UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KEGIATAN PEMASARAN BERDASARKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR KONSUMEN DENGAN GAYA HIDUP SEHAT (STUDI MENGENAI KEGIATAN PEMASARAN FITBAR 2012) MAKALAH NON SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial IHSAN SYAFPUTRA 1206245582 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PERIKLANAN DEPOK DESEMBER 2015 1 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 2 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 3 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 4 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 5 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 6 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 ANALISIS KEGIATAN PEMASARAN BERDASARKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR KONSUMEN DENGAN GAYA HIDUP SEHAT (STUDI MENGENAI KEGIATAN PEMASARAN FITBAR 2012) 2015 Ihsan Syafputra, S. Panata Harianja Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia. [email protected] Abstrak Gaya hidup sehat telah dijalankan oleh banyak orang secara global. Gaya hidup ini juga dijalankan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, dalam makalah ini, penulis ingin menggambarkan bagaimana gaya hidup sehat menggiring preferensi konsumen dalam memilih produk, spesifik untuk produk snack bar. Analisa tersebut didasarkan pada theory of planned behaviour, melalui variabel-variabel di dalamnya yang kemudian membentuk keputusan pembelian dari konsumen dengan gaya hidup sehat. Variabel-variabel tersebut terdiri dari pendirian konsumen, norma, serta kontrol perilaku yang dimilikinya (Ajzen, 1975). Selanjutnya, akan dianalisa bagaimana kecenderungan pembelian konsumen ini dimanfaatkan oleh pemasar untuk memposisikan produknya sesuai dengan keinginan konsumen, dengan menggunakan studi kasus pada brand Fitbar, sebuah produk snack bar dari Kalbe. Penulis menganalisa bagaimana Fitbar memposisikan produknya melalui serangkaian kegiatan pemasaran yang ditelaah melalui market positioning, advertising appeal, serta big idea dari keseluruhan kegiatan pemasarannya. Analysis of Marketing Based on Theory of Planned Behaviour in Consumer with Healthy Life-style (A Case Study of Fitbar Marketing in 2012) Abstract Healthy life-style has been done by a lot of people globally. This life-style also happening in some Indonesia people. Thus, in this paper, author want to describe how healthy life-style lead to consumer preference in choosing product, specifically in snack bar product. This analysis is based on theory of planned behaviour, through the variables which build purchasing decision in consumer with healthy life-style. The variables consist of attitude of behaviour, subjective norms, and perceived behavioural control (Ajzen, 1975). Furthermore, there will be analysis on how this consumer purchasing preference is utilized by marketer to positioned their product to match consumer needs, with a study case of Fitbar, a snack bar from Kalbe. Author analyse how Fitbar is positioned through marketing activity which examined by market positioning, advertising appeal, and big idea of the whole marketing activity. Keywords: therory of planned behaviour, market positioning, advertising appeal, big idea 7 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan kesadaran akan kesehatan secara global diikuti oleh meningkatnya kesadaran konsumen terhadap berbagai produk makanan yang dimakannya (Margareta, 1994). Dengan kata lain, sekarang ini konsumen menjadi lebih memilih produk makanan yang tidak merugikan dirinya dari sisi kesehatan. Perubahan perilaku konsumen yang menjadi lebih peduli terhadap isu kesehatan ini pula yang menjadi penggiring berubahnya cara pengiklan produk makanan dalam memberikan informasi terkait produk kepada target khalayak (Ashish, et al, 2005). Bahkan, di Amerika Serikat informasi terkait kesehatan suatu produk makanan telah menjadi nilai utama dalam industri periklanan disana (Ashish, et al, 2005). Menelaah ke belakang mengenai dimulainya gaya hidup sehat dapat dilihat dari bagaimana gerakan masyarakat Amerika Serikat pada abad ke 18 untuk menjadi vegetarian yang terus berlangsung sampai sekarang. Momentum dari gerakan ini yang paling awal tercatat adalah konferensi yang bertajuk “Vegetarian Encounter Theatre” yang diselenggarakan pada tahun 1977. Kegiatan ini menggambarkan secara umum bagaimana gaya hidup sehat mulai menjadi bagian dari masyarakat Amerika Serikat pada saat itu (Dickinson, 2004). Survei yang dilakukan oleh Nielsen pada tahun 2015 dalam laporannya dengan judul “We Are What We Eat”, menunjukkan angka yang tinggi dalam hal kesadaran masyarakat secara global terhadap isu kesehatan untuk dirinya. Dalam survei tersebut, sebanyak 72% responden global menyatakan ingin untuk menurunkan berat badannya dengan melakukan berbagai kegiatan olahraga. Sedangkan 11% responden menaruh perhatian dalam memilih makanan atau minuman ringan yang mereka anggap akan membantunya untuk tetap sehat. Dari survei tersebut terlihat bahwa sekarang ini untuk menjaga gaya hidup sehat, masyarakat tidak lagi hanya melakukan berbagai aktivitas fisik untuk membuatnya bugar. Di Indonesia, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Herbalife pada tahun 2015, menunjukkan bahwa 89% dari responden menyatakan bahwa dirinya memiliki kepedulian terhadap gaya hidup tidak sehat yang dijalaninya. Kepedulian ini selanjutnya diperlihatkan dari survei yang menunjukkan bahwa 77% orang Indonesia ingin berhenti mengonsumsi makanan yang tidak sehat, dan 69% responden menyatakan ingin memilih apa yang dikonsumsinya berdasarkan nutrisi yang diperoleh (Tety, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa gaya hidup sehat memang telah dijalani oleh masyarakat secara global, termasuk masyarakat Indonesia. 