GEMPA-GEMPA DANGKAL DI SURABAYA DAN SEKITARNYA YANG SUMBER GEMPANYA (SESAR-SESAR) BELUM DIKETAHUI (SHALLOW BACKGROUND) 1 Helmy Darjanto1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Narotama Surabaya, Sekretaris HATTI (Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia) Jawa Timur, Sertifikasi G1. Email: [email protected] ABSTRAK Indonesia adalah termasuk negara dengan aktifitas seismik yang tinggi sehingga dalam perencanaan konstruksi bangunan harus memperhitung-kan aspek-aspek kegempaan. Surabaya dan sekitarnya sebagai kota terbesar kedua di Jawa merupakan tempat yang potensial untuk investasi sehingga ke depan pembangunan bidang konstruksi hendaknya memperhatikan aspek kegempaan untuk menghindari kerugian yang mungkin timbul akibat gempa. Dari katalog gempa yang diambil dari: National Earthquake Information Center U.S. Geological Survey (NEIC-USGS, PDE), Centennial (relocated, USGS), The Bureau Central International de Seismologie (BCIS), International Seimological Summeries (ISS), International Seimological Center (ISC), Abe, Abe & Noguchi dan Gutenberg & Richter, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia dan perioda data dari tahun 1964 – 2007 yang kemudian dari hasil penelitian Masyhur Irsyam (2009) semua gempa dangkal (0 – 50 km) yang terjadi pada daerah subduksi megathrust dan fault-fault yang teridentifikasi dihapus kemudian dihasilkan gempa-gempa yang belum diketahui sumber gempanya. Kondisi ini dinamakan shallow background. Ternyata gempa-gempa seperti ini cukup banyak terjadi di Jawa Timur khususnya kota Surabaya & sekitarnya. Jika gempa ini terjadi yang bila tidak disikapi sebagai peringatan dini bahwa shallow background juga mengancam maka kasus gempa Jogja Mei 2006 terulang di Surabaya & sekitarnya. Kata kunci: gempa dangkal (0 – 50 km), shallow background PENDAHULUAN Indonesia adalah termasuk negara dengan aktifitas seismik yang tinggi sehingga dalam perencanaan konstruksi bangunan harus memperhitungkan aspek-aspek kegempaan. Surabaya dan sekitarnya sebagai kota terbesar kedua di Jawa merupakan tempat yang potensial untuk investasi sehingga ke depan pemba-ngunan bidang konstruksi hendaknya memperhatikan aspek kegempaan untuk menghindari kerugian yang mungkin timbul akibat gempa. SHALLOW BACKGROUND Shallow Background adalah sebutan untuk gempa-gempa dangkal (0-50 km) yang pernah terjadi akan tetapi sumber gempanya belum diketahui. Perioda gempa 200 tahunan yang memungkinkan terjadinya seismic gap di Indonesia telah dipetakan oleh Omer Aydan (2008), seperti Gambar 1 di bawah ini: Gambar 1. Kegempaan di Kepulauan Indonesia dan Kemungkinan Terjadinya Seismic Gap Dari peta tersebut dampak gempa untuk Jawa Timur atau Surabaya & sekitarnya lebih cenderung pada SG3 akan tetapi jaraknya yang cukup jauh sehingga memberi dampak yang tidak signifikan. Peta gempa tersebut sebagai jawaban para ahli geologi Australia yang meramalkan akan terjadi gempa besar di Indonesia termasuk Jawa. Akan tetapi yang perlu diwaspadai adalah gempa-gempa dangkal yang belum diketahui sumber sesar/gempanya, mungkin bisa juga kasus gempa Jogja Mei 2006 akan terulang di Surabaya & sekitarnya. H-1 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2010 Untuk Jawa Timur atau Surabaya & sekitarnya belum nampak adanya sumber-sumber gempa dangkal, perhatikan Gambar 2 berikut ini: Gambar 2. Sumber-sumber Gempa Yang Telah Teridentifikasi Oleh karenanya dalam penelitian Masyhur Irsyam (2009) ini dicoba untuk memetakan gempagempa dangkal yang sumber gempanya belum teridentifikasi. METODE DAN DATA Metode. Metodenya adalah dengan kolektif data dari katalog gempa dangkal (0-50 km) dengan perioda waktu tahun 1964 – 2007 yang terjadi pada daerah subduksi megathrust dan fault-fault yang teriden-tifikasi dihapus, kemudian dihasilkan gempa-gempa yang belum diketahui sumber gempanya. Data. Data dari katalog gempa yang diambil dari: National Earthquake Information Center U.S. Geological Survey (NEIC-USGS, PDE), Centennial (relocated, USGS), The Bureau Central International de Seismologie (BCIS), International Seimological Summeries (ISS), International Seimological Center (ISC), Abe, Abe & Noguchi dan Gutenberg & Richter, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia. Adapun gempa-gempa dangkal yang terjadi di Jawa Timur atau Surabaya & sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini: Gambar 3. Gempa-gempa Dangkal Yang Terjadi Di Jawa Timur atau Surabaya & Sekitarnya H-2 ISBN : 978-979-18342-2-3 HASIL DAN DISKUSI Hasil. Hasilnya ada beberapa gempa yang teridentifikasi belum jelas sumber gempanya, seperti pada Gambar 4 berikut ini: Gambar 4. Shallow Background Yang Terjadi Di Jawa Timur atau Surabaya & Sekitarnya Diskusi. Dari hasil penelitian Masyhur Irsyam (2009), membuktikan ada gempa-gempa yang belum teridentifikasi sumber sesarnya dan dari hasil penelitian terbaru bahwa di Sidoarjo ada sesar baru. Hal ini perlu diperhatikan dan perlu disosialisasikan sebagai early warning kepada semua masyarakat terutama pemerintah bersama asosiasi tenaga ahli dan perguruan tinggi untuk membuat langkah-langkah antisipasi. KESIMPULAN Dalam merancang konstruksi bangunan untuk kota Surabaya & sekitarnya atau Jawa Timur pada umumnya terutama klasifikasi bangunan khusus harus tetap memperhatikan beban gempa. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Panitia Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2010 dengan tema "Pembangunan Berkelanjutan dan Perawatan Infrastruktur Berdasarkan Penelitian dan Pengalaman Praktis" Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS yang memberikan peluang kepada kami untuk tampil dalam Seminar Nasional di atas. DAFTAR PUSTAKA [1] Asrurifak, M., et.al. 2010. Development of Spectral Hazard Map for Indonesia with a Return Period of 2500 Years using Probabilistic Method, Civil Engineering Dimension, Vol. 12, No. 1, 52-62, ISSN 1410-9530. [2] Irsyam, M. 2009. Hasil Beberapa Riset Gempa dan Materi Kuliah, Institut Teknologi Bandung. [3] McCaffrey, et.al. 1987. Earthquakes Gravity and Origin of the Bali Basin, Journal Geophys. Res., Vol. 92, p. 441-460. H-3 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2010 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN H-4 ISBN : 978-979-18342-2-3 FLOOD EARLY WARNING SYSTEM M.I.M ( MONITORING INSTRUMENTASI MASYARAKAT ) PERINGATAN DINI BENCANA BANJIR BERBASIS MASARAKAT Moch. Ibnu Mas’ud, ST I. PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai beribu pulau mempunyai beribu gunung dan dataran tinggi yang curam dan lembah lembah .Daerah tropis mempunyai dua musin yaitu musim kemarau dan musim hujan yang selalu diikuti dengan bencana banjir dibeberapa daerah. II. LATAR BELAKANG. Banjir adalah malapetaka yang tidak di senangi oleh masyarakat dari klas papan atas sampai bawah, setiap kejadian pasti akan mempunyai dampak risiko mulai yang kecil sampai membawa korban nyawa. Akibat banjir akan mempengaruhi kehidupan masyarakat daerah sampai tingkat nasional dari perikonomian, sosial, maupun kesehatan, dari beberapa lokasi kejadian banjir antara lain sebagai berikut:. BANJIR SITU GINTUNG BENCANA BANJIR 27 MARET 2009 Situ Gintung berlokasi di Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten danberada disebelah Barat dari Provinsi