analisis pola komunikasi anak pemulung dengan

advertisement
ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANAK PEMULUNG DENGAN
PEMBIMBING DALAM UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN
DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (YMAI)
LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Oleh :
FINTI FATIMAH NUR SAIDAH
NIM. 109051000201
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M
ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANAK PEMULUNG DENGAN
PEMBIMBING DALAM UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN
DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (YMAI)
LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Oleh :
FINTI FATIMAH NUR SAIDAH
NIM. 109051000201
Pembimbing :
WATI NILAMSARI M.SI
NIP. 197105201999032002
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M
LEMBAR PERYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan telah dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudia hari terbukti bahwa karya ini bukan asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerim|
Jakarta, 15 Januari 2014
FINTI FATIMAH NUR SAIDAH
NIM. 109051000201
ABSTRAK
Finti Fatimah Nur Saidah – NIM.109051000201
Analisis Pola Komunikasi Anak Pemulung Dengan Pembimbing Dalam Upaya
Pembinaan Keagamaan Di Yayasan Media Amal Islami (YMAI) Lebak Bulus
Jakarta Selatan
Sebagai seorang anak dari pemulung anak-anak pemulung yang lahir dan
tumbuh di lingkungan keluarga pemulung seolah-olah harus mengurungkan
impian memiliki masa depan yang cerah. Mereka tumbuh besar di lingkungan
yang keras, prilaku orang-orang dewasa yang kerap memberikan contoh kurang
baik, di masa pertumbuhannya anak pemulung seringkali mencontoh perilakuprilaku tersebut. Anak-anak pemulung kerap berbicara kasar, terkadang
bertengkar, mereka bahkan tidak mengenal agama mereka dengan baik karena
keterbatasan pendidikan keagamaan di lingkungan mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk pembinaan
keagamaan yang dilakukan pembimbing kepada anak-anak pemulung di Yayasan
Media Amal Islami dan juga untuk mengetahui bagaimana bentuk pola
komunikasi yang terjadi antara pembimbing dengan anak-anak pemulung dalam
proses pembinaan keagamaan di Yayasan Media Amal Islami
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yakni penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang
dikumpulkan dengan menggunakan teknik obsevasi, wawancara dan juga
dokumentasi. Kemudian data yang telah di peroleh di analisa dan di jelaskan
menggunakan metode deskriptif. Sedangkan teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori pola komunikasi yang digagas oleh Onong Uchjana
Efendi yang menjelaskan bahwa terdapat empat jenis pola komunikasi, yakni pola
komunikasi pribadi yang terdiri dari komunikasi intrapribadi dan antarpribadi,
pola komunikasi kelompok, pola komunikasi massa dan pola komunikasi
bermedio.
Hasil penleitian menunjukan proses pembinaan di Yayasan Media Amal
Islami dilakukan dalam bentuk Taman Pendidikan Al-Qur’an, sedangkan pola
yang diterapkan dalam pembinaan keagamaan di Yayasan Media Amal Islami
adalah pola komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi kelompok. Pembimbing
dalam melakukan proses pembinaan keagamaan menggunakan kedua pola
tersebut secara bergantian dan saling mendukung antara pola komunikasi
antarpribadi dan pola komunikasi kelompok. Dengan menggunakan kedua pola
tersebut pembimbing dapat berinteraksi secara langsung (face to face) dengan
anak-anak pemulung. Kedua pola komunikasi yang diterapkan dalam proses
pembinaan memiliki tiga kesamaan sifat yaitu : mengunakan bahasa verbal (baik
lisan maupun tulisan), menggunakan bahasa non-verbal sebagai bentuk
penggambaran secara utuh terhadap pemberian suatu materi dan juga pola
komunikasi yang digunakan selalu dilakukan secara tatap muka (face to face).
i
KATA PENGANTAR
 
   
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Pola Komunikasi Anak Pemulung Dengan Pembimbing
Dalam Upaya Pembinaan Keagamaan Di Yayasan Media Amal Islami (YMAI)
Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
utusan Allah SWT Sayyidina Muhammad SAW.
Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari jasa, bantuan, do’a dan
dorongan semua pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta Dr.Suparto, M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,
Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Drs.
Wahidin Saputra, MA selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
beserta Umi Musyarofah selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
3. Noor Berkti Negoro, M.Si selaku Dosen Penasihat Akademik Kelas F Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Segenap Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuanya kepada peneliti.
5. Wati Nilamsari M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi, terimakasih atas
kesabaranya dalam membimbing peneliti.
6. Ayahku dan Ibuku tercinta, terimakasih atas doa-doa ayah dan ibu yang selalu
mengalir untuk keberhasilan anakmu ini, semoga Allah berkenan
mengabulkan setiap doa yang engkau panjatkan.
7. Adik-adiku tercinta A.Sulthon Choiruddin dan Putri Khofifah NS semoga
kakakmu ini bisa menjadi contoh yang baik dan penyemangat untuk kalian.
8. Ust. Aslih Ridwan M.A selaku pendiri Yayasan Media Amal Islami, yang
telah mengijinkan dan mendukung peneliti melakukan penelitian di yayasan
tersebut.
9. Segenap pengurus di Yayasan Media Amal Islami terutama Ust. Dzulfitri
Sulaiman S.Pd yang telah banyak membantu selama peneliti melakukan
penelitian di yayasan tersebut.
10. Ka Aderatna, Ka Ratnasari dan Ibu Siti Chuzaemah selaku pembimbing bagi
anak-anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami, terimakasih atas segala
kesediaanya untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini.
ii
11. BenQ tersayang terimakasih karena telah menemani peneliti selama tiga tahun
terakhir.
12. Sahabat-sahabatku Silvi Arifyanti S.Kom.I, Maryam Khoirunnisa S.Kom.I,
Fildza Maulidya S.Pd dan Fatimah S.Kom.I terimaksih terimakasih dan
terimakasih telah bersahabat bersama peneliti selama bertahun-tahun yang
penuh dengan warana warni dan juga terimakasih atas perhatian dan kebaikan
kalian untuk peneliti.
13. Kawan-kawan KPI-F merangkap KKN EKSIS terimakasih atas
kebersamaanya selama tujuh semester.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Peneliti ucapkan
trimakasih atas segala bentuk bantuanya.
Semoga segala betuk bantuan dan kebaikan yang telah diberikan dengan
iklas untuk peneliti dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda oleh Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umunya dalam menambah wawasan Ilmu Pegetahuan.
Jakarta, Januari 2014
Finti Fatimah Nur Sidah
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... vii
BAB I
: PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 5
1. Pembatasan Masalah ................................................................... 5
2. Perumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6
1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 7
1. Pendekatan Penelitian ................................................................. 7
2. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................... 7
E. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 9
F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ............................... 9
1. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 9
2. Analisi Data ............................................................................... 11
G. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 12
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14
BAB II
: KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................... 15
A. Pola Komunikasi .............................................................................. 15
B. Teori Pola Komunikasi ................................................................... 16
C. Tradisi Sibernetika ........................................................................... 20
D. Unsur-unsur Komunikasi ................................................................ 23
E. Pembinaan Keagamaan ................................................................... 27
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan ......................................... 27
2. Tujuan Pembinaan Keagamaan ............................................... 29
F. Pemulung .......................................................................................... 30
1. Pengertian Pemulung ................................................................ 30
2. Kehidupan Pemulung ................................................................ 31
3. Anak-anak Pemulung ................................................................ 33
BAB III
: GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
(YMAI) ................................................................................................... 35
A. Yayasan di Indonesia ...................................................................... 35
B. Perkembangan Yayasan Media Amal Islami ............................... 37
C. Profil Yayasan Media Amal Islami ............................................... 39
D. VISI MISI Yayasan Media Amal Islami ...................................... 40
E. Struktur Organisasi Yayasan Media Amal Islami ....................... 41
iv
F. Program Yayasan Media Amal Islami .......................................... 42
G. Profil Pengajar Yayasan Media Amal Islami ............................... 43
H. Profil Anak-anak Binaan Yayasan Media Amal Islami ............. 44
BAB IV
: ANALISA DAN TEMUAN LAPANGAN ...................................... 46
A. Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung Yayasan Media Amal
Islami (YMAI) ................................................................................. 46
B. Pola Komunikasi Yayasan Media Amal Islami (YMAI) ........... 53
BAB V
: PENUTUP .............................................................................................. 69
A. Kesimpulan ....................................................................................... 69
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 70
C. Saran .................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 72
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kerangka Subjek Penelitian ......................................................................8
Tabel 2 : Data Entry Yayasan Untuk Tahun 2003 Sampai dengan Tahun 2012 ...37
Tabel 3 : Profil Pembimbing Yayasan Media Amal Islami ...................................44
Tabel 4 : Profil Anak Binaan Yayasan Media Amal Islami .................................45
Tabel 5 : Objek Penelitian : Anak Binaan Yayasan Media Amal Islami ..............45
Tabel 6 : Pembagian Kelas TPA Yayasan Media Amal Islami ............................. 47
Tabel 7 : Jadwal Kegiatan TPA Yayasan Media Amal Islami ............................. 48
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Struktur Organisasi Yayasan Media Amal Islami............................... 41
Gambar 2 : Proses Pembinaan Kelas TPA Ula ..................................................... 49
Gambar 3 : Proses Pembinaan Kelas TPA Wustho ..............................................50
Gambar 4 : Proses Pembinaan Kelas TPA Ula ..................................................... 51
Gambar 5 : Proses Komunikasi Antar Pribadi ...................................................... 58
Gambar 6 : Proses Komunikasi Kelompok ........................................................... 61
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jakarta sebagai ibukota Indonesia merupakan kota yang menjadi pusat
perdagangan, pusat ekonomi, pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat
sosial dan bahkan sebagian besar perputaran uang berpusat di Jakarta. Ini
menjadi daya tarik masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi1 ke Jakarta.
Banyak dari mereka melakukan urbanisasi ke Jakarta dengan motif dorongan
ekonomi, mereka beranggapan setelah mereka sampai di Jakarta mereka akan
mendapatkan pekerjaan dan tentunya pendapatan yang lebih besar dari
pekerjaan mereka di desa, tidak banyak dari mereka setelah berpindah dari
desa ke kota mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan pendapatan yang
lebih besar, begitupun sebaliknya tidak sedikit dari mereka setelah berpindah
ke kota malah tidak mendapatkan hasil seperti yang mereka inginkan,
kebanyakan mereka ini pergi ke Jakarta dengan modal nekad mereka mencari
pekerjaan di kota tanpa berbekal keterampilan, keahlian serta tingkat
pendidikan yang relatif rendah, setelah mereka sampai di Jakarta mereka tidak
tahu apa yang harus mereka lakukan, mencari pekerjaan kesana-kemari tidak
ada hasil yang mereka dapatkan.
Munculah berbagai macam pemasalahan di kota Jakarta. Sekian
banyak tempat lapangan pekerjaan, ternyata belum cukup untuk mengurangi
jumlah pengangguran. Disamping itu jumlah penduduk Jakarta hampir di
1
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Sumber :
http://kbbi.web.id/urbanisasi, tanggal akses : 17.42 WIB 29 Januari 2014.
1
2
setiap tahunya bertambah, berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukan
bahwa jumlah penduduk DKI Jakarta bertambah 1,2 juta penduduk dalam
kurun waktu 10 tahun yakni antara tahun 2000 hingga tahun 2010.2 Melihat
banyaknya jumlah penduduk yang melakukan urbanisasi akhirnya mereka
yang kurang berhasil setelah pindah ke Jakarta bekerja serabutan, apapun hal
yang menghasilkan uang mereka kerjakan. Salah satunya adalah sebagai
pemulung. Pemulung yang dimaknai sebagai orang yang kesehariannya
memungut barang bekas seperti kertas bekas, botol bekas, kaca, bahan bekas
lainya bahkan tembaga atau besi. Barang dikumpulkan kemudian dijual
kepada pengumpul atau agen untuk dijual kembali kepada siapa saja yang
akan memproses barang itu sehingga menjadi barang yang bernilai ekonomi.
Kehidupan sebagai seorang pemulung di kota Jakarta ini sangat sarat
dengan problema baik dari sisi pribadi seorang pemulung maupun masyarakat
luas. Problema dari sisi pribadi seorang pemulung antara lain adalah
minimnya pendapatan yang mereka peroleh untuk pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari. Kebanyakan dari para pemulung mendirikan tempat tinggal
tidak jauh dari tempat mereka mencari barang-barang bekas atau TPA (tempat
pembuangan akhir). Mereka mendirikan rumah non permanen dengan
menggunakan barang-barang bekas seperti menggunakan kardus bekas, kayu
bekas, seng-seng bekas, kondisi seperti ini tentulah sangat jauh dari kata
layak, terlebih jika kita melihat ke lingkungan sekitar mereka mendirikan
2
Badan Pusat Statistik,
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1,
tanggal akses 17 September 2013 pukul : 14.48.
3
tempat tinggal, udara yang tercemar, minimnya ketersediaan air bersih,
rawannya bencana alam seperti banjir dan selain itu bahaya berbagai macam
penyakit menanti mereka.
Sebagai pemulung kehidupan mereka seolah termarjinalkan, tidak
sedikit masyarakat yang menganggap keberadaan pemulung dianggap
mengganggu kebersihan, keindahan, ketertiban, kenyamanan dan keamanan
masyarakat. Pemulung juga dianggap sebagai golongan sosial rendah,
seringkali pemulung dicacimaki, dipukuli atau diusir dari tempat mereka
mencari nafkah tanpa memberikan solusi yang terbaik bagi mereka.
Jika problema yang di alami para pemulung sedemikian pelik lantas
bagaimana kehidupan para pemulung di masa mendatang. Anak-anak
pemulung harus rela meninggalkan sekolah dan kehilangan kebahagiaan masa
kecil mereka. Apabila yang demikian tetap terjadi maka kehidupan para
pemulung di masa mendatang tidaklah berubah. Untuk itu hal yang demikian
tidak boleh terjadi, anak-anak pemulung harus mendapat pendidikan yang
layak dan setara dengan anak-anak lainya di negeri ini, anak pemulung harus
memiliki mimpi dan untuk mewujudkan mimpi itu mereka harus memiliki
pendidikan yang cukup. Hal lain yang perlu diperhatikan dari anak-anak
pemulung adalah lingkungan sekitar mereka, anak-anak pemulung tumbuh
besar di lingkungan yang keras, prilaku orang-orang dewasa di lingkungan
para pemulung kerap memberikan contoh yang kurang baik, seperti berbicara
kasar, melakukan kekerasan, mencuri, meninggalkan perintah agama dan
tindakan tidak terpuji lainya. Di masa pertumbuhan seorang anak pemulung,
4
mereka kerap mencontoh perilaku-prilaku tidak terpuji yang dilakukan orangorang dewasa. Anak-anak pemulung kerap bericara kasar, terkadang
bertengkar, mereka bahkan tidak mengenal agama mereka.
Jika pemerintah belum mampu untuk menangani masalah ini
sepenuhnya, maka kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya masyarakat
beragama Islam haruslah turut membantu menangai masalah ini. Sesuai
dengan perintah Allah mengenai tolong-menolong dalam Qur’an Surat AlMaidah ayat 2 :
                  
 
Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.
Sesuai yang di perintahkan Allah SWT dalam hal ini Yayasan Media
Amal Islami (YMAI) merupakan yayasan independen non partisipan3 yang
dirintis oleh Ust. Aslih Ridwan MA berdiri sejak tahun 1999, memberikan
pembinaan keagamaan secara cuma-cuma kepada anak-anak pemulung yang
berada di daerah Lebak Bulus V Jakarta Selatan. Yayasan ini berdiri karena
keprihatinan mereka terhadap anak-anak pemulung, mereka memberikan
3
Independen Non Partisipan maksudnya adalah tidak terikat dengan partai manapun.
Sumber : Brosur YMAI.
5
pembinaan keagamaan terhadap anak-anak pemulung yang notabenya
beragama Islam, mereka melakukan pembinaan keagamaan khususnya Islam
seperti tatacara shalat, fiqih, akidah, dan juga tatacara membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar.
Melihat peran Yayasan Media Amal Islami dalam melakukan
pembinaan keagamaan terhadap anak-anak para pemulung, maka peneliti
tertarik untuk meneliti seperti apa pola komunikasi yang dilakukan oleh
pembimbing-pembimbing di yayasan MAI tersebut dalam melakukan
pembinaan keagamaan. Untuk itu peneliti telah merumuskan judul dalam
penelitian ini, judul yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut ”Analisis
Pola Komunikasi Anak Pemulung Dengan Pembimbing Dalam Upaya
Pembinaan Keagamaan Di Yayasan Media Amal Islami (YMAI) Lebak Bulus
Jakarta Selatan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, agar penelitian
ini lebih terarah, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada analisis
hubungan komunikasi antara pembimbing dengan anak-anak pemulung
dalam pembinaan keagamaan di Yayasan Media Amal Islami (YMAI)
dengan menggunakan teori pola komunikasi yang digagas oleh Onong
Uchjana Efendi.
