BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran (Menurut pendapat Kotler dan amstrong 2009) “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaaan, menawarkan dan pertukaraan timbal balik produk yang nilai dengan oranglain”. Marketing adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi proses pertukaran (exchange). Proses pemasaran melalui kegiatan pertukaran (exchange) baik sebagai penjual (pemasar) yang menyerahkan barang atau jasa kepada pembeli yang menyerahkan sejumlah uang maupun dalam bentuk lain. (umar 2009) tujuan utama pemasaran ialah memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara memuaskan. Konsumen dipuaskan agar menjadi loyal . konsumen yang loyalakan membeli berkali-kali ,mengajak orang membeli dan menceritakan kepada orang lain tentang kebaikan produk atau perusahaan yang memproduksinya. banyak organisasi kelas dunia (world class organization) telah mengalami kesulitan menghadapi lingkungan yang terus berubah, dimana kemajuan teknologi selera konsumen serta perubahan social ekonomi memunculkan tantangan bagi perusahaan global. Perubahan-perubahan tersebut memaksa perusahaan untuk melaksanakan pengembangan strategi pemasaran, dimana perusahaan dituntut untuk mampu menawarkan barang dan jasa dengan kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen dari waktu ke waktu. Konsumen yang semakin 9 10 pandai dan terdidik meyebabkan keinginan dan berubah sangat cepat. Oleh karena itu (Umar 2009) Perusahaan sudah semestinya lebih berfokus pada konsumen agar dapat memenangkan persaingan dan memberikan kepuasaan pada konsumen maka akan membangun kepercayaan konsumen dan akhirnya tercipta hubungan yang erat antara konsumen dan perusahaan. Demikian pemasar harus mempelajari kebutuhan ,keinginan , persepsi, preferensi,gaya hidup , motivasi , dan perilaku berbelanja dan membeli. 2.2 Definisi Perilaku Konsumen Schiffman dan Kanuk (2009) mendefinisikan Perilaku konsumen sebagai proses yang dilalui konsumen dalam mencari , membeli, menggunakan dan mengevaluasisuatu produk/jasa yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan definisi tersebut maka yang dimaksud perilaku konsumen dalam kajian ini adalah studi mengenai proses pembuatan keputusan beli atas suatu produk dan mengkonsumsi yang dilakukan oleh pembuat keputusan atau konsumen. sedangkan menurut (john mowen dan Michael minor 2002) perilaku konsumen merupakan suatu proses memilih,membeli, menggunakan dan menilai suatu produk yang bersifat dinamis mengikuti trend sehingga susah ditebak/diramalkan. Dalam memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa konsumen (apa yang mereka beli,mengapa mereka membeli, kapandan dimana mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakanya). sebab dalam lingkungan yang berbeda akan memiliki kebutuhan , pendapat , sikap dan selera yang 11 berbeda. Oleh karena itu perilaku konsumen adalah hal penting bagi pemasar yang harus dipelajari untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen pada suatu produk. 2.3 Definisi Personality Setiap orang memiliki karakter personal yang akan mempengaruhi perilaku pembeliannya. (liberty dan spigler dalam feist 2008) kepribadian (personality) adalah cara hidup atau gaya keseluruhan tingkah laku individu yang ditunjukkan dalam bentuk sikap, watak, nilai kepercayaan, motif dan sebagainya. Kepribadian konsumen mengarahkan dirinya pada perilaku yang berbeda dalam setiap hal sehingga setiap individu cenderung memilih produk yang sesuai dengan kepribadiannya. Oleh karenanya perilaku orang dan persepsi menentukan arah perilakunya. Jung dalam Feist (2008) kepribadian terdiri dari sejumlah sistem yang berbeda namunsaling berinteraksi. Sistem-sistem terpenting adalahego, emosi, ketidaksaaran pribadi beserta kompleks-kompleksnya. Pesonality traits watak atau karakter keperibadian seseorangdalam berbelanja membentuk tujuh orientasi yang menjadi faktor-faktor kepribadian (indriani dan supramono 2009) yaitu - Ketidakstabilan emosiyaitu kecenderungan emosi yang tidak stabil, emosinyatidak sabaran resah saat tidak memiliki barang yang disuka, emosinya gampang naik turun dalam pemenuhan hasrat pada diri agar merasa puas dan cenderung mudah tergoda akan sesuatu (iming-iming hadiah). 