BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Manajemen Proyek
Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana
ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya bersifat lintas
fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai
profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek
yang persis sama. Dipohusodo (1995) menyatakan bahwa suatu proyek merupakan
upaya yang mengerahkan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk
mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu serta harus diselesaikan
dalam jangka waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan. Proyek adalah aktivitas
sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan
sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir
(PT. PP, 2003).
6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batasan waktu, biaya
dan mutu tertentu. Proyek konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya)
yaitu man (manusia), material (bahan bangunan), machine (peralatan), method
(metode pelaksanaan), money (uang), information (informasi), dan time (waktu).
Dalam Suatu proyek konstruksi terdapat
tiga hal penting yang
harusdiperhatikan yaitu waktu, biaya dan mutu (Kerzner, 2006). Pada umumnya,
mutu konstruksi merupakan elemen dasar yang harus dijaga untuk senantiasa sesuai
dengan perencanaan. Namun demikian, pada kenyataannya sering terjadi
pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan waktu pelaksanaan (Proboyo,
1999;Tjaturono, 2004). Dengan demikian, seringkali efisiensi dan efektivitas kerja
yang diharapkan tidak tercapai. Hal itu mengakibatkan pengembang akan
kehilangan nilai kompetitif dan peluang pasar (Mora dan Li, 2001).
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek konstruksi antara
lain:
1) Pemilik
2) Perencana (konsultan)
3) Pelaksana kontraktor
4) Pengawas (konsultan)
5) Penyandang dana
6) Pemerintah (regulasi)
7) Pemakai bangunan
8) Masyarakat :
a)
Asosiasi
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b) Masyarakat
2.2
Integrasi Manajemen Proyek
Manajemen integrasi proyek mencakup proses-proses dan kegiatan-kegiatan
yang dibutuhkan untuk mengindentifikasi, mendefinisikan, menggabungkan,
menyatukan, dan mengkoordinasikan berbagai macam proses dan kegiatan di
dalam proses manajemen proyek. Terutama berkaitan dengan mengintegrasikan
proses-proses yang ada di dalam kegiatan manajemen proyek yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan proyek secara efektif.
Proses-proses utama dalam manajemen integrasi proyek:

Membuat Project Charter (Develop Project Charter)
Proses pembuatan sebuah dokumen yang secara formal mengesahkan
keberadaan sebuah proyek dan memberikan manajer proyek kewenangan untuk
menetapkan sumber daya organisasi yang akan digunakan dalam kegiatan proyek.

Membuat Rencana Manajemen Proyek (Develop Project Management Plan)
Proses penetapan, persiapan, dan koordinasi semua rencana subsidiary dan
mengintegrasikan rencana-rencana tersebut ke dalam suatu rencana proyek yang
komprehensif.

Mengarahkan dan Mengelola Pelaksanaan Pekerjaan Proyek (Direct and
Manage Project Work)
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Proses pengarahan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang sudah ditetapkan
di dalam rencana manajemen proyek serta menerapkan perubahan yang sudah
disetujui untuk mencapai sasaran proyek.

Memantau dan Mengendalikan Pelaksanaan Pekerjaan Proyek (Monitor and
Control Project Work)
Proses pemonitoran, peninjauan, dan pelaporan perkembangan dari proyek
terhadap sasaran kinerja proyek seperti yang telah ditetapkan dalam rencana
manajemen proyek.

Melaksanakan Pengontrolan Perubahan yang Terintegrasi (Perform Integrated
Change Control)
Proses peninjauan semua usulan perubahan; menyetujui perubahan dan
mengelola perubahan ke dalam pelaksanaan, aset proses organisasi, dokumen
proyek, dan rencana manajemen proyek dan mengkomunikasikan disposisi hal-hal
tersebut.