8 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 Sekarang ini, masyarakat memiliki kesadaran yang lebih tinggi dalam hal kesehatannya, sehingga makanan dan minuman yang mereka konsumsi juga menjadi perhatiannya. Perhatian tersebut ditunjukkan dengan pemilihan makanan ataupun minuman yang mereka anggap membawa dampak baik bagi kesehatannya serta bisa mendukung gaya hidup sehatnya. Fenomena ini terlihat dari bagaimana penjualan diet-coke di beberapa produk minuman ringan mengambil market share yang cukup tinggi, yakni 29,1% dari total $65,9 miliar pada tiap tahun penjualannya di tahun 2004 (Terhune, 2005). Secara umum, gaya hidup sehat dimengerti sebagai berbagai kegiatan ataupun keputusan yang diambil seseorang dalam hidupnya, dengan memerhatikan aspek kesehatan dalam dirinya. Sedangkan pendefinisian gaya hidup sehat oleh Bloch (1984; dalam Devine & Lepisto, 2005) , adalah orientasi seseorang untuk mencegah berbagai masalah kesehatan serta memaksimalkan kesejahteraan dirinya sendiri. Kegiatan untuk menjaga gaya hidup sehat ini dilakukan dengan berbagai macam hal. Salah satunya adalah dengan memilih makanan dan minuman yang dikonsumsinya dengan pertimbangan kesehatan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Berry pada tahun 2004, bahwa sebesar 90% orang yang menjalankan gaya hidup sehat juga akan menaruh perhatian lebih dalam hal memilih makanan dan minuman, berdasarkan pertimbangan terhadap kesehatannya. Perkembangan terkait isu kesehatan tersebut juga bisa dilihat dari kecenderungan yang terjadi dalam kategori produk snack bar di Indonesia. Pengiklan tidak lagi berkutat pada rasa, namun juga mulai memasukan nilai kesehatan sebagai daya tarik dalam produknya. Nilai kesehatan ini dijadikan sebagai atribut dari produk dan dikembangkan menjadi positioning produk sebagai diferensiasi untuk kompetitor di kategori produk yang sama. Di Indonesia, kategori produk snack bar secara umum belum menjual nilai kesehatan di dalam produknya. Namun, Fitbar masuk ke pasar kategori produk snack bar Indonesia dengan positioning yang mengusung tema kesehatan. Positioning Fitbar sebagai snack bar yang sehat akan dijadikan sebagai ilustrasi bagaimana peningkatan kesadaran akan kesehatan di masyarakat, dirumuskan dalam suatu kegiatan pemasaran yang terpadu. Fitbar sendiri merupakan sebuah produk snack bar yang diproduksi oleh Kalbe Farma, perusahaan farmasi asli Indonesia. Secara positioning, Fitbar menempatkan produknya sebagai snack bar yang menjadi solusi bagi mereka yang ingin berkudap tanpa khawatir terhadap isu negatif untuk kesehatannya. (kalbe.co.id; 2015) 9 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 BAB II TINJAUAN LITERATUR Analisa terhadap kegiatan promosi dari produk Fitbar akan terlebih dulu ditelaah positioning dari produk tersebut sebagai arah dari segala kegiatan pemasaran dari produk (Sharma & Singh, 2006). Dalam kasus Fitbar, maka yang akan menjadi perhatian adalah bagaimana Fitbar menggunakan atribut kesehatan untuk membedakan produknya dari produk snack bar lainnya. Dalam kegiatan eksekusi promosi produk Fitbar, advertising appeal yang diterapkan pada setiap media akan dianalisa. Analisa mengenai advertising appeal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana cara pemasar mengomunikasikan produknya melalui copy untuk menarik perhatian dari khalayak sasaran-nya (Trehan & Trehan, 2009), terkait dengan atribut kesehatan yang digunakan. Setelah menganalisa penerapan advertising appeal dan berbagai eksekusi pemasaran dari produk Fitbar, akan diketahui big idea dari kesuluruhan kegiatan promosi, yang menjadi dasar dari semua kegiatan promosi produk Fitbar. Konsep-konsep tersebut menjadi variabel yang ada di dalam theory of planned behaviour untuk menjelaskan bagaimana konsumen lebih memilih produk Fitbar dibandingkan produk lainnya. 1. Theory of Planned Behaviour Sumber: valuebasedmanagement.net Merupakan bentuk sederhana dari theory of reasoned action, model ini dibuat oleh Ajzen pada tahun 1975 dengan menambahkan variabel untuk menelaah perilaku konsumen (Bray, 2008). Model ini digunakan untuk melihat bagaimana kecenderungan perilaku yang 10 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 diambil individu didasarkan pada faktor-faktor yang ada di belakangnya seperti pendiriannya, norma yang dianutnya, serta kontrol perilaku yang ia miliki yang didasari oleh pengetahuannya terhadap suatu hal. Pada proses selanjutnya ada intensi yang nantinya akan berujung pada perilaku yang diambil oleh individu. Untuk menjelaskan proses ini, Sheeran (2007) mengatakan bahwa pada dasarnya individu akan mengambil suatu keputusan terkait dengan perilakunya berdasarkan intensi yang ia miliki dan tidak melakukan perilaku tertentu juga berdasarkan intensi yang ia miliki. Model ini telah diterapkan dalam berbagai analisa mengenai perilaku individu, termasuk analisa mengenai perilaku terkait kesehatan (Lutz, 2011). Selain itu, model ini juga bisa mendemonstrasikan bagaimana konsumen memilih produk yang di belinya, dengan didasari variabel-variabel yang ada di model ini (Smith, et al., 2007: dalam Lutz, 2008). Kedua pendapat ini mendasari analisa mengenai bagaimana para konsumen Fitbar yang lebih memilih produk tersebut dibanding snack bar lainnya. Analisa tersebut nantinya melihat bagaimana kegiatan pemasaran Fitbar dan tren gaya hidup sehat menjadi dasar bagi para konsumen untuk memilih produk tersebut. Model ini akan menjadi dasar dari analisa mengenai kegiatan pemasaran Fitbar yang membentuk variabel-variabel di dalam model, yang berujung pada preferensi konsumen dalam memilih produk Fitbar. 