BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaku pasar pada umumnya menginginkan bahwa pelanggan yang diciptakannya dapat dipertahankan selamanya. Ini bukan tugas yang mudah mengingat perubahan-perubahan yang dapat terjadi setiap saat, baik perubahan pada diri pelanggan seperti selera maupun aspek-aspek psikologis serta perubahan kondisi lingkungan yang mempengaruhi aspek-aspek psikologis, sosial dan kultural pelanggan. Masa krisis ekonomi di Indonesia yang berawal pertengahan 1997 memberikan gambaran tentang terjadinya perubahan lingkungan yang berdampak pada proses keputusan beli pelanggan. Daya beli konsumen yang menurun tajam telah mengkondisikan konsumen pada situasi yang lebih terbatas menyangkut pilihan produk yang diinginkannya. Meskipun pemasar sudah memiliki segmen pelanggan yang dianggap loyal, dalam kondisi krisis ini pemasar tetap perlu memberikan perhatian tentang loyalitas pelanggan agar tidak terjadi perpindahan merek. Tekanan-tekanan persaingan yang mengarah pada perubahan loyalitas pelanggan juga tidak dapat diabaikan. Dalam jangka panjang, loyalitas pelanggan menjadi tujuan bagi perencanaan pasar, selain itu juga dijadikan dasar untuk pengembangan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan yaitu keunggulan yang dapat direalisasi melalui upaya-upaya pemasaran. Dalam lingkungan persaingan global yang semakin ketat dengan masuknya produkproduk inovatif kepasaran di satu sisi, dan kondisi pasar yang jenuh untuk produk-produk tertentu di sisi lain, tugas mengelola loyalitas pelanggan menjadi tantangan manajerial yang tidak ringan. Istilah loyalitas pelanggan sebetulnya berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu. Perusahaan menyadari bahwa pelanggan yang loyal bisa menghasilkan pendapatan yang besar selama bertahun-tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghadapi resiko kehilangan pelanggan dengan mengabaikan keluhan dan bertengkar mengenai masalah-masalah kecil tidak dapat dianggap remeh. Apabila perusahaan menimbulkan pelanggan tidak puas maka ia akan menceritakannya pada setiap orang, misalnya, orang yang mendengar cerita tentang ketidakpuasan terhadap suatu produk menceritakannya kepada sebelas orang yang menceritakannya kepada sebelas orang yang lain dan seterusnya. Jelas kata-kata yang buruk dari mulut ke mulut lebih cepat daripada kata-kata yang baik dan dengan mudah bisa meracuni sikap publik mengenai produk (Kotler, 2002:23). Ini dapat digunakan oleh pemasar untuk mengembangkan loyalitas merek dari konsumennya. Pemasar yang kurang atau tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung resiko tidak loyalnya konsumen. Jika pemasar sangat memperhatikan kualitas bahkan diperkuat dengan periklanan yang intensif, loyalitas konsumennya pada merek yang ditawarkan akan lebih mudah diperoleh. Kualitas dan periklanan menjadi faktor kunci untuk menciptakan loyalitas merek jangka panjang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumen akan menjadi loyal pada merek-merek yang berkualitas tinggi jika produk-produk itu ditawarkan dengan harga yang wajar. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Selain melalui kualitas dan diperkuat dengan periklanan, loyalitas merek juga dapat dikembangkan melalui promosi penjualan dan diperkuat dengan periklanan. Sebagai contoh, membeli dua dapat tiga, mengumpulkan sepuluh tutup botol minuman dapat hadiah menarik, mengumpulkan kupon perangko dapat hadiah. Cara-cara serupa lainnya digunakan oleh pemasar untuk meningkatkan kemungkinan konsumen melakukan pembelian ulang. Jadi kegiatan promosi penjualan yang intensif dapat menjadi alat untuk mengembangkan loyalitas merek dari konsumennya. Promosi penjualan merupakan bagian dari promosi, yang meliputi berbagai macam alat promosi sebagai pendorong untuk jangka pendek, dirancang sedemikian rupa untuk menggiatkan pemasaran secara lebih cepat dan kuat. Setiap hari masyarakat haus akan berita-berita dan informasi-informasi yang terjadi di dalam maupun di luar daerah, dan untuk mendapatkan berita dan informasi bisa dengan berbagai cara misalnya lewat televisi, koran, internet, obrolan sesama teman, dan sebagainya. Koran adalah salah satu media yang menawarkan berbagai berita dan informasi mulai dari dalam negeri sampai luar negeri. Ada berbagai merek koran yang ada di Indonesia misalnya Kompas, Jawa Pos, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Solopos, Joglosemar dan sebagainya. Masyarakat dalam memilih koran JOGLOSEMAR tentu ada pertimbangannya, seperti loyality of region brand (loyalitas terhadap merek daerah), cakupan berita yang dimuat mencakup wilayah surakarta, pada kolom tertentu masyarakat membutuhkan informasi tertentu yang harus mereka penuhi di JOGLOSEMAR seperti jual-beli barang, lowongan pekerjaan, dan kepentingan lain yang tidak dapat dipenuhi jika membaca koran lain karena alasan geografis. Dan sebetulnya celah-celah tersebutlah yang sebenarnya mampu mengarahkan koran JOGLOSEMAR sehingga memenuhi kriteria keinginan konsumen. Sebetulnya bagi PT. JOGLOSEMAR sudah mempunyai segmentasi pasar yang jelas yaitu masyarakat wilayah Surakarta dan sekitarnya, karena pada dasarnya tiap daerah mempunyai produk daerah yang akan mendominasi tingkat minat baca masyarakat setempat terhadap koran yang akan menjadi pilihannya. Seperti di Yogyakarta masyarakat tentu akan sangat akrab dengan Kedaulatan Rakyat, sehingga Kedaulatan Rakyat menjadi salah satu prioritas utama bagi mayoritas masyarakat Yogyakarta. Di Semarang dan Jawa Tengah hampir sebagian besar masyarakatnya penggemar Suara Merdeka, dan Suara Merdeka pun menjadi andalan di Semarang dan sekitarnya. Di Jawa Timur masyarakatnya pun tentu akan loyal terhadap Jawa Pos, walaupun sekarang ada konsep Radar yang tentunya hal ini merupakan penetrasi pasar bagi Jawa Pos yang berpengaruh terhadap komoditas berita koran daerah, jadi untuk wilayah Surakarta sendiri sebenarnya koran JOGLOSEMAR sudah mampu memenuhi standar pasar. Keadaan ini mungkin juga didasarkan pada kenyataan dan alasan tersebut diatas, yaitu karena alasan kedaerahan, dimana koran JOGLOSEMAR di wilayah Surakarta sudah familiar. Walaupun demikian, untuk meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap koran JOGLOSEMAR, PT. JOGLOSEMAR harus menentukan langkah untuk menghadapi pesaing yang semakin banyak misalnya dengan meningkatkan kualitas produk dan promosi penjualan pada koran JOGLOSEMAR. Dalam meningkatkan kualitas produk, PT. JOGLOSEMAR menggunakan beberapa cara misalnya menambah kolom pada koran JOGLOSEMAR dengan harga tetap, meningkatkan mutu berita dan informasi, menata layout halaman sehingga konsumen merasa nyaman membacanya, dan sebagainya. Selain itu, PT. JOGLOSEMAR juga harus meningkatkan promosi penjualan misalnya dengan cara adanya kuis berhadiah dalam koran JOGLOSEMAR, membuat event tertentu untuk koran JOGLOSEMAR, memberikan informasi tentang produk, harga, cara promosi, tempat agen koran JOGLOSEMAR, dan sebagainya. Dari pembahasan yang singkat ini, mendorong penulis untuk memilih judul “Pengaruh Kualitas Produk, Kepuasan Pelanggan, dan Komitmen Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan” ( studi kasus pada custumer koran joglosemar di surakarta ) B. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini penulis akan menganalisa loyalitas pelanggan pada koran JOGLOSEMAR dengan merumuskan masalah-masalah yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh kualitas produk pada kepuasan pelanggan koran JOGLOSEMAR ? 2. Apakah ada pengaruh kualitas produk pada loyalitas pelanggan koran JOGLOSEMAR? 3. Apakah ada pengaruh kepuasan pelanggan pada komitmen pelanggan koran JOGLOSEMAR? 4. Apakah ada pengaruh kepuasan pelanggan pada loyalitas pelanggan koran JOGLOSEMAR? 5. Apakah ada pengaruh komitmen pelanggan pada loyalitas pelanggan koran JOGLOSEMAR? Perbedaan dengan dengan jurnal yang di replikasi yaitu pada penelitian ini objek yang dirumuskan berupa produk (koran), sedangkan pada jurnal utama yang dipakai dalam penelitian ini yaitu menganalisa pengaruh kualitas jasa layanan, kepuasan pelanggan dan komitmen pelanggan terhadap loyalitas pelanggan.(Bisnis Retail) C. Tujuan Penelitian Setiap aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan dalam mengadakan suatu penelitian pasti mempunyai tujuan baik itu bagi perusahaan maupun bagi peneliti. Adapun tujuan penelitian, antara lain: 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan pada koran JOGLOSEMAR. 2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan pada koran JOGLOSEMAR. 3. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan terhadap komitmen pelanggan pada koran JOGLOSEMAR. 4. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan pada koran JOGLOSEMAR. 5. Untuk mengetahui pengaruh komitmen pelanggan terhadap loyalitas pelanggan pada koran JOGLOSEMAR. D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi perusahaan Sebagai bahan acuan bagi perusahaan untuk memformulasikan kebijaksanaan dalam upaya meningkatkan loyalitas pelanggan 2. Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya dan diharapkan penelitian berikutnya mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini. 3. Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan terhadap ilmu pemasaran, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh kualitas produk, kepuasan pelanggan, dan komitmen pelanggan terhadap loyalitas pelanggan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. Definisi Pemasaran Definisi dari pemasaran mencakup tiga kata yaitu, satisfying need profitability, yang artinya bagaimana memuaskan kebutuhan konsumen secara menguntungkan. Perusahaan yang hanya mencari untung tanpa memikirkan kepuasan konsumen maka usaha yang dilakukan tidak akan bertahan lama karena bila terdapat perusahaan lain yang mampu memberi kepuasan yang lebih baik maka tentunya konsumen akan berpindah untuk mengkonsumsi barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan lain tersebut Pemasaran diperlukan oleh perusahaan karena terdapat berbagai kegiatan yang di dalamnya ditujukan untuk memberikan suatu nilai lebih kepada konsumen melalui sebuah produk berupa barang atau jasa dibanding dengan pesaing. Pemasaran diperlukan sebagai suatu konsep bisnis yang strategis bagi suatu perusahaan yang ingin menjadi the real marketing company, karena perusahaan selalu memberikan kepuasan yang berkelanjutan (sustainable satisfaction) kepada tiga stakeholder utama yaitu pelanggan, pemegang saham, dan karyawan (Kertajaya dalam Syamsurijal, 2002). di dalam perusahaan itu sendiri 2. Konsep Loyalitas Pelanggan Loyalitas pelanggan secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas sesuatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Bloemer dan Kasper (1995) menyatakan bahwa loyalitas adalah salah satu cara dimana konsumen mengekspresikan kepuasannya atas performa produk atau jasa yang diterimanya. Oliver dalam Chaudhuri dan Holbrook (2001) mendefinisikan loyalitas konsumen sebagai sebuah komitmen yang kuat untuk membeli ulang terhadap suatu produk atau jasa secara konsisten di waktu yang akan datang, dengan demikian menyebabkan perulangan pada merek yang sama atau membeli merek yang sama, walaupun kondisi situasional dan usaha-usaha pemasaran mempunyai pengaruh yang potensial dalam perilaku pemilihan (switching behavior). Menurut Rowleys dan Dawes (1999) loyalitas merupakan sikap (attitudes) dan perilaku (behavior), seperti pengulangan berlangganan dan membeli, dan merekomendasikan secara positif, sehingga mempengaruhi konsumen sesungguhnya (aktual) dan konsumen potensial. Loyalitas pelanggan merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi konsumen yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu. Kesetiaan konsumen terhadap suatu barang atau jasa produk tertentu tergantung pada beberapa faktor : besarnya biaya untuk berpindah ke barang atau jasa yang lain, adanya kesamaan mutu, kualitas atau pelayanan dari jenis barang atau jasa pengganti, adanya resiko perubahan biaya akibat barang atau jasa pengganti dan berubahnya tingkat kepuasan yang didapat dari produk baru dibanding dengan pengalaman terhadap produk sebelumnya yang pernah dipakai. Konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya, akan membeli produk dengan merek tertentu. Apabila merek yang dipilih konsumen itu dapat memuaskan kebutuhan dan keiginannya, maka konsumen akan memiliki suatu ingatan yang dalam terhadap merek tersebut. Dalam keadaan semacam ini kesetiaan konsumen akan mulai timbul dan berkembang. Dan dalam pembelian yang berikutnya, konsumen tersebut akan memilih produk dengan merek yang telah memberinya kepuasan, sehingga akan terjadi pembelian yang berulang-ulang terhadap merek tersebut. 3. Keuntungan Loyalitas Pelanggan Menurut Kotler (1999: 547) pelanggan yang loyal memiliki beberapa keuntungan bagi perusahaan, diantaranya; pelanggan yang loyal kurang sensitif terhadap harga, tetap berlangganan atau membeli produk perusahaan untuk periode yang lama dan menyebarkan informasi yang positif tentang perusahaan dan produk yang ditawarkan. Sedangkan Barnes (2003:43) menyatakan keuntungan dari pelanggan yang loyal, antara lain : a. Pelanggan yang loyal membelanjakan lebih banyak. Semakin lama seorang pelanggan menjalin relasi dengan perusahaan, mereka cendrung membelanjakan lebih banyak uang. Inilah yang disebut fenomena proporsi shopperan. b. Pelanggan yang loyal merasa lebih nyaman. Pelanggan yang memiliki loyalitas seringkali kembali dan kembali lagi pada sebuah perusahaan karena mereka merasa nyaman dengan perusahaan tersebut. Mereka tidak memiliki dorongan untuk pergi serta telah mengembangkan kepercayaan yang timbul seiring terjadinya keakraban. c. Pelanggan yang loyal menyebarkan berita yang positif. Pelanggan loyal jangka panjang adalah sumber iklan gratis. Mereka menjadi duta bagi perusahaan atau sering disebut juga “tenaga penjual part time”. Ketika pelanggan yang loyal merekomendasikan suatu bisnis pada orang lain, bisnis tersebut memperoleh potensi pendapatan baru dan kesempatan untuk membangun lebih banyak hubungan pelanggan. d. Pelanggan yang loyal lebih mudah untuk dilayani. Biaya untuk menarik pelanggan baru sangat mahal. Dimana karyawan memerlukan waktu untuk mengenal pelanggan baru serta memahami kebutuhan dan keinginan mereka. Sebaliknya pelanggan yang loyal sudah tercantum dalam database perusahaan dan telah dikenal dengan baik, sehingga mereka lebih mudah dilayani karena telah dikenal oleh perusahaan. e. Pelanggan yang loyal tidak terlalu sensitif terhadap harga. Pelanggan yang loyal lebih kecil kemungkinannya untuk mengeluh soal harga dan bahkan mereka mungkin mencapai suatu tingkatan dalam relasi dimana mereka bahkan tidak bertanya berapa harganya. f. Pelanggan yang loyal lebih memaafkan. Hubungan yang telah dibangun dengan pelanggan yang memiliki loyalitas sejati merupakan jaminan bagi suatu perusahaan. Pelanggan yang memiliki loyalitas sejati lebih mungkin memaafkan dan kesempatan bagi perusahaan ntuk memperbaiki suatu kesalahan, dengan alasan tertentu. g. Pelanggan yang loyal membuat perusahaan lebih efisien. Sebuah perusahaan memiliki kesempatan untuk mengenal pelanggan dan kebutuhan pelanggan dengan sangat baik, jika perusahaan memiliki basis pelanggan loyal yang kokoh. Hal ini membuat perusahaan menjadi jauh lebih efisien daripada ketika usaha pemasaran ditujukan untuk menarik sejumlah pelanggan baru. h. Pelanggan yang loyal berpotensi menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Ketika pelanggan baru harus ditarik dengan tawaran harga atau insentif lain atau diskon, pelanggan yang loyal memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk menghasilkan keuntungan karena lebih mungkin membayar dengan harga penuh. 4. Tahapan Loyalitas Konsumen Loyalitas berkembang melalui tiga tahap, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Tinjauan ini memperkirakan bahwa konsumen menjadi loyal lebih dulu pada aspek kognitifnya, kemudian pasda aspek afektif, dan akhirnya pada aspek konatif. Dalam hal ini ketiga aspek tersebut harus selaras, meskipun dalam literatur tentang disonansi memperlihatkan tidak semua kasus mengalami hal yang sama (Oskamp, 1991 dalam Dharmesta, 1999). a. Tahap Loyalitas Kognitif Konsumen yang mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan basis informasi yang secara memaksa menunjukkan pada satu merk atau merk lainnya. Jadi loyalitasnya hanya didasarkan pada kognisi saja. Sebagai contoh, sebuah perusahaan secara konsisten menawarkan produknya dengan harga yang lebih rendah dari pesaing yang ada. Informasi ini cukup memaksa konsumen untuk selalu berbelanja di rumah makan tersebut. Apakah hal ini bentuk loyalitas yang kuat? Dalam kenyataan tidak demikian dengan alasan bahwa apabila rumah makan lainnya dapat menawarkan informasi yang lebih menarik maka konsumen dapat beralih ke rumah makan lain. Jadi, pemasar harus memiliki alasan yang lebih kuat lagi agar konsumen tetap loyal. b. Tahap Loyalitas Afektif Tahap ini berdasarkan pada aspek afektif konsumen. Sikap merupakan fungsi dari kognisi (pengharapan) pada periode awal pembelian (masa prokonsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah kepuasan periode berikutnya (masa pasca konsumsi). Loyalitas tahap ini jauh lebih sulit dirubah, tidak seperti tahap kognitif karena loyalitasnya sudah masuk ke dalam benak konsumen sebagai kognisi yang mudah berubah. Afektif memiliki sifat yang tidak mudah berubah, karena sudah terpadu dengan kognisi dan evaluasi konsumen secara keseluruhan tentang merk. Munculnya loyalitas afektif ini didorong oleh faktor kepuasan. Namun demikian masih tetap belum menjamin adanya loyalitas. Menurut penelitian, kepuasan konsumen berkorelasi tinggi dengan niat membeli ulang di waktu mendatang. c. Tahap Loyalitas Konatif Konatif (niat melakukan) dipengaruhi oleh perubahan-perubahan afek terhadap merk. Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu kearah tujuan tertentu. Niat melakukan merupakan fungsi dari niat sebelumnya (pada masa prakonsumsi) dan sikap pada masa pasca konsumsi. Maka loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang mencakup komitmen mendalam untuk melakukan penelitian. d. Tahap Loyalitas Tindakan Aspek konatif atau niat melakukan telah mengalami perkembangan yaitu diskonversi menjadi perilaku atau tindakan, meskipun tataran kontrol tindakan ini masih relatif baru tetapi dapat direkomendasikan untuk melengkapi kerangka konseptual tentang loyalitas. Tindakan merupakan hasil dari pertemuan dua kondisi tersebut. Dengan kata lain, tindakan mendatangkan sangat didukung oleh pengalaman mencapai sesuatu dan penyelesaian hambatan. Ini menunjukkan bagaimana loyalitas itu dapat menjadi kenyataan, yaitu pertama-tama sebagai loyalitas kognitif, kemudian loyalitas afektif, dan loyalitas konatif, serta terakhir sebagai loyalitas tindakan (loyalitas yang ditopang dengan komitmen dan tindakan) 5. Tipe Loyalitas Konsumen Adapun tingkat loyalitas konsumen secara garis besar menurut Darmadi (2000) adalah sebagai berikut : a. Switcher (berpindah-pindah) Pelanggan yang berada pada tipe loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkatan yang paling dasar. Semakin tinggi frekwensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek lainnya mengindikasikan bahwa pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang nampak jelas dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah. b. Habitual Buyer (Pembeli yang bersifat kebiasaan) Pembeli yang berada pada tipe loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek tersebut. Tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan membeli merek produk atau berpindah jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun pengorbanan lain. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini. c. Satisfied Buyer (Pembeli yang puas) Pada tipe ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan kemerek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka yang beralih merek. Untuk menarik minat para pembeli yang masuk kedalam kategori ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk kedalam kategori ini dengan menawarkan berbagai minat yang cukup besar sebagai kompensasinya (switching cost loyal). d. Likes the Brand (menyukai merek) Pembeli yang masuk kedalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait dengan merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami secara pribadi maupun kerabatnya ataupun disebabkan olah perceived quality yang tinggi. Meskipun demikian seringkali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasikan dan ditelusuri dengan cermat uintuk dikategorikan kedalam sesuatu yang paling spesifik. e. Commited Buyer (pembeli yang komitmen) Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain. 6. Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) 1. Pengertian Kepuasan Pelanggan Ada beberapa pengertian kepuasan pelanggan, antara lain : a. Kotler (2000:42) menyebutkan kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) sesuatu produk dengan harapannya. b. Pasuraman, Zeithaml, dan Berry menyatakan kepuasan pelanggan sebagai hasil positif atau negatif dari proses perbandingan antara harapan dan kinerja yang dirasakan dari produk dan jasa. c. Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Widyaratna et al (2003:87) mendefinisikan kepuasan sebagai evaluasi pasca konsumsi dimana suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan (customer satisfaction) menyatakan suatu tingkatan dimana keinginan, kebutuhan, dan harapan dapat terpenuhi atau terlampaui melalui transaksi yang telah dievaluasi pasca konsumsi yang akan mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut. Kepuasan adalah semacam langkah perbandingan antara pengalaman dengan hasil evaluasi, dapat menghasilkan sesuatu yang nyaman secara emosional, bukan hanya nyaman karena dibayangkan atau diharapkan. Konsep berpikir bahwa kepuasan pelanggan akan mendorong meningkatnya profit adalah bahwa pelanggan yang puas akan bersedia membayar lebih untuk produk yang diterima dan lebih bersifat toleran akan kenaikan harga. Hal ini tentunya akan meningkatkan margin perusahaan dan kesetiaan pelanggan pada perusahaan. Konsumen yang puas akan membeli produk lain yang dijual oleh perusahaan, sekaligus menjadi pemasar yang efektif melalui word of mouth yang bernada positif. 2. Teori dan Model Kepuasan Pelanggan Teori dan model kepuasan konsumen sangat beraneka ragam, berikut ini dikemukakan beberapa konsep atau model yang banyak dijumpai dan digunakan diantaranya perspektif psikologi dari kepuasan konsumen dan berdasarkan perspektif TQM (Tjiptono, 2000: 30). a. Perspektif Psikologi dari Kepuasan Pelanggan. Berdasarkan perspektif psikologis, terdapat dua model kepuasan pelanggan yaitu model kognitif dan model afektif. 1) Model Kognitif Penilaian pelanggan berdasarkan pada perbedaan antara suatu kumpulan dari kombinasi atribut yang dipandang ideal untuk individu dan persepsinya tentang kombinasi dari atribut yang sebenarnaya. Apabila yang ideal sama dengan yang sebenarnya, maka pelanggan akan sangat puas terhadap suatu produk/jasa. Sebaliknya bila perbedaan antara yang ideal dan yang sebenarnya itu semakin besar, maka semakin tidak puas pelanggan itu. Persepsi individu tentang kombinasi dari atribut yang ideal tergantung pada daur hidupnya, pengalaman tentang produk atau jasa, serta harapan dan kebutuhannya. Jadi indeks kepuasan pelanggan dalam model kognitif mengukur perbedaan antara apa yang direalisir individu dalam pasar dan apa yang sebenarnya ditawarkan oleh pasar. Menurut pelanggan kepuasan ini dapat dicapai dengan cara mengubah penawaran pasar sehingga sesuai dengan yang ideal ataupun dengan meyakinkan pelanggan bahwa yang ideal dan menjadi harapan konsumen tidak sesuai dengan kenyataan. Model kognitif yang digunakan yaitu : Expetancy Disconfirmation Model Dalam model ini definisi dari kepuasan pelanggan adalah evaluasi yang memberikan hasil dimana pengalaman yang dirasakan setidaknya sama baiknya dengan yang diharapkan. Berdasarkan konsumsi atau pemakaian produk, pelanggan telah membentuk harapan mengenai kinerja yang seharusnya dari produk tersebut. Harapan konsumen atas kinerja produk tersebut dibandingkan dengan kinerja aktual produk. Jika kualitas lebih rendah daripada harapan konsumen yang terjadi adalah ketidakpuasan emosional (negative disconfirmation). Jika kinerja produk lebih besar dibandingkan harapan konsumen maka terjadilah kepuasan emosional (positive disconfirmation). Dan jika kinerja produk sama dengan harapan konsumen maka yang terjadi adalah konfirmasi harapan (simple disconfirmation atau non-satisfaction). Dalam model ini menggunakan istilah non-satisfaction untuk menggambarkan situasi dimana pelanggan tidak merasa kecewa dan melakukan komplain namun tidak mengurangi kemungkinan pelanggan untuk mencari alternatif produk atau jasa lain yang dianggap dapat lebih baik Harapan atas kinerja produk berlaku sebagai standar perbandingan terhadap kinerja aktual produk. Beberapa pakar mengidentifikasi tiga macam pendekatan dalam mengkonseptualisasikan harapan prapembelian atas kinerja produk. a) Equitable Performance, yaitu penilaian normative yang mencerminkan kinerja yang seharusnya diterima konsumen atas biaya dan usaha yang telah dicurahkan untuk membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa tertentu. b) Performance, yaitu tingkat kinerja optimum atau ideal yang diharapkan dapat diterima oleh konsumen c) Expected Performance, yaitu ingkat kinerja produk yang diprediksi dan diperkirakan oleh konsumen akan diterimanya berdasarkan semua informasi yang diketahuinya. 2) Model Afektif Model ini menyatakan bahwa dari penilaian konsumen individual terhadap suatu produk/jasa tidak semata-mata berdasarkan perhitungan rasional, namun juga berdasarkan kebutuhan subyektif, aspirasi, dan pengalaman. Fokus model ini lebih dititik beratkan pada tingkat aspirasi perilaku belajar (learning behavior), emosi, suasana hati, dan lain-lain. Terdapat dua dimensi respon afektif (Westbrook dalam Tjiptono, 2000: 100), yaitu serangkaian perasaan positif (positive feelings) dan serangkaian perasaan negatif (negative feelings). Kedua tipe perasaan ini saling independen artinya konsumen dapat merasa positif sekaligus negatif terhadap pembelian produk tertentu. b. Konsep Kepuasan Pelanggan dari Perspektif TQM Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan bisnis yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara berkesinambungan atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Sistem manajemen TQM berlandaskan pada usaha mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Dasar utama dari pendekatan TQM adalah bahwa kualitas organisasi ditentukan oleh para konsumen. Prioritas utama dalam jaminan kualitas adalah memiliki piranti yang handal dan tepat tentang penilaian konsumen terhadap perusahaan. Crosby dalam Tjiptono (1995: 38) menyatakan bahwa komponen kualitas internal suatu perusahaan atau organisasi terdiri atas lima level yaitu menajemen proses, manajemen fungsional, manajemen strategik, strategi kualitas, dan misi perusahaan. Sedangkan komponen kualitas eksternal terbagi atas lima level pula yaitu hasil yang dicapai, citra kualitas perusahaan, evaluasi terhadap prosesproses utama, evaluasi terhadap atribut-atribut proses serta pengalaman pelanggan. 3. Pengukuran Kepuasan Konsumen Menurut Kotler (dalam Tjiptono, 1997: 4) ada empat metode yang digunakan untuk mengukur kepuasan konsumen, yaitu : a. Sistem Keluhan dan Saran Organisasi yang berpusat kepada pelanggan (customer oriented) memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhan. Umumnya perusahaan menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan lain-lain. Informasi ini dapat memberikan ide-ide dan masukan kepada perusahaan serta akan memungkinkan perusahaan untuk bereaksi dengan tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah yang timbul. Fokus dari metode ini pada identifikasi masalah dan pengumpulan saran. b. Belanja Siluman (ghost shopping) Untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan, perusahaan dapat memperkerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan dan bersikap sebagai pembeli potensial terhadap produk perusahaan dan pesaing. Para ghost shopper melaporkan berbagai pertemuan penting berdasarkan pengalamannya mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan pesaing. Selain itu mereka juga dapat mengobservasi cara perusahaan dan pesaingnya melayani permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan pelanggan, dan menangani setiap masalah dan keluhan pelanggan. c. Analisis Kehilangan Pelanggan (Lost customer analysis) Perusahaan seharusnya menghubungi para pelanggan yang berhenti membeli atau beralih kepemasok lain agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exit interview namun lebih kepada pemantauan customer loss rate, karena peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggan. d. Survei Kepuasan Pelanggan Umumnya penelitian tentang kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survai, baik dengan survai melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi. Melalui survai, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik langsung dari pelanggan dan juga memberikan sinyal positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap mereka. Metode survei kepuasan pelanggan dapat diukur dengan berbagai cara sebagai berikut : 1) Pengukuran yang diungkapkan secara langsung dengan pernyataan dan disertai skala untuk jawabannya (directly reported satisfaction). 2) Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan (derived satisfaction). 3) Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan juga diminta untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan (problem analysis). 4) Responden diminta untuk merangking berbagai elemen dari penawaran berdasrkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen (importance performance ratings) 4. Atribut Kepuasan Konsumen Atribut-atribut dari kepuasan konsumen secara universal menurut (Dutka dalam Foedjiwati, 2002) adalah: a. Attributes Related to the Product, meliputi: 1) Value-Price Relationship, merupakan faktor sentral dalam menentukan kepuasan konsumen, apabila nilai yang diperoleh konsumen melebihi apa yang dibayar, maka suatu dasar penting dari kepuasan konsumen telah tercipta. 2) Product Quality, merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang mebentuk produk sehingga produk tersebut memiliki nilai tambah. 