Penutupan Proyek (Close Project or Phase)
Proses penyelesaian semua kegiatan-kegiatan di dalam pelaksanaan
manajemen proyek dimana proyek telah berakhir secara formal.
Dalam
aplikasi
dunia
nyata
yang
melibatkan
upaya
koordinasi
komponen Manajemen Proyek Integrasi dengan jelas didefinisikan oleh batasbatas. Interaksi antara proses-proses individu membutuhkan integrasi efektif dalam
Manajemen Proyek.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3
1.
Knowledge areas dari Project Integration Management
2.
Project Scope Management.
3.
Project Time Management.
4.
Project Cost Management.
5.
Project Quality Management.
6.
Project Human Management.
7.
Project Communication Management.
8.
Project Risk Management.
9.
Project Procurement Management.
Work Breakdown Structure (WBS)
WBS merupakan diagram terstruktur atau hierarki yang berbentuk diagram
pohon (tree structure diagram), biasanya terdiri dari kegiatan-kegiatan umum yang
dipecahkan menjadi kegiatan-kegiatan khusus. Penyusunan WBS dilakukan dengan
cara top down, dengan tujuan agar komponen-komponen kegiatan tetap berorientasi
ke tujuan proyek. WBS juga memudahkan penjadwalan dan pengendalian karena
merupakan elemen perencanaan.
Menurut Husen (2009:96), kerangka perencanaan terdiri atas kerangkakerangka seperti dibawah ini:
a)
Kerangka penjabaran program.
b) Kerangka perencanaan detail.
c)
Kerangka pembiayaan.
d) Kerangka penjadwalan.
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
e)
Kerangka cara pelaporan.
f)
Kerangka penyusunan organisasi
Dari kerangka-kerangka tersebut, WBS dapat membantu proses penjadwalan
dan pengendalian dalam suatu sistem yang terstruktur menurut hierarki yang makin
terperinci, sampai pada lingkup yang makin kecil berupa paket-paket pekerjaan
dengan aktivitas yang jelas. Paket-paket pekerjaan ini nantinya dapat dikelola
sebagai unit kegiatan yang diberi kode identifikasi yang kinerja biaya, mutu, dan
waktunya dapat diukur. Oleh karena itu, penyempurnaan dan tindakan koreksi
dapat dilakukan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan selama pelaksanaan
proyek.
Oleh karena itu, WBS dapat dipakai untuk membagi seluruh level proyek
menjadi elemen-elemen kerja, menjelaskan proyek dalam satu format struktur level,
fasilitas, dan mencakup seluruh item pekerjaan hingga selesai, pemecahan level
sampai pada paket pekerjaan terakhir dengan kegiatan yang jelas dan cukup untuk
perencanaan detail sebagai fase awal proyek.
2.4
Project Charter
Menurut buku “Project Management Institute”, Project Charter adalah
dokumen yang dibuat oleh sponsor atau project initiator yang secara formal
mempunyai kewenangan atas suatu project, dan memberikan kewenangan kepada
project manager untuk menggunakan resource pada aktivitas-aktivitas project.
Selain itu, project charter juga mencakup elemen-elemen persiapan dari skup
project (mencakup yang termasuk dan tidak termasuk di dalam project). Project
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
charter juga membantu untuk mengkontrol perubahan terhadap skup selama project
berlangsung.
Project Charter merupakan gambaran secara umum project yang akan
dilaksanakan, project charter juga merupakan alat untuk mencapai kesepakatan di
antara para stakeholder mengenai aspek-aspek utama di dalam project seperti
tujuan, skup, deliverables, dan sumberdaya yang dibutuhkan. Project charter
membantu dalam mengambil keputusan dan bisa juga sebagai alat komunikasi.
Project Charter dapat digunakan untuk berbagai project dengan berbagai skup
dan tipe yang berbeda namun dengan prinsip dan proses yang sama dan juga
mempunyai elemen-elemen yang sama.
2.5
Critical Path Methode
CPM (Critical Path Method) adalah teknik menajemen proyek yang
menggunakan hanya satu factor waktu per kegiatan. Merupakan jalur tercepat untuk
mengerjakan suatu proyek, dimana setiap proyek yang termasuk pada jalur ini tidak
diberikan waktu jeda/istirahat untuk pengerjaannya. Dengan asumsi bahwa estimasi
waktu tahapan kegiatan proyek dan ketergantungannya secara logis sudah benar.
Jalur kritis berkonsentrasi pada timbal balik waktu dan biaya. Menurut Ir.Rakhma
Oktavina, M.T. jalur kritis merupakan jalur yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang
bila terlambat akan mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek.
Menurut (Subagyo & Pangestu, 2000,), analisa network biasa dikenal dengan
nama teknik manajemen proyek. Kebutuhan penyusunan network ini dirasakan
perlu karena adanya koordinasi dan pengurutan kegiatan–kegiatan pabrik yang
