二零 - GKA GLORIA

advertisement
|
218
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 218 | JUNI 2014
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja;
sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”
— Yakobus 1:22
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 218:
Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim, Bambang Tedjokusumo
Frengky Yohanes A., Ie David, Hendry Heryanto, Herty Togatorop
Johannes Aurelius, Liem Sien Liong, Liona Margareth
Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Aktivitas dan Pertumbuhan Rohani
P
ernahkah Anda bertanya, “Apakah seseorang yang
aktif terlibat dalam pelayanan gerejawi, otomatis
mengalami pertumbuhan rohani?” Jawaban atas
pertanyaan ini bisa saja membuat kita tercengang, bahwa
ternyata aktivitas pelayanan seseorang tidak memberikan
jaminan bahwa orang tersebut mengalami pertumbuhan
rohani. Mengapa demikian?
Pertama, kesalahan paradigma tentang pertumbuhan rohani.
Pertumbuhan rohani tidak sama dengan “aktivitas pelayanan,” sehingga
seberapa banyak orang melakukan aktivitas pelayanan, hal itu tidak
menunjukkan bahwa ia memiliki pertumbuhan rohani yang baik (sekalipun
orang yang memiliki pertumbuhan rohani yang baik, tentu akan mencintai
pekerjaan Tuhan dan terlibat pelayanan). Sesungguhnya, pertumbuhan
rohani adalah tentang “kedewasaan rohani,” bukan banyaknya kegiatan
gerejawi yang kita ikuti. Banyak orang Kristen berorientasi pada melakukan
banyak kegiatan gerejawi, supaya dilihat orang lain, bahwa ia bertumbuh
secara rohani. Namun ironisnya adalah, hidupnya tidak menampakkan
kedewasaan rohani di dalam Kristus, sehingga apa yang terjadi dalam
pelayanannya bukan membangun orang lain semakin mencintai Kristus,
tetapi membuat orang lain kecewa terhadap sikap dan tindakannya (“menjadi
batu sandungan”). Misalnya, terjadi permusuhan dan perpecahan di kalangan
para aktivis pelayanan, atau persaingan yang tidak sehat dalam pelayanan.
Dewasa rohani itu berarti: (1) Kita semakin mengerti dan mengenal
pribadi maupun kehendak Kristus bagi hidup kita. (2) Kita semakin bertumbuh
dalam karakter Kristiani kita yang semakin serupa Kristus, dengan semakin
jelas pula buah Roh Kudus dalam kehidupan kita. (3) Kita semakin membenci
dosa dan hidup dalam kekudusan, sehingga orientasi hidup kita bukanlah
pada keinginan duniawi atau daging, tetapi pada kemuliaan bagi Tuhan. (4)
Kita semakin bertumbuh dalam kasih dan kebenaran. Ini semua tentu saja
bukan dihasilkan dari banyaknya kita melayani Tuhan, tetapi dari hubungan
kita dengan Tuhan (Yoh. 15:1-8). Jadi, apa yang harus kita lakukan agar kita
mengalami pertumbuhan rohani?
Kedua, miliki relasi yang baik dengan Tuhan. Dengan kata lain, bukan
berapa banyak pelayanan yang kita lakukan, tetapi berapa sering kita berelasi
dengan Tuhan? Atau berapa banyak kita mencintai firman-Nya dan
melakukannya? (Mat. 7:19-23). Aktivitas pelayanan hanyalah “sarana untuk
mempertajam dan mengaktualisasikan pertumbuhan rohani kita.” Itu
sebabnya, orang yang kerohaniannya bertumbuh dengan baik, akan
mencintai pelayanan. Kecintaan akan pelayanan bukan sebagai sarana
pertumbuhan rohaninya, melainkan wujud dari pertumbuhan rohaninya, yang
mempertajam kasihnya kepada Tuhan dan sesama.
01
MINGGU
JUNI 2014
“‘Bapa muliakanlah nama-Mu!’
Maka terdengarlah suara dari sorga: Aku telah
memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi.”
(Yohanes 12:28)
Bacaan hari ini: Yohanes 12:20-36
Bacaan setahun: Yohanes 12:27-50
SALIB DAN KEMULIAAN
K
etika perjalanan Tuhan Yesus semakin dekat menuju Yerusalem, Ia
memberitahukan para murid-Nya, bahwa waktunya telah tiba bagi
Anak Manusia untuk dimuliakan (ay. 23). Yang mengherankan
adalah, pemberitahuan itu diawali dengan laporan para murid tentang
kedatangan orang Yunani yang ingin bertemu dengan-Nya (ay. 20-22).
“Apakah arti semua itu?”
Pertama, “salib, keselamatan dan tuaian jiwa.” Setiap peristiwa dalam
pelayanan Tuhan Yesus selalu memiliki makna dan menandakan sesuatu
(sign), termasuk kedatangan orang Yunani yang mencari-Nya. Kedatangan
mereka merupakan momentum bagi Tuhan Yesus untuk menjelaskan
kepada para murid bahwa penderitaan dan kematian-Nya (salib) telah tiba.
Namun sejak awal Tuhan Yesus sudah mengantisipasi, bahwa penderitaan
dan kematian-Nya (salib) bukanlah sebuah kehinaan, tetapi jalan menuju
keselamatan dan penuaian jiwa. Maka Ia berkata: “Apabila Aku ditinggikan
dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (ay. 32). Di
sini kita melihat, bahwa dalam Yesus, salib yang hina menjadi jalan
keselamatan. Salib menjadi pintu bagi banyak orang menuju kehidupan
kekal. Salib menjadi pokok keselamatan yang menarik semua orang untuk
datang kepada-Nya.
Kedua, “salib dan kemuliaan.” Tak pernah terbayangkan, bahwa Allah
menyatakan kemuliaan-Nya melalui cara yang hina, yaitu salib Kristus,
seperti yang nampak dalam percakapan Tuhan Yesus dengan Bapa-Nya,
“Bapa muliakanlah nama-Mu!” Jawab Bapa-Nya, “Aku telah memuliakanNya dan Aku akan memuliakan-Nya lagi” (ay. 28). Wow, luar biasa! “via
dolorosa” ternyata jalan menuju kemuliaan yang besar. Semakin menuju
salib, kemuliaan Allah dalam diri Yesus yang penuh kasih dan kebenaran,
semakin nyata. Pelajaran bagi kita, janganlah kita gelisah, sekalipun untuk
sementara waktu kita harus menderita dalam dunia ini karena iman kita.
Ketahuliah, Tuhan Yesus telah memberikan teladan dan jalan-Nya, bahwa
pada akhirnya salib akan mengerjakan kemuliaan bagi kita (ay. 24-26).
STUDI PRIBADI: Bagaimana Allah memuliakan nama-Nya? Apakah signifikansi dan pesan
yang terpancar dari salib Kristus bagi orang percaya?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup dengan mengikuti
teladan Tuhan Yesus, yaitu dengan setia memikul salib karena iman dan
berpengharapan dalam kemuliaan yang akan datang.
02
SENIN
JUNI 2014
“Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu…”
(Yohanes 13:15)
Bacaan hari ini: Yohanes 13:1-20
Bacaan setahun: Yohanes 13:1-20
KUASA ALLAH-(1)
Y
ohanes 12:46 menulis, “Yesus telah datang ke dalam dunia sebagai
terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-NYA, jangan
tinggal di dalam kegelapan”. Dan terang itu sudah datang dan telah
memberikan teladan kepada setiap kita, orang percaya yang mengaku
sebagai pengikut Kristus, yaitu: kerendahan diri-Nya yang dilandasi kasih.
Membasuh kaki pada zaman Yesus adalah pekerjaan yang sangat rendah,
yang dilakukan oleh seorang budak; namun itulah yang dilakukan oleh
Yesus, Ia membasuh kaki para murid-Nya. Ia telah “merendahkan diri-Nya”,
mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia dan
taat sampai mati di kayu salib. Bagaimana dengan setiap orang percaya?
Bila kita berkata bahwa kita mengasihi Allah lebih dari segala sesuatu,
maka kita senantiasa hidup mengikuti apa yang telah Yesus perbuat. Jika
Yesus taat kepada Bapa-Nya, demikian juga kita taat kepada-Nya. Taat
bukan karena kita terpaksa melakukannya, tetapi lebih daripada itu adalah
karena kita menyadari bahwa kita adalah hamba Tuhan/milik-Nya. FirmanNya berkata: “seorang hamba tidak lebih tinggi daripada tuannya, ataupun
seorang utusan tidaklah lebih tinggi daripada dia yang mengutusnya” ( Yoh.
13:16). Hal ini terkait dengan “siapa yang memberikan perintah.” Yesus
adalah tuan/pengutus dan kita adalah hamba/utusan, maka kita harus taat
kepada Yesus untuk hidup serupa dengan-Nya.
Kasih dan ketaatan senantiasa berjalan bersama-sama. Kasih tanpa
ketaatan adalah kasih yang kosong, ketaatan tanpa kasih menjadi liar.
Yesus telah memberikan teladan kepada kita sebagai para pengikut-Nya
agar setiap kita saling merendahkan diri sebagai tubuh Kristus. Dengan
demikian kita taat kepada perintah Kristus dan kita dapat disebut orang
yang “berbahagia”. Sebaliknya firman-Nya berkata: “Barangsiapa menolak
Kristus, dan tidak menuruti perkataan-Nya, ia sudah ada hakimnya, yaitu
firman yang telah Kukatakan itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir
zaman” (Yoh. 12: 48). Karena itu, marilah kita mengerjakan apa yang
Kristus perintahkan.
STUDI PRIBADI: Apa yang Tuhan Yesus lakukan kepada para murid-Nya? Apa yang kita
pelajari dari sikap Tuhan Yesus yang membasuh kaki para murid?
Berdoa bagi majelis dan hamba Tuhan, serta pengurus gereja, agar mereka
tidak melihat jabatan pelayanan untuk menyombongkan diri, tapi merupakan
suatu panggilan untuk melayani sesama sesuai firman-Nya.
03
SELASA
JUNI 2014
“Jawab Yesus: Nyawamu akan kau berikan bagi-Ku?...”
(Yohanes 13:38)
Bacaan hari ini: Yohanes 13:21-38
Bacaan setahun: Yohanes 13:21-38
KUASA ALLAH-(2)
S
eperti Kristus yang taat kepada Bapa-Nya, demikian kita yang telah
menjadi milik kepunyaan-Nya, kita pun harus taat kepada Kristus,
dasarnya pengikatnya adalah kasih Kristus. Kristus datang ke dalam
dunia untuk memberikan nyawa-Nya bagi tebusan banyak orang, barang
siapa yang percaya kepada-Nya, ia akan memperoleh hidup yang kekal.
Dan karena “kasih,” Yesus memperingatkan Yudas dan juga Petrus untuk
keputusan yang akan mereka ambil dalam mengikuti-Nya.
Bagaimana dengan setiap kita, ketika rekan sekerja kita berbuat dosa,
memfitnah, bahkan menyakiti kita? Apakah kita mempunyai motif “kasih”
untuk memperingatkannya, atau kita akan membalasnya dengan lebih
kejam? Yesus telah memberikan perintah pada setiap pengikut-Nya untuk
“saling mengasihi” dan menjadi “teladan” mengenai kasih, khususnya di
antara saudara seiman. Dan itu adalah ciri seorang murid Kristus jika kita
saling mengasihi.
Kata “perintah” adalah sesuatu yang harus kita lakukan, tidak ada kata
“tawar-menawar” untuk tidak menaatinya. Yesus memberi “perintah” bukan
karena sekadar memberikan “perintah” dan tidak pernah melakukan-Nya,
tapi Dia juga telah memberikan teladan dengan menyerahkan nyawa-Nya
untuk sahabat-sahabat-Nya. Panggilan “sahabat” menunjukkan betapa
kasih-Nya kepada kita, dengan: (1) memberitahukan kepada kita “segala
sesuatu” yang telah Kristus dengar dari Bapa-Nya, (2) memilih kita sebagai
umat-Nya, (3) mengutus kita menjadi saksi-Nya.