6
2. Perumusan Masalah
Bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara pembimbing
dengan anak-anak pemulung dalam proses pembinaan keagamaan di
YMAI.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan ini sesuai dengan rumusan masalah yang
telah di buat yaitu untuk mengetahui pola komunikasi yang terjadi antara
pembimbing dengan anak-anak pemulung dalam pembinaan keagamaan di
YMAI.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kajian
pola komunikasi khususnya dalam konteks pembinaan terhadap anakanak pemulung di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat utuk para pembimbing
khususnya di Yayasan Media Amal Islami demi memperkaya
pengetahuan mengenai pola-pola komunikasi dalam proses pembinaan
terhadap anak-anak pemulung dan juga agar pembinaan yang terjadi
bersifat efektif.
7
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunkan pendekatan kualitatif, yaitu metode
penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan berupa
kata-kata dan merupakan suatu penelitian ilmiah. Bogdan dan Taylor yang
dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefisinikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.4
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penulis berupaya
untuk menghimpun data, mengolah data dan menganalisis data dengan
tujuan dapat memperoleh gambaran dan informasi yang luas serta
mendalam tentang pola komunikasi yang menjadi objek penelitian.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah informan yang memberi data atau
informasi kepada peneliti. Orang yang diteliti dikatakan subjek dalam hal
ini karena merekalah yang memberi informasi.5
Adapun subjek utama penelitian ini adalah pengurus Yayasan
Media Amal Islami yang berlokasi di Lebak Bulus Jakarta Selatan dan
para pengajar di Yayasan Media Amal Islami. Pemilihan subjek ini
dilakukan karena mereka memiliki perhatian, pengetahuan serta peranya
dalam pembinaan keagamaan terhadap anak pemulung. Subjek pendukung
4
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. 23; Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 4.
5
Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi (Cet. 3; Malang : UMM Press, 2010),
h. 5.
8
dalam penelitian ini adalah anak-anak binaan, jumlah keseluruhan anak
binaan di YMAI ada 110 anak binaan yang terdiri dari dua kelas TK A,
TK B dan tiga kelas TPA yakni TPA Ula, TPA Wustho, TPA Aliy. Agar
subjek yang diteliti sesuai dengan judul dari penelitian ini, maka peneliti
hanya akan meneliti tiga kelas TPA yang ada di YMAI.
Tabel 1
Kerangka Subjek Penelitian
Subjek Penelitian Nama Subjek
H.Aslih Ridwan,
MA
Jabatan
Alasan
Pendiri MAI
Karena beliau adalah pendiri YMAI
yang memahami betul menganai
sejarah berdirinya Yayasan Media
Amal Islami
Pendiri & Pengurus
YMAI
Dzulfitri Sulaiman,
S.Pd.I
Bendahara MAI
Aderatna
Pembimbing
Ratna Sari
Pengajar
Siti Chuzaemah
M Bahrul Alam
Sutrisni
Anak-anak Pemulung Haikal Anwar
binaan YMAI
Selviana Fadilah
Rio Sutrisno
Bella Safira
TPA Aliy
TPA Wustha
TPA Ula
Karena beliau adalah salah satu
pengurus YMAI yang memiliki
perhatian terhadap anak-anak
binaan di YMAI
Beliau adalah pengajar TPA yang
memberikan bimbingan mengenai
pembinaan keagamaan, diharapkan
beliau dapat memberikan informasi
mengenai pola komunikasi dalam
proses pembinaan keagamaan.
Karena mereka termasuk anakanak yang aktif berkomunikasi
dengan pembimbing maupun teman
sebaya saat proses pembinaan
keagamaan berlangsung.
Selanjutnya adalah obejek penelitian. Objek penelitian adalah
konsep atau kata-kata kunci yang diteliti atau topik penelitian.6 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah
6
Hamidi, ibid., h. 5.
9
pola komunikasi yang di gunakan oleh para pembimbing anak-anak
pemulung dalam proses pemberian pembinaan keagamaan.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Media Amal Islami yang
berada di Jl.Lebak Bulus 5 No.34, Fatmawati, Cilandak Jakarta Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Oktober
2013.
F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sesuai dan objektif dengan apa yang
dibutuhkan maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut di himpun
melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra.7
Observasi yang dilakukan peneliti yakni melakukan pengamatan
langsung terhadap kegiatan pembinaan keagamaan di YMAI.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Berbentuk
tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.
Pewawancara disebut interviewer yaitu yang mengajukan pertanyaan,
7
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, “(Cet. 5; Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2010), h. 134.
10
sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewe yang memberi
jawaban
atas
pertanyaan-pertanyaan
itu.8
Peneliti
melakukan
wawancara terhadap subjek penelitian yakni Ust.Aslih Ridwan
wawancara yang dilakukan adalah seputar sejarah berdirinya YMAI
dan visi misi MAI, wawancara terhadap pembimbing yang ditanyakan
adalah mengenai pola komunikasi yang digunakan, dan juga beberapa
murid-murid di MAI mengenai efektifitas pola komunikasi yang
digunakan oleh pembimbing. Wawancara ini menggunakan tehnik
deep interview dan dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara agar pertanyaan terarah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen. Ini dilakukan untuk memperoleh data-data
mengenai hal yang akan diteliti, dan juga yang berhubungan dengan
objek penelitian. Dokumentasi yang dilakukan selain berasal dari
dokumen-dokumen mengenai YMAI seperti brosur, website-website
yang berhubungan dengan YMAI juga dokumen-dokumen yang
dikumpulkan oleh peneiti sendiri berupa foto-foto dan catatan-catatan
saat peneliti melakukan penelitian. Adapun perlengkapan yang
digunakan dalam proses dokumentasi antara lain adalah kamera
digital, handphone digunakan sebagai alat perekam ketika melakukan
wawancara dan juga alat-alat tulis.
8
Burhan Bungin, ibid., h. 186.
11
2. Analisi Data
Analisis data merupakan proses sistematis pecarian dan pengaturan
transkipi wawancara, catatan lapangan dan materi-materi lain yang telah
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman dan untuk menyajikan apa
yang telah ditemukan kepada orang lain.9
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktik. Analisi data adalah proses penyederhanaan
data kedalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan.
Dalam menganalisa data, peneliti mengolah data dari hasil observasi dan
wawancara,
data
tersebut
kemudian
disusun
dan
dikategorikan
berdasarkan hasil wawancara, dokumen maupun laporan yang kemudian
di deskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah dipahami.10
Langkah-langkah dalam teknik analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini dengan menggunakan teknik triangulasi :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
Misalnya dengan membandingkan hasil wawancara pembimbing
mengenai pola komunikasi dengan observasi langsung ketika porses
pembinaan di YMAI.
2. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan pendapat
atau peresepsi orang lain. Misalnya dengan membandingkan hasil
9
Emzir, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012), h. 85.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Cet. 2; Jakarta :
PT Rineka Cipta, 1998), h. 78.
10
12
wawancara terhadap pembimbing dengan hasil wawancara terhadap
anak-anak pemulung yang di wawancara.
3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan dengan pola komunikasi dalam pembinaan keagamaan.
G. Tinjauan Pustaka
Sebelum menentukan judul dalam penelitian, penulis mengadakan
survey dan tinjauan ke perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidaytullah Jakarta. Setelah melakukan pengamatan dan survey, penulis
menemukan beberapa judul skripsi terdahulu yang memili kemiripan judul,
antara lain :
Skripsi yang ditulis oleh Dewi Nur Jamilah ”Pola Komunikasi
Pengajar dalam Pembinaan Perilaku Anak Jalanan di Yayasan Nanda Dian
Nusantara Ciputat”.11 Skripsi ini meneliti tentang pola komunikasi yang
dilakukan pengajar terhadap anak jalanan, fokus penelitian ini adalah
menganai pembinaan perilaku anak jalanan. Perbedaan dengan skripsi yang
saat ini sedang di tulis peneliti terletak pada subjek penelitian yakni
pembimbing dan anak-anak pemulung di Yayaysan Media Amal Islami dan
fokus penelitian yakni pembinaan keagamaan.
Skripsi yang ditulis oleh Herman Setiawan ”Pola Komunikasi Antara
Pengasuh dengan Anak Asuh dalam Pembinaan Akhlak di Panti Asuhan Al-
11
Dewi Nurjamilah, SKRIPSI S1 : Pola Komunikasi Pengajar dalam Pembinaan Perilaku
Anak Jalanan di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat (Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2012).
13
Ikhsan Vila Tomang Tangerang”.12 Skripsi ini membahasan mengenai pola
komunikasi yang dilakukan pengasuh terhadap anak pengasuh terhadap
pembinaan akhlak. Perbedaan dengan skripsi yang saat ini sedang di tulis
peneliti terletak pada subjek penelitian yakni pembimbing dan anak-anak
pemulung di Yayasan Media Amal Islami dan fokus penelitian yakni
pembinaan keagamaan.
Skripsi yang ditulis oleh Rike Aryana ”Peran Penyuluh Agama dalam
Pembinaan Akhlak bagi Anak Pemulung di Yayasan
Media Amal Islami
Lebak Bulus Jakarta Selatan”.13 Pada skirpsi ini meneliti tentang peran
penyuluh agama dalam membentuk karakter anak-anak pemulung, fokus
penelitian ini adalah khlak. Perbedaan dengan skripsi yang saat ini sedang di
tulis peneliti terletak pada objek penelitian yakni pola komunikasi dan juga
fokus penelitian yakni pembinaan keagamaan.
Skripsi yang ditulis oleh Zikri Maulana ”Peran Majelis Taklim
”Persatuan Remaja Islam (PERISTA)” Dalam Pembinaan Keagamaan
Remaja”.14 Skripsi ini meneliti tentang pengurus majelis taklim dalam peranya
melakukan pembinaan keagamaan terhadap remaja. Perbedaan dengan skripsi
yang saat ini sedang di tulis peneliti terletak pada subjek penelitian yakni
12
Herman Setiawan, SKRIPSI S1 : Pola Komunikasi Antara Pengasuh dengan Anak Asuh
dalam Pembinaan Akhlak di Panti Asuhan Al-Ikhsan Vila Tomang Tangerang (Jakarta : Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010).
13
Rike Aryana, SKRIPSI S1 : Peran Penyuluh Agama dalam Pembinaan Akhlak bagi Anak
Pemulung di Yayasan Media Amal Islami (Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2011).
14
Zikri Maulana, SKRIPSI S1 : Peran Majelis Taklim ”Persatuan Remaja Islam (PERISTA)”
Dalam Pembinaan Keagamaan Remaja (Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010).
14
pembimbing dan anak-anak pemulung di Yayaysan Media Amal Islami dan
objek penelitian yakni pola komunikasi.
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini bersifat sistematis, penulis membaginya menjadi
lima bab yang pada tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub bab.

BAB I PENDAHULUAN : Latar Belakang, Fokus dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tempat
dan Waktu Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL : Pola Komunikasi, Teori Pola
Komunikasi, Unsur-unsur dalam Komunikasi, Efektifitas Komunikasi,
Pembinaan Keagamaan, Pemulung.

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
(YMAI) : Yayasan di Indonesia, Perkembangan Yayasan Media Amal
Islami, Profil Yayasan Media Amal Islami, Visi Misi Yayasan Media
Amal Islami, Struktur Organisasi Yayasan Media Amal Islami, Programprogram Yayasan Media Amal Islami, Profil Pengajar Yayasan Media
Amal Islami dan Profil Anak Binaan Yayasan Media Amal Islami

BAB VI HASIL TEMUAN LAPANGAN : PROGRAM YAYASAN
MEDIA AMAL ISLAMI : Pembinaan Anak Pemulung Yayasan Media
Amal Islami, Pola Komunikasi Yayasan Media Amal Islami dan
Efektifitas Pola Komunikasi di Yayasan Media Amal Islami.

BAB V KESIMPULAN : KESIMPULAN dan SARAN
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Pola Komunikasi
Kata pola komunikasi terdiri dari dua unsur suku kata yaitu ”pola” dan
”komunikasi”. Pola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
bentuk (struktur) yang tetap.1 Adapun kata atau istilah komunikasi atau dalam
bahasa inggris disebut communication berasal dari bahasa latin communicatio
dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini menurut
Onong Uchjana adalah sama makna.2 Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia komunikasi didefinisikan sebagai “proses pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami”.3 Sedangkan menurut Carl Hovland, Janis &
Kelley Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku khalayak. 4
Dari pengertian di atas maka pola komunikasi dapat di definisikan
sebagai “bentuk-bentuk penyampaian pesan yang dilakukan pengirim pesan
(komunikator) kepada penerima pesan (komunikan)“.
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 3;
Jakarta : PT Balai Pustaka, 2005), h. 585.
2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Cet. 21; Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2007), h. 9.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 4;
Jakarta : PT Balai Pustaka, 2007), h. 585.
4
Riswandi, Ilmu Komunikasi (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 1-2.
15
16
B. Teori Pola Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Efendi dalam bukunya ”Ilmu Teori dan
Filsafat Komunikasi”, menjelaskan bahwa pola komunikasi dijelaskan
menjadi tiga pola komunikasi yakni komunikasi pribadi, komunikasi
kelompok dan komunikasi massa.5 Penjelasan mengenai pola-pola komunikasi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi Pribadi
Komunikasi
pribadi
atau
personal
communication
adalah
komunikasi seputar diri sesorang, baik dalam fungsinya sebagai
komunikator maupun sebagai komunikan. Komunikasi pribadi terdiri dari
dua jenis, yakni :
a. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Commnunication), adalah
komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Dalam hal ini seseorang
berperan menjadi komunikator dan juga komunikan. Jadi orang
tersebut berdialog dengan dirinya sendiri, dia bertanya pada dirinya
dan dirinya pula yang menjawab pertanyaan tersebut.
b. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication), menurut
A.Devito yang dikutip Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Teori dan
Filsafat
Komunikasi
komunikasi
antarpribadi
adalah
proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di
antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan
5
Onong Uchjana Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Cet. 3; Bandung : PT Citra
Aditya Bakti), h. 53-55.
17
beberapa
umpan
balik
seketika.6
Dibandingkan
dengan
pola
komunikasi yang lainnya komunikasi jenis ini dinilai paling ampuh
dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan prilaku
komunikan karena komunikasi dilakukan secara tatap muka face to
face dan saat itu juga komunikator langsung dapat menerima respon
atau feedback dari komunikan. Kemudian komunikasi antar pribadi
terdiri dari dua jenis yakni :
a. Komunikasi Diadik (Dyadic Commmunication), adalah komunikasi
yang berlangsung antara dua orang yakni seorang sebagai
komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi berperan
sebagai komunikan yang menerima pesan.
b. Komunikasi Triadik (Triadic Communication), adalah komunikasi
antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang
komunikator dan dua orang komunikan.
Apabila kedua jenis komunikasi antarpribadi tersebut dibandingkan
maka komunikasi antarpribadi jenis komunikasi diadik lebih efektif,
karena komunikator memusatkan perhatianya kepada seorang komunikan,
sehingga komunikator menguasai frame of reference komunikan
sepenuhnya dan juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor tersebut
sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya suatu proses komunikasi.
6
Onong Uchjana Efendi, ibid., h. 59-60.
18
2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari
dua orang. Ada dua jenis komunikasi kelompok, pertama komunikasi
kelompok kecil (small group communication) komunikasi ini dilakukan
dengan jumlah komunikan yang sedikit (lebih dari dua orang) dan
komunikasi ini ditujukan untuk mempengaruhi kognisi komunikan,
komunikasi ini terjadi secara dialogis, tidak linear melainkan sirkular,
umpan balik terjadi secara verbal dan juga komunikan dapat menangapi
uraian komunikator secara langsung seperti bertanya, menyanggah dan
lain sebagaianya.7 Contoh komunikasi kelompok kecil adalah rapat,
ceramah/pengajian, kuliah, seminar, dan lain-lain. Kedua komunikasi
kelompok besar (large group communication), komunikasi ini dilakukan
dengan jumlah komunikan yang lebih banyak/sangat banyak dan proses
komunikasi berlasung secara linear dan ditujukan untuk mempengaruhi
efeksi (kejiwaan) komunikan. Contoh komunikasi kelompok besar adalah
rapat raksasa di sebuah lapangan, demo dengan jumlah masa yang banyak
dengan seorang orator, dan lain-lain.
3. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media
cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara
7
Onong Uchjana Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Cet. 3; Bandung : PT Citra
Aditya Bakti), h. 76-77.
