ADMINISTRASI PUBLIK BARU (NEW PUBLIC

advertisement
ADMINISTRASI PUBLIK BARU (NEW PUBLIC ADMINISTRATION)1
Administrasi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial. Administrasi
sebagai ilmu pengetahuan berada dalam pemikiran manusia senantiasa dihadapkan pada
berbagai bantahan dan wajib memberikan penjelasan tentang nilai kebenaran, sesuai
dengan prinsip-prinsip umum empiris. Sebenarnya fokus utama dari ilmu administrasi
adalah persoalan tentang manusia, terutama yang berkaitan dengan pengaturan dan
keteraturan dalam rangka peningkatan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia itu
sendiri, yang tentunya ini berhubungan dengan hubungan antara pemerintah dan
masyarakat.
Secara garis besar, perkembangan ilmu administrasi publik terbagi dalam dua
periode utama, yaitu administrasi publik lama (old public administration = OPA) dan
administrasi publik baru (new public administration = NPA).
1. Sekilas Old Public Administration(OPA)
Administrasi publik lama (OPA) disebut juga dengan administrasi publik tradisional
(klasik), merupakan paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu administrasi
publik. Tokoh paradigma ini adalah pelopor berdirinya ilmu administrasi publik antara
lain Woodrow Wilson dengan karyanya “The Study of Administration”(1887) serta F.W.
Taylor dengan bukunya “Principles of Scientific Management”
2. New Public Administration (NPA)
Paradigma NPA berkembang sejak akhir tahun 1960an sampai dengan awal tahun
1970an. Paradigma Administrasi Publik Baru (New Public Administration) muncul dari
perdebatan hangat tentang kedudukan administrasi publik sebagai disiplin ilmu maupun
profesi. Selain itu, lahirnya NPA juga dilandasi oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Pasca perang Dunia II banyak lahir lembaga-lembaga internasional, seperti PBB,
WHO,
UNICEF,
dll.
Tetapi
mereka
mengalami
berbagai
kesulitan
dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaannya karena ketiadaan sistem administrasi yang
b. Meningkatnya pengangguran, kemiskinan, dan penduduk secara cepat dianggap
sebagai masalah yang timbul karena inefisiensi kinerja para administrator dan
karena kesempitan lingkup pemahaman mengenai administrasi untuk memenuhi
kebutuhan manusia
c. Administrasi publik lebih dirasakan sebagai penguat status-quo dari kelompok elit
d. OPA lebih mengutamakan sisi “administrasi” daripada sisi ”publik”, lebih
menekankan “prinsip dan prosedur” daripada “nilai dan filosofi”, “efisiensi dan
ekonomi” daripada “efektivitas dan pelayananan yang efisien”
Bertolak dari hal-hal tersebut, maka para sarjana dan ilmuwan muda
administrasi publikdi AS berusaha menyusun suatu instrumen baru yang memungkinkan
1 Ringkasan tentang NPA, Ahmad Nurcholish. Sangkapura Bawean Jatim
untuk menginisiasi dan menjaga keberlanjutan perubahan sosial. Mereka menganggap
bahwa administrasi publik berada dalam posisi revolusi sehingga menginginkan untuk
membuat administrasi publik menjadi sebuah disiplin ilmu yang sarat akan nilai.
Sejarah kelahiran NPA dapat dirinci sebagai berikut:
a. Honey Report pada Pendidikan Tinggi Pelayanan Publik, 1967
Adanya sorotan terhadap laporan mengenai berbagai kekurangan di lembagalembaga administrasi publik dan kekurangan komunikasi antara para sarjana
administrasi publik dengan para praktisi administrator publik. Hal ini menimbulkan
keraguan dan kebingungan di kalangan masyarakat
b. Konferensi Philadelphia mengenai Teori dan Praktik Administrasi Publik, 1967
Konferensi ini menyatakan bahwa perlunya perubahan konsep secara progresif dari
sekadar negara aman (damai) menjadi negara sejahtera, yang mana hal ini
menuntut peningkatan tanggung jawab dari para administrator publik. Administrator
publik mau tidak mau harus masuk ke ranah implementasi kebijakan sekaligus juga
formulasi kebijakan. Dalam hal semakin meningkatnya disparitas sosial-ekonomi,
administrasi publik dituntut untuk semakin meningkatkan perhatiannya pada
masalah-masalah sosial dan mampu mewujudkan keadilan sosial.
c. Konferensi Minnowbrook I, 1968 (dipelopori oleh Dwight Waldo)
Kebutuhan akan hadirnya administrasi publik yang relevan dengan kepentingan
publik dan bagaimana disiplin administrasi publik harus menyesuaikan dengan
tantangan tahun 1970an menjadi tema utama dalam konferensi ini. Konferensi
Minnowbrook I dianggap sebagai awal mula lahirnya New Public Administration.
Konferensi ini menghasilkan kumpulan makalah yang berjudul ”Toward a New Public
Administration: The Minnowbrook Perspective” , di mana salah satu artikel dalam
kumpulan makalah ini adalah karya George Frederickson berjudul ”The New
PublicAdministration”.
