BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Uraian berikut ini akan memperlihatkan 6 sumber penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan judul penelitian yang akan dilakukan, yaitu : Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya 1. Judul Penelitian The Impact of an Organization’s Culture towards Employees’ Performance: A Study on the Frontline Hotel Employees. Sumber Penelitian Ramesh Kumar Moona Haji Mohamed , School of Distance Education, Universiti Sains Malaysia, Penang, Malaysia. International Journal of Academic Research in Business and Social Science. Tahun Penelitian 2013 Variabel Organization’s Culture (X) Employees’ Performance (Y) Obyek Penelitian Sekitar 998 karyawan yang bekerja di hotel di daerah Gurney Drive di Penang , menyebarkan 450 kuesioner dan 278 kuesioner yang digunakan untuk menganalisis data. Metodologi Metode yang digunakan causal research (pendekatan sebab-akibat). Metode survey, dengan pengambil sampel teknik non-probability. Menggunakan uji reliabilitas, uji normalitas dengan kolerasi pearson, uji validitas, dan uji regresi berganda. 7 8 Kesimpulan Hasil penelitian ini mendukung bahwa, budaya organisasi akan mempengaruhi kinerja karyawan. Karyawan membutuhkan seorang pemimpin untuk membimbing mereka, lebih memilih bekerja dalam kelompok, perlu bekerja di organisasi yang stabil dan menikmati kualitas hidup. Mereka perlu pujian dari atasan, mereka akan lebih termotivasi dan memiliki loyalitas kepada perusahaan, jika mereka merasa organisasi menghargai kontribusi mereka. Perbedaan Dalam penelitian ini budaya organisasi adalah X yang merupakan variabel yang mempengaruhi keberadaan Y yaitu mempengaruhi kinerja karyawan. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan kualitas komunikasi intepersonal yang menjadi variabel X dan budaya organisasi yang menjadi variabel Y. Persamaan Adanya variabel budaya organisasi untuk diteliti. Teknik pengumpalan secara survey, menggunakan uji reliabilitas,validitas dan uji normalitas. 2. Judul Penelitian The Impact of Team Composition and Interpersonal Communication on Perceived Team Performance – A Case Study. Sumber Penelitian Michèle Pisani , Université Panthéon-Assas, Paris II, European Journal of Social Sciences. Tahun Penelitian 2012 Variabel Team Composition (XI), Interpersonal Communication (X2), Perceived Team Performance (Y). 9 Obyek Penelitian Perusahaan international airfreight cargo yang memiliki lebih dari 85 kantor di lebih dari 50 negara dan jaringannya mencakup sekitar 90 di seluruh dunia. yang diteliti adalah general training team dibagi menjadi dua yaitu corporate training team dan maintenance training team. Metodologi Menggunakan analisis Post-hoc biasa disebut dengan HSD (honestly Significant difference), uji Chi-square, Data dianalisis dengan menggunakan software XLSTAT Versi 2012. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kontribusi relatif komunikasi interpersonal dan keseimbangan peran tim, untuk menjelaskan perbedaan kinerja yang dirasakan antara dua tim yang diteliti yaitu corporate training team dan maintenance training team. Hasil penelitian menunujukkan bahwa kinerja yang lebih rendah (LP) tim akan menampilkan interpersonal yang lebih rendah, sebaliknya jika skor komunikasi interpersonal dari kinerja tim tinggi (HP) maka tim HP akan lebih seimbang dalam hal peran tim. Perbedaan Pada penelitian ini menggunakan metodologi yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan samasama meneliti mengenai komunikasi interpersonal. 10 3. Judul Penelitian The Effect of Interpersonal Organizational Culture, Achievement Motivation Job Communication, Satisfaction, to and Organizational Commitment of State High School Teacher in the District Humbang Hasundutan, North Sumatera, Indonesia. Sumber Penelitian Tiur Asi Siburian. Department of Indonesian Education State University of Medan. International Journal of Humanities and Social Science Tahun Penelitian 2013 Variabel Interpersonal Communication (XI), Organizational Culture (X2), Job Satisfaction (X3), and Achievement Motivation (X4), Organizational Commitment (Y) Obyek Penelitian Populasi penelitian guru SMA sebanyak 354 orang. Dengan sampel dari 150 orang. Metodologi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan analisis jalur (path analysis), teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling, yang