BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Investasi
An investment can be defined as the commitment of funds to one or more
assets that will be held over some future time period. The field of investments,
therefore, involves the study of the investment process. Investments is concerned
with the management of an investor’s wealth, which is the sum of current income
and the present value of all future income (Jones, 2014:3).
Investasi dapat diartikan sebagai penanaman uang di suatu perusahaan atau
proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Investasi adalah membeli suatu
asset yang diharapkan di masa yang akan datang dapat dijual kembali dengan nilai
yang lebih tinggi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang. Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan investor (Tandelilin, 2010:2).
Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan
investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung
aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara
yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham
dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari
perusahaan-perusahaan lain (Hartono, 2014:7).
14
Proses investasi menunjukkan bagaimana pemodal seharusnya melakukan
investasi dalam sekuritas; yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak
investasi tersebut dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Langkah-langkah
yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut sebagai berikut (Husnan,
2003:43) :
1) Menentukan Kebijakan Investasi
Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya dan berapa
banyak investasi tersebut akan dilakukan. Adanya hubungan yang positif
antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan
bahwa tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya. Ia harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi.
Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
2) Analisis Sekuritas
Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individual (atau
sekelompok) sekuritas. Ada dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas.
Pertama, adalah mereka yang berpendapat bahwa da sekuritas yang mispriced
(harganya salah, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah), dan anlisis
dapat mendeteksi sekuritas-sekuritas tersebut. Kedua, adalah mereka yang
berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. Kalaupun ada sekuritas
yang mispriced, analis tidak mampu mendeteksinya. Pada dasarnya mereka
yang menganut pendapat ini berpendapat bahwa pasar modal efisien.
Keuntungan yang diperoleh oleh pemodal sesuai dengan pendapat ini adalah
sesuai dengan risiko yang mereka tanggung.
15
3) Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut
identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi
dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.
Pemilihan banyak sekuritas (dengan kata lain pemodal melalui diversifikasi)
dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Sebagaimana telah
disebutkan di atas, pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain oleh preferensi
risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.
4) Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,
dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan terhadap portofolio yang
telah dimiliki. Kalau dirasa bahwa portofolio yang sekarang dimiliki tidak
lagi optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka
pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang
membentuk portofolio tersebut.
5) Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang
diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau suatu portofolio
yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari
portofolio lainnya. Faktor risiko perlu dimasukkan karena itu diperlukan
standar pengukurannya.
16
2.1.2 Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas.
Pasar modal juga di artikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang
pada umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi
(Tandelilin, 2010:26). Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
pasar modal, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Penawaran maupun penjualan saham kepada masyarakat dilakukan melalui
pasar modal, yang jenisnya sesuai dengan jenis sekuritas tersebut diperjualbelikan. Adapun jenis-jenis pasar modal bisa dijabarkan sebagai berikut
(Tandelilin, 2010:28):
1) Pasar Perdana
Pasar perdana terjadi saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya pada
investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum penawaran di pasar perdana,
perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi mengenai
perusahaan secara detail (disebut juga prospektus). Prospektus berfungsi
untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada calon
investor sehingga dengan adanya informasi tersebut makan investor akan
mengetahui prospek perusahaan dimasa datang, dan selanjutnya tertarik untuk
membeli sekuritas yang diterbitkan emiten.
17
2) Pasar Sekunder
Pasar sekunder merupakan tempat perdagangan atau jual beli sekuritas
oleh dan antara investor setelah sekuritas emiten dijual di pasar. Adanya pasar
sekunder,
investor
dapat
melakukan
perdagangan
sekuritas
untuk
mendapatkan keuntungan. Pasar sekunder memberikan likuiditas kepada
investor, bukan kepada perusahaan seperti dalam pasar perdana. Perdagangan
di pasar sekunder dapat dilakukan di dua jenis pasar yaitu pasar lelang
(auction market) atau pasar negoisasi (negotiated market).
Pasar lelang (auction market), pasar sekunder yang merupakan pasar
lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses pelelangan (penawaran)
pada sebuah lokasi fisik. Transaksi antara pembeli dan penjual melalui
perantara broker yang mewakili masing-masing pihak pembeli maupun
penjual. Dengan demikian investor tidak secara langsung melakukan
transaksi, tetapi dilakukan dengan perantara broker.
