FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 96-101 96 Fenomena “Monday Effect” Di Bursa Efek Indonesia (Periode 2007-2012) Marshelyna G.S. Thadete Program Studi Manajemen, Program Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: [email protected] Abstrak—Dalam penelitian di berbagai negara banyak ditemukan adanya seasonal anomaly pada pasar saham, salah satunya adalah fenomena Monday Effect. Adanya keberagaman hasil penelitian mendorong peneliti melakukan penelitian mengenai fenomena Monday Effect di Bursa Efek Indonesia menggunakan data terbaru. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis melalui analisis regresi. Data yang digunakan adalah return harian periode 20072012. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa selama periode 2007-2012, tidak terdapat anomali Monday Effect di Bursa Efek Indonesia. Hasil uji regresi juga menunjukan bahwa Returnnegatif pada hari Senin tidak terkonsentrasi pada Senin dua minggu terakhir dan return hari Senin di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi olehreturn hari Jumat pada minggu sebelumnya. Kata Kunci—Anomali Pasar, Monday Effect, Return Saham. Abstract— Studies in different countries found the seasonal anomaly in the stock market, one of the seasonal anomalies is Monday Effect. The diversity of research results leads to re-examine the presence of Monday Effect anomalies on the Indonesia Stock Exchange using the latest data. This study use quantitative approach by regression analysis. The sample used in this study is stock market index at Indonesia Stock Exchange (IDX), with proxy IHSG, over 2007 to 2012. The major conclusion of this study is that Monday Effect does not exist at Indonesia Stock Exchange. This study also conclude that negative Monday effect does not occur in the last two weeks of the months and the return on Monday at the Indonesia Stock Exchange are significantly driven by the previous Friday return. Keywords—Market Anomaly, Monday Effect, Stock Return I. PENDAHULUAN Dalam dunia investasi saham, investor akan memperhatikan market timing yang menjelaskan kapan saat yang tepat untuk berada di dalam dan di luar pasar atau dapat diartikan kapan saat yang tepat untuk membeli aset serta saat yang tepat juga untuk menjual aset. Penentuan harga dan waktu yang menguntungkan untuk mendapatkan return dan meminimalisasi risiko dapat ditelusuri dengan melihat market timing yang tepat. Hal tersebut sangat kontras dengan hipotesispasar efisien menurut Fama (1970) yang menunjukkan suatu keadaan dimana pada suatu waktu tertentu harga akan mencerminkan seluruh informasi yang tersedia dipasar saham tertentu, dengan demikian, berdasarkan hipotesis pasar efisien, investor seharusnya tidak dapat memperoleh keuntungan diatas rata-rata (abnormal return)dalam memprediksi tingkat pengembalian suatu saham. Akan tetapi, di sisi lain menurut berbagai penelitian sebelumnya ditemukan berbagai pelanggaran terhadap hipotesis efisiensi pasar di dunia investasi nyata atau disebut juga anomali. Dalam penelitian di berbagai negara banyak ditemukan adanya seasonal anomaly (anomali musiman) atau calendar effect (efek kalender) pada pasar finansial, dengan adanya anomali-anomali tersebut muncul sebuah anggapan bahwa Return yang dihasilkan dapat diprediksi berdasarkan pengaruh kalender tertentu (Budileksmana, 2005). Salah satu anomali yang terdapat dalam pasar saham adalah fenomena Monday effect(weekend effect) yaitu fenomenadimana return saham pada hari Senin, secara signifikan lebih rendah dari return pada hari lain dalam seminggu ataupun mengalami return negatif secara signifikan. Sehingga muncul sebuah asumsi jika return pada hari Senin dapat diprediksi, maka akan dapat dirancang suatu pedoman yang dapat memanfaatkan pola musiman tersebut untuk mendapatkan abnormal return, yaitu selisih antara return yangdiharapkan dengan return yang