19
serentak dan sesaat.8 Media yang digunakan dalam komunikasi massa
antara lain adalah media cetak yakni koran dan majalah, dan media
elektronik yakni radio, televisi, film dan yang terberu adalah internet.
Sedangkan menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Onong Uchana
dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi menyebutkan bahwa
salah satu jenis media yang digunakan dalam komunikasi adalah media
massa selain media modern seperti media cetak dan elektronik ada juga
media tradisional yang meliputi teater rakyat, wayang kulit dan lain-lain.
Sedangkan kareakteristik komunikasi massa menurut Riswandi dalam
bukunya Ilmu Komunikasi terdiri dari 11 karakteristik9, yaitu :
1) Komunikator Terlembaga, seperti media cetak dan elektronik. Pesan
yang disampaikan oleh media cetak dan elektronik membutuhkan
proses yang panjang dan juga peralatan-peralatan yang cangging.
2) Pesan yang disampaikan di tujukan untuk khalayak luas dan bersifat
umum.
3) Komunikannya bersifat heterogen, anonim, tersebar dan tidak
mengenal batas geografis dan kultural.
4) Pola penyampaian pesan media massa berjalan secara cepat dan
mampu menjangkau khalayak luas.
5) Penyampaian pesan cenderung berjalan satu arah.
188.
8
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.
9
Riswandi, Ilmu Komunikasi (Yogyakarta : PT Graha Ilmu, 2009), h. 105-108.
20
6) Kegiatan komunikasi massa dilakukan secara terencana, terjadwal dan
terorganisir.
7) Pesan yang disampaikan berlangsung secara berkala.
8) Isi pesan yang disampaiakan melalui media massa mencakup berbagai
aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial budaya dan keamanan
baik yang bersifat informatif, edukatif maupun hiburan.
9) Media mengutamakan unsur ini daripada hubungan.
10) Media massa menimbulkan keserempakan, komunikan menerima
pesan yang sama di waktu yang bersamaan.
11) Kemampuan alat indra yang terbatas, apabila ada komunikan yang
memiliki pendengaran atau penglihatan kurang baik maka pesan tidak
dapat diterima.
C. Tradisi Sibernetika (Cybernetic Tradition)
Tradisi Sibernetika merupakan salah satu dari tujuh pendekatan untuk
memahami berbagai perbedaan dan persamaan yang ada dalam berbagai teori
Ilmu Komunikasi.10 Pengertian mengenai tradisi sibernetika ini dijelaskan
oleh Littlejohn dan Karren Foss dalam bukunya Theories of Human
Communication menjelaskan bahwa :
”Cybernetics is the tradition of complex systems in which many
interacting elements influence one another. Theories in the cybernetic
traddition explain how physical, biological, sosial and behaviorial
processes work. Within cybernetics, communication is understood as a
system of part, or variable, that influence one another. Shape and
10
Morisan, Teori Komunikasi Organisasi (Bogor : PT Ghalia Indonesia, 2009), h. 1-2.
21
control the character of the overall system and like any organism,
achieve both balance and change.”11
Sibernetika merupakan tradisi yang kompleks mengenai suatu sistem
yang dimana berbagai elemen didalamnya saling berinteraksi dan saling
memengaruhi satu samalain. Teori-teori yang terdapat pada tradisi sibernetika
menawarkan perspektif yang luas, yaitu bagaimana berbagai variasi yang luas
dari proses fisik, biologis, sosial dan prilaku bekerja. Didalam sibernetika,
kommunikasi di pahami sebagai sebuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian
atau variable-variabel yang saling memengaruhi satu sama lain. Sistem juga
sekaligus membentuk dan mengawasi karakter dari keseluruhan sistem dan
sebagaimana setiap organisme, sistem tersebut juga mencapai keseimbangan
dan juga perubahan. Sedangkan penjelasan mengenai sistem dijelaskan
Littlejohn sebagai berikut :
“System are sets of interacting components that together something
more than the sum of the part.”12
Sistem merupakan komponen yang saling berinteraksi yang bersamasama membentuk sesuatu yang lebih dari sekedar kumpulan dari bagianbagian itu. Setiap bagian dari sistem dibatasi oleh ketergantunganya dengan
bagian yang lain, dan pola saling ketergantungan ini pada akhirnya mengatur
sistem itu sendiri.13 Selain memiliki ketergantungan, sistem juga memiliki ciri
yaitu kemampuanya untuk mengatur dan mengawasi diri sendiri (selfregulation and control). Dengan kata lain, sistem memiliki kemampuan untuk
11
Stephen W Littlejhon & Karen A Foss, Theori of Human Communication (Belmont :
Wadsworth Group, 2007), h. 39.
12
Ibid.
13
Morisan, Teori Komunikasi Organisasi (Bogor : PT Ghalia Indonesia, 2009), h.12.
22
mengamati, mengatur dan mengawasi hasil kerjanya (output) dalam upayanya
untuk tetap stabil mencapai tujuanya. Suatu sistem harus mampu
menyesuaikan dirinya dan fleksibel terhadap setiap perubahan karena ia
berada pada lingkunganya yang dinamis.14
Ada tiga macam variasi teori dalam tradisi sibernetika yaitu Basic
System Theory, General System Theory dan Second Order Cybernetic.15
Penjelasan mengenai variasi dalam tradisi sibernatika tersebut adalah :
1. Basic System Theory
Teori ini adalah format dasar, pendekatan ini melukiskan seperti sebuah
struktur yang nyata dan bisa di analisa dan diamati dari luar. Dengan kata
lain seseorang dapat melihat bagian dari system dan bagaimana mereka
saling berhubungan. Seseorang dapat mengamati secara obyektif
mengukur antara bagian dari system dan seseorang dapat mendeteksi input
maupun output dari system. Lebih lanjut mengoperasikan atau
memanipulasi system dengan mengganti input dan tanpa keahlian karena
semua diproses melalui mesin. sebagai alat bantu bagi para professional
seperti system analyst, konsultan manajemen, dan system designer telah
membangun sebuah system analisa dan mengembangkannya.
2. General System Theory
Teori ini diformulasikan oleh Ludwig Von Bertalanffy seorang biologis.
Bertalanffy menggunakan General System Theory sebagai sarana
14
Ibid.
Stephen W Littlejhon & Karen A Foss, Theori of Human Communication (Belmont :
Wadsworth Group, 2007), h. 41.
15
23
pendekatan
multidisiplin
kepada
ilmu
pengetahuan.
System
ini
menggunakan prinsip untuk melihat bagaiamana sesuatu pada banyak
bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang lain.
Pembentukan sebuah kosa kata untuk mengkomunikasikan lintas disiplin
ilmu.
3. Second Order Cybernetic
Dikembangkan sebagai sebuah alternative dari dua tradisi Cybernetic
sebelumnya. Second order Cybernetic membuat pengamat tak dapat
melihat bagaimana sebuah system bekerja di luar dengan sendirinya
dikarenakan pengamat selalu ditautkan dengan system yang menjadi
pengamatannya. Melalui perspektif ini kapanpun seseorang mengamati
system ini maka seseorang akan saling mempengaruhi. Karena hal ini
memperlihatkan bagaimana sebuah pengetahuan, sebuah produk menjerat
antara yang mengetahui dan yang diketahui.
D. Unsur-unsur Komunikasi
Definisi mengenai pemahaman komunikasi yang dikemukakan oleh
Harold Lasswell yaitu “Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect?” penjelasan definisi ini mencakup unsur-unsur komunikasi
yaitu16 :
1. Sumber (source), biasanya juga disebut pengirim (sender), komunikator
(communicator) atau pembicara (speaker). Sumber adalah pihak yang
berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber
16
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Cet. 12; Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 69-71.
24
boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahan atau bahkan
suatu negara. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya
(perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah
perasaan atau pikiran tersebut kedalam seperangkat symbol verbal atau
nonverbal yang idealnya di pahami oleh penerima pesan.
2. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal atau nonverbal
yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber. Symbol
terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat mempresentasikan objek
(benda), gagasan dan perasaan baik ucapan (percakapan, wawancara,
diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi,
famflet).
3. Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesanya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk
pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran
verbal atau saluran nonverbal. Pada dasarnya komunikasi manusia
menggunakan dua saluran, yakni cahaya dan saluran, meskipun kita bisa
juga menggunakan kelima indra kita untuk menerima pesan dari orang
lain. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan : apakah langsung
(tatap-muka) atau lewat media cetak (surat kabar, majalah) atau media
elektronik (radio, televisi). Surat pribadi, telepon, selebarn, Overhead
Projector (PRH), sistem suara (sound syestem) multimedia, semua itu
dapat dikategorikan sebagai (bagian dari) saluran komunikasi.
25
4. Penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination),
komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak
(audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang
menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan
nilai, pengetahuan, presepsi, pola pikir dan perasaannya, penerima pesan
ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat symbol verbal dan atau
nonverbal yang ia terima mejadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini
disebut penyandian-balik (decoding).
5. Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi
tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju),
perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia memberi
barang yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya atau dari tidak
bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya
dalam pemilu) dan sebagainya.
Selain unsur-unsur komunikasi hal lain yang perlu diperhatikan dalam
proses komunikasi adalah sifat-sifat komunikasi. Menurut Onong Uchjana
Effendy dalam bukunya Teori, Ilmu dan Filsafat Komunikasi, sifat-sifat
komunikasi dalam proses penyampaian pesanya, diklasifikasikan sebagai
berikut17 :
1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication). Pada dasarnya komunikasi
verbal itu merupakan peroses komunikasi dengan menggunakan bahasa
17
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filasafat Komunikasi(Cet. 3; Bandung : PT
Citra Aditya Bakti, 2003), h.53.
26
verbal atau bisa dikatakan pesan verbal. Pesan verbal menurut Deddy
Mulyana adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau
lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk
kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara
sadar utuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Suatu sistem kode
verbal disebut bahasa, bahasa verbal adalah sarana utama untuk
menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita.18 Sedangkan jenis-jenis
komunikasi verbal adalah sebagai berikut :
a. Komunikasi Lisan (Oral Communication), adalah komunikasi yang
disampaikan secara tertulis. Keuntungan komunikasi tertulis adalah
komunikasi ini dapat dipersiapkan terlebih dahulu.19
b. Komunikasi Tulisan (Written Communication), adalah komunikasi
yang dilakukan secara lisan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara
langsung berhadapan atau tatap muka dan dapat pula melalui telepon.20
2. Komunikasi Non-Verbal (Nonverbal Communication). Menurut Larry
A.Samovar dan Richard F.Poter, komunikasi nonverbal mencakup semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi,
yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu,
yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.
Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-
18
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar(Cet. 12;Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2008), h.260-261.
19
HAW Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi(Cet. 2;Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000),
h.99.
20
HAW Widjaja, ibid.,h.99.
27
kata.21 Sedangkan jenisnya komunikasi nonverbal dapat dibedakan
menjadi dua komunikasi Kial (Gestural/body communication) dan
Komunikasi Gambar (Pictorial Communication).
3. Komunikasi Tatap Muka (Face-to-face Communication). Adalah bentuk
komunikasi yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung secara
tatap muka tanpa menggunakan perantara atau media apapun.
4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication). Adalah komunikasi
yang dalam penyampaianya menggunakan media sebagai perantaranya,
seperti menggunakan telepon, radio, televise dan yang paling bari adalah
komunikasi menggunakan media internet. Komunikasi ini digunakan
untuk menggantikan prinsip kerja komunikasi tatap muka
E. Pembinaan Keagamaan
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan
Pembinaan Keagamaan terdiri dari dua unsur suku kata yaitu
“pembinaan” dan “keagamaan”. Yang pertama adalah pembinaan, kata
pembinaan setelah ditambah awalan pem dan akhiran an mempunyai arti
proses, cara, penyempurnaan, pembaharuan, usaha, tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang
lebih baik dari sebelumnya.22
Sedangkan kata kedua yakni ”keagamaan” memiliki awalan ke dan
akhiran an, kata agama sendiri berasal dari bahasa sansakerta yang terdiri
21
Riswandi, Ilmu Komunikasi(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h.69.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 3;
Jakarta : PT Balai Pustaka, 2005), h.152
22
28
dari dua unsur suku kata yaitu a dan gam, a diartikan dengan tidak dan
gam diartikan dengan pergi yang berarti agama itu menurut bahasa
sansekerta adalah tidak pergi atau tetap ditempat, di warisi turun
temurun.23 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia agama
memiliki
makna
ajaran,
sistem
yang
mengatur
tata
keimanan
(kepercayaan) dan keperibadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkunganya.24 Pengertian lain mengenai agama menurut Ali
Negoro yang dikutip oleh Aflatun Muchtar dalam bukunya Tunduk
Kepada Allah – Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan Manusia
bahwa ”Agama itu adalah suatu keyakinan pada Yang Maha Kuasa, yang
dirasa oleh manusia sebagai kekuatan gaib yang mempengaruhi segala
yang ada, serta mula jadi segala-galanya dalam alam ini”.25
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pembinaan
keagamaan adalah usaha yang dilakukan untuk memberikan pemahaman
mengenai tata keimanan (kepercayaan) dan keperibadatan kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkunganya.
23
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Cet. 5; Jakarta :UI Press,
1985), h. 9.
24
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 4;
Jakarta : PT Balai Pustaka, 2007), h. 12.
25
Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan
Manusia (Jakarta : Khazanah Baru, 2001), h. 10.
29
2. Tujuan Pembinaan Keagamaan
Pada
dasarnya
setiap
agama
memiliki
ajaran
dan
cara
membahasakan diri yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun
demikian secara umum dapat dikatakan bahwa setiap agama pada
dasarnya ingin menciptakan kebahagiaan bagi pengikutnya. Karena itulah
agama sering disebut sebagai ”jalan” (the way). Tujuan pembinaan
keagamaan menurut Hasan Langulung yang dikutip oleh Abuddin Nata
dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa tujuan pembinaan agama
harus mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, yaitu fungsi
spiritual yang berkaitan dengan aqidah dan iman, kemudian fungsi
psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk nilainilai akhlak yang mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih
sempurna, dan terakhir fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan-aturan
yang menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat.26
Menurut Zakiyah Darajat, ada beberapa fungsi agama dalam
kehidupan manusia27 :
1. Memberikan bimbingan dalam hidup. Ajaran agama memberi
bimbingan mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat,
ataupun berhubungan dengan tuhan. Bagi orang yang tingkah lakunya
sesuai dengan apa yang diajarkan dalam agama, maka dalam
menjalankan hidupnya ia bersikap wajar, tenang, tidak melanggar
26
27
Abiddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), h.46.
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Cet. 5; Jakarta : Bulan Bintang, 1976), h.36.
30
hukum dan peraturan masyarakat dimana ia tinggal. Tidak akan mau
mengambil hak orang lain yang jelas-jelas bukan haknya.
2. Penolong dalam menghadapi segala kesukaran. Jika orang yang
beragama mengalami kesukaran, maka dia akan menghadapinya
dengan tabah dan tenang serta tidak merasa putus asa. Karena ia
berkeyakinan bahwa kesukaran yang dihadapi sebagai cobaan Tuhan
kepada hambanya yang beriman. Tetapi, jika ia orang yang tidak
beragama, maka ia akan menghadapi masalah itu dengan panik dan
bingung bahkan putus asa.
3. Menentramkan batin. Banyak orang yang tidak menjalankan perintah
agama, selalu merasa gelisah dalam hidupnya. Tetapi setelah
menjalankan perintah agama ia mendapatkan ketenangan hati bahkan
agama dapat memberi jalan penenang hati bagi jiwa yang sedang
gelisah.
F. Pemulung
1. Pengertian Pemulung
Kata “pemulung” secara bahasa diartikan sebagai orang yang
mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan
barang bekas dan menjualnya kepada pengusaha yang akan mengolahnya
kembali menjadi barang komuditas.28 Sedangkan menurut Sumadjoko
pemulung adalah orang-orang yang pekerjaannya memilih, memungut,
dan mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat di
28
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 4;
Jakarta : PT Balai Pustaka, 2007), h. 196.
31
manfaatkan atau barang yang dapat di olah kembali untuk di jual
(Sumardjoko, 2003:174).
Barang bekas yang dikumpulkan diantaranya adalah botol plastic,
botol kaca, besi, kardus, almunium, kaleng dan lain-lain, untuk selanjutnya
barang-barang yang telah di kumpulkan tersebut di jual pada pengepul
untuk di daur ulang menjadi barang-barang yang dapat dimanfaatkan dan
bernialai ekonomis. Mereka mengumpulkan barang-barang bekas itu
biasanya bermodalkan karung goni atau gerobak untuk digunakan sebagai
wadah barang-barang bekas yang telah dikumpulkan.