Pasar negoisasi (negotiated market), berbeda dengan pasar lelang, pasar
negoisasi terdiri dari jaringan berbagai dealer yang menciptakan pasar
tersendiri di luar lantai bursa bagi sekuritas, dengan cara membeli dari dan
menjual ke investor. Tidak seperti broker pada pasar lelang, dealer di pasar
negosiasi mempunyai kepentingan transaksi jual beli karena sekuritas yang
diperdagangkan adalah milik dealer tersebut dan mereka mendapatkan return
dari selisih harga jual beli yang dilakukannya.
18
2.1.3 Bursa Efek
Setelah sekuritas terjual dipasar perdana, sekuritas tersebut kemudian
didaftarkan di bursa efek, agar nantinya dapat diperjual-belikan di bursa. Saat
pertama kali sekuritas tersebut diperdagangkan di bursa biasanya memerlukan
waktu sekitar 4-6 minggu dari saat IPO (Initial Public Offering). Pada waktu
sekuritas tersebut mulai diperdagangkan di bursa, dikatakan sekuritas tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder. Di Indonesia terdapat dua bursa, yaitu PT
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (BES). Dengan demikian
maka bursa efek adalah merupakan perusahaan yang jasa utamanya adalah
menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder (Husnan,
2009:30).
PT BEI merupakan perusahaan swasta yang menyediakan jasa fasilitas
perdagangan sekuritas. Untuk membiayai semua aktivitasnya, salah satu sumber
penghasilan BEI adalah komisi dari broker akibat terjadinya transaksi
(penghasilan yang lainnya adalah fee dari emiten yang mencatat sahamnya di
bursa). Broker membayar komisi ke BEI karena menggunakan fasilitas yang
disediakan oleh BEI (Hartono, 2014:149). Sejak tahun 2007 Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) resmi bergabung sehingga terbentuklah
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sampai saat ini menjadi tempat untuk
bertransaksi di pasar modal.
19
2.1.4 Saham
Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu
perusahaan atas aktiva perusahaan sehingga mempunyai hak untuk hadir Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Suatu perusahaan dapat menjual hak
kepemilikannya dalam bentuk saham. Menurut Hartono (2014:169) saham dibagi
menjadi 3 yaitu saham biasa, saham preferen dan saham treasuri. Jika perusahaan
hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut saham biasa. Saham
preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Perbedaan
saham preferen dengan saham biasa yaitu saham preferen mempunyai hak atas
dividend tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Saham
treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan
beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan
tetapi disimpan sebagai treasuri.
Investor yang memiliki saham dari suatu perusahaan akan memperoleh
manfaat berupa capital gain dan dividen. Capital gain adalah keuntungan yang
diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli saham, sedangkan dividen
adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham atau investor. Bagi investor, saham memberikan hak sebagai berikut
(Sunariyah, 2003:129).
1) Hak untuk berpartisipasi menentukan arah dan tujuan perusahaan yaitu
melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2) Hak untuk memperoleh laba bersih perusahaan sebagai hasil atas dana yang
diinvestasikan.
20
3) Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
bersangkutan sebelum dibeli oleh investor baru.
4) Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan sesuai dengan jumlah
yang dimiliki pada saat perusahaan dilikuidasi.
2.1.5 Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi tetapi
yang diharapkan terjadi dimasa mendatang (Hartono, 2014:263). Return
merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi
yang dilakukannya (Tandelilin, 2010:102).
Return realisasi dapat dihitung menggunakan data-data historis dan sebagai
salah satu pengukuran kinerja perusahaan serta dapat sebagai dasar penentu return
ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Return ekspektasi merupakan
return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Jadi
perbedaan antara keduanya adalah, dimana return realisasi sifatnya sudah terjadi,
sedangkan return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
2.1.6 Risiko
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima
dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya,
21
berarti semakin besar risiko investasi tersebut (Tendelilin, 2010:102). Menurut
Halim (2015:40), risiko dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:
1) Risiko Sistematis (Systematic Risk)
Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi risko ini dipengarui oleh faktor-faktor makro
yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, misalnya perubahan
kondisi perekonomian, iklim politik, perpajakan, kebijakan pemerintah, dan
lain sebagainya. Risiko sistematis dapat dihitung dengan cara mengalikan
varians pasar dengan Beta. Beta merupakan suatu pengukur volatilitas
(volatility) return sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar.
