BAB 4 - Universitas Sumatera Utara

advertisement
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar sekali
peranannya dalam kesehatan manusia. Disamping digunakan untuk air minum,
keperluan perikanan dan peternakan, pertanian, industri dan sebagainya, air dapat
berfungsi sebagai media penularan penyakit, terutama penyakit perut. Untuk
mengurangi timbulnya penyakit tersebut, salah satu usahanya adalah meningkatkan
penggunaan air minum yang memenuhi persyaratan kualitas air.
Dari segi kualitas, air minum harus memenuhi:
a. Syarat fisik :
-
Air tidak boleh berwarna
-
Air tidak boleh berasa
-
Air tidak boleh berbau
-
Suhu air hendaknya dibawah sela udara ( sejuk ± 25oC )
-
Air harus jernih
-
pH air berkisar 6,5 - 8,5
b. Syarat kimia :
Air tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu
dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
6
c. Syarat Bakteriologik :
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit ( patogen ) sama
sekali tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas
yang telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air.
Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar ( faeces ) dan tanah. Bakteri
patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah :
-
Bakteri typhsum
-
Vibrio colerae
-
Bacteri dysentriae
-
Entamoeba hystolotica
-
Bacteri enteritis ( penyakit perut) . ( Sutrisno, T., 2004 )
2.2. Proses Pengolahan Soft Water Untuk Pencuci Botol
a. Sumber air
Sumber air berasal dari deep well 5 yang dialirkan ke degasifier dengan
menggunakan pompa.
b. Degasifier
1)
Injeksi dengan H2SO4
Sebelum air masuk ke degasifier dilakukan injeksi dengan H2SO4 dengan
konsentrasi 3-5% yang berfungsi untuk menurunkan pH atau alkalinitas air. Adapun
ion-ion alkali yang ingin dihilangkan adalah ion OH-, CO3=, HCO3- dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
7
2)
Chlorinasi
Setelah air mengalami penurunan pH air diinjeksikan dengan kaporit dengan
konsentrasi 5-10% yang berfungsi sebagai desinfektan, selain itu juga berfungsi
untuk mengoksidasi ion ferro menjadi ion ferri. Degasifier yang dilengkapi dengan
dua blower akan menghilangkan CO2, dan gas-gas beracun yang tidak diinginkan di
dalam air tanah seperti SOx, NOx, H2X, dan lain-lain, dimana gas-gas ini akan
keluar langsung melalui cerobong tangki, selanjutnya air dialirkan ke catcment
tank.
c. Catcment Tank
Air dari degasifier akan ditampung sementara di dalam catcment tank dengan
kandungan alkalinitas dan ion Ferro yang telah berkurang dan telah terklorinasi.
d. Multi Media Filter
Air dari catcment tank dipompa menuju multi media filter untuk proses
pemisahan partikel-partikel padat dalam air, sehingga diperoleh air bersih dengan
turbiditi rendah. Adapun media penyaringan menggunakan antrasit, batu, pasir
kasar, pasir halus.
e. Carbon Filter
Carbon filter merupakan tempat penyaringan klorin atau penghilangan bau dan
bahan organik. Media penyaringan menggunakan batok kelapa yang telah
dihaluskan yang berguna untuk mengikat klorin.
f. Softner Tank
Selanjutnya air memasuki softner tank yang akan mengikat ion Mg2+, Ca2+
yang dapat mengakibatkan kerak pada pipa.
Universitas Sumatera Utara
8
g. Soft Water Tank
Sebelum masuk ke soft water tank terlebih dahulu air diinjeksikan dengan
klorin dengan konsentrasi 5-10%. Air yang telah terklorinasi ditampung dalam soft
water tank untuk menambah waktu kontak dengan klorin, juga sebagai tempat
penyimpanan persediaan air untuk pencucian botol.
h. Hydrophore Tank
Hydrophore tank merupakan suatu media transfer dari soft water tank ke
buffer tank bagian depan wilayah produksi dengan menggunakan tekanan angin,
dengan menggunakan pompa.
i. Buffer tank
Sebelum ditampung kedalam buffer tank dan digunakan untuk proses produksi
air diinjeksi dengan klorin
untuk antisipasi kontaminasi mikroba karena jalur
pengaliran air yang panjang.
j. Catridge Filter
Catridge Filter adalah tempat untuk memastikan bahwa air yang digunakan
benar-benar bersih dan layak untuk digunakan untuk keperluan pencucian botol.
