BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Uraian berikut

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Uraian berikut ini akan memperlihatkan 6 sumber penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan judul penelitian yang akan dilakukan, yaitu :
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
1.
Judul Penelitian
The Impact of an Organization’s Culture towards
Employees’ Performance: A Study on the Frontline
Hotel Employees.
Sumber Penelitian
Ramesh Kumar Moona Haji Mohamed , School of
Distance Education, Universiti Sains Malaysia,
Penang, Malaysia. International Journal of Academic
Research in Business and Social Science.
Tahun Penelitian
2013
Variabel
Organization’s Culture (X)
Employees’ Performance (Y)
Obyek Penelitian
Sekitar 998 karyawan yang bekerja di hotel di daerah
Gurney Drive di Penang , menyebarkan 450 kuesioner
dan 278 kuesioner yang digunakan untuk menganalisis
data.
Metodologi
Metode yang digunakan causal research (pendekatan
sebab-akibat). Metode survey, dengan pengambil
sampel teknik non-probability. Menggunakan uji
reliabilitas, uji normalitas dengan kolerasi pearson, uji
validitas, dan uji regresi berganda.
7
8
Kesimpulan
Hasil penelitian ini mendukung bahwa, budaya
organisasi akan mempengaruhi kinerja karyawan.
Karyawan membutuhkan seorang pemimpin untuk
membimbing mereka, lebih memilih bekerja dalam
kelompok, perlu bekerja di organisasi yang stabil dan
menikmati kualitas hidup. Mereka perlu pujian dari
atasan, mereka akan lebih termotivasi dan memiliki
loyalitas kepada perusahaan, jika mereka merasa
organisasi menghargai kontribusi mereka.
Perbedaan
Dalam penelitian ini budaya organisasi adalah X yang
merupakan variabel yang mempengaruhi keberadaan
Y yaitu mempengaruhi kinerja karyawan. Sedangkan
penelitian yang akan dilakukan kualitas komunikasi
intepersonal yang menjadi variabel X dan budaya
organisasi yang menjadi variabel Y.
Persamaan
Adanya variabel budaya organisasi untuk diteliti.
Teknik pengumpalan secara survey, menggunakan uji
reliabilitas,validitas dan uji normalitas.
2.
Judul Penelitian
The Impact of Team Composition and Interpersonal
Communication on Perceived Team Performance – A
Case Study.
Sumber Penelitian
Michèle Pisani , Université Panthéon-Assas, Paris II,
European Journal of Social Sciences.
Tahun Penelitian
2012
Variabel
Team
Composition
(XI),
Interpersonal
Communication (X2), Perceived Team Performance
(Y).
9
Obyek Penelitian
Perusahaan
international
airfreight
cargo
yang
memiliki lebih dari 85 kantor di lebih dari 50 negara
dan jaringannya mencakup sekitar 90 di seluruh dunia.
yang diteliti adalah general training team dibagi
menjadi dua yaitu corporate training team dan
maintenance training team.
Metodologi
Menggunakan analisis Post-hoc biasa disebut dengan
HSD (honestly Significant difference), uji Chi-square,
Data
dianalisis
dengan
menggunakan
software
XLSTAT Versi 2012.
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kontribusi
relatif komunikasi interpersonal dan keseimbangan
peran tim, untuk menjelaskan perbedaan kinerja yang
dirasakan antara dua tim yang diteliti yaitu corporate
training team dan maintenance training team. Hasil
penelitian menunujukkan bahwa kinerja yang lebih
rendah (LP) tim akan menampilkan interpersonal yang
lebih
rendah,
sebaliknya jika skor komunikasi
interpersonal dari kinerja tim tinggi (HP) maka tim HP
akan lebih seimbang dalam hal peran tim.
Perbedaan
Pada penelitian ini menggunakan metodologi yang
berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan.
Persamaan
Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan samasama meneliti mengenai komunikasi interpersonal.
10
3.
Judul Penelitian
The
Effect
of
Interpersonal
Organizational
Culture,
Achievement
Motivation
Job
Communication,
Satisfaction,
to
and
Organizational
Commitment of State High School Teacher in the
District Humbang Hasundutan, North Sumatera,
Indonesia.
Sumber Penelitian
Tiur
Asi
Siburian.
Department
of
Indonesian
Education State University of Medan. International
Journal of Humanities and Social Science
Tahun Penelitian
2013
Variabel
Interpersonal Communication (XI), Organizational
Culture (X2), Job Satisfaction (X3), and Achievement
Motivation (X4), Organizational Commitment (Y)
Obyek Penelitian
Populasi penelitian guru SMA sebanyak 354 orang.
Dengan sampel dari 150 orang.
Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei dengan pendekatan analisis jalur (path
analysis), teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah proporsional random sampling,
yang diambil berdasarkan nomogram Harry King.