Bila kita mengaku bahwa kita mengasihi Kristus, maka kitapun harus
“taat” kepada-Nya dan memberitahukan “kabar baik/kabar sukacita/kabar
keselamatan” yang telah kita terima dari-Nya kepada saudara-saudara kita
yang belum mendengar akan Injil, sehingga semua lidah akan mengaku
dan setiap lutut bertelut bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat yang
diutus oleh Bapa di Sorga. Dan kita percaya, Allah Roh Kudus memberikan
keberaniaan kepada kita untuk melakukannya. Dasarnya adalah: kuasa
kasih Kristus dan kasih kita kepada sesama.
STUDI PRIBADI: Apa yang seharusnya menjadi motivasi kita dalam mengerjakan panggilan
kita sebagai umat Tuhan di tengah dunia ini? Mengapa demikian?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka menaati Tuhan bukan karena terpaksa,
tapi karena mereka mengasihi Tuhan, sehingga kerohanian mereka semakin
dewasa dan bertumbuh di dalam Tuhan.
04
RABU
JUNI 2014
“Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
(Yohanes 14:6)
Bacaan hari ini: Yohanes 14:1-6
Bacaan setahun: Yohanes 14
KEPASTIAN YANG MELEGAKAN
B
eberapa waktu ini, Bangsa Indonesia sedang mempersiapkan dan
melaksanakan Pemilihan Umum. Dan pada waktu persiapan dan
pelaksanaan pemilu legislatif lalu, ada begitu banyak orang ingin
mencoba menjadi caleg untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik,
namun sayangnya, tidak semuanya berhasil dan tidak semuanya siap
menerima kekalahan. Inilah kehidupan manusia. Setiap saat kehidupan
bisa berubah. Yang menjadi pertanyaan adalah, berjalan ke arah seperti
apakah hidup itu?
Perikop yang kita baca menyatakan bahwa Yesus adalah jalan, bukan
jalan untuk mencapai kesuksesan secara materi, namun Ia adalah jalan
kita kembali kepada Bapa. Ia adalah Allah yang menjadi manusia, sehingga
Ia tahu bagaimana membawa kita kembali ke rumah Bapa. Di dalam Yesus,
kita juga menemukan kebenaran sejati. Banyak orang berkata: melalui
perbuatan baik dan usaha yang dilakukan, manusia akan mendapatkan
kebahagiaan, keselamatan dan kehidupan kekal. Yesus menyatakan
bahwa, manusia bahkan yang saleh sekalipun, adalah manusia berdosa
yang tidak mungkin bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Yesus telah
membongkar kenyataan hidup manusia apa adanya, tentang keberdosaan
manusia dan kebutuhan manusia akan pertolongan dan belas kasihan
Allah bahkan dalam seluruh aspek kehidupannya.
Yesus berkata bahwa Ia adalah hidup, Dialah yang membangkitkan
kita dari kematian secara rohani. Tanpa hidup, kita tidak bisa melakukan
perjalanan kita. Orang yang ada di dalam dosa berjalan dalam kegelapan.
Hidup di sini bukan hanya berarti kita sudah dihidupkan rohaninya oleh
Kristus tetapi juga dalam pengertian ketekunan “menghidupi iman” seharihari. Orang yang hidupnya meneladani dan mengikuti Yesus pasti dipimpin
kepada jalan yang tepat. Yesus Kristus menuntun kita dalam kebenaran,
namun di sisi lain, kita juga bertanggung jawab untuk menjalani kehidupan
serupa Kristus dalam kehidupan kita; seperti dua sisi mata uang yang tidak
bisa terpisahkan.
STUDI PRIBADI: Mengapa kita memiliki keyakinan yang kokoh bahwa di dalam Yesus, kita
memiliki jalan, kebenaran, dan kehidupan yang sejati? Coba jelaskan!
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka semakin bertumbuh dalam
kehidupan iman mereka, sehingga mereka semakin kokoh dalam iman dan
menjadi saksi bagi kemuliaan Tuhan.
05
KAMIS
JUNI 2014
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia,
ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat
berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5)
Bacaan hari ini: Yohanes 15:1-27
Bacaan setahun: Yohanes 15
BERBUAHLAH DENGAN LEBAT
D
ari perikop ini kita mengonklusikan, bahwa sebuah ranting anggur
memiliki fungsi untuk menghasilkan buah. Ranting itu tampak
lemah, tetapi ia akan produktif, ketika dirinya memiliki hubungan
yang hidup dengan pokok anggurnya. Demikian juga seorang murid Kristus
yang melekat pada Kristus akan menghasilkan buah, dan buahnya bisa
lebat. Lalu, buah seperti apa yang seharusnya dihasilkan?
Kehidupan seorang Kristen yang sehat akan menuntun orang tersebut
kepada pertobatan dan menghasilkan buah Roh yang akan menghasilkan
kesaksian hidup yang baik bagi orang di sekitarnya. Lalu, bagaimanakah
kita membangun kehidupan Kristen yang sehat seperti itu? Dalam perikop
yang kita baca, disebutkan ada 2 (dua) hal utama, yaitu:
Pertama, tinggal di dalam Kristus. Tinggal di dalam Kristus artinya
seorang yang sudah percaya Kristus harus terus mengembangkan
persekutuan dengan Tuhan. Seperti seorang anak yang bertumbuh perlu
terus-menerus mendapatkan asupan gizi yang cukup supaya ia bertumbuh
kembang dan tetap sehat; demikian juga setiap murid Kristus, haruslah
mendapatkan asupan firman Tuhan yang cukup untuk bertumbuh dan juga
berbuah.
Kedua, rela dibersihkan. Sebagaimana fungsi sebuah cermin yang
menolong seseorang untuk mengoreksi jika ada sesuatu yang kurang
bersih pada bagian tubuhnya, demikian juga firman Tuhan akan
mengoreksi bagian kehidupan kita yang tidak tepat. Namun untuk
membuang hal yang tidak tepat tersebut, dibutuhkan kerelaan hati kita
untuk dituntun Tuhan. Contohnya, saling mengasihi. Yesus mengajarkan,
“Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”
(Matius 5:44). Seringkali kita berkata, “Mana mungkin saya bisa mengasihi
musuh atau berdoa bagi mereka yang menganiaya saya?” Itulah alasan
kita. Jika kita berusaha mengasihi dengan kekuatan kita, kita akan gagal.
Namun dengan tinggal dalam Tuhan dan rela untuk dibersihkan, kita pasti
akan berbuah dan menjadi berkat.
STUDI PRIBADI: Mengapa masaih ada orang Kristen yang tidak menghasilkan buah dalam
kehidupan imannya? Bagaimana Alkitab mengajar, agar berbuah bagi kemuliaan Tuhan?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar kehidupan mereka menghasilkan
buah pertobatan dan buah Roh, sehingga kehidupan mereka menampakkan
Kristus yang hidup dalam diri mereka.
06
JUMAT
JUNI 2014
“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia
akan dosa, kebenaran dan penghakiman.”
(Yohanes 16:8)
Bacaan hari ini: Yohanes 16:1-15
Bacaan setahun: Yohanes 16
PEKERJAAN ROH KUDUS
T
uhan Yesus menghibur murid-murid-Nya dengan mengutus Roh
Kudus sebagai penghibur dan pendamping mereka, apabila Yesus
sudah tidak bersama-sama mereka lagi di bumi. Bukan hanya itu,
Roh Kudus juga akan menginsafkan dunia akan dosa. Karena hati manusia
telah dibutakan oleh dosa dan tidak tahu kebenaran maupun merasa takut
akan penghakiman Tuhan.
Pertama, Ia datang untuk menginsafkan dunia akan dosa. Yesus
menekankan pekerjaan Roh Kudus yang signifikan, khususnya berkaitan
dengan dosa yang telah membutakan hati nurani mereka, yang membuat
mereka tidak dapat menerima kebenaran dan percaya kepada Kristus. Roh
Kudus akan bekerja dalam hati manusia yang berdosa untuk menginsafkan
(menyadarkan) akan kesalahan fatal yang ia lakukan, yaitu penolakan dan
ketidakpercayaan kepada Kristus. Kedua, Ia akan menginsafkan tentang
kebenaran. Keberadaan Tuhan Yesus tidaklah sama dengan tokoh-tokoh
agama atau pemimpin Yahudi lainnya. Yesus adalah Mesias, Juruselamat
umat manusia yang dinanti-nantikan (Yoh. 4:42). Roh Kudus juga akan
menyadarkan orang-orang bahwa Kristus adalah Anak Allah yang diutus ke
dalam dunia, “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang
kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak melihat hidup,
melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Yoh. 3:36). Ketiga, Ia akan
menginsafkan tentang penghakiman. Segala sesuatu yang berhubungan
dengan ketidakpercayaan dan penolakan kepada Sang Anak (Kristus)
akan dihakimi, termasuk penguasa dunia (yakni Iblis), pemberontak dan
pengacau dunia telah dihakimi. Hanya mereka yang disadarkan Roh Kudus
dan mau percaya Yesus Kristus, niscaya tidak akan dihukum.
Berkat kehadiran Roh Kudus yang telah menjamin kehidupan anakanak-Nya, maka anak-anak-Nya tidaklah perlu kuatir dalam menghadapi
masa depan mereka. Demikian juga bagi kita yang percaya, akan beroleh
damai sejahtera. Jika Anda belum terpanggil, saat ini Roh Kudus sedang
menginsafkan Anda agar luput dari penghakiman kekal.
STUDI PRIBADI: Apa yang Roh Kudus lakukan bagi manusia berdosa? Apa pengalaman
Anda tentang Roh Kudus, sehingga dapat mengenal dan percaya kepada Kristus?
Berdoalah bagi mereka yang belum mengenal Kristus agar belas kasihan
Tuhan dan karya Roh Kudus boleh terjadi dalam hidup mereka sehingga
mereka mengerti kebenaran yang sejati.
07
SABTU
JUNI 2014
“Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia
Aku berdoa, tetapi untuk mereka...”
(Yohanes 17:9)
Bacaan hari ini: Yohanes 17:1-26
Bacaan setahun: Yohanes 17
DOA TUHAN YESUS
Y
esus pernah mengajarkan murid-murid untuk berdoa (Mat. 6:9-13),
dan doa Bapa Kami menjadi terkenal dan dipakai dalam liturgi
maupun diingat melalui nyanyian yang indah. Yohanes mencatat
kembali apa yang ia ingat ketika Yesus berdoa kepada Bapa. Memang tidak
diberikan tanda-tanda mengenai di mana Yesus berdoa, namun inti doa
Yesus adalah untuk memuliakan Bapa.
Doa Yesus untuk diri-Nya. “Demikian kata Yesus. Lalu Ia menengadah
ke langit dan berkata: Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu,
supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau” (ay. 1). Kemuliaan Anak
merupakan kemuliaan Bapa. Ini adalah doa yang mulia, dari Anak kepada
Bapa. Sebab segala misi dan karya yang dikerjakan Anak sudah terlaksana
sesuai kehendak Bapa. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka
mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus
Kristus yang telah Engkau utus.” (ay. 3).
Doa Yesus untuk murid-murid-Nya. Keberhasilan Yesus adalah telah
meyakinkan para murid akan diri-Nya sebagai utusan Allah, dan segala
firman yang disampaikan Yesus kepada para murid telah mereka terima,
“Aku telah menyatakan nama-Mu pada semua orang, yang Engkau berikan
kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan
mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu” (ay. 6-8). Karena
itu, Yesus mendoakan mereka yang masih ada dalam dunia, agar Bapa
senantiasa memelihara mereka sampai kesudahan dunia (ay. 11-12).