DKI Jakarta. Waduk Situ Gintung selesai dibangun tahun 1933 oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menambah volume air yang sebelumnya berada dalam suatu telaga alam yang selanjutnya merupakan suatu waduk. Waduk Situ Gintung dengan luas genangan semula sekitar 33 Ha dan pada kondisi terakir tinggal 21 ha dengan kapasitas tampungan waduk sekitar 690.000 m3 Banjir besar Situ Gintung , 27 Maret 2009 H-5 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2010 Lokasi : Situ Gintung, Hujan deras mengguyur wilayah sekitar Waduk Situ Gintung pada tanggal 26 Maret sore dan dengan cepat menambah isi waduk yang pada waktu itu elevasi air sudah cukup tinggi kira-kira 1,00 m di bawah mercu bangunan pelimpah. Muka air waduk naik mulai pukul 17.00 WIB dan meluap melalui pelimpah dan terus mengalir melalui saluran pembuangan ke Sungai Pesanggrahan. Selanjutnya terjadi keruntuhan bendungan disekitar bangunan pelimpah yang menyebabkan banjir ke bagian hilir. Korban akibat banjir sekitar 100 orang meninggal dan kerusakan pada sekitar 300 bangunan rumah dan fasilitas umum. Kerusakan bangunan sekitar 26% rusak total, sekitar 61% rusak berat dan 13% rusak ringan. Hal ini berawal pada pengertian bahwa bendungan Situ Gintung adalah bendungan tipe urugan tanah untuk menahan air sehingga terbentuk suatu waduk atau wadah buatan untuk manampung air yang dapat dinamakan sebagai waduk Situ Gintung. Bendungan Situ Gintung yang selesai dibangun sekitar tahun 1932, sesuai data dan informasi yang ada disebutkan bahwa volume tampungan waduk sebesar 1,5 juta m3,puncak bendungan sekitar 200 m, tinggi bendungan diperkirakan 10 m. Berkaitan dengan penyebab kegagalan bendungan Situ Gintung yang mengakibatkan banjir besar, walaupun diawali dengan keadaan curah hujan yang sangat tinggi, perlu dilakukan kajian yang mendalam dengan mengacu pada Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi . Berkaitan dengan dampak perubahan iklim global yang disebutkan sangat mempengaruhi keadaan hidrologi yang terkait dengan bendungan, BANJIR SITU GINTUNG Berbagai pihak telah melakukan pembahasan mengenai banjir besar keruntuhan bendungan Situ Gintung dan mengemukakan berbagai pendapat. Pembahasan juga dilakukan pada Seminar Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar di Yogyakarta tanggal 10-11 Juni 2009. Penyebab keruntuhan mengakibatkan banjir pada peristiwa itu antara lain adalah: Saluran luncur tidak cukup kapasitasnya untuk mengalirkan banjir 27 Maret 2009 sehingga terjadi “over topping” di atas dinding saluran luncur pelimpah. Muka air waduk pada puncak banjir cukup tinggi, elevasi +99,00 m. Denah waduk situgintung. . Ref : Buletin KNI-BB.Edisi Pebruari 2010 H-6 ISBN : 978-979-18342-2-3 BANJIR BESAR SUTOJAYAN BLITAR DESEMBER 2004 Kondisi Topografi Kondisi topografi di sekitar Kali bogel dengan kemiringan 8 sampai 15%. membentuk lembah agak dalam dengan mengikis dataran rendah yang tersusun dari endapan Alluvial Holocene Deposits hingga ke permukaan lapisan dasar batuan yang keras. Elevasi dasar sungai bogel El. 158 m dan elevasi puncak tanggul 168 m. Daerah bencana banjir kecamatan Sutojayan kabupaten Blitar. Daerah Kecamatan Sutojayan ini merupakan daerah yang paling banyak menderita kerugian akibat banjir. Lokasinya bencana berada di daerah hulu/tengah Kali Bogel. Ketinggian genangan di beberapa tempat mencapai 2 – 2,50 m (genangan tertinggi mencapai El. 139,87 m sedangkan daerah terendah sekitar pada elevasi 137.00. Lokasi genangan di daerah Sutojayan Data ketinggian dan waktu terjadinya genangan dan genangan yang terjadi di rumah penduduk dan jebolnya beberapa tanggul H-7 