2) Risiko Tidak Sistematis (Unsystematic Risk)
Merupakan
risiko
yang
dapat
dihilangkan
dengan
melakukan
diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri
tertentu, misalnya faktor struktur modal, struktur asset, tingkat likuiditas,
tingkat keuntungan, dan lain sebagainya.
Ada tiga kemungkinan sikap investor terhadap risiko, diantaranya adalah
(Husnan, 2009:124) :
1) Risk Averse adalah sikap seorang investor yang akan memilih investasi yang
memiliki risiko yang lebih rendah dengan tingkat return yang diharapkan
sama besar.
2) Risk Neutral adalah sikap seorang investor yang akan memilih investasi yang
tingkat return-nya sesuai dengan risiko yang dihadapi.
22
3) Risk Seeker adalah sikap seorang investor yang akan memilih investasi yang
memiliki risiko investasi yang lebih tinggi dengan tingkat return diharapkan
sama besar.
2.1.7 Portofolio
Porofolio adalah sekumpulan investasi baik berupa asset riil atau real assets
maupun asset keuangan atau financial assets (Sartono, 2001:143). Menurut
Tandelilin (2010:157), dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin
memaksimalkan return hrapan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia
ditanggungnya atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan
tingkat return tertentu. Karakteristik portofolio seperti ini disebut sebagai
portofolio yang efisien. Membentuk portofolio yang efisien berpegang pada
asumsi mengenai perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang
diambilnya.
Portofolio efisien merupakan dasar dari pembentukan portofolio optimal.
Seorang investor akan memilih portofolio optimal dari sekian banyak pilihan yang
ada pada kumpulan portofolio efisien. Investor juga akan memilih portofolio yang
sesuai dengan preferensi investor terhadap return maupun risiko yang bersedia
ditanggungnya.
Teori portofolio menyatakan bahwa risiko dan pengembalian keduanya harus
dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur
keduanya dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori
portofolio dimulai dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa
23
depan dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi.
Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear antara
tingkat risiko dan return.
2.1.8 Return Portofolio
Perhitungan portofolio juga memerlukan adanya perhitungan return dan
risiko. Menurut Zubir (2011:10), return portofolio adalah selisih antara nilai pasar
portofolio pada akhir periode dan awal periode ditambah dividen dari sahamsaham dalam portofolio yang diterima selama periode observasi, kemudian dibagi
dengan nilai investasi awal.
Return realisasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return
realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio, sedangkan return
ekspektasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return ekspektasi
masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio (Hartono, 2014:263).
2.1.9 Risiko Portofolio
Risiko portofolio tidak bisa dihitung hanya dengan menjumlahkan risiko
masing-masing sekuritas yang ada di dalam portofolio. Menghitung risiko
portofolio tidak sama dengan menghitung return portofolio, karena risiko
portofolio bukan merupakan rata-rata tertimbang risiko masing-masing sekuritas
individual dalam portofolio (Tandelilin, 2010:121). Dalam teori portofolio
modern telah diperkenalkan bahwa risiko investasi total dapat dipisahkan menjadi
dua jenis risiko yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
24
Risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang
terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi sehingga risiko sistematis merupakan risiko
yang tidak dapat di diversifikasi. Risiko tidak sistematis atau dikenal dengan
risiko spesifik merupakan risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara
keseluruhan. Risiko spesifik dapat disebut juga sebagai risiko perusahaan yang
terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Risiko
perusahaan ini dapat diminimalkan oleh seorang investor melalui diversifikasi
asset dalam suatu portofolio.
2.1.10 Pembentukan Portofolio
Dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan return
yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau
mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return
tertentu. Karakteristik portofolio seperti ini disebut sebagai portofolio yang efisien
(Tandelilin, 2010:74).
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembentukan portofolio
optimal adalah dengan Model Indeks Tunggal yang dikembangkan oleh William
Sharpe. Model ini mengaitkan perhitungan return setiap aset pada return indeks
pasar. Perhitungan return sekuritas dalam Model Indeks Tunggal melibatkan dua
komponen utama yaitu sebagai berikut (Tandelilin, 2010:132):
1) Komponen return yang terkait dengan keunikan perusahaan yang
dilambangkan dengan α.