Kesimpulan
Hasil analisis ada pengaruh langsung komunikasi
interpersonal terhadap komitmen organisasi guru, ada
pengaruh
langsung
budaya
organisasi
terhadap
komitmen organisasi guru, ada pengaruh langsung
kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi guru,
dan pengaruh langsung motivasi berprestasi pada
komitmen organisasi guru. Dengan temuan ini, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal yang
lebih efektif, budaya organisasi, kepuasan kerja, dan
11
Kesimpulan
motivasi
berprestasi
yang
tinggi
mempengaruhi
komitmen organisasi guru. Dalam penelitian dituliskan
untuk mengoptimalkan komitmen afektif guru SMA,
ada
kebutuhan
untuk
meningkatkan
efektivitas
komunikasi interpersonal, budaya organisasi, kepuasan
kerja, dan motivasi berprestasi.
Perbedaan
Penelitian ini merupakan regresi berganda sedangkan
pada penelitian yang akan dilakukan dilakukan regresi
sederhana, penelitian ini juga menggunakan path
analysis, penelitian yang akan dilakukan tidak
menggunakan path analysis.
Persamaan
Adanya variabel komunikasi interpersonal dan budaya
organisasi untuk diteliti. Teknik pengumpalan secara
survey, dengan teknik simple random sampling.
4.
Judul Penelitian
Pengaruh
Kepemimpinan
dan
Budaya
Organisasi
Terhadap Kinerja Karyawan.
Sumber Penelitian
Hendry Irawan., S.St., MM, Jurnal Ilmiah Ekonomi
Pelita Ilmu.
Tahun Penelitian
2012
Variabel
Kepemimpinan (XI), Budaya Organisasi (X2), Kinerja
Karyawan (Y).
Obyek Penelitian
Sampel terdiri dari 60 karyawan PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Subang.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan sampel total atau sensus,
Instrumen kuesioner digunakan sebagai pengumpulan
data, menggunakan metode regresi berganda,
pengujian validitas, reliabilitas dan Uji Hipotesis (Uji
T dan Uji F).
12
Kesimpulan
Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa kepemimpinan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan. Semakin baik kepemimpinan, maka
kinerja karyawan akan meningkat. Budaya organisasi
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Artinya
apabila budaya organisasi semakin baik, maka kinerja
karyawan akan meningkat.
Perbedaan
Penelitian di atas merupakan penelitian regresi
berganda, sedangkan penelitian yang akan dilkaukan
menggunakan regresi linier sederhana.
Persamaan
Budaya Organisasi menjadi variabel yang diteliti, dan
uji validitas, reliabilitas dan uji hipotesis.
5.
Judul Penelitian
Pengaruh
Kualitas
Komunikasi
Pemimpin
Kelompok
Sel
Terhadap
Interpersonal
Komitmen
Oganisasi Anggota Kelompok Sel di Satelit Holy
Gereja Mawar Sharon Surabaya.
Sumber Penelitian
Felicia Setyono, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas
Kristen Petra Surabaya, Jurnal E-Komunikasi.
Tahun Penelitian
2013
Variabel
Kualitas Komunikasi Interpersonal Pemimpin (X) dan
Komitmen Oganisasi (Y)
Obyek Penelitian
Populasi seluruh anggota kelompok sel di Satelit Holy
yang aktif yaitu 212 orang, dengan jumlah sampel 139
orang.
Metodologi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu uji validitas, uji reliabilitas, analisis distribusi
frekuensi, uji korelasi product moment, dan uji regresi
linear sederhana.
13
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan data dan analisis tersebut,
maka kualitas komunikasi interpersonal pemimpin
kelompok sel terbukti berpengaruh terhadap komitmen
organisasi anggota kelompok sel di Satelit Holy.
Perbedaan
Penelitian
di
komunikasi
atas
meneliti
interpersonal
mengenai
variabel
X
kualitas
yang
mempengaruhi komitmen organisasi Y. Sedangkan
penelitian yang akan dilakukan kualitas komunikasi
interpersonal variabel X yang akan mempengaruhi
budaya organisasi sebagai variabel Y.
Persamaan
Ada persamaan yaitu kualitas komunikasi interpersonal
menjadi variabel X, dan penggunaan jenis metode
penelitian yang digunakan.
6.
Judul Penelitian
Hubungan
KomunikasI
Interpersonal
Dengan
Kepuasan Kerja Pegawai Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga
Sumber Penelitian
Novia Gusliza. Jurnal Administrasi Pendidikan FIP
UNP.
Tahun Penelitian
2013
Variabel
KomunikasI Interpersonal (X) , Kepuasan Kerja
Pegawai (Y)
Obyek Penelitian
Pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota
Bukittinggi. Besarnya sampel penelitian adalah 50
orang.
14
Metodologi
Jenis penelitian ini adalah korelasional. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Stratified
Random Sampling. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang sumber datanya
adalah pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga
Kota
Bukit
tinggi.