2. Market Positioning Market positioning dapat didefinisikan sebagai pengetahuan atau seni yang menempatkan suatu produk atau jasa di satu segmen atau lebih dalam suatu pasar yang luas, sehingga membuat produk atau jasa tersebut jelas berbeda dari kompetisi yang ada. Para produsen umumnya memiliki satu atau lebih market positioning tertentu dalam produknya, yang membuatnya memiliki tempat tersendiri dalam pasar. Berikut adalah beberapa jenis strategi dari market positioning (Jayachandran, 2004): Product attributes and benefit, produsen mencoba untuk mengasosiasikan produknya dengan karakteristik tertentu dari produk tersebut ataupun dikaitkan dengan kebutuhan atau keuntungan yang akan didapat oleh konsumen. Price & quality, produsen yang memilih strategi price & quality ini pada umumnya akan menjaga harga tinggi dari produknya untuk mendapatkan persepsi bahwa produk tersebut adalah produk yang berkualitas. Namun, ada pula produsen yang menempatkan produknya sebagai barang ekonomis yang berharga murah. Use or application, memposisikan produknya pada kegunaan tertentu sehingga dianggap sebagai pemberi solusi untuk masalah-masalah tertentu. Product class, sering digunakan 11 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 pada produk yang hanya memiliki posisi kritis di pasar yang biasanya terjepit oleh produk besar lainnya, sehingga memposisikan diri sebagai produk alternatif. Product user, menekankan pada konsumen dan menyarankan produk sebagai solusi ideal untuk tipe konsumen tertenu, bahkan membantu menentukan identitas mereka. Competitor, menjadikan kompetitor sebagai referensi positioning, biasanya terfokus pada kompetitor tertentu. Cultural symbol, mengidentifikasikan brand dengan sesuatu yang penting bagi konsumen, mereka akan mengasosiasikannya dalam simbol. Selanjutnya positioning dari Fitbar dikemas dalam Unique Selling Proposition (USP), yakni kualitas dari suatu produk yang menjadi pembeda dari produk lainnya. Suatu produk yang memiliki kelebihan yang membedakan dari produk atau jasa pesaingnya, tentunya akan menjadi pilihan yang lebih menarik bagi calon konsumen atau khalayak sasaran mereka. 3. Advertising Appeal Pengiklan harus bisa memunculkan suatu daya tarik dari orang yang melihat iklannya. Untuk menciptakan suatu daya tarik yang kuat, pengiklan harus mencari celah yang membuat iklan yang dibuat bersinergi dengan kebutuhan khayalak sasaran mereka. Lebih jauh lagi, cara pesan tersebut disampaikan atau daya tarik produk terpisah menjadi dua bentuk, yakni emosional dan rasional. Dikatakan rasional, apabila produk tersebut menjanjikan suatu efek tertentu bagi konsumennya. Dalam bentuk rasional, bentuk pesan biasanya dikonstruksikan adalah kualitas, harga, cara kerja, dan lainnya. Di sisi lain, daya tarik emosional merujuk pada emosi positif maupun negatif yang dibangun mengenai produk tersebut. Emosi yang dimaksud dapat berupa humor, rasa takut, kebanggaan, kesenangan, kepuasan, status dan hal lainnya. Sharma (2006) dalam bukunya Advertising: Planning and Implementation mengatakan bahwa para pengiklan bisa menggunakan beberapa jenis daya tarik yang bisa dikategorikan sebagai daya tarik rasional, emosional, ataupun gabungan dari keduanya, berikut adalah contoh dari daya tarik tersebut: Price appeal, pemberian pemotongan harga merupakan salah satu bentuk dari price appeal. Daya tarik harga ini biasanya dijadikan sebagai “daya tarik ekstra”, karena apabila suatu barang atau jasa memiliki kualitas yang baik dan memiliki harga yang terjangkau, maka konsumen akan melihat ini sebagai suatu penawaran yang sangat menarik. Quality appeal, daya tarik kualitas merupakan hal yang didahulukan daripada daya tarik harga. Calon konsumen biasanya menjadi sangat skeptis terhadap berbagai klaim dari pengiklan mengenai 12 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 produknya, sehingga pengiklan harus memberikan bukti atau informasi yang mendukung klaim tersebut. Star appeal, penggunaan orang terkenal atau figur publik sebagai bintang iklan, juga menjadikan produk tersebut memiliki tempat sendiri bagi para calon konsumen. Pengiklan biasanya memilih bintang iklan yang memiliki keterkaitan dengan barang atau jasa yang diiklankannya, sebagai contoh adalah iklan suatu produk ban mobil yang memilih seorang pembalap sebagai bintang iklannya. Ego appeal, kualitas individu menjadi daya tarik yang kuat bagi para calon konsumen. Kualitas yang dimaksud disini bisa berupa kecerdasan, penampilan dan hal lainnya. Fear appeal, mengangkat ketakutan calon konsumen terhadap suatu hal yang berkaitan dengan produk atau jasa. Daya tarik ini paling sering digunakan oleh iklan kesehatan, seperti iklan anti rokok. Novelty appeal, memberikan suatu hal yang baru dalam iklan menjadi daya tarik tersendiri bagi para calon konsumen. BAB III PEMBAHASAN Klaim Kesehatan dalam Kategori Produk Snack bar Perilaku konsumen yang lebih memilih makanan yang dikonsumsinya ini bukan sebatas mengonsumsi makanan yang mereka anggap bernutrisi, namun juga menetapkan pilihan dari sekian banyak jenis makanan yang ada di pasar (Gilbert; dalam Berry, 2004). Industri selalu mencari celah untuk mendapatkan target pasarnya, dengan berusaha mengambil insight dari apa yang ada di benak konsumen. Perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadi lebih peduli terhadap kesehatan merupakan peluang yang sedang dimanfaatkan produsen snack bar beberapa waktu belakangan. Berdasarkan laporan dari HealthFocus International, St. Petersburg, Fla., pada tahun 2003, perubahan perilaku konsumen dalam 10 sampai 15 tahun ke belakang yang menjadi lebih peduli terhadap isu kesehatan di makanan dan minuman yang