2.3. Proses Pengolahan Treated Water
a. Sumber air
Sumber air berasal dari deep well 3 yang dialirkan ke degasifier dengan
menggunakan pompa.
b. Degasifier
Sebelum air masuk ke degasifier, dilakukan injeksi H2SO4 dengan konsentrasi
3-5% yang berfungsi menurunkan pH atau alkalinitas air. Adapun ion-ion alkali
yang ingin dihilangkan adalah OH-, CO3=, HCO3-, dan lain-lain. Degasifier
Universitas Sumatera Utara
9
dilengkapi dengan dua blower yang berguna untuk keluarnya CO2 atau gas beracun
yang tidak dinginkan yang terdapat didalam air tanah, seperti SOx, NOx, H2X dan
lain-lain, dimana gas-gas ini akan keluar langsung ke udara bebas melalui cerobong
tangki, selanjutnya air dialirkan ke tangki pengendapan atau flokulator.
Reaksi kimianya:
H2SO4
+
2HCO3- →
SO42- +
2H2CO3 (tidak stabil)
H2SO4
+
CO32- →
SO42- +
H2CO3 (tidak stabil)
H2O
CO2 (gas) (stabil)
H2CO3
→
+
c. Floculator Tank
Merupakan tempat pembentukan flok atau gumpalan. Pada saat air mengalir
dari degasifier ke flokulator, diinjeksikan campuran kapur Ca(OH)2 sebanyak 10
kg, serta PAC (Poly Aluminium Chloride) sebanyak 50 kg. Fungsi PAC disini
adalah sebagai flokulan, sedangkan kapur sebagai koagulan yang berfungsi untuk
mengendapkan gumpalan.
Pada floculator tank terjadi pengendapan dimana flok akan mengendap ke
bawah secara gravitasi sementara air yang berada pada bagian atas dialirkan ke
sand filter (over flow) jarak antara air dan flok dijaga 1-1,25 m untuk
mempertahankan kejernihan air.
d. Sand Filter Tank
Sebelum air mengalir ke sand filter air diinjeksi dengan
kaporit yang
berfungsi sebagai desinfektan dan menghancurkan logam-logam. Alat penyaring
terdiri dari lapisan pasir yaitu pasir kasar dan halus.
Universitas Sumatera Utara
10
Tinggi lapisan pasir halus dan pasir kasar ini sama dengan tinggi sand filter.
Dari sand filter ini air dialirkan ke tangki penampungan (storage tank).
e. Storage tank
Storage tank merupakan tempat penyimpanan air yang jernih setelah proses
penyaringan.
f. Hydrophore Tank
Hydrophore tank merupakan suatu media transfer dari storage tank ke buffer
tank dengan menggunakan tekanan angin, dengan menggunakan pompa. Air dari
tangki ini selanjutnya dialirkan ke buffer tank.
g. Buffer tank
Sebelum air mengalir ke buffer tank, air diinjeksi dengan Ca(OCl)2 dengan
konsentrasi 5-10%. Tujuan penginjeksian ini adalah untuk membunuh bakteri-bakteri
yang masih terdapat dalam air pada saat air berada dalam storage tank atau
kontaminasi dengan pipa pada saat air dialirkan dari storage tank ke buffer tank.
Kemudian pengolahan air dilanjutkan ke area produksi. (PT. Coca-Cola Bottling
Indonesia, 2000 )
2.4. Senyawa-Senyawa Kimia Dalam Pencucian Botol
1. Kaustik soda
Kaustik soda murni adalah zat padat berwarna putih yang sangat kuat dalam
menyerap kelembaban dan karbon dioksida dari udara. Istilah kaustik soda digunakan
karena sifatnya yang korosif terhadap kulit. ( Austin, G. T. 1996 )
Universitas Sumatera Utara
11
Senyawa kimia yang sering digunakan dalam proses pencucian botol, baik itu
botol-botol minuman keras ataupun botol-botol minuman ringan , adalah kaustik soda.
Senyawa kimia lain sering kali digunakan untuk menambah alkalinitas atau tujuan
tertentu, seperti bahan penghilang buih, bahan penghambat korosi, bahan pembasah
dan lain-lain.
Pada dasarnya senyawa alkali, biasanya kaustik soda dipercaya dapat
memberikan aksi pembersihan pada botol kotor yang mengandung tanah dalam satu
langkah atau lebih dengan jalan sebagai berikut :
1. Mengemulsi dan saponifikasi lemak
2. Memperluas permukaan kotoran dan hidrolisa protein
3. Melarutkan karbohidrat
4. Menghancurkan bahan-bahan yang sukar larut.
Alkalinitas dari deterjen mempunyai peranan penting dalam mengahasilkan
botol-botol yang memenuhi standard mikrobiologikal. Pada beberapa reaksi
alkalinitas NaOH membutuhkan natrium karbonat ( soda ash ) yang biasa digunakan
sebagai sumber alkalinitas. Natrium karbonat terkadang ditambahkan untuk mencegah
pengkerakan. Karbonat tertentu selalu ada dalam washer dengan kadar yang lebih
besar atau lebih kecil, melalui adsorbsi dari atmosfer atau melalui reaksi dengan sisasisa minuman berkarbonasi.