didapatkan. Sedangkan, seharusnya tidak akan muncul suatu pola pergerakan harga yang bersifat konstan dan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan abnormal return pada pasar yang efisien. Beberapa faktor penyebab weekend effect adalah perbedaan perilaku pemodal individualdan lembaga bursa efek. Rendahnya return hari Senin mengidentifikasikan bahwa order penjualan lebih banyak dari pada order pembelian. Dengan demikian terjadi surplus orderpenjualan pada hari Senin (Harris, 1986 dalam Tandelilin, 2001). Pemodal perseorangan, secara umum mereka bukan profesional dalam bidang investasi, akan melakukan readjustment setelah menilai kinerja portofolio selama hari perdagangan seminggu sebelumnyadan mereka baru akan mengambi ltindakan berupa order pembelian atau penjualan pada senin minggu berikutnya. Hari Senin merupakan awal dari hari perdagangan setelah hari libur akhir pekan (non trading day). Dengan adanya hari libur tersebut menimbulkan kurang bergairahnya pasar modal dan mood investor dalam menanamkan modalnya, sehingga kinerja bursa akan rendah.Rendahnya return pada hari Senin jugadapat diakibatkan karena perusahaanperusahaan emiten biasanya menunda pengumuman berita buruk (bad news)sampai dengan hari Jumat dan di respon oleh pasar pada hari Senin.Terdapat juga sebuah fenomena bahwa Monday effect terjadi terkonsentrasi pada dua minggu terakhir setiap bulannya (minggu keempat dan kelima) yang disebut juga dengan week-four effect. Hal ini terjadi karena alasan likuiditas yaitu terdapat banyak pengeluaran pada akhir bulan sehingga para investor mengurangi perdagangan dalam pasar modal. Penelitian mengenai Monday effect ini pertama kali dilakukan oleh Fields pada tahun 1931 yang menduga bahwa investor yang bersifat risk-averse cenderung FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 96-101 menutup posisi mereka dalam pasar saham pada hari Jumat sore dan membukanya kembali pada hari Minggu pagi (Jones-Shemesh, 2009). Cross, Keim-Stambaugh, dan JaffeWesterfield pada tahun 1989 dan Abraham dan Ikenberry pada tahun 1994 mengemukakan bahwa adanya efek negatif pada return saham pada rata-rata hari Senin, dan keadaan tersebut secara positif berkorelasi dengan keadaan return pada hari Jumat sebelumnya (Budileksmana, 2005). Penelitian Sun dan Tong pada tahun 2002 membuktikan bahwa the Monday effect di pasar Amerika Serikat terkonsentrasi pada dua Senin terakhir setiap bulannya (Budileksmana, 2005). Penelitian mengenai fenomena the Monday effect di Indonesia dilakukan oleh Tahar dan Indrasari pada tahun 2004 yang menunjukkan bahwa terdapat abnormal return yang negatif pada hari Senin. Sedangkan untuk hari-hari yang lain menunjukkan abnormal return yang positif (Tahar & Indrasari, 2004). Sementara itu Manurung (2001) dengan menggunakan model yang dipakai French (1980) dengan proxy Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan periode penelitian Januari 1993 sampai Oktober 2000 secara keseluruhan tidak menemukan adanya Monday effect di BEI (dahulu BEJ). Terdapat hasil yang sangat beragam dari penelitianpenelitian terdahulu mengenai Monday effect di pasar modal Indonesia. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, karena ketidakkonsitenan atau keberagaman hasil penelitian fenomena Monday Effect di Bursa Efek Indonesia, maka perlu dilakukan penelitian mengenai fenomena Monday effectdi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan data terbaru. II. TEORI PENUNJANG Dalam pasar yang efisien tidak akan ada seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Namun pada kenyataanya, terdapat berbagai penyimpangan atau disebut juga anomali yang muncul dalam pasar modal. Anomali pasar adalah salah satu bentuk fenomena yang ada di pasar, yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return. Anomali yang terjadi secara berulang akan membentuk sebuah pola return tertentu yang