2. Kehidupan Pemulung
Beberapa ahli mengemukakan tentang tiga faktor penyebab
terjadinya kemiskinan. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Kemiskinan alami yang disebabkan keterbatasan kualitas sumber daya
alam maupun sumber daya manusia.
b. Kemiskinan struktural yang diakibatkan oleh berbagai kebijakan,
peraturan dan keputusan dalam pembangunan.
c. Kemiskinan kultural yang lebih banyak disebabkan oleh sikap individu
dalam masyarakat yang mencerminkan gaya hidup, prilaku atau
budaya yang menjebak dirinya dalam kemiskinan.29
Beberapa hal yang telah dijelaskan diatas menjadi beberapa
penyebab sebagian masyarakat terjebak dalam kemiskinan dan itulah yang
terjadi oleh para pemulung. Kehidupan pemulung merupakan kehidupan
29
Iwan Nugoro dan Rochmin Dahuri. Pembangunan Wilayah, Prespektif Ekonomi Sosial
dan Lingkungan (Jakarta : LP3ES, 2004), h.166-168.
32
yang kompleks, penuh dengan persoalan baik dari sisi individu pribadi
seseorang pemulung maupun persoalan masyarakat. Para pemulung di satu
sisi dapat diterima masyarakat karena dilihat bahwa pemulung memiliki
peranan penting dalam kebersihan suatu lingkungan atau daerah dan pada
sisi lain ditolak karena kebanyakan masyarakat merasa terganggu dengan
keberadaan pemulung, kebanyakan pemulung dianggap sebagai golongan
sosial rendah yang sering terisolasi dari pergaulan dan interaksi sosial
masyarakat. Mereka sering terpinggirkan dan terlepas dari perhatian
masyarakat luas.
Kebanyakan pemukiman para pemulung berada tidak jauh dengan
TPA(tempat pembuangan akhir) dimana mereka mencari barang-barang
bekas. Mereka membangun gubuk-gubuk yang terbuat dari bahan bekas,
seperti kardus bekas, triplek, bambu, seng dan lain-lainya. Mereka
mengandalkan barang bekas apa saja, untuk dijadikan tempat berteduh.
Pemukiman para pemulung tersebut tentu sangat jauh dari kata aman dan
nyaman, keadaan lingkungan yang telah tercemar dengan sampah tentu
saja menjadikan lingkungan pemukiman pemulung tersebut rawan akan
banjir, bau yang menyengat, dan sudah tentu masalah kesehatan, penyakit
umum yang sering terjadi pada para pemulung adalah infeksi saluran
pencernaan, kolera dan demam berdarah.
Salah satu factor penyebab seseorang menjadi pemulung antara
lain adalah tingkat pendidikan yang rendah, serta keterampilan yang
terbatas. Untuk mengatasi himpitan ekonomi para pemulung yang begitu
33
mencekik, umumnya para pemulung mengerahkan seluruh anggota
keluarganya bahkan anak-anak mereka untuk membantu mengerjakan
tugas sebagai pemulung. Hal ini menyebabkan anak-anak pemulung tidak
bersekolah, dan hal ini pulalah yang menjadi penyebab mereka terus
berada di lingkarang garis kemiskinan.
3. Anak-anak Pemulung
Sebagai seorang anak lingkungan merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi tumbuh kembang mereka di masa mendatang. Menurut AlGhazali anak merupakan amanat dan sebuah tanggung jawab yang
diberikan Allah SWT kepada orangtuanya.30 Anak-anak Selayaknya
seorang anak, anak-anak memiliki hak untuk tumbuh
dan memiliki
kehidupan yang baik, segala macam tanggungan kebutuhan merupakan
tanggung jawab orang tua. Tetapi banyak kasus yang terjadi bahwa anakanak juga dilibatkan dalam urusan pemenuhan ekonomi keluarga. Hal ini
juga terjadi pada anak-anak pemulung. Masalah yang terjadi adalah
kemiskinan, kemiskinan menjadi masalah pertama yang harus di hadapi
oleh anak-anak pemulung, berada di lingkaran kemiskinan membuat anak
dibebankan tanggung jawab dalam membantu memenuhi nafkah keluarga,
anak-anak pemulungpun seolah-olah harus mengurungkan impian
memiliki masa depan yang cerah. Kebanyakan dari mereka tidak
bersekolah banyak diantara mereka yang ikut serta dalam aktivitas
memulung untuk mengumpulkan rupiah ketimbang bersekolah. Jika terus
30
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam (Cet. 3; Jakarta : Pustaka AlHusna, 1985), h.19.
34
seperti ini para pemulung akan terus berada dalam lingkaran garis
kemiskinan. Anak-anak pemulung diusianya yang masih sangat dini
mereka seharusnya belajar untuk bekal mereka kelak di masa mendatang.
Akan tetapi karena keadaan mereka yang lahir dan tumbuh di lingkungan
keluarga pemulung, mereka harus mengurungkan niat untuk bermimpi
seperti anak-anak lainya yang bisa bermain dan bersekolah di usianya.
Hal lain yang perlu diperhatikan dari anak-anak pemulung adalah
lingkungan sekitar mereka, anak-anak pemulung tumbuh besar di
lingkungan yang keras, prilaku orang-orang dewasa di lingkungan para
pemulung kerap memberikan contoh yang kurang baik, seperti berbicara
kasar, melakukan kekerasan, mencuri, meninggalkan perintah agama dan
tindakan tidak terpuji lainya. Di masa pertumbuhan seorang anak
pemulung, mereka kerap mencontoh perilaku-prilaku tidak terpuji yang
dilakukan orang-orang dewasa. Anak-anak pemulung kerap bericara kasar,
terkadang bertengkar, mereka bahkan tidak mengenal agama mereka.
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (YMAI)
A. Yayasan di Indoesia
Penjelasan mengenai yayasan menurut KBBI adalah badan hukum
yang tidak mempunyai anggota, dikelola oleh sebuah pengurus dan didirikan
untuk tujuan sosial. Sedangkan pengertian menurut pasal 1 ayat (1) Undangundang No.16 tahun 2001 tentang yayasan adalah badan hukum yang terdiri
atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan
tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota.1 Chatamarrasjid menjelaskan bahwa yayasan sudah ada sejak awal
sejarah. Lebih dari seribu tahun sebelum masehi, prinsip-prinsip universal
yayasan sudah diletakan oleh tokoh-tokoh sosial dan kemanusiaan di masa
lalu. Saat itu para Pharaoh telah memisahkan sebagian kekayaan untuk tujuantujuan
keagamaan.
Xenophon
mendirikan
yayasan
dengan
cara
menyumbangkan tanah dan bangunan untuk kuil bagi pemujaan kepada
Artines, pemberian makanan dan minuman bagi yang membutuhkan, dan
hewan-hewan kurban. Plato menjelang kematiannya pada tahun 347 sebelum
masehi memberikan hasil pertanian dari tanah-tanah yang dimilikinya, untuk
selama-lamanya
disumbangkan
bagi
Akademia
yang
didirikannya.2
Pembicaraan mengenai yayasan telah dikenal di banyak Negara dengan
1
Indonesia, Undang-undang tentang Yayasan, UU No. 16 tahun 2001, LN. No. 112 TLN.
No. 4123, Pasal 1 angka 1.
2
Dr. Chatamarrasjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba
(Jakarta : PT Citra Aditya Bakti) h. 1-2.
35
36
berbagi macam sebutan, di Belanda disebut Stichting, di Jerman disebut
Stichtung, di Inggris dan Amerika Serikat disebut Foundation.
Data global Yayasan yang terdaftar di Direktorat Perdata Direktorat
Jenderal Administrasi Hukum Kementerian Hukum dan HAM RI hingga
bulan April 2012 berjumlah 39.750 Yayasan, dengan perincian sebanyak
34.397 Yayasan\ yang mendapatkan surat keputusan pengesahan akta
pendirian Yayasan disebut juga Yayasan yang baru berdiri setelah
disahkannya UU Yayasan dan PP No. 63 Tahun 2008, dan sebanyak 5.183
Yayasan yang sudah berdiri sebelum disahkannya UU Yayasan dan telah
melakukan perubahan akta pendirian/Anggaran Dasar Yayasan terhadap UU
Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008 dan telah mendapat surat keputusan
pengesahan akta pendirian Yayasan (Tabel.5: Data Entry Yayasan untuk
Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2012), dalam arti semua Yayasan tersebut
telah terdaftar dan mendapat pengesahan dari Dirjen AHU Kemenkumham
RI.3 Berdasarkan data entry Yayasan untuk tahun 2003 s/d 2012 pada
Direktorat Perdata Dirjend AHU Kemenkumham RI tertanggal 15 Mei 2012,
sebanyak 39.750 Yayasan telah mendapat pengesahan ditunjuk dalam Tabel di
bawah ini :
3
Bisdan Sigalingging, Sikap Pemerintah Terhadap Keberadaan Yayasan Yang Belum
Menyesuaikan Diri Terhadap UU Yayasan Dan PP No.63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan UU
Yayasan (http://bisdan-sigalingging.blogspot.com/2013/05/sikap-pemerintah-terhadapkeberadaan.html), tanggal akses : 02.20 PM 22 Januari 2014.
37
Tabel 2
Data Entry Yayasan Untuk Tahun 2003 Sampai Dengan Tahun 2012
Perubahan
Jumlah
Yayasan
1.
2003
376
35
411
2.
2004
1106
158
1264
3.
2005
2104
341
2445
4.
2006
3085
574
3659
5.
2007
4151
701
4852
6.
2008
5017
880
5897
7.
2009
5007
780
5787
8.
2010
5278
720
5998
9.
2011
6354
824
7178
10.
2012
1919
170
2089
Jumlah
34.397
5.183
39.750
Sumber : Direktorat Perdata, Dirjen AHU Kemenkumham RI tertanggal
15 Mei 20124
No
Tahun
SK Yayasan
B. Perkembangan Yayasan Media Amal Islami
Pada mulanya Yayasan Media Amal Islami didirikan tahun 1999, pada
saat itu di desa Pedurenan di pedalaman gunung Sindur terdapat wilayah yang
dijadikan target permutadan oleh sekelompok misonaris Kristen, kemudian
salah seorang warga bernama H.Nimang mewakafkan tanahnya demi
kepentingan dakwah dengan kata lain untuk memerangi pemurtadan yang
dilakukan sekelompok misionaris Kristen. Tanah wakaf tersebut dipercayakan
oleh Ust Aslih Ridwan (biasa di sapa dengan sebutan Abu) yang saat ini
menjadi pendiri Yayasan Media Amal Islami. Sebelum tanah wakaf tersebut
dipercayakan kepada Ust Aslih, tanah wakaf tersebut telah dipercayakan untuk
dikelola oleh yayasan lain, tetapi karena lokasi tanah wakaf terletak di
pedalaman gunung sindur dan jarak tempuh dari daerah perkotaan yang begitu
4
Ibid.
38
jauh mereka tidak sanggup mengelola tanah wakaf tersebut. Pada mulanya di
desa tersebut Ust Aslih Ridwan mendirikan Mandasah Diniah untuk program
pendidikan yatim dan dhuafa. Kemudian barulah pada tahun 2009 Ust Aslih
Ridwan mendirikan kantor Yayasan Media Amal Islami yang terletak di Jl
Lebak Bulus 5 No.34, Fatmawati, Cilandak Jakarta Selatan yang saat ini
merupakan kantor sekertariat dan pusat kegiatan-kegiatan Yayasan Media
Amal Islami pada umumnya. Bangunan kantor YMAI ini terdiri dari tiga
lantai, lantai pertama adalah aula serbaguna, dan kantor pengurus YMAI, dan
juga satu kamar mandi dan satu tempat untuk berwudhu, lantai kedua terdiri
dari dua ruang kelas untuk kegiatan TPA, PKBM, dll, tiga kamar mandi, ruang
rapat dan juga ruang perpustakaan, kemudian lantai tiga terdiri dari dua kamar
santri dan dapur.
Bangunan kantor YMAI sekaligus Asrama Santri bagi para Yatim dan
Dhuafa dan juga sebagai tempat Pusat Kegiatan belum lama ini telah
diresmikan oleh Menssos Republik Indonesia Bapak Salim Segaf pada tanggal
12 September 2013. Selanjutnya selama tahun 2011 anak-anak asuh Yayasan
Media Amal Islami ini sudah menaungi kaum-kaum dhuafa yang tersebar di
berbagai tempat, seperti di Gunung Sindur Bogor, Curug Bogor, Lebak Bulus
Cilandak. Selama empat belas tahun kiprahnya di dunia dakwah Yayasan
Media Amal Islami ini mendapat perhatian dari berbagai lapisan masyarakat
dan Media. Seperti yang peneliti lihat beberapa waktu lalu (14/01/2014) anakanak yatim dari yayasan ini menjadi tamu undangan dalam acara ulang tahun
39
artis Oki Setiana Dewi berita ini sempat masuk dalam Infotaiment GoSpot
pada saluran TV Swasta RCTI.
C. Profil Yayasan Media Amal Islami
Media Amal Islami (MAI) yang berada di Jl.Lebak Bulus 5 No.34,
Fatmawati, Cilandak Jakarta Selatan, merupakan Yayasan Independen Non
Partisipan5 yang berdiri sejak tahun 1999, tedaftar pada Akte Notaris Ny.
Ratna Wijawati, SH No.01/2007, bergerak di bidang Dakwah, Pendidikan,
Sosial dan Ekonomi. Didirikan oleh seorang praktisi dakwah
H. Aslih
Ridwan, MA yang menjadikan kaum dhuafa sebagai objek utama sasaran
dakwahnya.6
Aspek Legal
1. Akte Pendirian
No. Akte
: 01
Tanggal Akte : 19 Juni 2007
Notaris1
: Ny. Ratna Wijayawati, SH
2. SK Menteri Hukum & HAM RI
Nomor
: C-3225.HT.01.02 TH 2007
Tanggal
: 1 Oktober 2007
3. Surat Tanda Daftar Yayasan
Nomor
: 08.31.74.06.1001-1321
Tanggal
: 16 Desember 2008
5
Independen Non Partisipan maksudnya adalah tidak terikat dengan partai manapun.
Sumber : Brosur Yayasan Media Amal Islami 2012.
6
Brosur Yayasan Media Amal Islam 2013.
40
4. Surat Izin Dinas Sosial Jakarta Selatan
Nomor
: 09.12430.250/078.6
Tanggal
: 27 April 2009
5. Surat Keterangan Domisili
Nomor
: 4343/1.824.1/08
Tanggal
: 2 Desember 2008
6. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor
: 02.143.782.7-016.000
Tanggal
: 12 Juli 2007
D. VISI MISI Yayasan Media Amal Islami
Visi dan Misi yang ditujukan untuk mencapai keberhasilan dalam
menjapai tujuan didirikanya YMAI ini sebagai berikut7 :
1. VISI
Menjadikan sebuah lembaga dambaan umat, yang unggul dalam
menetaskan kaum dhu’afa menjadi kaum yang mandiri dan berakhlak
yang shaleh.
2. MISI
a. Melaksanakan dakwah bil lisan dan bil hal kepada masyarakat dhu’afa.
b. Meringankan beban kaum dhu’afa.
c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan pelatihan bagi
kaum dhu’afa.
7
Brosur Yayasan Media Amal Islami 2013.
41
d. Mengembangkan manajemen ilmu pengetahuan sehingga tercipta
lembaga yang terus menerus memiliki nilai tambah.
e. Mengajak kaum yang berkemampuan untuk aktif dan peduli terhadap
kaum dhu’afa.
f. Mendorong dan memfasilitasi para pembina yang terlibat aktif untuk
menjadi pengajar dan pembina sejati dengan memberikan ruang dan
kesempatan yang besar untuk mengembangkan diri, meningkatkan
keilmuan dan kesejahteraannya.
E. Struktur Organisasi Yayasan Media Amal Islami
Gambar 1
Struktur Organisasi MAI
Penasihat
Prof. Dr. H. Hamdan Zoelva, MH.
Ir. H. Dicky Ahmad Gustyana
Ketua Umum
H. Aslih Ridwan, MA
Wakil Ketua
M. Iqbal Siregar
Sekertaris Umum
Sigit Kuntoro, S.Pd.I
Bendahara Umum
Zhillan Sofandi
Kabid. Dakwah
Kabid. Desa Binaan
Kabid. Pendidikan
Muhammad Nur, A.Md
Dina Banonwati, S.Sos.I
Dzulfitri Sulaiman, S.Pd.I
Kabid. Asrama Yatim & Dhuafa
Kabid. Umum
Kabid. Fudrising
Fathi Ihsan
Roy Karyadi
Ahmad Gaidha, S.Sos
Sumber : Brosur YMAI 2012
42
F. Program Yayasan Media Amal Islami
Media Amal Islami sebagai Media Dakwah yang memadukan antara
dakwah bil lisan dan dakwah bil hal, mengatasi problem umat, terutama
kalangan bawah yaitu, dhuafa anak jalanan dan pemulung. Program-program
yang ada di YMAI antara lain8 :
1. Program Dakwah bil hal Media Amal Islami
a. Program Asrama Yatim & Dhuafa Media Amal Islami Lebak Bulus
Jakarta. Dalam hal ini YMAI menampung anak-anak yatim dan dhuafa
yang benar-benar sangat membutuhkan, mereka di asramakan di
YMAI kemudian didik untuk dikembangkan kemampuan dan
bakatnya.
b. Program Pendidikan untuk Yatim & Dhuafa. Program ini bertujuan
agar para yatim dan dhuafa memiliki kesempatan untuk memiliki
pendidikan yang setara dengan masyarakat pada umumnya, program
ini berupa :
1. PKBM (Pendidikan Kegiatan Belajar Masyarakat) di Lebak Bulus
Jakarta.
