BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Tahapan Proses Perancangan Dan Pengembangan Produk
Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau
sering juga disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger
dalam bukunya yang berjudul “Perancangan dan Pengembangan Produk”, proses
pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu :
Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk Menurut Ulrich-Eppinger
8

Fase 0. Perencanaan
Kegiatan ini disebut sebagai ‘zerofase’ karena kegiatan ini mendahului
persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.

Fase 1. Pengembangan Konsep
Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi,
alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu
atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
Dimana yang dimaksud dengan konsep di sini adalah uraian dari bentuk,
fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya disertai dengan
sekumpulan
spesifikasi,
analisis
produk-produk
pesaing
serta
pertimbangan ekonomis proyek.

Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem
Fase Perancangan Tingkatan Sistem mencakup definisi arsitektur produk
dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponenkomponen. Output pada fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk
produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta
diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.

Fase 3. Perancangan Detail
Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk,
material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unit pada produk
9
dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok.
Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen
yang dibuat, dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan
pengendalian untuk produk, gambar untuk tiap komponen produk dan
peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dapat
dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk.

Fase 4. Pengujian dan Perbaikan
Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari
bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha)
biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan
bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak
memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang
dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Sasaran dari prototipe
beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan
keandalan
dalam
rangka
mengidentifikasi
kebutuhan
perubahan-
perubahan secara teknik untuk produk akhir.

Fase 5. Produksi awal
Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem
produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk
melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin
timbul pada proses produksi sesungguhnya. Pada beberapa titik pada masa
10
peralihan
ini, produk
diluncurkan dan
mulai disediakan
untuk
didistribusikan.
Seperti yang kita lihat pada gambar 2.1 bahwa dari ke 5 fase diatas,
didalamnya terdapat macam-macam proses yang dilakukan dalam melakukan tahapan
proses perancangan dan pengembangan produk dalam buku Ulrich-Eppinger, yaitu:

Bab 2, “Proses dan Organisasi Pengembangan Produk,” menguraikan
proses pengembangan produk generic dan memperlihatkan variasi
penggunaan proes ini dalam berbagai situasi dan lingkungan industri. Bab
ini juga menjelaskan bagaimana seorang individu diorganisasikan dalam
suatu kelompok yang terlibat dalam proyek pengembangan produk.

Bab 3, “Perencanaan Produk,” menjelaskan metoda untuk mengambil
keputusan produk mana yang akan dikembangkan. Keluaran dari metode
ini adalah pernyataan misi untuk proyek tertentu.

Bab 4 sampai bab 8, menguraikan aktivitas-aktivitas kunci pada fase
Pengembangan Konsep. Metode-metode yang dijelaskan akan menuntun
tim pengembangan produk mulai dari pembuatan misi sampai seleksi
konsep.

Bab 9, “Arsitektur Produk,” mendiskusikan implikasi arsitektur terhadap
perubahan produk, variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk,
11
biaya manufaktur, dan manajemen proyek. Terakhir dijelaskan suatu
metode untuk membuat arsitektur produk.

Bab 10, “Desain Industri,” menjelaskan peran desainer industri, isu-isu
berkaitan dengan interaksi produk dengan pemakainya, termasuk
pertimbangan aspek estetika dan ergonomic dalam proses pengembangan
produk.

Bab 11, “Desain untuk Proses Manufaktur,” mediskusikan teknik-teknik
apa yang digunakan untuk mengurangi biaya manufaktur. Teknik-teknik
ini terutama diterapkan pada fase Perancangan Sistem dan Perancangan
Detail Sistem dari proses pengembangan produk.

Bab 12, “Membuat Prototipe,” menjelaskan metode untuk menjamin
upaya pembuatan prototype produk yang berlangsung selama proses
pengembangan diterapkan secara efektif.

Bab 13, “Analisis Ekonomi Pengembangan Produk,”
menguraikan
metode-metode untuk memahami pengaruh factor-faktor internal dan
eksternal terhadap nilai ekonomis proyek.

Bab 14, “Mengendalikan Proyek,” menjelaskan beberapa konsep
mendasar untuk memahami dan menggambarkan interaksi antara tugastugas di dalam proyek, juga menjelaskan metode untuk perencanaan dan
pelaksanaan proyek pengembangan.
12
Sementara itu menurut C. Merle Crawford dan C. Anthony Di Benedetto
dalam buku mereka yang berjudul “New Products Management”, dikatakan bahwa
tahapan pengembangan produk terdiri atas 5 fase yaitu :
Phase 1: Opportunity Identification/Selection
Phase 2: Concept Generation
Phase 3: Concept/Project
Phase 4: Development
Phase 5: Launch
Gambar 2.2 Fase Pengembangan Produk Menurut Crawford-Benedetto

Fase 1. Identifikasi peluang dan Seleksi ( Opportunity Identification and
Selection)
Menghasilkan sebuah peluang dari produk baru menjadi peluang bisnis,
mengadakan perubahan pada rencana pemasaran, sumber daya, dan
kebutuhan yang terdapat pada pasar. Mengadakan riset pasar untuk
13
kemudian dievaluasi, divalidasi dan keluarannya adalah pernyataan
strategic untuk menuntun lebih jauh ke tahap selanjutnya.

Fase 2. Pengembangan Konsep (concept generation)
Memilih peluang yang paling berpotensi untuk dikembangkan dan mulai
dengan keterlibatan konsumen dalam tahap identifikasi kebutuhan. Mulai
menyusun konsep produk baru yang dapat menjawab kesempatan atau
peluang yang ada.

Fase 3. Evaluasi Proyek / Konsep (Concept /Project Evaluation)
Mengevaluasi konsep produk tersebut (seperti pada saat mereka mulai
masuk) pada kriteria teknis, pemasaran dan keuangan. Beri bobot dan pilih
yang terbaik kedua atau ketiga.

Fase 4. Pengembangan (Development) :
Pada fase ini merupakan tahap pengujian konsep yang sudah matang
dengan pembuatan prototipe yang langsung diujikan kepada konsumen,
sambil tidak lupa mempersiapkan strategi pemasaran dan persiapan
peluncuran produk tersebut dengan memperhatikan jalur distribusi dan
biaya-biaya yang dibutuhkan melalui sebuah business plan.

