JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Sistem Pembangkit Tersebar Tenaga Surya Dengan MPPT Metode Perturb And Observe Menggunakan DC Converter Tanpa Transformator Akbar Faiz, Mochamad Ashari, Heri Suryoatmojo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] Abstrak—Sistem pembangkit tersebar tenaga surya telah banyak surya dan angin karena matahari bersinar sepanjang tahun dan angin juga selalu berhembus. Photovoltaic digunakan untuk mengkonversi radiasi sinar matahari menjadi listrik. Listrik yang dihasilkan oleh dari sel surya memiliki sifat yang tidak menghasilkan noise selama operasi dan tidak menghasilkan partikel yang beracun pada pembangkitan listriknya sehingga dapat kita simpulkan bahwa pembangkit ini merupakan pembangkit yang ramah lingkungan. Dalam menghubungkan photovoltaic ke jaringan PLN sebagai bentuk dari pembangkit tesebar dibutuhkan sistem inverter, karena output dari photovoltaic berupa tegangan DC. Untuk melakukannya dimanfaatkan penggunaan inverter boost transformerless agar mendapatkan hasil tegangan dan arus output yang diinginkan dengan kondisi yang bermacammacam, yaitu perubahan intensitas cahaya dan tegangan photovoltaic yang berbeda serta mengurangi biaya pemasangan suatu inverter photovoltaic yang tanpa menggunakan transformator untuk terhubung dengan jaringan. Kata Kunci—Inverter Transformerless, Konverter Boost, MPPT, Photovoltaic. II. SISTEM PEMBANGKIT TENAGA SURYA TERHUBUNG JARINGAN dikembangkan saat ini. Sistem yang digunakan ada 2 macam yaitu sistem stand-alone dan sistem grid-connected. Pada sistem gridconnected biasanya dibutuhkan alat tambahan yaitu transformator. Transformator ini berfungsi untuk menyesuaikan nilai tegangan keluaran inverter dengan jaringan PLN. Namun hal ini mengakibatkan biaya yang cukup besar untuk pengadaaan sistem ini. Oleh karena itu dikembangkan sistem yang tidak memerlukan transformator untuk bisa terhubung dengan jaringan yaitu sistem inverter boost transformerless. Sistem terdiri dari konverter boost dan inverter transformerless. Konverter boost digunakan untuk menaikkan tegangan photovoltaic agar lebih tinggi dari tegangan jaringan. Inverter transformerless dirancang agar dapat mengalirkan daya secara maksimum dari pembangkit tenaga surya. Daya maksimum didapatkan dengan penggunaan Maximum Power Point Tracking (MPPT). Metode yang digunakan adalah metode Perturb and Observe. Metode ini mencari nilai daya maksimum dengan pengaturan nilai indeks modulasi inverter transformerless. Sistem ini dapat bekerja dalam berbagai kondisi seperti intensitas cahaya matahari yang berubah dan besar tegangan PLN yang naik turun. P I. PENDAHULUAN ERSEDIAAN bahan bakar fosil semakin lama semakin menipis. Dalam beberapa tahun terakhir, hal ini menjadi salah satu topik pembicaraan dalam suatu pemberitaan. Pencarian energi alternatif ini dapat berupa energi yang berasal dari alam yang lain. Pemanfaatan energi alam ini dapat menjadi alternatif yang menarik sebagai pengganti bahan bakar fosil [1]. Tidak hanya memanfaatkan energi alam saja, melainkan masyarakat juga harusnya saling berkompetisi mencari modifikasi-modifikasi alat yang bisa dilakukan agar energi yang dihasilkan nantinya efisien. Apabila hal ini terlaksana maka akan dapat mengurangi ketergantungan manusia terhadap penggunaan bahan bakar fosil. Banyak sekali energi alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti fosil. Dewasa ini energi alam yang mulai banyak dikembangkan adalah energi surya dengan menggunakan