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2010 Penyebab terjadinya banjir besar adalah meluapnya anak-anak sungai Bogel yang merupakan salah satu sungai yang masuk ke sungai Brantas. Kejadian Banjir Pasca Banjir tanggal 2 – 5 Desember 2004 Telah terjadi beberapa kali banjir di Sutojayan setelah kejadian banjir besar tersebut yaitu : Tanggal 23 Des 2004. Ketinggian genangan sekitar 60 cm, pada saat tersebut curah hujan di Birowo 70 mm dan di Wlingi 53 mm.dan Tanggal 29 Des 2004 Ketinggian genangan sekitar 50 cm dimana curah hujan di Birowo 77 mm dan di Wlingi 43 mm. Tanggal 7 Januari 2004 Ketinggian genangan sekitar 30 cm, curah hujan di St. Birowo mencapai 55 mm dan di St. Wlingi 53 mm. Identifikasi Korban Jiwa Terdapat 14 orang meninggal dunia pada saat terjadi banjir : Kec. Sutojayan, Kab. Blitar 6 orang meninggal dunia Paidi (62 th) : tenggelam Muhtarom (65 th) : dievakuasi meninggal di Posko Warsiyem (10 th) : dievakuasi meninggal di Posko Sumaji (47 th) : dievakuasi meninggal di posko Mutiara Sulfa (2 th) : dievakuasi meninggal di posko 1 orang : tenggelam Desa Kademangan Kec. Kademangan 6 orang meninggal dunia Sutrimah (80 thn) : tenggelam Sutimah (70 thn) : tenggelam Waris (80 thn) : dievakuasi dlm keadaan sakit Mbah Sikat (75 thn) : tenggelam Nila (3,5 bulan) : sakit 1 orang : tenggelam Daerah yang terkena banjir di wilayah Kabupaten Blitar Kecamatan Kesamben: Desa Jajagan. Kecamatan Binangun: Desa Ngembul, Bunrejo dan Kedungwungu. Kecamatan Sutojayan: Desa Sutojayan, Kalipang, Kedungbunder, Jenglong, Sukorejo, Pandanarum, Bacem, Sumberejo. Banjir besar Kabupaten Nganjuk 2006 dan 2007 Sungai Kuncir adalah anak Sungai Widas yang berada di selatan kota dan berasal dari dataran tinggi yang terjal gunung Wilis/air terjun Sedudo. Sungai Semantok anak sungai Widas daerah utara kabupaten Nganjuk dan berasal dari dataran tinggi gunung gamping utara dan gunung pandan. H-8 ISBN : 978-979-18342-2-3 Banjir besar sungai Kuncir 2006 Banjir besar sungai Semantok 2007 III. MAKSUD dan TUJUAN Alat instrumentasi Early Warning System-M.I.M ini dibuat berdasar pada ide pertolongan pertama bagi masyarakat yang berada di wilayah yang terkena dampak banjir. Bagi warga yang berada di sekitar wilayah hilir sungai ataupun pada belokan sungai yang memiliki resiko tinggi terkena dampak banjir, rata-rata tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui saat kapan dan di wilayah sisi mana akan terkena dampak banjir. Dengan keberadaan alat Flood Early Warning System–M.I.M yang berbasis masyarakat ini diharapkan mampu untuk mengantisipasi keberadaan banjir, sehingga dapat meminimalkan jumlah korban, baik itu berupa korban jiwa maupun korban fisik harta benda. Pada alat Flood Early Warning System-M.I.M ini disusun sedemikian rupa sehingga berupa rangkaian alat yang mampu beroperasi untuk menunjukkan keberadaan water level yang kritis pada suatu wilayah sungai. Rangkaian alat ini terdiri atas sebuah arus DC dengan accu, rangkaian komponen alat elektronika, sensor water level yang sesuai temperatur di Indonesia, lampu sirine dan pengeras H-9 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2010 suara. Sebelumnya keberadaan water level yang kritis dapat dideteksi melalui komponen bola plastik yang akan menyentuh jika terkena arus air yang melalui level air tertentu. Kemudian keberadaan bola plastik tersebut dirubah dengan menggunakan sensor yang sesuai dengan temperatur di Indonesia untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan seperti yang sering terjadi pada bola plastik akibat adanya sampah yang terangkut oleh arus air deras. Sensor akan terhubung dengan