Fase 5. Peluncuran (Launch)
Mulai produksi awal dan pemasaran dengan ruang lingkup yang kecil dulu
sambil memantapkan sistem produksi pembuatan produk tersebut, dan
14
mulai menjalankan program peluncuran sesuai yang direncanakan secara
bertahap.
Kelima fase ini lebih difokuskan untuk pengembangan produk yang betulbetul merupakan produk baru (Crawford-Beneditto, 2000).
Satu lagi pendapat dari ahli pengembangan produk di USA yaitu R. Cooper
dalam bukunya yang berjudul “Winning at New Products”, Cooper menyebutkan
tahapan pengembangan produk yang dikenal sebagai Stage-Gate Process yaitu
sebuah tahapan pergerakan suatu proyek produk baru dari sebuah ide hingga ke tahap
peluncuran. Stage merupakan tahapan sebenarnya dimana diwujudkan dalam
tindakan nyata. Sedangkan gate merupakan point pengambilan keputusan untuk
dilanjutkan atau tidak ke tahap atau stage selanjutnya. Berikut penjelasan singkat
mengenai Stage-Gate Process :
Gambar 2.3 Stage-Gate Process Menurut R. Cooper

Discovery Stage . Tahap pemilihan ide
Dalam tahapan ini, munculnya ide-ide tentang produk apa yang akan
dikembangkan dan apa jenis pengembangannya semuanya pasti muncul dari
suatu ide atau gagasan.
15

Gate 1. Idea screen
Merupakan tahapan pengelompokan ide-ide yang telah didapatkan.

Stage 1. Scooping
Merupakan tahapan perkiraan akan keberhasilan produk yang akan
dikembangkan, dapatkah produk itu dibuat, serta bagaimana respon pasar
terhadap produk tersebut nantinya.

Gate 2. Second screen
Dalam tahap ini diadakan penyaringan konsep produk mana yang akan
dilanjukan untuk dikembangkan.

Stage 2. Building the business case
Merupakan tahap yang paling menentukan bagi tim pengembangan produk,
disini akan dibuat definisi dari produk dan proyek tersebut, rencana proyek
dan pembenaran dari proyek tersebut di masa-masa mendatang.

Gate 3. Go to Development
Pada tahap ini ditentukan apakah diteruskan ke tahap pengembangan atau
tidak berdasarkan hasil dari tahapan sebelumnya dan konsep yang telah
terpilih.

Stage 3. Development
Tahap ini yang disebut tahapan pengembangan, pada tahap ini dilakukan
seperti yang dilakukan pada tahap pengembangan konsep, persiapan
16
peluncuran, rencana sistem produksi, dan pengujian untuk ke tahap
selanjutnya.

Gate 4. Go to Testing
Merupakan tahapan awal dari pengujian konsep produk yang sudah
dikembangkan.

Stage 4. Testing and Validation
Merupakan tahapan final dari pengujian dan validasi data pengujian dari
seluruh proyek, perkiraan rencana proses produksi, analisa ekonomi produk,
respon dari konsumen, dan pembuatan prototipe.

Gate 5. Go to launch
Tahapan persiapan peluncuran awal dari produk yang sudah diuji.

Stage 5. Launching
Produksi awal sudah mulai dilakukan, beserta perbaikan-perbaikan sistem
produksi dan peralatan untuk efisiensi proses, jalur distribusi dan
komersialisasi mulai dibangun dan diperluas secara bertahap.

Review dari peluncuran produk
Setelah produk diluncurkan secara komersialisasi, dilakukan review untuk
memastikan bahwa hambatan-hambatan yang ada bisa teratasi, serta
memastikan apakah produksi tetap dilanjutkan beserta pemasarannya, atau
tetap memasarkan sisa stok barang (bila produksi dihentikan karena tidak
17
dapat dilanjutkan), atau mendaur ulang produk tersebut sehingga dapat
dimanfaatkan menjadi barang lain
Setelah melihat ketiga model tahapan-tahapan pengembangan produk yang
merupakan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat dilihat banyak kesamaan
dari ketiga proses tersebut, perbedaan jumlah tahapan atau fase disebabkan karena
adanya penggabungan dari beberapa tahapan yang sejenis ataupun membaginya
menjadi beberapa tahapan yang lebih detail. Pada tahap pembahasan pengembangan
produk ini nantinya akan disesuaikan menurut tahapan yang dikembangkan oleh
Ulrich dan Eppingger.
2.1.1.1 Perencanaan Produk (Product Planning)
Setiap proses pengembangan produk diawali dengan fase perencanaan, yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat
lanjut. Output fase perencanaan ini adalah pernyataan misi proyek digunakan sebagai
input yang dibutuhkan untuk memulai tahapan pengembangan konsep dan merupakan
suatu petunjuk untuk tim pengembangan.
Dalam perencanaan produk, proyek pengembangan produk dikelompokan
menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Platform produk baru: Tipe proyek ini melibatkan usaha pengembangan
utama untuk merancang suatu keluarga produk baru berdasarkan platform
18
yang baru dan umum. Keluarga produk baru akan memasuki pasar dan
produk yang sudah dikenal.
2. Turunan dari platform produk yang sudah ada: Proyek-proyek ini
memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam memasuki pasar
yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru.
3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada: Proyek-proyek
ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa
detail produk dproduk yang telah ada dalam rangka menjaga lini produksi
yang ada pesaingnya.
Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek,
ada lima tahapan proses berikut :
1. Mengidentifikasi peluang
Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang
pengembangan produk. Langkah ini dapat dibayangkan sebagai input dari
perusahaan. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk berasal dari
beberapa sumber, meliputi (diantaranya):

Personal pemasaran dan penjualan

Penelitian dan organisasi pengembangan teknologi

Tim pengembangan produk saat ini

Manufaktur dan operasional organisasi
19

Pelanggan sekarang atau potensial
Proses identifikasi peluang pengembangan produk sangat berhubungan
dengan kegiatan identifikasi kebutuhan pelanggan. Beberapa pendekatan proaktif
meliputi:

Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan dengan
produk yang sudah ada sekarang

Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses
inovasi oleh penguna-penguna ini dan modifikasi-modifikasi yang
dilakukan oleh para pengguna terhadap produk yang sudah ada.

Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungankecenderungan dalam gaya hidup, demografis, dan teknologi untuk
kategori produk yang ada dan peluang-peluang kategori produk baru.

Beberapa usulan pelanggan sekarang dikumpulkan secara sistematis
melalui tenaga penjual dan sistem pelayanan pelanggan.

Status teknologi yang muncul dilihat kembali untuk memfasilitasi
perpindahan
teknologi
yang
tepat
dari
penelitian
ke
arah
pengembangan produk.
2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek
Langkah kedua dalam proses perencanaan produk adalah memilih proyek.
Empat
perspektif
dasar
yang
berguna
dalam
mengevaluasi
dan
20
memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori produk
yang sudah ada adalah

Strategi bersaing
Strategi bersaing perusahaan merupakan suatu pendekatan pasar dan
produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi
ini digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya perusahaan
melakukan kompetensi strategi dan membantu dalam bersaing.

