BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian, Jenis dan Fungsi Uang Mankiw (2006) mendefinisikan uang sebagai persediaan aset yang dapat dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi. Berdasarkan jenisnya, uang dapat dibedakan menjadi uang kartal, uang giral dan uang kuasi. Uang kartal adalah uang yang dijadikan sebagai alat transaksi sah dan wajib diterima seluruh masyarakat pada perekonomian. Uang kartal umumnya berbentuk uang kertas dan uang logam yang dibuat oleh bank sentral yang diberi hak tunggal mencetak uang / hak oktroi. Uang giral adalah suatu tagihan pada bank umum yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran dan transaksi yang sah dan masyarakat tidak wajib menerima pembayarannya. Uang giral dapat dibilang mudah, aman dan praktis karena dalam melakukan transaksi di mana seseorang tidak perlu menghitung dan membawa banyak uang kontan. Uang kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran. Uang kuasi ini terdiri atas deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta. Berdasarkan penghitungan jumlah permintaan uang di masyarakat, uang dapat dibedakan dengan M0, M1, M2 dan M3. M0 merupakan definisi permintaan uang yang paling sempit karena M0 hanya terdiri dari uang kartal, yaitu uang kertas dan logam yang dipegang masyarakat sehari-hari. M1, yaitu M0 ditambah dengan demand deposit. Demand deposit adalah tabungan yang dimiliki masyarakat yang ada 10 Universitas Sumatera Utara di bank, yang dapat dicairkan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. M1 ini merupakan perhitungan jumlah uang beredar yang sangat likuid. M2, yaitu M1 ditambah dengan time deposit . Time deposit adalah tabungan, deposito, dan sejenisnya, yang memiliki waktu jatuh tempo atau tidak dapat dicairkan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. M3, yaitu M2 ditambah dengan deposito jangka panjang, meliputi dana-dana institusional yang ada dipasar uang. Uang memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran (Mankiw : 2006). Sebagai penyimpan nilai (store of value), uang adalah cara mengubah daya beli dari masa kini ke masa depan. Jika seseorang bekerja hari ini dan mendapatkan $ 100, maka dia dapat menyimpan uang tersebut dan membelanjakannya besok, minggu depan atau bulan depan. Tentu saja uang adalah penyimpan nilai yang tidak sempurna, jika harga meningkat jumlah yang bisa dibeli dengan jumlah uang tertentu akan turun. Namun begitu, orang memegang uang karena mereka bisa membelanjakannya untuk mendapatkan barang dan jasa pada suatu saat di masa depan. Sebagai unit hitung (unit of account), uang memberikan ukuran dimana harga ditetapkan dan utang dicatat. Untuk menentukan harga sejenis barang diperlukan uang sebagai satuan hitung. Dengan adanya satuan hitung, kita dapat mengadakan perbandingan harga satu barang dengan barang lain. Sebagai media pertukaran (medium of exchange), uang adalah apa yang kita gunakan untuk membeli barang dan jasa. Kemudahan untuk mengubah uang menjadi sesuatu yang lain misalnya barang dan jasa disebut juga dengan likuiditas uang. Universitas Sumatera Utara 2.2. Teori Permintaan Uang Klasik Teori permintaan uang klasik bermula dari teori tentang jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (teori kuantitas uang). Teori ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang atau masyarakat menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan uang dalam perekonomian. Dengan sederhana Fisher dalam Waluyo (2004) merumuskan teori kuantitas uang sebagai berikut : MV PT (2.1) dimana : M = Jumlah uang beredar V = Perputaran uang dari satu tangan ke tangan lain dalam satu periode P = Harga barang T = Volume barang yang diperdagangkan Persamaan diatas menunjukkan bahwa nilai barang yang diperdagangkan sama besarnya dengan jumlah uang beredar dikalikan kecepatan perputarannya. Meskipun persamaan diatas tidak mencerminkan permintaan uang namun bisa diubah bentuknya menjadi persamaan permintaan uang. Pertama dengan mengganti volume barang yang diperdagangkan (T) dengan output riil (Q), formulasi teori kuantitas menjadi : MV PQ Y (2.2) dimana : Y = PQ = GNP Nominal Universitas Sumatera Utara V = Tingkat perputaran pendapatan (income velocity of money) Dalam satu periode waktu tertentu (misalnya satu tahun), kuantitas barang yang diperdagangkan jumlahnya tertentu. Dengan demikian kita bisa menganggap bahwa besarnya nilai Q tidak berubah. Dalam keseimbangan (full employment) nilai Q ini tidak juga berubah. Nilai V relatif tetap karena V mencerminkan tata cara suatu masyarakat mempergunakan uang. Dengan sendirinya V hanya berubah kalau terjadi perubahan kelembagaan seperti misalnya kebiasaan melakukan pembayaran serta perubahan teknologi komunikasi. Konsekuensi dari kedua anggapan ini, maka M hanyalah mempengaruhi P dan pengaruhnya proporsional. Artinya, kalau M naik dua kali maka P juga akan naik dengan dua kali. Kedua, versi yang dikemukakan oleh A. Marshall dari Cambridge University. Dengan notasi yang sama, formulasi Marshall terlihat sebagai berikut : M =kPQ (2.3) = k Y dimana k = 1/V Secara matematis formulasi Marshal ini sama dengan formulasi Irving Fisher, namun implikasinya berbeda. Marshall memandang bahwa individu atau masyarakat selalu menginginkan sebagian (proporsi) tertentu dari pendapatannya (Y) dalam bentuk uang kas (dinyatakan dengan k). sehingga k Y merupakan keinginan individu atau masyarakat akan uang kas (M d ). Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut : M d kPQ kY (2.4) Universitas Sumatera Utara dimana : M d = permintaan uang kas Dari formulasi ini kita mendapatkan perilaku permintaan uang menurut teori Marshall, yang merupakan awal dari teori permintaan akan uang. 2.3. Teori Permintaan Uang Keynes Keynes menerangkan mengapa seseorang memegang uang kas berdasarkan kegunaan uang. Seperti kita ketahui, uang dapat berfungsi sebagai alat tukar (transaksi) dan penyimpan kekayaan. Dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas, Keynes membedakan antara motif transaksi (dan berjaga-jaga) serta spekulasi. Seseorang memerlukan uang karena dia akan melakukan transaksi dan untuk brejaga-jaga (kalau sakit, musibah dan sebagainya yang pada akhirnya merupakan kegiatan transaksi). Selain itu orang mau memegang uang karena motif spekulasi. Dalam hal ini seseorang berusaha supaya hasil dari uang yang dipegang maksimum dengan cara mengkombinasikan uang yang dipegang dalam bentuk kekayaan lainnya. 