kompleks, yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Menurut
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(Soepranto, 2001,), CPM mulai dikembangkan tahun 1957 oleh J.E.Kelly dari
Remington Rand dan M.R.Walker dari DuPont dan PERT mulai dikembangkan
tahun 1958 oleh Booz, Allen, dan Hamilton. Kedua teknik ini dikembangkan untuk
membantu para manajer membuat penjadwalan, memonitor, dan mengendalikan
proyek besar dan kompleks.
Menurut Schwalbe (2004,p196), pengertian Critical Path Method atau juga
disebut critical path analysis adalah tehnik analisisjaringan kerja proyek yang
digunakan untuk memprediksi durasi total proyek. Jalur kritis untuk sebuah
proyekadalah rangkaian aktivitas yang menentukan waktu tercepat yang digunakan
untuk menyelesaikan suatu proyek. Adapun pendapat lain menyebutkan, Critical
Path Method yang dikenal dengan CPM adalah perhitungan matematika yang
berbasiskan algoritma untuk menjadwalkan satu set aktivitas proyek. Ini merupakan
alat yang penting bagi manajemen proyek yang efektif. Teknik yang penting dalam
menggunakan CPM adalah untuk suatu model proyek yang meliputi sebagai berikut
:
1.
Daftar semua aktivitas yang diperlukan untuk meyelesaikan suatu proyek
2.
Durasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu proyek
3.
Ketergantungan antar aktivitas
CPM menghitung alur yang terpanjang dari aktivitas yang sudah terencana
sampai akhir suatu proyek dan waktu tercepat dan terlama dari aktivitas itu dimulai
dan diselesaikan. Proses ini menentukan aktivitas mana yang kritikal (memakan
waktu yang paling panjang) dan yang mempunyai total float (waktu yang tertunda
tanpa membuat proyek tersebut lebih lama)
Representasi node critical path dapat dilihat pada (gambar 2.1)
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2. 1 Representasi Node Critical Path
(Sumber : http://www.mindtools.com/critpath.html)
Keterangan :
a = nomor node
b = ES (Early Start)
Waktu mulai paling awal dari suatu kegiatan
Mencari mulai dari titik start.
Ambil yang terbesar dari aktivitas yang masuk.
c = LS (Latest Start) :
Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara
keseluruhan
Mencari mulai dari titik finish
Ambil yang terkecil dari aktivitas yang keluar
Untuk representasi aktivitas pada critical path method, dapat dilihat pada (gambar
2.1.)
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2. 2 Representasi Aktivitas
(Sumber : http://www.mindtools.com/critpath.html)
Keterangan:
Kegiatan D :
 Kegiatan D dimulai paling cepat (E.S) hari ke 4.
Rumus : ES = EF – Duration (lama kegiatan)
 Kegiatan D dimulai paling lambat (L.S) hari ke 18.
Rumus : LS = LF – Duration (lama kegiatan)
 Ada waktu sisa 18 – 4 hari = 14 hari.
 Kegiatan D selesai paling cepat (E.F) hari ke 19.
Rumus : EF = ES + Duration (lama kegiatan)
 Kegiatan D selesai paling lambat (L.F) hari ke 33.
Rumus : LF = LS + Duration (lama kegiatan)
2.6
Manajemen Biaya (Project Cost Management)
Menurut Schwalbe ( 2004, pp225-226 ), Project Cost Management terdiri dari
aktifitas persiapan dan pengaturan anggaran untuk proyek. Manajemen biaya
proyek melibatkan proses yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa proyek
terselesaikan dengan anggaran yang dianjurkan. Seorang manajer proyek harus
dapat meyakinkan bahwa proyek sudah didefinisikan dengan baik, mempunyai
perkiraan waktu dan harga yang akurat, dan mempunyai anggaran yang realistis
dimana tim proyek terlibat dalam hal penganjuran tersebut.
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Merupakan tugas manajer proyek untuk memuaskan stakeholders Proyek
sekaligus memberikan tekanan yang berkelanjutan untuk mengurangi dan
mengontrol biaya.
Proses yang terlibat dalam manajemen biaya proyek adalah :
1.
Perkiraan biaya (Cost Estimating)
Melibatkan pengembangan sebuah pendekatan atau perkiraan dari biaya
sumberdaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Hasil utama dari proses
ini merupakan perkiraan biaya, dan mendukung rincian, dan sebuah perencanaan
manajemen biaya.
2.
Penganggaran biaya (Cost Budgeting)
Melibatkan pengalokasian perkiraan biaya keseluruhan terhadap peralatan
kerja individu untuk membangun sebuah dasar untuk pengukuran kinerja. Hasil
utama dari proses ini dari proses ini adalah landasan biaya (cost baseline).
3.
Pengendalian biaya (Cost Control)
Melibatkan pengendalian perubahan terhadap anggaran proyek. Hasil
utamanya adalah revisi perkiraan biaya, pembaharuan anggaran, landasan biaya
(Cost baseline) dan pengukuran kinerja.
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download