BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1) Profil Perusahaan PT. Djarum PT. Djarum adalah sebuah perusahaan rokok di Indonesia yang berpusat di Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Saat ini Djarum dipimpin oleh Budi Hartono dan Bambang Hartono yang merupakan putra dari Oei Oei Wie Gwan. Lokasi kerja Djarum tersebar di 76 Lokasi,dengan pembagian 70 lokasi di Kudus, 3 lokasi di Pati, 1 lokasi di Rembang, dan 2 lokasi di Jepara. Kehadiran Djarum di Kudus memberikan kesempatan pada masyarakat utamanya dalam penyediaan lapangan kerja. Karyawan yang dimiliki PT. Djarum berjumlah 74.920 (Januari 2007) karyawan dan hampir 90% para karyawan adalah masyarakat Kudus. Berikut merupakan rangkuman awal perjalanan eksistensi PT. Djarum di Indonesia TABEL 1.1 MILESTONE PT.DJARUM Tahun 21April 1951 1963 Perkembangan Didirikan oleh Oei Keterangan Wie Perubahan nama dari Gwan dengan membeli usaha Djarum Gramophon kecil dalam bidang kretek menjadi Djarum Kebakaran, Oei Wie Gwan tidak lama kemudian 1972 Djarum mulai mengeskpor Setelah produk rokoknya modernisasi peralatan parik 1 melakukan 1975 memasarkan Djarum Filter 1981 Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1988 Menguasai sebagian besar saham BCA Sumber: Http://Wikipedia.org dan Http://Djarum.co.id Selama eksistensinya PT.Djarum telah mengeluarkan berbagai jenis rokok dengan berbagai merek, berikut merupakan merek-merek rokok yang telah dikeluarkan oleh PT. Djarum yang di pasarkan baik di dalam maupun di luar negri. Daftar produk-produk PT. Djarum adalah sebagai berikut: Djarum Coklat Djarum Black Djarum Splash Djarum Istimewa Djarum Black Slimz Djarum Original Djarum 76 Black Cappucino Djarum Cherry Djarum Super Djarum Black Tea Djarum Menthol L.A Lights The President (dicabut dari peredaran) Djarum Special L.A Menthol Inspiro (dicabut dari peredaran) Djarum Filter (dicabut dari peredaran) Djarum Vanilla Djarum Classic (dicabut dari peredaran) Djarum Merdeka (dicabut dari peredaran) Djarum Super Mezzo Filtra (dicabut dari peredaran) Sumber: Http://Wikipedia.org 2 LOGO GAMBAR 1.1 LOGO PT. DJARUM 2) Djarum 76 Djarum 76 di produksi PT. Djarum sejak tahun 1976 yang di buat secara hand made dengan menggunakan tembakau yang berasal dari Temanggung salah satu daerah di daerah dataran tingi Jawa. Konsumen setia Djarum 76 berada di Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sumatra. LOGO GAMBAR 1.2 LOGO DJARUM 76 1.2 Latar Belakang Penelitian “Komunikasi meliputi berbagai dimensi, salah satu diantaranya adalah komunikasi massa. Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui surat kabar, film, radio, dan televisi sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat” (Rakhmat, 2002:189) Televisi merupakan salah satu media massa yang dapat menampilkan warna, suara, gerakan, dan musik dalam satu waktu melalui perangkat teknologi atau dapat disebut sebagai media audio visual yang dapat menunjang komunikasi massa. 3 “Televisi yang dalam menyiarkan pesannya itu bersifat audio visual dapat dilihat dan didengar dan juga mendatangi langsung rumah-rumah penduduk benar-benar telah menyaingi film bioskop, radio, dan surat kabar. Dengan segala kemudahannya penduduk dengan tidak perlu pergi dari rumah, dapat menikmati hiburan beraneka ragam, informasi yang serba cepat dan memuaskan pendidikan yang jelas dan berjenis-jenis” (Effendy,2004:44). “Masyarakat periklanan Indonesia mengartikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media yang ditujukan keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyampaian iklan” (Widyatama,2007:16). Selain itu, “Iklan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media massa yang bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum” (Lee dan