Segmentasi pasar
Dengan
membagi
suatu
pasar
menjadi
segmen-segmen,
memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan para
pesaing dan kekuatan produk perusahaan sekarang berdasarkan
kelompok pelanggan yang jelas. Dengan memetakan produk-produk
pesaing dan produk milik perusahaan sendiri dalam segmen-segmen,
lini produknya dan yang mana memanfaatkan kelemahan dari
penawaran pesaing-pesaing.

Mengikuti perkembangan teknologi
Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaan
produk yang utama adalah penentuan waktu untuk menggunakan
teknologi dasar yang baru dalam lini produksi. Sebagai contoh, dalam
bisnis pencatatan, permasalahan teknologi utama pada pergantian abad
adalah pergantian untuk pemerosesan dan pencetakan digital.
21
Keputusan perencanaan produk yang menggunakan lensa lampu.
Kurva teknologi S merupakan suatu alat konseptual untuk membantu
berpikir mengenai keputusan seperti diatas.

Perncanaan platform produk
Platform produk merupakan sekumpulan asset yang dibagi dalam
sekumpulan produk. Komponen-komponen dan subrakitan-subrakitan
sering menjadi hal terpenting dari aset-aset ini. Platform yang efektif
dapat memungkinkan variasi turunan produk untuk dirancang lebih
cepat dan lebih mudah, dimana setiap produk memberikan ciri-ciri dan
fungsi-fungsi yang diinginkan oleh segmen pasar utama.
3. Mengalokasikan Sumberdaya dan rencana waktu
Penentuan waktu dan alokasi sumber daya ditentukan untuk proyekproyek yang lebih menjanjikan, terlalu banyak proyek akan menimbulkan
persaingan untuk beberapa sumber daya. Sebagai hasilnya, usaha untuk
merancang sumber daya memendekkan sekumpulan proyek yang akan diikuti.
4. Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek
Setelah proyek disetujui, maka diadakan kegiatan perencanaan proyek
pendahuluan, dibentuk sebuah tim inti yang terdiri dari ahli teknik, pernyataan
misi produk yang isinya memformulasikan suatu definisi yang lebih detil dari
pasar
target
pengembangan.
dan
asumsi-asumsi
yang
mendasari
operasional
tim
22
Pernyataan misi mungkin mencangkup beberapa dari keseluruhan
informasi berikut:

Uraian produk ringkas (satu kalimat): Uraian ini mencangkup
manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari
penggunaan konsep produk secara spesifik. Mungkin saja berupa
pernyataan visi produk.

Sasaran utama bisnis: Sebagai tambahan sasaran proyek yang
mendukung strategiperusahaan, sasaran ini biasanya mencangkup
waktu, biaya, dan kualitas (contoh penentuan waktu pengenalan
produk, performasi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar).

Pasar target untuk produk: Terdapat beberapa pasar target untuk
produk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang
perlu dipertimbangkan dalam usaha mengembangan

Asumsi-asumsi dan batasan-batasan untuk mengarahkan usaha
pengembangan: Asumsi-asumsi harus dibuat dengan hati-hati,
meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk,
mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola.

Stakeholder: Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan
pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh
stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi
oleh
keberhasilan
dan
kegagalan
produk.
Stakeholder
juga
23
mencangkup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan, seperti
tenaga penjual, organisasi pelayanan, dan departemen produksi. Daftar
stakeholder
menyediakan
suatu
bayangan
bagi
tim
untuk
mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang dipengaruhi oleh
produk.
5. Merefleksikan kembali hasil dan proses
Pada tahap ini dilakukan reality check terhadap pernyataan misi yang
merupakan pegangan untuk tim pengembangan. Langkah awal untuk ini
adalah waktu untuk memperbaiki apakah pengembangan ini bisa berjalan dan
konsisten.
2.1.1.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari proses
pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan paling erat
dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, benchmark dengan pesaing dan
menetapkan spesifikasi produk.
Filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi yang
berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembang
produk. Filosofi ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa siapapun yang secara
langsung mengatur detail-detail produk, apakah seorang ahli teknik maupun desainer
24
industri, harus berinteraksi dengan pelanggan dan memiliki pengalaman dengan
lingkungan pengguna.
Tujuan dari mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah :

Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan

Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak
terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang ekplisit.

Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk

Memudahkan pembuatan arsip dari aktivitas identifikasi kebutuhan untuk
proses pengembangan produk

Menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan penting yang terlupakan

Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan pelanggan
diantara anggota tim pengembangan
Lima tahap proses identifikasi kebutuhan pelanggan adalah :

Mengumpulkan data mentah dari pelanggan
Proses pengumpulan data mentah dari pelanggan akan mencakup kontak
dengan pelanggan dan mengumpulkan pengalaman dari lingkungan
pengguna produk. Sebelum dilakukan wawancara atau lainnya harus
dibuat dahulu matriks seleksi pelanggan untuk memilih pelanggan yang
akan
digali
kebutuhannya
penggunaan produk tersebut.
dan
mempunyai
pengalaman
dengan
25

Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan
Kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan
merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang merupakan data mentah
setiap pernyataan atau hasil observasi dapat diterjemahkan sebagai
kebutuhan pelanggan.

Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu
kebutuhan primer, sekunder dan jika perlu tertier
Daftar kebutuhan yang didapatkan sebelumnya beberapa diantaranya
merupakan kebutuhan primer, dimana kebutuhan primer dapat tersusun
dari beberapa kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan
yang paling umum sifatnya, sementara kebutuhan sekunder dan tertier
diekspresikan secara lebih terperinci.

Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan
Dalam menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu cara pertama tim pengembang
mendiskusikan secara bersama untuk menentukan langsung derajat
kepentingan setiap kebutuhan secara bersama-sama. Atau cara kedua
adalah dengan melakukan survey lanjutan dengan memilih variabel yang
dianggap penting.
26

Menganalisa hasil dan proses
Langkah terakhir pada metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah
menguji hasil dan meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan
pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan melalui interaksi yang
cukup lama dengan pelanggan. Beberapa pertanyaan dapat dijadikan
acuan :
2.1.1.3 Menentukan Jumlah Ukuran Sampel
Jumlah ukuran sampel diambil dengan menggunakan rumus dari Isaac dan
Michael. Berikut adalah rumus yang digunakan:
s
λ2  N  P  Q
d 2  N  1  λ 2  P  Q
S
= jumlah sampel
λ2
= taraf kesalahan (1%, 5%, 10%)
d2
= 0.05
P=Q
= 0.5
2.1.1.4 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang mengungkapkan detail-detail
yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk. Spesifikasi tidak
memberitahukan bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi menampilkan
27
pernyataan yang tidak mendua mengenai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan
kebutuhan pelanggan.
Sebelum membuat daftar spesifikasi, input yang digunakan adalah tabel
kebutuhan pelanggan dengan derajat kepentingannya seperti yang ditunjukkan
dibawah ini.
Tabel 2.1 Contoh Format Kebutuhan Pelanggan dan Derajat Kepentingan
No
Kebutuhan
1
2
3
(Produk)
(Produk)
(Produk)
Kepentingan
Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yang secara
keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment). 4 langkah
tersebut adalah :

Menyiapkan gambar metrik dan menggunakan matriks-metrik
kebutuhan jika diperlukan.
Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai produk
yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Hubungan antara kebutuhan dan
metrik merupakan inti dari proses spesifikasi. Asumsinya adalah
menerjemahkan
kebutuhan
pelanggan
menjadi
sekumpulan
nilai
spesifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi
spesifikasi dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap
kebutuhan pelanggan yang terkait.
28
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika membuat daftar metrix:
1. Metrix harus komplit
2. Metrix harus merupakan variabel berhubungan (dependent), bukan
variabel bebas (interdependent)
3. Metrix harus praktis
4. Beberapa keluhan yang tidak dengan mudah diterjemahkan menjadi
metrix yang terukur
5. Metrix harus merupakan istilah yang populer untuk perbandingan di pasar.
Setelah itu daftar metrik dapat dihubungkan dengan kebutuhan menggunakan
Matriks kebutuhan-metrik (Needs-Metrics Matrix). Yang contohnya seperti di bawah
ini :
29
Gambar 2.4 Contoh Format Matriks Kebutuhan-Metrik (QFD)

Mengumpulkan informasi tentang pesaing.
Kecuali tim mengharapkan monopoli total, analisi hubungan antara
produk baru dengan produk pesaing sangat penting dalam menentukan
kesuksesan komersial. Ketika tim memulai proses pengembangan produk
dengan beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, targer
30
spesifikasi adalah bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan
menentukan posisi produknya dibandingkan produk yang ada, baik produk
yang dimiliki perusahaan sendiri maupun produk pesaing. Informasi
mengenai produk pesaing harus dikumpulkan
untuk mendukung
keputusan mengenai Positioning produk.

Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk
tiap metrik.
Dalam langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk
mengatur nilai target untuk setiap metrik. Diperlukan dua macam nilai
target, yaitu: nilai ideal dan nilai yang dapat diterima secara marginal.
Nilai ideal adalah hasil terbaik yang diharapkan tim. Nilai yang dapat
diterima secara marginal adalah nilai metrik yang membuat produk
diterima secara komersial. Kedua target ini berguna untuk menuntun tahap
pengembangan konsep dan pemilihan konsep, serta memperbaiki
spesifikasi setelah konsep produk dipilih. Karena sebagian besar nilai
diekspresikan dalam batasan-batasan tertentu (maksimal, minimal atau
keduanya) perlu dibuat batasan-batasan nilai yang layak dan dapat
bersaing dengan produk pesaing.

Merefleksikan hasil dan proses
Perlu dilakukan beberapa kali pengulangan sampai akhirnya target
disetujui. Melakukan pertimbangan pada tiap kali pengulangan akan
31
membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten
dengan tujuan proyek.
Spesifikasi secara keseluruhan dapat ditinjau kembali untuk diperbaiki agar
lebih tepat, sehingga yang tadinya hanya berupa pernyataan target dan selang
tertentu, kini dapat dibuat lebih tepat.
Ketika tim telah memilih salah satu konsep dan mempersiapkan tahap
pengembangan dan perencanaan desain selanjutnya, spesifikasi diperiksa kembali.
Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pernyataan target dalam selang nilai tertentu,
sekarang diperbaiki dan dibuat lebih tepat.
Menentukan spesifikasi akhir sangat sulit karena adanya trade-offs, yaitu
hubungan berlawanan antara dua spesifikasi yang sudah melekat pada konsep produk
yang dipilih. Trade-offs terjadi antara metric kinerja teknik yang berbeda dan hampir
selalu terjadi antara biaya dan metric kinerja tekniik.
2.1.1.5 Penyusunan Konsep
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi,
prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat
bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Proses penyusunan konsep
dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan dan spesifikasi target, dan diakhiri
terciptanya beberapa konsep produk sebagai sebuah pilihan akhir.
32
Metode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan
memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah yang lebih
sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep :
Gambar 2.5 Langkah Metode Penyusunan Konsep
Kemudian dikenalkan konsep penyelesaian untuk submasalah menggunakan
prosedur pencarian eksternal dan internal, pencarian eksternal untuk konsep yang
sudah ada, sedangkan pencarian internal untuk konsep baru.
33
Pohon klasifikasi digunakan untuk memisahkan keseluruhan penyelesaian
yang mungkin menjadi beberapa kelas berbeda yang akan memudahkan
perbandingan dan pemangkasan. Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara
untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis. Jadi intinya pohon
klasifikasi dan tabel kombinasi kemudian digunakan untuk menggali secara
sistematis konsep penyelesaian tersebut dan untuk mengintegrasikan penyelesaian
sub masalah ke dalam sebuah penyelesaian total. Akhirnya dapat dibuat sebuah
langkah mundur untuk merefleksikan validitas dan kemampuan aplikasi dari hasil,
seperti yang digunakan oleh proses.
2.1.1.6 Seleksi Konsep
Beberapa konsep yang sudah terbentuk pasti memilih kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Untuk itu seleksi konsep merupakan proses menilai
konsep
dengan
memperhatikan
kebutuhan
pelanggan
dan
kriteria
lain,
membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau
lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya. Ada 7
kriteria yang menjadi dasar pemilihan sebuah konsep produk, yaitu:
1. Kemudahan penanganan
2. Kemudahan penggunaan
3. Kemudahan membaca ukuran (untuk alat yang memiliki alat ukur)
4. Akurasi pengukur dosis (untuk alat ukur)
34
5. Daya tahan
6. Kemudahan proses manufaktur
7. Mudah dibawa.
Metode pemilihan konsep sangatlah bervcariasi dilihat dari efektivitasnya.
Beberapa metode tersebut adalah:

Keputusan eksternal
Konsep-konsep dikembalikan kepada pelanggan, klien, atau beberapa
lingkup eksternal lainnya untuk diseleksi

Produk juara
Seorang anggota yang berpengaruh dari tim pengembangan produk
memilih sebuah konsep atas dasar pilihan pribadi.