Instrument
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket skala
Likert. Data dianalisis dengan menggunakan rumus
kolerasi Product Moment.
Hasil Penelitian
Hubungan komunikasi interpersonal dengan kepuasan
kerja berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang
dilakukan pada pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga
Kota
Bukittinggi
menunjukkan
bahwa
terdapat hubungan yang berarti antara komunikasi
interpersonal dengan kepuasan kerja yaitu dengan
diperolehnya r hitung = 0.846 > r tabel = 0.361 pada
taraf kepercayaan 99%.
Perbedaan
Pada penelitian di atas komunikasi intepersonal sebagai
variabel X terhadap kepuasan kerja karyawan sebagai
variabel Y. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan
kualitas komunikasi interpersonal variabel X yang akan
mempengaruhi budaya organisasi sebagai variabel Y.
Penelitian ini dilakukan secara Stratified Random
Sampling sedangkan pada penelitian yang akan
dilakukan
menggunakan
teknik
Simple
Random
Sampling.
Persamaan
Komunikasi interpersonal menjadi variabel bebas
seperti penelitian yang akan dilakukan. Kemudian
menggunakan angket skala Likert. Data dianalisis
dengan menggunakan rumus kolerasi Product Moment.
15
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian komunikasi
Richard West dan Lynn H.Turner (2008:3) mengatakan bahwa komunikasi
(communication) adalah proses sosial dimana invidu-individu menggunakan simbolsimbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan
mereka.
Dojoko Purwanto (2011 : 4) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu
proses pertukaran informasi antarinvidu melalui suatu sistem yang biasa (lazim),
baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal maupun tindakan perilaku atau tindakan.
Effendy (2005:11) Secara umum proses komunikasi dibagi menjadi dua,
yaitu proses primer dan sekunder. Proses secara primer pada dasarnya merupakan
aktivitas komunikasi yang dilakukan secara langsung (tatap muka) tanpa
menggunakan alat bantu (teknologi), proses primer ini dilakukan dengan
menggunakan simbol. Simbol yang digunakan itu berupa bahasa, kial (gesture),
isyarat,
gambar,
dan
warna
dan
lainnya
yang
secara
langsung
dapat
“menerjemahkan” pikiran dan perasaan pemberi pesan (komunikator). Dengan kata
lain menggunakan simbol orang (komunikan) mampu memahami isi pesan yang
disampaikan komunikator. Sedangkan proses sekunder pada dasarnya merupakan
aktivitas komunikasi yang dilakukan dengan alat bantu sekunder (kedua) yang antar
lain berupa surat, telepon, teleks, fax, surat kabar, majalah, radio,televisi, film dan
sebagainya. Proses komunikasi primer dipandang lebih efisien dan efektif dalam
menyapaikan pesan yang bersifat peruasif (nasihat, larangan, ajakan dan
sebagainya) sedangkan proses sekunder akan lebih efektif dan efisien untuk
menyebarkan pesan-pesan yang bersifat infomatif, misalnya pemberitahuan sesuatu
yang bersifat massal (untuk khayalak banyak).
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah
proses sosial yang merupakn proses pertukaran informasi antarinvidu dengan
menggunakan simbol-simbol, sinyal-sinyal maupun tindakan perilaku atau tindakan
16
untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.
Komunikasi dapat dilakukan secara langsung maupun lewat media. Tetapi untuk
menyampaikan pesan yang bersifat persuasif maka komunikasi secara tatap muka
atau langsunglah yang menjadi pilihan yang tepat.
2.2.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Menurut Djoko Purwanto (2011:5) mengatakan bahwa komunikasi
antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami kedua belah pihak dan
cenderung lebih fleksibel (luwes) dan informal.
Joseph A. DeVito (2007:5) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah
“Interpersonal communication is the communication that takes place between two
person who have an established relationship , the people are in some way
‘connected’ ”.
Dari pernyataan tersebut berarti bahwa komunikasi interpersonal itu dilihat
dari tingkat keintimannya atau kedekatan proses komunikasi itu. Definisinya
terutama menekankan pada jumlah orang yang terlibat yaitu dua orang dan sudah
memiliki hubungan pribadi yang sangat dekat.