3) Product Benefit, merupakan manfaat yang dapat diperoleh konsumen dalam menggunakan suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dan kemudian dapat dijadikan dasar positioning yang membedakan perusahaan tersebut dengan perusahaan lainnya 4) Product Features, merupakan ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh suatu produk sehingga berbeda dengan produk yang ditawarkan pesaing 5) Product Design, merupakan proses untuk merancang gaya dan fungsi produk yang menarik dan bermanfaat 6) Product Reliability and Consistency, merupakan keakuratan dan keterandalan produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu dan menunjukkan pengiriman produk pada suatu tingkat kinerja khusus 7) Range of Product or Service, merupakan macam dari produk/jasa layanan yang ditawarkan oleh perusahaan. b. Attributes Related to Service meliputi: 1) Guarantee or Warranty, merupakan jaminan yang diberikan oleh suatu perusahaan terhadap produk yang dapat dikembalikan bila kinerja produk tersebut tidak memuaskan. 2) Delivery, merupakan kecepatan dan ketepatan dari proses pengiriman produk dan jasa yang diberikan perusahaan terhadap konsumennya. 3) Complaint Handling, merupakan penanganan terhadap keluhan yang dilakukan oleh konsumen terhadap perusahaan 4) Resolution of Problem, merupakan kemampuan perusahaan dengan serius dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh konsumen. c. Attributes Related to Purchase, meliputi: 1) Courtesy, merupakan kesopanan, perhatian, pertimbangan, keramahan yang dilakukan karyawan dalam melayani konsumennya 2) Communication, merupakan proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh karyawan perusahaan kepada konsumennya 3) Ease or Convenience Acquisition, merupakan kemudahan untuk mendapatkan pengetahuan tentang produk dari perusahaan 4) Company Reputation, merupakan reputasi yang dimiliki perusahaan dapat mempengaruhi pandangan konsumen terhadap perusahaan tersebut yang akan mengurangi ketidakpastian dan resiko dalam keputusan pembelian 5) Company Competence, merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mewujudkan permintaan yang diajukan oleh konsumen dalam memberikan pelayanan. 7. Dimensi Kualitas Produk Dimensi kualitas produk yang relevan dengan pelanggan dapat dikelompokkan dalam enam dimensi, yaitu: a. Performance Hal yang paling penting bagi pelanggan adalah apakah kualitas produk menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau apakah pelayanan diberikan dengan cara yang benar. b. Range and type of features Selain fungsi utama dari suatu produk dan pelayanan, pelanggan seringkali tertarik pada kemampuan dan keistimewaan yang dimiliki produk dan pelayanan. c. Reliability dan durability Kehandalan produk dalam penggunaan secara normal dan berapa lama produk dapat digunakan hingga perbaikan diperlukan. d. Maintainability dan serviceability Kemudahan untuk pengoperasian produk dan kemudahan perbaikan maupun ketersediaan komponen pengganti. e. Ethical profile and image Kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap produk dan pelayanan. 8. Hubungan Kepuasan Pelanggan Dengan Komitmen Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan Menurut Hennig-Thurau dan Klee (1997) dalam Thurau (2002) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang positif terhadap komitmen. Beberapa studi yang dilakukan oleh Anderson dan sulivan (1993); Oliver (1996) dalam Thurau (2002) menemukan bahwa kepuasan pelanggan mempunyai hubungan positif yang kuat dengan loyalitas pelanggan. Beberapa studi juga menemukan bahwa kepuasan pelanggan merupakan faktor utama atau mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap loyalitas pelanggan (Anderson dan Fornell, 1994; Rust dan Zahorik, 1993 dalam Thurau, 2002). 9. Komitmen Pelanggan Komitmen pelanggan adalah orientasi jangka panjang pelanggan terhadap hubungan bisnis yang diikat pada kedua tingkat emosional (Geykens et al. 1996; Moorman, Zaltman, dan Deshpande 1992 dalam Thurau, 2002). Gundlach, Achrol, dan Mentzer (1995) dalam Zuganef (2002), berhasil mengungkapkan bahwa komitmen adalah suatu sikap yang merupakan niat untuk mempertahankan keterhubungan jangka panjang. 10. Hubungan Komitmen Pelanggan Dengan Loyalitas Pelanggan Beberapa studi yang dilakukan oleh Pritchard, Havitz, dan Howard (1999) dalam Thurau (2002) menemukan bahwa komitmen pelanggan mempunyai hubungan yang kuat dengan loyalitas pelanggan. 11. Penelitian Terdahulu Thorsten Hennig-Thurau (2002) dalam penelitiannya dengan judul “Understanding Relationship Marketing Outcomes menemukan bahwa manfaat kepercayaan, manfaat sosial kepuasan pelanggan dan komitmen pelanggan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Thorsten Hennig-Thurau (2002), variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap loyalitas pelanggan. Erna Ferrinadewi (2004) dalam penelitiannya dengan judul “Upaya Mencapai Loyalitas Konsumen Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia” menemukan bahwa kualitas jasa, kepuasan konsumen, dan kepercayaan konsumen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erna Ferrinadewi (2004), variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap loyalitas pelanggan. Zulganef (2002) dalam penelitiannya dengan judul “Hubungan Antara Sikap Terhadap Bukti Fisik, Proses, Dan Karyawan Dengan Kualitas Keterhubungan, Serta Perannya Dalam Menimbulkan Niat Ulang Membeli Dan Loyalitas” menemukan sikap terhadap karyawan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan, kepercayaan, dan komitmen; kepercayaan dan komitmen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas; kepuasan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap niat ulang. 12. Kerangka Pemikiran Loyalitas pelanggan secara positif mempengaruhi laba perusahaan melalui efek pengurangan biaya dan penambahan pendapatan per pelanggan (Berry, 1995 dalam Thurau, 2002). Dengan mempertimbangkan efek pengurangan biaya dilaporkan bahwa dengan tetap mempertahankan loyalitas pelanggan akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit daripada memperoleh satu pelanggan yang baru dan biaya untuk mempertahankan pelanggan menurun sepanjang fase siklus hidup hubungan. Istilah loyalitas pelanggan sebetulnya berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu. Oleh karena itu penggunaannya tidak dibedakan dan dapat diutarakan secara silih berganti. Mowen dan Minor (1998) dalam Dharmesta (1999) menggunakan definisi loyalitas merek dalam arti suatu kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa mendatang. Kepuasan pelanggan dipahami sebagai emosi pelanggan atau reaksi perasaan pada perbedaan yang dirasakan antara penilaian kinerja dengan harapan. Menurut Hennig-Thurau dan Klee (1997) dalam Thurau (2002) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang positif terhadap komitmen. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kerangka Pemikiran Kepuasan Pelanggan Kualitas Produk Loyalitas Pelanggan Komitmen Pelanggan Sumber : Aryo Tedjo (2005), Fandy Tjiptonc(2005) 13. Hipotesis Djarwanto dan Pangestu subagya (1998) dalam bukunya statistik induktif menjelaskan bahwa “Hipotesis merupakan pernyataan mengenai suatu hal yang harus diuji kebenarannya. Ada hubungan teori dan hipotesis yaitu bahwa hipotesis merupakan penjelasan yang bersifat sementara tetapi harus didasarkan pada sistematika dan kebenaran dari teori yang sudah diuji”. Jadi hipotesis merupakan pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan tentang pernyataan yang menjadi dugaan sementara tersebut. Dalam rangka untuk memecahkan permasalahan yang diajukan di muka, serta untuk merealisasikan tujuan diadakannya penelitian, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu: Hipotesis 1: Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Hipotesis ini didukung dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Erna Ferrinadewi yang menyatakan bahwa product Quality akan memiliki pengaruh terhadap produktivitas penjualan dan dalam kurun waktu yang cepat akan menimbukan kepuasan konsumen. dan pada penelitian yang dilakukan oleh Gunawan Eko (UMS Surakarta - 2006) dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa sekitar 81% kepuasan pelanggan akan produk yang dikonsumsi dipengaruhi oleh kualitas produk yang bermutu tinggi. Hipotesis 2: Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Apabila pelanggan sensitif terhadap terhadap atribut produk seperti kualitas, maka akan menurunkan sensitivitas terhadap harga (Erdem et al., 2002 dalam Aydin dan Ozer, 2005) dan pelanggan seolah-olah akan menjadi loyal terhadap merek. Dalam Hipotesis kedua, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Gunawan Eko (UMS Surakarta - 2006) dalam penelitiannya, kualitas produk yang diberikan Honda sangat berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan produk Honda, hal tersebut dikarenakan konsumen pemakai Honda menilai mutu atau kualitas yang diberikan Honda sangat baik dan teruji, dari hal itulah yang memunculkan peneliti untuk membuktikan lagi asumsi tentang pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan apabila terdapat perbedaan pada objek yang diteliti. Hipotesis 3: Variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen pelanggan koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Dalam penelitian Aryo Tedjo (2005) menemukan hasil positif dalam pengaruh kepuasan pelanggan terhadap komitmen pelanggan pada pelanggan Alfa Pabelan Surakarta, hal tersebut memberikan referensi bagi peneliti sekarang untuk membuktikan pengaruh antara kedua variabel tersebut apabila objek yang diteliti berupa produk (koran). Hipotesis 4: Variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Banyak hasil dari penelitian terdahulu yang mengemukakan bahwa kepuasan pelangganlah yang merupakan faktor paling dominan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan, hal tersebutlah yang menjadi pendorong peneliti dalam mengajukan hipotesis keempat ini, penelitian yang diantaranya dari Thorsten Hennig-Thurau (2002) dalam penelitiannya dengan judul “Understanding Relationship Marketing Outcomes menemukan bahwa manfaat kepercayaan, manfaat sosial kepuasan pelanggan dan komitmen pelanggan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Thorsten Hennig-Thurau (2002), variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap loyalitas pelanggan. Pada penelitian Erna Ferrinadewi (2004) dalam penelitiannya dengan judul “Upaya Mencapai Loyalitas Konsumen Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia” menemukan bahwa kualitas jasa, kepuasan konsumen, dan kepercayaan konsumen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erna Ferrinadewi (2004), variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap loyalitas pelanggan. Hipotesis 5: Variabel komitmen pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan di koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Havitz, dan Howard (1999) dalam Thurau (2002) menemukan bahwa komitmen pelanggan mempunyai hubungan yang kuat dengan loyalitas pelanggan. Referensi yang mendorong peneliti mengajukan hipotesis ini juga diantaranya dari penelitian yang dilakukan Nur Fauzan (2005) dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh Atribut Produk Dan komitmen konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen. Dalam penelitiannya, komitmen pelanggan toko buku Gramedia mempunyai pengaruh yang paling besar (65%) terhadap loyalitas pelanggan. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah survei, yaitu teknik penelitian dimana informasi yang diambil dari responden dengan menggunakan kuesioner. Tujuannya untuk meyakinkan agar hasil yang diperoleh dapat digeneralisasikan. Penelitian ini bersifat kausalitas yang mempunyai maksud bahwa peneliti ingin meneliti pengaruh kualitas produk dan promosi penjualan berpengaruh pada loyalitas konsumen / pelanggan. 2. Populasi, Sampel, dan Sampling a. Populasi Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Koran Joglosemar. b. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi. Sampel haruslah dapat mewakili populasi yang berarti sebagai cermin untuk menggambarkan secara maksimal kepada populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen pelanggan Joglosemar di Surakarta, karena jumlah populasi yang sebenarnya dari konsumen koran Joglosemar di Surakarta tidak diketahui dan dalam pengukuran structural equation modeling (SEM) untuk sampel yang sesuai adalah 100-200 sampel (Hair, 1995 dalam Ferdinand, 2002), maka ditetapkan jumlah sampel yang diambil sebesar 150 responden. c. Teknik Sampling Sampling adalah proses dari penyeleksian suatu jumlah elemen yang cukup dari populasi sehingga dengan mempelajari sampel, memahami sifat dan karakteristik dari subjek sampel, kita akan mampu menjeneralisasikan sifat atau karakteristik ke dalam elemen-elemen dalam populasi. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel dimana unit dari sampel dipilih atas dasar keputusan personal atau convenience (Zigmund, 2000). Dan metode yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, antara lain pelanggan Joglosemar yang bertempat tinggal di Surakarta yang memiliki kartu anggota pelanggan koran Joglosemar dan pelanggan yang sudah berlangganan koran Joglosemar minimal 6 bulan. Penulis memakai metode ini dengan alasan mendapatkan sejumlah besar kuesioner yang lengkap secara cepat dari pelanggan Joglosemar. Penulis menyebar kuesioner untuk 160 responden sekitar 2 minggu. dan 150 kuesioner yang dipakai penulis untuk dijadikan sampel. Sedangkan 10 kuesioner lainnya dianggap cacat karena responden menjawab setuju pada pertanyaan jebakan pada komitmen pelanggan. 3. Data dan Sumber Data a. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari individu yang diteliti. Dalam hal ini adalah jawaban dari konsumen yang di dapat dari hasil penyebaran kuesioner mengenai kualitas produk, kepercayaan, kepuasan pelanggan, dan loyalitas pelanggan. b. Data sekunder Data yang diperoleh melalui sumber-sumber yang terkait meliputi sejarah perusahaan dan struktur organisasi dalam hal ini adalah PT. Joglosemar yang relevan dengan penelitian ini. Selain itu, penulis juga mengambil dari beberapa jurnal dan literatur mengenai konsep kualitas produk, kepuasan pelanggan, komitmen pelanggan, dan loyalitas pelanggan. Pada penelitian ini, penulis mereplikasi jurnal dari Aryo Tedjo (UMSSurakarta 2005) yang berjudul “Pengaruh Kualitas Produk, Kepuasan Pelanggan dan Komitmen Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan pada Alfa Pabelan. Pada intinya, penelitian ini semua variabel bisa dikatakan sama, lokasi penelitian juga sama di Surakarta, akan tetapi pasti ada perbedaan kedua penelitian tersebut diantaranya adalah : 1. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah suatu produk (koran) sedangkan pada jurnal adalah layanan jasa (Retail Alfa Pabelan Surakarta) 2. Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan koran Joglosemar yang telah memiliki tanda (member) sebagai pelanggan, sedangkan responden pada jurnal mengarah pada konsumen luas Alfa pabelan atau bukan pelanggan yang memiliki member Alfa Pabelan. 4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden dan responden memilih alternatif jawaban yang sudah tersedia. Responden tidak diberi kesempatan menjawab yang lain di luar jawaban yang telah disediakan. 5. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dan tolok ukur pengukuran masing-masing variabel tercantum pada Tabel 3.1 seperti dibawah ini: Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Notasi 1 Kualitas X1 Produk Definisi Operasional Indikator Skala Kondisi dinamis · Aspek Fisik Likert yang berhubungan · Reliabilitas (Interval) dengan produk, jasa, · Interaksi manusia, proses, personal dan lingkungan · Pemecahan yang memenuhi masalah atau melebihi · Kebijakan harapan. (Aryo Tedjo : 2005) 2 Kepuasan pelanggan X2 Tingkat perasaan · Tingkat seseorang setelah kepuasan membandingkan keseluruhan kinerja atau hasil · Rasa senang yang ia rasakan terhadap Likert (Interval) dibandingkan dengan harapannya (Kotler (2000:42) pelayanan koran · Sadar koran yang dipilih sudah tepat 3 Komitmen X3 pelanggan Orientasi jangka panjang pelanggan terhadap hubungan · Rasa memiliki koran koran dalam pada kedua tingkat jangka panjang (Thurau : 2002) (Interval) · Memperhatikan bisnis yang diikat emosional Likert · Ingin koran tersebut bangkrut/maju 4 Loyalitas pelanggan Y Suatu kondisi · Pembelian ulang dimana konsumen · Rekomendasi Likert (Interval) mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang (Oliver dan Hollbrok : 2001) Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu suatu angket yang berisi serangkaian pertanyaan yang disebarkan kepada responden untuk mendapatkan jawaban mereka (Sekaran, 2000). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Mengingat kualitas produk, kepuasan pelanggan, komitmen pelanggan, dan loyalitas pelanggan merupakan hal yang subjektif dan berdasar atas persepsi konsumen, maka variabel-variabel tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert, Pemakaian skala Likert dalam hal ini dilakukan dengan tujuan meminimalkan terjadinya kecemasan responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner (Aryo Tedjo : 2005). Maka pemberian skor dan kategori jawaban pada tiap-tiap pertanyaan dalam kuesioner adalah sebagai berikut: Ø Tidak Setuju (TS) : skor 1 Ø Kurang Setuju (KS) : skor 2 Ø Setuju (S) : skor 3 Ø Sangat Setuju : skor 4 6. Metode Analisis Data a. Uji Validitas dan Reabilitas 1). Uji validitas Menunjukkan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Apabila hasil ukur sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran, maka dikatakan instrumen pengukur tersebut memiliki validitas yang tinggi. Cara yang dilakukan menggunakan analisis faktor (Confirmatory factor analysis) pada uji validitas. Dalam uji CFA ini dilakukan dengan cara memasukkan seluruh item pertanyaan pada faktor analisis dengan metode extraksi principel component analysis kemudian melakukan pengujian yang berulangulang hingga mendapatkan seluruh item pertanyaan terekstrak secara sempurna. Pada uji validitas ini digunakan aplikasi bantuan yakni SPSS For Windows versi 11.5. (Ghozali, 2001:251). 2). Uji reliabilitas Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsistensi terhadap instrumen-instrumen yang mengukur konsep. Reliabilitas suatu pengukuran mencerminkan apakah suatu pengukuran dapat terbebas dari kesalahan (error), sehingga memberikan hasil pengukuran yang konsisten pada kondisi yang berbeda dan pada masing-masing butir dalam instrumen (Sekaran, 2003:203). Menurut Sekaran (2000: 312) indikator pengukuran reliabilitas dibagi erdasarkan nilai koefisisen Alpha-nya, yaitu sebagai berikut : Jika alpha: Ø 0,8-1,0 = Reliabilitas sangat baik Ø 0,6-0,799 = Reliabilitas baik Ø kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik Untuk mengukur reliabilitas dari instrumen penelitian ini dilakukan dengan Cronbach’s Alpha juga digunakan software aplikasi SPSS for windows versi 11.5. b. Uji Kesesuaian Model (goodness of fit test) Pengujian model pada SEM ditujukan untuk melihat kesesuaian model. Indeks-indeks yang akan digunakan adalah: 1) X2 Chi Square statistic, model yang akan diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model tersebut (karena dalam uji beda chi square, X2 = 0, berarti benar-benar tidak ada perbedaan) dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value p > 0,05 atau p > 0,10. 2) RMSEA (The Root Mean Square Error of Aproximation) adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom. 3) GFI (Goodness of Fit Index), indeks ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam matrik kovarian sampel yang dijelaskan oleh matrik kovarian populasi yang terestimasi. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila GFI mempunyai nilai ≥ 0,90. 4) AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), fit indeks ini dapat diadjust terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. Disamping indeks-indeks diatas, dalam evaluasi permodelan SEM, terdapat beberapa indeks yang merupakan pembanding terhadap sebuah model yang lain, yang disebut baseline model. Dalam output AMOS terdapat dua model baseline yang tersajikan bersama dengan model yang dianalisa (default model) yaitu: a) Saturated model: model ini diprogrm dengan jumlah parameter yang diestimasi SEM dengan jumlah “distinct sample moment” nya, sehingga diperoleh degree of freedom sebesar nol. b) Independence model: model ini diprogram sebagai sebuah model dimana semua variabelnya dibuat tidak berkorelasi (uncorrelated). Dalam model ini jumlah parameter sama dengan jumlah variabel yang diobservasi. Sebagai kebalikan dari saturated model, dalam independence model, semua variabel yang diobservasi diasumsikan tidak berkorelasi satu dengan yang lain. Indeks-indeks yang digunakan untuk mengukur kesesuaian model yang dianalisa dibandingkan dengan sebuah baseline model. 