25
2) Komponen return terkait dengan pasar yang dilambangkan dengan β.
Salah satu konsep penting dalam Model Indeks Tunggal adalah β (beta) yang
merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Semakin
besar β (beta) suatu sekuritas, semakin besar kepekaan return sekuritas tersebut
terhadap perubahan return pasar. Asumsi yang digunakan dalam Model Indeks
Tunggal adalah bahwa sekuritas akan berkolerasi jika sekuritas-sekuritas tersebut
mempunyai respon yang sama terhadap return pasar. Sekuritas akan bergerak
menuju arah yang sama jika sekuritas-sekuritas tersebut memiliki hubungan yang
sama terhadap return pasar (Tandelilin, 2010:133).
2.1.11 Portofolio Optimal dengan Model Indeks Tunggal
Salah satu metode pengukuran kinerja portofolio menurut Elton dan Gruber
(1995) adalah pegukuran dengan suatu parameter yang dikaitkan dengan tingkat
risiko (one parameter performance measure) seperti The Treynor Ratio, The
Jensen Ratio dan The Sharpe Ratio. Model Indeks Tunggal memiliki kesamaan
dengan The Treynor Ratio yang mengukur kinerja portofolio berdasarkan
besarnya return premium yang dihasilkan oleh tiap unit risiko sistematis yang
diukur dengan beta.
Salah satu prosedur penentuan portofolio optimal adalah Model Indeks
Tunggal. Model Indeks Tunggal menjelaskan hubungan antara return dari setiap
sekuritas individual dengan return pasar. Menurut Bawazier dan Sitanggang
(dalam M. Sukarno, 2007), Model Indeks Tunggal dapat digunakan dalam
penentuan portofolio optimal dengan cara membandingkan Excess Return to Beta
26
(ERB) dengan cut-off rate (Ci). Excess Return to Beta (ERB) merupakan
kelebihan return saham atas return aset bebas risiko (risk free rate) yang disebut
dengan return premium per unit risiko yang diukur dengan beta. Cut-off rate (Ci)
merupakan hasil bagi varian pasar dan return premium terhadap variance error
saham dengan varian pasar pada sensitivitas saham individual terhadap variance
error saham.
Konsep penghitungannya didasarkan pada model perhitungan Elton dan
Gruber (1995) yaitu dengan cara menentukan ranking (urutan) saham-saham yang
memiliki ERB tertinggi ke ERB yang lebih rendah. Pemeringkatan bertujuan
untuk mengetahui kelebihan return saham terhadap return bebas risiko per unit
risiko. Saham-saham yang mempunyai Excess Return to Beta (ERB) sama dengan
atau lebih besar dari cut-off point (C*) merupakan kandidat dalam pembentukan
portofolio optimal. Konsep Model Indeks Tunggal merupakan analisis portofolio
yang dikembangkan oleh Sharpe pada tahun 1963. Model Indeks Tunggal
merupakan penyederhanaan dari teori portofolio yang dikemukakan Markowitz
dengan memperkecil input analisis teori portofolio dan mereduksi jumlah variabel
yang perlu ditaksir, disamping itu model ini juga dapat digunakan untuk
menghitung return yang diharapkandan risiko portofolio. Perhitungan return
sekuritas dalam Model Indeks Tunggal melibatkan dua komponen utama, yaitu :
1) Komponen return yang terkait dengan keunikan perusahaan, dilambangkan
dengan αi.
2) Komponen return yang terkait dengan pasar, dilambangkan dengan βi.
27
2.1.12 Indeks LQ-45
Indeks LQ-45 merupakan indeks saham dari 45 saham perusahaan go public
yang dapat di perjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Transaksi ini
mencakup 45 saham yang paling likuid, (memiliki tingkat transaksi perdagangan
yang tinggi) dan memiliki nilai kapitalisasi pasar yang besar, dan sejak tanggal 13
Juli 1994 indeks ini ditetapkan memiliki perhitungan nilai indeks sebesar 100
sebagai nilai dasar. Indeks LQ-45 akan disesuaikan dengan likuiditas saham
perusahaan
masing-masing
setiap
6
bulan, sehingga
indeks
ini
akan
memperbaharui daftar sahamnya sesuai dengan kondisi saham di periode tersebut.