2. Madrasah Diniyah : di Lebak Bulus Jakarta dan Ds.Pedurenan
Gn.Sindur.
3. PAUD : di ds.Curug Parung dan ds.Pedurenan Gn.Sindur
8
Brosur Yayasan Media Amal Islami 2013 dan Hasil wawancara dengan Dzulfitri
Sulaiman, Jakarta : 17.56 - 26 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami.
43
c. Program Layanan Sosial & Kesehatan untuk Dhuafa. Program ini
bertujuan untuk memberikan penyuluhan kesehatan dan juga kesehatan
gratis untuk warga yatim dan dhuafa.
d. Program Pembangunan Sarana Ibadah dan Dakwah. Program ini
memberikan sarana ibadah dan dakwah yang layak untuk warga
kurang mampu, yatim dan dhuafa, diantaranya adalah :
1. Pembangunan Asrama Yatim & Dhuafa Lebak Bulus (Tahap
Akhir)
2. Pembangunan Masjid Al-Kautsar di desa Gekbrong Cianjur
3. Pembangunan Gedung Sekolah di desa Curug Parung
2. Program Dakwah bil lisan MAI
Pusat Layanan Dakwah Media Amal Islami :
a. Layanan berbagai ceramah : Khotib Jum’at, Khotib Hari Raya dan
PHBI
b. Layanan Kajian dan Konsultasi Problem Keluarga
c. Pelatihan Da’I, Pengiriman Guru Tahsin
G. Profil Pengajar YMAI
Pengajar di MAI terdiri dari empat orang pengajar, yaitu Dewi
Nurmala Sari, Ade Ratna, Ratnasari dan Siti Chuzaemah. Keempatnya adalah
pengajar TPA di Yayasan Media Amal Islami. Berikut profil dari masingmasing pengajar :
44
Tabel 3
Profil Pembimbing YMAI
Tempat,
Tanggal Lahir
Status
Perkawinan
Pendidikan
Terakhir
Dewi
Nurmala Sari
Teluk Betung,
26 Oktober
1993
Belum
Menikah
Jakarta, 4 Juni
1991
Karawang, 5
Maret 1994
Belum
Menikah
D1 PGTK
SMA
Belum
Menikah
Sedang Kuliah
S1 Manajemen
Administrasi
Guru
Sejak awal
didirikanya
MAI th.2010
Ade Ratna
Ratnasari
Siti
Chuzaemah
Jakarta, 22
September
1982
Menikah
Madrasah
Aliyah
Pekerjaan
Guru
Guru
Guru
Sejak
Mengajar di
Sejak Mei
Sejak th.2012
Januari
MAI Sejak
2013
2013
(th)
Jabatan di
Pengajar
Pengajar
Pengajar
Pengajar
MAI
Sumber : Wawancara pribadi dengan para pengajar Media Amal Islami
H. Profil Anak-anak Binaan YMAI
Anak-anak binaan di Yayasan Media Amal Islami secara keseluruhan
berjumlah 110 anak binaan. Terbagi menjadi empat kelas yakni kelas TK-A
usia 3,5 – 4 tahun, TK-B usia 5 – 6 tahun, TPA Ula usia 7 – 8 tahun, TPA
Wustho 9 -12 tahun dan TPA Aliy 13 – 15 tahun. Secara lebih jelasnya bisa di
lihat pada tabel berikut :
45
Tabel 4
Profil Anak Binaan YMAI
TK-A
3,5 – 4 tahun
TK-B
5 – 6 tahun
TPA Ula
7 – 8 tahun
TPA Wustho
9 -12 tahun
TPA Aliy
13 – 15 tahun
Total
Jumlah Anak
Perempuan
Jumlah Anak
Laki-laki
Total
Persentase
(%)
15
8
23
21%
3
11
14
12,7%
15
14
29
26,4%
16
15
31
28,1%
8
5
13
11,8%
57
53
110
100%
Sumber : Wawancara pribadi dengan para pengajar Media Amal Islami
Sedangkan anak binaan yang menjadi objek pebelitian adalah anakanak binaan yang berada di kelas TPA dengan alasan menurut peniliti sample
inilah yang dirasa cocok dengan materi pembinaan keagamaan yang menjadi
focus penelitian yang dilakukan, anak-anak binaan tersebut berjumlah 73
anak-anak binaan, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 5
Objek Penelitian : Anak Binaan YMAI
TPA Ula
7 – 8 tahun
TPA Wustho
9 -12 tahun
TPA Aliy
13 – 15 tahun
Total
Jumlah Anak
Perempuan
Jumlah Anak
Laki-laki
Total
Persentase
(%)
15
14
29
39.7%
16
15
31
42.4%
8
5
13
17.8%
39
24
73
100%
Sumber : Wawancara pribadi dengan para pengajar Media Amal Islami
BAB IV
ANALISA DAN TEMUAN LAPANGAN
A. Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung Yayasan Media Amal Islami
(YMAI)
Pembinaan keagamaan untuk anak-anak pemulung di YMAI bertujuan
agar mereka kelak anak-anak pemulung ini menjadi generasi yang Rabbani
sesuai dengan syariat Islam memahami dan mengamalkan dengan baik
ketentuan-ketentuan agama Islam1. Proses pembinaan keagamaan untuk anakanak pemulung di YMAI diterapkan dalam program TPA (Taman Pendidikan
Al-Qur’an) yang dilaksanakan setiap hari senin s/d jumat (kamis libur).
Dengan jumlah keseluruhan anak binaan di YMAI yang mengikuti program
TPA adalah 73 anak binaan, pada pelaksanaanya program TPA ini terbagi
menjadi tiga tingkatan yakni TPA Ula untuk anak-anak berumur antara 7
tahun – 8 tahun, TPA Wustho untuk anak-anak berumur 9 tahun – 12 tahun
dan TPA Aliy untuk anak-anak berumur 13 tahun – 15 tahun.2 Secara rinci
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
1
Hasil wawancara dengan Dzulfitri Sulaiman, Jakarta : 17.56 - 26 Juni 2013 - Aula
Serbaguna Media Amal Islami.
2
Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Pembimbing di Yayasan Media Amal Islami,
Jakarta : Mei 2013.
46
47
Tabel 6
Pembagian Kelas TPA YMAI
TPA Ula
7 tahun s/d 8
tahun
TPA Wustho
9 tahun s/d 12
tahun
TPA Aliy
13 tahun s/d
15 tahun
Total
Jumlah Anak
Perempuan
Jumlah Anak
Laki-laki
Total
Persentase
(%)
15
14
29
39.7%
16
15
31
42.4%
8
5
13
17.8%
39
24
73
100%
Sumber : Wawancara pribadi dengan para pengajar Media Amal Islami
Waktu kegiatan TPA ini dilaksanakan setiap hari senin s/d jum’at
(kamis libur), kegiatan TPA ini dilaksanakan di ruang kelas A dan B lantai 2
gedung Yayasan Media Amal Islami. TPA Ula dilaksanakan pada pukul 16.00
– 17.00 WIB di ruang kelas B dengan bimbingan yang diberikan oleh Ade
Ratna, kelas TPA Wustho pukul 15.00 – 16.00 WIB di ruang kelas A dengan
bimbingan yang diberikan oleh Ratnasari, sedangkan kelas TPA Aliy yang
dilaksanakan pukul 15.00 – 16.00 WIB di ruang kelas B dengan bimbingan
yang diberikan oleh Siti Chuzaemah (Ibu Ema). Secara rinci jadwal kegiatan
TPA YMAI adalah sebagai berikut :
48
Tabel 7
Jadwal Kegiatan TPA YMAI
TPA Ula
Hari
Kegiatan
Waktu
Kegiatan
Ruang Kelas
Pembimbing
TPA Wusho
TPA Aliy
Senin – Jum’at (Kamis Libur)
16.00 – 17.00
WIB
R. Kelas B
15.00 – 16.00 WIB
R. Kelas A
R. Kelas B
Siti
Ade Ranta
Ratnasari
Chuzaemah
Sumber : Hasil Observasi dan Wawancara pribadi dengan para pengajar
Media Amal Islami
Selain itu materi yang diberikan di setiap kelas TPA yang ada di
YMAI berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan anak-anak binaan yang ada di
kelas tersebut, berikut penjelasanya :
1. Kelas TPA Ula – Pembimbing Ade Ratna
Anak-anak binaan yang ada di kelas ini berjumlah 29 anak binaan mereka
anak-anak yang berumur antara 7 tahun – 8 tahun, berdasarkan
pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan peneliti saat kegiatan
pembinaan berlangsung materi yang diberikan dalam proses pembinaan
keagamaan adalah mengenal dan menghafal huruf-huruf hijaiyah atau baca
iqra, calistung (baca tulis hitung) menggunakan bahasa arab, rukun iman
dan rukun islam, cerita nabi-nabi, hafalan bacaan shalat dan juga peraktek
shalat kemudian hafalan do’a sehari-hari. Seperti yang dijelaskan Aderatna
saat wawancara :
“Kalau yang kecil-kecil si paling saya ajarin nulis, baca iqra,
praktek wudhu, praktek shalat gerakanyanya gitu, misalnya shalat
dhuhur empat rakaat. Trus juga paling Cuma cerita aja si ga
terlalu yang berat-berat karena cepet bosen jugakan kalo kitanya
49
cerita yang kepanjangan yaa mereka bosen, jadi ceritanya yang
cuman langsung yang penting aja.”3
Gambar 2
Proses Pembinaan Kelas TPA Ula
2. Kelas TPA Wustha – Pembimbing Ratnasari
Anak-anak binaan di kelas ini berjumlah 31 anak binaan yang berumur
antara 9 tahun – 12 tahun. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang
telah dilakukan peneliti saat kegiatan pembinaan berlangsung materi yang
diberikan dalam proses pembinaan keagamaan dalam kelas TPA Wustha
ini adalah pendalaman mengenai huruf hijaiyah atau baca iqro yang ada di
kelas ini adalah mulai iqra 3-6, hafalan surat-surat pendek, fiqih, sirah
nabawi, asmaul husna dan aqidah. Seperti yang dijelaskan Ade Ratna :
“Materi yang di berikan ada fiqih, aqidah akhlaknya, pembacaan
tajwid sebagai dasar pembacaan al-Qur’an, sejarah-sejarah
islam.”4
3
Hasil wawancara dengan Aderatna, Jakarta : 17.28 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna
Media Amal Islami.
50
Gambar 3
Proses Pembinaan Kelas TPA Wustho
3. Kelas TPA Aliy – Pembimbing Siti Chuzaemah
Anak-anak di kelas TPA Aliy ini berumur sekitar 13 tahun – 15 tahun
dengan jumlah 13 anak binaan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara
yang telah dilakukan peneliti saat kegiatan pembinaan berlangsung dalam
kelas ini anak-anak binaan diberikan materi mengenai tajwid dan hukum
membacanya serta penekanan makhroj huruf hijaiyah secara benar, karena
anak-anak binaan dalam kelas ini adalah tingkat Zuz Ama dan Al-Qur’an,
selain itu mereka juga diajarkan fiqih, hadist-hadis dan akhlak. Seperti
yang dijelaskan Ibu Ema :
“Kebetulan tingkat yang saya pegangkan kelas Al-Qur’an, jadi
udah lebih paham dari kelas yang lain, jadi untuk sholat atau fiqih
dasar mereka sudah paham sudah di pelajari di kelas sebelumnya,
jadi kalau di kelas TPA Aliy atau Al-Qur’an yang di pelajari kosa
kata bahasa Arab/mufradat dan belajar hadist-hadis dan yang
4
Hasil wawancara dengan Ratnasari, Jakarta : 04.22 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna
Media Amal Islami.
51
terpenting bagi saya yaitu mereka membaca Al-Qur’an dengan
makhorijul huruf yang benar dan paham tajwid-tajwidnya.”5
Gambar 4
Proses Pembinaan Kelas TPA Aliy
Dari ketiga kelas TPA yang ada di YMAI pada pelaksanaan
pembinaan keagamaan anak-anak pemulung ditekankan untuk dapat membaca
Al-Qur’an dengan baik dan benar yaitu dari segi pelafalan tajwid dan makhroj
huruf. Tahapnya anak-anak pemulung yang sama sekali belum bisa membaca
Al-Quran anak-anak tersebut diajarkan mengenal huruf-huruf hijaiyah. Untuk
memudahkan anak-anak pemulung ini mempelajari huruf-huruf hijaiyah,
anak-anak ini diharuskan untuk mempelajari sebuah buku panduan untuk
membaca Al-Qur’an yakni Iqra’. Iqra sebagai buku panduan mempelajari AlQur’an terdiri dari enam jilid, kesemua jilid tersebut harus dipelajari secara
berurutan, setiap jilid memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda, yang
5
Hasil wawancara dengan Siti Chuzaemah, Jakarta : 04.40 - 18 Juni 2013 - Aula
Serbaguna Media Amal Islami.
52
termudah adalah jilid 1 dan yang tersulit adalah jilid 6. Untuk jilid 1 s/d jilid 3
materi tersebut diajarkan di kelas TPA Ula, kemudian jilid 4 s/d jilid 6
diajarkan di kelas TPA Wustho dan apabila anak-anak pemulung tersebut
seudah menyelesaikan mempelajari Iqra mereka akan mulai diajarkan
membaca Al-Qur’an yang diajarkan di kelas TPA Aliy6.
Selain bentuk teori atau materi yang diajarkan dalam pembinaan
keagamaan YMAI juga mengadakan kegiatan-kegiatan lainya berupa Manasik
Haji, Tarhib Ramadhan dan juga Buka Puasa Bersama. Hal ini dilakukan
untuk memberikan contoh kepada anak-anak pemulung untuk senantiasa
menjaga keislama mereka dari segi lahir maupun batin dan mempraktekan dan
mengamalkannya dalam kehidupan mereka di masa mendatang.
Dilihat
dari
materi-materi
yang
diberikan
dalam
pembinaan
keagamaan yang dilakukan YMAI diatas dapat dilihat bahwa materi-materi
tersebut mencakup tujuan pembinaan keagamaan menurut Hasan Langulung
yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam
bahwa tujuan pembinaan agama harus mengakomodasikan tiga fungsi utama
dari agama, yakni mengenai fungsi spiritual, fungsi psikologis dan fungsi
sosial.7 Penjelasan mengenai ketiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Fungsi spiritual, seperti yang telah disebutkan anak-anak pemulung di
YMAI diajarkan mengenai rukun iman dan rukun islam yang harus
ditanamkan dalam diri anak-anak pemulung selama hidup mereka didunia.
6
Hasil Observasi Terhadap Bentuk Pembinaan di Yayasan Media Amal Islami, Jakarta :
Mei – Juni 2013.
7
Abidin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Logos Wahana Ilmu, 1997), h. 46.
53
b. Fungsi psikologis, berkaitan dengan tingkah laku dalam hal ini YMAI
mengajakran anak-anak pemulung bagaimana berperilaku akhlakulkarimah dan adab kepada Tuhan, sesama manusia dan juga kepada
binatang yang harus mereka peraktekan selama kehidupan mereka didunia.
c. Fungsi sosial, yakni apabila anak-anak pemulung mengamalkan dan
mempraktekan kedua fungsi sebelumnya fungsi sosial akan berfungsi
dengan sendirinya.