Doa Yesus untuk gereja-Nya. Lingkup doa diperluas mencakup orangorang yang percaya melalui pemberitaan para murid-Nya. “Supaya mereka
semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku
di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (ay. 21). Tujuan kesatuan
adalah supaya dunia percaya apa yang dilakukan Yesus Kristus di dunia.
Apabila orang-orang percaya dapat bersatu, maka kita dapat meyakinkan
dunia akan Kristus Yesus yang adalah satu dengan Bapa.
STUDI PRIBADI: Apa tujuan dari doa Tuhan Yesus dalam bacaan hari ini? Apa yang dapat
kita aplikasikan dalam hidup kita sebagai jemaat-Nya dalam dunia ini?
Berdoalah bagi jemaat, agar mereka hidup dalam kesatuan iman sebagai
orang-orang yang telah disatukan dengan Bapa melalui karya Tuhan Yesus
Kristus, sehingga menjadi kesaksian yang hidup bagi dunia.
08
MINGGU
JUNI 2014
“… Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga
di situ bersama-sama mereka.”
(Yohanes 18:5)
Bacaan hari ini: Yohanes 18:1-11
Bacaan setahun: Yohanes 18:1-11
YUDAS MENGKHIANATI TUHAN
L
ebih dari 3 tahun Yudas bergabung dalam kelompok 12 murid yang
dipanggil Tuhan untuk sebuah hidup dan misi mulia. Alkitab memang
tidak menjelaskan secara spesifik latar belakang kehidupan Yudas,
tapi embel-embel negatif melekat pada dirinya setiap kali namanya disebut
dalam daftar nama murid Tuhan, “Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia”
(Mat. 10:4; Mrk. 3:19; Luk. 6:16). Sebenarnya semua murid Tuhan adalah
sama-sama orang berdosa yang mendapatkan kasih karunia Tuhan; dan
dipanggil menjadi murid/menjadi rasul-Nya.
Ini adalah panggilan yang mulia, kehormatan yang sangat besar, dan
membutuhkan proses waktu yang cukup lama untuk membawa mereka
kepada penghayatan yang mendalam tentang panggilan tersebut.
Sementara proses tersebut berjalan, ada satu sifat negatif yang terus
melekat dalam diri Yudas, yaitu ketamakan akan harta/uang. Yohanes
mencatatnya sebagai pemegang kas (Yoh.13:29), tapi sekaligus pencuri
(Yoh.12:6), artinya dia sering mencuri dari kas untuk dirinya sendiri, dan
akhirnya, dia mengkhianati Tuhan dengan imbalan 30 keping uang perak
(Mat. 26:15). Satu kisah yang mengerikan! Seorang murid Tuhan sendiri,
mengkhianati Dia demi uang!
Tuhan telah memberi peringatan: celakalah orang yang menyerahkan
Dia (Mat. 26:24; Mrk. 14:21), namun Yudas bukan cuma sekadar menjual
info kepada para pemimpin Yahudi tentang di mana Dia berada, tapi dia
sendiri yang membawa pasukan Romawi ke taman Getsemani, bahkan
mencium Tuhan sebagai tanda (Luk. 22:47). Kita memang bisa
menjelaskan bahwa Yudas tidak pernah sungguh-sungguh menjadi murid
Tuhan dan mengasihi Dia. Tapi bagaimanapun juga, kegagalan Yudas bisa
menjadi peringatan bagi kita semua untuk mengevaluasi diri kita sendiri:
sungguhkan kita ini murid-Nya? Atau sebenarnya kita juga mengikut Dia
hanya karena ingin menikmati kebaikan-Nya, mendapatkan berkat-berkatNya? Jika murid-Nya sendiri bisa mengkhianati Dia, janganlah kita menjadi
sombong dan takabur, melainkan mawas diri.
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Yudas mengkhianati Yesus? Apakah sikap Yudas bisa
terjadi dalam kehidupan orang Kristen pada masa kini? Sebutkan contohnya!
Berdoalah bagi setiap hamba Tuhan agar mereka tidak terjebak pada tipu
daya Iblis, keinginan daging dan kenikmatan dunia, sehingga tidak menjual
Kristus untuk keuntungan pribadi.
09
SENIN
JUNI 2014
“Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus:
Bukankah engkau juga murid orang itu? Jawab Petrus: Bukan!”
(Yohanes 18:17)
Bacaan hari ini: Yohanes 18:12-27
Bacaan setahun: Yohanes 18:12-27
PETRUS MENYANGKAL TUHAN
K
ita pasti gemas dengan penyangkalan Petrus! Bukankah dia sudah
diberitahu berulangkali tentang apa yang akan terjadi atas diri Tuhan
di Yerusalem? Bukankah dia sendiri mengatakan bahwa sekalipun
murid-murid lain tergoncang imannya, dia tidak akan menyangkali Tuhan
(Mat. 26:33-35)? Ironisnya, Petrus bukan menyangkal Tuhan karena
diancam dengan pedang oleh tentara Romawi, tetapi justru di hadapan
perempuan, orang-orang biasa, dan hamba Imam Besar! Bahkan, Petrus
sampai berani bersumpah bahwa dia tidak mengenal Tuhan (Mat. 26:74).
Mengapa Petrus menyangkal Tuhan, bahkan sampai tiga kali?
Yang pasti, seperti pengkhianatan Yudas, Tuhan juga tahu bahwa
Petrus akan menyangkali Dia, dan Tuhan juga sudah memperingatkannya.
Namun, ada satu kalimat yang diucapkan secara khusus kepada Petrus:
“...tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur.
Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu”
(Luk. 22:32). Tuhan bukan saja tahu, tapi sepertinya Tuhan juga memahami
kelemahan murid-murid-Nya. Apa yang akan terjadi atas diri-Nya adalah
terlalu menggoncangkan dan terlalu dahsyat untuk ditanggung seorang
manusia biasa. Ketika Dia ditangkap, murid-murid akan lari meninggalkan
Dia. Adalah cukup berani bagi Petrus untuk datang sampai di halaman, di
mana pemimpin Yahudi yang memusuhi mereka ada begitu dekat. Tetapi,
sampai di situlah kekuatan hatinya. Ketika dikonfrontasi, pertahanannya
ambruk. Petrus menyangkal Tuhan, tapi anugerah Tuhan menopang dia.
Petrus menyesal dan bertobat.
Sama seperti para murid hari itu, kita juga adalah orang-orang berdosa
yang dibelas-kasihani Tuhan. Kita tidak lebih baik dari Yudas dan Petrus.
Kita juga lemah dan bisa menyangkal Tuhan dengan cara yang lain, bahkan
mengkhianati Dia. Yang kita butuhkan bersama adalah kerendahan hati
untuk mengakui kelemahan diri kita, menerima anugerah-Nya untuk
menutupi kelemahan kita, untuk mengampuni kesalahan dan ketidaksetiaan kita, dan menopang kita ketika kita jatuh.
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Petrus akhirnya menyangkal Tuhan Yesus, ketika Ia
ditangkap? Apa yang membuat Petrus kembali sadar, setelah ia menyangkal Tuhan Yesus?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen, agar mereka dikuatkan dalam iman dan
pengharapan mereka kepada Tuhan, tatkala harus menghadapi berbagaibagai pencobaan hidup yang datang silih berganti.
10
SELASA
JUNI 2014
“Lalu Pilatus mengambil Yesus
dan menyuruh orang menyesah Dia.”
(Yohanes 19:1)
Bacaan hari ini: Yohanes 19:29-19:16
Bacaan setahun: Yohanes 19:29-19:16
PILATUS MENGADILI TUHAN
D
ari seluruh data Injil tentang pengadilan Pilatus terhadap Tuhan, kita
dapat mengonklusikan: (1) Bahwa Pilatus telah 3 kali memeriksa
tuduhan yang diajukan kepada Tuhan, dan dia tidak menemukan
kesalahan apapun seperti yang mereka tuduhkan (Luk. 23:22). (2) Dia juga
sudah mencoba beberapa cara untuk melepaskan diri dari “kasus panas”
ini dengan mengalihkannya kepada Herodes, bahkan lewat kebiasaan
selaku wali negeri memberikan amnesti untuk membebaskan Tuhan (Mat.
27:15). Pilatus juga mencoba memuaskan amarah orang banyak dengan
menyesah Tuhan, bahkan mencoba untuk mengalihkan tanggung jawab
akhir kepada orang-orang Yahudi.
“Haruskah aku menyalibkan rajamu?” Inilah akhir usaha Pilatus.
“Karena Dia adalah raja kalian, maka kalianlah yang seharusnya
menyelesaikan menurut hukum kalian sendiri,” itulah argumentasi Pilatus
yang pertama (Yoh. 18:31) dan kembali dipakai untuk terakhir kalinya. Tapi
dia terpojok oleh bantahan orang-orang Yahudi: Jika engkau melepaskan
dia, engkau bukan sahabat Kaisar... jika engkau mengakui Dia sebagai
raja, berarti engkau menyangkal Kaisar. Nada ancaman di balik kalimat itu
telah membuat Pilatus terjepit di antara mengambil keputusan yang benar,
atau memancing amarah massa yang akan membuatnya kehilangan
jabatannya. Pilatuspun memilih mengamankan jabatannya.
Maka terjadilah pada hari itu suatu pengadilan yang paling tidak adil.
Pemimpin rohani palsu yang merepresentasikan manusia berdosa,
bersekongkol dengan penguasa yang mewakili penjajah, bersama-sama
mengadili Allah, Penciptanya sendiri. Keputusan telah diambil, tanpa
pembuktian kesalahan apapun. Pilatus sudah mencuci tangannya di
hadapan orang banyak, dan orang banyak sudah dengan sadar mengambil
tanggung jawab atas akibatnya. Tapi kesalahan Pontius Pilatus tetap akan
selalu diingat, bahwa di bawah pemerintahannyalah, Anak Allah menderita,
disalibkan dan mati. Demi keamanan diri sendiri, ia menjual integritas diri
karena tekanan–itulah mental Pilatus yang harus kita awasi dan hindari.
STUDI PRIBADI: Apa yang Pilatus temukan dari tuduhan para imam dan Mahkamah Agama
orang Yahudi terhadap Tuhan? Mengapa Pilatus menyerahkan Tuhan untuk disalib?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen yang menjabat sebagai pemimpin, baik
di pemerintahan maupun dalam gereja Tuhan, agar mereka menjalankan
tugas dengan benar dan takut akan Tuhan.
11
RABU
JUNI 2014
“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu,
berkatalah Ia: ‘Sudah Selesai.’”
(Yohanes 19:30)
Bacaan hari ini: Yohanes 19:19-30
Bacaan setahun: Yohanes 19:16b-42
TETELESTAI
A
khir pelayanan Tuhan Yesus di dunia diproklamirkan dalam sebuah
“laporan” singkat melalui seruan penting “Sudah Selesai.” Frasa ini
dalam bahasa Yunani adalah “tetelestai” yang artinya “sudah genap
(fulfill).” Yesus tahu bahwa sebentar lagi Dia akan meninggalkan dunia,
sekarang tidak ada lagi alasan untuk Yesus tinggal di dunia, semuanya
sudah selesai. Mengapa selesai? Bukankah Yesus belum mati dan belum
bangkit, karena kebangkitan-Nya justru memiliki peran penting dalam
tujuan inkarnasi-Nya? “Sudah selesai” di sini artinya, “tidak ada lagi yang
menghalangi-Nya untuk menuntaskan tujuan-Nya. Segala yang
dinubuatkan tentang Mesias sudah digenapi dengan sempurna melalui
kematian Anak Manusia.”