Bentuk komunikasi yang paling lengkap adalah komunikasi tatap muka, hal
tersebut dapat dilihat berdasarkan tabel rincian sebagai berikut:
17
Tabel 2.2 Komunikasi Interpersonal
Kekayaan
Media
Informasi
Tinggi
Umpan
Saluran
Balik
Tatap
Seketika
Muka
Jenis
Bahasa
Komunikasi Sumber
Visual,
Pribadi
Audio
Bahasa
tubuh,
alamiah
Tinggi/
Telepon
Cepat
Surat
Lambat
Audio
Pribadi
Alamiah
Pribadi
Alamiah
Umum
Alamiah
Umum
Alamiah
Sedang
Sedang
Pribadi
Sedang/
Surat
Sangat
Rendah
Resmi
Lambat
Rendah
Numerik
Sangat
Formal
Lambat
Visual
terbatas
Visual
terbatas
Sumber : R. L. Daft dan R. H. Lengel, “Information Richness : A New Approach to
Manageria Behavior and Organization Design, “ dalam B. M. Staw dan L. L.Cunnings
(Eds.), Research in Organizational Behavior, JAI Press, Greenwich, Conn.
18
2.2.2.1 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal
Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal menurut Lukas Dwiantara dan
Suharsono (2013:88) menyatakan bahwa ada enam
ciri komunikasi
interpersonal yang didasarkan pada beberapa kriteria tertentu , yaitu :
1. Aliran pesan, dalam komunikasi interpersonal pesan yang disampaikan
bersifat langsung dan timbal balik, sehingga aliran pesan bersifat dua arah.
Oleh karena itu oleh karena itu komunikator dan komunikan dapat berubah
fungsi ketika komunikasi itu sedang berlangsung.
2. Konteks komunikasi, karena komunikasi interpersonal terjadi secara tatap
muka maka komunikasi berjalan lebih akrab, lebih personal.
3. Umpan balik, seseorang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal
dapat langsung memberikan umpan balik pada saat komunikasi itu sedang
berlangsung.
4. Kemampuan
mengatasi
seleksi,
dalam
komunikasi
interpersonal
kemampuan untuk mengatasi seleksi pesan itu akan lebih sulit, karena
seseorang akan lebih sulit untuk menghentikan proses pembicaraan yang
sedang berlangsung, berbeda dengan komunikasi massa yang akan lebih
mudah untuk menyeleksi pesan-pesan yang disampaikan misalnya melalui
televisi dan radio bisa langsung dihentikan bila tidak sesuai dengan
keinginan.
5. Kecepatan
menjangkau
audiens
yang
luas,
dalam
komunikasi
interpersonal biasanya terjadi “dari mulut ke mulut”.
6. Efek, karena sifatnya langsung maka seseorang yang sedang melakukan
proses komunikasi dapat langsung mengetahui siapa lawan bicaranya itu,
kira-kira orang yang dapat dipercaya atau tidak. Oleh karena itu
komunikasi interpersonal akan lebih mudah untuk mempengaruhi sikap
perilaku seseorang dibandingkan dengan komunikasi massa.
Ciri komunikasi interpersonal dari beberapa sumber DeVito (2007),
Richard & Lynn Turner (2006) dan Julia T.Wood (2004) yang dirangkum
dalam buku Lukas Dwiantara dan Suharsono (2013:94), yaitu :
19
1. Interpersonal communication is unavoidable
Artinya komunkasi interpersonal tidak dapat dihindari karena sudah
menjadi bagian hidup manusia sebagai makhluk sosial manusia tidak
dapat melepaskan hubungan dengan orang lain.
2. Interpersonal communication is irreversible
Komunikasi interpersonal tidak dapat diulang maksudnya adalah ketika
seseorang menyampaikan pesan kepada komunikan (langsung) maka
kata-kata yang menimbulkan makna yang diterima oleh komunikan tidak
dapat ditarik kembali atau dihapus begitu saja.
3. Interpersonal communication involves symbol exchange
Dalam komunikasi interpersonal pada dasarnya terjadi pertukaran simbolsimbol yang digunakan oleh kedua belah pihak. Dengan simbol-simbol
yang saling dipertukarkan itu akhirnya orang dapat memahami apa
sebenarnya maksud (meaning) dari pesan komunikator itu.
4. Interpersonal communication is rule-governed
Setiap kelompok (dua orang atau lebih) yang melakukan proses
komunikasi interpersonal sebenarnya tidak secara langusng mereka
membentuk tata aturan sendiri. Oleh karena itu kemudian timbul berbagai
macam makna dalam simbol-simbol yang digunakan sebagai sarana
komunikasi. Selain itu bila dikaitkan dengan budaya, maka proses
komunikasi interpersonal juga disesuaikan dengan aturan sosial dan
budaya.
5. Interpersonal communication is learned
Komunikasi interpersonal dapat dipelajari, dalam sosiologi proses ini
sering disebut dengan sosialisasi yang pada dasarnya menggambarkan
bagaimana seseorang belajar berkomunikasi dengan orang lain, bahkan
sejak kecil sudah diajarkan bagaimana berkomunikasi baik melalui
warna, gerakan bunyi-bunyian, sapaan sampai dengan penggunaan katakata.