sel surya atau photovoltaic, energi angin dengan menggunakan kincir angin, dan fuel cell. Energi yang paling menguntungkan adalah energi A. Photovoltaic Photovoltaic atau disebut dengan PV merupakan pembangkit energi terbarukan yang memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi kemudian diubah ke energi listrik [2]. PV terdiri dari rangkaian dua atau lebih lapisan semikonduktor. Prinsip kerja PV berkaitan dengan prinsip photoelectric. Cahaya matahari mengandung energi dalam bentuk foton. Ketika foton ini mengenai permukaan PV, elektron berlebih dari semikonduktor tipe-n akan bergerak menuju hole dari semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik. Modul PV adalah kumpulan dari beberapa sel PV. Modul yang akan digunakan adalah modul Solarex MSX-60 [3]. Modul ini terdiri dari 36 sel yang dapat membangkitkan daya maksimum sebesar 60W dengan kondisi intensitas cahaya (Iradiance) 1000W/m2 dan suhu 25oC. Karakteristik besarnya daya yang dapat dibangkitkan terdapat pada besarnya intensitas cahaya yang mengenai permukaan PV dapat dilihat pada Gambar 1 serta suhu lingkungan dapat dilihat pada Gambar 2. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 20 1000 W/m2 18 16 Daya (P) 2 DC 800 W/m2 14 RL G1 C 600 W/m2 12 10 8 6 Gambar 3. Rangkaian Konverter Boost 4 2 0 1 0 2 3 4 5 6 7 Tegangan (V) G7 DC G2 C2 LAC Gambar 1. Kurva P-V Perubahan Iradiance G4 AC 7 Daya (P) 6 G5 5 G3 4 Gambar 4. Rangkaian Inverter Transformerless 10 °C 3 G7 C3 25 °C 2 1 0 P 40 °C 60 °C 0 10 20 30 40 50 60 Tegangan (V) XL 70 80 90 Gambar 5. Aliran Daya Dua Sumber 100 Gambar 2. Kurva P-V Perubahan Suhu Array atau panel PV adalah modul-modul PV yang pemasangannya saling terhubung baik seri maupun paralel. Pemasangan seri akan mengakibatkan nilai tegangan yang keluar akan meningkat sebesar banyak modul yang diseri. Sedangkan pemasangan paralel mengakibatkan peningkatan arus yang dikeluarkan. B. Konverter Boost Konverter boost merupakan salah satu jenis dari konverter DC-to-DC yang berfungsi meningkatkan tegangan DC. Konverter boost mempunyai besaran tegangan keluaran yang selalu lebih besar daripada besaran tegangan input. Topologi dari konverter boost pada umumnya terdiri dari induktor, dioda, dan saklar. Untuk induktor dan dioda pada konverter boost disusun seri terhadap sumber sedangkan untuk saklar pada konverter boost dipasang secara paralel. Induktor berfungsi sebagai sumber arus dan tegangan serta untuk membatasi riak arus keluaran. Kapasitor pada konverter boost berfungsi untuk membatasi riak tegangan keluaran. Rangkaian konverter boost dapat dilihat pada Gambar 3. Besar nilai keluaran dari konverter boost ditentukan dengan cara mengatur nilai dutycycle seperti terlihat pada Persamaan (1). Dutycycle (D) merupakan perbandingan waktu ketika saklar on dibandingkan dengan periode switching. Vout Vin 1 D (1) C. Inverter Transformerless Grid Connected Inverter adalah suatu rangkaian yang mengubah besaran DC menjadi AC. Fungsi inverter adalah tegangan input DC diubah menjadi tegangan keluaran AC yang amplitudo dan frekuensi tegangan dapat diatur. Tegangan keluaran dapat diperoleh dengan mevariasi tegangan input DC atau dengan mengubah cara switching dari inverter. Bentuk ideal tegangan keluaran inverter berbentuk sinus, tetapi secara praktis tidak sinusoidal dan mengandung harmonisa. Inverter transformerless ialah tipe inverter full bridge dimana inverter ini menghasilkan tegangan sinusoidal penuh. Inverter ini dirancang dapat langsung terhubung ke jaringan