dikonsumsi. Perubahan perilaku konsumen yang lebih peduli terhadap kesehatan ini menjadi celah bagi industri snack bar dan pada akhirnya menghadirkan perubahan besar dalam kategori produk makanan bernutrisi (Berry, 2004). Kemudian laporan tersebut juga menyebutkan bahwa 9 dari 10 orang akan lebih memilih makanan yang lebih sehat jika tersedia, meskipun kecenderungan tersebut tidak selalu muncul dalam setiap kegiatan belanja para konsumen. Dengan arti lain, memang konsumen tidak selalu mencari 13 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 makanan yang sehat dalam kegiatan pembeliannya, namun setidaknya ada saat dimana konsumen menjadi lebih memilih makanan yang memiliki nilai kesehatan di dalamnya dibandingkan dengan makanan pada umumnya. Hal tersebut menunjukkan besarnya potensi dari klaim kesehatan dalam positioning kategori produk snack bar karena besarnya ketertarikan yang diperlihatkan oleh konsumen. Pendukung lain dari klaim bahwa telah adanya perubahan dari sisi perilaku konsumen terhadap kesehatan dan bagaimana industri memanfaatkannya terlihat dari laporan lain oleh Nielsen yang berjudul We Are What We Eat: Healthy Eating Trends Around the World, pada tahun 2015, menunjukkan adanya tren dimana pada saat ini klaim kesehatan dalam kategori produk snack bar sangat mempengaruhi pembelian konsumen. Secara khusus, dalam laporan tersebut menunjukkan di regional Asia-Pasifik sebesar 43% konsumen memiliki keinginan untuk mengonsumsi makanan yang bahan dasarnya memiliki nilai kesehatan. Atribut kesehatan yang terdapat pada suatu produk kini menjadi consumer value dan menjadi daya tarik tersendiri terhadap produk tersebut. Perubahan gaya hidup konsumen yang menjadi lebih pemilih terhadap makanan maupun minuman yang dikonsumsinya tentu memberikan dampak bagi industri terkait. Industri snack bar yang pada umumnya menawarkan keunggulan rasa dibanding manfaat kesehatan serta kerap diasosiasikan dengan gaya hidup tidak sehat, kini menemui celah baru. Celah tersebut adalah dengan memenuhi kebutuhan konsumen terhadap snack bar yang menawarkan nilai kesehatan. Pengaruh terhadap industri snack bar ini terlihat dari laporan bahwa lima dari tujuh kategori produk makanan mencatatkan pertumbuhan industri dua digit antara tahun 2003 dan 2004 (O’Leary; dalam Divine & Lepisto, 2005). Individu dengan Gaya Hidup Sehat sebagai Khalayak sasaran Fitbar Sebelum membahas mengenai market positioning dari Fitbar, terlebih dahulu perlu ditelaah kepada siapa produk ini ditujukan, atau dengan kata lain menelaah khalayak sasaran dari produk ini. Dalam konteks periklanan, yang dimaksud dengan khalayak sasaran menurut O’Guinn (2008), dalam bukunya Advertising and Intergrated Brand Promotion adalah individu atau kelompok individu yang menerima serta menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh pengiklan. Khalayak sasaran yang dimaksud dapat berupa kelompok individu besar tertentu. Khalayak sasaran ini bisa ditentukan oleh pengiklan dilihat dari kebutuhannya dan dikaitkan oleh manfaat atau keunggulan dari produk yang diiklankan. Sedangkan menurut Ferrel (2007), dalam bukunya Pride-Ferrel Foundation of Marketing, 14 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 khalayak sasaran merupakan kelompok yang menjadi tujuan iklan tersebut. Ferrel (2007) memberikan contoh anak kecil perempuan yang sering bermain boneka merupakan khalayak sasaran dari perusahaan Barbie yang mengiklankan produknya. Lebih jauh lagi, Ferrel (2007), mengatakan bahwa perusahaan produsen barang tertentu, berusaha untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, dan nantinya informasi yang terkumpul itu ditafsirkan menjadi kesimpulan yang terkait dengan khalayak sasaran dari produknya. Informasi yang dikumpulkan ini dapat berupa informasi yang terkait dengan faktor demografis, seperti; umur, jenis kelamin, pendidikan, gaya hidup, dan perilaku konsumen. Dari dua pendapat mengenai definisi dari khalayak sasaran di atas, saya menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan khalayak sasaran merupakan kelompok individu yang menjadi perhatian dan sasaran dari para pengiklan, untuk memasarkan atau mengiklankan produknya, sehingga pesan dari iklan yang disampaikan tersebut tepat sasaran dan berhasil memberikan feedback yang berupa hasil penjualan yang baik dan memenuhi target penjualan dari para produsen atau pengiklan. Merujuk pada pendefinisian dan pengkategorisasian dari khalayak sasaran yang bersumber pada O’Guinn (2007) dalam bukunya Advertising and Intergrated Brand Promotion dan Ferrel (2008) Pride-Ferrel Foundation of Marketing, memperlihatkan bahwa produk Fitbar merupakan suatu produk yang ditujukan bagi kalangan atau kelompok individu yang ingin mengkonsumsi snack bar yang sehat atau kelompok individu yang gemar berolahraga dan tidak ingin memakan snack bar yang mengandung kalori. Hal ini terlihat dalam salah satu iklan tersebut yang berisi pesan bahwa produk Fitbar ini adalah produk yang bebas kalori dan dapat dimakan kapanpun. Selain itu, dalam salah satu iklan tersebut juga menampilkan model seorang pria yang berpenampilan atletis, yang mengindikasikan atau menjadi penanda bahwa produk ini merupakan produk yang tepat bagi mereka yang gemar berolahraga. Jika dilihat dari pengkategorisasian khalayak sasaran seperti yang disampaikan oleh Ferrel (2008) dalam bukunya, produk Fitbar ini memiliki target household consumers, karena produk yang diiklankan merupakan produk snack bar serta memiliki segmentasi tertentu di masyarakat umum. Selain menekankan keunggulan produknya lewat iklan, produsen juga menampilkan keunggulannya yakni “snack bar rendah kolesterol dan rendah lemak jahat”, pada kemasan produknya yang