Johnson, 2004). Iklan adalah sebuah komunikasi persuasif yang mampu mengubah perilaku khalayak. Sebuah iklan diciptakan untuk dapat menggiring pola pikir dan atau tindakan-tindakan yang diharapkan oleh pembuat iklan. Daya pikat iklan dibangun untuk mengingatkan khalayak pada pencitraan tertentu. Dunia periklanan Indonesia berkembang begitu pesat. Belanja iklan yang dilakukan oleh dunia bisnis juga cenderung bertambah dari waktu ke waktu. Meningkatnya belanja iklan tersebut membuktikan bahwa kalangan industri masih memberikan kepercayaan kepada para pengiklan untuk mempromosikan produk-produknya. Tidak memanfaatkan hanya media advertiser untuk sandang, pangan, mengkomunikasikan 4 dan papan produknya yang kepada masyarakat, tetapi juga perusahaan-perusahaan rokok yang turut mengenalkan produk-produknya melalui media. TABEL 1.4 DATA BELANJA IKLAN ROKOK Tahun Jumlah Keterangan 2007 Rp. 748.000.000.000,00 Semester II 2008 Rp. 699.000.000.000,00 Semester II 2009 Rp. 349.000.000.000,00 Kuartal I 2010 Rp. 377.000.000.000,00 Kuartal I *sumber : Nielsen Advertising Services, 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat data belanja iklan produk rokok menunjukan angka yang besar, padahal iklan rokok sendiri merupakan iklan yang di atur secara langsung oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 38/2000, pasal 17 ayat 2 telah membatasi jam tayang iklan rokok di media televisi: pukul 21.30-05.00 waktu setempat. Disamping itu, dalam iklan untuk media eletronik atau cetak, wujud rokok tidak boleh terlihat jelas (PP No. 38/2000 revisi PP No. 81/1999 memuat pasal 10 tentang rokok). Pada Pasal 46 ayat 3c UU menyebutkan: “Siaran iklan niaga dilarang melakukan promosi rokok yang memperagakan wujud rokok” Oleh karena itu para produsen rokok dan biro iklan harus dapat mengemas iklan rokok secara kreatif untuk dapat mencari celah dari peraturan-peraturan yang telah di tetapkan pemerintah agar tetap dapat beriklan tanpa mengundang kecaman dari berbagai pihak. Perusahaan rokok memiliki strategi tersendiri untuk menarik minat konsumen dengan menggunakan media iklan, iklan rokok berkreasi dengan 5 pendekatan citra yang mencerminkan produknya, khalayak sasarannya, atau perusahaannya. Pesan iklan rokok membawa nilai dan makna budaya tertentu yang menjadi citra khas produk rokok dan ingin disampaikan pada target marketnya. Seperti iklan rokok Djarum Super menampilkan maskulinitas dan petualang sejati, kebudayaan dan alam Indonesia sebagai tampilan iklan rokok Djarum Coklat, kenikmatan tembakau asli bersama Dji Sam Soe, dan Gudang Garam Merah dengan slogan “Selera Pemberani”. Sebagian besar iklan rokok di televisi pada umumnya menonjolkan sisi maskulinitas dari seorang pria dengan menampilkan berbagai jenis aktivitas olahraga ekstrim, dan hal-hal yang memperlihatkan otot, kejantanan, dan keberanian. Namun, berbeda dengan iklan rokok pada umumnya, iklan Djarum 76 memasukan unsur humor untuk menarik konsumen. Cline dan Kellaris yang menggunakan istilah NFH (Need For Humor) sebagai kebutuhan dari khalayak yang bersifat dasar. Dalam kesimpulannya Cline dan Kellaris juga mengatakan, “Penggunaan yang luas dari humor dalam periklanan menegaskan kepercayaan yang kuat bahwa humor dapat meningkatkan efektivitas iklan”. (Cline dan Kellaris, Journal of Advertising, 2007) Dilihat dari jenisnya, humor dapat dikelompokkan menjadi tujuh jenis: 1. Fun /kata-kata jenaka 2. An Understatement /pengungkapan sebenarnya atau plesetan 3. A joke /gurauan 4. Ludicrou s/adegan menggelikan 5. Satire /sindiran 6. Irony /bertentangan dengan realitas 7. Humorous intent /melawak 6 kalimat yang bukan Dilihat dari jenis humor tersebut, unsur humor dalam iklan rokok Djarum 76 versi “Sogokan” termasuk ke dalam jenis humor