2.3.1. Permintaan Uang Transaksi Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membiayai transaksi. Transaksi ini sering terjadi tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan uang. Pengeluaran ini seringkali tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu sehingga sangat diperlukan adanya uang kas di tangan. Meskipun seandainya pengeluaran dan penerimaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas di tangan tetap Universitas Sumatera Utara diperlukan. Sebab penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi diterima atau pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting perlu dilakukan sebelum penerimaan datang, atau mungkin suatu transaksi yang memberikan keuntungan besar sangat menarik untuk dilakukan sebelum penerimaan datang dan sebagainya. Keynes mengatakan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan seseorang, makin besar keinginan akan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi biasanya melakukan transaksi lebih banyak dibanding seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah. Ketergantungan permintaan uang untuk transaksi terhadap pendapatan ditunjukkan pada Gambar 2.1. Mt 0 L1 (Y/P) Gambar 2.1 Permintaan Uang Untuk Transaksi Permintaan uang untuk transaksai riil ditunjukkan dengan L 1 . Terlihat semakin tinggi pendapatan maka semakin banyak uang yang dipegang untuk Universitas Sumatera Utara keperluan transaksi (M t ). hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dengan pendapatan riil (Y/P) tidak selalu linier. Berbeda dengan kaum klasik, Keynes lebih menekankan analisisnya pada motif spekulasi yaitu peranan tingkat bunga dalam menetukan permintaan uang untuk spekulasi. 2.3.2. Permintaan Uang Spekulasi Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang lebih dari kebutuhannya untuk keperluan transaksi. Namun demikian Keynes memfokuskan analisisnya pada permintaan uang untuk spekulasi. Menurut Keynes, orang bersedia memegang uang melebihi kebutuhan untuk transaksi. Hal ini karena uang merupakan salah satu bentuk kekayaan. Uang kas yang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan (store of value). Dalam istilah yang lebih modern sering disebut permintaan uang untuk penimbun kekayaan (asset demand for money). Besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini ditentukan oleh perbandingan hasil dari bentuk kekayaan yang lain. Misalnya ada dua bentuk kekayaan, Uang (Money M) dan Obligasi (Bond B), apabila memegang uang, maka hasil yang diperoleh tidak ada namun memperoleh kemudahan untuk melakukan transaksi. Dengan memegang obligasi seseorang akan memperoleh bunga. Dengan demikian semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah keinginan masyarakat memegang uang kas. Alasanya, pertama apabila tingkat bunga naik berarti ongkos memegang uang kas (oportunity cost of holding money) makin besar atau tinggi, Universitas Sumatera Utara orang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyarakat akan uang kas akan makin kecil, sebaliknya makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan masyarakat untuk memegang kas. Kedua, hipotesis Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga “normal” berdasarkan pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang menyebabkan masing-masing orang bersikap indifferent (tidak acuh) apakah ia akan memegang uang atau obligasi. Selain itu, setiap terjadi perubahan atau penyimpangan, tingkat bunga diharapkan akan kembali ke tingkat bunga normal ini. Jadi, apabila tingkat bunga kenyataanya berada diatas tingkat normal, maka masyarakat mengharapkan tingkat bunga tidak akan naik lagi, bahkan diperkirakan akan turun atau kembali ke tingkat bunga normal. Apabila suatu saat tingkat bunga berada diatas tingkat bunga normal maka seluruh uang yang dialokasikan untuk spekulasi akan diwujudkan dalam bentuk obligasi dan pada tingkat uang berada dibawah tingkat bunga normal ia akan memegang uang kas seluruhnya. Hubungan antara tingkat bunga normal dengan jumlah uang yang dipegang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Universitas Sumatera Utara r r* A 0 Ms M sp Gambar 2.2 Permintaan Uang Dengan Tingkat Bunga Normal Misalnya tingkat bunga normal adalah r*. pada tingkat bunga yang terjadi lebih tinggi dari r*, uang yang dipegang akan berupa obligasi (sehingga M s , jumlah uang untuk spekulasi nol), sedangkan pada tingkat bunga di bawah r* seluruh uang untuk spekulasi dipegang dalam bentuk kas (M s banyak). Pada tingkat bunga sama dengan r* maka ia tidak acuh apakah memegang kas atau obligasi (dalam grafik dicerminkan oleh segi empat Or*AM s ). Permintaan uang untuk spekulasi oleh seseorang (individu) berbentuk patah seperti pada Gambar 2.2. Hal ini karena harapan mengenai suku bunga yang akan terjadi sudah pasti. Pada suku bunga di atas r* harapan untuk memperoleh “keuntungan (gain)” dari obligasi positif, sehingga orang mengalokasikan uangnya dalam bentuk obigasi semua. Pada Gambar 2.2, untuk r > r* banyaknya M sp = 0. Pada Universitas Sumatera Utara saat suku bunga dibawah atau lebih rendah dari r* harapan memperoleh keuntungan dari obligasi negatif sehingga orang lebih senang memegang uang daripada memegang obligasi. Pada r < r*, banyaknya uang yang dipegang untuk spekulasi sama dengan total kekayaan. Pada saat r = r* harapan memperoleh keuntungan dari obligasi sama dengan nol sehingga orang bersikap acuh tak acuh apakah memegang kas atau obligasi. Obligasi adalah surat berharga yang memberikan hasil (return r) yang tetap jumlahnya. Nilai sekarang (present discounted value, PDV) dari r (selama memegang obligasi) ini merupakan harga sekarang dari obligasi. Nilai sekarang dari suatu penerimaan yang akan diterima di masa mendatang besarnya berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin rendah