20
6. Interpersonal communication has both content and relationship
information
Komunikasi interpersonal berkaitan dengan aspek isi (content) dan
hubungan (relationship). Informasi isi menunjuk pada makna yang
terkandung pada pesan, ketika seseorang sedang berbicara kepada orang
yang lain, kata-kata yang disampaikan komunikator kepada komunikan
dan bagaimana cara mengatakannya merupakan isi dari informasi (pesan).
Sedangkan informasi hubungan menunjuk pada interpretasi yang
diharapkan dari penerima (komunikan) atas pesan yang disampaikan
dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek hubungan yang
terkandung dalam pesan itu berkaitan dengan perasaan kedua belah pihak.
Oleh karena itu, isi dan hubungan merupakan satu kesatuan yang sulit
untuk dipsahkan.
2.2.2.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Dojoko Purwanto (2011:26) mengatakan bahwa ketika seseorang
berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai tujuan tertentu,
termasuk didalamnya komunikasi antarpribadi. Tujuan tersenut yaitu :
a. Menyampaikan
informasi,
ketika
berkomunikasi
orang
akan
menyampaikan informasi kepada orang lain, agar orang tersebut
mengetahui sesuatu.
b. Berbagi pengalaman, bertujuan untuk saling membagi pengalaman
pribadi kepada orang lain mengenai hal-hal yang menyenangkan maupun
hal-hal yang menyedihkan/menyusahkan.
c. Menumbuhkan simpati, simpati adalah suatu sikap positif yang
ditunjukkan oleh seseorang yang muncul dari lubuk hati yang paling dalam
untuk ikut merasakan bagaimana beban derita, musibah, kesedihan, dan
kepiluan yang sedang dirasakan oleh orang lain. Komunikasi juga dapat
digunakan untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang kepada orang lain.
21
d. Melakukan kerja sama, bertujuan untuk melakukan kerja sama antara
seseorang dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu atau
untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.
e. Menceritakan
kekecewaan
atau
kekesalan,
bertujuan
untuk
mengungkapkan segala bentuk kekecewaan atau kekesalan secara tepat,
secara tidak langsung akan dapat mengurangi beban pikiran. Komunikasi
antarpribadi bukan saja cara untuk mencurahkan isi hati, tetapi juga
merupakan cara mencari jalan keluar atau alternatif solusi yang dihadapi.
f. Menumbuhkan motivasi, melalui komunikasi antarpribadi seseorang
dapat memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik dan
postif.
Menurut Pace dan Faules (2010:202) menyatakan bahwa tujuan-tujuan dari
hubungan antarpersona cenderung menjadi lebih baik bila :
1. Menyampaikan pesan secara langsung dan dengan cara yang hangat dan
ekspresif.
2. Menyampaiakn apa yang terjadi dalam lingkungan pribadi melalui
penyikapan diri.
3. Menyampaikan pemahaman yang positif, hangat kepada satu sama lainnya
dengan memberikan respon-respon yang tidak menghakimi dan ramah.
4. Bersikap tulus kepada satu sama lainnya dengan menunjukkan sikap
menerima secara verbal maupun nonverbal.
5. Selalu menyampaikan pandangan positif tanpa syarat terhadap satu sama
lainnya melalui respon yang tidak menghakimi dan ramah.
6. Berterus-terang mengapa menjadi sulit atau bahkan mustahil untuk sepakat
satu sama lainnya dalam perbincangan yang tidak mengahakimi, cermat,
jujur dan membangun.
22
Menurut Pace dan Faules (2010:203) mengatakan bahwa hubungan
antarpersona memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisasi, bila
hubungan antar persona baik hadir, maka kita akan juga cenderung menemukan
respon-respon yang positif terhadap penyelia, sikap tanggap atas kebutuhankebutuhan pribadi dan organisasi.
2.2.2.3 Karakteristik Kualitas Komunikasi interpersonal
Menurut Devito (2011:285) mengatakan bahwa ada tiga sudut pandang
yang dapat digunakan untuk memaknai dimensi dari efektifitas komunikasi
antar pribadi. Ketiga sudut pandang tersebut adalah sudut pandang humanistik,
sudut pandang pragmatis dan sudut pandang pergaulan sosial dan kesetaraan.
a.
Sudut pandang humanistik, melihat komunikasi antar pribadi yang efektif
ditandai oleh kualitas-kualitas umum yang mampu menciptakan
hubungan antar manusia yang superior (misalnya, kejujuran, keterbukaan
dan sikap positif)
b.
Sudut pandang pragmatis atau keperilakuan, yang menekankan pada
manajemen dan kesegaran interaksi, dan secara umum kualitas-kualitas
yang menetukan pencapaian tujuan yang spesifik.
c.
Sudut pandang pergaulan sosial dan kesetaraan, menyatakan bahwa
pendekatan ini didasarkan pada model ekonomi imbalan dan biaya.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan merupakan
kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan.