Penghinaan kepada Sang Anak Manusia telah dikalahkan melalui
ketataan-Nya mati di atas kayu salib. Penghinaan, penderitaan dan deraan
berakhir sudah. Masa penderitaan sudah lewat diganti masa kemenangan
yang ada di depan mata. Tujuan kedatangan-Nya untuk menjadi perantara
perdamaian antara manusia dan Allah, sudah selesai. Rekonsiliasi antara
Sang Pencipta dan ciptaan telah dimediasi oleh Sang Penebus. Seruan
“tetelestai” memiliki makna, bahwa tujuan inkarnasi Yesus telah selesai,
namun tugas manusia untuk memberitakan Sang Penebus telah dimulai.
Kita memiliki hak istimewa, yaitu untuk memberitakan keselamatan yang
dari pada-Nya. Keselamatan yang diberikan bukan hanya bagi Israel, tetapi
bagi seluruh dunia. Apakah Anda sudah siap untuk memberitakan Injil
keselamatan kepada semua orang, di manapun Tuhan tempatkan Anda
untuk tinggal? Mampukah Anda setia sampai mati, sampai tugas kita di
dunia ini sudah selesai? Marilah kita meneladani kesetiaan dan ketekunan
Tuhan Yesus dalam setiap pelayanan dan tugas yang Tuhan berikan
kepada kita. Janganlah kita berhenti di jalan dan tidak menyelesaikan
tangung jawab yang diembankan pada kita. Jadilah pemenang, sekalipun
harus melewati penderitaan, sama seperti Kristus yang telah menjadi
contoh bagi kita, para murid-Nya.
STUDI PRIBADI: Apakah makna seruan Tuhan Yesus, “tetelestai”? Apa yang dapat kita
pelajari dari teladan Tuhan Yesus tersebut? Tugas apa yang belum Anda selesaikan?
Berdoalah supaya setiap anak Tuhan dimampukan untuk berjuang, menjadi
saksi Kristus memberitakan Injil bagi setiap orang di sekitar kita, baik melalui
perbuatan, perkataan dan cara hidup kita sehari-hari.
12
KAMIS
JUNI 2014
“Semua yang tercantum di sini telah dicatat,
supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah,
dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup
dalam nama-Nya.” (Yohanes 20:31)
Bacaan hari ini: Yohanes 20:30-31
Bacaan setahun: Yohanes 20:1-31
ALKITAB DAN IMAN KRISTEN
M
enjelang pemilihan presiden, beberapa tokoh yang dicalonkan
dibuatkan rekam jejaknya, sebagai pembuktian bahwa tokoh
tersebut telah melakukan banyak hal positif. Rekam jejak ini
bertujuan supaya masyarakat Indonesia percaya, bahwa calon tersebut
adalah seorang pemimpin yang tepat bagi Indonesia.
Kitab Yohanes memiliki “rekam jejak” pelayanan Yesus, meskipun
Yohanes mengakui bahwa tidak semua pelayanan dan tanda yang dibuat
Yesus tercatat semuanya dalam kitabnya (ay. 30). Tetapi melalui catatan
singkat tersebut, pembaca diharapkan dapat percaya, bahwa Yesus adalah
Mesias dan beriman kepada-Nya (ay. 31). Banyak karya Yesus tidak ditulis
dalam risalah singkat ini, tetapi yang ditulis adalah: Catatan fakta
berdasarkan peristiwa yang benar-benar terjadi dan perkataan yang benarbenar diucapkan. Injil tidak mengandung kebohongan atau fiksi, juga tidak
didramatisir dengan komposisi puitis dari kekuatan imajinasi. Yohanes
adalah saksi mata atas karya dan pelayanan Yesus di dunia. Dia sendiri
mendengar ketika Yesus berbicara. Dia memiliki kesempatan untuk
mengetahui apa yang Yesus katakan dan kepada siapa Dia berbicara. Injil
bukanlah sekadar catatan sejarah, bukan sekadar catatan narasi, namun
pembuktian tentang keilahian Yesus Kristus.
Dengan risalah fakta tentang Yesus, Yohanes ingin supaya pembaca
yang tidak melihat secara langsung karya Yesus, mereka bisa percaya
bahwa Dia adalah Mesias, sehingga mereka yang beriman kepada Yesus
Kristus sebagai Mesias, Tuhan dan Juruselamat, dapat memperoleh hidup
yang kekal. Pembuktian ini perlu dibuat supaya orang Kristen tahu siapa
Yesus yang mereka imani. Iman Kristen bukanlah iman yang buta, yang
tidak tahu kepada siapa dia beriman. Bagaimana dengan Anda, sudahkah
Anda mengenal siapa yang Anda imani? Janganlah ragu terhadap apa
yang telah Anda imani, dan pahamilah baik-baik kesaksian Injil. Dengan
pertolongan Roh Kudus, maka Anda akan mengerti siapa Yesus Kristus itu
sesungguhnya!
STUDI PRIBADI: Apa tujuan penulisan kitab Injil Yohanes dan apa hubungannya dengan
iman Kristen? Mengapa iman Kristen tidak bisa dikatakan sebagai iman yang buta?
Berdoalah bagi setiap orang yang rajin membaca Alkitab agar mereka lebih
mengenal siapa Yesus yang daripada-Nya manusia beroleh keselamatan
kekal, sehingga menyenangkan hati-Nya.
13
JUMAT
JUNI 2014
“… Kata Yesus kepadanya: Gembalakanlah doma-domba-Ku”
(Yohanes 21:15)
Bacaan hari ini: Yohanes 21:15-19
Bacaan setahun: Yohanes 21
GEMBALAKANLAH DOMBA-DOMBAKU
K
ebanyakan orang Kristen mengetahui bahwa tugas penggembalaan
adalah bagi setiap pemimpin gereja, dan mereka sangat menikmati
ketika para pemimpin menjalankan penggembalaan itu. Namun
apakah semua itu dikerjakan dengan tepat dan benar? Inilah yang menjadi
perhatian dalam dialog Tuhan Yesus dengan Petrus sebelum kenaikanNya ke sorga. Dari dialog ini ada dua aspek yang menjadi penekanan.
Pertama, berkenaan dengan tiga kali pertanyaan yang dilontarkan
Tuhan dan tiga kali jawaban yang dikatakan Petrus, yaitu berkaitan dengan
pertanyaan “mengasihi Aku.” Dua kali pertanyaan mengasihi dengan kasih
agape (kasih tanpa syarat), dan terakhir dengan kasih fileo (kasih
persaudaraan) untuk menyesuaikan dengan jawaban Petrus yang hanya
bisa mengasihi dengan kasih fileo. Dari sini terlihat kejujuran dan
kerendahan hati Petrus yang hanya dapat mengasihi dengan kasih fileo,
dan tidaklah mungkin mengasihi dengan kasih agape tanpa ada campur
tangan Tuhan yang telah mengasihi manusia dengan kasih agape-Nya.
Kejujuran Petrus juga dari pernyataan, bahwa Tuhan tahu di sepanjang
hidupnya (dengan pengetahuan oida), dan bahkan Tuhan tahu dengan
pengetahuan ilahi-Nya (ginosko), sehingga ia menjawab hanya mampu
mengasihi dengan kasih fileo. Dari teks ini dapat disimpulkan: Tuhan ingin
pemimpin yang jujur dalam menggembalakan kawanan domba-Nya.
Kedua, berkenaan dengan “domba-domba-Ku” dalam tugas
penggembalaan yang Tuhan berikan kepada setiap pemimpin gereja.
Domba-domba itu adalah milik Tuhan, bukannya milik pemimpin manusia.
Semua orang percaya adalah domba-domba Tuhan, sehingga para hamba
Tuhan tidak boleh membeda-bedakan dari segi apapun. Apalagi jika ada
pemimpin yang menganggap bahwa domba-domba tertentu adalah milik
dirinya sendiri, maka ini adalah dosa yang besar, sebab ia telah mencuri
domba milik Tuhan. Kesadaran bahwa para domba itu adalah milik Tuhan
menyebabkan pemimpin menggembalakan dengan baik melalui makanan
rohani yang sehat.
STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Petrus dalam menjawab pertanyaan Tuhan Yesus? Apa
yang dapat kita pelajari dari sikap Petrus?
Berdoalah bagi para pemimpin gereja, agar mereka dapat menjalankan
penggembalaan jemaat sengan sikap yang jujur dan tulus, serta memahami
bahwa jemaat adalah milik Tuhan, bukan milik mereka.
14
SABTU
JUNI 2014
“Mereka semua berdoa dan berkata: Ya Tuhan, Engkaulah yang
mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang
Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan
pelayanan, yaitu kerasulan...” (Kisah 1:24-25)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 1:15-26
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 1:1-26
PENGGANTIAN PEMIMPIN
P
ergantian pemimpin di bidang apapun adalah wajar, sebab itu bisa
berkenaan dengan masa jabatannya yang berakhir maupun karena
regenerasi yang dibutuhkan. Pergantian pemimpin memang harus
terjadi dan bahkan dilakukan demi keberlangsungan kepemimpinan yang
ada untuk meneruskan pencapaian visi misi yang sudah dicanangkan.
Inilah yang terjadi ketika para rasul bergumul untuk mencari dan
menempatkan pengganti bagi kerasulan yang ditinggalkan Yudas karena
kemurtadannya. Karena itu, tema renungan hari ini adalah penggantian
pemimpin, bukan pergantian pemimpin. Pergantian sudah biasa terjadi,
tapi penggantian adalah sesuatu yang luar biasa, sebab itu dilakukan
karena terjadi kasus kejahatan yang menjual Tuhan sehingga ia menerima
balasan yang setimpal.
Penggantian pemimpin dalam tingkatan tertinggi seperti kerasulan
tidak bisa dilakukan sembarangan, sebab ada kriteria dan kualifikasi yang
harus dipenuhi, yaitu kesetiaan penuh dalam mengikut Yesus, dari baptisan
Yohanes sampai kenaikan Yesus ke sorga. Kesetiaan penuh yang tidak
bisa dikurangi oleh tenggat waktu tertentu menjadi ukuran kesungguhan
seseorang untuk diangkat menjadi pemimpin, apalagi dalam hal
kepemimpinan rohani tertinggi.
Ketika didapati dua orang saja, yaitu Yusuf Barsabas dan Matias, yang
layak untuk mendapat posisi kerasulan itu, maka ukuran kesetiaan penuh
waktu menjadi terbatas, sebab sulit bagi manusia, termasuk para rasul,
untuk menentukan siapa yang layak mendapatkan. Mungkin kita menjadi
bingung dengan tindakan membuang undi yang dilakukan oleh para rasul.
Namun harus diperhatikan bahwa tindakan undian dilakukan berdasarkan
permohonan doa yang menyerahkan kepada Tuhan, yang mengenal hati
semua orang. Jadi selain kualifikasi kesetiaan penuh waktu, hati yang
dikenal Tuhan adalah kualifikasi yang lebih utama, yang seharusnya dicari
oleh gereja dalam menentukan kepemimpinan gereja-Nya. Sebagaimana
pernyataan bahwa Tuhan melihat hati daripada melihat rupa (1Sam. 16:7).
STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya kualifkasi seseorang yang menjadi pemimpin
gereja berdasarkan kisah penggantian rasul? Pelajaran apa yang dapat kita ikuti?
Berdoa bagi pemilihan dan penggantian para pemimpin rohani atau gereja
Tuhan, agar mereka yang mengemban tugas mulia ini memiliki hati yang
benar-benar mengasihi Tuhan.
15
MINGGU
JUNI 2014
“Akan terjadi pada hari-hari terakhir
—demikianlah firman Allah— bahwa Aku akan
mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia…”
(Kisah Para Rasul 2:17)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 2:1-21
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 2:1-21
PENTAKOSTA
S
etelah Tuhan Yesus naik ke Sorga, Bapa memberikan Roh Kudus
untuk orang percaya, agar mereka mengerti kebenaran firman Allah,
memiliki kuasa untuk melayani, bersaksi untuk Tuhan Yesus sampai
ke ujung bumi.