dipasarkan. Dari kedua iklan serta opini yang coba dibangun oleh produsen Fitbar pada kedua iklannya, dapat disimpulkan bahwa produk Fitbar yang diproduksi oleh Kalbe merupakan produk snack bar yang memiliki segmentasi pasar atau khalayak sasaran masyarakat yang ingin hidup sehat dan gemar berolahraga, 15 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 dilihat dari keunggulan yang dimiliki produk tersebut, yang menjadi inti dari iklan yang mereka buat dan ditampilkan di televisi Indonesia sebagai medianya. Market Positioning Produk Fitbar Penerapan dari bagaimana industri memanfaatkan tren terhadap kesehatan yang terus meningkat bisa dilihat melalui kegiatan promosi yang dilakukan oleh Fitbar, sebuah produk snack bar produksi dari Kalbe. Market positioning dapat didefinisikan sebagai pengetahuan atau seni yang menempatkan suatu produk atau jasa di satu segmen atau lebih dalam suatu pasar yang luas, sehingga membuat produk atau jasa tersebut jelas berbeda dari kompetisi yang ada. Para produsen umumnya memiliki satu atau lebih market positioning tertentu dalam produknya, yang membuatnya memiliki tempat tersendiri dalam pasar. Ada beberapa jenis market positioning, dan salah satunya adalah product user, yang menekankan pada konsumen dan menyarankan produk sebagai solusi ideal untuk tipe konsumen tertenu, bahkan membantu menentukan identitas mereka. (Lamb, et al, 2009). Kalbe sebagai suatu korporasi yang bergerak dan berfokus pada bidang kesehatan, menghadirkan sebuah produk snack bar yang bernama Fitbar. Dalam berberapa iklannya, Kalbe dengan produknya Fitbar, menggunakan strategi marketing product user, hal ini terlihat bahwa Fitbar diposisikan sebagai produk yang disarankan bagi mereka yang gemar berolahraga, karena rendahnya kandungan kolesterol dan lemak jahat di dalamnya. Selain itu, produsen juga memposisikan produknya sebagai solusi ideal bagi konsumen yang ingin mengkonsumsi snack bar tanpa khawatir terhadap efek kesehatan dari produk yang dikonsumsi, sehingga cocok bagi mereka yang memiliki gaya hidup sehat. Pesan yang disampaikan produsen dalam iklannya, menjadi opini yang membedakan produk Fitbar ini dari produk snack bar lainnya, khususnya dari sisi kesehatan. Fitbar yang memposisikan produknya sebagai snack bar yang sehat. Usaha positioning tersebut selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pemasaran. Asumsi ini didukung oleh Sharma & Singh (2006) yang berpendapat bahwa positioning suatu produk menjadi dasar dari setiap kegiatan pemasaran. Jika dilihat dari market positioning secara definitif oleh Jayachandran (2004), selain mengunakan strategi product user dengan menyasar konsumen yang menjalani gaya hidup sehat, Fitbar juga mengedepankan strategi positioning berdasarkan product attribute & benefit. Product attribute dari Fitbar adalah “0mg Cholesterol, 0g Trans Fat”,yang mengindikasikan bahwa Fitbar merupakan snack bar yang sehat untuk dikonsumsi. Atribut ini kemudian menjadi benefit yang ditawarkan oleh 16 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 produk Fitbar kepada khalayak sasarannya. Benefit yang dimaksud adalah konsumen bisa mengonsumsi produk ini tanpa khawatir akan isu kesehatan yang mungkin muncul akibat mengonsumsi snack bar. Hal tersebut menjadi variabel knowledge yang ada pada theory of planned behaviour, yakni pengetahuan konsumen mengenai atribut yang ada dalam produk Fitbar. Atribut ini kemudian juga bersinggungan dengan variabel lain yang ada dalam model, yakni kesadaran masyarakat yang tinggi akan isu kesehatan. Seperti yang telah dijelaskan, tren global gaya hidup sehat juga terjadi di Indonesia dengan 77% orang Indonesia ingin berhenti mengonsumsi makanan yang tidak sehat, dan 69% responden menyatakan ingin memilih apa yang dikonsumsinya berdasarkan nutrisi yang diperoleh (Tety, 2015). Selanjutnya implementasi tersebut didasarkan pada insight yang didapat dari khalayak sasaran, kemudian diterapkan pada eksekusi iklan di berbagai media. Dimulai dari pemilihan tema atau big idea iklan dan media yang digunakan. Kemudian untuk eksekusi kreatifnya akan dianalisa berdasarkan unique selling proposition, consumer needs, advertising appeal, serta tagline dari berbagai eksekusi promosinya. Penggunaan konsepkonsep tersebut dimaksudkan untuk melihat bagaimana positioning dari produk Fitbar dan relevansinya dengan berbagai kegiatan promosinya. Selanjutnya, melalui berbagai konsepkonsep yang ditelaah, akan diambil kesimpulan mengenai big idea yang memayungi semua kegiatan promosi produk Fitbar. Konsep brand positioning seperti yang dikemukakan oleh Aggarwal (2008), adalah usaha yang dilakukan pemasar untuk memosisikan produknya berbeda dari produk lain yang serupa. Unique selling proposition melatarbelakangi eksekusi dari kegiatan pemasaran setiap produk, begitu pula dengan kegiatan pemasaran Fitbar (Lancaster & Withey, 2007). Unique selling proposition ini merupakan klaim yang dibuat pengiklan untuk menggambarkan atribut produk serta menjadi pembeda suatu produk dengan produk lainnya yang berada di dalam kategori yang sama (Shimp & Andrews, 2013). Inti dari USP produk Fitbar adalah bahwa produk ini merupakan snack bar yang sehat berbeda dari produk snack bar lainnya. Hal ini dimunculkan dalam eksekusi iklannya yang menggunakan kalimat “snacking with no worry”, memiliki arti bahwa dengan mengonsumsi Fitbar, konsumen tidak perlu merasa khawatir terhadap berbagai isu kesehatan yang mungkin muncul seperti mengonsumsi snack bar lainnya. The Big Idea dari Produk Fitbar 17 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 Tema atau the big idea dalam suatu produk masih terkait dengan khalayak sasaran dari suatu produk tertentu. Secara garis