2.2.2.4 Faktor-faktor Kualitas Komunikasi Interpersonal
Devito (2011:285) mengatakan bahwa ada lima kualitas umum yang
dipertimbangkan melalui pendekatan humanistis untuk efektivitas komunikasi
interpersonal, yaitu :
23
1.
Keterbukaan (openness).
Keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi antar pribadi
yaitu:
-Komunikator antar pribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Hal ini bukan berarti orang yang diajak berinteraksi
harus dengan segera membuka semua riwayat hidupnya, harus ada kesediaan
untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan.
-Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya
merupakan peserta percakapan yang men-jemukan. Kita ingin orang bereaksi
secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Kita memperlihatkan
keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain
-Menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Komunikator bertanggung
jawab dan memiliki perasaan dan pemikirannya. Terbuka dalam pengertian ini
adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah
memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya.
2. Empati (Empathy)
Empati adalah sebagai kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa
yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu. Berempati adalah
merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya. Orang yang empatik
mampu memahami motivasi orang lain terhadap perasaan dan sikap mereka,
serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat
mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara
nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1)
keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik
yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang
24
penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya
3.
Sikap Mendukung (Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Hal ini merupakan konsep yang perumusannya
dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan
empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung, jadi
sikap mendukung sangat mempengaruhi ketika berkomunikasi. Kita
memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan
evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat
yakin.
4. Sikap Positif (Positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
dua cara yaitu : (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong
orang yang menjadi teman kita untuk berinteraksi. Sikap positif mengacu pada
sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya
sangat penting untuk interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan. Ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami
perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan
pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui
begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal. Kesetaraan berarti kita
menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta
kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
25
2.2.3 Pengertian Budaya Organisasi
Menurut Stephen P.Robbins dan Mary Coulter (2010:63) menyatakan bahwa
budaya organisasi telah diketengahkan sebagai nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi,
dan cara-cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi dan
memengaruhi cara mereka bertindak. Dalam kebanyakan organisasi, nilai-nilai dan
praktik-praktik yang dianut bersama ini telah berkembang pesat seiring dengan
perkembangan zaman dan benar-benar sangat memengaruhi bagaimana sebuah
organisasi dijalankan.
Definisi mengenai budaya disini menyiratkan tiga hal. Pertama, budaya
adalah persepsi, bukan sesuatu yang dapat disentuh secara fisik, namun para
karyawan menerima dan memahaminya melalui apa yang mereka alami dalam
organisasi. Kedua, budaya organisasi bersifat deskriptif, yaitu berkenaan dengan
bagaimana para anggota menerima dan mengartikan budaya tersebut, terlepas dari
apakah mereka menyukainya atau tidak. Ketiga, meskipun para individu didalam
organisasi memiliki latar belakang yang berbeda dan bekerja pada jenjang
organisasi yang juga berbeda, mereka cenderung mengartikan dan mengutarakan
budaya organisasi dengan cara yang sama.
2.2.3.1 Budaya Kuat versus Budaya Lemah
Stephen P.Robbins dan Mary Coulter (2010:64) menyatakan bahwa
semua organisasi memiliki budaya, namun tidak semua budaya organisasi
sama kuatnya dalam mempengaruhi perilaku dan tindakan para karyawan.
Budaya yang kuat (strong culture) yaitu budaya yang menanamkan nilainilai utama secara kokoh dan diterima luas dikalangan para karyawan,
memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perilaku para karyawan
dibandingkan dengan
budaya yang lemah. Semakin tinggi tingkat
penerimaan para karyawan terhadap nila-nilai pokok organisasi dan semakin
besar komitmen mereka pada nilai-nilai tersebut, semakin kuat budaya
organisasi. Berikut ini adalah tabel perbedaan antara budaya kuat dan budaya
lemah :
26
Tabel 2.3 Budaya Kuat dan Budaya Lemah
Budaya Kuat
Budaya Lemah
Nilai-nilai diterima secara luas.
Nilai-nilai hanya dianut oleh segolongan
orang saja di dalam organisasi,biasanya
kalangan manajemen puncak.
Budaya memberikan pesan yang konsisten Budaya memberikan pesan yang saling
kepada para karyawan mengenai apa yang bertolak-belakang
dipandang berharga dan penting
mengenai
apa
yang
dipandang berharga dan penting
Para karyawan sangat mengidentikkan jati Para karyawan tidak begitu peduli dengan
diri mereka dengan budaya organisasi
Terdapat
kaitan
yang
erat
identitas budaya organisasi mereka
diantara Tidak ada kaitan yang kuat diantara nilai-
penerimaan nilai-nilai dan perilaku para nilai dan perilaku para anggota organisasi
anggota organisasi
Sumber : Stephen P.Robbins dan Mary Coulter (2010:64)
2.2.3.2 Faktor – Faktor Budaya Organisasi
Berikut ini adalah faktor-faktor budaya organisasi menurut Stephen
P.Robbins dan Mary Coulter (2010:64) :
• Inovasi dan pengambilan resiko
Adalah melihat Seberapa besar organisasi mendorong para karyawan
untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. Artinya
perusahaan harus menuntun dan mendorong karyawan untuk dapat
menciptakan inovasi terhadap pekerjaan yang dilakukan dan berani
untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan.