Intuisi
Konsep dipilih berdasarkan perasaan. Kriteria eksplisit atau analisis
pertentangan tidak sigunakan. Konsep yang dipilih semata-mata yang
kelihatan lebih baik.

Multivoting
Tiap anggota tim memilih beberapa konsep. Konsep yang paling banyak
dipilih yang akan digunakan.
35

Pro dan kontra
Tim mendaftar tiap kelemahan dan kekuatan dari tiap konsep dan membuat
sebuah pilihan berdasarkan pendapat kelompok.

Prototype dan pengujian
Organisasi membuat dan menguji prototipe dari tiap konsep, lalu
menyeleksi berdasarkan data pengujian.

Matriks keputusan
Tim menilai masing-masing konsep berdasarkan kriteria penyeleksian yang
telah ditetapkan sebelum yang dapat diberi bobot.
Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan matriks
keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan
serangkaian kriteria seleksi.
Gambar 2.6 Seleksi dan Penyaringan Konsep
Semua fase awal dari pengembangan produk sangat berpengaruh pada
kesuksesan produk. Proses seleksi konsep yang terstruktur akan membantu
36
mempertahankan objektivitas keseluruhan fase konsep dari proses pengembangan dan
menuntun tim pengembangan produk melalui proses yang kritis, sulit dan kadangkala
emosional. Secara khusus, metode seleksi konsep yang terstruktur memberikan
keuntungan potansial, diantaranya:

Produk terfokus pada pelanggan
Karena konsep secara eksplisit dievaluasi berdasarkan kriteria pelanggan,
seleksi konsep kemungkinan besar difokuskan kepada pelanggan.

Rancangan yang kompetitif
Dengan membandingkan (benchmarking) konsep dengan rancangan yang
sudah ada, desainer akan mengusahakan rancangan agar menyamai atau
melebihi penampilan pesaingnya pada beberapa dimensi kunci.

Koordinasi antara proses dan produk yang lebih baik
Evaluasi produk yang eksplisit dengan penekanan terhadap kriteria
manufaktur akan memperbaiki kemampuan produksi produk dan
menyesuaikan produk dengan kapabilitas proses dari perusahaan.

Mengurangi waktu untuk pengenalan produk
Sebuah metode yang terstruktur akan menjadi sebuah bahasa umum
diantara insinyur perancangan,
manufaktur, perancangan industri,
pemasaran dan manajemen proyek. Hal itu mengakibatkan berkurangnya
kesalahan dalam komunikasi sehingga komunikasi yang lebih cepat dan
kesalahan awal dapat diminimalkan.
37

Pengembilan keputusan kelompok yang efektif
Metode yang terstruktur akan mendorong pengambilan keputusan
berdasarkan kriteria objektif dan memperkecil kemungkinan keputusan
yang sewenang-wenang atau faktor personal yang mempengaruhi
pemilihan konsep produk.