PDV dari r maka semakin rendah harga sebuah obligasi. Dengan demikian apabila tingkat bunga berada diatas tingkat bunga normal, orang berharap tingkat bunga akan turun (harga obligasi naik), orang lebih baik memegang obligasi. Demikian sebaliknya apabila tingkat bunga kenyataanya dibawah normal, masyarakat akan memperkirakan tingkat bunga akan naik kembali pada tingkat bunga normal tersebut. Harga surat berharga diperkirakan akan turun (sebab tingkat bunga naik) sehingga mereka akan menjual surat berharga dan dengan demikian keinginan memegang uang kas naik. Ketergantungan permintaan uang kas untuk spekulasi terhadap tingkat bunga ditunjukkan pada Gambar 2.3 yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara tingkat bunga (r) dengan permintaan uang untuk spekulasi (L 2 ). Universitas Sumatera Utara r L2 0 M sp Gambar 2.3 Permintaan Uang Untuk Spekulasi Untuk suatu perekonomian dianggap bahwa terdapat suatu rentang (range) suku bunga normal. Tiap orang memiliki harapan berbeda mengenai seberapa besar laju perubahan suku bunga menuju normal. Dengan kata lain tiap orang memiliki harapan memperoleh keuntungan dari obligasi dengan tingkat yang berbeda-beda. Pada umumnya semakin rendah suku bunga semakin besar orang berharap suku bunga akan naik. Dengan kata lain semakin banyak orang ingin memegang uang (menjual obligasi). Demikian sebaliknya pada tingkat bunga yang tinggi. Permintaan uang untuk spekulasi akan berupa kurva dengan slope negatif seperti pada Gambar 2.3. Universitas Sumatera Utara r rL 0 M sp Gambar 2.4 Liquidity Trap Gambar 2.4 menunjukkan adanya apa yang oleh Keynes disebut liquidity trap bagian horizontal dari permintaan uang kas pada tingkat bunga r L . Liquidity trap menggambarkan bahwa pada tingkat bunga yang begitu rendah (menurut ukuran pengalaman-penalaman masa lalu), elastisitas permintaan uang kas menjadi tak terhingga besarnya. Masyarakat tidak akan memegang surat berharga pada tingkat bunga ini (r L ) karena masyarakat memperkirakan bahwa dikemudian hari tingkat bunga akan naik sebab tingkat bunga r L sudah begitu rendah tidak mungkin turun lagi. Dengan kata lain setiap orang akan mengharapkan harga surat berharga akan turun di masa datang sehingga tidak ada seorangpun yang mau membeli surat berharga sekarang, semuanya menghendaki uang kas. Secara matematis, permintaan uang total ini dapat dirumuskan sebagai berikut : ( M / P)d kY l (r )W (2.5) Universitas Sumatera Utara dimana M t = k Y untuk tujuan transaksi (besarnya tergantung pendapatan) dan M s = 1(r) W = permintaan uang spekulasi. Permintaan uang total merupakan permintaan uang riil. Karena analisa Keynes adalah analisa jangka pendek, maka W dianggap tetap tidak berubah sehingga dapat dituliskan sebagai berikut : (M/P) d = k Y + 1(r). Dengan demikian Keynes telah memasukkan tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan uang. Kenyataanya, sampai saat ini arti pentingnya tingkat bunga dalam mempengaruhi permintaan uang masih diterima oleh banyak ahli bahkan dalam perkembangan selanjutnya tingkat bunga juga mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan transaksi. r L1 rL 0 L2 M t (L 1 ) M d (L 1 + L 2 ) Md Gambar 2.5 Permintaan Uang Untuk Tujuan Transaksi Dan Spekulasi Universitas Sumatera Utara 2.4. Teori Permintaan Uang Friedman Teori permintaan uang Friedman ini dikenal dengan "restatement" of the quantity theory (penegasan kembali tentang teori kuantitas). Friedman menyatakan bahwa uang pada prinsipnya merupakan salah satu bentuk kekayaan. Permintaan uang (mirip dengan permintaan akan suatu barang) tergantung pada tiga hal, yaitu: (a) total kekayaan yang dimiliki, dalam segala macam bentuk kekayaan ini merupakan kendala anggaran (budget constraint) dalam perilaku konsumen; (b) harga dan keuntungan (return) dari masing-masing bentuk kekayaan; dan (c) selera dan preferensi pemilik kekayaan. Analisis Friedman bertitik-tolak pada keuntungan marginal dari proses substitusi antar bentuk kekayaan seperti uang, obligasi, saham, surat berharga dan bentuk kekayaan yang lain (baik manusiawi maupun non manusiawi). Dalam definisinya yang paling luas, kekayaan seseorang adalah seluruh sumber "pendapatan" atau jasa yang dapat dikonsumsi. Salah satu bentuk kekayaan ini adalah kapasitas produktif dari manusia. Dengan demikian bentuk kekayaan yang pertama yang dapat dimiliki seseorang adalah kapasitas produksi manusia (sumber daya manusia). Kapasitas manusia berhubungan erat dengan besarnya harapan memperoleh penghasilan di masa depan. Dengan demikian semakin kaya seseorang harapan pendapatan di masa depan semakin besar. Apabila kekayaan adalah W, pendapatan adalah y dan suku bunga adalah r; maka W = y/ r menunjukkan nilai sekarang dari pendapatan di masa depan. Bila W P maka YP akibatnya jumlah uang yang dipegang juga akan naik. Universitas Sumatera Utara Keuntungan dalam memegang uang berupa kemudahan dalam melakukan transaksi. Secara riil, besarnya keuntungan memegang uang ini dipengaruhi oleh volume barang yang ditransaksikan. Untuk per unit uang yang dipegang, volume barang yang dapat ditransaksikan ditentukan oleh harga barang, P. Dengan demikian keuntungan memegang uang tergantung tingkat harga, P. Obligasi (Bond, B), misalnya obligasi berperiode tidak terbatas (perpetual), merupakan surat hak memperoleh pendapatan sejumlah nominal tertentu setiap periode dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Keuntungan memiliki obligasi dapat berbentuk dua macam, yaitu: penerimaan per periode yang nilai nominalnya tetap dan perubahan harga obligasi (bisa kenaikan maupun penurunan). Dengan demikian besarnya keuntungan memegang senilai satu rupiah obligasi dapat ditulis sebagai r b (l/r b ).(dr b /dt). Seperti Obligasi, Saham (Equity, E) dianggap sebagai hak memperoleh aliran pendapatan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Keuntungan memiliki saham dapat berbentuk tiga macam, yaitu: sejumlah uang nominal konstan (tertentu) setiap tahun (apabila tidak terdapat perubahan tingkat harga umum, P) besarnya tergantung deviden yang diberikan oleh perusahaan, kenaikan atau penurunan nilai nominal akibat perubahan harga, dan perubahan harga saham (dapat terjadi akibat perubahan tingkat bunga maupun tingkat harga). Secara ringkas, keuntungan memegang setiap satu rupiah saham dapat ditulis menjadi r e + (l/P)(dP/ dt)- (l/r e ).