dapat dimanfaatkan sejumlah investor untuk mendapatkan keuntungan (abnormal return). Salah satu anomali yang telah banyak diteliti adalah anomali Monday effect (Weekend effect). Monday effect terjadi ketika return saham secara signifikan negatif pada hari Senin. Hari Senin merupakan awal darihari perdagangan setelah hari libur akhirpekan (non trading day). Dengan adanya hari libur tersebut menimbulkan kurang bergairahnya pasar modal dan mood investor dalam menanamkan modalnya, sehingga kinerja bursa akan rendah. Terjadinya Monday effect kemungkinan juga disebabkan karena pada hari Senin (awal hari bursa) banyak investor yang cenderung untuk mengkaji berbagai informasi yang relevan dan sedang berusaha menentukan strategi dalam bertransaksi berkaitan dengan informasi yang masuk ke pasar, baik informasi domestik ataupun dari luar negeri. 97 Sehingga kebanyakan investor menunda melakukan transaksi pembelian saham. Fenomena Monday effect ini juga dapat dijelaskan dari sisi psikologis investor yang cenderung tidak menyukai hari Senin sebagai awal hari kerja, sehingga mereka merasa kurang semangat dan pesimis saat bertransaksi di bursa. Diindikasikan para investor institusional melakukan aktivitas perdagangan lebih sedikit pada hari ini, sementara investor individual melakukan aktivitas perdagangan lebih banyak tetapi dengan order penjualan lebih mendominasi aktivitas perdagangan mereka. Akibatnya kegiatan di bursa juga akan terpengaruh oleh kondisi ini, harga saham akan jatuh berkenaan dengan peningkatan supply(Rita M. R., 2009). Rendahnya return pada hari Senin jugadapat diakibatkan karena perusahaan-perusahaanemiten biasanya menundapengumuman berita buruk (bad news)sampai dengan hari Jumat dan di responoleh pasar pada hari Senin (Luhgiatno, 2011).Umumnya perusahaan yang ingin menyampaikan informasi buruk akan menunggu waktu yang tepat yakni akhir pekan. Tujuannya agar para investor memiliki waktu luang selama hari libur bursa untuk mengevaluasi kembali kinerja emiten terhadap informasi tersebut sehingga pasar tidak menjadi terlalu panik saat merespon informasi tersebut (Supriyono & Wibowo 2008).Terdapat juga sebuah fenomena bahwaMonday effect terjadi terkonsentrasi pada dua minggu terakhir setiap bulannya (minggu keempat dan kelima) yang disebut juga dengan week-four effect. Menurut Sun dan Tong hal ini terjadi karena alasan likuiditas yaitu terdapat banyak pengeluaran pada akhir bulan sehingga para investor mengurangi perdagangan dalam pasar modal (Budileksmana, 2005). Pada hari Senin, tekanan jual dari investor individu akan lebih tinggi jika didahului oleh kejadian hari Jumat yang memiliki return negatif (bad Friday). Abraham dan Ikenberry (1994) menemukan bahwa keseluruhan rata-rata returnSenin adalah negatif, hal ini merupakan konsekuensi dari informasi yangdiumumkan pada sesi perdagangan sebelumnya. Hasil ini menunjukkan adanya korelasi antara return hari Jumat dan rata-rata return pada hari Senin(Rita M. R., 2009). Untuk mendapatkan hasil empirik dari penelitian ini, hipotesa yang ada perlu ditetapkan dan diuji. Hipotesa penelitian ini disusun berdasarkan rumusan masalah yang ada, sehingga dapat ditarik hipotesa dalam penelitian ini, yaitu: a. Hari Senin berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia dan merupakan return yang terendah dalam bandingannya dengan return hari-hari yanglain b. Return yang terendah pada hari Senin di Bursa Efek Indonesia terkonsentrasi pada Senin dua minggu terakhir setiap bulannya c. Return pada hari Senin di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh terjadinya return pada hari Jumat pada minggu sebelumnya III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan data numerik sehingga dapat digolongkan sebagai penelitian yang bersifat kuantitatif(Ghozali, 2011). FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 96-101 B. Gambaran Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah data harian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data closing price Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (IHSG) periode 2007 – 2012. C. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data meliputi IHSG harian dari tahun 2007 sampai dengan 2012, sehingga diperoleh data sebanyak 1.465 indeks. Data diperoleh dari Bloomberg. D. Metode dan Prosedur Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penelitian dokumenter.Pengumpulan data dilakukan dengankategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulisyg terkait dengan penelitian, lalu melakukan studi kepustakaan. Kemudian dilakukan kajian data yang dibutuhkan, ketersediaan data, dan gambaran cara memperoleh data. E. Teknik Analisa Data - Menghitung return harian dari data harga penutupan IHSG pada BEI tahun 2007 – 2012 dengan menggunakan rumus: - Mengelompokkan return yang telah dihitung ke dalam hari perdaganganSenin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat. - Melakukan Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. - Melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan regresi yang sebagai berikut Hipotesis 1: Return di Bursa Efek Indonesia pada hari Senin berbeda dengan return pada hari-hari lainnya. 98 Hipotesis 2: Return yang terendah pada hari Senin di Bursa Efek Indonesia terkonsentrasi pada Senin dua minggu terakhir setiap bulannya. Dimana : Rt : Return harian indeks saham pada hari Senin ke-t. SEN1 : Variabel dummy, yang diberikan nilai 1 apabila hari Senin ke-t jatuh pada minggu ke-1 dan diberikan nilai 0 apabila jatuh pada bukan minggu ke-1. SEN2 : Variabel dummy, yang diberikan nilai 1 apabila hari Senin ke-t jatuh pada minggu ke-2 dan diberikan nilai 0 apabila jatuh pada bukan minggu ke-2. SEN3, SEN4, SEN5 : Seperti di atas. Hipotesa: µSenin akhir (SEN4, SEN5) ≥ 0 µSenin akhir (SEN4, SEN5) ˂ 0 Ho: H1: Jika nilai signifikansi> 0,05 (α=5%) makagagal tolak Ho. Artinya rata-rata return terendah tidak terjadi pada Senin dua minggu terakhir (Senin ke 4 dan 5).Sedangkan jika nilai signifikansi< 0,05(α=5%) maka Ho ditolak. Artinya rata-rata returnterendah terjadi pada Senin dua minggu terakhir (Senin ke 4 dan 5). Hipotesis 3: Return pada hari Senin di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh terjadinya return pada hari Jumat minggu sebelumnya. Dimana : a1 a2 Rt RJUMt-1 e : Konstanta : Koefisien regresi : Return pada hari Senin pada minggu t. : Return pada hari Jumat yang mendahului hari Senin pada minggu t. : Error Hipotesa: Dimana : Rt: Return harian indeks saham pada hari t yang dihitung dengan persamaan (3.3). SEN : Variabel dummy, yang diberikan nilai 1 apabila hari t jatuh pada hari Senin dan diberikan nilai 0 apabila jatuh pada hari selain Senin. SEL : Variabel dummy, yang diberikan nilai 1 apabila hari t jatuh pada hari Selasa dan diberikan nilai 0 apabila jatuh pada hari selain Selasa. RAB, KAM, JUM : Variabel dummyRabu, Kamis dan Jumatseperti halnya di atas. Hipotesa: µSn=µSl =µRb=µKm=µJm H1: tidak semua µi sama Dimana µi adalah rata-rata return hari ke i (Senin, Selasa, H o: Rabu, Kamis, Jumat). Jika signifikansi> 0,05 (α=5%), maka gagal tolak Ho, yang berarti return hari Senin tidak berbeda dengan return hari lainnya. Ho: H 1: µa2= 0 µa2≠ 0 Jika nilai signifikansi> 0,05 (α=5%) maka gagal tolak Ho. Artinya, return hari Jumat tidak mempengaruhireturn hari Senin.Sedangkan jika nilai signifikansi< 0,05(α=5%) maka Ho ditolak. Artinya, return hari Jumat mempengaruhireturn hari Senin. IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Statistik - Deskriptif Statistik Data Hipotesis 1 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah return harian periode 2007-2012 dengan total observasi sebanyak 1464. Berikut adalah hasil deskriptif statistik untuk menggambarkan return harian selama periode