diambil berdasarkan nomogram Harry King. Kesimpulan Hasil analisis ada pengaruh langsung komunikasi interpersonal terhadap komitmen organisasi guru, ada pengaruh langsung budaya organisasi terhadap komitmen organisasi guru, ada pengaruh langsung kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi guru, dan pengaruh langsung motivasi berprestasi pada komitmen organisasi guru. Dengan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal yang lebih efektif, budaya organisasi, kepuasan kerja, dan 11 Kesimpulan motivasi berprestasi yang tinggi mempengaruhi komitmen organisasi guru. Dalam penelitian dituliskan untuk mengoptimalkan komitmen afektif guru SMA, ada kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal, budaya organisasi, kepuasan kerja, dan motivasi berprestasi. Perbedaan Penelitian ini merupakan regresi berganda sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan dilakukan regresi sederhana, penelitian ini juga menggunakan path analysis, penelitian yang akan dilakukan tidak menggunakan path analysis. Persamaan Adanya variabel komunikasi interpersonal dan budaya organisasi untuk diteliti. Teknik pengumpalan secara survey, dengan teknik simple random sampling. 4. Judul Penelitian Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan. Sumber Penelitian Hendry Irawan., S.St., MM, Jurnal Ilmiah Ekonomi Pelita Ilmu. Tahun Penelitian 2012 Variabel Kepemimpinan (XI), Budaya Organisasi (X2), Kinerja Karyawan (Y). Obyek Penelitian Sampel terdiri dari 60 karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Subang. Metodologi Penelitian ini menggunakan sampel total atau sensus, Instrumen kuesioner digunakan sebagai pengumpulan data, menggunakan metode regresi berganda, pengujian validitas, reliabilitas dan Uji Hipotesis (Uji T dan Uji F). 12 Kesimpulan Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Semakin baik kepemimpinan, maka kinerja karyawan akan meningkat. Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Artinya apabila budaya organisasi semakin baik, maka kinerja karyawan akan meningkat. Perbedaan Penelitian di atas merupakan penelitian regresi berganda, sedangkan penelitian yang akan dilkaukan menggunakan regresi linier sederhana. Persamaan Budaya Organisasi menjadi variabel yang diteliti, dan uji validitas, reliabilitas dan uji hipotesis. 5. Judul Penelitian Pengaruh Kualitas Komunikasi Pemimpin Kelompok Sel Terhadap Interpersonal Komitmen Oganisasi Anggota Kelompok Sel di Satelit Holy Gereja Mawar Sharon Surabaya. Sumber Penelitian Felicia Setyono, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya, Jurnal E-Komunikasi. Tahun Penelitian 2013 Variabel Kualitas Komunikasi Interpersonal Pemimpin (X) dan Komitmen Oganisasi (Y) Obyek Penelitian Populasi seluruh anggota kelompok sel di Satelit Holy yang aktif yaitu 212 orang, dengan jumlah sampel 139 orang. Metodologi Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji validitas, uji reliabilitas, analisis distribusi frekuensi, uji korelasi product moment, dan uji regresi linear sederhana. 13 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan data dan analisis tersebut, maka kualitas komunikasi interpersonal pemimpin kelompok sel terbukti berpengaruh terhadap komitmen organisasi anggota kelompok sel di Satelit Holy. Perbedaan Penelitian di komunikasi atas meneliti interpersonal mengenai variabel X kualitas yang mempengaruhi komitmen organisasi Y. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan kualitas komunikasi interpersonal variabel X yang akan mempengaruhi budaya organisasi sebagai variabel Y. Persamaan Ada persamaan yaitu kualitas komunikasi interpersonal menjadi variabel X, dan penggunaan jenis metode penelitian yang digunakan. 6. Judul Penelitian Hubungan KomunikasI Interpersonal Dengan Kepuasan Kerja Pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sumber Penelitian Novia Gusliza. Jurnal Administrasi Pendidikan FIP UNP. Tahun Penelitian 2013 Variabel KomunikasI Interpersonal (X) , Kepuasan Kerja Pegawai (Y) Obyek Penelitian Pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bukittinggi. Besarnya sampel penelitian adalah 50 orang. 