B. Pola Komunikasi Yayasan Media Amal Islami (YMAI)
Pola komunikasi merupakan poin penting dalam proses pembinaan
keagamaan, pola komunikasi adalah bentuk-bentuk penyampaian pesan yang
dilakukan
pengirim
pesan
(komunikator)
kepada
penerima
pesan
(komunikan). Komunikator (pembimbing) adalah seseorang yang memberikan
informasi/pesan kepada komunikan (anak-anak pemulung). Selain itu
komunikator sebagai penyampai pesan, agar pesan yang disampaikan mudah
dipahami oleh komunikan, komunikator harus memiliki kredibilitas,
kemapuan berkomunikasi dengan baik, dan juga berpengetahuan luas. Apabila
seorang komunikator sudah memenuhi syarat-syarat tersebut maka pola
komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap pembinaan
keagamaan yang di lakukan di YMAI peneliti melihat bahwa pola komunikasi
yang diterapkan selama pembinaan keagamaan berlangsung adalah pola
komunikasi yang dijelaskan oleh Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Teori
dan Filsafat Komunikasi yakni pola komunikasi antarpribadi (Interpersonal
54
Communication) dan pola komunikasi kelompok. Kedua pola komunikasi ini
digunaan secara bergantian dan saling mendukung antara pola komunikasi
interpersonal dan pola komunikasi kelompok, biasanya dalam setiap kali
proses pembinaan keagamaan pembimbing menggunakan kedua pola
komunikasi tersebut secara bergantian. Berikut penjelasanya :
1. Pola Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Salah satu pola komunikasi yang digunakan oleh pembimbing
dalam
proses
komunikasi
pembinaan
antarpribadi.
keagamaan
Komunikasi
adalah
menggunakan
antarpribadi
adalah
pola
proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara
sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan
balik seketika.8
Pola komunikasi antarpribadi diterapkan disetiap kelas TPA di
YMAI, pada prosesnya peneliti melihat komunikasi antarpribadi
diterapkan saat pembimbing memberikan materi mengenai belajar
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar baik, baik itu secara pelafalan
dan juga tajwid, tahapnya anak-anak pemulung yang sama sekali belum
bisa membaca Al-Quran anak-anak tersebut diajarkan mengenal hurufhuruf hijaiyah. Untuk memudahkan anak-anak pemulung ini mempelajari
huruf-huruf hijaiyah, anak-anak ini diharuskan untuk mempelajari sebuah
buku panduan untuk membaca Al-Qur’an yakni Iqra’. Iqra sebagai buku
panduan mempelajari Al-Qur’an terdiri dari enam jilid, kesemua jilid
8
Onong Uchjana Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Cet. 3; Bandung : PT Citra
Aditya Bakti), h. 59-60.
55
tersebut harus dipelajari secara berurutan, setiap jilid memiliki tingkat
kesulitan yang berbeda-beda, yang termudah adalah jilid 1 dan yang
tersulit adalah jilid 6. Untuk jilid 1 s/d jilid 3 materi tersebut diajarkan di
kelas TPA Ula seperti yang di jelaskan Ade :
”Kalau yang kecil-kecil si paling saya ajarin nulis, baca iqra 1-3,
praktek wudhu, praktek shalat gerakanyanya gitu, misalnya shalat
dhurur empat rakaat”9
Kemudian jilid 4 s/d jilid 6 diajarkan di kelas TPA Wustho seperti yang
dijelaskan Ratna :
”Materi yang di berikan ada fiqih, aqidah akhlahnya, baca Iqro
untuk kelas saya iqro 4-6 dan pembacaan tajwid sebagai dasar
pembacaan al-Qur’an, sejarah-sejarah islam”10
Dan apabila anak-anak pemulung tersebut seudah menyelesaikan
mempelajari Iqra mereka akan mulai diajarkan membaca Al-Qur’an yang
diajarkan di kelas TPA Aliy seperti yang di jelaskan Ibu Ema :
”Untuk ngajinya Al-Qur’an dan Zuz Amma dan kebetulan tingkat
yang saya pegangkan kelas Al-Qur’an, jadi udah lebih paham dari
kelas yang lain”11.12
Metode pembinaan hampir sama di setiap kelas TPA yakni anakanak pemulung secara langsung diajarkan satu persatu oleh pembimbing
secara face to face, anak-anak tersebut diajarkan halaman demi halaman,
huruf demi huruf oleh pembimbing. Seperti yang dijelaskan oleh Ade
9
Hasil wawancara dengan Aderatna, Jakarta : 17.28 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna
Media Amal Islami.
10
Hasil wawancara dengan Ratnasari, Jakarta : 04.22 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna
Media Amal Islami.
11
Hasil wawancara dengan Siti Chuzaemah, Jakarta : 04.40 - 18 Juni 2013 - Aula
Serbaguna Media Amal Islami.
12
Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Bentuk Pembinaan di Yayasan Media Amal
Islami, Jakarta : Mei – Juni 2013.
56
”Kalau untuk baca iqra ya maju satu-satu supaya paham, terus
kalau materi setelah dijelasin ditanya satu-satu, misalnya kalo
yang ga paham dijelasin kembali”13
dan juga seperti yang dijelaskan Bella salah seorang anak binaan :
Kalo Iqro maju satu-satu. Kalo Fiqih di jelasin. Ka Ade jelas aku
paham terus kalau buat kesalahan di catet di buku trus di kasi tahu
orangtua”14
Untuk kelas TPA Ula dan TPA Wustho proses komunikasi
antarpribadinya adalah pembimbing memberikan contoh bunyi hurufhuruf yang akan diajarkan, kemudian anak-anak pemulung mengikuti apa
yang telah diajarkan, apabila anak tersebut salah dalam melafalkan huruf,
pebimbing bisa secara langsung membenarkan pelafalan huruf tersebut,
semakin banyak yang telah dipelajari oleh anak-anak pemulung semakin
banyak pula interaksi dan feedback yang terjadi di antara keduanya.
Sedangkan untuk TPA Aliy yakni anak-anak yang yang telah
menyelesaikan mempelajari Iqro Jilid 1 s/d Jilid 6 mereka akan mulai
mempelajari
membaca
Al-Quran,
dalam
prosesnya
komunikasi
antarpribadinya memiliki sedikit perbedaan yakni pembimbing tidak lagi
memberikan contoh bunyi huruf, melainkan pembimbing langsung
mendengarkan anak tersebut membaca Al-Qur’an kemudian apabila
terjadi kesalahan mengenai pelafalan huruf dan tajwid, pembimbing
13
Hasil wawancara dengan Aderatna, Jakarta : 17.28 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna
Media Amal Islami.
14
Hasil wawancara dengan Anak Binaan Bella Safira, Jakarta : 15.56 – 7 Januari 2014 –
Lt.2 Yayasan Media Amal Islami.
57
menjelaskan letak kesalahanya dan baru memberikan contoh bacaan yang
benar.15
Proses pembinaan yang dilakukan di YMAI yang telah dijelaskan
diatas merupakan pola komunikasi antarpribadi jenis diadik. Komunikasi
antarpribadi diadik adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang
dengan seorang menjadi komunikator (pembimbing) dan seorang menjadi
komunikan (anak pemulung). Pola komunikasi antarpribadi diadik
merupakan jenis komunikasi yang penting dalam proses pembinaan
keagamaan,
karena
prosesnya
yang
berlangsung
secara
dialogis
menunjukan interaksi satu sama lain, pelaku-pelaku yang terlibat dalam
komunikasi berfungsi ganda, masing-masing dari mereka bisa bertukar
peran baik sebagai pembicara maupun menjadi pendengar secara
bergantian. Komunikasi antarpribadi diadik dianggap penting karena
adanya upaya dari para pelaku untuk membentuk pemahaman yang sama
antara satu sama lain (mutual understanding). Oleh karena itu komunikasi
antarpribadi diadik ini merupakan komunikasi yang efektif dalam proses
pembinaan keagamaan terutama dalam menyampaikan materi membaca
Al-Qur’an karena dengan menggunakan komunikasi ini pembimbing dapat
mengetahui secara langsung respon yang diberikan oleh anak-anak
pemulung, mengetahui sejauh mana tingkatan pemahaman tiap-tiap anak
dan mencari solusi untuk anak-anak pemulung tersebut.
Seperti yang
dijelas Aderatna :
15
Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Bentuk Pembinaan di Yayasan Media Amal
Islami, Jakarta : Mei – Juni 2013.
58
”Solusinya yaaa terus aja di ingatkan kembali, diulang-ulang,
ditanyain lagi materi yang sebelumnya sampe mereka bosen dan
bener-bener paham”16
Bentuk pembinaan yang telah dilakukan di YMAI menunjukan
bahwa komunikasi antarpribadi diadik terjadi dengan baik karena dengan
menggunakan pola komunikasi tersebut pembimbing dapat memahami
betul seperti apa kondisi anak-anak pemulung dan mencari solusi untuk
pemecahan masalah yang terjadi.
Bentuk lain dari komunikasi antarpribadi yang terjadi di YMAI
yaitu komunikasi informal, komunikasi ini terjadi di luar jam belajar
formal. Komunikasi ini terjadi ketika pembimbing menemukan anak-anak
jalanan yang kurang aktif ketika berada di kelas, maka pembimbing
biasanya menanyakan keadanya tersebut di luar jam formal atau ketika
kelas sudah selesai. Seperti yang dijelaskan Ratna :
”Selama ini yang saya lakukan untuk menanganinya yaitu tidak
ribet dengan materi, tetapi lebih mendekati satu persatu secara
personal.”17
Gambar 5
Proses Komunikasi Antarpribadi
16
Hasil wawancara dengan Aderatna, Jakarta : 17.28 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna
Media Amal Islami.
17
Hasil wawancara dengan Ratnasari, Jakarta : 04.22 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna
Media Amal Islami.
59
2. Pola Komunikasi Kelompok
Selain pola komunikasi interpersonal, dalam proses pembinaan
keagamaan di YMAI juga menggunakan pola komunikasi kelompok
terutama pola komunikasi kelompok kecil. Pola komunikasi kelompok
kecil ini merupakan pola yang umum digunakan oleh pembimbingpembimbing di setiap kelas TPA di YMAI ketika melakukan proses
pembinaan keagamaan.
Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
merupakan komunikasi yang dilakukan dengan jumlah komunikan yang
sedikit (lebih dari dua orang) dan komunikasi ini ditujukan untuk
mempengaruhi kognisi komunikan, komunikasi ini terjadi secara dialogis,
tidak linear melainkan sirkular, umpan balik terjadi secara verbal dan juga
komunikan dapat menangapi uraian komunikator secara langsung seperti
bertanya, menyanggah dan lain sebagaianya.18
Pola komunikasi kelompok diterapkan disetiap kelas TPA yang
ada di YMAI yakni TPA Ula, TPA Wustho dan TPA Aliy. Dalam
penerapanya pola komunikasi ini digunakan untuk menyampaikan materimateri pembinaan keagamaan seperti Fiqih, Aqidah, Hadist, Doa-doa,
Praktek Shalat. Dalam melakukan proses pola komunikasi kelompok
pembimbing biasanya mencatat materi (apabila perlu dicatat) yang akan
diberikan terlebih dahulu di papan tulis yang kemudian di salin oleh anak-
18
Onong Uchjana Efendi, ibid., h. 76-77.
60
anak pemulung sebagai catatan agar dapat dipelajari dikemudian hari.
19
Seperti yang dijelaskan ibu Ema dan Gambar berikut ini :
“Kalau kaya fiqih dan aqidah juga kalau perlu ada yang di catet
ya di catet dulu di papan tulis karna nanti kan ada hadis mereka
nyalin setelah itu baru di jelasin”20
Setelah itu pembimbing mereview materi yang telah diberikan
sebelumnya, ini merupakan salah satu metode agar anak-anak pemulung
tidak lupa dengan materi yang sudah disampaikan sebelumnya, setelah
mereview materi pembimbing menjelaskan materi pembinaan keagamaan
dengan menggunakan bahasa yang santai agar mudah dimengerti oleh
anak-anak pemulung saat proses pemberian materi berlangsung sesekali
salah satu anak pemulung bertanya kepada pembimbing mengenai materi
yang diberikan, seperti yang dijelaskan ibu Ema :
“Alhamdulillah meskipun banyak di antara mereka suka bercandabercanda tapi mereka nanya kalau gak paham, terutama pelajaran
tajwid kan karna menerut mereka pelajaran tajwid paling susah”21
Dan juga seperti yang dijelaskan Bahar :
“Kalau gag paham ya tanya sama ibu Ema, terus suka tanya sama
temen-temen juga”22.
Pola komunikasi kelompok ini memudahkan pembimbing dalam
menyampaikan
materi
karena
dalam
suasana
yang
santai
dan
menyenangkan tidak terlalu monoton, pembimbing tidak terus-terusan
19
Hasil Observasi Terhadap Bentuk Pembinaan di Yayasan Media Amal Islami, Jakarta :
Mei – Juni 2013.
20
Hasil wawancara dengan Siti Chuzaemah, Jakarta : 04.40 - 18 Juni 2013 - Aula
Serbaguna Media Amal Islami.
21
Hasil wawancara dengan Siti Chuzaemah, Jakarta : 04.40 - 18 Juni 2013 - Aula
Serbaguna Media Amal Islami.
22
Hasil wawancara dengan Anak Binaan Muhammad Bahrul Alam, Jakarta : 15.37 – 7
Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami.
61
berbicara akan tetapi anak-anak pemulung juga memiliki kesempatan
untuk berbicara (bertanya atau mengemukakan pendapat), pembimbing
dapat berinteraksi secara langsung mengetahui respon anak-anak
pemulung terhadap materi yang diberikan.
Gambar 6
Proses Komunikasi Kelompok
62
Selain kedua pola tersebut ada juga metode komunikasi yang
digunakan yakni komunikasi satu arah (one way communication) atau
komunikasi yang berlangsung secara linier. Komunikasi satu arah adalah
komunikasi yang bersifat koeresif dapat berbentuk perintah, intruksi dan
bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi.23 Komunikasi ini
digunakan pembimbing untuk memberikan ketegasan atau intruksi-intruksi
kepada anak-anak pemulung seperti ketika pembimbing memberikan sanksi
kepada anak-anak pemulung yang melakukan kesalahan dan memberikan
intruksi mengenai ulangan harian. Peneliti melihat komunikasi satu arah ini
terjadi ketika pembimbing memberikan sangsi kepada anak pemulung yang
melakukan kesalahan misalnya ketika salah seorang anak pemulung berbicara
kasar ketika proses pembinaan berlangsung atau tidak mengerjakan PR anak
tersebut diberikan hukuman seperti menghafal hadist atau doa-doa untuk kelas
TPA Aliy seperti yang dijelaskan Bahar :
“Kalau lagi dihukum mengahafal do’a sehari-hari atau hadis”24
Berdiri di depan kelas untuk TPA Wustha seperti yang dijelaskan Selvie :
“Ka Ratna tegas kalau ada yang salah dapet hukuman, kalau yang
laki-laki buka baju terus kalau yang perempuan berdiri di depan kaki
satu sambil pegang kuping, kalu berisik dimarahin25”
Di catat dan diberitahu orangtua untuk TPA Ula seperti yang dijelaskan Bella
“Kalau buat kesalahan di catet di buku trus di kasi tahu orangtua”26
23
H.A.W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Cet.2; Jakarta : PT Rineka Cipta,
200), h.103.
24
Hasil Wawancara dengan Anak Binaan Muhammad Bahrul Alam, Jakarta : 15.37 – 7
Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami.
25
Hasil Wawancara dengan Anak Binaan Selviana Fadilah, Jakarta : 15.14 – 7 Januari
2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami.
63
Dan anak-anak tersebut harus menuruti apa yang diperintahkan pembimbing.27
Selanjutnya komunikasi satu arah ini juga terjadi di YMAI ketika pembimbing
memberikan intruksi mengenai ulangan harian anak-anak tersebut tidak dapat
membantah atau menolak apa yang di perintahkan oleh pembimbing.
Kedua bentuk komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok
yang dilakukan di YMAI memiliki kesamaan tiga sifat-sifat komunikasi dalam
proses penyampaian pesanya, yaitu :
1. Menggunakan bahasa verbal, baik itu secara lisan maupun tulisan,
dilakukan secara lisan bertujuan agar anak-anak pemulung dapat
memahami dengan mudah dan jelas apa yang disampaian pembimbing,
sedangkan dengan tulisan bertujuan agar anak-anak pemulung memiliki
catatan mengenai materi yang di sampaiakan, karena setelah pembimbing
mencatat materi yang diberikan di papan tulis anak-anak pemulung
dianjurkan untuk menyalin kedalam sebuah buku, agar dapat dipelajari
dikemudian hari. Seperti yang terlihat pada gambar :
26
Hasil Wawancara dengan Anak Binaan Bella Safira, Jakarta : 15.56 – 7 Januari 2014 –
Lt.2 Yayasan Media Amal Islami.
27
Hasil Observasi Terhadap Bentuk Pembinaan di Yayasan Media Amal Islami, Jakarta :
Mei – Juni 2013.