Satire /sindiran yang mengarah pada kritik sosial. Visualisasi dari iklan rokok Djarum 76 di awali dengan menampilkan scene dimana di dalamnya terdapat dua orang pria yang duduk saling berhadapan dengan salah satu pria duduk membelakangi khalayak. Kemudian adegan kedua terlihat seorang pria menggunakan kemeja abu-abu duduk dengan penuh harapan di depan seorang petugas kantor kedinasan yang duduk dalam posisi membelakangi audiens sambil menghempaskan map coklat milik pria berkemeja abu-abu dan meminta uang pelicin (sogokan) “hhmmm” kata petugas tersebut, lalu dengan perasaan kesal lelaki itu meninggalkan kantor sambil membawa map coklat dan kantung plastik berwarna merah muda sambil menggerutu “Cuk, dasar rampok!”. Dalam scene tersebut, petugas kedinasan menonjolkan atribut mirip dengan tersangka kasus mafia perpajakan Gayus Tambunan. Pada scene dimana pria berpakaian abu-abu meninggalkan ruangan kantor, audiens dapat melihat situasi ruangan hampir secara menyeluruh, selain pria berseragam mirip Gayus Tambunan, di dalam kantor tersebut juga terdapat terdapat dua orang staff lain, terdiri dari seorang perempuan yang tengah bermalas-malasan dan seorang pria yang tengah terkantuk-kantuk di mejanya. Di perjalanan, tanpa sengaja lelaki itu tersandung oleh sebuah teko yang ternyata berisikan Jin dengan pakaian adat Jawa Tengah lengkap dengan blangkon, Jin itu pun keluar sambil berkata “Ku beri satu permintaan, monggo (silakan)...” dengan perasaan kesal yang meluap-lupa lelaki itupun menjawab “Saya mau korupsi, pungli, sogokan ilang dari muka bumi, iso Jin?(bisa Jin?)” Jin pun mengelus dada sambil berkata “Bisa diatur...” Namun tiba-tiba Jin mencondongkan tubuhnya ke arah pria itu sambil berkata “Wani 7 Piro...?(Berani Berapa)” sambil tertawa dengan gestur meminta uang sogokan pada pria itu (huakakak… Yang Penting Heppii) GAMBAR 1.3 POTONGAN SCENE IKLAN DJARUM 76 VERSI SOGOKAN scene 1 scene 2 scene 3 scene 4 scene 5 scene 6 scene 7 scene 8 scene 9 scene 10 scene 11 scene 12 scene 13 scene 14 scene 15 scene 16 Sumber: Http://Youtube.Com “Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Pesan yang disampaikan oleh sebuah iklan dapat berbentuk perpaduan antara pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal adalah pesan yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Sedangkan pesan non verbal adalah bentuk visual dan warna yang disajikan dalam iklan. Sepanjang bentuk non verbal tersebut 8 mengandung arti, maka ia dapat disebut sebagai sebuah pesan komunikasi” (Widyatama, 2005:16). “Pesan tersebut dikemas dengan menggunakan kode-kode sedemikian rupa dengan mengatakan bahwa „kode‟ adalah seperangkat symbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur sehingga memiliki arti” (Sobur, 2002:43). Tentu saja kode-kode tersebut tidak sembarang ditampilkan oleh pengiklan, melainkan telah dipilih melalui proses pemikiran matang agar dapat memiliki makna tertentu, untuk dapat merujuk realitas konteks sosial budaya masyarakat yang dituju. Pihak pengiklan tidak segan-segan memberikan anggaran yang bersar untuk kepentingan advertising (periklanan) hal ini bertujuan untuk “menyusupkan” kode-kode, tanda, maupun pesan tertentu yang ingin disampaikan oleh pengiklan ke dalam benak khayalayak. Kode, tanda, maupun pesan yang terdapat dalam iklan merupakan isi dari elemen-elemen pembentuk iklan. Elemen-elemen tersebut merupakan unsur yang membuat iklan memiliki makna yang mampu “menyihir” khalayak untuk mempertimbangkan penggunaan produk maupun mengarahkan perspektif khalayak yang dapat dikonstruksi sesuai dengan kebutuhan atau kepentingan pihak-pihak tertentu, dalam hal ini adalah para pengiklan. Iklan Djarum 76 versi “Sogokan” selain membubuhkan unsur humor, iklan inipun memberikan