Peristiwa Pentakosta merupakan pemberian Roh Kudus pada jemaat
mula-mula yang percaya dan setia menanti janji Tuhan Yesus. Dari kisah
2:1-21, kita dapat mempelajari bahwa: (1) pemberian Roh Kudus adalah
penggenapan dari janji Allah kepada umat-Nya, baik janji dari PL Kitab Nabi
Yoel, maupun PB yang merupakan nubuatan langsung dari Tuhan Yesus.
Untuk itu kita patut bersyukur, karena rencana keselamatan Allah sudah
tergenapi. Allah berkuasa dan berdaulat atas segala sesuatu, termasuk
keselamatan. Hari ini, di antara saudara seiman dan umat-Nya, kita adalah
anak-anak Allah dan umat Tuhan yang telah menerima Roh Kudus.
(2) Peristiwa Pentakosta tersebut disertai dengan fenomena “bunyi
keras seperti tiupan angin, lidah-lidah nyala api” yang hinggap atas para
murid pada waktu itu. Dalam Alkitab, peristiwa seperti ini tercatat satu kali
saja, maka kita tidak boleh meminta tanda yang sama sebagai bukti bahwa
kita telah menerima Roh Kudus. Tanda-tanda tersebut merupakan tanda
dimulainya momentum babak baru dalam sejarah Kekristenan, yaitu para
murid/Rasul mulai bersaksi tentang Yesus Kristus yang bangkit; mereka
menjadi rekan sepelayanan Roh Kudus dan bersama-sama mendirikan
gereja/jemaat Tuhan Yesus.
(3) Peristiwa bahasa Roh dalam pasal ini bukan bahasa yang tidak
dimengerti oleh orang biasa. Justru bahasa Roh adalah bahasa manusia
biasa dari berbagai daerah di Asia, Afrika, dan Eropa. Hal ini menandakan,
dengan pertolongan Roh Kudus, Injil Yesus Kristus akan tersebar ke semua
suku bangsa di dunia. Hari ini kita melihat penggenapan keselamatan atas
segala suku bangsa di dunia. Roh Kudus bekerja mendorong gereja untuk
bermisi ke seluruh dunia. Gereja kita telah melakukan berbagai pelayanan
misi untuk suku bangsa di dunia, sudahkah kita terlibat di dalamnya?
STUDI PRIBADI: Untuk apa Allah memberikan Roh Kudus kepada para rasul pada masa itu?
Apa yang dapat kita pelajari dari Kisah Para Rasul ini?
Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka menyadari panggilan mereka
sebagai umat Tuhan di tengah-tengah dunia ini untuk menjadi pemberita
keselamatan yang dari Tuhan Yesus.
16
SENIN
JUNI 2014
“Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka
dengan orang yang diselamatkan.”
(Kisah Para Rasul 2:47)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 2:22-47
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 2:22-47
KUNCI KEBANGUNAN ROHANI
B
agian firman Tuhan yang kita baca hari ini menceritakan bagaimana
jemaat mula-mula dari kekristenan, terbentuk. Dicatat bahwa asal
muasal jemaat itu adalah orang-orang yang bertobat setelah
mendengar khotbah Petrus. Jemaat mula-mula itu tidak tanggungtanggung jumlahnya, ada 3.000 orang, dan itu hanya jumlah jemaat pria
saja, belum termasuk wanita dan anak-anak. Yang lebih mencengangkan
dalam perikop hari ini, diceritakan oleh Lukas bahwa dari 3.000 jemaat,
tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah orang yang diselamatkan. Ini
artinya kebangunan rohani setiap hari terjadi pada diri jemaat mula-mula.
3.000 jemaat itu bertambah berkali-kali lipat. Sampai akhirnya kita melihat
dalam masa modern ini jumlah orang Kristen bukan lagi 3.000 orang,
melainkan ratusan juta orang Kristen. Jemaat Kristen sekarang tidak hanya
di Yerusalem tetapi telah menyebar ke berbagai belahan dunia. Segala
suku, kaum dan bahasa pun hampir semuanya telah mendengar mengenai
kabar baik mengenai Yesus yang menjadi Juruselamat mereka.
Kita sebagai jemaat masa kini perlu belajar dari jemaat mula-mula,
bagaimana caranya supaya gereja senantiasa mengalami kebangunankebangunan rohani. Dalam perikop ini dicatat tentang kunci utama jemaat
mula-mula terus bertambah jumlahnya. Pada ayat 47 dikatakan bahwa
Tuhan menambahkan jumlah mereka. Ini artinya, dalam kehidupan jemaat
mula-mula kuasa Tuhan sungguh-sungguh diandalkan. Tuhan lah yang
menjadi subjek utama, bukan manusia dalam pertumbuhan jemaat. Karena
itu gereja modern tidak boleh melupakan Tuhan di dalam mengembangkan
gereja. Apabila jemaat telah berjuang mati-matian untuk mengembangkan
gereja, menjangkau jiwa-jiwa yang belum percaya, namun tidak ada
hasilnya, kita perlu bertanya, “Apakah Tuhan sudah dilibatkan di dalam
pelayanan-pelayanan itu?” Janganlah kita melakukan pelayanan dengan
tidak pernah bergantung pada kuasa Tuhan. Sebaliknya, mari kita kembali
meneladani kehidupan jemaat mula-mula, yang mengandalkan Tuhan
dengan sungguh-sungguh.
STUDI PRIBADI: Adakah strategi khusus yang membuat gereja mula-mula mengalami
pertumbuhan jemaat yang signifikan? Jelaskan!
Berdoa bagi gereja-gereja Tuhan di manapun mereka berada, agar mereka
senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupannya dan
mengerjakan pelayanan dengan sungguh-sungguh.
17
SELASA
JUNI 2014
“Tetapi Petrus berkata: Emas dan perak tidak ada padaku,
tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu:
Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!”
(Kisah Para Rasul 3:6)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 3:1-26
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 3:1-26
HATI YANG MAU MEMBERI
P
ada waktu kita melayani, ada sebuah konsep yang harus selalu ada
dalam pikiran kita, yaitu pengorbanan. Itu artinya pelayanan adalah
aktivitas dimana kita akan memberikan sesuatu, dan bukan untuk
mendapat sesuatu. Apa yang kita korbankan dalam pelayanan bisa dalam
banyak bentuk, seperti waktu, uang, tenaga atau pikiran. Melaluinya, kita
harapkan orang-orang yang dilayani akan terberkati dan merasakan kasih
Tuhan melalui pemberian kita.
Konsep inilah yang dilakukan Petrus dalam pelayanannya kepada
jemaat mula-mula. Kita membaca, ada orang lumpuh yang berharap
mendapat sesuatu dari Petrus. Harapannya dapat kita pastikan adalah
mendapatkan uang atau makanan untuk keperluan hidupnya. Namun
sangat disayangkan, Petrus tidak memiliki uang atau makanan yang dapat
dibagikan kepada orang lumpuh tersebut. Hati Petrus berbelas kasihan
kepada orang lumpuh itu. Walaupun tidak ada emas dan perak, tidak ada
makanan minuman, ataupun pakaian, Petrus tetap ingin membantu orang
yang lumpuh tersebut. Apa yang dapat diberikan Petrus? Kesembuhan
dalam nama Yesus Kristus. Kuasa itu yang dimiliki Petrus.
Sebuah kisah yang menarik untuk kita pelajari. Banyak orang Kristen
berpikir bila seseorang ingin melayani maka dia haruslah orang yang kaya,
punya banyak uang; atau karena dia pandai, atau karena dia berbakat, atau
karena yang ini dan itu. Apabila tidak dimiliki semua yang disebutkan di
atas, maka orang tersebut akan berkata, “aku tidak mau pelayanan.”
Sebuah konsep pelayanan yang keliru. Seperti yang kita telah lihat dalam
kisah Petrus. Petrus pun bukan orang yang kaya, dia hanya nelayan biasa.
Dia bukan orang yang pandai, dia tidak pernah sekolah tinggi. Namun yang
ada padanya adalah kuasa dari Tuhan. Mungkin kita tidak punya uang,
tetapi kita punya kepandaian. Mungkin kita tidak punya kepandaian, tetapi
kita punya waktu. Seandainyapun kita tidak punya waktu, mungkin kita
punya hal-hal yang lain, yang dapat dibagikan untuk pelayanan bagi orangorang yang belum percaya.
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat pelayanan Petrus efektif, selain dari memperhatikan
kebutuhan fisik para jemaat? Pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari kisah ini?
Berdoalah bagi para hamba Tuhan, majelis, aktivis agar merekapun memiliki
kerelaan berbagi, bahkan kuasa Tuhan juga berkenan dinyatakan melalui
pelayanan yang mereka lakukan.
18
RABU
JUNI 2014
“Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu
banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah
mereka menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki.”
(Kisah Para Rasul 4:4)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 4:1-4
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 4:1-22
DAMPAK PEMBERITAAN YANG BENAR
K
hotbah Petrus di Serambi Salomo mengundang perhatian khalayak
ramai untuk berkumpul dan mendengarkannya. Waktu itu Petrus
dan Yohanes berdiskusi dengan orang-orang yang mendengarkan
khotbah Petrus. Mereka ialah orang-orang Yahudi yang hendak beribadah
di Bait Allah. Diskusi ini tentu berdampak besar terhadap para pemimpin
agama Yahudi, yang berisi para Imam Kepala dan orang-orang Farisi serta
Saduki; diskusi ini mengancam eksistensi dan kredibilitas mereka sebagai
rohaniawan Yahudi yang tercemar akibat perbuatan tercela mereka yang
menganiaya dan menyalibkan Yesus Kristus.
Karena itu para Imam Kepala, pengawal bait Allah dan orang-orang
Saduki menangkap Petrus dan Yohanes, dan memenjarakan mereka
sampai keesokan harinya untuk diperhadapkan mereka di Mahkamah
Agama Yahudi. Tujuannya adalah agar pemberitaan tentang Yesus Kristus
yang bangkit dari kematian segera dihentikan. Mengapa demikian? Karena
orang-orang Saduki yang tergabung di dalam Mahkamah Agama Yahudi
tidak percaya akan ajaran tentang kebangkitan orang mati.
Dalam bagian selanjutnya kitab ini menjelaskan, justru pemberitaan
tentang Yesus Kristus yang bangkit dari kematian serrta menebus dosa
manusia, kian tersebar di berbagai wilayah Yerusalem bahkan sampai
daerah-daerah di luar Yerusalem. Hal yang paling penting dicatat, bahwa
semakin banyak orang yang menjadi percaya kepada Yesus Kristus (ay. 4).
Jumlah 5.000 orang yang percaya pada waktu itu, merupakan persentasi
tertinggi orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus di Yerusalem.
Tentu ini adalah pekerjaan Tuhan melalui karya Roh Kudus. Hal ini
menunjukkan bahwa dampak dari pemberitaan tentang Yesus Kristus yang
benar adalah bertambahnya jumlah orang yang percaya kepada-Nya.
Melalui bagian ini, kita dapat belajar bahwa pemberitaan yang benar
tentang Yesus Kristus yang bangkit dari kematian dan yang disertai dengan
pekerjaan Roh Kudus akan memberikan dampak yang luar biasa, di mana
banyak orang menjadi percaya kepada-Nya.
STUDI PRIBADI: Mengapa berita kebangkitan Yesus tidak dapat dibendung oleh para imam
dan pemimpin agama orang Yahudi? Apa yang justru terjadi ketika Injil dihambat?
Berdoalah bagi para misionaris yang memberitakan Injil di berbagai tempat
di dunia ini, agar mereka diberikan kuasa dan keberanian oleh Tuhan untuk
berani memberitakan Injil.
19
KAMIS
JUNI 2014
“Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud,
bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh
bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka
perkara yang sia-sia?” (Kisah Para Rasul 4:25)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 4:23-27
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 4:23-37
PENGGENAPAN NUBUAT
S
etelah dilepaskan, Petrus dan Yohanes kembali kepada saudarasaudara yang lain dan menceritakan peristiwa yang mereka alami.