(dr e /dt). Bentuk kekayaan fisik memberikan aliran keuntungan yang tidak berupa uang (nominal) namun berupa aliran barang atau jasa konsumsi. Secara nominal, aliran Universitas Sumatera Utara barang dan jasa konsumsi ini dapat dinilai sesuai dengan perkembangan harga. Dengan demikian keuntungan memegang setiap rupiah bentuk kekayaan fisik adalah perubahan harga, (l/P)(dP/dt). Selanjutnya, bentuk kekayaan yang lain adalah kekayaan yang bersifat manusiawi (human wealth). Di dalam perekonomian modern tanpa adanya perbudakan, menilai kekayaan manusiawi tidak mudah. Tidak mudah menentukan harga pasar dari pertukaran antara kekayaan manusiawi dengan non manusiawi. Salah satu cara untuk menentukan nilai kekayaan manusiawi ini adalah dengan mengandaikan adanya kontrak penyerahan sejumlah aliran jasa dari tenaga kerja pada periode tertentu dengan imbalan pendapatan uang. Selanjutnya nilai pasar kekayaan manusiawi bukan sebesar aliran uang ini namun sebesar investasi yang harus dilakukan supaya seseorang mampu menghasilkan aliran pendapatan tersebut. Dengan kata lain nilai kekayaan manusiawi ini dinilai sebesar kekayaan nonmanusiawi yang harus diinvestasikan (dialihkan) menjadi kekayaan manusiawi. Dalam bentuknya yang demikian kekayaan manusiawi tidak dapat dinilai dalam artian harga pasar. Untuk setiap waktu tertentu komposisi kekayaan seseorang selalu terdiri atas kekayaan manusiawi dan non-manusiawi. Komposisi ini mungkin saja berubah-ubah, namun pada suatu titik waktu dianggap konstan. Dengan demikian, apabila w merupakan rasio antara kekayaan non-manusiawi dengan kekayaan manusiawi, atau rasio antara aliran pendapatan dari kekayaan non-manusiawi dengan aliran pendapatan dari kekayaan manusiawi, w ini mencerminkan rasio antara kekayaan (wealth) dengan pendapatan (income). Besar kecilnya nilai w merupakan Universitas Sumatera Utara cerminan besar kecilnya kekayaan manusiawi yang perlu diperhitungkan di dalam analisis permintaan uang. Preferensi seseorang dalam memegang berbagai bentuk kekayaan, u, sama pengertiannya dengan preferensi seseorang dalam memilih mengkonsumsi suatu barang. Dengan demikian u ini bisa langsung diterima sebagai salah satu variabel penentu besar kecilnya jumah uang yang diminta. Dari uraian di atas, fungsi permintaan uang dapat dituliskan sebagai berikut: M f ( P, rb 1drb 1dP 1dP Y , re ; w; u ) r rbdt Pdt redt (2.6) M f ( P, r , , w, y , u ) dimana m = jumlah uang nominal yang diminta r = suku bunga π = laju inflasi w = rasio kekayaan manusia dan non-manusia y = pendapatan u = selera/preferensi 2.5. Teori Baumol dan Tobin Baumol menggunakan pendekatan teori penentuan persediaan barang yang biasa dipakai dalam dunia usaha. Baumol menganalisa tingkah laku individu (rumah tangga maupun perusahaan) dan menganggap pendapatan mereka diterima sekali misalnya tiap bulan namun individu tersebut harus membelanjakannya sepanjang waktu (satu bulan). Untuk menyederhanakan analisanya, Baumol menganggap bahwa Universitas Sumatera Utara penghasilan tadi dibelanjakan merata setiap saat selama periode pendapatannya. Masalahnya adalah penentuan berapa besarnya uang kas yang harus dipegang setiap saat yang mana ongkosnya paling rendah. Hal ini mengingat bahwa kekayaan individu itu selain berupa uang kas dapat berupa surat berharga yang menghasilkan bunga, serta adanya ongkos untuk menukarkan surat berharga tersebut dengan uang kas (Nopirin : 2000). Penentuan jumlah uang kas optimum yang memiliki ongkos paling rendah dapat dijelaskan sebagai berikut, misalkan T = nilai riil pendapatan selama satu periode, juga besarnya nilai rill transaksi selama satu periode, r = tingkat bunga (tetap setiap periode), b = ongkos perantara yang besarnya tetap, tidak tergantung pada besarnya transaksi, dan c = nilai riil surat berharga yang ditukarkan dengan uang kas setiap kali, atau besarnya uang kas yang diambil dari tabungan setiap kali seandainya semua pendapatan ditabung. Jadi besarnya transaksi selama satu bulan (apakah itu menjual surat berharga atau mengambil tabungan di bank) adalah (T/C), yakni jumlah pendapatan dibagi dengan besarnya uang kas yang setiap saat akan dipegang. Ongkos atau biaya perantara adalah sebesar bT/C. Karena individu tersebut memegang uang kas sebesar C setiap periode dan dibelanjakan secara merata selama satu periode dan menjual surat berharga (atau mengambil tabungan) lagi manakala uang kasnya (C) habis, maka rata-rata jumlah uang kas yang dipegang setiap saat sebesar (C/2). Dengan demikian biaya total memegang uang kas adalah : Universitas Sumatera Utara TC bT rC C 2 (2.7) Jumlah uang kas (C) yang optimal, dimana biaya totalnya paling rendah (minimum) dapat diperoleh dengan mencari turunan pertama persamaan diatas terhadap C dan hasil turunan ini disamakan dengan nol : bT r 0 C2 2 C atau 2bT r (2.8) Hasil inilah yang sering disebut rumus akar (square root formula) dari Baumol, yakni besarnya uang kas yang diinginkan oleh individu proporsional terhadap akar dari nilai transaksi dan berbanding terbalik dengan akar tingkat bunga. Apabila kita asumsikan bawha rata-rata uang kas yang ditahan setiap saat sebesar C/2 maka persamaan permintaan akan uang kas riil (Md/P) yang dapat diperoleh dari analisa Baumol adalah : Md C 1 2bT P 2 2 r (2.9) Baumol telah menunjukkan bahwa tingkat permintaan uang kas untuk tujuan transaksi itu tergantung pada tingkat bunga. Dengan cara yang lain James Tobin menganalisa ketergantungan ini. Menurut Tobin, ketidakbersamaan antara pengeluaran dan penerimaan penghasilan memaksa individu untuk menyediakan alat pembayar guna membiayai transaksinya. Namun tidak berarti bahwa alat pembayar ini harus berupa uang kas, dapat berupa sebagian surat berharga yang memberikan bunga. Tetapi kerugiannya individu tersebut harus mengeluarkan biaya untuk Universitas Sumatera Utara transaksi menukarkan surat berharga manakala alat pembayar yang berupa