rutin. Untuk mempersiapkan masa
menyusuinya partisipan 2 melakukannya dengan menjaga
pola makan, selain itu persiapan psikis partisipan pun baik hal
ini terlihat ketika observasi yang dilakukan psikis partisipan
ketika menyusui tampak tenang dan menikmati proses
menyusui serta adanya dukungan dari keluarga.
Sedangkan pada partisipan 3 dan 4 pengetahuan mereka
akan pijat payudara juga masih minim. Partisipan 3 hanya
mengetahui dua hal dari tujuan dan manfaat pijat payudara
dan partisipan 3 melakukan gerakan pijatan yang partisipan 3
ketahui kurang maksimal
(3 kali pijatan), sedangkan pada
partisipan 4 hanya mengetahui satu hal dari tujuan dan
manfaat pijat payudara dan partisipan 4 melakukan gerakan
pijatan yang partisipan 4 ketahui kurang maksimal juga (2 kali
pijatan). Kelancaran ASI partisipan 3 dan 4 mulai hari pertama
kurang lancar karena ASI yang keluar masih sedikit. Usaha
64
yang dilakukan partisipan 3 dan 4 untuk melancarkan ASI
dengan menyusui bayi mereka secara rutin.
Persiapan menyusui yang dilakukan partisipan 3 dan 4
sama dengan partisipan 1 dan 2 yaitu dengan menjaga pola
makan mereka, selain menjaga pola makan dan pijat
payudara yang dilakukan persiapan psikis partisipan 3 dan 4
pun baik hal ini terlihat ketika observasi yang dilakukan psikis
partisipan ketika menyusui tampak tenang dan menikmati
proses menyusui serta adanya dukungan dari keluarga.
Berikut ini akan dibahas teori-teori yang berkaitan dengan
hasil
penelitian
diatas.
Yang
pertama
teori
tentang
pengetahuan dan pijat payudara. Pengetahuan adalah hasil
dari tahu yang terjadi dari proses sensoris khususnya mata
dan
telinga
terhadap
objek
tertentu
(Sunaryo,
2004).
Notoatmodjo, 2003 dalam buku Keperawatan Kesehatan
Komunitas, membagi tingkat pengetahuan menjadi enam
yang salah satunya adalah aplikasi. Aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenarnya.
Pijat payudara (breast care) adalah perawatan payudara
dalam bentuk pemijatan pada payudara ibu yang dilakukan
mulai dari masa kehamilan sampai pada masa laktasi. Pada
bulan-bulan terakhir kehamilan para Ibu dianjurkan untuk
65
memijat lembut payudara, terutama di daerah yang berwarna
gelap (aerola), dan di sekitar puting untuk membuka saluran
susu (Nadia Indivara, 2009). Perawatan fisik payudara
menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan memijat
payudara. Pemijatan tersebut diharapkan apabila terdapat
penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan
sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar
selain itu perawatan payudara bermanfaat merangsang
payudara
mempengaruhi
hipofisis
untuk
mengeluarkan
hormon prolaktin dan oksitosin (Farrer, 2001).
Teori kedua tentang persiapan menyusui. Produksi ASI
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya makanan.
Diantaranya makanan, psikis ibu, anatomi dari payudara,
fisiologi, penggunaan kontrasepsi, dan perawatan payudara
(Kristiyanasari, 2009).
Teori ketiga tentang produksi ASI. Cara memaksimalkan
pengeluaran ASI dengan tiga cara yaitu pertama ibu harus
siap untuk menyusui baik, mental maupun fisik, yang kedua
berikan ASI sesegera mungkin setelah bayi lahir (dalam 1 jam
pertama), selanjutnya ASI diberikan sesering mungkin sesuai
kebutuhan bayi dan cara yang ketiga yaitu cara menyusui
dengan benar (Muaris, Hendarto dan Nasar, 2005). Frekuensi
menyusui
yang
tepat
dan
optimal
diperlukan
untuk
66
menghasilkan produksi ASI yang adekuat (Riordan dan
Auerbach, 2000). Terdapat dua cara untuk mengukur produksi
ASI yaitu dengan penimbangan berat badan bayi sebelum dan
sesudah menyusui dan cara kedua yaitu pengosongan
payudara (Proverawati dan Rahmawati, 2010).
Dari pembahasan diatas didapati bahwa patut dicurigai
adanya keterkaitan Ibu yang mengetahui tentang pijat
payudara
dan
walaupun
melakukannya
dengan
cukup
maksimal (lebih dari 15 kali pijatan) dapat memberikan
kelancaran produksi ASI seperti pada partisipan 1. Pada
partisipan 3 dan 4 yang mengetahui tentang pijat payudara
dan
melakukannya
masih
mengalami
masalah
dalam
menyusui yaitu ASI kurang lancar pada hari pertama, hal ini
karena pijatan yang dilakukan kurang maksimal karena
partisipan 3 hanya melakukan pijatan 3 kali pada jenis
gerakan pijat yang diketahui dan pada partisipan 4 hanya
dilakukan 2 kali pijatan dari jenis gerakan pijat yang diketahui.
Sedangkan pada partisipan 2 tidak melakukan pijat payudara
karena tidak mengetahui tentang pijat payudara serta
mengalami masalah dalam menyusui karena ASI tidak keluar
pada hari pertama.
Untuk itu dalam mempersiapkan keberhasilan dalam
menyusui seorang Ibu harus melakukan berbagai persiapan,
67
mulai dari persiapan psikis sampai pada persiapan fisik.
Mempersiapkan psikis Ibu harus memiliki rasa percaya diri
dan motivasi atau keinginan untuk menyusui yang kuat, serta
lingkungan harus mendukung (suami, keluarga, tetangga,
teman, tenaga kesehatan, dan lain-lain) (Muaris, Hendarto
dan Nasar, 2005), karena produksi ASI sangat dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan, Ibu yang selalu dalam keadaan tertekan,
sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan
emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan
terjadi produksi ASI (Kristiyanasari, 2009).
Selain persiapan psikis persiapan fisik merupakan hal
penting.
Persiapan
fisik
Ibu
meliputi
makanan
yang
dikonsumsi karena akan berkaitan dengan kualitas ASI yang
dihasilkan (Kristiyanasari, 2009). Selain itu bagian yang paling
penting adalah mempersiapakan payudara Ibu. Persiapan
payudara Ibu penting terkait dengan volume produksi ASI
yang akan terproduksi di dalam alveoli yang terdapat pada
jaringan payudara dan kelancaran pengeluaran ASI yang
telah diproduksi. Pijat payudara sangat disarankan bagi Ibu
yang akan menyusui. Karena pijat payudara dapat membantu
melancarkan pengeluaran ASI, menjaga kebersihan puting
dan mengatasi berbagai masalah dalam menyusui (Roesli,
2009). Dalam melakukan pijat payudara harus dilakukan
68
dengan maksimal karena pijat payudara terdiri dari berbagai
jenis gerakan pijatan dan untuk menghasilkan kelancaran
pada pengeluaran ASI setiap gerakan harus dilakukan
berulang-ulang kali antara 20-30 kali pijatan (Kristiyanasari,
2009).
Download