Nabire, 22 November 2005 - E

advertisement
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
BMKG
Jl. Sisingamangaraja
No. 1 Nabire Telp. (0984)
22559,26169 Fax (0984) 22559
BADAN METEOROLOGI
DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN
METEOROLOGI
NABIRE
ANALISA CUACA
TERKAIT
HUJAN LEBAT
(82.5 mm) DI NABIRE
TANGGAL 05 MARET 2017
I. INFORMASI KEJADIAN
LOKASI
Telah terjadi hujan lebat sekitar pukul 19.00 – 04.00 WIT di wilayah Kota Nabire
dan sekitarnya.
Kota Nabire dan sekitarnya
TANGGAL
05 Maret 2017
DAMPAK
Hujan lebat yang terjadi (± 9 jam) tersebut menyebabkan beberapa genangan air di
sekitar ruas jalan di Kota Nabire
KEJADIAN
II. DATA CURAH HUJAN
Data Curah Hujan
Stasiun Meteorologi Nabire
Curah Hujan Terukur (mm)
82.5 mm
Keterangan
Hujan Lebat
III. ANALISA METEOROLOGI
INDIKATOR
KETERANGAN
1. Matahari
Tgl 05 Maret 2017
Berdasarkan gambar gerak semu matahari, tanggal 05 Maret 2017
terlihat posisi matahari berada di Belahan Bumi Selatan (BBS).
Hal ini berarti radiasi matahari akan lebih banyak diterima di
daerah BBS dibandingkan dengan di deaerah BBU. Hal ini dapat
menimbulkan pemanasan yang lebih banyak di daerah BBS yang
dapat berakibatkan pada penurunan tekanan dan peningkatan
awan – awan konvektif di daerah BBS.
2. ENSO (El Nino – South Osciilation)
Tgl 05 Maret 2017
Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 05 Maret 2017 yang
bernilai + 0.16 dan data SOI tanggal 05 Maret 2017 yang bernilai
- 2.0, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 05 Maret 2017,
menunjukkan potensi penguapan dan perawanan di wilayah Benua
Maritim Indonesia cukup tinggi dan potensi hujan cukup rendah di
wilayah Benua Maritim Indonesia , terutama di bagian timur.
3. MJO (Madden – Julian Oscillation)
Tgl 05 Maret 2017
Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 05 Maret 2017
yang berada di kuadran III, sehingga tidak mempengaruhi kondisi
curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
4. SST (Sea Surface Temperature)
Tgl 05 Maret 2017
Data model analisis SST tanggal 05 Maret 2017 menunjukkan
bahwa suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia cukup hangat
berkisar 28 – 30 °C. Analisis anomali SST bernilai positif (0) –
(+1.0)°C di sekitar perairan Nabire. Kondisi ini menunjukkan
potensi penguapan yang cukup tinggi sehingga kadar uap air
tersedia cukup banyak di sekitar wilayah tersebut.
Adanya Tropical Cyclone BLANCHE di perairan sebelah utara
Australia. Pusat tekanan rendah 993 – 996 Hpa, dengan kecepatan
angin maksimal mencapai 35 knot. TC BLANCHE secara
langsung tidak mempengaruhi curah hujan di wilayah Nabire
karena bergerak menjauhi wilayah Papua secara keseluruhan. TC
BLANCHE bergerak ke arah barat daya.
5. Badai Tropis
Tgl 05 Maret 2017
Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 05 Maret 2017 terlihat
bahwa secara umum wilayah Indonesia bagian selatan terdapat
beberapa pola gangguan cuaca yakni 4 (empat) daerah tekanan
rendah (Low Pressure).
Hal tersebut menandakan bahwa kondisi
BADAN METEOROLOGI
DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI
GEOFISIKA
WILAYAH
V massa udara dari wilayah
yangDAN
mendukung
aktifnya
pergerakan
STASIUN
METEOROLOGI
NABIRE
Indonesia
bagian utara menuju
wilayah Indonesia bagian selatan.
Berdasarkan peta streamline, pola angin dengan ketinggian 3000
7. Pola Arus Angin (Streamline)
feet menunjukkan diatas terlihat adanya pergerakan angin yang
Tgl 05 Maret 2017
membawa massa udara dingin dari samudera Pasifik, yang
menyebabkan terjadi pola konvergensi dan shearline tepat diatas
wilayah Nabire. Selain itu adanya daerah tekanan rendah (Low
Pressure) di samudera pasifik & adanya TC BLANCHE di perairan
sebelah utara Australia, yang dapat berperan untuk pembentukan
awan – awan konvektif penghasil hujan lebat.