14 Metodologi Jenis penelitian ini adalah korelasional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Stratified Random Sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang sumber datanya adalah pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bukit tinggi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket skala Likert. Data dianalisis dengan menggunakan rumus kolerasi Product Moment. Hasil Penelitian Hubungan komunikasi interpersonal dengan kepuasan kerja berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan pada pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bukittinggi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara komunikasi interpersonal dengan kepuasan kerja yaitu dengan diperolehnya r hitung = 0.846 > r tabel = 0.361 pada taraf kepercayaan 99%. Perbedaan Pada penelitian di atas komunikasi intepersonal sebagai variabel X terhadap kepuasan kerja karyawan sebagai variabel Y. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan kualitas komunikasi interpersonal variabel X yang akan mempengaruhi budaya organisasi sebagai variabel Y. Penelitian ini dilakukan secara Stratified Random Sampling sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Persamaan Komunikasi interpersonal menjadi variabel bebas seperti penelitian yang akan dilakukan. Kemudian menggunakan angket skala Likert. Data dianalisis dengan menggunakan rumus kolerasi Product Moment. 15 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian komunikasi Richard West dan Lynn H.Turner (2008:3) mengatakan bahwa komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana invidu-individu menggunakan simbolsimbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Dojoko Purwanto (2011 : 4) mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antarinvidu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal maupun tindakan perilaku atau tindakan. Effendy (2005:11) Secara umum proses komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu proses primer dan sekunder. Proses secara primer pada dasarnya merupakan aktivitas komunikasi yang dilakukan secara langsung (tatap muka) tanpa menggunakan alat bantu (teknologi), proses primer ini dilakukan dengan menggunakan simbol. Simbol yang digunakan itu berupa bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, dan warna dan lainnya yang secara langsung dapat “menerjemahkan” pikiran dan perasaan pemberi pesan (komunikator). Dengan kata lain menggunakan simbol orang (komunikan) mampu memahami isi pesan yang disampaikan komunikator. Sedangkan proses sekunder pada dasarnya merupakan aktivitas komunikasi yang dilakukan dengan alat bantu sekunder (kedua) yang antar lain berupa surat, telepon, teleks, fax, surat kabar, majalah, radio,televisi, film dan sebagainya. Proses komunikasi primer dipandang lebih efisien dan efektif dalam menyapaikan pesan yang bersifat peruasif (nasihat, larangan, ajakan dan sebagainya) sedangkan proses sekunder akan lebih efektif dan efisien untuk menyebarkan pesan-pesan yang bersifat infomatif, misalnya pemberitahuan sesuatu yang bersifat massal (untuk khayalak banyak). Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses sosial yang merupakn proses pertukaran informasi antarinvidu dengan menggunakan simbol-simbol, sinyal-sinyal maupun tindakan perilaku atau tindakan 16 untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung maupun lewat media. Tetapi untuk menyampaikan pesan yang bersifat persuasif maka komunikasi secara tatap muka atau langsunglah yang menjadi pilihan yang tepat. 2.2.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal Menurut Djoko Purwanto (2011:5) mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami kedua belah pihak dan cenderung lebih fleksibel (luwes) dan informal. Joseph A. DeVito (2007:5) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah “Interpersonal communication is the communication that takes place between two person who have an established relationship , the people are in some way ‘connected’ ”. Dari pernyataan tersebut berarti bahwa komunikasi interpersonal itu dilihat dari tingkat keintimannya atau kedekatan proses komunikasi itu. Definisinya terutama menekankan pada jumlah orang yang terlibat yaitu dua orang dan sudah memiliki hubungan pribadi yang sangat dekat. Bentuk komunikasi yang paling lengkap adalah komunikasi tatap muka, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tabel rincian sebagai berikut: 17 Tabel 2.2 Komunikasi Interpersonal Kekayaan Media Informasi Tinggi Umpan Saluran Balik Tatap Seketika Muka Jenis Bahasa Komunikasi Sumber Visual, Pribadi Audio Bahasa tubuh, alamiah