Paradigma New Public Administration pada dasarnya mengkritisi paradigma
administrasi lama atau klasik yang terlalu menekankan pada parameter ekonomi. Menurut
paradigma Administrasi Publik Baru, kinerja administrasi publik tidak hanya dinilai dari
pencapaian nilai ekonomi ,efisiensi, dan efektivitas ,tapi juga pada nilai “keadilan sosial”
(disebut sebagai pilar ketiga setelah nilai efisiensi dan efektivitas). Implikasi dari
komitmen pada ”keadilan sosial”, maka administrator publik harus menjadi ’administrator
yang proaktif’, bukan sekedar birokrat yang apolitis.Fokus dari Administrasi Publik Baru
meliputi usaha untuk membuat organisasi publik mampu mewujudkan nilai-nilai
kemanusiaan
secara
maksimal
yang
dilaksanakan
dengan
pengembangan
sistem
desentralisasi dan organisasi demokratis yang responsif dan partisipatif, serta dapat
memberikan pelayanan publik secara merata. Karena administrasi publik mempunyai
komitmen untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan (social equity), maka
Frederickson menolak pandangan bahwa administrator dan teori-teori administrasi publik
harus netral dan bebas nilai (it put more emphasis on a normative-approach in place of
the value-free-approach).
NPA berdiri di atas empat aspek, yaitu:
1. Perubahan. Administrasi publik yang sebelumnya digunakan untuk mempertahankan
status-quo suatu pemerintahan/birokrasi (survival oriented) diubah oleh NPA menjadi
fleksibel, adaptif, dan membuka respon terhadap berbagai perubahan sosial, ekonomi,
dan politik yang terjadi di masyarakat (client oriented);
2. Relevan. Setiap komunitas masyarakat memiliki permasalahan yang berbeda-beda.
Administrasi publik yang pada awalnya selalu memandang permasalahan di masyarakat
hanya dari sudut pandangnya sendiri (nonpartisipatoris), dan hal itu selalu dianggap
sebagai satu-satunya sistem terbaik (one best way system), diubah oleh NPA menjadi
administrasi publik yang melibatkan masyarakat dalam setiap proses perumusan
kebijakan (partisipatoris) dengan berbagai alternatif sistem yang mungkin sesuai
perubahan dan karakteristik khas setiap masyarakat (multi level system);
3. Kesamaan, keadilan, dan hukum. Tujuan utama administrasi publik baru adalah
memberikan kesamaan, keadilan, dan hukum di masyarakat dengan mengetengahkan
harmoni dan integrasi di masyarakat;
4. Nilai. Untuk mencapai semua tujuannya, administrasi publik yang dahulunya hanya
bersifat scientific, rational, and value-free diubah oleh NPA menjadi administrasi publik
yang menekankan pada nilai-nilai organisasi dan kemanusiaan atau etika dan komitmen
personal. Administrasi publik bukan lagi dipahami sebagai robot yang hanya
menekankan pada isu-isu mekanis (efisiensi dan ekonomis). Seorang administrator
publik tidak hanya harus memiliki kemampuan manajerial dan keahlian teknis, tetapi
juga diperlukan kepekaan sosial.
Frank Marini menyimpulkan bahwa NPA setidaknya terdiri atas lima prinsip utama,
yaitu: relevan, nilai, keadilan sosial, perubahan, dan client-focus (client-oriented).
Golembiewski menyatakan bahwa ada beberapa perspektif positif dari NPA, antara lain:
1. Umat manusia pada dasarnya lembut dan berpotensi sempurna (rakyat merupakan
proses bagi administrasi untuk tumbuh dan berkembang = demokratis/partisipatoris);
2. Menekankan peran sentral nilai-nilai organisasional dan kemanusiaan (tidak hanya
sekadar efisien dan ekonomis);
3. Menekankan inovasi dan perubahan;
4. Menganjurkan keadilan sosial sebagai pedoman dalam melakukan pembangunan
manusia (administrasi yang bebas-nilai tidak mungkin);
5. Irasional, emosi, intuitif, karena perilaku manusia (masyarakat) tidak selalu dapat
diprediksi (unpredictable);
6. Menolak dikotomi politik-administrasi, karena administrator harus terlibat dan memang
berkompeten baik dalam formulasi maupun implementasi kebijakan.
Konferensi Minnowbrook II (September 1988)
Tujuan utama dari Konferensi Minnowbrook II (M-II) adalah mengevaluasi dampak
yang dihasilkan oleh NPA hasil Konferensi Minnowbrook I (M-I), sekaligus mendiskusikan isuisu lain yang penting dan terkini, yang belum tercakup dalam M-I.
Kesamaan antara M-I dan M-II antara lain:
1. Concern terhadap keadilan sosial;
2. Nilai-nilai demokratis dengan fokus khusus pada etika dan akuntabilitas;
3. Pentingnya administrasi publik untuk menegaskan kembali penguatan masyarakat.
Peran pemerintah (government) sangat penting (inevitable) untuk mewujudkan hal itu;
4. Perspektif normatif dan keperilakuan;
5. Pelayan publik harus lebih konservatif daripada agen-agen perubahan.
Perbedaan antara M-I dan M-II antara lain:
1. Komposisi peserta diperluas, tidak hanya ilmuwan administrasi publik, tetapi juga
mengundang ilmuwan sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, dan hukum. Ini berdampak
pada tema yang dibahas juga semakin luas, tidak hanya dari sudut pandang ilmu
administrasi publik, tetapi diperkaya juga dengan perspektif kepemimpinan, konstitusi
dan hukum, kebijakan teknologi dan ekonomi;
2. Perbedaan orientasi (tujuan). M-I lebih berorientasi konfrontasional karena lebih
berfokus kepada mengubah OPA, sedangkan M-II lebih fokus kepada praktik pelayanan
sipil;
3. Pada M-I, peran government dalam administrasi publik sangat kuat, sedangkan pada MII, peran government mulai beralih kepada governance.
Download