Indeks ini diterbitkan untuk memudahkan para invetor untuk mengetahui
saham-saham mana saja yang berpotensi bagi masyarakat untuk menginvestasikan
modalnya. Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pemilihan saham untuk
dimasukkan dalam indeks ini adalah sebagai berikut :
1) Saham tersebut harus terdaftar di Bursa Efek Indonesia minimum selama 3
bulan.
2) Saham dirangking berdasarkan rata-rata aktivitas transaksinya selama 12
bulan terkahir. Saham yang berada di 60 urutan teratas akan menjadi dasar
pemilihan indeks LQ-45.
3) 30 saham teratas dari daftar yang berdasarkan rata-rata aktivitas transaksi,
secara otomatis masuk dalam Indek LQ-45.
4) Selanjutnya, untuk 30 saham yang tersisa, akan diseleksi 15 saham
berdasarkan proses-proses berikut :
28
(a) Memilih 25 saham berdasarkan jumlah hari perdagangan aktif di pasar
reguler.
(b) Dari 25 saham tersebut, dipilih 15 saham berdasarkan frekuensi transaksi
di pasar reguler.
(c) Dari 20 saham tersebut, dipilih 15 saham berdasarkan nilai kapitalisasi
pasar.
5) Selain dari kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, Indeks LQ-45 juga
memperhitungkan kualifikasi saham berdasarkan kondisi keuangan dan
prospek pertumbuhan perusahaan.
2.1.13 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang pemilihan saham dan
portofolio optimal dilakukan oleh Ross A. Maller, dkk (2010) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa dalam dunia ekonomi sangat akrab dengan Model Indeks
Tunggal, pertimbangan kesahalan dalam melakukan estimasi harus dilaksanakan
secara rinci untuk dapat mengaplikasikan dalam melakukan investasi berdasarkan
teori-teori yang telah dikemukakan. Javed Bin Kamal (2012) hasil penelitiannya
menunjukan bahwa membentuk portofolio saham dapat menguntungkan investor
melalui diversifikasi dan pemanfaatan kombinasi pengembalian risiko yang
berbeda.
Mokta Rani Sarker (2013) penelitiannya menunjukan bahwa risiko dan return
mempunyai peranan penting dalam membuat keputusan investasi. Dari 164
perusahaan yang diambil untuk penelitian, 7 perusahaan menunjukkan hasil
29
negatif dan 157 perusahaan menunjukkan hasil yang positif. Dari 164 perusahaan
tersebut terdapat 61 perusahaan yang memiliki beta pasar di atas 1. Studi ini
menunjukkan bahwa portofolio beta secara signifikan lebih rendah dari beta pasar
dan return portofolio jauh lebih tinggi dari varian portofolio.
Berdasarkan penelitian Rowland Bismark Fernando Pasaribu (2013) setelah
dilakukan komparasi dengan cut-off rate untuk masing-masing periode formasi
maka diperoleh hasil untuk penggunaan Indeks Harga Saham Gabungan sebagai
kriteria tingkat pengembalian pasar: pada bulan Januari diperoleh 9 saham yang
akan membentuk portfolio optimal, bulan Februari diperoleh 6 saham yang
membentuk portfolio optimal, bulan Maret portfolio optimal dapat dibentuk oleh
6 saham, bulan April saham yang membentuk portfolio optimal terdiri dari 12
saham, bulan Mei saham yang membentuk portfolio optimal terdiri dari 13 saham,
bulan Juni saham yang membentuk portfolio optimal berjumlah 6 saham, bulan
September jumlah saham yang membentuk portfolio optimal adalah 9 saham,
sedangkan bulan November saham yang membentuk portfolio optimal berjumlah
10 saham. Untuk bulan Juli dari seluruh saham yang terpilih untuk membentuk
portfolio optimal dapat dipecah menjadi 3 portofolio merujuk pada kriteria risiko
tidak sistematis (σei²) masing-masing saham demikian juga halnya pada saham
yang membentuk portfolio optimal pada bulan Oktober.