Kisah Para Rasul 4:23-37 merupakan kisah yang menceritakan
bagaimana para murid itu berdoa bersama kepada Allah, di mana doa yang
mereka ungkapkan merupakan kutipan Mazmur 2:1-2. Hal yang harus
dipahami, bahwa di dalam Alkitab bahasa Ibrani, Mazmur 2 tidak ditulis
menggunakan nama Daud. Namun melalui Kisah Para Rasul 4:25-26, kita
menemukan penjelasan bahwa Daud yang menuliskan akan bagian ini.
Mazmur 2:1-2 menjelaskan tentang ancaman dan kegelisahan yang
terjadi di antara bangsa-bangsa yang mencoba merusak akan pekerjaan
dan karya Allah. Para raja bangsa-bangsa itu berkumpul dan bersepakat
untuk melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya. Di dalam mazmur 2 ini, Daud
bermegah akan 2 hal: (1) tentang Mesias dan kerajaan-Nya; (2) adanya
upaya yang sia-sia untuk melawan Mesias dan kerajaan-Nya yang
dilakukan oleh para raja dan para pembesar.
Para Murid, Petrus dan Yohanes melihat hal ini sebagai penggenapan
akan nubuatan tentang diri Yesus Kristus. Para raja, yang diwakili oleh
Herodes Antipas, Pilatus, dan orang-orang Israel, bermufakat untuk
menghancurkan Mesias. Secara kasat mata, Mesias dikalahkan dengan
dianiaya, disalibkan dan mati. Namun para pemimpin bangsa ini tidak
mengantisipasi akan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Inilah yang
menjadi awal kehadiran kerajaan-Nya di muka bumi. Orang-orang yang
percaya menjadi jemaat-Nya yang terus memberitakan tentang Mesias dan
keselamatan-Nya.
Belajar dari hal ini, kita sebagai orang Kristen harus bersyukur karena
memiliki Allah yang setia dengan janji-Nya. Apa yang telah dijanjikan-Nya
pada masa yang lalu (di dalam PL) telah digenapi-Nya dalam diri Yesus
Kristus (di dalam PB). Dan Yesus Kristus yang telah dianiaya, disalibkan
dan mati, bangkit pada hari ketiga mengalahkan maut dan menjamin
keselamatan setiap orang yang percaya kepada-Nya.
STUDI PRIBADI: Bagaimana para murid dapat melihat bahwa penyaliban Yesus adalah
peristiwa penggenapan Mazmur 2? Apa yang kita pelajari dari bacaan hari ini?
Bersyukurlah karena kita telah dipilih oleh Tuhan Yesus, menjadi anak-Nya.
Kristus telah menggenapi nubuatan, menang atas kuasa maut, sehingga kita
semua yang percaya kepada-Nya, beroleh hidup kekal.
20
JUMAT
JUNI 2014
“... Engkau bukan mendustai manusia,
tetapi mendustai Allah...”
(Kisah Para Rasul 5:5b)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 5:1-11
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 5:1-25
KETIDAKJUJURAN ANANIAS DAN SAFIRA
K
isah Para Rasul 5:1-11 mencatat perilaku kehidupan jemaat mulamula. Di dalam pasal 4:32-37 (bnd. Pasal 2:41-47) mencatat tentang
kehidupan orang-orang yang sudah menjadi percaya kepada Yesus
Kristus. Di antaranya, mereka membagi kepunyaan masing-masing pada
yang lain, yang membutuhkan. Mereka juga beribadah bersama dan
memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus. Semua itu dilakukan jemaat
mula-mula atas dasar kerelaan dan kasih, sebagaimana hal itu tercermin di
dalam pola kehidupan mereka.
Nampaknya ada komitmen yang kuat dari orang-orang yang kaya di
antara mereka yang percaya kepada Yesus Kristus untuk menjual harta
miliknya dan membagi-bagikannya di antara sesama mereka, sehingga
tidak ada seorangpun yang hidup berkekurangan di antara mereka. Mereka
menjual segala harta miliknya dan meletakkan semua itu di bawah kaki
rasul-rasul, supaya dipergunakan sesuai dengan kebutuhan (bnd. pasal
4:33-35). Pola kehidupan seperti ini menjadi ciri khas dari kehidupan
jemaat mula-mula yang percaya kepada Yesus Kristus.
Namun ternyata apa yang dilakukan oleh jemaat-jemaat mula-mula
yang kaya, tidak diikuti oleh Ananias dan safira, istrinya. Kedua suami istri
itu sepakat untuk membohongi para rasul. Hal ini kemudian menyebabkan
mereka mati di hadapan Rasul Petrus (bnd. pasal 5:5 dan 10).
Ketidakjujuran dari Ananias dan Safira itu sangat mungkin karena hatinya
telah dikuasai oleh Iblis, sehingga fokusnya adalah “menguasai sebagian
uang” yang menjadi hasil penjualan tanah. Hal ini tepat sebagaimana yang
dituliskan oleh Alkitab, “di mana hartamu berada, di situ jugalah hatimu
berada” (Matius 6:21).
Belajar dari kisah ketidakjujuran mereka, kita orang Kristen masa kini
belajar, bahwa harta benda tidak menjamin kehidupan dan keselamatan
kita. Harta benda memang diperlukan, tetapi itu bukanlah prioritas utama di
dalam seluruh kehidupan kita. Seharusnya, melalui harta benda yang
dianugerahkan Tuhan, dapat kita pakai untuk melayani Tuhan dan sesama.
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Ananias dan Safira menyembunyikan sebagian uang
dari penjualan yang seharusnya mereka berikan kepada Tuhan? Apa hikmatnya bagi kita?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup tulus dan jujur di
hadapan Tuhan, agar kehidupan rohani mereka menjadi semakin dewasa
dan memuliakan
Allah.
21
SABTU
JUNI 2014
“Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya:
Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.”
(Kisah Para Rasul 5:29)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 5:26-42
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 5:26-42
TAAT KEPADA ALLAH ATAU MANUSIA
D
alam Perjanjian Lama, kita mengenal tokoh Sadrakh, Mesakh dan
Abednego sebagai contoh orang yang begitu gigih dalam komitmen
kepada Tuhan. Ketika disuruh menyembah patung raja, mereka
tidak mau melakukannya, sekalipun hukumannya adalah mati dibakar
dalam perapian (Dan. 3). Mengapa mereka tidak mau? Karena mereka
mempunyai prinsip; sekalipun Tuhan yang mereka sembah tidak
menyelamatkan mereka, sekali-kali mereka tidak akan goyah dari iman
mereka kepada Tuhan. Inilah prinsip yang teguh dan berani dari mereka.
Demikian juga dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam kitab Kisah
Para Rasul, kita diperkenalkan dengan para rasul yang juga begitu gigih
dalam komitmen mereka kepada Tuhan. Ketika dilarang keras untuk
mengajar dalam nama Yesus (ay. 27-28), Petrus dan rasul-rasul meresponi
larangan tersebut dengan suatu penyataan yang luar biasa, katanya: “Kita
harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (ay. 29).
Ini merupakan suatu penyataan sikap yang sangat tegas dan
pemberani sekali dari mereka, di mana mereka tidak takut akan ancaman
apa pun. Sekalipun sekelompok elit agama yang berkuasa pada waktu itu
telah melarang mereka dengan keras untuk memberitakan nama Yesus
(ay. 22, 24, 34), namun mereka mau tetap setia untuk memberitakan Yesus.
Mengapa demikian?
Karena mereka tahu dengan jelas bahwa Yesus yang telah disalibkan
oleh orang-orang Yahudi itu adalah sungguh Mesias yang diutus Allah
untuk menyelamatkan mereka (ay. 29-32). Itulah sebabnya mengapa
mereka memiliki pendirian yang keras seperti itu.
Bagaimanakah dengan kita? Apakah kita juga mempunyai prinsip dan
sikap yang tegas, dalam mentaati Tuhan lebih dari pada manusia? Ataukah
kita telah menjadi orang yang tidak memiliki prinsip, sehingga kita lebih
banyak kompromi dengan dunia ini dari pada Tuhan? Sadarilah bahwa Iblis
tidak pernah tinggal diam. Dengan berbagai cara ia terus dan akan terus
berusaha menghadang pemberitaan Injil Yesus Kristus sampai sekarang.
STUDI PRIBADI: Sebagai murid-murid Tuhan, mengapa kita harus mempunyai prinsip dan
sikap yang jelas, tegas dan bahkan keras dalam menaati Tuhan?
Doakanlah agar orang percaya memiliki keberanian untuk dapat tetap setia
memberitakan Kristus di tengah-tengah dunia yang senantiasa menentang
Kristus ini, sehingga nama Kristus dimuliakan dalam hidupnya.
22
MINGGU
JUNI 2014
“Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem
makin bertambah banyak; juga sejumlah besar
imam menyerahkan diri dan percaya.”
(Kisah Para Rasul 6:7)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 6:1-7
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 6
SELESAIKANLAH MASALAH DAN ALAMI KEMAJUAN
K
etika jumlah murid makin bertambah, maka timbullah permasalahan
di tengah-tengah mereka. (1) Adanya sungut-sungut orang-orang
Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani karena
pembagian pada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan seharihari. (2) Adanya ketidakpuasan di kalangan para rasul karena melalaikan
Firman Allah, demi melayani meja (ay. 2). Permasalahan ini tidak dapat
dibiarkan dan harus segera diselesaikan; jika tidak, akan mengakibatkan
perpecahan dalam jemaat dan menghambat kemajuan pemberitaan Injil
Tuhan. Maka kedua belas rasul memanggil semua murid berkumpul untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Mereka berani membuka apa yang
menjadi akar permasalahan tersebut kepada seluruh jemaat pada waktu
itu. Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya mereka pun sebagai rasul,
tidak merasa puas, karena mereka telah melalaikan Firman Allah untuk
melayani meja selama ini. Dengan kata lain mereka telah bersalah karena
selama ini tidak dapat maksimal sebagai rasul dalam melakukan pelayanan
Firman Allah akibat melayani meja (ay. 2).
Untuk itu, mereka mengusulkan agar memilih tujuh orang dari antara
mereka yang terkenal baik dan yang penuh Roh dan hikmat (ay. 3) untuk
menjalankan tugas pembagian kepada janda-janda yang selama ini telah
terabaikan (ay. 1). Maka dengan demikain, rasul-rasul dapat memusatkan
pikiran mereka dalam doa dan pelayanan Firman Allah (ay. 5). Usul itu pun
diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang
yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon,
Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.
Kemudian mereka dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun
berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka (ay. 5-6). Hasilnya, Firman
Allah semakin tersebar dan semakin banyak pula orang yang percaya dan
menjadi murid Tuhan (ay. 7).
Bagaimanakah dengan gereja kita saat ini? Selesaikanlah masalah
dan alamilah kemajuan!
STUDI PRIBADI: Mengapa terjadi sungut-sungut di dalam jemaat mula-mula? Apakah yang
para rasul lakukan? Apakah hal itu efektif untuk mengatasi permasalah tersebut?
Doakan agar seluruh jemaat mengalami pertumbuhan di dalam firman Tuhan
dan menghasilkan buah yang berlipat-lipat secara rohani sehingga semakin
berakar dalam Kristus.
23
SENIN
JUNI 2014
“Kata Imam Besar: Benarkah demikian?
Jawab Stefanus: Hai saudara-saudara dan bapa-bapa,
dengarkanlah!...” (Kisah Para Rasul 7:1-2)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 7:1-22
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 7:1-22
PEMBELAAN STEFANUS
S
esungguhnya pertanyaan Imam Besar tersebut merupakan
kesempatan bagi Stefanus untuk membela diri terhadap tuduhantuduhan yang dilemparkan dirinya. Di mana mereka telah menuduh
Stefanus berdasarkan perkataan-perkatan yang telah diucapkan olehnya.