Tinggi/ Telepon Cepat Surat Lambat Audio Pribadi Alamiah Pribadi Alamiah Umum Alamiah Umum Alamiah Sedang Sedang Pribadi Sedang/ Surat Sangat Rendah Resmi Lambat Rendah Numerik Sangat Formal Lambat Visual terbatas Visual terbatas Sumber : R. L. Daft dan R. H. Lengel, “Information Richness : A New Approach to Manageria Behavior and Organization Design, “ dalam B. M. Staw dan L. L.Cunnings (Eds.), Research in Organizational Behavior, JAI Press, Greenwich, Conn. 18 2.2.2.1 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal menurut Lukas Dwiantara dan Suharsono (2013:88) menyatakan bahwa ada enam ciri komunikasi interpersonal yang didasarkan pada beberapa kriteria tertentu , yaitu : 1. Aliran pesan, dalam komunikasi interpersonal pesan yang disampaikan bersifat langsung dan timbal balik, sehingga aliran pesan bersifat dua arah. Oleh karena itu oleh karena itu komunikator dan komunikan dapat berubah fungsi ketika komunikasi itu sedang berlangsung. 2. Konteks komunikasi, karena komunikasi interpersonal terjadi secara tatap muka maka komunikasi berjalan lebih akrab, lebih personal. 3. Umpan balik, seseorang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal dapat langsung memberikan umpan balik pada saat komunikasi itu sedang berlangsung. 4. Kemampuan mengatasi seleksi, dalam komunikasi interpersonal kemampuan untuk mengatasi seleksi pesan itu akan lebih sulit, karena seseorang akan lebih sulit untuk menghentikan proses pembicaraan yang sedang berlangsung, berbeda dengan komunikasi massa yang akan lebih mudah untuk menyeleksi pesan-pesan yang disampaikan misalnya melalui televisi dan radio bisa langsung dihentikan bila tidak sesuai dengan keinginan. 5. Kecepatan menjangkau audiens yang luas, dalam komunikasi interpersonal biasanya terjadi “dari mulut ke mulut”. 6. Efek, karena sifatnya langsung maka seseorang yang sedang melakukan proses komunikasi dapat langsung mengetahui siapa lawan bicaranya itu, kira-kira orang yang dapat dipercaya atau tidak. Oleh karena itu komunikasi interpersonal akan lebih mudah untuk mempengaruhi sikap perilaku seseorang dibandingkan dengan komunikasi massa. Ciri komunikasi interpersonal dari beberapa sumber DeVito (2007), Richard & Lynn Turner (2006) dan Julia T.Wood (2004) yang dirangkum dalam buku Lukas Dwiantara dan Suharsono (2013:94), yaitu : 19 1. Interpersonal communication is unavoidable Artinya komunkasi interpersonal tidak dapat dihindari karena sudah menjadi bagian hidup manusia sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat melepaskan hubungan dengan orang lain. 2. Interpersonal communication is irreversible Komunikasi interpersonal tidak dapat diulang maksudnya adalah ketika seseorang menyampaikan pesan kepada komunikan (langsung) maka kata-kata yang menimbulkan makna yang diterima oleh komunikan tidak dapat ditarik kembali atau dihapus begitu saja. 3. Interpersonal communication involves symbol exchange Dalam komunikasi interpersonal pada dasarnya terjadi pertukaran simbolsimbol yang digunakan oleh kedua belah pihak. Dengan simbol-simbol yang saling dipertukarkan itu akhirnya orang dapat memahami apa sebenarnya maksud (meaning) dari pesan komunikator itu. 4. Interpersonal communication is rule-governed Setiap kelompok (dua orang atau lebih) yang melakukan proses komunikasi interpersonal sebenarnya tidak secara langusng mereka membentuk tata aturan sendiri. Oleh karena itu kemudian timbul berbagai macam makna dalam simbol-simbol yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Selain itu bila dikaitkan dengan budaya, maka proses komunikasi interpersonal juga disesuaikan dengan aturan sosial dan budaya. 5. Interpersonal communication is learned Komunikasi interpersonal dapat dipelajari, dalam sosiologi proses ini sering disebut dengan sosialisasi yang pada dasarnya menggambarkan bagaimana seseorang belajar berkomunikasi dengan orang lain, bahkan sejak kecil sudah diajarkan bagaimana berkomunikasi baik melalui warna, gerakan bunyi-bunyian, sapaan sampai dengan penggunaan katakata. 