12 - sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang sangat peduli pada penampilan ,ingin dihargai dalam kehidupan sehari-hari dan berubahnya keinginan/selera dengan perkembangan yang ada dimasyarakat. - sikap/tingkah lakuyaitu evaluasi , perasaan , dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide relatif konsisten (mengikuti kata hati). Seperti merencanakan sesuatu, berbelanja ,boros , dan menggunakan uang simpanan atau kartu kredit untuk membeli barang yang inginkan. - materialisme yaitu kecenderungan suka berbelanja barang yang mahal, suka barang-barang mewah dan merk terkenal, senang memiliki barang yang lebih bagus dibandingkan dengan orang lain dan membeli produk karena harga diri/gengsi. 2.4 Definisi Impulse Buying Behavior Manusia sebagai homo economicustidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan membeli barang atau jasa. Perilaku membeli disebut dengan berbelanja. Berbelanja merupakan konsep sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi kebutuhan sehari-hari , namun sekarang ini (O’cass 2004) orang berbelanja dilakukan untuk memenuhi dari dirinya yang terjadi dengan tibatiba, spontan dan tanpa adanya perencanaan atau pemikiran terlebih dahulu. Kecenderungan ini disebut kecenderungan pembelian impulsive (impulse buying). 13 Impulse buying (menurut Retraningrum, 2008) dimana proses pengambilan keputusan tanpa adanya suatu pertimbangan informasi dan pilihan alternatif. Konsumen sering mengambil jalan pintas untuk mempermudah pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian tidak melalui tahapan seperti pemikiran dan pertimbangan terhadap segala pilihan yang ada, dan biasanya impulse buying behavior dipengaruhi oleh : a) kepribadian konsumen b) demografis meliputi usia, jenis kelamin, pendapatan, dan sebagainya. (kacen,j. & Lee, 2008) juga menyatakan bahwa Impulse buying mempunyai jumlah karakteristik sebagai berikut : a. ketegangan psikologis (emosi) yang meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan pembelian pada saat itu juga. b. Adanya pemenuhan hasrat dimana membeli produk hanya karena kepuasaan, dimana si konsumen cenderung berbelanja banyak dan menyukai sale/discontdari produk yang disukai c. Adanya perasaan untuk segera memiliki produk yang dijual. dimana konsumen membeli produk dengan harga diluar batas kemampuan dan berusaha keras membeli produk diluar jangkauan dengan menggunakan sebagian uang saku atau simpanan hingga meminjam uang. d. Adanya emosi yang membuat barang tidak produktif yaitu dimana konsumen membeli produk tanpa mepedulikan kebutuhan serta manfaat dan kegunaanya. 14 e. Adanya peran status, dimana konsumen membeli produk karena penunjang penampilan dan mengikuti perkembangan jaman dan gaya hidup (trend)membeli produk karena harga diri f. Pengaturan toko yang menarik, melihat pakaian terbaru dietalase, musik yang kencang , kemasan yag menarik, taktis sales yang menggoda melakukan pembelian diluar rencana sebelumnya. Menurut (Ditmar2006) menggolongkan jenis pembelian impulsif dapat dibedakan menjadi 4 yaitu; 1) Pure impulsive. Pembelian yang dilakukan murni tanpa rencana atau terkesan mendadak. Biasanya terjadi setelah melihat barang yang dipajang di toko dan muncul keinginan untuk membelinya saat itu juga. 2) Reminder impulsive. Pembelian yang dilakukan tanpa rencana terjadi setelah diingatkan karena melihat iklan atau brosur yang ada di pusat perbelanjaan. 3) Suggestion impulsive. Pembelian yang dilakukan tanpa rencana pada saat berbelanja di pusat perbelanjaan. 