Namun sesungguhnya, mereka telah memberikan penafsirannya sendiri,
agar mereka mempunyai alasan untuk menuduhnya. Kesempatan tersebut
tidak disia-siakan oleh Stefanus. Jawab Stefanus: “Hai saudara-saudara
dan bapa-bapa, dengarkanlah!...” (ay. 2).
Bacaan Alkitab pagi ini, menunjukkan kepada kita bagaimana sikap
dan isi pembelaan Stefanus terhadap mereka (Kis. 7). Dari pembelaan
tersebut terbukti bahwa, tuduhan mereka timbul akibat pandangan mereka
yang salah mengenai maksud Allah terhadap bangsa Israel sampai
kedatangan Mesias. Stefanus menyatakan bahwa di dalam seluruh sejarah
bangsa Israel, para pemimpin senantiasa berbuat dosa terhadap para nabi,
yang telah diutus Allah kepada bangsa Israel, untuk mempersiapkan
mereka menyambut kedatangan Mesias.
Dari pembelaan Stefanus tersebut, kita melihat bagaimana Stefanus
melukiskan kedegilan hati mereka, yang seringkali salah dalam mengerti
maksud Allah terhadap mereka, serta bagaimana kasih dan panjang
sabarnya Tuhan terhadap mereka. Tapi mendengar pembelaaan Stefanus
tersebut, hati mereka terasa tertusuk dan mereka langsung meledak marah
kepada Stefanus. Lalu mereka merajam Stefanus hingga mati (ay. 54-60).
Sesungguhnya hingga saat kini pun, banyak orang yang masih salah
mengerti maksud kasih Tuhan atas mereka. Bahkan banyak juga di antara
mereka yang seringkali menentang, menolak, membenci, dan bahkan
menganiaya hamba-hamba Tuhan yang di utus-Nya. Namun demikian,
sebagai anak Tuhan dan hamba-Nya, kita harus tetap setia memberitakan
keselamatan di dalam Tuhan Yesus, kepada mereka, walaupun untuk itu,
ada harga yang harus dibayar. Stefanus telah melakukannya.
Bagaimanakah dengan kita?
STUDI PRIBADI: Mengapa bangsa Israel pada waktu itu dan juga orang-orang zaman ini
masih salah mengerti dalam memahami maksud kasih Kristus atas mereka?
Berdoalah agar anak-anak Tuhan diberikan keberanian untuk memberitakan
kasih Tuhan kepada mereka yang belum menerimanya, walaupun ada harga
yang harus dibayar untuk itu.
24
SELASA
JUNI 2014
“...Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku
korban sembelihan dan persembahan selama empat puluh tahun
di padang gurun itu, hai kaum Israel? Tidak pernah...”
(Kisah Para Rasul 7:42b-43a)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 7:23-53
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 7:23-53
AIR SUSU DIBALAS AIR TUBA
D
alam pembelaan Stefanus di hadapan imam besar, Stefanus
mengingatkan mereka kembali akan sikap orang Israel terhadap
Musa yang diutus Tuhan untuk membebaskan mereka dari
perbudakan di Mesir. Bagaimana mereka terus menyakiti hati Tuhan
dengan menolak utusan yang Allah telah berikan untuk memimpin mereka.
Bahkan dalam ayat 42 tersirat kepedihan hati Tuhan tentang bagaimana
kebaikan dan kasih sayang Tuhan kepada mereka, yang telah
membebaskan mereka dari perbudakan kejam di Mesir, ternyata bukan
saja tidak dibalas dengan persembahan syukur, tetapi mereka malah
berpaling kepada ilah-ilah lain. Sampai akhirnya Tuhan harus
menyerahkan mereka dalam pembuangan di Babel.
Dari bagian ini kita bisa melihat bagaimana bebalnya hati orang Israel.
Kebaikan dan kemurahan Allah atas diri mereka bukan saja tidak mereka
hargai, bahkan mereka terus menyakiti hati Tuhan dengan meninggalkan
Tuhan dan menyembah kepada dewa lain, bak pepatah mengatakan “air
susu dibalas dengan air tuba.” Lalu bagaimana dengan kita? Bukankah kita
juga sering bersikap seperti orang Israel? Kita merasa tidak mungkin
membalas kebaikan seseorang dengan kejahatan. Akan tetapi, sadarkah
kita bahwa sebagai orang percaya yang telah begitu banyak mendapatkan
pertolongan Tuhan, anugerah Tuhan, kasih sayang Tuhan, bahkan berkat
Tuhan, kita masih sering menyakiti hati-Nya dengan berbuat dosa?
Ketika kenyataan hidup tidak sesuai dengan pengharapan, bukankah
kita seringkali kecewa kepada Tuhan dan meragukan kasih-Nya? Bahkan,
kemudian kita mencari pertolongan kepada hal-hal lain, sekalipun kita tahu,
itu akan menyakiti hati-Nya. Bukankah ini juga dapat disebut sebagai sikap
tidak tahu berterima kasih? Marilah kita mengevaluasi sikap kita terhadap
Allah. Ketika kita bisa menyadari betapa besarnya kasih Allah kepada kita,
maka kita pasti tidak akan tergoda untuk menyakiti hati-Nya, atau bahkan
meremehkan Tuhan dalam hidup. Sebagai anak-anak Tuhan, selayaknya
kita menjauhi dosa, serta melayani Tuhan dan sesama penuh kasih.
STUDI PRIBADI: Mengapa Stefanus menceritakan kisah Musa ini dalam pembelaannya di
hadapan imam besar? Apa yang dapat kita pelajari dari sejarah bangsa Israel ini?
Doakanlah agar kita diberikan hati yang tahu berterima kasih, dan yang mau
membalas cinta kasih Tuhan dengan hidup menyenangkan hatiNya. Kitapun
mampu hidup menunjukkan kasih itu kepada sekeliling kita.
25
RABU
JUNI 2014
”Maka berteriak-teriaklah mereka
dan sambil menutup telinga serentak menyerbu Dia.”
(Kisah Para Rasul 7:57)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 7:54-60
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 7:54-60
TELINGA YANG TERTUTUP
P
embelaan yang disampaikan oleh Stefanus di hadapan Mahkamah
Agama, sungguh menusuk hati para anggota Mahkamah Agama
Yahudi tersebut, sehingga mereka pun menyambutnya dengan
gertakan gigi (ay. 54). Apalagi setelah Stefanus mengatakan bahwa ia
melihat langit terbuka dan Anak Manusia duduk di sebelah kanan Allah (ay.
56), maka semakin marahlah para anggota Mahkamah Agama tersebut.
Mereka berteriak-teriak sambil menutup telinga dan sambil menyerbu
Stefanus (ay. 57).
Kebenaran yang disampaikan oleh Stefanus seharusnya membawa
mereka kepada penyesalan dan permohonan belas kasihan, namun yang
terjadi justru sebaliknya. Mereka menolak untuk mendengarkan kebenaran
tersebut. Dari peristiwa ini kita melihat, sekali lagi orang Israel menolak
kebenaran yang Tuhan sampaikan kepada mereka. Mereka hanya mau
mendengar, apa yang mereka mau dengar. Sekalipun sebenarnya mereka
tahu bahwa apa yang disampaikan oleh Stefanus itu benar, terbukti dari
sikap mereka yang tidak membantah sedikitpun, namun hal tersebut malah
semakin membuat mereka marah. Ketika kebenaran menelanjangi segala
kebobrokan diri mereka, bukannya bertobat, mereka justru marah dan
membunuh Stefanus.
Dari kejadian ini kita belajar, banyak orang sebenarnya tahu apa yang
benar, tetapi seringkali mereka tidak mau mendengarkan kebenaran.
Mereka hanya mau mendengar apa yang baik dan enak didengar menurut
mereka. Bukankah kita seringkali menemukan bahwa ketika Tuhan
memakai orang lain untuk menunjukkan kesalahan kita, bukannya kita
berterima kasih dan segera bertobat, tetapi kita justru menjadi marah besar
sama seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel. Mari kita belajar untuk
membuka telinga kita bagi teguran yang membangun hidup kita. Jangan
kita merasa diri sudah pintar, sudah banyak belajar firman Tuhan sehingga
tidak mau lagi menerima masukan dari orang lain, karena sangat mungkin
Tuhan memakai mereka untuk membawa kita ke jalan yang benar.
STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Stefanus dalam menghadapi para anggota Mahkamah
Agama yang marah kepadanya? Mengapa banyak orang sulit menerima teguran?
Doakanlah agar kita diberikan kerendahan hati untuk mau membuka telinga
terhadap kebenaran, sekalipun mungkin itu disampaikan oleh orang yang
lebih yunior atau muda daripada kita.
26
KAMIS
JUNI 2014
“Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu
sambil memberitakan Injil. Dan Filipus pergi ke suatu kota di
Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.”
(Kisah Para Rasul 8:4-5)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 8:1-6
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 8:1-25
DIANIAYA BARU TAAT
K
ita mungkin pernah melihat anak-anak yang tidak mau taat kepada
perintah orangtuanya; sehingga supaya anak ini taat, maka orang
tua mendisiplin mereka (misal, dipukul dengan rotan); sekalipun
tanpa dipukuli dengan rotan pun, mereka bisa taat. Akan tetapi umumnya,
setelah mereka dipukuli dengan rotan, baru mau taat.
Demikian juga yang terjadi dengan orang Kristen mula-mula di
Yerusalem. Tuhan sudah memberikan perintah kepada mereka untuk
memberitakan Injil, mulai dari Yerusalem dan Yudea dan Samaria dan
sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8), akan tetapi mereka tidak mau taat. Tuhan
tidak sebatas memberikan perintah untuk dilakukan; Tuhan juga
mengaruniakan Roh Kudus kepada mereka untuk memberitakan Injil.
Karena itu, Tuhan menginzinkan suatu penganiayaan yang hebat terjadi
kepada jemaat ini (ay. 1b). Tuhan mengizinkan seorang bernama Saulus
untuk menganiaya Jemaat-Nya. Dalam ayat 3 ada tertulis: “Tetapi Saulus
berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah
dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka
untuk dimasukkan ke dalam penjara.” Ada jemaat yang tertangkap, ada
juga jemaat yang berhasil melarikan diri. Mereka yang melarikan diri inilah
yang tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria dan memberitakan
Injil. Dari peristiwa ini kita melihat bahwa, ketika jemaat ini dianiaya, baru
mereka taat memberitakan Injil.
Perintah untuk memberitakan Injil bukan hanya ditujukan kepada
jemaat mula-mula, tetapi juga untuk kita. Memberitakan Injil adalah tugas
semua orang percaya. Karena itu, tidak ada pilihan bagi kita untuk menolak
perintah ini. Masih ada banyak orang yang belum mendengar Injil Tuhan
Yesus. Bagaimana mereka dapat mendengarnya? Kitalah yang harus pergi
dan memberitakan Injil Tuhan kepada mereka. Pertanyaannya, “Apakah
kita pernah menceritakan tentang kasih Tuhan Yesus kepada mereka?”
Apabila sudah, teruskan. Apabila belum, mulailah taat memberitakan Injil
sebelum Tuhan “mendisiplin” kita.
STUDI PRIBADI: Apa yang Tuhan lakukan ketika jemaat mula-mula tidak segera
mengerjakan tugas mereka dalam memberitakan Injil? Pelajaran apa yang kita peroleh?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen di manapun mereka berada agar
kehidupan mereka dapat menjadi kesaksian dan memiliki keberanian untuk
memberitakan Injil.
27
JUMAT
JUNI 2014
“Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu
Sedang membaca kitab nabi Yesaya.
Kata Filipus: ‘Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?’”