besar, tema atau big idea dalam suatu produk berkaitan dengan bagaimana produsen membangun sebuah opini mengenai produk tersebut, dan nantinya dikaitkan dengan cara eksekusi kreatif produsen tersebut untuk mengiklankan produk yang bersangkutan. Big idea dalam suatu produk merupakan aspek paling penting dalam kegiatan eksekusi kreatif iklan suatu produk, karena tema atau “the big idea” tersebut menjadi inti dari pesan yang disampaikan lewat iklan. Menurut Larry (2010) dalam bukunya Advertising Account Planning, sebuah tema atau big idea di suatu produk dapat pula digunakan untuk merubah perilaku atau cara pandang konsumen secara umum mengenai produk yang diiklankan. Tema atau big idea dalam suatu produk juga menjadi gambaran umum tentang produk yang diiklankan. Larry (2010) mengambil contoh dari tema film Night at the Museum, yakni segala yang ada di museum menjadi hidup pada malam hari. The big idea dari produk Fitbar dapat disimpulkan dari bagaimana mereka mengeksekusi iklan mereka melalui berbagai media. Eksekusi kreatif iklan produk Fitbar ini disusun berdasarkan beberapa aspek seperti unique selling proposition (USP), consumer needs, dan advertising appeal yang mereka tampilkan. Terlihat bahwa big idea dari produk Fitbar ini adalah pengiklan mencoba untuk memberikan gambaran bahwa produk Fitbar adalah produk snack bar yang sehat dan enak, sehingga cocok untuk dikonsumsi bagi mereka yang memiliki pola hidup sehat dan gemar berolahraga. Argumen mereka ini diperkuat oleh klaim mereka tentang produk ini, yang menyatakan bahwa Fitbar rendah kalori dan lemak jahat. Klaim ini selanjutnya dijadikan sebagai pemenuhan consumer needs dari khalayak sasaran mereka. Pada implementasi dari big idea, Fitbar menggunakan salah satu jenis advertising appeal yang dikemukakan oleh Sharma (2006), yakni quality appeal. Pada setiap eksekusinya, Fitbar menunjukkan kualitas produk sebagai snack bar yang baik untuk kesehatan serta memiliki rasa yang enak. 18 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 Advertising Appeal produk Fitbar Tagline dalam suatu produk ataupun jasa didefinisikan oleh Armstrong (2010) dalam bukunya Persuasive Advertising: Evidence-based Principles sebagai pernyataan singkat yang mewakili suatu produk atau jasa. Tagline menjadi alat bagi para pengiklan, untuk memberikan suatu makna terhadap produk yang dapat diingat oleh konsumennya. Oleh karenanya, tagline yang baik haruslah berisi kata-kata yang mudah diingat dan memiliki makna kuat bagi para konsumennya. Tagline dalam suatu produk atau jasa biasanya terkait erat dengan nama dari produk atau jasa yang bersangkutan, atau terkait erat dengan manfaat dan kelebihan yang ditawarkan oleh pengiklan. Secara sederhana, tagline dapat disamakan dengan slogan yang menjadi pembeda suatu produk atau jasa. Begitu pula yang dilakukan oleh Fitbar dalam kegiatan pemasarannya, untuk membedakan dengan produk kompetitor di kategori produk snack bar. Tagline “healthy, tasty” ini juga digunakan sebagai pembeda Fitbar dengan produk snack bar yang lain, yang umumnya tidak sehat, atau sehat namun tidak memiliki rasa yang enak. Lebih jauh lagi, kata healthy dalam tagline ini juga memiliki daya tarik tersendiri dan tertuju langsung bagi para khalayak sasaran dari produk ini, yakni para calon konsumen yang menjalani gaya hidup sehat dan yang gemar olah raga. Sesuai dengan pendapat Sowyer (2006), suatu tagline haruslah sejalan dengan eksekusi iklan dari produk yang bersangkutan. Oleh karenanya, dalam eksekusi iklannya, Fitbar menampilkan berbagai bahan penyusun dari 19 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 snack bar ini dalam salah satu iklannya, yang mereka klaim sebagai snack bar yang sehat dan enak. Selain itu, untuk mendukung taglinenya tersebut, dalam iklannya Fitbar juga menampilkan seorang pria yang berpenampilan atletis, sebagai pendukung kata healthy dalam tagline mereka. Tagline lainnya yang digunakan oleh pengiklan Fitbar adalah “snacking with no worry”. Tagline kedua ini masih berkaitan dengan tagline mereka yang pertama “healthy, tasty”. Kalimat snacking with no worry ini adalah penekanan dari tagline pertama mereka yang menggunaan kata healthy atau yang dalam bahasa Indonesia berarti sehat. Masih dipengaruhi oleh klaim pengiklan mengenai keunggulan produk Fitbar, yakni Fitbar adalah produk snack bar yang memiliki kandungan kalori dan lemak jahat yang rendah, sehingga tagline “snacking with no worry”, menjadi gambaran atau opini yang mereka coba tanamkan kepada para khalayak sasaran produk ini. Snacking with no worry dalam bahasa Indonesia berarti mengemil tanpa khawatir, merupakan tagline yang mereka gunakan untuk meyakinkan para khalayak sasaran produk ini, bahwa Fitbar memang merupakan produk snack bar yang sehat, sehingga dapat dimakan kapanpun tanpa memunculkan kekhawatiran yang biasanya muncul bagi mereka yang sering mengkonsumsi snack bar yang tidak sehat. Tagline mereka yang kedua “snacking with no worry” ini, juga didukung oleh eksekusi iklan mereka yang menampilkan adegan seorang wanita yang mengatakan “dulu suka worry nimbun kalori dan kolesterol, untung sekarang ada Fitbar, gak bikin worry, enak lagi”. Dengan adanya penekanan melalui eksekusi iklan mereka, diharapkan tagline yang telah mereka rancang ini tertuju dan sampai dengan baik kepada para khalayak sasaran mereka. Sesuai dengan pendapat Sowyer (2006), kedua tagline produk Fitbar “healthy, tasty” dan “snacking with no worry” ini, berfungsi sebagai suatu argumen mengenai manfaat produk yang tidak terbantahkan. Kedua tagline ini juga digunakan sebagai penekanan dan pengulangan akan janji atau klaim pengiklan mengenai keunggulan dari produk Fitbar ini. Fitbar untuk