K.V. Ramanathan dan K.N. Jahnavi (2014) pada hasil penelitiannya terdapat
5 saham perusahaan yang memenuhi kriteria dalam pembentukan portofolio
optimal dengan menggunakan Model Index Tunggal yaitu PVR, media HT, Sun
TV, Saregama, pasar Dish pangsa TV. Jayant Gautam dan Saurabh Singh (2014)
30
menggunakan Model Indeks Tunggal dalam pembentukan portofolio optimal di
pasar saham India dengan asumsi kasus di mana short selling tidak diperbolehkan.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat 2 perusahaan yang dipilih untuk
tujuan investasi yaitu Federal Bank Ltd, dan Yes Bank Ltd. Masing-masing total
investasi dalam proporsi portofolio yang terbesar yaitu 97,51 persen dan yang
terkecil 2,49 persen.
R. Rajkumar dan S. Vinoth (2014) meneliti sebuah portofolio yang optimal di
pasar saham India dengan menggunakan Model Indeks Tunggal. Hasil
penelitiannya menunjukkan 5 perusahaan menunjukkan hasil yang positif, yaitu
Bajaj Auto Limited, Hero Honda Motors Ltd, Mahindra & Mahindra Ltd, Maruti
Suzuki India Ltd dan Tata Motors dengan masing-masing cut-off point (Ci)
sebesar 23.19, 21.10, 24.32, 24.58, and 31.83. Sathya Swaroop Debasish dan
Jakki Samir Khan (2012) meneliti portofolio optimal menggunakan Model Indeks
Tunggal pada saham manufaktur. Hasil penelitiannya menunjukkan dari 14
perusahaan yang diambil untuk penelitian, hanya 3 perusahaan yaitu Motor Hero
Corp, Tata Motors dan Asian Paint yang termasuk dalam portofolio optimal.
Ch. Naveen (2014) dalam penelitiannya menerapkan Model Indeks Tunggal
yang menunjukan hasil bahwa Sharpe memberi cara untuk membentuk portofolio
optimal. Investor harus mengevaluasi portofolio dari waktu ke waktu untuk
mendapatkan lebih banyak keuntungan, karena sifat volatile pasar dan ekonomi.
Thangjam Ravichandra (2014) hasil penelitiannya menunjukkan dari 50
perusahaan yang diambil, 6 perusahaan menunjukkan return negatif dan 44
perusahaan menunjukkan return yang positif.
31
R. Nalini (2014) meneliti kegunaan Model Indeks Tunggal dalam
pembentukan portofolio. Penelitiannya menunjukkan di antara 15 perusahaan
yang menjadi sampel, hanya 4 yang terpilih sebagai portofolio optimal dengan
masing-masing nilai Ci pada saham ITC Limited 's stock sebesar 70.88% , Tata
Consultancy Services Limited ' stock sebesar 10.08%, Dr Reddys Laboratories
Ltd. sebesar 17.41%, dan Bajaj Auto Limited Company's Stock sebesar 1.63%.
Windy Martya Wibowo, dkk (2014) pada penelitiannya dari 22 sampel saham
berdasarkan nilai return ekspektasi hanya 18 saham yang layak untuk masuk ke
dalam portofolio optimal. Sementara berdasarkan besarnya ERB hanya 17 saham
saja yang layak untuk masuk ke dalam portofolio. Dari hasil perhitungan
selanjutnya diperoleh 14 saham yang membentuk komposisi portofolio optimal.
Saham-saham tersebut adalah GGRM, KLBF, JSMR, ASII, SMGR, INTP, LPKR,
BBCA, BBNI, INDF, PGAS, BMRI, BBRI dan BDMN.
Hanggi Rarastiti, dkk (2014) dalam penelitiannya terdapat terdapat empat
saham perusahaan
pembentuk portofolio optimal. Besarnya proporsi dana
masing-masing saham yang terpilih dalam pembentukan portofolio optimal
berturut-turut adalah 17,23% untuk PT. Sekar Laut, Tbk; 28,43% untuk PT. Multi
Bintang Indonesia, Tbk; 38,11% untuk PT. Delta Jakarta, Tbk; 16,23% untuk PT.
Mayora Indah, Tbk.
J. Francis Mary dan G. Rathika (2015) meneliti mengenai portofolio optimal
dengan menggunakan Model Indeks Tunggal di pasar saham India. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa dari 10 perusahaan hanya 1 perusahaan yang
32
memiliki nilai ERB positif sehingga dipilih untuk tujuan investasi yaitu
Pharmaceutical Companies.
33
Download