20 6. Interpersonal communication has both content and relationship information Komunikasi interpersonal berkaitan dengan aspek isi (content) dan hubungan (relationship). Informasi isi menunjuk pada makna yang terkandung pada pesan, ketika seseorang sedang berbicara kepada orang yang lain, kata-kata yang disampaikan komunikator kepada komunikan dan bagaimana cara mengatakannya merupakan isi dari informasi (pesan). Sedangkan informasi hubungan menunjuk pada interpretasi yang diharapkan dari penerima (komunikan) atas pesan yang disampaikan dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek hubungan yang terkandung dalam pesan itu berkaitan dengan perasaan kedua belah pihak. Oleh karena itu, isi dan hubungan merupakan satu kesatuan yang sulit untuk dipsahkan. 2.2.2.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal Dojoko Purwanto (2011:26) mengatakan bahwa ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai tujuan tertentu, termasuk didalamnya komunikasi antarpribadi. Tujuan tersenut yaitu : a. Menyampaikan informasi, ketika berkomunikasi orang akan menyampaikan informasi kepada orang lain, agar orang tersebut mengetahui sesuatu. b. Berbagi pengalaman, bertujuan untuk saling membagi pengalaman pribadi kepada orang lain mengenai hal-hal yang menyenangkan maupun hal-hal yang menyedihkan/menyusahkan. c. Menumbuhkan simpati, simpati adalah suatu sikap positif yang ditunjukkan oleh seseorang yang muncul dari lubuk hati yang paling dalam untuk ikut merasakan bagaimana beban derita, musibah, kesedihan, dan kepiluan yang sedang dirasakan oleh orang lain. Komunikasi juga dapat digunakan untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang kepada orang lain. 21 d. Melakukan kerja sama, bertujuan untuk melakukan kerja sama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. e. Menceritakan kekecewaan atau kekesalan, bertujuan untuk mengungkapkan segala bentuk kekecewaan atau kekesalan secara tepat, secara tidak langsung akan dapat mengurangi beban pikiran. Komunikasi antarpribadi bukan saja cara untuk mencurahkan isi hati, tetapi juga merupakan cara mencari jalan keluar atau alternatif solusi yang dihadapi. f. Menumbuhkan motivasi, melalui komunikasi antarpribadi seseorang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik dan postif. Menurut Pace dan Faules (2010:202) menyatakan bahwa tujuan-tujuan dari hubungan antarpersona cenderung menjadi lebih baik bila : 1. Menyampaikan pesan secara langsung dan dengan cara yang hangat dan ekspresif. 2. Menyampaiakn apa yang terjadi dalam lingkungan pribadi melalui penyikapan diri. 3. Menyampaikan pemahaman yang positif, hangat kepada satu sama lainnya dengan memberikan respon-respon yang tidak menghakimi dan ramah. 4. Bersikap tulus kepada satu sama lainnya dengan menunjukkan sikap menerima secara verbal maupun nonverbal. 5. Selalu menyampaikan pandangan positif tanpa syarat terhadap satu sama lainnya melalui respon yang tidak menghakimi dan ramah. 6. Berterus-terang mengapa menjadi sulit atau bahkan mustahil untuk sepakat satu sama lainnya dalam perbincangan yang tidak mengahakimi, cermat, jujur dan membangun. 22 Menurut Pace dan Faules (2010:203) mengatakan bahwa hubungan antarpersona memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisasi, bila hubungan antar persona baik hadir, maka kita akan juga cenderung menemukan respon-respon yang positif terhadap penyelia, sikap tanggap atas kebutuhankebutuhan pribadi dan organisasi. 2.2.2.3 Karakteristik Kualitas Komunikasi interpersonal Menurut Devito (2011:285) mengatakan bahwa ada tiga sudut pandang yang dapat digunakan untuk memaknai dimensi dari efektifitas komunikasi antar pribadi. Ketiga sudut pandang tersebut adalah sudut pandang humanistik, sudut pandang pragmatis dan sudut pandang pergaulan sosial dan kesetaraan. a. Sudut pandang humanistik, melihat komunikasi antar pribadi yang efektif ditandai oleh kualitas-kualitas umum yang mampu menciptakan hubungan antar manusia yang superior (misalnya, kejujuran, keterbukaan dan sikap positif) b. Sudut pandang pragmatis atau keperilakuan, yang menekankan pada manajemen dan kesegaran interaksi, dan secara umum kualitas-kualitas yang menetukan pencapaian tujuan yang spesifik. c. Sudut pandang pergaulan sosial dan kesetaraan, menyatakan bahwa pendekatan ini didasarkan pada model ekonomi imbalan dan biaya. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan merupakan kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan. 2.2.2.4 Faktor-faktor Kualitas Komunikasi Interpersonal Devito (2011:285) mengatakan bahwa ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan melalui pendekatan humanistis untuk efektivitas komunikasi interpersonal, yaitu : 23 1. Keterbukaan (openness). Keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi antar pribadi yaitu: -Komunikator antar pribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini bukan berarti orang yang diajak berinteraksi harus dengan segera membuka semua riwayat hidupnya, harus ada kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan. -Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang men-jemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain -Menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Komunikator bertanggung jawab dan memiliki perasaan dan pemikirannya. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya. 2. Empati (Empathy) Empati adalah sebagai kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu. Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya. Orang yang empatik mampu memahami motivasi orang lain terhadap perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang 24 penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya 3. Sikap Mendukung (Supportiveness) Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Hal ini merupakan konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung, jadi sikap mendukung sangat mempengaruhi ketika berkomunikasi. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin. 4. Sikap Positif (Positiveness) Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan dua cara yaitu : (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita untuk berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. 5. Kesetaraan (Equality) Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan. Ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain. 25 2.2.3 Pengertian Budaya Organisasi Menurut Stephen P.Robbins dan Mary Coulter (2010:63) menyatakan bahwa budaya organisasi telah diketengahkan sebagai nilai-nilai, prinsip-prinsip, tradisi, dan cara-cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi dan memengaruhi cara mereka bertindak. Dalam kebanyakan organisasi, nilai-nilai dan praktik-praktik yang dianut bersama ini telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan zaman dan benar-benar sangat memengaruhi bagaimana sebuah organisasi dijalankan. Definisi mengenai budaya disini menyiratkan tiga hal. Pertama, budaya adalah persepsi, bukan sesuatu yang dapat disentuh secara fisik, namun para karyawan menerima dan memahaminya melalui apa yang mereka alami dalam organisasi. Kedua, budaya organisasi bersifat deskriptif, yaitu berkenaan dengan bagaimana para anggota menerima dan mengartikan budaya tersebut, terlepas dari apakah mereka menyukainya atau tidak. Ketiga, meskipun para individu didalam organisasi memiliki latar belakang yang berbeda dan bekerja pada jenjang organisasi yang juga berbeda, mereka cenderung mengartikan dan mengutarakan budaya organisasi dengan cara yang sama. 2.2.3.1 Budaya Kuat versus Budaya Lemah Stephen P.Robbins dan Mary Coulter (2010:64) menyatakan bahwa semua organisasi memiliki budaya, namun tidak semua budaya organisasi sama kuatnya dalam mempengaruhi perilaku dan tindakan para karyawan. Budaya yang kuat (strong culture) yaitu budaya yang menanamkan nilainilai utama secara kokoh dan diterima luas dikalangan para karyawan, memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perilaku para karyawan dibandingkan dengan budaya yang lemah. Semakin tinggi tingkat penerimaan para karyawan terhadap nila-nilai pokok organisasi dan semakin besar komitmen mereka pada nilai-nilai tersebut, semakin kuat budaya organisasi. Berikut ini adalah tabel perbedaan antara budaya kuat dan budaya lemah : 26 Tabel 2.3 Budaya Kuat dan Budaya Lemah Budaya Kuat Budaya Lemah Nilai-nilai diterima secara luas. Nilai-nilai hanya dianut oleh segolongan orang saja di dalam organisasi,biasanya kalangan manajemen puncak. Budaya memberikan pesan yang konsisten Budaya memberikan pesan yang saling kepada para karyawan mengenai apa yang bertolak-belakang dipandang berharga dan penting mengenai apa yang dipandang berharga dan penting Para karyawan sangat mengidentikkan jati Para karyawan tidak begitu peduli dengan diri mereka dengan budaya organisasi Terdapat kaitan yang erat identitas budaya organisasi mereka diantara Tidak ada kaitan yang kuat diantara nilai- penerimaan nilai-nilai dan perilaku para nilai dan perilaku para anggota organisasi anggota organisasi Sumber : Stephen P.Robbins dan Mary Coulter (2010:64) 2.2.3.2 Faktor – Faktor