dengan meninggalkan fungsi transformator sebagai media penghubung. Akurasi daya dari inverter transformerless yang dikeluarkan lebih unggul daripada inverter yang masih menggunakan transformator untuk terhubung dengan jaringan. Rangkaian inverter transformerless dapat dilihat pada Gambar 4. Proses aliran daya pada sistem yang terhubung dengan jaringan diperlukan sebuah induktor dalam pentransmisiannya seperti Gambar 5 [4]. Sebuah sumber tegangan V1 dengan sudut fasa δ1, terhubung dengan sebuah sumber tegangan lain V2 dengan sudut fasa δ2. Jika kedua sumber tersebut terhubung melalui sebuah saluran transmisi yang terdapat induktansi XL, maka akan mengalir arus (I) antar keduanya. Karena terdapat arus pada saluran tersebut, daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) juga akan mengalir diantara kedua sumber tersebut. Persamaan (2) untuk mencari nilai daya yang dialirkan. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 P V1 V2 sin XL 3 (2) D. Maximum Power Point Tracker Metode Perturb and Observe (P&O) merupakan salah satu macam metode MPPT [5]. Metode P&O mudah untuk digunakan dan memiliki harga yang paling rendah di antara metode-metode yang ada. Metode ini memiliki feedback yang sederhana dan beberapa parameter pengukuran. Metode ini beroperasi secara bertahap (seperti penambahan atau pengurangan) ketika terjadi perubahan dutycycle yang mengatur daya dari array dan membandingkan daya keluaran dari PV dengan kenaikan pada cycle sebelumnya. Jika gangguan menunjukkan suatu kenaikan (atau penurunan) dari daya array, maka gangguan berikutnya akan terbentuk ke arah yang sama (atau bertolak belakang). Pada kondisi ini, tracker daya puncak akan mencari kondisi daya puncak secara kontinyu. III. DESAIN SISTEM INVERTER BOOST TRANSFORMERLESS Panel Surya Iradiance Induktor Jaringan PLN PI Controller PI Controller Tegangan Kapasitor MPPT Controller Daya PV Gambar 6. Blok Diagram Sistem Tabel 1. Parameter Modul Photovoltaic Parameter Jumlah Modul Jumlah Sel (Ns) Daya Maksimum (Pmax) Tegangan pada Daya Maksimum (Vmp) Arus pada Daya Maksimum (Imp) Tegangan Tanpa Beban (Voc) Arus Hubung Singkat (Isc) Nilai 12 Modul 432 buah 2160 W 205,2 V 10,5 A 253,2 V 11,4 A C. Desain Sistem Inverter Boost Transformerless 1. Parameter Sistem Tabel 2. Parameter Sistem A. Konfigurasi Sistem Komponen utama dalam blok diagram dapat dilihat pada Gambar 6 yakni modul panel surya (PV), konverter boost, inverter transformerless, induktor penghubung, kontroler PI. Secara umum sistem bekerja dari PV yang menerima sinar matahari dan menghasilkan tegangan. Tegangan PV berupa besaran DC. Tegangan PV akan masuk dan diproses pada konverter boost untuk dinaikkan nilai tegangannya. Kerja konverter akan dikontrol dengan kontroler PI yang referensinya sudah ditentukan nilainya. Hal ini memungkinkan tegangan PV yang lebih rendah dari tegangan jaringan tetap dapat terhubung tanpa menimbulkan overmodulasi pada inverter. Hasil keluaran konverter akan disimpan pada dua kapasitor secara bergantian berdasarkan frekuensi dari jaringan. Dua kapasitor ini berfungsi untuk melepas tegangan menuju jaringan yang disalurkan melalui inverter agar mendapatkan besaran AC satu fasa. Inverter akan mengatur besar tegangan keluaran melalui nilai modulasi inverter yang didapatkan dari hasil proses MPPT Perturb and Observe (P&O). Tegangan keluaran inverter memiliki fasa 1o mendahului fasa tegangan jaringan sehingga daya dapat mengalir menuju jaringan. Suhu B. Desain Photovoltaic Modul PV yang