Dokumentasi proses keputusan
Metode yang terstruktur akan membantu menghasilkan catatan yang akan
membantu memahami alasan yang berada dibelakang keputusan konsep.
Catatan ini bermanfaat untuk membantu proses pembelajaran anggota tim
baru dan untuk menilai dengan cepat pengaruh perubahan kebutuhan
konsumen pada alternatif yang tersedia.
Proses seleksi konsep terdiri atas 2 langkah utama yaitu penyaringan konsep
dan penilaian konsep dengan metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh pada
tahun 1980-an dan sering sekali disebut seleksi konsep Pugh (Pugh,1990). Tujuan
tahapan ini adalah mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk memperbaiki
konsep.
38
Tabel 2.2 Tabel Matriks Penyaringan Konsep
Kriteria
A
Konsep
B
C
Kriteri 1
Kriteri 2
Kriteri 3
Kriteri 4
Kriteri 5
Kriteri 6
Kriteri 7
Kriteri 8
Jumlah +
Jumlah 0
Jumlah Nlai akhir
Peringkat
Lanjutkan?
Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang
menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), konsep tersebut sama
dengan konsep yang lainnya. Dan terakhir “lebih buruk” (-), bila konsep tersebut
lebih buruk dari konsep yang lainnya. Kemudian jumlah bobot tiap kriteria
dijumlahkan untuk masing-masing konsep diberi rangking.
Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan
matriks penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam
matriks.
39
Tabel 2.3 Tabel Penilaian Konsep
Konsep
Kriteria seleksi
Kriteri 1
Kriteri 2
Kriteri 3
Kriteri 4
Kriteri 5
Kriteri 6
Kriteri 7
Kriteri 8
Beban
%
%
%
%
%
%
%
%
Total Nilai
Peringkat
Lanjutkan ?
A
B
Rating Nilai Beban Rating Nilai Beban
Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada
kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasi nilai 100%.
Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk
menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban
ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan rangking tiap konsep yang dinilai.
Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah konsep yang
memiliki rangking tertinggi.
Dengan dasar kedua matriks seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih
satu atau lebih konsep terbaik, konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut
dikembangkan, dibuat prototipe dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari
pelanggan.
40
2.1.1.7 Pengujian Konsep
Pengujian Konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua
aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses lebih
lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan pada
pengumpulan data langsung dari pelanggaan potensial dan hanya melibatkan sedikit
penilaian dari tim pengembang. Tim bisa saja memilih tidak melakukan pengujian
konsep apa pun jika waktu yang dibutuhkan untuk menguji konsep relative panjang
dibandingkan dengan siklus waktu hidup produk, atau jika biaya pengujian relative
cukup besar bila dibandingkan dengan biaya peluncuran (launching) produk.
Tahapan ini dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan
untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga
konsep-konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua
konsep untuk diuji.
Metode pengujian konsep terdiri dari 7 tahap yaitu :
1) Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep → Pengujian konsep
dapat diartikan sebagai suatu eksperimen, oleh karena itu perlu
didefinisikan dahulu maksud dari eksperimen ini dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti Konsep mana yang akan diuji?, Bagaimana
konsep dapat diperbaiki?, Berapa Jumlah produk yang dapat dijual?,
Dapatkah proses pengembangan dilanjutkan?.
41
2) Memilih Populasi Survei → Seringkali produk ditujukan untuk pasar
potensial dengan beberapa segmen sekaligus. Hal yang perlu diperhatikan
adalah pengujian ke beberapa segmen sekaligus akan membuang banyak
waktu dan biaya
3) Memilih Format Survei → Sama seperti survei-survei yang pernah
dilakukan pada tahapan sebelumnya, jenis format yang dapat dipilih
adalah dengan : face-to-face interaction, Telepon, Surat, E-mail, Internet.
Dan tiap format memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
4) Mengkomunikasikan Konsep → Yang membedakan survei pengujian
konsep dengan survei-survei sebelumnya adalah adanya konsep terpilih
yang harus dkomunikasikan kepada responden untuk dinilai sendiri oleh
mereka. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan
Sehingga tim pengembang dapat memilih cara yang sesuai untuk
mengkomunikasikan konsep disesuaikan dengan biaya dan kemampuan
yang ada.
5) Mengukur respon pelanggan → Data yang didapatkan dari survei dapat
diolah dan digunakan untuk mengukur respon pelanggan, dan hal yang
terutama diukur adalah Konsep mana yang dipilih, usulan perbaikan, serta
keinginan pelanggan untuk membeli dengan dibagi ke dalam 5 skala yaitu
pasti akan membeli, mungkin akan membeli, mungkin atau tidak akan
membeli, mungkin tidak akan membeli, pasti tidak akan membeli. Atau
42
bisa juga dengan cara menyuruh responden untuk menyebut angka
peluang sendiri untuk membeli.
6) Mengiterpretasikan Hasil → Maksud dari mengiterpretasikan hasil
adalah bila memang ada konsep yang mendominasi, maka secara langsung
konsep tersebut dapat dipilih untuk dilanjutkan ke tahap pengembangan
model, tetapi bila hasilnya tidak terbatas, maka konsep dapat dipilih
berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya. Meskipun sifatnya tidak pasti,
tetapui prediksi penjualan cenderung berkorelasi dengan permintaan yang
sebenarnya, karena itu prediksi penjualan merupakan informasi yang
sangat berharga bagi Tim pengembangan produk.
Sebelum melanjutkan ketahap model, perlu diperhatikan bahwa prediksi
penjualan produk baru mengandung sejumlah besar ketidak pastian, dan akan
menghasilkan tingkat kesalahan yang tinggi. Walaupun demikian, prediksi penjualan
cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebenarnya. Karena itu prediksi
penjualan merupakan informasi yang berharga bagi tim pengembangan. Hal ini
dapat dilakukan dengan membagikan kuisioner kepada pelanggan untuk mengetahui
apakah dia akan membeli produk tersebut atau tidak.
Untuk mengetahui Q (jumlah produk yang diharapkan terjual untuk jangka
waktu tertentu), dapat menggunakan rumus:
Q  NAP
43
N = jumlah pelanggan potensial yang diharapkan melakukan pembelian
selama periode waktu tertentu
A = proporsi pelanggan potensial
P = peluang produk akan dibeli jika tersedia dan jika pelanggan menyadari
keberadaan produk tersebut.
PC
definitely
F
C
F
definitely
probably probably
F
= proporsi responden survei dari survei pengujian konsep yang
definitely
memilih skala ‘ pasti akan membeli’
F
= proporsi responden survei dari survei pengujian konsep yang
probably
memilih skala ‘ mungkin akan membeli’
C
definitely
&C
probably
= konstanta kalibrasi yang biasa ditetapkan
berdasarkan pengalaman perusahaan dengan produk yang sama
dimasa lalu. Umumnya nilai C
sedangkan C
probably
definitely
berkisaran antara 0.1 – 0.5,
berkisaran antara 0 – 0.25. Jika tidak terdapatt
masa lalu, sebagian besar tim pengembangan menggunakan nilai 0.4
untuk C
definitely
dan 0.2 untuk C
probably
.
7) Merfleksikan Hasil dan proses → Manfaat utama dari pengujian konsep
adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial, yang
44
diuntungkan oleh pemikiran tentang pengaruh tiga variabel kunci yang
terdapat pada model prediksi yaitu : Ukuran Pasar keseluruhan,
Ketersediaan tentang produk, dan proporsi pelanggan yang mungkin akan
membeli produk. Dalam merefleksikan hasil pengujian konsep, sebaiknya
2 pertanyaan kunci harus terjawab, yaitu : apakah konsep sudah
dikomunikasikan dengan benar sehingga menghasilkan respon pelanggan
sesuai dengan yang dituju ? Akhirnya pengalaman dengan produk baru
kemungkinan besar dapat diterapkan di masa yang akan datang untuk
produk-produk yang hampir sama.
2.1.1.8 Arsitektur Produk
Arsitektur produk adalah penugasan eleman-eleman fungsional dari produk
terhadap kumpulan bangunan fisik (physical building blocks) produk. Tujuan
arsitektur produk adalah menguraikan komponen fisik dasar dari produk, apa yang
harus dilakukan komponen tersebut dan seperti apa hubungan / pembatas yang
digunakan untuk peralatan lainnya.
Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen
fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang
terhadap kinerja keseluruhan produk.
45
Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen,
dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk.
Elemen-elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut.
Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building
blocks utama yang disebut chunks. Setiap Chunk terdiri dari sekumpulan komponen
yang mengimplementasikan fungsi dari produk.
Salah satu hal yang mesti dilakukan dalam membuat arsitektur produk yaitu
membuat susunan geometris yang masih kasar. Susunan geometris dapat diciptakan
dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik yang terdiri dari 2 atau 3
dimensi.
Pembuatan
susunan
geometris
akan
mendorong
tim
untuk
mempertimbangkan apakah antarmuka antar chunk cukup layak untuk mendukung
hubungan dimensi dasar diantara chunk. Pada tahap ini, tim akan menghasilkan
beberapa alternatif susunan geometris dan memilih yang terbaik. Pembuatan susunan
geometris harus memperhatikan aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari
sebuah produk.
2.1.1.9 Desain Industri
Desain
industri
adalah
jasa
profesional
dalam
menciptakan
dan
mengembangkan konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungi-fungsi, nilai,
dan penampilan produk serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual antara
pemakai dan produsen.
46
Ada lima tujuan penting yang didapat dari desain industri:

Kegunaan
Hasil produksi manusia harus selalu aman, mudah digunakan, dan intuitif.
Setiap ciri harus dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan
pemakainya mengetahui fungsinya.

Penampilan
Bentuk, garis, proporsi, dan warna digunakan untuk menyatukan produk
menjadi satu produk yang menyenangkan.

Kemudahan pemeliharaan
Produk harus juga didesain untuk memberitahukan bagaimana mereka
dapat dirawat dan diperbaiki.

Biaya-biaya rendah
Bentuk dan ciri memegang peranan besar dalam biaya perawatan dan
produksi. Karena itu, hal ini harus diperhatikan secara bersama-sama oleh
tim.