64
2. Mengunakan bahasa Non Verbal, bahasa non-verbal digunakan sebagai
pendukung dalam menyampaikan materi pembinaan keagamaan, misalnya
saat pembimbing mencontohkan gerakan shalat dan gerakan wudhu
kepada anak-anak pemulung. Hal ini bertujuan agar anak-anak memiliki
gambaran mengenai penjelasan materi yang sedang disampaikan. Seperti
yang terlihat pada gambar :
3. Proses penyampaian pesan baik itu dengan menggunkan komunikasi
antarpribadi maupun komunikasi kelompok, selalu dilakukan secara Tatap
Muka (Face-to-face Communication). Komunikasi yang dilakukan secara
tatap muka merupakan komunikasi yang efektif, terlebih jika deiterapkan
dalam pola komunikasi anatarpribadi dan komunikasi kelompok, karena
kedua jenis model komunikasi ini bersifat dua arah dan pembimbing bisa
mengetahui respon langsung dari anak-anak pemulung.
Dari kedua pola komunikasi yang digunakan dalam proses pembinaan
dan penjelasan mengenai kesamaan tiga sifat-sifat komunikasi dalam proses
penyampaian pesan yang telah dijelaskan diatas peneliti menilai bahwa
65
kredibilitas pembimbing sebagai seorang komunikator sudah terpenuhi yakni
pembimbing memberikan materi sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
anak-anak pemulung, pembimbing juga memahami kapan pola komunikasi
antarpribadi atau pola komunikasi kelompok harus diterapkan dan juga
dengan menggunakan pola komunikasi bintang pembimbing dapat memahami
tingkat pemahaman tiap-tiap anak pemulung dan mencari solusi untuk
memecahkan masalah tersebut.
Dalam proses pembinaan keagamaan di YMAI tidak lepas dari
berbagai kendala atau hambatan. Berdasarkan hasil dari observasi yang telah
dilakukan, peneliti melihat ada dua faktor yang menjadi penghambat dalam
proses pembinaan keagamaan yakni faktor internal dan faktor eksternal.28
Berikut penjelasanya :
1. Faktor Internal
Dalam faktor internal sebagai salah satu penghambat dalam proses
pembinaan keagamaan yang pertama ialah kurangya media pendukung
seperti layar proyektor disetiap kelas sebagai penunjang pembimbing
dalam menyampaikan materi menjadi salah satu foktor penghambat dalam
proses pembinaan keagamaan. Kedua adalah waktu pembinaan keagamaan
yang di rasa kurang maksimal oleh peneliti karena keterbatasan ruang
kelas yang digunakan secara bergantian dan juga kesadaran dari anak-anak
pemulung yang terkadang terlambat datang sehingga waktu pembinaan
menjadi kurang maksimal karena seharusnya waktu pembinaan adalah satu
28
Hasil observasi terhadap proses pembinaan keagamaan di Yayasan Media Amal Islami,
Jakarta : Mei – Juni 2013.
66
jam dan menjadi berkurang karena keterlambatan anak-anak pemulung.
Ketiga adalah tingkat pemahaman dari setiap anak pemulung yang
berbeda-beda sehingga menjadi hambatan pembimbing ketika akan
melanjutkan materi yang selanjutnya, seperti yang dijelaskan Ratna :
“hambatan yang di amalai, karena anak-anak yang beda fisik atau
beda mental, berbeda kepribadian jadi agak sedikit sulit, missal
yang satunya bisa sementara yang satunya lagi belum paham29”.
Terakhir adalah adalah faktor pendanaan yang menyebabkan YMAI
kesulitan dalam mengembangkan program-program untuk anak-anak
pemulung khususnya dan juga dalam melengkapi sarana dan prasarana
dalam proses pembinaan seperti media pendukung pembinaan keagamaan
yaitu layar proyektor, seperti yang dikatakan pendiri YMAI Ustad Aslih :
“Ya hambatan yang paling mendasar adalah kurangnya
pendanaan karena memang ini juga menyangkut problem solver
jadi mereka juga harus di sekolahkan kemudian mereka harus
diperbaiki taraf kehidupanya. Maka MAI mensiasatinya adalah
memilih memilah secara bertahap sebagian anak-anak untuk kita
sekolahkan kita bina yang nanti dikemudian hari bisa diharapkan
untuk membantu masyarakat sekitar30”
2. Faktor Eksternal
Kondisi lingkungan yang dialami oleh anak-anak pemulung ini
sangat erat dengan pihak-pihak yang ingin memanfaatkan keadaan para
pemulung dengan memberikan iming-iming yang diberikan pihak non
muslim seperti pemberian kebutuhan hidup seperti sembako, seperti yang
di jelaskan Ustad Aslih :
29
Hasil wawancara dengan Ratnasari, Jakarta : 04.22 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna
Media Amal Islami.
30
Hasil wawancara dengan Ust Aslih Ridwan, Jakarta : 10.29 - 22 Oktober 2013 - Aula
Serbaguna Media Amal Islami.
67
“Kendala yang lainya lagi adalah gencarnya umat lain khususnya
umat kristiani yang berusaha untuk melakukan usaha kristenisasi,
dalam soal ini saya kira MAI harus melakukan dakwah bil hal
yaitu langkah-langkah konkret seperti pegobatan gratis kemudian
juga penyuluhan-penyuluhan tentang betapa pentingnya hidup
sehat dalam arti cara hidup sehat dan yang lainyalah yang penting
kita melakukan langkah-langkah konkret31”
Hambatan eksternal lainya adalah kurangnya kesadaran atau keseriusan
dari anak-anak pemulung untuk lebih giat dalam mengikuti pembinaan
keagamaan di YMAI, seperti yang dijelaskan Ibu Ema :
“Hambatan yang sering saya rasakan ya keseriusan anakanaknya, jadi karena mereka sehari-harinya biasa ketemu bareng
apa lagi sekarang lagi musim layangan, jadi kalau ngaji yang
diceritain kalau cowo-cowo main bola, layangan”32.
Selanjutnya adalah kelengkapan unsur-unsur komunikasi di dalam
proses pembinaan keagamaan, yakni :
1. Sumber (source) biasanya juga disebut komunikator, yang berperan
sebagai komunikator dalam proses pembinaan adalah pembimbing, dalam
melakukan peranya pembimbing menggunakan bahasa-bahasa yang
mudah dimengerti baik secara lisan dan tulisan, pembimbing juga
menguasai setiap materi-materi yang akan di sampaikan, selalu menjadi
contoh yang baik seperti menggunakan pakaian yang sesuai syariat islam
dan berbicara menggunakan bahasa yang santun.
2. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Yang dikomunikasikan olem pembimbing kepada penerima
adalah mengenai materi-materi pembinaan keagamaan seperti Fiqih,
31
Ibid.
Hasil wawancara dengan Siti Chuzaemah, Jakarta : 04.40 - 18 Juni 2013 - Aula
Serbaguna Media
Amal Islami.
32
68
Akidah Akhlak, Membaca Iqro dan Al-Qur’an, Hafalan doa-doa, Praktek
Shalat dan lain-lain. Pesan-pesan yang disampaikan bersifat informatif,
positif dan edukatif dengan menggunakan bahasa yang jelas dan gamblang
juga sesuai dengan kebutuhan komunikan.
3. Saluran atau media, pembimbing biasanya menyampaikan pesan melalui
papantulis, spidol dan buku-buku sebagai panduan.
4. Penerima (receiver) atau komunikan, yakni orang yang menerima pesan
dari komunikator, yang berperan sebagai komunikan dalam proses
pembinaan keagamaan adalah anak-anak pemulung, mereka menerima
pesan yang disampaikan kemudian menerjemahkan atau menafsirkan
gagasan sesuai dengan apa yang dapat mereka pahami.
5. Efek (feedback), adalah apa yang terjadi pada komunikan setelah mereka
menerima
pesan.
Setelah
pesan
disampaikan
oleh
pembimbing,
efek/feedback yang terjadi oleh setiap anak-anak pemulung tidaklah sama,
ada yang sekali pesan itu di sampaikan mereka langsung paham tetapi ada
juga tidak paham dengan materi yang disampaikan walaupun pembimbing
menyampaikanya dengan menggunakan bahasa yang jelas dan juga
gamblang. Biasanya pembimbing akan mengulang materi yang telah
disampaikan pada hari berikutnya agar anak-anak pemulung ingat dan juga
di akhir semester diadakan ujian agar mereka tidak lupa dan sebagai tolak
ukur keberhasilan komunikasi yang telah dilakukan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
pola komunikasi antara pembimbing dan anak-anak pemulung di Yayasan
Media Amal Islami maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembinaan keagamaan yang dilakukan Yayasan Media Amal Islami
dilakukan dalam bentuk Taman Pendidikan Al-Qur’an yang terbagi
menjadi tiga tingkatan yakni TPA Ula, TPA Wustho dan TPA Aliy. Materi
yang diberikan pada setiap tingkatan TPA di YMAI berbeda-beda sesuai
dengan tingkat pemahaman dan tingkat kebutuhan dari anak-anak
pemulung.
2. Pola komunikasi yang diterapkan dalam pembinaan keagamaan di YMAI
adalah komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication) dan pola
komunikasi kelompok. Dalam proses pembinaan keagamaan pembimbing
menggunkan kedua pola ini secara bergantian dan saling mendukung
antara pola komunikasi antarpribadi dengan pola komunikasi kelompok.
Pola komunikasi antarpribadi digunakan ketika pembimbing memberikan
materi mengenai pembacaan Al-Qur’an, setiap proses tersebut berlangsung
anak-anak tersebut di bimbing secara perorangan dan langsung (face to
face) berhadapan oleh pembimbing. Pola komunikasi jenis ini merupkan
pola yang tergolong penting karena prosesnya yang berlangsung secara
dialogis menunjukan interaksi satu samalain dengan kata lain adanya
69
70
upaya untuk membentuk pemahaman yang sama (mutual understanding)
dan juga pelaku-pelaku yang terlibat berfungsi ganda, masing-masing dari
mereka bisa bertukar peran baik sebagai komunikator maupun menjadi
komunikan. Dalam menggunakan pola ini pembimbing dapat berinteraksi
secara langsung dan juga mengetahui secara langsung respon dari tiap-tiap
anak-anak pemulung. Selanjutnya adalah pola komunikasi yang di
terapkan di YMAI ini adalah pola komunikasi kelompok, pola ini
memberikan
warna
tersendiri
dalam
proses
pembinaan.
Dengan
menggunakan pola ini memudahkan pembimbing dalam melakukan proses
pembinaan karena dalam suasana yang santai, tidak monoton, pembimbing
tidak terus menerus berbicara tetapi anak-anak pemulung juga memiliki
kesempatan untuk berbicara.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan saat ini tidak luput dari kelemahan dan
juga keterbatasan. Berikut adalah beberapa keketerbatasan atau kelemahan
dalam penelitian ini :
1. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif sehingga tidak di pungkiri kemumngkinan
terjadinya subjektifitas dalam menganalisis hasil penelitian.
2. Penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu hanya enam bulan.
Sehingga tidak adanya variable yang membahas mengenai efektifitas pola
komunikasi yang diterapkan.
71
C. Saran
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
pola komunikasi di YMAI. Peneliti mengajukan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Saran Bagi Yayasan Media Amal Islami
-
Perlunya peningkatan media pembelajaran dalam proses pembinaan
keagamaan, seperti penggunaan media audio visual misalnya
memberikan materi bacaan-bacaan shalat beserta gerakanya melalui
video dengan penggunaan layar proyektor untuk memudahkan proses
pemahaman anak-anak pemulung dalam proses pemahaman materi dan
juga
demi
terciptanya
suasana
pembinaan
yang
santai
dan
menyenangkan.
-
Perlunya mempelajari berbagai macam metode mengenai penyampaian
materi pembinaan keagamaan terutama kepada para pembimbing. Agar
tidak menimbulkan kejenuhan terhadap pembimbing dan juga anakanak pemulung.
2. Saran Bagi Penelitian Berikutnya
-
Dalam penelitian selanjutnya perlu memperluas kajian dengan
menambahkan variabel lain seperti efektivitas/tingkat keberhasilan
dalam suatu proses pembinaan keagamaan.
-
Khusus bagi para peneliti yang meneliti mengenai pola komunikasi,
perlu melakukan seleksi mengenai teori yang digunakan agar teori
yang digunakan dalam penelitian pola komunikasi lebih beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Aryana, Rike. 2011. SKRIPSI S1 : Peran Penyuluh Agama dalam Pembinaan
Akhlak bagi Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami. Jakarta :
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
A.B Pronodigdo dan Hasan Shadily. 1990. Ensiklopdi Umum. Yogyakarta :
Karnisius.
Badan
Pusat Statistik. Akses : 17 September 2013 Jam : 14.48.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_sub
yek=12&notab=1
Bisdan Sigalingging. 2013. Sikap Pemerintah Terhadap Keberadaan Yayasan
Yang Belum Menyesuaikan Diri Terhadap UU Yayasan Dan PP No.63
Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan UU Yayasan. http://bisdansigalingging.blogspot.com/2013/05/sikap-pemerintah-terhadapkeberadaan.html. Tanggal akses : 02.20 PM 22 Januari 2014.
Brosur Yayasan Media Amal Islami, 2012.
_____________________________, 2013.
Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Chatamarrasjid. Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba.
Jakarta : PT Citra Aditya Bakti.
Darajat, Zakiyah. 1976. Ilmu Jiwa Agama Cet- 5. Jakarta : Bulan Bintang.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga Cet-3. Jakarta : PT Balai Pustaka.
____________________________. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga Cet- 4. Jakarta : PT Balai Pustaka.
Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Cet-21.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
______________________. 2003. Ilmu Teori dan Filasafat Komunikasi Cet-3.
Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Emzir. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang : UMM Press.
Ilahi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta : Putra AlHusna
72
73
Maulana, Zikri. 2010. SKRIPSI S1 : Peran Majelis Taklim ”Persatuan Remaja
Islam (PERISTA)” Dalam Pembinaan Keagamaan Remaja. Jakarta :
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Moloeng, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Morisan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor : PT Ghalia Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Cet-12. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Muchtar, Aflatun. 2001. Tunduk Kepada Allah Fungsi dan Peran Agama dalam
Kehidupan Manusia. Jakarta : Khazanah Baru.
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Cet-5. Jakarta :
UI Press.
Nata, Abiddin.1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu..
Nurjamilah, Dewi. 2012. SKRIPSI S1 : Pola Komunikasi Pengajar dalam
Pembinaan Perilaku Anak Jalanan di Yayasan Nanda Dian Nusantara
Ciputat. Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Setiawan, Herman. 2010. SKRIPSI S1 : Pola Komunikasi Antara Pengasuh
dengan Anak Asuh dalam Pembinaan Akhlak di Panti Asuhan Al-Ikhsan
Vila Tomang Tangerang. Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sigalingging, Bisdan. Sikap Pemerintah Terhadap Keberadaan Yayasan Yang
Belum Menyesuaikan Diri Terhadap UU Yayasan Dan PP No.63 Tahun
2008
Tentang
Pelaksanaan
UU
Yayasan.
http://bisdansigalingging.blogspot.com/2013/05/sikap-pemerintah-terhadapkeberadaan.html. Tanggal akses : 02.20 PM 22 Januari 2014.
Stephen W Littlejhon & Karen A Foss. 2007. Theori of Human Communication
Belmont : Wadsworth Group.
Wibowo, Teguh. 2007. Jurus Maut Mengusai Materi Bahasa Indonesia.
Jogjakarta : Locus.
Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Cet-2. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
LAMPIRAN
Transkip Wawancara
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a.
b.
c.
d.
e.
Nama Lengkap
TTL
Status Perkawinan
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
f. Jabatan di MAI
: H. ASLIH RIDWAN, MA
: Jakarta, 11 Juni 1967
: Menikah
: S2 Ilmu Tafsir
: Pengisi acara Nasihat Ulam (Nasihat
Ulama) di Bens Radio, Account Executive
Majalah Aulia dan Ketua GPMI
: Pendiri Yayasan
Waktu & Tempat Wawancara “10.29 - 22 Oktober 2013 - Aula Serbaguna
Media Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
: Kapan berdirnya Yayasan Media Amal Islami ini abu?
: Tahun 1999
: Selaku pendiri YMAI apa yang melatarbelakangi abu dalam
mendirikan yayasan ini?
: Melihat problem umat terutama kaum bawah kurang yang terjun
langsung, masih dalam tataran wacanan dan diskusi, seperti umat
islam bodoh umat Islam lemah tidak kepada gerakan aksi, maka ya
tadi tanpa bermaksud merendahkan yang lain tapi melihat di sini
wilayah ini masih ada peluang yang bisa MAI lakukan yaitu
pembinaan dikalangan kaum pinggiran dan pemulung. Ya
sejarahnya melihat kaum pinggiran mereka lemah dari sisi
finansial, lemah dari sisi keagamaan, rentan pemurtadan bahkan
dari tempat-tempat yang MAI bina itu sangat sarat dengan
gerakan-gerakan pemurtadan sehingga MAI terpanggil untuk
mengatasi secara komperhensif dari sisi keilmuan dari sisi
pembinaan keagamaan baik juga masalah membangun taraf
kehidupanya.