uang kas habis. Besarnya alat pembayar yang diwujudkan uang kas tergantung dari besarnya tingkat bunga surat berharga serta biaya transaksi untuk menukarkan surat berharga tersebut. Apabila tingkat bunga tinggi (dibanding dengan biaya transaksi) maka individu tersebut akan mengurangi alat pembayaran berupa uang kas dan memperbanyak surat berharga. Sebaliknya apabila tingkat bunga rendah (dibanding dengan biaya transaksi) maka individu tersebut akan memperbanyak uang kas. 2.6. Faktor Penentu Permintaan Uang a. Model Dasar Permintaan Uang Model permintaan uang bertujuan untuk mengembangkan pengertian tentang faktor-faktor penentu permintaan uang, fungsi uang sebagai alat tukar, dan optimalisasi jumlah permintaan uang. Karakteristik permintaan uang menjelaskan hubungan permintaan uang dengan jumlah transaksi dan biaya memegang uang. Respons permintaan uang terhadap rencana transaksi, biaya memegang uang atau tingkat bunga dan inflasi merupakan pusat perhatian dari analisis permintaan uang. Model dasar permintaan uang riil memperhatikan tujuan individu untuk memegang uang, yaitu tujuan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Model dasar permintaan uang diformulasikan sebagai berikut: Mt L( yt , Rt ) Pt (2.6.1) dimana: t = periode waktu, Universitas Sumatera Utara M = permintaan uang nominal, P = tingkat harga umum, L = likuiditas, y = pendapatan riil, dan R = tingkat bunga nominal. Dari model dasar ini diketahui bahwa L y > 0 dan L R < 0, artinya permintaan uang naik jika pendapatan riil naik dan permintaan uang turun jika tingkat bunga nominal naik. Individu atau rumah tangga ingin memaksimalkan utilitas memegang uang sampai waktu tak terhingga, sehingga fungsi utilitas memegang uang adalah u (ct , lt ) u (ct 1 , lt 1 ) 2u (ct 2 , lt 2 ) ... (2.6.2) dimana: c = konsumsi barang atau jasa, l = leisure, dan < 1 = faktor diskonto. Peningkatan konsumsi dan leha-leha akan meningkatkan utilitas [u c , u l > 0], dan utilitas marginal dari konsumsi dan leha-leha semakin kecil [u cc dan u ll < 0]. Rumahtangga dapat meminjam atau memberi pinjaman sebesar obligasi B dengan tingkat bunga nominal [R]. Jika B > 0 maka rumahtangga memberi pinjaman dan jika B < 0 maka rumahtangga meminjam. Oleh sebab itu kendala anggaran rumahtangga pada periode [t] adalah Pt y M t 1 (1 Rt 1 ) Bt 1 Pt ct M t Bt (2.6.3) Universitas Sumatera Utara Komponen sebelah kiri persamaan merupakan jumlah sumber dana, yaitu pendapatan nominal periode [t], saldo kas nominal periode [t - 1], dan obligasi periode [t - 1] dan komponen sebelah kanan persamaan merupakan jumlah penggunaan dana, yaitu konsumsi nominal periode [t], saldo kas nominal periode [t] dan obligasi periode [t]. Pengaturan kendala anggaran rumahtangga pada perriode [t + 1] adalah Pt 1 y M t (1 Rt ) Bt Pt 1 ct 1 M t 1 Bt 1 Bt Pt 1 (ct 1 y ) M t 1 M t Bt 1 1 Rt (2.6.4) Eliminasi obligasi [B t ] dari kendala anggaran rumahtangga karena tujuan membahas masalah permintaan uang bukan permintaan obligasi dengan menggunakan proses iteratif sebagai berikut: Pt y M t 1 (1 Rt 1 ) Bt 1 Pt ct M t Bt (1 Rt 1 ) Bt 1 [ Pt (ct y ) ( M t M t 1 )] (1 Rt )1[ Pt 1 (ct 1 y) ( M t 1 M t )] (1 Rt ) 2[ Pt 2 (ct 2 y) ( M t 2 M t 1 )] + ... (2.6.5) Persamaan (2.6.5) disebut kendala anggaran intertemporal atau intertemporal budget constraint, yaitu kendala anggaran setiap periode sampai periode takberhingga. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa peningkatan harga akan meningkatkan permintaan uang nominal untuk mengimbangi jumlah konsumsi atau transaksi riil. Artinya leha-leha [l] berhubungan negatip dengan konsumsi riil [c t ] dan Universitas Sumatera Utara berhubungan positip dengan permintaan uang riil [m t ]. Permintaan leha-leha dirumuskan sebagai berikut: lt (ct , mt ) (2.6.6) Tujuan dari rumahtangga pada periode [t] adalah menentukan [c t ] dan [m t ] dengan maksimisasi fungsi utilitas: M M u ct , ct , t u ct 1 , ct 1 , t 1 ... Pt 1 Pt (2.6.7) Fungsi lagrange dari optimalisasi utilitas rumahtangga persamaan (2.6.7) dan kendala persamaan (2.6.5) adalah M M L u ct , ct , t u ct 1 , ct 1 , t 1 ... Pt 1 Pt {(1 Rt 1 ) Bt 1 [ Pt (ct y) ( M t M t 1 )] (1 Rt ) 1 [ Pt 1 (ct 1 y) ( M t 1 M t )] ...} (2.6.8) First-order condition [FOC] dari (2.6.8) terhadap c t dan M t akan menghasilkan persamaan konsumsi riil dan permintaan stok uang nominal, yaitu: L u1[ct , (ct , mt )] u2 [ct , (ct , mt )] 1 (ct , mt ) Pt 0 ct (2.6.9A) L u2 [ct , (ct , mt )] 2 (ct , mt ) (1 Rt ) 1 0 Mt Pt (2.6.9B) Eliminasi [P t ] dari persamaan (2.6.9A) dan (2.6.9B) ini akan menghasilkan persamaan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara u1[ct , (ct , mt )] u2[ct , (ct , mt )] 1 (ct , mt ) Pt u2[ct , (ct , mt )] 2 (ct , mt )] Pt Pt (1 Rt ) 1 (2.6.10A) u2[ct , (ct , mt )] 2 (ct , mt )] [1 (1 Rt ) 1 ]{u1[ct , (ct , mt )] u 2 [ ct , ( ct , mt )] 1 ( ct , mt )} (2.6.10B) dimana permintaan uang riil adalah mt L(ct , Rt ) . Misalkan hubungan permintaan uang riil dibentuk dalam fungsi eksplisit sehingga fungsi u(c t , l t ) dan (c t , m t ) masing-masing adalah u (ct , lt ) ct 1 lt (ct , mt ) ct mt (2.6.11A) (2.6.11B) Derivasi parsial persamaan (2.6.11A) dan (2.6.11B) terhadap [c t , l t dan m t ] akan menghasilkan persamaan-persamaan berikut: u2 u 1 1 ct lt ct1 (ct mt ) 1 lt (2.6.12A) 2 1 ct mt mt (2.6.12B) u1 u (1 )ct lt (1 )ct (ct mt ) ct (2.6.12C) 1 ( 1) ct mt ct (2.6.12D) Substitusi persamaan (2.6.12A) dan (2.6.12D) ke (2.6.10A) dan (2.6.10B) akan menghasilkan permintaan uang riil sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara ct1 (ct mt ) 1 ct mt 1 [1 (1 Rt ) 1 ]{1 )ct (ct mt ) ct1 (ct mt ) 1 ct ( 1) mt } (1 )ct ct mt ct ( 1) mt 1 ( 1) ( 1) mt ct ct ct mt 1 [1 (1 Rt ) 1 ] 1 1 ct mt ct mt (1 )ct (1 ) mt [1 (1 Rt ) ] ct ( 1) mt 1 R t 1 Rt (1 )ct1mt ct1mt 1 Rt mt 1 Rt (1 ) 1 c ct t 1 Rt mt 1 Rt 1 ct 1 ct 1 mt 1 Rt (2.6.13) Persamaan (2.6.13) menjelaskan bahwa respons permintaan stok uang riil terhadap konsumsi riil adalah positip, sebaliknya respons terhadap biaya memegang uang atau tingkat bunga nominal adalah negatip, dengan syarat nilai [1 - ] . Perubahan konsumsi mempunyai efek langsung