(Kisah Para Rasul 8:30)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 8:26-40
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 8:26-40
MENGERTI MAKSUD TUHAN
S
uatu malam, saya keluar dari tempat tinggal saya untuk membeli
makan malam. Saya pun bertanya dalam hati, “makan apa ya malam
ini?” Sambil terus berjalan dan akhirnya berhenti di sebuah warung
nasi goreng dan hendak membeli nasi goreng. Di situ ada sepasang suamiistri yang menjual nasi goreng. Mereka bukan orang Kristen. Saya mulai
mengerti maksud Tuhan. Bukan secara kebetulan saya bertemu dengan
mereka. Ada maksud Tuhan di balik semua itu. Tuhan tidak menghendaki
jika saya, setelah membeli nasi goreng, kemudian pulang. Tuhan
menghendaki saya melakukan lebih dari itu. Apakah itu? Memberitakan
Injil. Akan tetapi, bagaimana saya harus memulainya? Saya tetap percaya
bahwa Tuhan turut bekerja. Saya sudah memulainya dengan perkenalan
yang baik. Saya sudah memberikan kesan yang baik kepada mereka
dengan sikap saya. Kemudian, keluarlah satu pertanyaan yang sangat
mengagetkan saya waktu itu. “Pengampunan dosa melalui Yesus itu
artinya apa?” Maka bertolak dari pertanyaan bapak itu, saya mulai
memberitakan Injil kepada dia dan istrinya.
Segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita, bukanlah suatu
kebetulan! Semuanya ada maksud dan rencana Tuhan Yesus. Dari firman
Tuhan ini pun kita melihat bahwa perjumpaan antara Filipus dengan sidasida dari Etiopia, bukanlah suatu kebetulan. Ada maksud dan rencana
Tuhan dari perjumpaan itu. Ternyata, apabila kita perhatikan baik-baik,
maksud Tuhan adalah, agar sida-sida Etiopia itu dapat mendengar Injil
Yesus dan percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Filipus memahami
maksud Tuhan itu. Ia pun memberitakan Injil kepada sida-sida itu dan sidasida itu pun percaya dan memberi diri untuk dibaptis. Dalam tradisi Etiopia
menyatakan bahwa dia sebagai penginjil yang pertama di negerinya.
Bagaimana dengan Anda?
Marilah kita menyelami maksud Tuhan, seperti yang telah dilakukan
Filipus, sehingga di mana dan kapan pun kesempatan Tuhan yang berikan,
kita mau memberitakan Injil.
STUDI PRIBADI: Kesempatan seperti apa yang Tuhan berikan kepada Filipus? Bagaimana
pula Filipus meresponinya? Pelajaran apa yang kita dapatkan dari kisah ini?
Berdoalah bagi para misionaris yang memberitakan Injil di manapun mereka
berada, baik di dalam maupun luar negeri, agar mereka memiliki kepekaan
terhadap pimpinan Tuhan.
28
SABTU
JUNI 2014
“Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat,
dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.”
(Kisah Para Rasul 9:20)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 9:1-9, 19b-20
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 9:1-21
PERUBAHAN AJAIB TERJADI PADAKU
S
ebuah syair lagu (sebagian bait pertama) yang dikarang oleh Rufus
H.McDaniel, di tahun 1914, yaitu: What a wonderfull change in my life
has been wrought since Jesus came into my heart! (perubahan ajaib
terjadi padaku, sejak Yesus di hatiku). Syair ini sangat jelas memberitahu
arti atau maknanya, bahwa perubahan ajaib itu terjadi karena Tuhan Yesus.
Tanpa Tuhan, seseorang tidak akan mengalami perubahan ajaib dalam
hidupnya. Demikianlah juga yang terjadi dalam kehidupan Saulus.
Ketika Kristus menyatakan diri kepadanya dan tinggal di dalam hatinya
(Saulus), ada perubahan besar terjadi dalam hidupnya. Dia yang tadinya
seorang penganiaya dan pembunuh jemaat, akhirnya menjadi seorang
murid Tuhan yang mengasihi jemaat-Nya. Dia yang tadinya seorang yang
menyangkal ke-Ilahi-an Yesus, akhrinya mengakui bahwa Yesus adalah
Anak Allah (Kis. 9:20). Dia yang tadinya seorang yang sangat anti nama
Yesus, akhirnya memberitakan nama Tuhan Yesus kepada banyak orang.
Saulus mengira apa yang ia lakukan itu adalah baik dan benar. Akan
tetapi, sesungguhnya tidak demikian! Bagi Saulus adalah baik, tetapi bagi
Tuhan Yesus, ia tidak benar. Ketika Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya
kepada Saulus, barulah dia mengerti bahwa apa yang ia lakukan itu salah.
Saulus telah mengalami kasih karunia Tuhan Yesus. Salah satu tanda, atau
bukti dari pertobatan Saulus adalah kerelaan diri untuk memberitakan Injil.
Kerelaan diri untuk taat kepada Amanat Agung Tuhan Yesus.
Sejak Tuhan Yesus ada di dalam hati kita, dan sejak Ia menyatakan
diri-Nya kepada kita, pastilah kita mengalami perubahan. Pertanyaannya,
“Siapakah kita sebelum percaya kepada Tuhan Yesus? Dan siapakah kita
setelah percaya kepada-Nya?” Namun, apakah kita juga memiliki beban
yang mendalam untuk memberitakan Injil kepada orang lain yang belum
percaya? Salah satu ciri orang yang sudah mengalami Kristus di dalam
hidupnya adalah, ia rindu agar orang lain pun dapat mengenal dan percaya
kepada Tuhan Yesus. Jika demikian, apakah Anda sudah memberitakan
Injil kepada orang lain?
STUDI PRIBADI: Perubahan apa yang terjadi dalam kehidupan Paulus? Mengapa hal itu
bisa terjadi?Bagaimana dengan pengalaman hidup Anda yang diubahkan Tuhan?
Berdoalah bagi para pemuda/i Kristen agar mereka memiliki keberanian dan
semangat dalam memberitakan Injil kepada mereka yang belum mengenal
Tuhan Yesus, di manapun mereka berada.
29
MINGGU
JUNI 2014
“Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya…”
(Kisah Para Rasul 9:22)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 9:19b-31
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 9:19b-43
TELADAN HIDUP SAULUS MENJADI PAULUS
K
ehadiran seseorang dalam sebuah komunitas akan berpengaruh
bagi anggota komunitas yang lainnya; baik itu melalui perkataan,
ide, atau pemikiran dan karakter yang dirasakan dan dilihat oleh
anggota komunitas yang lain. Catatan sejarah kekristenan telah mencatat
bahwa ada seorang bernama Saulus yang kehadirannya sangat ditakuti
banyak orang Kristen, bahkan Saulus hadir dan menyaksikan bagaimana
Stefanus dirajam batu sampai mati karena imannya kepada Yesus Kristus.
Namun di sisi lain, sejarah gereja juga mencatat bahwa Saulus yang kejam
telah mengalami pertobatan karena perjumpaannya secara pribadi dengan
Kristus (Kis. 9:1-19a), meskipun memang pada awalnya Saulus hendak
menangkap dan memenjarakan orang-orang Kristen pada waktu itu.
Kisah perjumpaan diri Saulus dengan Yesus Kristus di Damsyik, itulah
yang menjadi titik balik kehidupan Saulus. Saulus yang berarti berkuasa/
besar, tetapi karena Kristus, menjadi Paulus yang berarti kecil/tidak ada
artinya. Saulus menyadari bahwa dirinya adalah kecil dan hina di hadapan
Allah. Perjumpaannya dengan Yesus telah membukakan matanya, betapa
besarnya Allah dan betapa kecil dirinya di hadapan Allah; betapa berartinya
Allah dan betapa tidak berarti dirinya. Peristiwa ini mengubah cara Saulus
memandang siapa dirinya, dan apa yang menjadi tujuan hidupnya.
Oleh sebab itu, pada bagian yang kita baca hari ini memperlihatkan
bagaimana Paulus dengan berkobar-kobar memberikan pengaruh yang
semakin besar terhadap pemberitaan Injil, serta komitmennya yang begitu
berkobar-kobar demi Kristus. Pengaruh yang dilakukan dari seorang
Saulus telah membuat banyak orang Yahudi menjadi tercengang. Paling
tidak ada dua pengaruh besar yang dikerjakan Paulus: (1) memberitakan
Injil, dan (2) membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias, Sang Juruselamat
yang dinanti-nantikan umat manusia yang berdosa. Bagaimana dengan
kita? Apakah kita telah memberikan dampak (pengaruh) melalui semangat
kita mengabarkan Injil dan menyaksikan Kristus sebagai Juruselamat
manusia yang berdosa?
STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan Saulus setelah ia bertobat dan berganti nama menjadi
Paulus? Pelajaran apa yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita?
Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka rela memberitakan Injil bagi
mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus, baik melalui kasih, kehidupan,
maupun penyampaian Injil.
30
SENIN
JUNI 2014
“Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan
kepada seluruh bangsa dan saksi, bahwa Dialah
yang ditentukan Allah menjadi Hakim…”
(Kisah Para Rasul 10:42)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 10:1-23
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 10:1-23
ALLAH MENYELAMATKAN KORNELIUS
P
ada umumnya, manusia mengambil sebuah usaha sendiri untuk
mendapatkan hidup kekal. Usaha yang biasanya dikerjakan adalah
mereka berusaha meninggalkan keramaian masyarakat sekitar dan
pergi menyendiri, berusaha berbuat saleh/baik untuk menutupi kesalahan
dan dosanya.
Bagian yang kita baca juga secara tidak langsung, telah menunjukkan
bahwa Kornelius adalah seseorang yang berusaha untuk mendapatkan
perkenanan dari Allah. Kornelius sangat setia dalam memberikan sedekah
dan berdoa kepada Tuhan, bahkan ia sangat dikenal dengan kesalehannya
di antara para prajurit dan masyarakat sekitarnya. Namun semua usaha
yang telah dikerjakan tidak menjamin Kornelius mendapatkan keselamatan
(hidup yang kekal) setelah dirinya meninggalkan dunia ini. Karena itu,
malaikat Tuhan telah menampakkan diri dan memanggil Kornelius, sesuai
namanya. Ini berarti Allah yang berinisiatif dan mengenal Kornelius yang
berdosa, untuk menganugerahkannya keselamatan, melalui Rasul Petrus
yang mengabarkan Injil kepada Kornelius. Catatan ini menunjukkan bahwa
Kornelius adalah orang pertama yang bukan Yahudi, yang mendapatkan
keselamatan di dalam Kristus.
Di satu sisi, bagian Kisah 10 juga menunjukkan bahwa Injil Kristus
yang menyelamatkan umat manusia yang berdosa, pada waktu itu telah
diberitakan kepada bangsa di luar Yahudi. Bagi orang Yahudi, bangsa di
luar orang Yahudi disebut kafir. Tetapi Firman Tuhan mengatakan kepada
Rasul Petrus bahwa “Apa yang dikatakan halal bagi Allah maka hal itu
adalah halal.” Kita melihat bahwa Allah berinisiatif untuk menyelamatkan
Kornelius yang berdosa melalui iman (percaya) kepada Kristus. Oleh
sebab itu, Allah mengutus Rasul Petrus untuk datang ke rumah Kornelius.
Bagi Rasul Petrus sebagai orang Yahudi, hal tersebut tentu tidaklah
mudah tetapi Rasul Petrus mau melakukannya, karena perintah Allah yang
dia dapatkan melalui sebuah penglihatan di rumah Simon, pedagang kulit
di Yope. Bagaimana dengan Anda?
STUDI PRIBADI: Mengapa Kornelius yang hidupnya saleh masih tetap membutuhkan berita
Injil Yesus Kristus untuk memperoleh hidup yang kekal?
Berdoalah bagi para misionaris yang melayani di daerah pedalaman dan
juga seluruh pelosok tanah air Indonesia, agar mereka tidak putus asa dan
dapat terus memberitakan Injil dengan kuasa dari Allah.
Catatan...
“Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
(Yohanes 14:6)
© Ari Sweeney
Download