penelitian: Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Return Harian Hari Senin Selasa Rabu Observasi 294 296 302 Min Maks Mean -0.10028 -0.07698 -0.10375 0.07640 0.06437 0.07921 -0.00065 0.00044 0.00207 Standar Deviasi 0.01838 0.01484 0.01672 FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 96-101 Kamis Jumat 292 280 -0.08880 -0.06905 0.05409 0.07057 99 0.00051 0.00119 0.01533 0.01414 Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata returnterendah terjadi pada hari Senin yaitu -0.00065. Fluktuasi return selama 5 hari bursa tersebut akan disajikan dalam gambar 4.1. Dari gambar tersebut terlihatjelas bahwa return terendah terjadi padahari Senin. - Deskriptif Statistik Data Hipotesis 3 Berikut adalah hasil deskriptif statistik return hari Senin dan return hari Jumat pada minggu sebelumnya selama periode penelitian: Tabel 4.3. Deskriptif Statistik Retun Hari Senin dan Return Hari Jumat Pada Minggu Sebelumnya Standar Hari Observasi Min Mak Mean Deviasi Senin 259 -0.06302 0.07640 -0.00086 0.01649 Jumat 259 -0.06905 0.07057 0.00139 0.01452 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata returnhari Senin sebesar -0.00086, sedangkan rata-rata return hari Jumat sebelumnya adalah 0.00139. Berikut adalah gambar pergerakan return hari Senin dan return hari Jumat pada minggu sebelumnya: Gambar 4.1 Pergerakan Rata-Rata Return Harian Nilai standar deviasi terbesar terjadi di hari Senin, yaitu sebesar 0.01838. Hal ini dapat diartikan bahwa hari Senin memiliki risiko tertinggi dibandingkan hari perdagangan lainnya. Standar deviasi terendahterjadi pada hari Jumat yaitu sebesar 0.01414, yang menandakan bahwa risiko hari Jumat paling keciljika dibandingkan dengan hari lainnya. Gambar 4.3.Pergerakan Retun Senin dan Return Jumat Sebelumnya - Deskriptif Statistik Data Hipotesis 2 Dari total observasi sebanyak 1464, diperoleh return hari Senin sebanyak 294 observasi. Berikut adalah hasil deskriptif statistik untuk menggambarkan return hari Senin berdasarkan minggu selama periode penelitian: Tabel 4.2. Deskriptif Statistik Retun Hari Senin Berdasarkan Minggu Standar Minggu Observasi Min Maks Mean Deviasi Senin1 71 -0.10028 0.07640 0.00012 0.02321 Senin2 69 -0.04841 0.05093 -0.00102 0.01583 Senin3 65 -0.04797 0.07626 0.00018 0.01981 Senin4 66 -0.06302 0.03362 -0.00060 0.01498 Senin5 23 -0.02984 0.03060 -0.00296 0.01281 Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata returnhari Senin terendah terjadi pada minggu ke-5. Sedangkan ratarata returnhari Senin tertinggi terjadi pada minggu ke-3. Dari Gambar 4.3 diketahui bahwa pergerakan retun hari Senin cenderung mengikuti pergerakan return hari Jumat pada minggu sebelumnya. Jika return hari Jumat pada minggu sebelumnya rendah, maka return hari Senin juga rendah. Sebaliknya jika return hari Jumat pada minggu sebelumnya tinggi, maka return hari Senin juga tinggi. B. Uji Asumsi Klasik - Uji Normalitas Pada analisis regresi pengujian normalitas dilakukan pada nilai residual yang dihasilkan model regresi.Pengujian normalitas residual dilakukan dengan uji kolmogorov smirnov. Jika nilai signifikansi uji kolmogorov smirnov> 0.05 (α=5%), maka residual model regresi berdistribusi normal. Berikut adalah hasil uji kolmogorov smirnov residual model regresi 1, 2 dan 3: Model Regresi 1 2 3 Gambar 4.2 Pergerakan Rata-Rata Return Hari Senin Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada dua mingguterakhir, rata-rata return hari Senin mengalami penurunan.Penurunan terjadi cukup besar pada Senin minggu terakhir. Tabel 4.4 Uji Normalitas Nilai Signifikansi Uji Kolmogorov Smirnov 0.000 0.003 0.112 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikan uji kolmogorov smirnov pada model regresi 3 lebih besar dari 0.05, sedangkan nilai signifikan uji kolmogorov smirnov pada model regresi 1 dan 2 kurang dari 0.05. Berdasarkan hasil ini maka asumsi normalitas residual pada model regresi 