digunakan adalah modul Solarex MSX-60. Dari modul tersebut disusunlah array yang terdiri dari 12 modul yang diseri kemudian array tersebut diparalel sebanyak 3 array. Parameter PV dapat dilihat pada Tabel 1. Parameter Daya Maksimum PV (PPV) Tegangan PV (Vin) Kapasitor DC PV (C1) Induktor konverter boost (Lb) Kapasitor DC bus (C2 & C3) Frekuensi Carrier (fs) Induktor Penghubung (Lac) Tegangan Jaringan (Vgrid) Frekuensi Jaringan (fg) 2. Nilai 2160 W 0 – 253,2 V 470 µF 2,8 mH 1680 µF 18000 Hz 2,5 mH 220 V 50 Hz Teknik Pensaklaran Sistem terdiri dari konverter boost dan inverter transformerless. Terdapat tujuh saklar pada sistem yaitu G1, G2, G3, G4, G5, G6 dan G7. Pengoperasian saklar memiliki waktu penyalaan dan teknik pensaklaran yang berbeda. Waktu penyalaan saklar dapat dilihat pada Gambar 7. Teknik pensaklaran dapat dilihat pada Gambar 8. G1 dioperasikan dengan teknik pensaklaran Pulse Width Modulation (PWM) analog. PWM analog yaitu sinyal referensi berupa tegangan DC dan sinyal carrier berupa tegangan gigi gergaji dengan frekuensi 18kHz. Hal ini untuk menyimpan dan melepas tegangan sumber PV di induktor (LDC) yang kemudian dialirkan untuk disimpan di kapasitor bus (C2 dan C3). G2, G3, G5, dan G7 dioperasikan dengan teknik pensaklaran zero crossing detector (ZCD). Teknik PWM ZCD ialah teknik yang mengketanahkan sinyal carrier-nya sedangkan sinyal referensi menggunakan tegangan jaringan. Penyalaan G3 dan G5 sesuai dengan cycle positif dari tegangan jaringan sedangkan G2 dan G7 sebaliknya dengan cycle negatif dari tegangan jaringan. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 4 + Pouterr (t) - Vgrid + - K G1 PPII (t) PI Leading 1o G6 G3 MPPT P&O G2,G7 -1 G3,G5 - Pout (t) G4 + G2 G4 Gambar 10. Kontroler Inverter Transformerless G6 Gambar 7. Waktu Penyalaan Saklar START + -1 Ukur PPV - G1 - DC + Vcarrier G4 Vcarrier G2,G7 Ya P(t)-P(t-1)=0 + + G2,G7 - AC - AC Tidak G6 G3,G5 G3,G5 Ya Vcarrier P(t)-P(t-1) > 0 Gambar 8. Teknik Pensaklaran Sistem + - VDCRef VPVerr(t) Band Stop Filter Naikkan Pref PI VPIB(t) + - G1 Sinyal Carrier Gambar 11. Flowchart MPPT Perturb and Observe Kontroler pada inverter transformerless mengatur nilai modulasi pada inverter untuk mengubah-ubah besar tegangan keluaran inverter. Sinyal error kontroler ini didapatkan dari pengurangan antara sinyal referensi dan sinya ukur pada daya keluaran sistem. Sinyal ukur sebelumnya diperkecil untuk mempermudah melihat perubahan. Sedangkan sinyal referensi didapatkan dari hasil proses MPPT. Hasil sinyal error tersebut kemudian akan menjadi sinyal referensi SPWM untuk pensklaran pada saklar G4 dan G6. VDCbus(t) 3. Kontroler Sistem Terdapat dua kontroler PI yang digunakan pada sistem yaitu kontroler pada konverter boost dan pada inverter transformerless. Kontroler konverter boost dapat dilihat pada Gambar 9. Kontroler pada konverter boost mengatur nilai tegangan yang ada pada kapasitor DC bus (C2 dan C3). Sinyal error kontroler ini didapatkan dari pengurangan antara sinyal referensi dan sinya ukur pada kapasitor C2. Sinyal ukur sebelumnya melewati band stop filter untuk memperhalus hasil. Sedangkan sinyal referensi berupa sumber tegangan DC. Hasil sinyal error tersebut menjadi sinyal referensi PWM analog untuk pensklaran pada saklar G1. Turunkan Pref KEMBALI Gambar 9. Kontroler Konverter Boost G4 dan G6 dioperasikan dengan teknik pensaklaran sinusoidal PWM (SPWM). Teknik ini menggunakan sinyal referensi sinusoidal dengan frekuensi 50Hz sedangkan sinyal carrier dari tegangan gigi