4) Planned impulsive. Pembelian yang dilakukan sebenarnya sudah direncanakan, tetapi karena barang yang dimaksud habis atau tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka yang dilakukan adalah membeli jenis barang yang sama tetapi dengan merek atau ukuran yang berbeda. Pembeli kompulsif dapat berasal dari semua golongan ekonomi(Menurut Mandey 2009) ketersediaan uangadalah sumber kekuatan. Seseorang yang impulsif adalah seorang yang pemboros dimana dicirikan sebagai seseorang yang menghabiskan uang dengan cepat, mengemudikan mobil mewah, rumah yang 15 mahal walaupun uang yang dimiliki tidak dapat menutupi segala keinginannya. Sehingga konsumen pun rela menggunakan kartu kredit/kartu utangdalam melakukan pembelian demi memanjakan keinginannya. Bahkan mereka membentuk citra diri bahwa orang lain harus mengagumi mereka dengan segala yang dimilikinya dan menganggap bahwa kepemilkan harta benda merupakan tolok ukur identitas diri, keberhasilan, dan kebahagiaan dalam hidup.Dari beberapa pengertian diatas maka (Dittmar2006) disimpulkan bahwa perilaku pembelian impulsif menguntungkan pemasar/perusahaan mendapatkan keuntungan. 2.5 Definisi Pengunaan Kartu Kredit kartu kredit sudah menjadi media pembayaran lazim terutama di kota-kota besar, bahkan pola hidup konsumtif mendorong orang untuk memiliki lebih dari satu kartu kredit dari pihak penerbit kartu kredit yang berbeda. Dimana kartu kredit bisa diterima di berbagai tempat di seluruh dunia karena kartu kredit dinilai lebih praktis dan aman (cashless). Kecenderungan pola hidup kompulsif ini dibungkus rasa banggaapabila memiliki kartu kredit.(cakravorti, 2003) Kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK)yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaraan atas kewajiban yang timbuldari suatu kegiatan ekonomi. pemegang kartukredit berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang disepakatidan tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia 11/ 11 /PBI/2009dalam http://www.bi.go.id). 16 (Menurut Park dan Burn 2005)Kartu kredit merupakan salah satu alat pembayaran dengan cara kredit,dimana konsumen dapat berbelanja meskipun pada saat itu tidak mempunyaiuang. Prinsipnya, konsumen berbelanja dengan cara utang. Lebih dari itu,konsumen diperkenankan membayar utang itu dengan mencicil sejumlahminimum tertentu dari total transaksi. Kadang iming-iming hadiah, banyaknya promosi, perlakuan khusus yang di tawarkan perusahaan kartu kredit juga merangsang sebagaian besar nasabah kartu kredit pun untuk menggunakan kartu kreditnya. Kepribadian nasabah kartu itu sendiri sebenarnya yang sangat mempengaruhi cara mereka menggunakan kartu kredit. berdasarkan hasil penelitian (Antecendent state) Pirog dan Robert (2007) dijelaskan konsumen lebih sering berbelanja dengan menggunakan fasilitas kartu kredit yang mereka miliki bahkan ada pula kepribadian konsumen yang tidak memperdulikan harga produk fashion saat menggunakan kartu kredit sehingga melebihi batas kredit yang ia dapatkan , lain dari itu diskon pun juga merangsang kepribadian konsumen untuk berbelanja banyak dengan menggunakan kartu kreditnya, dan banyak juga kepribadian konsumen yang menggunakan kartu kredit untuk pengeluaran barang diluar jangkauannya. (Menurut Gunawan dan Indra 2005)Kepemilikan dan penggunaan kartu kredit menyebabkan peralihanpenggunaan uang tunai bahkan kartu kredit menyebabkan peningkatan perilakupembelian impulsif. Dimana adanya Peningkatandramatis dari pemakaian kartu kredit oleh konsumen beberapa tahun belakangan ini telah mempercepat perubahan status konsumen menjadi 17 masyarakat konsumtif. Hal ini berkaitan dengan strategi pemasaran dan pengembangan pasar yang agresif oleh perusahaan-perusahaan penerbit kartu kredit.Kenyamanan dalam menggunakan kartu kredit, meningkatkan jumlah penggunaan kartu kredit dalam berbelanja. 2.6 Gaya Hidup Gaya hidup (lifestyle)kumpulan ciri tingkah laku dalam sesuatu masa dan tempat, termasuk hubungan sosial, penggunaan hiburan, dan pakaian (fashion).(Kottler2009)Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya.(Hawkins dalam Tan, 2009) The new way of lifestyle, Grand Indonesia Magazineyang mengatakan bahwa pola hidup yang berhubungan dengan uang dan waktu dilaksanakan oleh seseorang berhubungan dengan keputusan. Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadipusatperhatian. (Mandey 2009) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis yang di idola kan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola kepribadianperilakunya. 