Konsumen dengan Gaya Hidup Sehat Untuk melihat relevan tidaknya Fitbar untuk konsumen dengan gaya hidup sehat, maka perlu ditelaah bagaimana consumer needs yang dimiliki oleh para target market dari produk Fitbar. Banyak yang mengasosiasikan consumer needs ini pada personalisasi dari sebuah produk atau jasa. Menurut Muller (2011) dalam bukunya Pervasive Advertising, banyak perusahaan atau produsen yang berusaha untuk beradaptasi dengan kepentingan atau kebutuhan khalayak sasaran mereka dalam merancang strategi periklanan maupun strategi 20 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 pemasaran. Adaptasi atau yang digambarkan sebagai personalisasi ini bertujuan untuk mendapatkan loyalitas dari para konsumennya. Fitbar sebagai produk snack bar yang rendah kalori dan lemak jahat, dalam hal ini menjadikan kebutuhan dari kalangan masyarakat tertentu, seperti masyarakat yang menjalani hidup sehat dan masyarakat yang gemar berolahraga sebagai salah satu pertimbangan dalam iklannya. Jika dilihat melalui model planned behaviour, consumer needs ini merupakan gambaran dari variabel-variabel pembentuk perilaku konsumen. Untuk melihat consumer needs sebagai variabel dalam model planned behaviour adalah hal yang relevan, didukung oleh pendapat dari Lutz (2011), bahwa model ini telah diterapkan dalam berbagai analisa mengenai perilaku individu, termasuk analisa mengenai perilaku terkait kesehatan. Selain itu, model ini juga bisa mendemonstrasikan bagaimana konsumen memilik produk yang di belinya, dengan didasari variabel-variabel yang ada di model ini (Smith, et al., 2007: dalam Lutz, 2008). Variabel pendukung dalam model planned behaviour terdiri dari pendirian individu, norma yang dianut individu, dan kontrol perilaku individu. Variabel pendirian individu terkait pernyataan dari Berry (2004), bahwa sebesar 90% orang yang menjalankan gaya hidup sehat juga akan menaruh perhatian lebih dalam hal memilih makanan dan minuman, berdasarkan pertimbangan terhadap kesehatannya. Sedangkan variabel kontrol perilaku juga bisa dilihat dari pernyataan Berry (2004), yang mengindikasikan adanya kontrol pribadi yang dilakukan individu dalam memilih snack bar yang dikonsumsinya. Selain itu, variabel ini juga terkait pada survei yang dilakukan oleh Herbalife pada tahun 2015, yang menunjukkan bahwa 77% orang Indonesia ingin berhenti mengonsumsi makanan yang tidak sehat, dan 69% responden menyatakan ingin memilih apa yang dikonsumsinya berdasarkan nutrisi yang diperoleh (Tety, 2015). Variabel-variabel tersebut membentuk consumer needs dari para individu dengan gaya hidup sehat, yang menginginkan snack bar sesuai dengan pendiriannya serta kontrol pribadinya dalam memilih produk yang dikonsumsinya. Consumer needs yang telah terbentuk bagi mereka yang menjalani gaya hidup sehat kemudian menjadi insight dari Fitbar dalam mengembangkan kegiatan pemasarannya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Fitbar memposisikan produknya sebagai snack bar yang cocok untuk konsumen yang memiliki gaya hidup sehat. Market positioning dari produk Fitbar juga terlihat dari strateginya pemasarannya. Pengiklan produk snack bar Fitbar menggunakan tagline “healthy, tasty” dan “snacking with no worry”. Sesuai dengan pendapat Armstrong (2010), tagline yang digunakan Fitbar ini menjadi suatu pernyataan singkat yang memberi gambaran terhadap produk ini. Selain itu, kedua tagline ini memiliki makna yang 21 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 sejalan dengan klaim atau keunggulan yang ditawarkan produk Fitbar dalam eksekusi iklannya. Tagline “healty, tasty”, menjadi suatu pernyataan yang menggambarkan bagaimana kualitas dari produk ini, yakni merupakan suatu produk snack bar yang terdiri dari bahan penyusun yang penuh nutrisi, enak dan rendah kalori dan lemak jahat, sehingga produk ini diklaim menjadi suatu produk snack bar yang sehat dan enak. Tagline “healthy, tasty” ini juga digunakan sebagai pembeda Fitbar dengan produk snack bar yang lain, yang umumnya tidak sehat, atau sehat namun tidak memiliki rasa yang enak. BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Gaya hidup sehat yang terus dijalani oleh sebagian orang menunjukkan bahwa 90% diantara mereka memiliki kecenderungan untuk menaruh perhatian lebih terhadap apa yang dikonsumsinya (Berry, 2004). Lebih spesifik, survei di Indonesia menunjukkan bahwa 77% orang Indonesia ingin berhenti mengonsumsi makanan yang tidak sehat, dan 69% responden menyatakan ingin memilih apa yang dikonsumsinya berdasarkan nutrisi yang diperoleh (Tety, 2015). Kecendrungan ini membentuk variabel dalam model planned behaviour yakni mereka yang menjalani gaya hidup sehat memenuhi variabel pendirian untuk mengonsumsi makanan sehat, serta variabel kontrol pribadi dipenuhi oleh kecendrungan konsumen dengan gaya hidup sehat yang lebih selektif dalam memilih produk yang dikonsumsinya. Kecendrungan konsumen ini menjadi latar belakang pengambilan keputusan atau perilaku konsumen dengan gaya hidup sehat. Perilaku konsumen tersebut dilihat sebagai consumer needs oleh Fitbar, yang kemudian berusaha memenuhi kebutuhan para konsumen dengan gaya hidup sehat. Langkah Fitbar dilakukan dengan memposisikan produknya sebaga snack bar yang sesuai untuk mereka dengan gaya hidup sehat melalui serangkaian advertising appeal yang dilakukan, seperti menggunakan tagline “healthy, tasty”, dan “snacking woth no worry” untuk mengindikasikan produk mereka sehat untuk dikonsumsi. Rekomendasi Dengan menelaah pengambilan keputusan pembelian konsumen berdasarkan variabel yang ada dalam Theory of Planned Behaviour, pemasar bisa menyusun strategi yang sesuai dengan apa yang membentuk perilaku konsumen. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Smith (2007; dalam Lutz, 2008), yang menyatakan bahwa model ini bisa digunakan untuk 22 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 mendemonstrasikan bagaimana konsumen memilih produk yang dibelinya berdasarkan variabel-variabel dalam model ini. Seperti yang dilakukan oleh Fitbar dalam menyasar konsumen dengan gaya hidup sehat, pemasar lainnya perlu memerhatikan latar belakang target market, yakni; pendiriannya, norma yang dianutnya, serta kontrol perilaku yang dimilikinya (Ajzen, 1975). Kemudian analisa dengan menggunakan model theory of planned behaviour diaplikasikan ke dalam serangkaian kegiatan pemasaran yang terdiri dari positioning untuk memosisikan produk di benak khalayak, serta big idea sebagai garis besar dari kegiatan pemasaran. Dengan analisa tersebut, pemasar bisa menyusun strategi pemasaran yang sesuai dengan kebutuhan dari target market. 23 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 Referensi Aggarwal, Saurabh. 2008. Brand Management: A Theoritical and Practical Approach. New Delhi: Global India Publication Pvt Ltd. (Online Version). Diakses 10 Agustus 2015. Dari: http://books.google.co.id/. Ashish, Chandra, et al. 2005. An Explanatory Examination of Health Food Advertising: Consumer Perceptions, Behavior, adn Acceptance. Hensry Stewart Conferences and Publications Ltd.. Diakses 25 Oktober 2015. Dari: http://e- resources.perpusnas.go.id:2057/docview/232093332/5350AAA518474BAEPQ/2?accountid= 25704. Berry, Donna. 2004. In Pursuit of Wellness. Business News Publishing Company. Diakses 2 November 2015. Dari: http://e- resources.perpusnas.go.id:2057/docview/215370482/11D2CA72E8DD43CAPQ/2?accountid =25704 Bray, Jeff. 2008. Consumer Behaviour Theory: Approaches and Models. Bournemouth eprints. Diakses 23 November 2015. Dari: http://eprints.bournemouth.ac.uk/10107/1/Consumer_Behaviour_Theory__Approaches_%26_Models.pdf Dickinson, J. Choice. 2004. Vegetarian America: a History. American Library Association. Diakses 28 November 2015. Dari: http://search.proquest.com/docview/225807015/2E7207A540F240A0PQ/1?accountid=17242 Divine & Lepisto. 2005. Analysis of the Healthy Lifestyle Consumer. MCB UP Limited. Diakses 2 November 2015. Dari: http://e- resources.perpusnas.go.id:2057/docview/220133705/4BB04A7AA1544340PQ/8?accountid= 25704. Jayachandran, S. 2004. Marketing Management. India: Anurag Jain for Excel Books. (online). Diakses 28 November 2015. Dari: https://books.google.co.id/books?id=FVKRX9fy9r0C&pg=PA183&dq=market+positioning+ Product+attributes+and+benefit+price+quality+cultural+symbol&hl=en&sa=X&ved=0ahUK Ewjk69HW5rLJAhXTLIgKHcmQCesQ6AEIGjAA#v=onepage&q=market%20positioning% 24 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 20Product%20attributes%20and%20benefit%20price%20quality%20cultural%20symbol&f= false Kelley, Larry D., & Jugenheimer, Donald W., 2010. Advertising Account Planning: Planning and Managing IMC Campaign. (online). (http://books.google.co.id/, diakses tanggal 7 Desember 2013). Lamb, Charles; Hair, Joe; McDaniel, Carl. 2009. Essentials of Marketing. Canada: Cencage Learning. (online). Diakses 9 November 2015. Dari: https://books.google.co.id/books?id=9Kf_O1eI0J4C&pg=PA227&dq=market+positioning+p roduct+class+attribute+benefit+use+or+application+product+user&hl=en&sa=X&ved=0CBo Q6AEwAGoVChMIwum04aDyQIVWNdjCh1RvQEk#v=onepage&q=market%20positioning%20product%20class%20att ribute%20benefit%20use%20or%20application%20product%20user&f=false Lancester, Geoff & Withey, Frank. 2007. Marketing Fundamentals 2007 – 2008. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd. (Online Version). Diakses 10 Agustus 2015. Dari: http://books.google.co.id/. Lobstein & Davies. Defining and Labelling ‘Healthy’ and ‘Unhealthy’ Food. The Authors. Diakses 2 November 2015. Dari: http://e- resources.perpusnas.go.id:2057/docview/223086952/FE46A8C1F7F94EE0PQ/41?accountid =25704 Luts, Sommer. 2008. The Theory of Planned Behaviour and the Impact of Past Behaviour. The International Business & Ecomic Research Journal. Diakses 23 November 2015. Dari: http://search.proquest.com/docview/848788580/5A8192E9E7A74DA4PQ/2?accountid=1724 2 Margareta, Wandel. 1994. Understanding Consumer Concern About Food-related Health Risks. MCB University Press Limited. Diakses 25 Oktober 2015. Dari: http://eresources.perpusnas.go.id:2057/docview/225146442/114A25711F7740FBPQ/8?accountid=2 5704. Nielsen. 2015. We are What We Eat. The Nielsen Company. Diakses 2 November 2015. Dari: 25 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015 http://www.nielsen.com/content/dam/nielsenglobal/eu/nielseninsights/pdfs/Nielsen%20Globa l%20Health%20and%20Wellness%20Report%20-%20January%202015.pdf. Sharma, Sangeeta & Singh, Raghuvir. 2006. Advertising: Planning & Implementation. PHI Limited. (Online Version). Diakses 10 Agustus 2015. Dari: http://books.google.co.id/. Terhune, Chad. 2005. Coke, Pepsi Launch New Diet Drinks. Dow & Jones Company Inc. . diakses 28 November 2015. Dari: http://search.proquest.com/docview/398911698/E5D2243A9EE94407PQ/5?accountid=17242 Tety, 2015. Masyarakat Asia Pasifik Semakin Sadar Pentingnya Gaya Hidup Sehat. Diakses 28 November 2015. Dari: http://possore.com/2015/10/21/masyarakat-asia-pasifiksemakin-sadar-pentingnya-gaya-hidup-sehat/ Trehan, Mukesh & Trehan, Ranju. 2009. Advertising and Sales Management. Delhi: V.K India Enterprises. (Online Version). Diakses 11 Agustus 2015. Dari: http://books.google.co.id/. Trout, Jack & Steve, Rivkin, 2010. Differentiate or Die: Survival in Our Era of Killer Competition. (online), (http://books.google.co.id/, diakses tanggal 8 Desember 2013). 26 Analisis kegiatan…, Ihsan Syafputra, FISIP UI, 2015