dan lebih kuat pada utilitas dibandingkan dengan efek tidak langsung dari leha-leha. Artinya peningkatan utilitas rumahtangga akan lebih tinggi akibat peningkatan konsumsi dibandingkan dengan peningkatan leha-leha. Substitusi (2.6.13) ke hasil derivasi parsial (2.6.10A) dan (2.6.10B) akan menghasilkan persamaan: Universitas Sumatera Utara u1 (ct , lt ) u2 (ct , lt ) 1 (ct , mt ) Pt u2 (ct , lt ) 2 (ct , mt ) Pt 1 1 1 Rt (2.6.14A) (2.6.14B) Komponen pertama kiri persamaan (2.6.14A) menjelaskan utilitas yang tersedia untuk tambahan satu unit konsumsi dan komponen kedua menjelaskan utilitas yang tersedia untuk tambahan satu unit leha-leha. Komponen kanan persamaan menjelaskan utilitas marginal netto dari konsumsi, yaitu utilitas yang diperoleh secara langsung akibat peningkatan satu unit konsumsi dikurang biaya dari leha-leha. Komponen kiri persamaan (2.6.14B) menjelaskan utilitas marginal dari satu unit leha-leha dikali unit leha-leha dari memegang uang riil. Komponen kanan menjelaskan utilitas marginal netto dari satu unit uang atau utilitas marginal satu unit lesiure dari memegang uang sama dengan utilitas marginal dari satu unit uang dikali pendapatan bunga per unit uang. b. Pengembangan Model Permintaan Uang Unsur ketidakpastian menyebabkan individu menentukan keputusan untuk memegang stok uang kas dan aktiva keuangan lainnya, yaitu obligasi, saham, deposit dan pinjaman sistem perbankan pada periode tertentu. Individu membagi endowment nominal [y] dalam bentuk kas [M t ] dan aktiva keuangan lainnya [B t ]. Periode [t + 1] dan [t + 2] mengandung unsur ketidakpastian dalam konsumsi, sehingga expektasi utilitas maksimum adalah : E (u ) q u [ct 1 ] (1 q) u [ct 2 ] (2.6.15) Universitas Sumatera Utara dimana: q = probabilitas mengkonsumsi periode [t + 1], dan 1 - q = probabilitas mengkonsumsi periode [t + 2]. Konsumsi periode [t + 1] adalah M t / P t+1 , konsumsi periode [t + 2] adalah [M t + B t (1 + R)] / P t+2 dan tingkat bunga nominal [R]. Persamaan (2.6.15) dapat ditulis kembali dalam bentuk persamaan: E (u ) q u Mt M t Bt (1 R) (1 q) u Pt 1 Pt 2 (2.6.16) Berdasarkan clower or cash in advance constraint [Y = M t + B t ], fungsi lagrange dari ekspektasi utilitas dan FOC masing-masing adalah L M t , Bt , q u q u Mt M t Bt (1 R) (1 q) u [Y M t Bt ] Pt 1 Pt 2 Ct 1 C (1 q) u t 2 0 Pt 1 Pt 2 (1 q) u Ct 2 (1 R) 0 Pt 2 Y - Mt - Bt = 0 Ct 1 C C (1 q ) u t 2 (1 q ) u t 2 (1 R) Pt 1 Pt 2 Pt 2 C C qu t 1 r (1 q) u t 2 Pt 1 Pt 2 q u q u [ M t (Y M t ) (1 R )] Mt R (1 q) u Pt 1 Pt 1 Pt 2 Pt 2 (2.6.17) Universitas Sumatera Utara Individu atau rumahtangga diasumsikan constant relative risk aversion [CRRA] sehingga fungsi utilitas individu: 1 U (C ) C 1 (2.6.18) Koefisien CRRA adalah U " (C )C / U ' (C ) sehingga persamaan (2.6.17) dapat ditulis dalam bentuk: M q u t Pt 1 Mt Pt 1 1 Pt 11 M (Y M t )(1 R) R (1 q) u t Pt 2 R(1 q) q Pt 1 R(1 q) Mt q Pt 1 R (1 q ) M t q 1/ 1/ 1/ Y (1 R) RM t Pt 2 Y (1 R) RM t Pt 2 Pt 2 Y (1 R ) RM t Y (1 R) RM t R(1 q ) Mt q Y (1 R) RM t R(1 q) Mt q Y (1 R) RM t R(1 q) M t q 1/ 1/ 1/ Pt 2 Pt 1 Pt 1 Pt 2 Pt 2 Pt 1 1 1 Pt 1 Pt 2 Pt 1 Pt 2 Pt 1 Pt 2 Pt 1 Pt 2 Pt 12 1/ 1/ 1/ 1/ (1 ) / ( 1) / Universitas Sumatera Utara 1/ Y (1 R) RM t R(1 q) Mt q Mt Y Bt Y [1 ] (1 R) (1 ) (1 ) ( 1) / ( 1) / (1 q) R q 1 q R q 1 q R (1 )( 1) / q ( 1) / (2.6.19A) 1/ R 1/ 1 (2.6.19B) 1/ R Persamaan (2.6.19A) dan (2.6.19B) masing-masing menjelaskan permintaan uang untuk tujuan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi obligasi dan aktiva keuangan lainnya. Nilai probabilitas adalah 0 q 1 dan individu atau rumah tangga enggan risiko [ 1] sehingga respons permintaan uang untuk berjaga-jaga dan transaksi terhadap inflasi [] dan tingkat bunga nominal [R] adalah negatip. Respons permintaan uang untuk spekulasi obligasi atau aktiva keuangan lainnya terhadap tingkat bunga nominal [R] adalah negatip dan respons terhadap inflasi [] adalah positip. Respons positip dari permintaan uang untuk spekulasi obligasi atau aktiva keuangan lainnya terhadap inflasi disebut Tobin’s effect. Oleh sebab itu unsur ketidakpastian dan preferensi mengkonsumsi individu atau rumahtangga akan menentukan permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Menurut persamaan (2.6.19A) dan (2.6.19B), elastisitas permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi terhadap output agregat [Y] bersifat uniter jika q = 1. Universitas Sumatera Utara Dari uraian diatas diperoleh hasil bahwa permintaan uang nominal ditentukan oleh tingkat pendapatan (PDB) suku bunga (SBI) dan tingkat harga (INFLASI). Dengan demikian peneliti menyajikan model sebagai berikut : M 1t 0 1PDBt 2 SBIt 3 INFLASIt (2.6.20) c. Model Permintaan Uang Secara Empiris Fungsi permintaan uang secara empiris tidak hanya ditentukan oleh permintaan uang setiap periode akan tetapi juga ditentukan oleh unsur ketidakpastian terhadap tingkat bunga dan tingkat harga. Adanya unsur ketidakpastian mengakibatkan penyesuaian terhadap permintaan uang, yaitu: ln(mt ) ln(mt 1 ) [ln(mte ) ln(mt 1 )] (2.6.21) Nilai = 1 disebut penyesuaian penuh dan pada umumnya 0 1, dimana merupakan ukuran dari kecepatan penyesuaian atau speed of adjustment. Perbedaan permintaan uang dari periode [t + 1] dan [t - 1] mengakibatkan model permintaan uang riil secara empiris dari persamaan (2.6.13) adalah ln(mt ) 0 1 ln( yt ) 2 ln(ct ) 3 ln(Rt ) (2.6.22) Substitusi (2.6.22) ke (2.6.21) dengan asumsi bahwa ekspektasi permintaan uang riil [m t e] sama dengan (2.6.22), yaitu model permintaan uang riil secara empiris merupakan model autoregression: ln(mt ) ln(mt 1 ) [ 0 1 ln( yt ) 2 ln(ct ) 3 ln Rt ln(mt 1 )] ln(mt ) 0 1 ln( yt ) 2 ln(ct ) 3 ln Rt Universitas Sumatera Utara (1 ) log(mt 1 ) (2.6.23) Persamaan (2.6.23) dapat ditaksir dengan OLS atau dengan berbagai teknik ekonometrika lainnya. Jika terjadi penyesuaian penuh maka nilai = 1 dan model permintaan uang riil sama dengan (2.6.22), sebaliknya jika individu atau rumahtangga tidak dapat melakukan penyesuaian penuh maka model permintaan uang riil (2.6.22) berbeda dengan (2.6.23), atau permintaan uang tidak pasti. R M = P m[R, y, c] M Gambar 2.6 Faktor-faktor