gergaji 18kHz. Rugi-rugi akibat proses pensaklaran berkurang karena hanya dua saklar yang beroperasi. Tidak 4. Maximum Power Point Tracker Metode MPPT yang digunakan adalah Perturb and observe. Desain MPPT yang digunakan memiliki input berupa daya PV (Ppv). Kemudian Ppv akan diturunkan melalui proses dPpv/dt. Apabila hasil yang diperoleh tidak nol, maka berarti daya yang dialirkan PV belum maksimal. Hasil penurunan tersebut akan menaikkan atau menurunkan tegangan referensi PV yang selanjutnya diproses oleh sebuah rangkaian kontrol untuk menghasilkan sinyal referensi PPVref menggantikan PPVref pada kontroler inverter. Bila hasil dPPV/dt bernilai positif maka PPVref dinaikkan dan sebaliknya bila hasil dPPV/dt bernilai negatif maka PPVref diturunkan. Hal ini akan menghasilkan nilai PPVref yang membuat indeks modulasi dapat mengeluarkan daya maksimum. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 Daya (Watt) Arus (Ampere) 5 Waktu (second) Waktu (second) Gambar 14. Arus Sistem Kondisi Normal Daya (Watt) Tegangan (Volt) Gambar 12. Daya Sistem Kondisi Normal Waktu (second) Gambar 13. Tegangan Sistem Kondisi Normal IV. HASIL SIMULASI SISTEM Dalam simulasi ini sistem inverter boost transformerless akan disimulasikan dengan input dari sumber PV yang sudah dirangkai dan memiliki parameter seperti pada Tabel 2. Intensitas cahaya yang mengenai permukaan PV diatur pada kondisi maksimal yaitu 1000W/m2. Tegangan jaringan yang akan dihubungkan dengan PV diatur pada kondisi normal yaitu 220V 50Hz. Pada Gambar 12 daya keluaran sistem memiliki tingkat akurasi dari daya maksimum PV sebesar 98,39%. Hal ini menunjukkan bahwa kontroler MPPT P&O cukup berhasil dalam penggunaannya mencari nilai daya maksimum. Metode P&O mencari nilai daya maksimum berdasarkan perubahan pada daya keluaran PV dengan waktu perubahan yang sangat cepat. Hal ini mengakibatkan terjadi perubahan terus menerus pada hasil MPPT. Pada Gambar 13 tegangan keluaran sistem memiliki fasa yang bergeser mendahului tegangan jaringan. Hal ini berguna agar sistem dapat mengalirkan daya ke jaringan sesuai dengan Persamaan (2). Pergeseran fasanya sebesar 1o mendahului fasa jaringan. Namun pada proses pensaklarannya disesuaikan dengan fasa dari jaringan sehingga terlihat seperti terpotong awal tegangannya. Pada Gambar 14 arus keluaran sistem berbentuk mendekati sinusoidal danmemiliki frekuensi 50Hz seperti frekuensi dari jaringan. Waktu (second) Gambar 15. Daya Sistem Perubahan Intensitas Cahaya A. Perubahan Intensitas Cahaya Dalam simulasi ini sistem inverter boost transformerless akan disimulasikan dengan variasi Iradiance dimulai dari 1000W/m2 hingga 600W/m2 dan tegangan jaringan dibuat tetap sebesar 220V. Perubahan Iradiance akan mempengaruhi daya maksimum PV yang dapat dialirkan. Hal ini mengakibatkan perubahan juga pada daya maksimum keluaran sistem. Oleh karena itu diperlukan MPPT yang mampu mencari daya secara maksimum dari sistem yang dapat dialirkan ke jaringan. Perubahana Iradiance juga mempengaruhi nilai tegangan PV dan arus PV yang dapat dialirkan. Pada Gambar 15 perubahan daya ketika intensitas cahaya menurun cukup signifikan dengan akurasi daya sebesar 86,23%. Metode MPPT yang diterapkan dapat berfungsi dengan baik. Dapat dilihat juga bahwa perbedaan daya keluaran PV dan daya keluaran sistem atau efesiensi sistem tidak besar. Hal ini disebabkan metode MPPT yang digunakan berdasarkan perubahan daya keluaran PV seperti terlihat pada Gambar 11. Pada Gambar 16 tegangan keluaran sistem mengalami penurunan sesuai dengan daya yang dialirkan mengalami penurunan juga. Hal itu dibuktikan pada Persamaan (2). Pada Gambar 17 arus keluaran sistem mengalami distorsi yang semakin besar. Hal ini berbanding terbalik dengan penurunan daya yang dapat dialirkan. Arus keluaran PV semakin kecil karena intensitas cahaya yang mengenai permukaan PV mengalami penurunan. 