18 2.7 Definisi Fashion Fashion adalah dogma aneka yang dapat mempengaruhi individu dalam banyak cara. (Fred Davis 2010) Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. Arti dari fashion sebenarnya adalah untuk menempatkan kehidupan tenang dan untuk memfasilitasi manusia dengan gaya hidup masing-masing “Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya.banyak kelompok perusahaan untuk berinvestasi di industri fashion, atau untuk beberapa label produk mereka sebagai produk fashion.Sebab fashion telah menjadi bagian utama dari kehidupan sekarang. Dimana Pakaian tidak hanya menunjukkan kepribadian, kreativitas, karakter tetapi sebagian besar dari semua status kelas. (Fred dalam Tan 2009)peneliti fashionmeneliti mengenai category management. Mereka menyatakan Dunia mode Pakaian merupakan industri yang sangat cepat dan memotong tenggorokan. Itu sebabnya, perusahaan fashion modern Pakaian pun terus berubah dengan factor pembuat mode dengan ide-ide baru yang kreatif untuk diproduksi dan dikirimkan untuk pembelian. Dengan ini orang harus menyadari apa yang modis dan apa yang usang. Delong dkk. (2006) Dalam ranah ini, fashion marketing terbilang sangat menarik, jurnal khusus diterbitkan dengan nama Journal of Fashion Marketing and Management yang mengaitkan fashion dengan perilaku konsumen, peneliti pun melihat adanya pengaruh keterlibatan fashion, emosi positif dalam pengunaan kartu kredit terhadap keputusan pembelian fashion dengan tanpa perencanaan terlebih dahulu (impulse buying). 19 2.8 Penelitian Terlebih Dahulu Penelitian mengenai factor pesonality dan penggunaan kartu kredit terhadap impulse buying behavior mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh stephen F. Pirog III dan james A. Roberts yang berjudul ”Personality and Credit card Misuse among Collegge Students: The Mediating of Impulsiveness” yang dimuat dalam Journal of Marketing and Practice, vol 15, no.1 (winter 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan-hubungan yang terkait antara kepribadian nasabah kartu kredit, dan peran kecenderungan impulsif dalam berbelanja terhadap pengunaan kartu kredit dikalangan mahasiwa. Subjek dari penelitian ini adalah 254 mahasiswa perguruan pemegang kartu kredit dari 2 universitas swasta diamerika. Penelitian menggunakan survey. Terdapat 3 instrumen yang diukur dalam penelitian , yaitu sifat dasar kepribadian, kecnderungan impulsif dan pengunaan kartu krdit. Ada 11 hipotesis yang diuji dengan menggunakan model regresi. Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian tersebut adalah sebagian besar mendukung bahwa peran dari kepribadian lah yang ikut mengarahkan kepada pengunaan kartu kredit. Persaamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah samasama meneliti tentang kepribadian , kecenderungan impulsif dalam berbelanja, dan perilaku dalam penggunaan kartu kredit. Perbedaannya terletak padasubjek penelitian dan regional dimana penelitian itu dilakukan. 20 beberapa peneliti yangmengenai pengunaan kartu kredit misalnya Cakravorti (2003), Pinto dan Burn (2005) ,Roberts dan Jones (2007); Till dan Hand (2010). Peningkatan dramatis dari pemakaian kartu kredit oleh konsumen beberapa tahun belakangan ini telah mempercepat perubahan status konsumen menjadi masyarakat konsumtif. Hal ini berkaitan dengan strategi pemasaran dan pengembangan pasar yang agresif oleh perusahaan-perusahaan penerbit kartu kredit. Kemudahan dan kenyamanan bertransaksi dengan menggunakan kartu kredit yang dapat memberikan keleluasaan secara finansial kepada konsumen dalam berbelanja memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan perilaku belanja kompulsif.(Pirog dan Robert 2007) Konsumen menjadi lebih sering berbelanja dengan menggunakan fasilitas kartu kredit yang mereka miliki. Oleh karena itu Penulis mengemukakan factor personalityberpengaruh terhadap keputusan pembelian impulsif didukung oleh pengunaan kartu kredit. 2.9 Kerangka Konseptual Berdasarkan fenomena sosial itu maka dapat digambarkan dalam kerangka konseptual untuk mengemukakanobjek penelitian dari variable yang diteliti. Factor personality (X1) Impulse buying behavior (Y) Penggunaan kartu kredit (X2) gambar kerangka konseptual 2.9