5) TLI (Tucker Lewis Index), TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan lebih besar atau sama dengan 0,95. 6) CFI (Comparative Fit Index), besaran indeks ini adalah rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1 mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi. c. Uji Hipotesis Penelitian manajemen, seperti halnya penelitian sosial pada umumnya, merupakan penelitian multidimensional yang mencoba menjelaskan sebuah fenomena strategi atau kinerja bisnis dengan mengamati berbagai fenomena praktis melalui berbagai dimensi atau indikator. Sehingga pada kenyataannya dunia manajemen adalah dunia yang relatif rumit. Oleh sebab itu penelitian manajemen pada umumnya bersifat sangat multidimensional dan karena itu terkesan rumit dan jauh dari sederhana. Teknik SEM (Structural Equation Model) merupakan jawaban untuk mengatasi masalah-masalah rumit yang dihadapi oleh manajemen. Model persamaan struktural atau SEM adalah sekumpulan teknik-teknik statistika yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit secara simultan (Ferdinand, 2002). Pada dasarnya pada permodelan manajemen, dilihat dari tujuannya seorang peneliti dapat menggunakan dua macam model yaitu model deskriptif dan model prediktif. Kedua model ini dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan SEM. Pada penelitian ini, akan digunakan model prediktif (Causal Model): struktural model, yaitu permodelan yang menggambarkan hubungan-hubungan yang dihipotesakan antar konstruk yang menjelaskan sebuah kausalitas, termasuk di dalamnya kausalitas berjenjang. Program komputer yang akan digunakan untuk mengestimasi model adalah program AMOS yang merupakan salah satu program yang handal untuk analisis model kausalitas (Ferdinand, 2002). AMOS adalah singkatan dari Analysis of Moment Structure, yang dikembangkan oleh Dr. J. Arbukle. Pengujian structural equation model dilakukan dengan uji signifikansi kausalitas melalui uji koefisien regresi, untuk menguji hipotesa mengenai kausalitas yang dikembangkan oleh model, maka digunakan Maximum Likelihood Estimation (ML) dengan program AMOS. Melalui Maximum Likelihood Estimation akan didapat nilai critical ratio (CR) yang identik dengan uji t dalam regresi, dimana nilai CR diterima apabila mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 2. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Responden Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan koran JogloSemar di wilayah kota Surakarta yang berjumlah 150 pelanggan. Jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui jumlahnya, sehingga sampel diambil dengan metode non probability sampling serta pengambilan sampel dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pengumpulan data dilakukan dua tahap, tahap pertama peneliti melakukan pretest dengan menyebar 30 kuesioner sebagai tahap awal untuk menguji validitas masing-masing variabel dengan melakukan uji confirmatori factor analysis. Pada tahap pertama ini terdapat beberapa pertanyaan yang kurang valid sehingga harus direvisi. Setelah item pertanyaan pada masingmasing variabel tersebut direvisi, maka selanjutnya disebar kembali atau diulang lagi menyebar 30 buah kuesoner yang variable pertanyaannya sudah direvisi sampai data 30 responden tersebut setelah di uji CFA hasilnya valid. Tahap kedua pengambilan sampel besar dengan melakukan penyebaran kuesioner sebanyak 70 buah, sehingga total kuesoner berjumlah 100 buah yang kemudian dianalisis dengan menguji validitas responden. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah masih terdapat kelemahan pada kuesioner dan sampel yang akan digunakan sebagai analisa hipotesis penelitian. Setelah menguji 100 buah kuesioner dan tidak terdapat masalah maka disebar kembali 50 buah kuesioner guna memenuhi kebutuhan analisis penelitian. Gambaran umum tentang responden diperoleh dari data diri yang terdapat dalam kuesioner pada bagian identitas responden yang meliputi, jenis kelamin, pekerjaan dan usia. Gambaran umum responden dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel IV.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Mahasiswa/pelajar 36 PNS 26 Swasta 72 Lainnya 16 Jumlah 150 Sumber : Data Primer Diolah, 2009 Persentase 24 % 17 % 48 % 11 % 100 % Berdasarkan tabel IV.1 dapat diketahui bahwa sejumlah 36 responden atau 24% adalah Pelajar/Mahasiswa, 26 responden atau 17% adalah pegawai negri sipil (PNS), 72 responden atau 48% adalah pegawai swasta dan 16 responden atau 11% adalah Lainnya. Jumlah terbesar adalah pegawai swasta, dari hasil tersebut kita dapat mengambil kebijakan-kebijakan strategis pemasaran dari segmen yang prospektif. Tabel IV.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Pria Wanita Frekuensi 83 67 Persentase 55 % 45 % Jumlah 150 100 % Berdasarkan tabel IV.2 dapat diketahui bahwa sejumlah 83 responden atau 55% adalah Pria, dan 67 responden atau 45% adalah wanita. Atau dengan jumlah total sebesar 150 responden sesuai dengan ketentuan pengambilan jumlah sample. Tabel IV.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi < 15 tahun 13 15 – 25 tahun 57 26 – 50 tahun 62 > 50 tahun 18 Jumlah 150 Sumber : Data Primer Diolah, 2009 Persentase 9% 38% 41% 12% 100% Berdasakan tabel IV.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 150 responden, 13 responden atau 9% adalah pelanggan yang umurnya masih kurang dari 15 tahun, 57 responden atau 38% adalah pelanggan yang telah berumur antara 15 – 25 tahun, 62 responden atau 41% adalah pelanggan yang memiliki usia antara 26-50 tahun, serta responden yang berumur di atas 50 tahun hanya sebanyak 18 responden atau sekitar 12 % dari 150 total responden B. Metode Analisis Data Pada bab ini akan dilakukan analisis data dan pembahasan terhadap data - data dari responden yang telah dikumpulkan melalui kuesioner. Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu diadakan uji coba angket atau yang disebut pengujian instrumen. Pada tahap ini, uji coba sebanyak 2 kali, dikarenakan penyebaran sebanyak 30 kuesioner pertama hasilnya kurang valid, sehingga disebarkan kembali 30 kuesioner setelah item pertanyaan yang kurang valid direvisi.dalam penyebaran yang ke 2 setelah di uji CFA (Confirmatory Factor Analysis) dan hasilnya valid, baru di sebar kuesioner sampel besar dengan total 150 kuesioner untuk memenuhi kebutuhan analisis penelitian. 1. Uji Validitas dan Reliabilitas a). Uji Validitas Uji validitas tiap butir dilakukan dengan cara menganalisis tiap butir pertanyaan dari keempat faktor yaitu kualitas produk, kepuasan pelanggan, komitmen pelanggan dan loyalitas pelanggan dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor merupakan proses menilai mana saja variabel yang layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Kriteria data yang dapat dianalisis faktor adalah yang menunjukkan uji KMO (Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequecy) dan Barlet’s Test of Sphericity di atas 0,5 dan signifikansi di bawah 0,05 serta Koefisien Anti Image Matrics sebagai Measures of Sampling Adequacy (MSA) minimal 0,5. Menurut Hair et al., (1998) menyatakan bahwa suatu analisis faktor dinyatakan feasible bila memenuhi syarat uji KMO (Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy) > 0,5 dan Bartlett’s Test of Sperincity pada signifikansi > 0,05. Koefisien Anti Image Matrics sebagai Measures of Sampling Adequacy (MSA) minimal 0,5. Tinggi rendahnya validitas suatu angket dengan melihat FL (Factor Loading) dimana jika FL suatu item > 0,5 maka item tersebut valid, dan sebaliknya jika FL dalam angket < 0,5 maka item tidak valid. Dari hasil analisis data (pada lampiran) didapatkan nilai KMO sebesar 0,790, MSA masing item > 0,5 dan factor loading > 0,5, maka dapat dinyatakan bahwa item pertanyaan pada variabel kualitas produk, kepuasan pelanggan, komitmen dan loyalitas adalah valid. Tabel IV.4 Tabel Hasil Uji CFA (Confirmatory Factor Analysis) Component 1 2 3 Keterangan 4 KP1 .790 Valid KP2 .766 Valid KP3 .699 Valid KP4 .703 Valid KP5 .699 Valid KP6 .745 Valid KP7 .764 Valid KP8 .780 Valid KP9 .792 Valid SC1 .748 Valid SC2 .850 Valid SC3 .774 Valid SC4 .891 Valid SC5 .880 Valid SC6 .758 Valid SC7 .772 Valid SC8 .881 Valid K1 .673 Valid K2 .798 Valid K3 .848 Valid L1 .869 Valid L2 .642 Valid L3 .625 Valid L4 .635 Valid L5 .832 Valid Sumber : Data primer diolah, 2009 b). Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan tingkat kestabilan dari alat pengukur untuk mengukur suatu gejala. Semakin tinggi suatu reliabilitas alat ukur, maka semakin stabil alat tersebut mengukur suatu gejala. Untuk mengukur reliabilitas dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha. Cronbach’s Alpha dipilih karena merupakan teknik pengujian konsistensi reliabilitas yang paling popular dan indeks konsistensi yang cukup sempurna. Nilai alpha 0,8 sampai 1,0 dikategorikan reliabilitas sangat baik. Sedangkan antara 0,6 sampai 0,799 berarti reliabilitasnya baik (diterima), dan jika nilai Cronbach’s Alpha kurang dari 0,6 dikategorikan reliabilitasnya kurang baik (Sekaran, 2000:312). Perhitungan menggunakan bantuan software SPSS versi 12 yang hasil perhitungannya dapat dilihat dalam lampiran dan dijelaskan pada tabel berikut: Tabel IV.5 Hasil Uji Reliabilitas Jumlah Cronbach’s Alpha Reliabilitas Kualitas Produk 0.9127 Baik Kepuasan Pelanggan 0.9392 Baik Komitmen Pelanggan 0.7412 Baik Loyalitas Pelanggan 0.9098 Baik Sumber : data primer yang diolah, 2009 Dari tabel IV.2 dapat diketahui bahwa r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5% menunjukkan bahwa pertanyaan yang merupakan dimensi dari variabel kualitas produk, kepuasan pelanggan, komitmen pelanggan dan loyalitas pelanggan adalah reliabel karena r hitung > 0,60. 2. Uji Kesesuaian Model (goodness of fit test) Pengujian model pada SEM ditujukan untuk melihat kesesuaian model. Indeks-indeks yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.6 Hasil Goodness of Fit Estimated Goddness of fit index Chi Square X² Hasil model 248,108 Evaluasi model Baik 0.251 Cut of value Diharapkan Kecil 0,05 Significance Probability RMSEA 0.02 0,08 Baik GFI 0,902 0,90 Baik AGFI TLI CFI 0,905 0,990 0,990 0,90 0,95 0,95 Baik Baik Baik Baik Berdasarkan tabel IV.3 hasil yang didapat adalah: 7) X2 Chi Square statistic, model yang akan diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model tersebut (karena dalam uji beda chi square, X2 = 0, berarti benar-benar tidak ada perbedaan) dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value p > 0,05 atau p > 0,10. Dari hasil perhitungan dihasilkan chi square X² = 248.108 dan p = 0,251 yang berarti dalam model penelitian diterima. 