Penentu Permintaan Uang Model empiris permintaan uang nominal atas menunjukkan tiga faktor penting penentu permintaan uang riil, yaitu tingkat pendapatan riil, tingkat konsumsi riil, dan tingkat harga umum. Peningkatan pendapatan riil, konsumsi riil rumah tangga dan tingkat harga umum akan meningkatkan skedul permintaan uang. Sebaliknya penurunan pendapatan riil, konsumsi riil dan harga umum akan menurunkan skedul permintaan uang, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6. Universitas Sumatera Utara 2.7. Perubahan-Perubahan Nilai Uang Perubahan-perubahan nilai uang berhubungan erat dengan perubahanperubahan permintaan terhadapnya. Apabila permintaan terhadap uang sedemikian meningkatnya, maka nilai uang itu naik, sebabnya jika permintaan terhadap uang sedikit maka nilai uang itupun akan merosot. Naik turunnya permintaan terhadap uang dapat kita lihat dari kecepatan perputaran uang. Semakin cepat perputaran uang berarti semakin sedikit permintaan terhadap uang, artinya uang lari kepada barang. Sebaliknya semakin lambat perputaran uang semakin besar permintaan terhadap uang, dengan kata lain semakin ingin orang menyimpan sebagian kekayaannya dalam bentuk uang. Dalam keadan perputaran uang yang sangat cepat yang berarti turunnya permintaan terhadap uang, nilai uang turun. Selanjutnya dalam keadaan perputaran uang yang sangat lambat yang berarti naiknya permintaan terhadap uang, nilai uang naik. Telah diketahui bahwa nilai uang itu ditentukan oleh jumlah uang yang beredar dalam masyarakat yaitu oleh penawaran aan permintaan terhadap uang itu sendiri dan juga oleh jumlah barang yang diperdagangkan. Faktor penawaran dapat dilihat dari jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dan faktor permintaan terlihat dari keinginan orang untuk menyimpan sebahagian dari kekayaannya dalam beberapa uang. Perubahan-perubahan nilai uang mempengaruhi aktivitas-aktivitas manusia di lapangan ekonomi dan dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika nilai uang naik, maka aktivitas manusia tidak akan sama dalam keadaan dimana nilai uang turun. Dengan Universitas Sumatera Utara naiknya nilai uang di dalam permintaan terhadap uang cenderung naik atau dimana orang berusaha untuk menyimpan uang yang dimilikinya dan tidak membelanjakannya, maka kegiatan di lapangan ekonomi menunjukkan tanda-tanda kemunduran. Ini disebabkan karena dalam keadaan seperti ini tingkat bunga naik, naiknya tingkat bunga akan mengurangi investasi. Pengurangan investasi berarti berkurangnya kegiatan-kegiatan di lapangan ekonomi. Di negara-negara dimana nilai uangnya terus menerus mengalami kemunduran atau penurunan, maka di negara-negara tersebut adalah lebih baik mengadakan investasi. Investasi dalam keadaan ini haruslah ditujukan kepada usaha untuk sebanyak mungkin menaikkan jumlah barang yang diperdagangkan. Kenaikan jumlah barang yang diperdagangkan cenderung menaikkan nilai uang, sebab kenaikan jumlah barang yang diperdagangkan berarti memperkecil kecepatan beredarnya uang, atau menaikkan permintaan terhadap uang. Tiap usaha untuk menaikkan permintaan terhadap uang berarti akan menaikkan nilai uang. Naiknya permintaan terhadap uang yang nampak dalam keadaan semakin meningkatnya keinginan orang untuk menyimpan uang tunai, akan cenderung menaikkan nilai uang dan menurunkan rilai tukar barang-barang. Sebaliknya turunnya permintaan terhadap uang yang nampak dalam keadaan kecenderungan orang untuk terus membelanjakan setiap uang yang sampai di tangannya akan menurunkan nilai uang dan menaikkan nilai tukar barang-barang. Perubahanperubahan nilai uang telah mempengaruhi aktivitas dilapangan ekonomi. Pada Universitas Sumatera Utara naikknya nilai uang, aktivitas ekonomi semakin berkurang, sebaliknya pada turunnya nilai uang secara lambat laun aktivitas ekonomi semakin meningkat. 2.8. SBI, Inflasi dan PDB SBI menurut Noprin (2000) suku bunga adalah biaya yang harus di bayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran (Suhedi: 2000). Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus Sadono Sukirno (2002). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono : 2000). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus menerus dan kenaikan harga yang terajadi pada seluruh kelompok barang dan jasa Pohan (2008:158). Produk Domestik Bruto atau PDB adalah hasil output produksi dalam suatu perekonomian dengan tidak memperhitungkan pemilik faktor produksi dan hanya menghitung total produksi dalam suatu perekonomian saja (Sukirno : 2002), yang diformulasikan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara PDB dimana PDB = C+G+I+(X-M) (2.7) = produk domestik bruto C = pengeluaran rumah tangga G = pengeluaran pemerintah I = pengeluaran investasi (X-M) = ekspor - impor 2.9. Penelitian Terdahulu Aghevli (1976), mencoba melihat hubungan antara uang dan tingkat harga dengan menggunakan alat analisis model ekonometrik dari sektor moneter. Penelitian yang dilakukan ditujukan untuk menyediakan estimasi besarnya ekspansi moneter yang sesuai agar konsisten dengan target pertumbuhan pendapaatan riil dan tingkat harga. Menurut Aghevli, permintaan real balance, (M/P)*, adalah fungsi keseimbangan dari pendapatan riil, Y, dan tingkat inflasi, , yang mengukur biaya opportunitas memegang uang relatif terhadap barang. Boediono (1985), mencoba untuk mengidentifikasikan faktor-faktor penentu dari permintaan uang di Indonesia selama periode 1975 - 1984. Kajian yang dilakukan mencakup uang kartal (currency), narrow money (M1) dan broad money (M2). Kerangka kerja yang digunakan mengadopsi pada pendekatan yang selama ini berkembang, dimana faktor yang mempengaruhi permintaan uang masyarakat adalah gross domestic product (GDP), suku bunga dalam negeri (umumnya digunakan suku bunga deposito), dan inflasi domestik, serta dengan memperhitungkan karakteristik dari perekonomian Universitas Sumatera Utara Indonesia, seperti keterbukaan pada sektor perdagangan dan finansialnya terhadap kondisi perekonomian internasional. Variabel GDP merupakan terkait dengan motif permintaan uang untuk transaksi. Tingkat bunga menggambarkan biaya memegang uang dalam hubungannya dengan tabungan dalam bentuk jumlah uang yang tidak dapat diperoleh bila tetap memegang uang dalam bentuk tunai sebesar bunga yang dibayarkan. Inflasi menunjukan biaya dalam hubungannya dengan barang dalam bentuk menurunnya nilai uang terhadap barang ketika inflasi terjadi. Dari penelitian ini menghasilkan indikasi bahwa beberapa variabel konvensional, seperti tingkat bunga dan inflasi domestik, terbukti mempengaruhi permintaan uang. Simon dan Insukindro (1994), mencoba untuk menganalisa komponen permintaan uang dalam arti sempit (money stock) dengan menggunakan teknik ekonometrik modern. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa uang kartal memiliki elastisitas pendapatan dibawah satu sedangkan demand deposit elastisitas pendapatannya bernilai diatas satu. Ditemukan pula bahwa permintaan uang tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat bunga, baik domestik ataupun pengaruh faktor tingkat bunga luar negeri. Sugiyanto (1994), menganalisis permintaan uang M1, M2 dan uang kuasi dengan menggunakan metode PAM dan ECM. Data yang digunakan dalam studi ini antara tahun 1960 – 1990. Dengan menggunakan variabel-variabel uang M1, uang M2, uang kuasi, konsumsi agregat, suku bunga deposito 12 bulan, indeks harga konsumen, tingkat inflasi dan kurs US dollar terhadap rupiah. Dalam estimasi permintaan uang M1 diperoleh hasil bahwa koefisien regresi ECT(-1) bertanda Universitas Sumatera Utara negatif dan signifikan secara statistik dan ini sesuai dengan harapan teori. Sedangkan untuk variabel-variabel dependent konsumsi agregat, inflasi dan indeks harga konsumen signifikan secara statistic dan untuk suku bunga deposito 12 bulan secara statistik tidak signifikan. Insukindro (1998), dengan judul “Pendekatan Stok Penyangga Permintaan: Tinjauan Teori dan Sebuah Studi Empirik di Indonesia”. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data kuartalan tahun 1987:1 – 1997:4. Variabel shock adalah jumlah uang beredar M1 yang tidak diantisipasi selaras dengan konsep Carr-Darby (1981) dan diestimasi dengan menggunakan pendekatan AR(2) dan deviasi trend kuadrat. Dalam estimasi permintaan uang menggunakan uji kointegrasi dan koreksi kesalahan model (I-ECM) diperoleh hasil bahwa koefisien regresi pendapatan bertanda positif dan suku bunga bertanda negatif sesuai harapan (teori) dan statistik CRDW (cointegrating regression Durbin-Watson) dan DF (Dickey Fuller) untuk uji kointegrasi memberi indikasi bahwa variabel permintaan uang kartal, pendapatan dan suku bunga berkointegrasi atau mempunyai hubungan keseimbangan jangka panjang. Dengan demikian residu regresi kointegrasi atau kesalahan ketidakseimbangan stasioner atau I(0). Hasil studi empirik memperoleh hasil koefisien regresi ECT(-1) bertanda negatif dan signifikan secara statistik berarti sesuai dengan harapan (teori). Sedangkan untuk pendapatan koefisien regresi bertanda positf dan suku bunga bertanda negatif dan ini semua semua dengan harapan teori. Sedangkan hasil estimasi koefisien regresi variabel shock ternyata hanya signifikan untuk jangka Universitas Sumatera Utara pendek dan ini sekaligus mendukung harapan studi bahwa pendekatan stok penyangga melandasi permintaan uang kartal di Indonesia. Doriyanto (1999), mencoba mengetahui apakah permintaan uang riil di Indonesia selama periode sebelum krisis (sebelum Agustus 1997) dan saat krisis tetap stabil. Studi yang dilakukan mempergunakan observasi bulanan (seasonally unadjusted)1 selama periode 1988:01 - 1999:03 untuk permintaan uang (CURRENCY) yang dideflasikan terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 1996. Produk Domestik Bruto Riil (PDBREAL) dipergunakan sebagai variabel untuk menaksir transaksi permintaan uang yang terjadi. Data kwartalan yang akan dipergunakan telah dilakukan spline untuk menjadi data bulanan. Tingkat inflasi (INFBUL) dan suku bunga yang dipergunakan adalah suku bunga deposito 1 bulan (DEP1) sebagai penaksir opportunity cost menyimpan currency. Nilai tukar (ER) juga berpengaruh terhadap permintaan uang terutama setelah pemberlakuan sistem nilai tukar berubah menjadi free floating. Selanjutnya dibuktikan bahwa permintaan uang riil di Indonesia tetap stabil sebelum dan selama krisis. Analisis kointegrasi menggunakan teknik Johansen menunjukkan hubungan kointegrasi yang kuat antara currency riil dan PDB riil. Model dinamis permintaan uang riil dengan menggunakan Error Correction Model (ECM) menunjukkan konsistensi parameter yang ditaksir bahkan selama krisis terjadi. Disimpulkan pula bahwa perubahan yang signifikan pada permintaan uang riil karena adanya krisis dapat dijelaskan dengan perubahan pada variabelvariabel yang secara historis memang mempengaruhi permintaan uang di Indonesia Universitas Sumatera Utara 2.10. Kerangka Pemikiran Dalam jangka pendek faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang sangat dipengaruhi oleh pendapatan riil, inflasi dan tingkat suku bunga. Dalam jangka panjang perlu dilakukan penelitian apakah faktor-faktor saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya atau dengan kata lain satu faktor berkontribusi terhadap perubahan faktor yang lain. Untuk melihat hubungan simultanitas tersebut, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut: Pendapatan Riil Tingkat Suku Bunga Permintaan Uang Inflasi Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran 2.11. Hipotesis Penelitian Menurut Husein Umar (2002) : "Hipotesis diartikan suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat proposisi atau dalil". Untuk mengarahkan pembahasan ini penulis membuat hipotesis sebagai berikut : 1. Pendapatan riil, tingkat suku bunga, inflasi berkontribusi terhadap perubahan permintaan uang di Indonesia. Universitas Sumatera Utara 2. Pendapatan riil, tingkat suku bunga, permintaan uang, berkontribusi terhadap perubahan inflasi di Indonesia. 3. Pendapatan riil, inflasi, permintaan uang, berkontribusi terhadap perubahan tingkat suku bunga di Indonesia. 4. Inflasi, permintaan uang, tingkat suku bunga, berkontribusi terhadap perubahan pendapatan riil di Indonesia. Universitas Sumatera Utara