unsur menarik dengan mengangkat Gayus Tambunan, seorang tersangka mafia hukum di Indonesia sebagai ikon dan menggunakan atribut kedinasan yang merupakan ciri dari perangkat pemerintahan, hal ini membuktikan kesuksesan Iklan Djarum 76 dalam mengemas iklan yang sarat akan kritik sosial menjadi suatu iklan parodi yang dapat dinikmati oleh khalayak tanpa memberikan kesan sarkasme yang 9 berbuntut pada pengaduan masyarakat maupun pengaduan dari pihak-pihak lain terkait dengan budaya dan atribut yang digunakan dalam iklan. Selain itu, Iklan Djarum 76 inipun menggunakan dual bahasa, bahasa Indonesia dan Jawa, hal ini menjadi suatu keunikan tersendiri yang membuat peneliti merasa tertarik melakukan sebuah studi untuk mengetahui pemaknaan dari iklan rokok Djarum 76 versi “Sogokan” dengan menganalisis tanda-tanda, simbol, dan kode-kode yang terdapat pada elemen iklan dengan menggunakan metode semiotika komunikasi Roland Barthes. 1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah pemaknaan heard word and sound effect (katakata yang didengarkan dan efek suara) dalam iklan rokok Djarum 76 versi “Sogokan” dengan menggunakan pendekatan semiotika komunikasi? 2) Bagaimanakah pemaknaan music (musik) dalam iklan rokok Djarum 76 versi “Sogokan” dengan menggunakan pendekatan semiotika komunikasi? 3) Bagaimanakah pemaknaan seen word (kata-kata yang telihat) dalam iklan rokok Djarum 76 versi “Sogokan” dengan menggunakan pendekatan semiotika komunikasi? 4) Bagaimanakah pemaknaan Picture (Gambar) dalam iklan rokok Djarum 76 versi “Sogokan” dengan menggunakan pendekatan semiotika komunikasi? 5) Bagaimanakah pemaknaan Colour (warna) dalam iklan rokok Djarum 76 versi “Sogokan” dengan menggunakan pendekatan semiotika komunikasi? 10 6) Bagaimanakah pemaknaan Movement (gerakan) dalam iklan rokok Djarum 76 versi “Sogokan” dengan menggunakan pendekatan semiotika komunikasi? 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana makna yang terkandung dalam iklan rokok Djarum 76 versi “Sogokan” ditinjau dari elemen-elemen yang terdapat pada iklan? 1.5 Tujuan penelitian Tujuan diadakan penelitian ini adalah berusaha mendeskripsikan makna dari elemen iklan yang terdapat dalam iklan Rokok Djarum 76 versi “Sogokan” di televisi ditinjau dari sudut denotasi dan konotasi semiotika. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Kegunaan Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan serta bahan referensi bagi mahasiswa dan masyarakat pada jenis penelitian semiologi. 1.6.2 Kegunaan Praktis a. Diharapkan dapat menjadi bagian kerangka acuan bagi pihak produsen maupun biro iklan untuk menghasilkan strategi kreatif iklan yang lebih inovatif dan variatif dalam menggambarkan iklan sebagai realitas kehidupan, cermin budaya masyarakat, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat. b. Penelitian ini dapat menambah referensi bagi Institut Menejemen Telkom mengenai studi semiotika analisis iklan televisi. 11 1.7 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memberikan arah serta gambaran materi yang terkandung dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut a. BAB I. Pendahuluan. Pada bab ini membahas mengenai tinjauan objek studi, latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. b. BAB II. Tinjauan Pustaka. Pada bab ini membahas mengenai teoriteori yang mendukung penelitian ini dan kerangka pemikiran. c. BAB III. Metoda Penelitian. Pada bab ini membahas mengenai jenis penelitian, metode penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan data dan keterbatasan penelitian. c. BAB IV. Analisis dan Pembahasan. Pada bab ini membahas mengenai deskripsi dari hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap hasil dari penelitian. d. BAB V. Kesimpulan dan Saran. 12