27
• Perhatian pada detail
Adalah melihat seberapa dalam ketelitian analisis dan perhatian pada
detail yang dituntut oleh organisasi dari para karyawannya. Artinya
ketelitian sangatlah perlu agar setiap pekerjaan yang dilakukan bisa
berjalanan dengan baik dan benar, sehingga apa yang dikerjakan benarbenar mempunyai manfaat dan untuk meminimalisirkan kesalahan yang
terjadi dalam bekerja.
• Orientasi Hasil
Adalah melihat seberapa besar organisasi menekankan pada pencapaian
sasaran (hasil) ketimbang pada cara mencapai sasaran (proses). Artinya
perusahaan selalu melihat segala sesuatu pekerjaan bila berjalan dengan
baik makan hasil yang dicapai akan baik pula. Bila pekerjaan tidak
membuahkan hasil maka hal tersebut akan sia-sia, untuk itu hasil
pencapaian kerja yang baik dan bermanfaat sangat dibutuhkan oleh
perusahaan.
• Orientasi Manusia
Adalah melihat seberapa jauh organisasi mempertimbangkan fakta
manusia (karyawan) di dalam pengambilan keputusan manajemen.
Artinya perusahaan yang mementingkan sumberdaya manusia adalah
perusahaan yang selalu mempertimbangkan segala keputusan untuk
kepentingan dan kebaikan bersama bukan hanya untuk menguntungkan
satu pihak saja.
• Orientasi tim
Adalah melihat seberapa besar organisasi menekankan pada kerja
kelompok (tim), ketimbang kerja individu dalam menyelesaikan tugastugas. Artinya segala sesuatu pekerjaan bila dikerjakan secara bersamasama maka hal tersebut akan cepat terselesaikan, akan ada banyak ide
28
yang bermunculan, sesama karyawan akan saling membantu satu sama
lainnya untuk bisa mendapatkan hasil yang baik dan menguntungkan
sesama.
• Keagresifan
Adalah melihat seberapa besar organisasi mendorong para karyawannya
untuk saling bersaing ketimbang saling bekerjasama. Artinya saling
bersaing dalam hal ini adalah bersaing untuk berprestasi, jadi setiap
karyawan harus bisa menciptakan prestasi yang membanggakan agar
bisa menjadi panutan, dengan berpretasi juga karyawan akan bisa
dipromosikan. Jadi dalam hal ini perusahaan selalu menanamkan
semangat untuk bekerja.
• Stabilitas
Adalah
melihat
seberapa
besar
organisasi
menekankan
pada
pemeliharaan status quo di dalam pengambilan keputusan dan tindakan.
Artinya organisasi selalu menekankan mengenai apa yang harus
dilakukan dengan keadaan atau standar – standar yang ada didalam
perusahaan sesuai dengan peraturan perusahaan.
2.2.3.3 Jenis Budaya Organisasi
Budaya dapat dikelompokkan berdasarkan proses informasinya
seperti yang dikatakan oleh Quinn dan McGrath dalam Kadar (2012:159)
adalah sebagai berikut :
a. Budaya rasional
Proses informasi individual (klasifikasi sasaran pertimbangan logika,
perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kinerja
yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas, dan keuntungan atau
dampak), dalam budaya ini.
29
b. Budaya ideologis
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan yang
dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan
revitalisasi (dukungan
dari luar, perolehan sumber daya dan
pertumbuhan).
c. Budaya consensus
Pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi, dan konsensus)
diasumsikan untuk menjadi saran bagi tujuan kohesi (iklim, moral, dan
kerjasama kelompok) di dalam budaya ini.
d. Budaya hierarkis
Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal (dokumentasi,
komputasi dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan
kesinambungan (stabilitas, kontrol, dan koordinasi).
2.2.4 Definisi Public Relations
Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam (2012:103-106) menyatakan bahwa
Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasikan, menetapkan,
dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan segala
lapisan masyarakat yang menentukan keberhasilan atau kegagalan Public Relations.
John E. Marston mempunyai definisi Public Relations adalah seni untuk membuat
perusahaan anda disukai dan dihormati oleh karyawan, konsumen dan penyalurnya.
Public Relations adalah setiap usaha dalam menciptakan kehidupan yang
harmonis suatu organisasi, baik ke dalam lingkungannya maupun keluar pada
masyarakat dalam arti luas tercapainya tujuan organisasi, dengan menciptakan
pengertian umum, Antara lembaga dan karyawan maupun masyarakat luas.