3 telah terpenuhi, namun pada model regresi 1 dan 2 belum terpenuhi.Akan tetapi berdasarkan Dalil Limit Pusat (Limit Central Theorem), asumsi normalitas tidak terlalu kritis untuk sampel yang besar (Solimun, 2002). Dalam Dalil Limit Pusat disebutkanbila jumlah sampel besar (n≥30), maka statistik dari sampel tersebut akan mendekati distribusi normal (Walpole, 1995). Diketahui sampel yang digunakan pada model regresi 1 dan FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 96-101 2 masing-masing sebanyak 1464 dan 294.Dengan demikian berdasarkan Dalil Limit Pusat, asumsi normalitas residual pada model regresi 1 dan 2 telah terpenuhi. - Uji Multikolinearitas Multikolinearitas menunjukkan adanya korelasi (hubungan) yang kuat antara variabel bebas atau variabel dummy dalam model regresi. Pendeteksian ada atau tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF.Apabila nilai VIF <10, maka model regresi bebas dari multikolinearitas.Berikut adalah nilai VIF yang dihasilkan model regresi 1 dan 2: Tabel 4.5.Uji Multikolinearitas Colinierity Statistics Model Regresi Variabel Tolerance VIF SEN 1.000 1.000 SEL 1.000 1.000 1 RAB 1.000 1.000 KAM 1.000 1.000 JUM 1.000 1.000 SEN1 1.000 1.000 SEN2 1.000 1.000 2 SEN3 1.000 1.000 SEN4 1.000 1.000 SEN5 1.000 1.000 Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui nilai VIF masing-masing variabel dummy pada model regresi 1 maupun pada model regresi 2 semuanya di bawah angka 10, sehingga disimpulkan model regresi 1 dan 2 bebas dari multikolinearitas, dengan demikian asumsi non multikolinearitas telah terpenuhi. Untuk model regresi 3 tidak perlu dilakukan uji multikolinearitas karena hanya terdapat satu variabel bebas dalam model regresi. - Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas menunjukkan adanya ketidaksamaan varians dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas menggunakan korelasi rank spearman. Jika korelasi rank spearman antara variabel bebas dengan nilai residual menghasilkan nilai signifikansi > 0.05 (α=5%), maka disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.Berikut adalah hasil korelasi rank spearman antara variabel bebas dengan nilai residual pada model regresi 1, 2 dan 3: Model Regresi 1 2 3 Tabel 4.6.Uji Heteroskedastisitas Variabel Nilai Signifikansi Korelasi Rank Spearman SEN 0.862 SEL 0.947 RAB 0.783 KAM 0.608 JUM 0.995 SEN1 0.584 SEN2 0.931 SEN3 0.304 SEN4 0.601 SEN5 0.811 RJUM 0.251 Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui korelasi rank spearman menghasilkan nilai signifikansi variabel dummy model regresi 1 dan 2 semuanya lebih besar dari 0.05 (α=5%), nilai signifikansi variabel bebas model regresi 3 juga lebih besar dari 0.05 (α=5%), sehingga disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi 1, 2 dan 3, dengan demikian asumsi non heteroskedastisitas telah terpenuhi. - Uji Autokorelasi Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode t-1 100 (sebelumnya). Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan dengan Run Test. Jika nilai signifikansi Run Testyang dihasilkan regresi > 0,05, maka disimpulkan tidak terdapat autokorelasi pada model regresi(Ghozali, 2009). Berikut adalah nilai Durbin Watson yang dihasilkan dari model regresi 1, 2 dan 3: Tabel 4.7. Uji Autokorelasi Model Regresi Nilai Signifikansi Run Test 1 0.105 2 0.640 3 0.951 Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai nilai signifikansi Run Testyang dihasilkan model regresi 1, 2 dan 3 di atas 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi non autokorelasi terpenuhi. C. Analisis Regresi - Uji Hipotesis 1 Hasil uji t pada model regresi 1 adalah sebagai berikut: Variabel SEN SEL RAB KAM JUM Tabel 4.9. Uji Hipotesis 1 Koefisien Regresi t Sig. -0.00065 -0.701 0.483 0.00044 0.472 0.637 0.00207 2.253 0.024 0.00051 0.541 0.589 0.00119 1.242 0.215 Ket. tidak signifikan tidak signifikan signifikan tidak signifikan tidak signifikan Pada model regresi 1, hanya hari Rabu yang menghasilkan nilai signifikansi uji t kurang dari 0.05, sedangkan hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat nilai signifikansi uji t lebih besar dari 0.05. Hasil ini menyimpulkan bahwa secara parsial hari Rabu memberikan efek terhadap return di Bursa Efek Indonesia periode 20072012, sedangkan hari Senin, Selasa, Kamis, dan Jumat secara parsial tidak memberikan efek. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh hari Senin terhadapreturndi Bursa Efek Indonesia. Tetapi terdapat pengaruh hari Rabu terhadapreturndi Bursa Efek Indonesia. Meskipun return pada hari Senin lebih rendah daripada return pada hari lainnya(koefisien regresi bernilai negatif yaitu -0.00065), namun terbukti return pada hari Senin tidak berpengaruh signifikan terhadapreturndi Bursa Efek Indonesia.Dengan demikian maka hipotesis pertama penelitian yang menduga hari Senin berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia dan merupakan return yang terendah dalam bandingannya dengan return hari-hari yanglain, tidak dapat diterima, atau gagal tolak H0. - Uji Hipotesis 2 Hasil uji t pada model regresi 2 adalah sebagai berikut: Variabel SEN1 SEN2 SEN3 SEN4 SEN5 Tabel 4.10. Uji Hipotesis 2 Koefisien Regresi t Sig. 0.00012 0.055 0.965 -0.00102 -0.458 0.647 0.00018 0.080 0.937 -0.00060 -0.265 0.791 -0.00296 -0.770 0.442 Ket. tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan tidak signifikan Pada model regresi 2, nilai signifikansi yang dihasilkan uji t pada semua variabel dummy lebih besar dari 0.05, maka disimpulkan hari Senin minggu ke-1, minggu ke-2, minggu ke-3, minggu ke-4 maupun hari Senin minggu ke-5, secara parsial tidak memberikan efek terhadap return di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012. Hal ini berarti returnterendah tidak terjadi pada Senin dua minggu terakhir (Senin ke 4 dan 5). Meskipun return hari Senin pada 2 minggu terakhir FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 96-101 101 cenderung lebih rendah daripada return hari Senin pada minggu lainnya (koefisien regresi bernilai negatif yaitu 0.00060 dan -0.00296), namun terbukti return hari Senin pada 2 minggu terakhir tidak berpengaruh signifikan terhadap hari perdagangan. Berdasarkan hasil ini maka hipotesis kedua penelitian yang menduga return yang terendah pada hari Senin di Bursa Efek Indonesia terkonsentrasi pada Senin dua minggu terakhir setiap bulannya, tidak dapat diterima. - Uji Hipotesis 3 Hasil uji t pada model regresi 3 adalah sebagai berikut: Variabel RJUM Tabel 4.11. Uji Hipotesis 3 Koefisien Regresi t Sig. 0.19068 2.730 0.007 Ket. signifikan Pada model regresi 3, nilai signifikansi yang dihasilkan uji t pada variabel RJUM kurang dari 0.05, maka disimpulkan return hari Jumat pada minggu sebelumnya memberikan efek terhadap return hari Senin di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012. Hal ini berarti return hari Senin di Bursa Efek Indonesia berkaitan dengan return hari Jumat pada minggu sebelumnya. Nilai koefisien regresi bernilai positif, artinya peningkatan return hari Jumat pada minggu sebelumnya, akan meningkatkan return hari Senin, dan penurunan return hari Jumat pada minggu sebelumnya, akan menurunkan return hari Senin. Berdasarkan hasil ini hipotesis ketiga penelitian yang menduga return hari Senin di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh terjadinya return hari Jumat pada minggu sebelumnya, dapat diterima. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengujian statistik yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Return pada hari Senin tidak berpengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia dan bukan merupakan return yang terendah dalam bandingannya dengan return hari-hari yanglain. Hal ini menunjukkan bahwa hari perdagangan saham tidak memiliki pengaruh yang signifikanterhadap return saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2012, sehinggahipotesis 1 tidak dapat diterima. 