Komunikasi
Desain produk harus dapat mewakili filosofi desain perusahaan dan misi
perusahaan melalui visualisasi kualitas produk.
Kebanyakan produk di pasaran diperbaiki dengan beberapa cara atau dengan
desain industri yang baik. Semua produk yang digunakan, dioperasikan, atau dilihat
47
oleh orang-orang amat bergantung pada desain industri untuk mencapai kesuksesan
komersial.
Dengan adanya pemikiran demikian, akan mudah menilai pentingnya desain
industri terhadap suatu produk tertentu. Untuk menjelaskan pentingnya desain
industri, ada dua dimensi yang harus diperhatikan yaitu ergonomik dan estetis.
Kebutuhan-kebutuhan ergonomik:

Seberapa penting kemudahan pemakaian?

Seberapa pentingnya kemudahan perawatan

Berapa banyak interaksi pemakai yang diperlukan untuk fungsi-fungsi
produk?

Berapa pembaruan yang interaksi pemakai diperlukan?

Apa pokok permasalahan keamanan?
Kebutuhan-kebutuhan estetis:

Apa diferensiasi produk diperlukan?

Seberapa penting gengsi kepemilikan, kesan, dan model?

Apakah suatu produk estetis memotivasi tim?
Setelah kebutuhan ergonomik dan estetis terpenuhi, penilaian kualitas desain
industri untuk produk yang sudah jadi dapat dinilai secara kualitatif dapat dilakukan
untuk mengetahui apakah desain industri telah mengerjakan tujuannya dengan
48
menimbang setiap aspek dari produk yang dipengaruhi oleh desain industri. Ada 5
kategori yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi produk:

Kualitas dari antar muka pengguna

Daya tarik emosional

Kemampuan memelihara dan memperbaiki produk

Ketepatan penggunaan sumber daya

Perbedaan produk
2.1.1.10 Desain Untuk Proses Manufaktur (DFM)
Biaya manufaktur merupakan penentu utama dalam keberhasilan ekonomis
dari suatu produk. Keberhasilan ekonomis tergantung dari marjin keuntungan dari
tiap penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh perusahaan. Jadi
secara keseluruhan DFM memiliki sasaran jaminan kualitas produk yang tinggi,
sambil meminimasi biaya manufaktur.
Biaya
manufaktur
secara
keseluruhan
dapat
diperkirakan
dengan
memperhatikan variabel-variabel komponen seperti yang terdapat pada contoh
format tabel
di bawah yang secara sistematis memperlihatkan cara
memperkirakan biaya manufaktur secara keseluruhan.
49
Tabel 2.4 Tabel Perkiraan Biaya Manufaktur
Pemrosesan
Komponen
Total Biaya
Peralatan &
Umur pakai
Total
Biaya
Material
(mesin +
Perakitan
Variabel
Biaya tidak
peralatan
biaya tetap
Total
Yang dibeli
T. kerja)
(T.Kerja)
per unit
berulang lain
per unit
Badan sumpit
Batang sumpit
Besi prnghubung
Besi
Lem
Total Biaya
Langsung
Beban Overhead
Biaya Total
2.1.1.11 Analisis ekonomi Pengembangan Produk
Analisis Ekonomi membantu tim pengembangan produk untuk mengambil
keputusan, proses ini memuat dua jenis analisis, kuantitatif dan kualitatif.
1. Analisis kuantitatif
Adalah analisis yang melihat dari segi aliran kas masuk (pendapatan)
dan kas keluar (biaya). Kas masuk berasal dari hasil penjualan produk.
Kas keluar terdiri atas biaya proses pengembangan, biaya produksi
seperti pembelian perlengkapan, dan alat-alat, biaya pemasaran dan
penyokong produk dan biaya produksi yang terus-menerus seperti
bahan mentah, komponen dan pekerja. Produk yang menguntungkan
adalah produk yang menghasilkan jumlah kumulatif kas yang masuk
lebih banyak dibandingkan yang keluar.
50
Metode ini menggunakan metode Nilai bersih saat ini (Net Present Value /
NPV), karena metode ini lebih mudah dimengerti dan digunakan secara
luas dalam bidang bisnis. Metode analisis NPV menggunakan rumus :
PV 
C
1  r t
Dimana : PV = Nilai saat ini
C = Nilai pada periode t
r = Suku bunga
t
= Periode
Penggunaan rumus tersebut untuk menghitung aliran kas masuk dan
keluar yang untuk mempermudah biasanya disajikan dalam bentuk tabel
seperti di bawah ini.
Tabel 2.5 Tabel Aliran Kas, Nilai Saat Ini dan Nilai Bersih Saat Ini
Nilai dalam ribuan (Rp)
Biaya Pengembangan
Biaya Perakitan
Biaya Pemasaran dan
penunjang
Biaya Produksi
Volume produksi
Biaya Produksi/unit
Pendapatan Penjualan
Volume Penjualan
Harga / unit
Aliran kas / periode
Nilai saat ini tahun 1, r+10%
Nilai bersih Proyek saat ini
Thn
1
Q1
Q2
Q3
Q4
Thn
2
Q1
Q2
Q3
Q4
Thn
3
Q1
Q2
Q3
Q4
Thn
4
Q1
Q2
Q3
Q4
51
2. Analisis kualitatif
Adalah analisis yang lebih memperhatikan masalah lingkungan
proyek,
yakni
menangkap
persoalan-persoalan
dan
mempertimbangkan interaksi antara proyek dengan perusahaan, pasar
dan lingkungan ekonomi makro. Analisis ini menggunakan analisis
kuantitatif, hanya saja disesuaikan dengan keadaan faktor perusahaan,
pasar dan lingkungan ekonomi makro tadi. Analisis kualitatif
dilaksanakan untuk menangkap lingkungan yang lebih kompetitif dan
dinamik.
Setelah mengenal kedua jenis analisis yang umumnya dipakai pada analisis
ekonomi suatu produk, maka perlu diketahui kapan seharusnya analisis tersebut
ditampilkan. Analisis ekonomi yang mencakup kedua pendekatan kuantitatif dan
kualitatif, berguna paling tidak dalam kedua keadaan yang berbeda, yakni :
-
Melaksanakan / tidak kejadian penting : Yaitu biasanya pada setiap
fase akhir pengembangan dimana perlu diambil keputusan untuk
meneruskan atau tidak peluncuran dari produk tersebut.
-
Keputusan bentuk operasional dan pengembangan : Keputusan
operasional
berkaitan
dengan,
memperkirakan
jumlah
biaya
pengembangan yang paling ideal, atau menunda peluncuran dikaitkan
52
dengan faktor lingkungan pasar dan keadaan ekonomi makro, dengan
mengharapkan penurunan harga bahan baku pada periode tersebut.
2.1.1.12 Prototipe
Prototipe dapat didefinisikan sebagai sebuah penaksiran produk melalui satu
atau lebih dimensi yang menjadi perhatian. Dengan difinisi ini, setiap wujud yang
memperlihatkan sedikitnya satu aspek produk yang menarik bagi tim pengembangan
dapat ditampilkan sebagai sebuah prototipe. Membuat prototipe merupakan proses
pengembangan perkiraan-perkiraan semacam itu dari produk
Prototipe dapat berguna diklasifikasikan di antara dua dimensi. Dimensi yang
pertama adalah tingkat dimana sebuah prototipe merupakan suatu bentuk fisik
sebagai lawan dari analitik. Prototipe fisik merupakan bentuk nyata yang dibuat untuk
memperkirakan produk. Aspek-aspek dari produk yang diminati oleh tim
pengembangan secara nyata dibuat menjadi suatu benda untuk pengujian dan
percobaan.
Dimensi yang kedua adalah tingkat dimana suatu prototipe merupakan
prototipe yang menyeluruh sebagai lawan dari terfokus. Prototipe yang menyeluruh
mengimplementasikan sebagian besar atau semua atribut dari produk. Prototipe yang
menyeluruh dapat disamakan dengan pemakaian sehari-hari dari kata prototipe, yaitu
merupakan sebuah skala keseluruhan, versi kerja keseluruhan dari produk.
53
Prototipe menyeluruh adalah yang diberikan kepada pelanggan untuk
mengidentifikasi kekurangan dari desain sebelum memutuskan untuk diproduksi.
Sedangkan prototipe terfokus mengimplementasikan satu atau sedikit sekali atribut
produk.
Dalam proyek pengembangan produk, prototipe digunakan untuk empat
tujuan, yaitu:

Pembelajaran
Prototipe sering digunakan untuk menjawab dua macam pertanyaan
”Akankah dapat bekerja?” dan”Sejauh mana dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan?” Saat harus menjawab pertanyaan semacam ini, prototipe
diperlakukan sebagai alat pembelajaran.

Komunikasi
Prototipe memperkaya komunikasi dengan manajemen puncak, penjual,
mitra, keseluruhan anggota tim, pelanggan, dan investor. Hal ini benar
karena sebuah gambaran, alat, tampilan 3D dari produk lebih mudah
dimengerti daripada sebuah penggambaran verbal, bahkan sebuah sketsa
produk sekalipun.

Penggabungan
Prototipe digunakan untuk memastikan bahwa komponen-komponen dan
subsistem-subsistem dari produk bekerja bersamaan seperti yang
diharapkan. Prototipe fisik menyeluruh paling efektif sebagai alat
54
penggabung dalam proyek pengembangan produk karena prototipe ini
membutuhkan perakitan dan keberhubungan fisik dari seluruh bagian dan
subasembli yang membentuk sebuah produk.

Milestones
Dalam tahap pengembangan produk berikutnya, prototipe digunakan
untuk mendemonstrasikan bahwa produk telah mencapai tingkat kegunaan
yang
diinginkan.
Prototipe
milestone
menyediakan
hasil
nyata,
memperlihatkan kemajuan dan dipersiapkan untuk menjalankan jadwal.
2.2
Pengujian Data
Pengujian data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data tersebut valid dan
reliabel atau tidak. Karena instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan
tersebut. Hal ini dikarenakan benar atau tidaknya data sangat menentukan akan
apakah penelitian tersebut bermutu atau tidak. Sedangkan benar atau tidaknya data,
tergantung dari baik atau tidaknya instrumen yang digunakan untuk penelitian.
Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian validitas dan reliabilitas.
2.2.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau tingkat
kebenaran suatu instrumen. Suatu instument dikatakan valid apabila telah memenuhi
standar batas ukuran yang digunakan.
55
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengitung data yang diinginkan secara benar dan tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Untuk memperoleh instrumen yang valid, peneliti harus bertindak berhati-hati
sejak awal penyusunannya. Dengan mengikuti langkah penyusunan yaitu dengan
memecah variabel menjadi sub-variabel dan indikator baru memuaskan butir-butir
pertanyaan, maka peneliti sudah bertindak berhati-hati. Apabila cara dan tindakan ini
sudah dilakukan, maka peneliti dapat berharap bahwa instrumen penelitiannya valid.
Dapat dikatakan valid karena peneliti sudah berhati-hati melalui cara yang benar
sehingga mendapatkan hasil yag valid.
Ada dua macam jenis validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu
validitas eksternal dan validitas internal.
1. Validitas eksternal, dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen
yang dipakai sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel
penelitian yang dimaksud. Rumus korelasi yang digunakan yaitu rumus
Pearson Product Moment sebagai berikut:
rxy 
n  Σxi yi   Σxi Σyi 
n  Σxi2  Σxi 2n  Σyi2  Σyi 2 
2. Validitas internal, didapat apabila terdapat kesamaan atau kesesuaian
antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan.
56
Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal
apabila setiap bagian instrumen mengungkap data dari variabel yang
dimaksud.
2.2.2 Uji Reliabilitas
Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut cukup baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan
responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila
datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil,
akan menghasilkan jawaban yang sama pernyataan umum menyatakan bahwa
instumen penelitian harus reliabel. Dengan pengertian kita kita dapat salah arah
(misleading). Yang diusahakan dapat dipercaya adalah datanya, bukan hanya
instrumennya saja. Ungkapan yang menyatakan bahwa instrumen harus reliabel
sebenarnya mengandung arti bahwa instrumen harus baik hingga mampu
mengungkap data yang dapat dipercaya. Apabila pengertian ini sudah bisa dimengerti
maka tidak akan begitu kesulitan dalam menentukan cara pengujian instrumen
reliabilitas.
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal dan internal.
Sama halnya seperti pada uji validitas, yang membedakan antara eksternal dan
57
internal hanyalah cara-cara menguji tingkat reliabilitas instrumen. Jika perhitungan
dilakukan memasukkan atau termasuk data dari luar, itu berari pengujian secara
eksternal. Sebaliknya jika data perhitungan hanya berasal dari data itu saja, maka
termasuk dalam pengujian internal.
Pada enulisan skripsi ini, penulis menggunakan pengujian reliabiltas internal
yaitu dengan cara menganalisa data hasil satu pengetesan yaitu dengan menggunakan
rumus Spearman brown
2r
b
r 
i 1 r
b
r
i
= realibilitas internal seluruh instrument
r
b
= korelasi product moment antara belahan pertama dengan belahan
kedua
Download