Berdasarkan data kelembaban relatif pada lapisan 850, 700 & 500
8. Kelembaban Relatif
mb jam 12.00 & 18.00 UTC, kelembaban relatif berkisar antara 80 Tgl 05 Maret 2017
90%. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan awan dari level
bawah hingga level menengah cukup tinggi. Dapat disimpulkan
bahwa pada saat kejadian hujan lebat, kondisi udara basah hingga
lapisan 500 mb, sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan
konvektif di sekitar wilayah Nabire, sedangkan pada lapisan 200 mb
jam 12.00 & 18.00 UTC, kelembaban releatif berkisar antara 50 –
60 %. Hal ini menunjukkan kondisi udara cukup kering, tidak
berpotensi untuk terjadinya pertumbuhan awan konvektif hingga
lapisan 200 mb.
Berdasarkan analisis labilitas udara tanggal 05 Maret 2017 pukul
9. Indeks Labilitas Udara
12.00 dan 18.00 UTC di wilayah Nabire yaitu :
Tgl 05 Maret 2017
Indeks Labilitas
Pukul 12.00 UTC Pukul 18.00 UTC
40
40
K. Indeks
-3
-3
LI (Lifted Indeks)
-2
-1
SI (Showalter Indeks)
Nilai K.Indeks yaitu 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan
awan konvektif kuat.
Nilai L.Indeks berkisar antara -3 yang mengindikasikan udara labil
& kemungkinan potensi terjadi hujan dan guntur.
Nilai Showalter Indeks yaitu -2 & -1 yang mengindikasikan
kemungkinan terjadi badai guntur.
Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 EH pada tanggal 05 Maret
10. Citra Satelit
2017 yang diambil mulai 10.00 s/d 17.00 UTC (19.00 s/d 02.00
Tgl 05 Maret 2017
WIT) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tunggal
tebal (awan hujan) tepat diatas wilayah Nabire. Terlihat kumpulan
awan konvektif tersebut bergerak masuk ke wilayah Nabire berasal
dari arah barat area pergunungan perbukitan di Nabire. Dari
klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan
Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak
awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-62) s/d (-69)
0
Cyang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang
hingga lebat. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak
menuju wilayah Nabire pada jam 10.00 UTC.
6. Pola Tekanan Udara
Tgl 05 Maret 2017
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa :
 Hujan yang terjadi di wilayah kota Nabire dan sekitarnya diakibatkan karena kondisi SST yang cukup
hangat.
 Indeks Nino 3.4 (+0.16), menunjukkan potensi penguapan dan perawanan di wilayah Benua Maritim
Indonesia cukup tinggi
 Adanya pusat tekanan rendah, pola konvergensi & shearline tepat diatas wilayah Nabire yang
menyebabkan terjadinya pembentukan awan – awan konvektif penghasil hujan lebat.

Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850, 700 & 500 mb bernilai 80 - 90%. Hal ini menunjukkan
bahwa pada saat kejadian hujan lebat kondisi udara basah hingga lapisan 500 mb, sangat berpotensi
untuk perbentukan awan-awan konvektif diatas wilayah Nabire
METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
 Kondisi atmosfer yang BADAN
labil.
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
V. PROSPEK KEDEPAN
Untuk 3 (tiga) hari ke depan, wilayah Nabire masih berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas ringan
hingga sedang terutama pada sore dan malam hari.
VII. PERINGATAN DINI
NIHIL
LAMPIRAN
Gambar 1. Gerak Semu Matahari & Track MJO Tanggal 05 Maret 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
Gambar 2. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI tanggal 05 Maret 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 3. Analisa streamline Jam 00.00 & jam 12.00 tanggal 05 Maret 2017
(Sumber : bmkg.go.id/ & www.bom.gov.au)
Gambar 4. Citra Satelit Himawari 8 EH Jam 10.00 & 17.00 UTC tanggal 05 Maret 2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Gambar 5. RH Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pada jam 12.00 & 18.00 UTC tanggal 05 Maret 2017
(Sumber : 202.90.199.54/wrf/)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Download