6 Daya (Watt) Tegangan (Volt) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 Waktu (second) Gambar 18. Daya Sistem Ketika Tegangan Jaringan Naik Arus (Ampere) Daya (Watt) Gambar 16. Tegangan Sistem Perubahan Intensitas Cahaya Waktu (second) Waktu (second) Gambar 17. Arus Sistem Perubahan Intensitas Cahaya B. Perubahan Tegangan Jaringan Simulasi ini mengamati sistem inverter boost transformerless variasi perubahan besar tegangan jaringan dengan kenaikan sekitar 5% yaitu 230V dan penurunan sekitar 10% yaitu 200V, namun Iradiance tetap 1000W/m2. Perubahan nilai tegangan jaringan akan mempengaruhi nilai indeks modulasi inverter yang berfungsi untuk menentukan besar tegangan keluaran inverter. Daya maksimum PV yang keluar tetap tak terpengaruh namun akan mempengaruhi pada aliran daya ke jaringan. Pada Gambar 18 ketika tegangan jaringan mengalami kenaikan sebesar 5% daya yang dialirkan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan daya yang mampu dialirkan melebihi kapsistas dari daya maksmum PV sesuai dengan Persamaan (2). Sehingga daya yang mengalir mengalami penurunan. Akurasi daya yang dialirkan sebesar 97,36%. Pada Gambar 19 ketika tegangan jaringan mengalami penurunan sebesar 10% daya yang dialirkan mengalami penurunan pula. Hal ini sesuai dengan Persamaan (2). Akurasi daya yang dialirkan sebesar 88,01%. V. SIMPULAN Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1) Inverter transformerless dapat terhubung langsung dengan jaringan dan dapat mengalirkan daya secara maksimum. Waktu (second) Gambar 19. Daya Sistem Ketika Tegangan Jaringan Turun 2) Kontroler MPPT mampu mencari daya keluaran maksimum dengan berbagai kondisi seperti perubahan intensitas cahaya dan perubahan besar tegangan jaringan 3) Akurasi daya yang dapat dialirkan ke jaringan cukup besar dengan rata-rata 90,98% ketika terjadi perubahan intensitas cahaya dan rata-rata sebesar 94,59% ketika terjadi perubahan tegangan jaringan. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Jia-Min Shen, Hurng-Liahng Jou, and Jinn-Chang Wu, "Novel transformerless grid-connected power converter with negative grounding for photovoltaic generation system", IEEE Trans. Power Electron., vol. 27, no. 4, Apr. 2012. Rashid, Muhammad H. "Power Electronics: Circuits, Devices, and Applications", Pearson Prentice Hall. 2009. Solarex."MSX-60 and MSX-64 Photovoltaic Modules", USA, 1998. Safi’i, A.Y., “Desain dan simulasi konverter full bridge untuk mengatur tegangan DC link pada sistem pembangkit tersebar menggunakan sel bahan bakar”, Teknik Elektro ITS, Surabaya, Juli, 2011. Widodo, Rusminto T., Rugianto, Asmuniv, Sejati, Purnomo, "Maximum Power Point Tracker Sel Surya Menggunakan Algoritma Perturb And Observe", Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS, Surabaya, Indonesia. Schimpf, F., Norum, L.E., “Grid connected converters for photovoltaic, state of the art, ideas for improvement of transformerless inverters”, Norwegian University of Science and Technology. Riawan D.C., “Grid-Connected Buck-Boost Inverter for Variable Speed WECS Applications”, Chapter 5, Curtin University of Technology, Perth, Western Australia, 2010.