2. Returnterendah tidak terjadi pada Senin dua minggu terakhir (Senin ke 4 dan 5). Berdasarkan hasil ini maka return yang terendah pada hari Senin di Bursa Efek Indonesia tidak terkonsentrasi pada Senin dua minggu terakhir setiap bulannya, sehingga hipotesis 2tidak dapat diterima. 3. Return hari Senin di Bursa Efek Indonesia berkaitan dengan return hari Jumat pada minggu sebelumnya. Peningkatan return hari Jumat pada minggu sebelumnya, akan meningkatkan return hari Senin, dan penurunan return hari Jumat pada minggu sebelumnya, akan menurunkan return hari Senin. Berdasarkan hasil ini hipotesis 3 dapat diterima. Peneliti menyadari bahwa dalampenelitian ini masih terdapat banyakkekurangan: 1. Penelitian ini belum memasukkan faktor-faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi pola perubahan return saham seperti ukuran perusahaan dan kondisi pasar (upand-down market). Untuk penelitian mendatang disarankan untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut sehingga dapat digunakan untuk pembuktian konsistensi keberadaan fenomena Monday effect. 2. Penelitian ini dilakukan hanya dalam rentang waktu 20072012. Keterbatasanrentang waktu penelitian belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai dasar untukmelakukan generalisasi mengenai gejala munculnya the Monday effect di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat memperbesar rentangwaktu penelitian agar dapat digunakan sebagai dasar yang lebih baik untuk melakukangeneralisasi. 3. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan membandingkan dugaan terjadinya Monday effect sebelum dan setelah masa krisis tahun 1998, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh krisis terhadap perilaku pasar modal di Bursa Efek Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Algifari. (2000). Analisis Regresi. Yogyakarta: BPFE Budileksmana, Antariksa, (2005), Fenomena The Monday Effect di Bursa Efek Jakarta, SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005. Damodaran, Aswath. (1996).Invesment Valuation: tools and techniques for determining the value of any asset. New York: John Wiley and Sons. Inc. Downes, J., Goodman J.E., (1987). Dictionary of Finance and Investment Terms, Second Edition. United States of America: Barron’s Educational Series, Inc. Fama,Eugene.(1970), Efficient Capital Markets: a Review of Theory and Empirical Work,Journal of Finance, Vol.25, No.2.pp. 383-417. Ghozali. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Undip. Ghozali, I. (2009). Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Undip. Gujarati N. Dan Porter D.C. (2009). Basic Econometrics. Fifth Edition. Singapore: McGraw-Hill. Jones and Shemesh. (2009), The Weekend Effect in Equity Option Returns. Working Paper. Los Angeles. Ko Wang, Yuming Li, and John Erickson. (1997). A New Look at The Monday Effect. Journal of Finance, Vol LII, No. 5. Nasarudin M. I., Surya I., (2004). Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana. Prihantoro, A. (2001). Pengujian efisiensi pasar modal indonesia bentuk lemah di BEJ periode 1998-1999.(Tesis). Unpublished graduate thesis, Semarang: Universitas Diponegoro. Rita M. R. (2009). Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No.2, 121-134. Sulaiman, Wahid. (2004). Analisis Regresi Menggunakan SPSS. Yogyakarta: ANDI. Supriyono, E., & Wibowo, W. (2008). Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Pengujian Week-Four Effectdi Bursa Efek Jakarta. Utilitas Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. XVI No.1, 54-62. Tahar, A., & Indrasari, A. (2004). Analisis Pengaruh Day of The Week Effect Terhadap Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 5 No.2, 130-145. Tandelilin, Eduardus.(2001).Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.