(Houghton., 1981 )
2. Divergard
Divergard adalah produk cair kombinasi sebagai bahan tambahan pada larutan
pembersih kaustik soda yang mengandung bahan pembasah, bahan pengkelat dan
pengontrol busa untuk membersihkan brew kettles, beer fermenters, beer storage tank,
Universitas Sumatera Utara
12
evaporator dan bottle washer. Divergard efektif dibawah kondisi kotoran berat pada
semua suhu.
Kelebihan divergard ini adalah :
-
Cepat mengatasi masalah seperti : blooming, karat, lumut, germ dan lain-lain.
-
Mencegah timbulnya kerak pada bottle washer .
-
Memperbaiki kebersihan dan pembilasan permukaan.
-
Mengurangi botol reject dengan memperbaiki buangan alkali dari permukaan
gelas.
-
Ekonomis dengan mengurangi biaya pencucian dan waktu.
-
Mencegah lapisan air pada permukaan.
Perhatian terhadap lingkungan :
-
Ramah lingkungan tanpa pospat dan mudah diurai.
-
Kontrol busa sehingga menjaga keamanan lingkungan
Divergard direkomendasikan digunakan 0,1 – 0,5 % ( V/V ) pada larutan
pencucian.
Sifat-sifat divergard yaitu :
Bentuk
: cairan bening kekuningan
pH
: 10,5 - 11,5
Berat jenis : 1,17 ± 0,05
Kemasan
: 20,200 liter / kontainer. ( PT. Coca-Cola Bottling Indonesia., 2000 )
Universitas Sumatera Utara
13
2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
1. Efek temperatur
Kelarutan endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis
kuantitatif
meningkat dengan bertambahnya tempetarur. Kebanyakan garam organik bertambah
kelarutannya apabila temperatur dinaikkan. Hal ini menguntungkan dalam melakukan
proses pencuian dengan larutan panas, karena kotoran akan semakin mudah larut.
2. Efek pelarut
Kebanyakan garam anorganik lebih larut dalam air dari pada dalam pelarut
organik seperti metanol, etanol, propanol, aseton dan sebagainya. Air mempunyai
momen dwi kutub besar dan tertarik ke kedua kation dan anion untuk membentuk ion
terhidrat. Ion hidrogen dalam air terhidrasi sempurna membentuk ion hidroksonium
( H3O+ ). Semua ion pasti terhidrasi sampai beberapa jauh dalam larutan berair, dan
energi yang dilepaskan oleh interaksi ion dan pelarut membantu mengatasi gaya tarik
yang mencoba menahan ion-ion di dalam kisi padatan. Ion di dalam sebuah kristal
tidak mempunyai tarikan demikian besar untuk pelarut organik dan karenanya
kelarutannya biasanya lebih kecil dari pada dalam air.
3. Pengaruh pH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Beberapa
contoh yang lebih penting dari garam-garam tersebut dalam kimia analitik adalah
oksalat, sulfida, hidroksida, karbonat dan fosfat. Ion hidrogen bereaksi dengan ion
garam membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan kelarutan garam.
4. Efek ion sekutu
Kepentingan pengaruh ion yang sama adalah untuk pengendapan yang
sempurna pada analisa kuantitatif. Dalam melakukan pengendapan, seorang analsis
Universitas Sumatera Utara
14
selalu menambahkan pereaksi pengendap sedikit berlebih untuk meyakinkan
pengendapan yang sempurna. Pada pencucian suatu endapan yang dapat menyebabkan
hilangnya beberapa zat akibat kelarutan, sebuah ion yang sama dapat digunakan
didalam cairan pencuci untuk mengurangi kelarutan. ( Underwood. A.L., 1990 )
5. Ion kompleks
Bertambahnya kelarutan suatu endapan dengan penambahan suatu zat
pengendapan sering kali disebabkan oleh pembentukan ion kompleks. Suatu ion
kompleks dibentuk dengan bersenyawanya sebuah ion sederhana baik dengan ion lain
yang muatannya berlawanan ataupun dengan molekul netral. Misalnya bila larutan
kalium sianida ditambahkan kepada suatu larutan perak nitrat, mula-mula akan
terbentuk endapan putih perak sianida :
AgNO3 + KCN
AgCN
+ KNO3
Endapan melarut dengan penambahan kalium sianida belebih, dengan dihasilkannya
ion kompleks ( Ag(CN)2 - :
AgCN(padat) + KCN(berlebih)
K Ag(CN)2
suatu garam kompleks dapat larut. (Vogel. A., 1994)
Universitas Sumatera Utara
Download