Setiap pemimpin dari suatu organisasi bagaimana pun kecilnya, dapat
melaksanakan Public Relations, suatu kegiatan komunikasi yang khas yang
mempunyai ciri-ciri berikut :
30
1. Komunikasi yang dilaksanakan berlangsung dua arah secara timbal balik,
2. Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi pelaksanaan persuasi
dan pengkajian opini publik,
3. Tujuan yang dicapai adalah tujuan organisasi itu sendiri,
4. Sasaran yang dituju adalah publik di dalam dan publik di luar organisasi,
5. Efek yang diharapkan adalah terjadinya hubungan yang harmonis antara
organisasi dan publik.
2.2.4.1 Fungsi Public Relations
Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam (2012:115) mengatakan bahwa gambaran
tentang fungsi public relations, yaitu :
1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling pengertian
dan citra yang baik dari public atau masyarakat pada umumnya,
2. Memiliki sasaran untuk menciptkan opini publik yang bisa diterima dan
menguntungkan semua pihak,
3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai
harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan.
Organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana yang kondusif dan
menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas yang bisa dicapai secara
optimal,
4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan
dengan publiknya, sekaligus menciptkana opini publik sebagai efeknya yang
sangat bergunan sebagai input bagi organisasi atau perusahaan yang
bersangkutan.
Dapat disimpulkan bahwa public relations lebih berorientasi pada pihak
perusahaan untuk membangun citra positif perusahaan dan hasil yang lebih baik dari
31
sebelumnya karena mendapatkan opini dan kritik dari pihak konsumen. Akan tetapi,
fungsi public relations dilaksanakan dengan benar-benar merupakan alat yang
ampuh untuk memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi, atau
perusahaan, dan suasana kerja yang kondusif, serta peka terhadap karyawan,
diperlukan pendekatan khusus dan motivasi dalam meningkatkan kinerjanya.
2.3
Kerangka Pemikiran
Tabel 2.4 Kerangka Pemikiran
Fenomena
Komunikasi Interpersonal (X)
Pengaruh Kualitas Komunikasi
Interpersonal Terhadap Budaya
Organisasi Pada Karyawan
PT.Summarecon Agung Tbk. Kantor
Pusat.
Kualitas Pendekatan Humanistis
Devito (2011:285) :
a. Keterbukaan (openness)
b. Empati (empathy)
c. Sikap mendukung
(supportiveness)
d. Sikap Positif (Positiveness)
e. Kesetaraan (Equality)
Metode Analisis
Kuantitatif
Digunakan untuk menguji
pengaruh kualitas
komunikasi interpersonal
terhadap budaya organisasi
pada karyawan
PT.Summarecon Agung
Tbk. Kantor Pusat.
Hipotesis
Ho : r = 0
Budaya Organisasi (Y)
Ha : r ≠ 0
P.Robbins dan Mary Coulter (2010:64) :
a. Inovasi dan pengambilan resiko
b. Perhatian pada detail
c. Orientasi Hasil
d. Orientasi Manusia
e. Orientasi tim
f. Keagresifan
g. Stabilitas
Hasil Penelitian
Kesimpulan dan
Saran
32
Kerangka pemikiran yang tergambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Fenomena yang menjadi dasar pemikiran dari penelitian ini adalah adanya
Pengaruh Kualitas Komunikasi Interpersonal Terhadap Budaya Organisasi Pada
Karyawan PT Summarecon Agung Tbk. Kantor pusat.
b.
Adanya variabel X yaitu komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi variabel
Y yaitu Budaya Organisasi pada karyawan. Akan diukur berdasarkan faktor-faktor
menurut para ahli yang dijadikan indikator untuk pengukuran penelitian yang
menjadi rujukan penyusunan konsep operasional variabel penelitian.
c.
Kemudian akan dilakukan proses analisis data dengan menggunakan metode
analisis kuantitatif. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui uji
hubungan dan uji pengaruh antara Kualitas Komunikasi Interpersonal (variabel X)
dengan Budaya Organisasi Karyawan (variabel Y) pada PT Summarecon Agung
Tbk. Kantor pusat. Didalam penelitian ini dilakukan pengukuran hubungan,
pengaruh, dan pengujian hipotesis. Berikutnya ini adalah hipotesis yang akan di
uji:
1. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas komunikasi
interpersonal dengan budaya organisasi pada karyawan PT Summarecon
Agung Tbk Kantor Pusat.
2. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara kualitas komunikasi
interpersonal dengan budaya organisasi pada karyawan PT Summarecon
Agung Tbk Kantor Pusat..
d. Pada hasil penelitian makan kita akan membahas mengenai pembahasam hasil
penelitan yang akan membuktikan ada pengaruh fenomena yang terjadi untuk di
teliti.
e. Kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian yang telah didapatkan.
Download