II. T I N J A U A N P I J S T A K A Tanaman jagung (Zea mays L ) , termasuk famili Graminae, berdasarkan taksonomi kedudukan jagung adalah sebagai berikut: Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyla, Subdivisio Angiospermae, Graminae, Ordo Poales, Kelas Monokotyledonae, Famili Genus Zea, Species Zea mays. Jagung memiliki bunga bemmah satu, dimana bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Bunga jantan terletak pada ujung tanaman, sedangkan bunga betina berada pada ketiak daun (Suprapto, 2000). Menurut EfTendi (1990), jagung dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1300 m dpi, asal areal tersebut tidak terlindung, dengan kemiringan tanah maksimal 8%, curah hujan yang dibutuhkan 100-200 m m perbulan dan suhu udara 23"-27'^C. Kemasaman tanah (pH) adalah 5,5-7,5. Suprapto (2000) juga menyatakan bahwa tanaman jagung mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan tumbuhnya dan juga cocok ditanam pada lahan gambut. Riau memiliki lahan gambut yang cukup luas, merupakan peluang dalam budidaya jagung. Lahan gambut yang dikeloia secara benar, maka akan didapat produksi yang cukup memuaskan dalam berbudidaya jagung (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Riau, 2002). Menurut Radjagukguk dan Setiadi (1989), kandungan bahan organik tanah gambut lebih dari 20-30% (12%-18% C-Organik) dengan ketebalan >40 cm - <80 cm. Menurut Noor (2000), tanah gambut terbentuk karena kondisi lingkungan anaerob, yang dapat menghambat aktivitas mikroorganisme 5 perombak, sehingga penumpukan bahan organik lebih besar dari pada mineralisasi. Pemanfaatan lahan ini untuk pertanian mempunyai banyak kendala seperti yang dijelaskan oleh Lubis. dkk (1993), bahwa tanah gambut mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman. Gambut memiliki kejenuhan basa yang rendah sehingga ketersediaan hara di dalam tanah larbatas. Ketersediaan hara yang terbatas pada lahan gambut dapat diatasi dengan memanfaatkan mikroorganisme C M A dan rhizobium. Andriansyah (2006), melaporkan kombinasi mikoriza 22,50 g/lubang tanam dan rhizobium lOOg/kg benih dapat meningkatkan produksi kacang hijau melebihi kemampuan potensial 1,6 ton/ha, yaitu 1264,14 g/plot atau setara dengan 1,79 ton/ha. Fitriatin (2000), melaporkan dengan pemberian C M A terjadi peningkatan berat berangkasan kering antara 2%-20%, sedangkan produksi meningkat mencapai 80% pada tanaman kedelai, dibanding yang tanpa perlakuan. Menurut Setiadi (2003), cendawan mikoriza dan rhizobium berperan dalam peningkatan kualitas dan daya hidup semai tanaman serta memperbaiki daya tumbuh tanaman, dimana mikoriza berperan menyediakan unsur P dan rhizobium yang dapat memfiksasi N bebas. Triwahyuningsih (2000), melaporkan dengan pemberian kombinasi rhizobium dan mikoriza secara nyata berpengaruh terhadap hasil polong kering kacang hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa polong kering meningkat dari 9,8 ton/ha menjadi 15,49-16,22 ton/ha. Asosiasi C M A dengan akar tanaman akan membentuk hifa (misselium) yang tumbuh dan terikat kuat pada jaringan epidermis akar tanaman, Hifa eksternal mikoriza memperluas kemampuan akar menyerap unsur-unsur hara kro 6 yang terjerap di dalam tanah. Penggunaan mikoriza pada tanaman tidak dapat menggantikan pupuk P dan jenis pupuk lainnya, tetapi perannya dapat membebaskan dan melepas P yang terjerap dalam tanah sehingga lebih tersedia dan efektivitas pemberian pupuk menjadi lebih baik (Husin, 1994). Tanaman memperoleh hara P dan unsur lain dengan bantuan C M A dan C M A sendiri mendapatkan karbohidrat serta faktor pertumbuhan lainnya dari tanaman inangnya (Rao, 1986). Menurut Gardner, dkk (1991), rhizobium ini dapat bertahan hidup dalam tanah 5-10 tahun. Islami (1991) mengatakan bahwa endomikoriza dapat bertahan hidup dengan membentuk spora dan akhirnya menginfeksi akar tanaman inangnya. Husnah dan Hastuti (1997) melaporkan, dengan pemanfaatan residu C M A dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung berturut-turut 115,91% (dosis 10,00 gram/lubang tanam) dan 153,41% (15,00 gram/lubang tanam) dibanding kontrol. Pemanfaatan lahan bekas penanaman kacang tanah yang diinokulalsi C M A ini berpengaruh nyata terhadap parameter kacang tanah yang diamati. Tinggi tanaman pada umur 3 minggu mencapai 42,54-49,25 cm (dosis terendah 7,50 gram/lubang tanam) dibanding tanpa perlakuan tinggi tanaman hanya 39,29 cm, luas daun umur 3 minggu mencapai 10,86-11,82 cm dibanding tanaman kontrol 10,60 cm. Hasil penelitian Idwar. dkk (2000), melaporkan bahwa dengan pemberian M V A pada tanaman jagung , peningkatan tinggi tanaman mencapai 32,3%, berat brangkas kering meningkat 34,02%, dan berat biji kering peningkatan mencapai 13,41%, dibandingkan jagung yang tanpa pemberian M V A . 7 Upaya pemanfaatan lain dalam rhizobium peningkatan produktifitas bekas penanaman lahan gambut jenis kacang-kacangan. adalah Menurut Gardner, dkk (1991), rhizobium merupakan bakteri yang mampu memfiksasi nitrogen bebas di udara. Bakteri ini dapat bertahan hidup dalam tanah selama 5-10 tahun. Rukmana (1995), melaporkan bakteri rhizobium akan tumbuh baik pada tanah banyak mengandung bahan organik dan gambut merupakan lahan yang memiliki prospek produktifitas untuk lahan, perkembangan rhizobium Adriansyah (2006), dari ini dalam peningkatan hasil penelitiannya intensitas perkembangan rhizobium di lahan gambut cukup baik ini terbukti dengan jumlah persentase bintil akar kacang hijau yang mencapai 78,58% sampai 92,10%. Menurut Jumin (1992), rhizobium menginfeksi tanaman legum masuk kejaringan korteks akar, dan berkembang membentuk bintil akar, Tanaman legum diransang membentuk pigmen merah (leghaemoglobin). Leghaemoglobin dan nitrogena.se (enzim yang dibentuk bakteroit) mengikat nitrogen bebas (N2). Fitriatin. dkk (2000), melaporkan dengan kombinasi pemberian inokulan Brandirhizohium dan C M A berpengaruh nyata tarhadap serapan N dan P oleh kedelai di lahan gambut. Menurut Widodo (1986), unsur nitrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman dan jika kekurangan unsur ini menyebabkan tanaman jagung akan kerdil, daun akan berwarna kekuningkuningan. Unsur P selain berperan dalam pembentukan bagian vegetatif tanaman juga berpengaruh terhadap bagian generatif Bila tanaman kekurangan unsur ini yang terjadi adalah daun tanaman menjadi ungu atau kemerah-merahan, menghasilkan tongkol abnormal dengan kondisi barisan biji yang tidak teratur dan tidak terisi penuh.