Budaya Organisasi Berikut ini adalah faktor-faktor budaya organisasi menurut Stephen P.Robbins dan Mary Coulter (2010:64) : • Inovasi dan pengambilan resiko Adalah melihat Seberapa besar organisasi mendorong para karyawan untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. Artinya perusahaan harus menuntun dan mendorong karyawan untuk dapat menciptakan inovasi terhadap pekerjaan yang dilakukan dan berani untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan. 27 • Perhatian pada detail Adalah melihat seberapa dalam ketelitian analisis dan perhatian pada detail yang dituntut oleh organisasi dari para karyawannya. Artinya ketelitian sangatlah perlu agar setiap pekerjaan yang dilakukan bisa berjalanan dengan baik dan benar, sehingga apa yang dikerjakan benarbenar mempunyai manfaat dan untuk meminimalisirkan kesalahan yang terjadi dalam bekerja. • Orientasi Hasil Adalah melihat seberapa besar organisasi menekankan pada pencapaian sasaran (hasil) ketimbang pada cara mencapai sasaran (proses). Artinya perusahaan selalu melihat segala sesuatu pekerjaan bila berjalan dengan baik makan hasil yang dicapai akan baik pula. Bila pekerjaan tidak membuahkan hasil maka hal tersebut akan sia-sia, untuk itu hasil pencapaian kerja yang baik dan bermanfaat sangat dibutuhkan oleh perusahaan. • Orientasi Manusia Adalah melihat seberapa jauh organisasi mempertimbangkan fakta manusia (karyawan) di dalam pengambilan keputusan manajemen. Artinya perusahaan yang mementingkan sumberdaya manusia adalah perusahaan yang selalu mempertimbangkan segala keputusan untuk kepentingan dan kebaikan bersama bukan hanya untuk menguntungkan satu pihak saja. • Orientasi tim Adalah melihat seberapa besar organisasi menekankan pada kerja kelompok (tim), ketimbang kerja individu dalam menyelesaikan tugastugas. Artinya segala sesuatu pekerjaan bila dikerjakan secara bersamasama maka hal tersebut akan cepat terselesaikan, akan ada banyak ide 28 yang bermunculan, sesama karyawan akan saling membantu satu sama lainnya untuk bisa mendapatkan hasil yang baik dan menguntungkan sesama. • Keagresifan Adalah melihat seberapa besar organisasi mendorong para karyawannya untuk saling bersaing ketimbang saling bekerjasama. Artinya saling bersaing dalam hal ini adalah bersaing untuk berprestasi, jadi setiap karyawan harus bisa menciptakan prestasi yang membanggakan agar bisa menjadi panutan, dengan berpretasi juga karyawan akan bisa dipromosikan. Jadi dalam hal ini perusahaan selalu menanamkan semangat untuk bekerja. • Stabilitas Adalah melihat seberapa besar organisasi menekankan pada pemeliharaan status quo di dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Artinya organisasi selalu menekankan mengenai apa yang harus dilakukan dengan keadaan atau standar – standar yang ada didalam perusahaan sesuai dengan peraturan perusahaan. 2.2.3.3 Jenis Budaya Organisasi Budaya dapat dikelompokkan berdasarkan proses informasinya seperti yang dikatakan oleh Quinn dan McGrath dalam Kadar (2012:159) adalah sebagai berikut : a. Budaya rasional Proses informasi individual (klasifikasi sasaran pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas, dan keuntungan atau dampak), dalam budaya ini. 29 b. Budaya ideologis Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan yang dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan). c. Budaya consensus Pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi, dan konsensus) diasumsikan untuk menjadi saran bagi tujuan kohesi (iklim, moral, dan kerjasama kelompok) di dalam budaya ini. d. Budaya hierarkis Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal (dokumentasi, komputasi dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kesinambungan (stabilitas, kontrol, dan koordinasi). 2.2.4 Definisi Public Relations Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam (2012:103-106) menyatakan bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasikan, menetapkan, dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan segala lapisan masyarakat yang menentukan keberhasilan atau kegagalan Public Relations. John E. Marston mempunyai definisi Public Relations adalah seni untuk membuat perusahaan anda disukai dan dihormati oleh karyawan, konsumen dan penyalurnya. Public Relations adalah setiap usaha dalam menciptakan kehidupan yang harmonis suatu organisasi, baik ke dalam lingkungannya maupun keluar pada masyarakat dalam arti luas tercapainya tujuan organisasi, dengan menciptakan pengertian umum, Antara lembaga dan karyawan maupun masyarakat luas. Setiap pemimpin dari suatu organisasi bagaimana pun kecilnya, dapat melaksanakan Public Relations, suatu kegiatan komunikasi yang khas yang mempunyai ciri-ciri berikut : 30 1. Komunikasi yang dilaksanakan berlangsung dua arah secara timbal balik, 2. Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi pelaksanaan persuasi dan pengkajian opini publik, 3. Tujuan yang dicapai adalah tujuan organisasi itu sendiri, 4. Sasaran yang dituju adalah publik di dalam dan publik di luar organisasi, 5. Efek yang diharapkan adalah terjadinya hubungan yang harmonis antara organisasi dan publik. 2.2.4.1 Fungsi Public Relations Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam (2012:115) mengatakan bahwa gambaran tentang fungsi public relations, yaitu : 1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling pengertian dan citra yang baik dari public atau masyarakat pada umumnya, 2. Memiliki sasaran untuk menciptkan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak, 3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas yang bisa dicapai secara optimal, 4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptkana opini publik sebagai efeknya yang sangat bergunan sebagai input bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa public relations lebih berorientasi pada pihak perusahaan untuk membangun citra positif perusahaan dan hasil yang lebih baik dari 31 sebelumnya karena mendapatkan opini dan kritik dari pihak konsumen. Akan tetapi, fungsi public relations dilaksanakan dengan benar-benar merupakan alat yang ampuh untuk memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi, atau perusahaan, dan suasana kerja yang kondusif, serta peka terhadap karyawan, diperlukan pendekatan khusus dan motivasi dalam meningkatkan kinerjanya. 2.3 Kerangka Pemikiran Tabel 2.4 Kerangka Pemikiran Fenomena Komunikasi Interpersonal (X) Pengaruh Kualitas Komunikasi Interpersonal Terhadap Budaya Organisasi Pada Karyawan PT.Summarecon Agung Tbk. Kantor Pusat. Kualitas Pendekatan Humanistis Devito (2011:285) : a. Keterbukaan (openness) b. Empati (empathy) c. Sikap mendukung (supportiveness) d. Sikap Positif (Positiveness) e. Kesetaraan (Equality) Metode Analisis Kuantitatif Digunakan untuk menguji pengaruh kualitas komunikasi interpersonal terhadap budaya organisasi pada karyawan PT.Summarecon Agung Tbk. Kantor Pusat. Hipotesis Ho : r = 0 Budaya Organisasi (Y) Ha : r ≠ 0 P.Robbins dan Mary Coulter (2010:64) : a. Inovasi dan pengambilan resiko b. Perhatian pada detail c. Orientasi Hasil d. Orientasi Manusia e. Orientasi tim f. Keagresifan g. Stabilitas Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran 32 Kerangka pemikiran yang tergambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Fenomena yang menjadi dasar pemikiran dari penelitian ini adalah adanya Pengaruh Kualitas Komunikasi Interpersonal Terhadap Budaya Organisasi Pada Karyawan PT Summarecon Agung Tbk. Kantor pusat. b. Adanya variabel X yaitu komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi variabel Y yaitu Budaya Organisasi pada karyawan. Akan diukur berdasarkan faktor-faktor menurut para ahli yang dijadikan indikator untuk pengukuran penelitian yang menjadi rujukan penyusunan konsep operasional variabel penelitian. c. Kemudian akan dilakukan proses analisis data dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui uji hubungan dan uji pengaruh antara Kualitas Komunikasi Interpersonal (variabel X) dengan Budaya Organisasi Karyawan (variabel Y) pada PT Summarecon Agung Tbk. Kantor pusat. Didalam penelitian ini dilakukan pengukuran hubungan, pengaruh, dan pengujian hipotesis. Berikutnya ini adalah hipotesis yang akan di uji: 1. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas komunikasi interpersonal dengan budaya organisasi pada karyawan PT Summarecon Agung Tbk Kantor Pusat. 2. Ha : Ada hubungan yang signifikan antara kualitas komunikasi interpersonal dengan budaya organisasi pada karyawan PT Summarecon Agung Tbk Kantor Pusat.. d. Pada hasil penelitian makan kita akan membahas mengenai pembahasam hasil penelitan yang akan membuktikan ada pengaruh fenomena yang terjadi untuk di teliti. e. Kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian yang telah didapatkan.