1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bungkil kedelai

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bungkil kedelai merupakan salah satu bahan pakan utama untuk
ternak non ruminansia seperti babi dan unggas. Bungkil kedelai digunakan
sebagai pakan ternak karena kandungan proteinnya yang tinggi serta
kandungan asam aminonya yang lengkap. Di balik kelebihan-kelebihan
tersebut bungkil kedelai diketahui memiliki beberapa antinutrisi, salah
satunya adalah asam fitat. Asam fitat merupakan bentuk utama
penyimpanan fosfor dalam biji-bijian yang dapat mengikat fosfor serta
nutrien lain yang penting bagi tubuh. Ikatan fitat pada biji-bijian dapat
menyebabkan terbentuknya kompleks mineral dalam saluran pencernaan,
mencegah absorbsi nutrien sehingga kecernaan nutrien menurun (David,
1982 cit. Kerovuo, 2000). Asam fitat juga berikatan dengan protein
sehingga asam amino pada pakan tidak dapat terserap dengan baik oleh
ternak non ruminansia. Interaksi fitat-protein dapat menurunkan aktifitas
enzim dalam saluran pencernaan, menurunkan kelarutan protein, serta
menurunkan kecernaan protein (Greiner dan Konietzny, 2011). Molekul
fitat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis dapat berikatan dengan
kation dari mineral-mineral esensial dan membentuk gugus yang tidak
dapat tercerna sehingga tidak dapat diserap oleh saluran pencernaan
(Rimbach et al., 1994). Fitat juga membentuk kompleks dengan protein
dan pati sehingga menghambat kecernaannya (Oatway et al., 2001).
1
Asam fitat dapat tercerna apabila terdapat enzim fitase dalam
saluran pencernaaan ternak. Ternak non-ruminansia seperti babi dan
ayam tidak memiliki enzim fitase sehingga tidak mampu mendegradasi
fitat menjadi fosfor tercerna (Greiner dan Konietzny, 2011), sehingga
untuk memenuhi kebutuhan fosfor ternak non ruminansia biasanya perlu
ditambahkan fosfor anorganik seperti dikalsium fosfat atau monokalsium
monofosfat dalam ransum (Soares Jr. 1995). Hasilnya adalah, fosfor tidak
dapat dicerna dengan baik dan menimbulkan masalah baru yaitu tingginya
kandungan fosfor dalam kotoran ternak sehingga mencemari lingkungan.
Berbagai metode telah dikembangkan untuk menurunkan kadar fitat
dalam bahan makanan dan pakan, antara lain rekayasa genetika,
germinasi, perendaman, perlakuan dengan enzim fitase serta fermentasi
(Gupta, 2013).
Fermentasi bungkil kedelai dengan bakteri penghasil enzim fitase
dapat dilakukan sebagai salah satu usaha untuk menurunkan kadar asam
fitat pada bungkil kedelai. Bakteri penghasil fitase telah berhasil diisolasi
dari tanah sekitar buangan limbah pabrik tahu oleh peneliti terdahulu
(Wicaksono, 2013). Fermentasi dengan bakteri tersebut diharapkan
mampu meningkatkan nilai nutrisi bungkil kedelai.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fermentasi
bungkil kedelai menggunakan bakteri penghasil enzim fitase terhadap
kualitas nutriennya.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
peneliti tentang pengaruh fermentasi bungkil kedelai dengan bakteri
penghasil enzim fitase terhadap nilai nutrisi bungkil kedelai dan
diharapkan dapat diaplikasikan sebagai bahan dalam ransum.
3
Download