lampu sirine yang berwarna biru, kuning dan merah sesuai siaga.. Pada level hijau kondisi air berada dalam keadaan siaga waspada, pada level kuning kondisi air berada dalam kondisi siaga persiapan, sedang pada level merah/siaga awas maka kondisi air berada dalam keadaan bahaya, yang artinya penduduk harus sudah mengevakuasi diri ke tempat lebih aman. Jarak antara level kuning menyala hingga mencapai level merah kurang lebih selama 1,5 – 2 jam. Jadi ketika level kuning, sirine sudah meraung-raung dan diharapkan masyarakat sudah bersiap-siap untuk mengamankan diri/keluarga dan memperingatkan lingkungan sekitarnya serta memberitahu kepada di daerah wilayah bawah ( dowstream ) bahwa sebentar lagi air banjir akan datang. Keberadaan alat ini sangat membantu bagi warga untuk menyelamatkan diri dari bahaya banjir yang mungkin terjadi di wilayah mereka. Seperti diketahui, bahwa pada waktu sebelumnya, hanya untuk wilayah-wilayah tertentu saja yang dapat diantisipasi oleh jaga tirta ( pengawas muka air sungai ) jika terjadi bencana banjir. Dengan adanya alat Flood Early Warning System-MIM yang berbasis masyarakat ini, yang dapat ditempatkan di wilayah-wilayah yang rawan terjadi bencana banjir, maka pemantauan akan adanya bahaya banjir yang mengancam akan dapat dibantu oleh alat tersebut. Sehingga dapat meminimalkan korban yang mungkin dapat terjadi. Dengan keberadaan alat ini yang sangat membantu masyarakat, maka diharapkan masayrakat memiliki itikad untuk memeliharanya. Karena dengan kesadaran masyarakat untuk memeliharanya, jumlah kerugian yang mungkin akan diderita oleh masyarakat sendiri jika terjadi bencana banjir akan dapat diminimalisir. Berdasar pada fakta-fakta bencana banjir yang pernah terjadi, selalu terdapat korban jiwa maupun harta benda yang merupakan milik masyarakat tersebut. Dengan kerugian yang ditimbulkan tersebut, masyarakat pasti akan memulai kembali usaha mereka dari awal. Sehingga secara tidak langsung maka masyarakat akan turut menjaga alat Flood Early Warning System-MIM ini dengan sebaik-baiknya, supaya dapat mencegah timbulnya korban akibat bencana banjir. Berdasar pada awal sosialisasi/pemasangan alat Flood Early Warning System-MIM ini, mendapat respons yang sangat baik dari masyarakat setempat. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, sesuai dengan fungsi dan manfaatnya yang membantu masyarakat maka alat ini mendapat perhatian penuh dari masyarakat. Terutama dalam pemeliharaan dan kelanjutan operasinya. Di samping itu, alat ini dipasang pada tempat-tempat yang strategis, yang mana dapat dilihat dan diawasi oleh masyarakat, namun juga memenuhi kaidah teknis untuk memantau level air. Sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk memeliharanya dan juga tidak mengganggu keberadaan lingkungan maupun kegiatan masyarakat di sekitarnya. Sebagai referensi pembuktian keberadaan dan fungsi alat ini dapat dilihat pada lampiran dan video operasional alat ini. IV. KESIMPULAN. MIM (Monitoring Instrumentasi Masyarakat) adalah peralatan Peringatan Dini Banjir yang berbasis Mayarakat/dari & untuk Masyarakat. Peralatan otomatis peringatan dini banjir yang sangat murah dan sederhana mempunyai nilai amal dan sangat diperlukan dan paling mudah dimengerti oleh masyarakat. Perlunya pemasangan peralatan yang berbasis Masyarakat M.I.M (Monitoring Insrumentasi Masyarakat) / dari & untuk Masyarakat untuk meminimalisir korban harta dan jiwa dari keganasan air banjir. H-10 ISBN : 978-979-18342-2-3 H-11 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2010 H-12 ISBN : 978-979-18342-2-3 H-13 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2010