8) RMSEA (The Root Mean Square Error of Aproximation) adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai RMSEA sebesar 0,02 sehingga penelitian dapat diterima. 9) GFI (Goodness of Fit Index), indeks ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam matrik kovarian sampel yang dijelaskan oleh matrik kovarian populasi yang terestimasi. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila GFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. Dari hasil penelitian dihasilkan GFI sebesar 0,902 sehingga data penelitian dapat direkomendasikan. 10) AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index), fit indeks ini dapat diadjust terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. Dari hasil penelitian dihasilkan nilai AGFI sebesar 0,905 yang berarti model cukup baik. 11) TLI (Tucker Lewis Index), TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan lebih besar atau sama dengan 0,95. Dari tabel IV.3 nilai TLI sebesar 0,990 yang berarti tingkat penerimaan yang baik. 12) CFI (Comparative Fit Index), besaran indeks ini adalah rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1 mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi. Sedangkan hasil perhitungan menunjukkan nilai CFI sebesar 0,990, yang berarti model dapat diterima. 3. Pengujian Hipotesis Hipotesis merupakan asumsi dasar yang kita gunakan di dalam suatu rencana penelitian untuk membuktikan apakah hipotesis yang digunakan benar atau salah. Program komputer yang akan digunakan untuk mengestimasi model adalah program AMOS yang merupakan salah satu program yang handal untuk analisis model kausalitas (Ferdinand, 2002). AMOS adalah singkatan dari Analysis of Moment Structure, yang dikembangkan oleh Dr. J. Arbukle. Pengujian structural equation model (SEM) dilakukan dengan uji signifikansi menguji kausalitas melalui uji koefisien regresi, sehungga untuk hipotesa mengenai kausalitas yang dikembangkan oleh model, maka digunakan Maximum Likelihood Estimation (ML) dengan program AMOS. Melalui Maximum Likelihood Estimation akan didapat nilai critical ratio (CR) yang identik dengan uji t dalam regresi, nilai CR diterima apabila mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 1,96 pada tingkat koefisien 5%. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.7 Uji Maximum Likelihood Estimated Regression Weights Estimate S.E C.R Kepuasan Pelanggan ← Kualitas Produk 0.396 0.104 3.821 Komitmen Pelanggan ← Kepuasan Pelanggan 0.550 0.253 2.175 Loyalitas Pelanggan ← Kepuasan Pelanggan 0,221 0,063 3.382 Loyalitas Pelanggan ← Kualitas Produk 0.299 0.069 4.366 Loyalitas Pelanggan ← Komitmen Pelanggan 0,130 0.051 2.527 Sumber : data primer yang sudah diolah Berdasarkan atas beberapa hipotesis yang diuji berdasarkan maximum likelihood estimated berdasarkan tabel IV.7 ,menyatakan bahwa : a. Hipotesis 1 “Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada kepuasan pelanggan Koran JOGLOSEMAR di Surakarta” Hipotesis ini diterima karena nilai CR > 1,96 yaitu sebesar 3.821 Kepuasan adalah semacam langkah perbandingan antara pengalaman dengan hasil evaluasi, dapat menghasilkan sesuatu yang nyaman secara emosional, bukan hanya nyaman karena dibayangkan atau diharapkan. Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Erna Ferrinadewi yang menyatakan bahwa product Quality akan memiliki pengaruh terhadap produktivitas penjualan dan dalam kurun waktu yang cepat akan menimbukan kepuasan konsumen dan pada penelitian yang dilakukan oleh Gunawan Eko (UMS Surakarta - 2006) dalam penelitiannya diperoleh hasil bahwa sekitar 81% kepuasan pelanggan akan produk yang dikonsumsi dipengaruhi oleh kualitas produk yang bermutu tinggi. Dari kedua hasil penelitian terdahulu yang mendukung tersebut teryata memang terbukti bahwa variabel kualitas produk memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, hal ini terbukti pada penelitian ini yaitu kualitas produk yang diberikan Koran Joglosemar yang baik dan berkualitas tinggi sangat mempengaruhi tingkatan loyalitas pada pelanggan tetap Koran Joglosemar di Surakarta. Konsep berpikir bahwa kepuasan pelanggan akan mendorong meningkatnya profit adalah bahwa pelanggan yang puas akan bersedia membayar lebih untuk produk yang diterima dan lebih bersifat toleran akan kenaikan harga. Hal ini tentunya akan meningkatkan margin perusahaan dan kesetiaan pelanggan pada perusahaan. Konsumen yang puas akan membeli produk lain yang dijual oleh perusahaan, sekaligus menjadi pemasar yang efektif melalui word of mouth yang bernada positif. Menurut Kotler (2000:42) menyebutkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) sesuatu produk dengan harapannya. b. Hipotesis 2 ”Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada loyalitas pelanggan koran JOGLOSEMAR di Surakarta”. Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan Eko (UMS Surakarta - 2006) kualitas produk yang diberikan Honda sangat berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan produk Honda, hal tersebut dikarenakan konsumen pemakai Honda menilai mutu atau kualitas yang diberikan Honda sangat baik dan teruji, hal tersebut juga terbukti pada penelitian ini, dimana terdapat hasil signifikan antara kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan karena dalam uji Uji Maximum Likelihood Estimated nilai CR > 1,96 yaitu sebesar 2.175. Hal ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan Koran JOGLOSEMAR di Surakarta . Hal yang paling penting bagi pelanggan adalah apakah kualitas produk menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau apakah pelayanan diberikan dengan cara yang benar. Kualitas dan periklanan menjadi faktor kunci untuk menciptakan loyalitas merek jangka panjang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumen akan menjadi loyal pada merek-merek yang berkualitas tinggi jika produk-produk itu ditawarkan dengan harga yang wajar. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Selain melalui kualitas dan diperkuat dengan periklanan, loyalitas merek juga dapat dikembangkan melalui promosi penjualan dan diperkuat dengan periklanan. Sebagai contoh, membeli dua dapat tiga, mengumpulkan sepuluh tutup botol minuman dapat hadiah menarik, mengumpulkan kupon perangko dapat hadiah. Hal ini sesuai dengan teori Bloemer dan Kasper (1995) yang menyatakan bahwa loyalitas adalah salah satu cara dimana konsumen mengekspresikan kepuasannya atas performa produk atau jasa yang diterimanya. c. Hipotesis 3 “Variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada komitmen pelanggan koran JOGLOSEMAR di Surakarta”. Hipotesis 3 diterima karena CR > 1,96 yaitu sebesar 3.382. Hal ini menyatakan bahwa kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen pelanggan koran JOGLOSEMAR di Surakarta.. Menurut Hennig-Thurau dan Klee (1997) dalam Thurau (2002) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang positif terhadap komitmen. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) menyatakan suatu tingkatan dimana keinginan, kebutuhan, dan harapan dapat terpenuhi atau terlampaui melalui transaksi yang telah dievaluasi pasca konsumsi yang akan mengakibatkan terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut Komitmen pelanggan adalah orientasi jangka panjang pelanggan terhadap hubungan bisnis yang diikat pada kedua tingkat emosional Semakin lama seorang pelanggan menjalin relasi dengan perusahaan, mereka cendrung membelanjakan lebih banyak uang. Dalam penelitian Aryo Tedjo (2005) menemukan hasil positif dalam pengaruh kepuasan pelanggan terhadap komitmen pelanggan pada pelanggan Alfa Pabelan Surakarta, hal tersebut ternyata juga mempunyai hasil yang sama apabila objek yang diteliti berupa produk (koran). d. Hipotesis 4 “Kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada loyalitas pelanggan Koran JOGLOSEMAR di Surakarta”. Pada penelitian Erna Ferrinadewi (2004) dalam penelitiannya dengan judul “Upaya Mencapai Loyalitas Konsumen Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia” menemukan bahwa kualitas jasa, kepuasan konsumen, dan kepercayaan konsumen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erna Ferrinadewi (2004), variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap loyalitas pelanggan. Hal tersebut juga terbukti pada penelitian ini, dimana variabel kepuasan pelangganlah yang merupakan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen, hal tersebut terbukti karena nilai CR = 4.366 dan memenuhi syarat karena lebih besar dari 1,96 pada tingkat koefisien 5% Loyalitas pelanggan merupakan manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi konsumen yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu. Pelanggan yang memiliki loyalitas seringkali kembali dan kembali lagi pada sebuah perusahaan karena mereka merasa nyaman dengan perusahaan tersebut. Mereka tidak memiliki dorongan untuk pergi serta telah mengembangkan kepercayaan yang timbul seiring terjadinya keakraban. e. Hipotesis 5 “Variabel komitmen pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada loyalitas pelanggan di koran JOGLOSEMAR di Surakarta”. Hipotesis 5 juga diterima nilai CR = 2.527 > 1,96. kebenaranya karena mempunyai Hal ini menyatakan bahwa komitmen pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Tindakan merupakan hasil dari pertemuan dua kondisi tersebut. Dengan kata lain, tindakan mendatangkan sangat didukung oleh pengalaman mencapai sesuatu dan penyelesaian hambatan. Ini menunjukkan bagaimana loyalitas itu dapat menjadi kenyataan, yaitu pertama-tama sebagai loyalitas kognitif, kemudian loyalitas afektif, dan loyalitas konatif, serta terakhir sebagai loyalitas tindakan (loyalitas yang ditopang dengan komitmen dan tindakan) Beberapa studi yang dilakukan oleh Pritchard, Havitz, dan Howard (1999) dalam Thurau (2002) menemukan bahwa komitmen pelanggan mempunyai hubungan yang kuat dengan loyalitas pelanggan. Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Menurut Darmadi (2000) Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain. dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya maka didapat suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada kepuasan pelanggan Koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas produk yang diberikan oleh Koran JOGLOSEMAR Surakarta maka konsumen akan merasakan semakin tinggi kepuasannya. 2. Pengaruh positif dan signifikan antara kualitas produk pada loyalitas pelanggan Koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas produk yang diberikan oleh Koran JOGLOSEMAR Surakarta maka konsumen akan semakin tinggi loyalitasnya. 3. Kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada komitmen pelanggan Koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepuasan pelanggan maka akan semakin tinggi komitmen pelanggan. 4. Kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Koran JOGLOSEMAR di Surakarta yang berarti jika pelanggan merasakan puas maka loyalitas pelanggan semakin meningkat. 5. Komitmen pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada loyalitas pelanggan Koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi komitmen pelanggan maka loyalitas pelanggan semakin tinggi. B. Saran 1. Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada kepuasan pelanggan Koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Hal ini tentunya akan meningkatkan margin perusahaan dan kesetiaan pelanggan pada perusahaan. Sebagai contoh pada sejumlah item pertanyan pada variabel kualitas produk antara lain : · ”Kualitas produk koran Joglosemar harus berkualitas tinggi (baik layanan informasinya maupun kualitas fisik korannya)”. · “Pelanggan seharusnya memperoleh cetakan tulisan maupun gambar di koran Joglosemar yang rapi, jelas & berkualitas tinggi”. Pada item pertanyaan dari variabel kualitas produk di atas sangat menunjukkan hasil yang sangat valid dan signifikan pada item pertanyaan variabel kepuasan pelanggan yaitu di antaranya : · “Secara keseluruhan, saya sangat puas berlangganan koran Joglosemar’. · ”Fasilitas informasi koran Joglosemar sudah memadahi”. Dengan ini, secara otomatis dapat menjadi referensi bagi PT. Joglosemar yang hendaknya harus selalu meningkatkan kualitas produk secara kontinyu / terus - menerus, sehingga kepuasan pelanggan akan semakin tinggi. Akan tetapi, peneliti dalam penyebaran kuesioner, terdapat salah satu dari pelanggan Joglosemar yang menyampaikan sedikit kritikan secara langsung melalui lisan, yaitu tentang kurang rapinya penataan layout tiap halaman. Pelanggan merasa sedikit kurang nyaman akan hal tersebut dan meminta peneliti untuk menyampaikan kritikan tersebut kepada pihak Joglosemar. Dari kritikan tersebut, perlu kiranya kepada pihak PT. Joglsemar menindaklanjuti dan memecahkan permasalahan itu agar keseluruhan pelanggan tercapai kepuasannya, dan dari kepuasan seluruh pelanggan koran Joglosemar, secara otomatis akan berdampak positif karena pelanggan yang puas pasti akan merekomendasikan koran Joglosemar kepada orang lain sehingga dapat mendatangkan pelangganpelanggan baru dan mampu meningkatkan jumlah pelanggan. 2. Variabel kualitas produk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Kualitas produk menjadi faktor kunci untuk menciptakan loyalitas merek jangka panjang. Sebagai contoh pada salah satu item pertanyaan variabel kualitas produk, ” Ketika pelanggan menemui masalah terhadap layanan informasi koran atau kualitas fisik koran, maka pihak koran harus cepat meresponnya”. Dari item pertanyaan tersebut menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan pada item pertanyaan variabel loyalitas pelanggan, yaitu diantaranya : “Saya akan terus berlangganan koran Joglosemar sampai kapanpun juga” dari hal tersebut, jelas bahwa jika PT. Joglosemar ingin mempertahankan loyalitas pelanggannya secara terus menerus, perusahaan harus selalu meningkatkan semua hal yang berhubungan dengan kualitas fisik produk (koran), misalnya dengan menambah kualitas cetakan, meningkatkan kerapian layout pada tiap kolom halaman koran, menambah jumlah halaman, dll. Karena kualitas produk yang baik akan mempertahankan dan membentuk tingkat loyal pelanggan pada suatu produk secara jangka panjang. 3. Variabel kepuasan pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen pelanggan koran JOGLOSEMAR di Surakarta. Dari hal tersebut memang sudah terjadi pengaruh yang sangat signifikan antara kepuasan pelanggan pada komitmen pelanggan, sebagai contoh item pertanyaan pada kuesioner kepuasan pelanggan yang mengatakan bahwa ” Saya senang terhadap pelayanan dan luasnya informasi yang diberikan pada tiap halaman koran Joglosemar” dan memiliki dampak yang positif dan signifikan pada item pertanyaan kuesioner pada komitmen pelanggan yang mengatakan bahwa “Saya bangga menjadi anggota pelanggan Koran Joglosemar”. Akan tetapi hal tersebut bagi PT. Joglosemar harus selalu di tingkatkan untuk terus membentuk komitmen pelanggan. Koran Joglosemar harus selalu mempertahankan atau meningkatkan kepuasan pelanggan dengan mencari tahu apa yang sebenarnya yang diinginkan pelanggan sehingga pelanggan merasa kebutuhannya selalu terpenuhi dan secara otomatis tercipta interaksi yang selalu positif antara produsen dan konsumen dan pada akhirnya memperoleh hasil yang sangat baik yaitu terbentuknya komitmen pada pelanggan Koran Joglosemar 4. Variabel komitmen pelanggan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan koran JOGLOSEMAR di Surakarta, pada hal ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya, dari pengaruh ini, hal tersebut menjadi referensi yang sangat tepat bagi PT. Joglosemar dalam mempertahankan loyalitas pelangganya, karena jika telah terbentuk suatu komitmen pelanggan, loyalitas pelangganpun secara otomatis juga terbentuk, dengan catatan PT. Joglosemar harus selalu meningkatkan komitmen pelanggan melalui berbagai upaya-upaya yang di nilai sangat mampu membentuk komitmen pelanggan dalam jangka panjang. 5. Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya menambah variabel lain yang akan menambah wawasan peneliti selanjutnya, misalya variabel promosi penjualan, variable harga , dll. DAFTAR PUSTAKA Aydin, Serkan. dan Ozer, Gokhan. (2005), “Customer Loyalty and the Effect of Switching Cost as a Moderator Variable”, Marketing Intelligence & Planning, Vol. 15 No. 1, pp. 89-103. Barnes, James G. 2003. Secrets of Customer Relationship Management (Rahasia Manajemen Hubungan Pelanggan). Yogyakarta: Andi Bloemer, J. dan Kasper, H. (1995), “The Complex Relationship between Consumer Satisfaction and Brand Loyalty”, Journal of EconomicPsychology, Vol. 16 No. 2, pp. 183-201. Chaudhuri, A. dan Holbrook, M.B. (2001), “The chain of effect from brand trust and brand affect to brand performance: the role of Brand Loyalty”, Journal Of Marketing, Vol 65, April, pp 81-93. Dick, A.S and Basu, K. 1994. Customer loyalty : toward and intergrated conceptual framework. Journal Of Academy Of Marketing Sciense, 22 (2) : 99-113 Dharmesta, BS, 1996. “Loyalitas Pelanggan Sebuah Kajian Konseptual Sebagai Panduan Bagi Peneliti”. Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 14, No 3,p 73-88 Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 1996. Statistik Induktif Edisi Keempat. Yoyakarta: BPFE. Durianto, Darmadi., Sugiarto. dan Tony Sitinjak. (2001), “Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Dutka, Alan, 1994. “AMA Hand Book for Customer Satisfaction”. NTC Business Book, Lincolnwood, Illinois Ferdinand, A. 2002. Structural Equation Modelling Dalam Penelitian, Semarang: BP Undip Modern, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ferrinadewi, Erna, 2004. ”Upaya Mencapai Loyalitas Konsumen dalam Perspektif Sumber Daya Manusia”. Journal Manajemen dan kewirausahaan.Vol 6, no 1,p 15-26 Foedjiawati .2002. Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Kesetian Merek. ”, Journal Marketing. ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra. Surabaya Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BP Universitas Diponegoro : Semarang Kertajaya dan Syamsurijal, “Hubungan antara Kepuasan Pelanggan dengan Loyalitas Pelanggan”, Tesis, UGM. Tidak dipublikasikan Kotler, Philip. 1999 .Principles Of Marketing 2nd Edition. Engelwoods Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall Inc Kotler, Philip. 2000. Marketing Management: The Millennium Edition.. Engelwoods Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall Inc. Kotler, Philip. 2002. Alih Bahasa Gendra Teguh et al. “Manajemen Pemasaran: Edisi Milenium”. Jilid 1. Jakarta. Kelompok Gramedia. Noor Fauzan & Tri Gunarsih.2005.” Pengaruh Atribut Produk Dan komitmen konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen”UMS : Surakarta Oliver, Richard L. 1993. Cognitive, affective and Attribute Bases of the satisfaction. Journal of Consumer Research, 20 (3) : 451-466. Porter, M. (1998), Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors, The Free Press, New York, NY. Rowleys, Jennifer, and Jillian Dawes. 2000. Disloyality a closer look at non loyal. Journal of concumer marketing , vol. 17 no.6 . PP.558-549 Sekaran, U. (2003), “Research Methods for Business: A Skill BuildingApproach”. 4th ed., New York : John Willey & Sons, Inc. Tedjo, Aryo. 2005, “Pengaruh Kualitas Jasa, Kepuasan Pelanggan, dan Komitmen Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Bisnis Retail”. UMS: Surakarta Tjiptono, Fandy. 2005. Brand Management & Strategy. Yogyakarta: Penerbit Andi Thurau. T.H, Gwinner, K.P, and Gremler, D.D, 2002. “ Understanding Relationship Marketing : An Integration of Relational Benefits and Relationship Quality “. Journal of Service Research, February, Vol. 4, No 3, p 230-247. Tjiptono, Fandi. 1997. Strategi Pemasaran., Edisi kedua, Cetakan pertama. Yogyakarta : Andi Offset. Tjiptono, Fandi. 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta : Andi Offset Umar, H. 2003. “Metode Riset Perilaku Organisasi”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Zigmund,W.G. 2000. “Bussines Reseach Methods” Sixth Edition, The Dryden Press, Harcourt College Publishers Zulganef, 2002. “Hubungan Antara sikap terhadap Bukti fisik, proses dan karyawan dengan kualitas keterhubungan, serta perannya dalam menimbulkan niat ulan membeli dan Loyalitas”, Journal Riset Ekonomi dan Manajemen, September , Vol 2, no.3, p 98-115