: Apa visi dan misi YMAI?
: Utamanya ya memang yayasan ini bergerak di bidang dakwah dan
juga memecahkan masalah umat dibidang kemiskinan kemudian
program-programnya itu ada bidang dakwah, pendidikan, sosial
trus juga ada asrama yatim dan dhuafa.
: Menurut abu apa itu pembinaan keagamaan?
: Ya pembinaan agama adalah memberikan pemahaman kepada
mereka mengenai ilmu agama dan betapa pentingnya memahami
agama dengan benar-benar jadi tidak ada di KTP saja juga
diperaktekan dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan mereka
tidak memperkatekanya dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan : Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung
di sini menurut abu?
Jawaban
: Ya sangat penting karna memang mereka rentan dari sisi agama,
finansial, terbelakang kemudian juga cara mereka hidup juga tidak
teratur mereka juga tidak memiliki masa depan, maka disinilah
mereka harus dibina keimananya mereka juga dibangun kesadaran
bahwa perubahan itu dimulai dengan ilmu, mana mungkin mereka
bisa berubah menjadi lebih baik tanpa mereka memiliki ilmu, ya
ilmu agama maupun ilmu umum, ya mereka harus terbekali, jadi ya
mindset para orang tua selama ini adalah pendidikan tidaklah
penting, yang penting anak mereka bisa cari duit memulung untuk
makan sehari-hari, maka dari itu MAI tidak membatasi anak-anak
itu untuk memulung, jadi mereka pagi memulung kemudian
sorenya mereka mengikuti sekolah PKBM. Kemudian kita juga
menyakinkan betapa pendidikan itu sangat penting untuk kemajuan
anak-anak mereka supaya mereka itu tidak seperti orangtuanya,
dan menjadi lebih baik dari kedua orangtuanya.
Pertanyaan : Seperti bentuk pembinaan keagamaan dan seperti apa pola
komunikasi yang abu gunakan dalam pembinaan keagamaan?
Jawaban
: Metodenya ya dari sisi ceramah dialog kemudian juga peraktek
sepereti praktek ibadah bersama (shalat berjamaah). Kemudian
pembinaan yang dilakukan untuk anak-anak lapak ya mereka disini
ada program TPA, kemudian kita juga menyediakan asrama dan
santri-santri disini menggikuti program HAQU (Hafal Al-Quran
dan Kuliah) jadi santri-santri setoran ayat, dan juga kita selesaikan
sekolahnya sampai selesai S1 kemudia kita lepas salah satunya
Ratna dia anak pemulung sedang kuliah semester empat yang
dibiayai MAI dia kuliah di BSI kemudian ibu-ibu tiap hari jumat
pagi kita ajarkan membaca Qur’an dan juga penekanan aqidahnya.
Pertanyaan : Selanjutnya hambatan/kesulitan apa saja yang sering terjadi saat
abu berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan
proses pembinaan keagamaan? Kemudian seperti apa solusi yang
dilakukan ketika abu mengalami hambatan/kesulitan tersebut?
Jawaban
: Ya hambatan yang paling mendasar adalah kurangnya pendanaan
karena memang ini juga menyangkut problem solver jadi mereka
juga harus di sekolahkan kemudian mereka harus diperbaiki taraf
kehidupanya. Maka MAI mensiasatinya adalah memilih memilah
secara bertahap sebagian anak-anak untuk kita sekolahkan kita bina
yang nanti dikemudian hari bisa diharapkan untuk membantu
masyarakat sekitar. Kendala yang juga palingmendasar adalah
kurangnya bantuan tenaga dari kaum muslimin yang lain maka
dalam hal ini saya sangat apresiasi kepada pimpinan-pimpinan
Universitas Islam Negeri Jakarta yang memberikan izin
mahasiswanya untuk terjun langsung melakukan penelitian atau
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
membantu warga-warga sekitar, problem lainya adalah medan
pemukiman lapak yang seirng terjadi banjir, maka MAI
menampung warga untuk mengungsi di MAI ini. Kendala yang
lainya lagi adalah gencarnya umat lain khususnya umat kristiani
yang berusaha untuk melakukan usaha kristenisasi, dalam soal ini
saya kira MAI harus melakukan dakwah bil hal yaitu langkahlangkah konkret seperti pegobatan gratis kemudian juga
penyuluhan-penyuluhan tentang betapa pentingnya hidup sehat
dalam arti cara hidup sehat dan yang lainyalah yang penting kita
melakukan langkah-langkah konkret.
: Menurut abu sejauh mana tingkat keberhasilan pembinaaan
keagamaan yang telah dilakukan?
: Memang dari sisi tingkat keberhasilan kita masih jauh karna
memang mereka ini kaum urban yang gampang perga-pergi
sehingga tidak menetap satu wilayah kemudian juga mereka ini
sudah terpengaruh terkontaminasi oleh sesuatu seperti sekbebas,
pergaulan bebas, bahkan anak-anak itu sudah terlibat narkoba,
contoh sederhana saja waktu MAI mengadakan penyuluhan
narkoba yang didatangi oleh ibu kapolda saat itu anak-anak pada
kabur entah kemana ketakutan karena takut nanti diperiksa urinya
nanti ditangkep berartikan gambaran betapa anak-anak memang
sudah terkena obat tadi, saya kira ini yang memang menjadi
persoalan bagi MAI yaitu bagaimana mengajak anak-anak ini yaitu
tetap menjadi genarasi harapan bangsa.
: Apa harapkan abu kepada anak-anak lapak dan juga yayasan ini?
: Ya tadi saya kira untuk saya lebih menekankan MAI lebih kepada
kualitas tidak kuantitas, jadi memang inikan 200KK kemudian ada
sekitar 400orang maka kita lebih kepada kualitas walaupun tidak
banyak yang kita ambil bisa kita lihat santri-santri disini pernah
saya coba ikut sertakan lompa pidato dan hafal qur’an seluruh
DKI dan anak-anak ini yang juara. Maka mereka kan kalau setiap
malam jumat mereka belajar computer, karenakan merkea kita
harapkan tidak hanya pandai agama saja tetapi pandai juga dengan
tekhnologi. Harapan MAI ya kita berdoa berharap agar anak-anak
ini menjadi anak yang baik tidak menjadi sampah masyarakat
bahkan tidak menjadi penipu-penipu negara sehingga mereka
menjadi rahmat bagi semuanya rahmat bagi keluarganya rahmat
bagi kita semua sehingga lahir kepemimpinan-kepemimpinan umat
yang memang mereka dari orang yang tidak diperhitungkan selama
ini jadi bagi MAI adalah mereka ingat atau tidak dengan yang
dilakukan MAI itu tidak menjadi persoalan bagi kami, karna bagi
kami adalah kabi berupaya agr mereka menjadi lebih baik
kemudian mereka menjadi rahmat itu sudah menjadi kebanggan
bagi kami.
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Nama Lengkap
TTL
Status Perkawinan
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Jabatan di MAI
: DZULFITRI SULAIMAN
: Jakarta, 4 Juli 1983
: Menikah
: Sarjana Pendidikan
: Mengajar
: Pengurus dan Guru Pembimbing
Waktu & Tempat Wawancara “ 17.56 - 26 Juni 2013 - Aula Serbaguna
Media Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
: Sejak kapan kakak mengajar/menjadi pengurus di YMAI?
: Sejak 2010
: Seperti apa latar belakang pendirian yayasan ini?
: Pendirian yayasan bermula pada tahun 1999 awalnya dapet tanah
wakaf di daerah gunung sindur, disana itu awalnya itu adalah
proyek permurtadan, jadi di gunung sindur awalnya ada proyek
kristenisasi, pewakaf itu namanya H.Nimang sebelumnya dia
ngasih ke yayasan lain, sebelumnya ada empat yayasan yang di
beri tanah wakaf tersebut tapi mereka gag kuat jadi mereka hanya
kuat sampai sebulan tigabulan ganti lagi yayasanya, karena
letaknya kan di pedalaman bangetkan, akses masuknya aja hampir
2 kilo dari jalan raya itu jauh, terus akhirnya yaa di kasih ke ust
Aslih terus diurus yaa Alhamdulillah berjalan, disana kira-kira ada
1000m2, disana bentuknya sekolah buat paud sama diniah. Kalau
yang di lebak bulus ini gedung dari 2010, sebelum pembangunan
gedung ini kita ngontrak disini sebelumnya ada rumah orangtua
ust.Aslih ya petakanlah tadinya kantor disitu yaa kantor
sekertariatnyalah, tahun 2009 lah kita mulai membangun gedung
ini.
Pertanyaan : Program-program apa saja yang ada di YMAI? Khususnya untuk
anak-anak lapak?
Jawaban
: Pendidikan kita ada pendidikan Al-Qur’an itu ada TPA dan TQA
terus ada pengajian ibu-ibu, dan juga pendidikan non formal itu
pendidikan kejar paket.
Pertanyaan : Tujuan dari tiap-tiap program yang diadakan?
Jawaban
: Yaa untuk melahirkan generasi rabbani anak-anak yang memiliki
pengetahuan agama yang cukup untuk merubah pengetahuan
masyarakat terutama komunitas pemulung supaya agamanya
memadai dan perkateknya dalam kehidupan sehari-hari bisa di
peraktekan.
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
: Apakah ada rencana program untuk anak-anak didik di sini yang
belum terlaksana atau terrtunda?
: Sebelumnya udah raker kemarin ada agenda untuk kedepan itu
seperti manasik haji untuk anak-anak karena memang belum
jadwalnya dan ini merupakan agenda baru, sebelumnya belum
pernah dilaksanakan. Ada juga program Asrama Yatim dan dhuafa
dengan tujuan untuk menampung anak-anak yatim dan dhuafa
yang benar-benar sangat membutuhkan, mereka di asramakan di
YMAI kemudian didik untuk dikembangakan kemampuan dan
bakannya.
: Apa semua anak didik yang ada di yayasan ini berasal dari lapaklapak pemulung sekitar yayasan ini?
: Tidak semua yaa ada yang berasal dari masyarakat sekitar yayasan
juga ada, tetapi kebanyakan dari sekitar lapak.
: Bagaimana prosedur agar anak-anak lapak menjadi anak didik di
yayasan ini?
: Ya pertama isi formulir dan orangtuanya dating kita harus tahu
orangtuanya terus buat pernyataan kalau dia harus serius untuk
belajar disini kemudian ada tes-tes yaaa untuk menentukan dia
masuk kelas berapa. Keseriusanya dari kehadiranya, sekarangkan
kita sistemnya ada rapot kalau merka jarang masuk kan nanti
rapotnya jelek, terus juga nanti kalau misalnya lama-lama gag
masuk ya kita keluarkan.
: Apakah setiap anak didik di sini deikenakan biaya bulanan?
Jika YA : selain dari biaya bulanan anak didik dari mana lagi
sumber dana agar Yayasan ini Tetap&Terus berkembang?
Jika TIDAK : dari mana saja sumber dana agar Yayasan ini
Tetap&Terus berkembang?
: Tidak semuanya geratis, karena emang buat kaum dhuafa,
bianyanya yaa dari masyarakat donator baik perorangan, kantor,
perusahaan kalau dari pemerintah pernah sekali tahun 2010 tapi
sekarang udah gag pernah.
: Menururt kakak seberapa penting pembinaan keagamaan untuk
anak-anak lapak?
: Sangat penting karena kehidupan mereka kan keras, kondisi
lapangan itu dengan tingkat pendidikan yang rendah terus juga
heterogen sosial budaya, dan mereka ini orang-orang yang bisa di
bilang nomaden gitu gampang pindah-pindah keluar masuknya
tidak ter data dengan baik, karena memang yaa gitu hidupnya
gampang pindah-pindah naah itukan mempengaruhi prilaku
akhlak, seperti bicara kasar dengan tingkat kriminalitas yang tinggi
juga yang kecil-kecil udah berani nyolong mulai berani ngeroko
dll, nah itu dia pendidikan usia dini atau untuk anak-anak sangat
penting sebagai basic agar nanti begitu besarnya menjadi karakter
yang baik.
: Meode -metode yang dilakukan dalam pembinaan ini seperti apa?
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
: Metode belajarnya yaa tadi ada pengajian ada penenaman akhlak
terus peraktek-peraktek kalau misalnya sholat yaa ada jamaah,
terus juga kita ada pelajaran tentang adap terhadap orang tua,
makan berpakaian dll.
: Apa saja kendala yang dialamai ?
: Yaa umumlah menghadapi anak-anak kan yaa tingkat kenakalan
yaa biasalah, terus juga yang unik dilingkungan ini itu bandelnya
itu karena memang sudah merata karena memang dari orang tua
lingkungan orang tuanya pendidikanya rendah. Karena merka lebih
banyak dirumah dan dirumah mereka tidak ada pendidikan.
: Apa harapan kakak terhadap yayasan ini dan anak-anak lapak?
: Harapan saya untuk yayasan kita bisa terus eksis dalam membina
dan membantu masalah problem umat sebagaimana logo kita juga
kita ma uterus berkembang dengan program-program terbaru dan
kita juga sebagai lembaga agama agar untuk bidang problemasi
umat lebih lengkap.
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Nama Lengkap
TTL
Status Perkawinan
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Jabatan di MAI
: ADE RATNA
: Jakarta, 4 Juni 1991
: Belum Menikah
: SMA
: Mengajar
: Pengajar TPA Ula
Waktu & Tempat Wawancara “17.28 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media
Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
: Sejak kapan kakak mengajar di YMAI ini?
: Sejak tahun lalu 2012.
: Menurut kakak apa itu pembinaan keagamaan?
: Ya maksudnya agar anak-anak bisa mengetahui mengenai tentang
agama islam, dasar-sasar islam.
: Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung
di sini menurut kakak?
: Yaa penting karna itukan buat bekal mereka di dunia dan akhirat.
: Materi-materi apa saja yang di berikan dalam proses pembinaan
keagamaan?
: Kalau yang kecil-kecil si paling saya ajarin nulis, baca iqra 1-3,
praktek wudhu, praktek shalat gerakanyanya gitu, misalnya shalat
dhurur empat rakaat. Trus juga paling Cuma cerita aja sig a terlalu
yang berat-berat karena cepet bosen jugakan kalo kitanya cerita
yang kepanjangan yaa mereka bosen, jadi ceritanya yang cuman
langsung yang penting aja.
: Seperti apa pola komunikasi yang dilakukan dalam proses
pembinaan keagamaan?
: Kalau untuk baca iqra maju satu-satu supaya paham, terus kalau
materi setelah dijelasin ditanya satu-satu, misalnya kalo yang ga
paham dijelasin kembali.
: Bagaimana respon yang di berikan murid-murid saat kakak
menerapkan pola komunikasi yang digunakan?
: Responya yaa macem-macem, ada yang aktif nanya-nanya banyak
yang enggak. Kebanyakan yang kecil-kecil yang banyak tanya.
: Selanjutnya hambatan/kesulitan apa saja yang sering terjadi saat
kakak berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan
proses pembinaan keagamaan?
Jawaban
: Mungkin ngaji kali kalau baca iqra, karena kalau sampai rumah
main jadi daya ingatnya kurang suka lupa, sebenarnya mah bagus,
cuman nanti apa yang di ajarin sampe rumah lupa lagi.
Pertanyaan : Seperti apa solusi yang dilakukan ketika kakak mengalami
hambatan/kesulitan tersebut?
Jawaban
: Yaaa materinya terus aja di ingatkan kembali, diulang-ulang,
ditanyain lagi materi yang sebelumnya sampe mereka bosen.
Pertanyaan : Menurut kakak sejauh mana tingkat keberhasilan pola komunikasi
yang kakak lakukan dalam pembinaaan keagamaan?
Jawaban
: Belum ini banget kali yaa, tapi paling enggak mereka udah bisa
menulis, baca iqra buat saya itu sudah merupakan suatu
kebanggan.
Pertanyaan : Apa harapkan kakak kepada anak-anak pemulung ini setelah
mengikuti kegiatan/TPA di Yayayasan MAI ini?
Jawaban
: Yaa pastinya biar mereka bisa menjadi anak yang berguna gitu,
trus yayasan ini biar bisa jadi maju terus.
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Nama Lengkap
TTL
Status Perkawinan
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Jabatan di MAI
: RATNASARI
: Karawang, 5 Maret 1994
: Belum Menikah
: Sedang Kuliah S1 Manajemen Admin
: Mengajar
: Pengajar TPA Wustha
Waktu & Tempat Wawancara “04.22 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media
Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
: Sejak kapan kakak mengajar di YMAI ini?
: Sejak tahun 2010 semenjak YMAI didirikan.
: Menurut kakak apa itu pembinaan keagamaan?
: Kalau di sekitar sini karena dari lapak (pemulung) penanaman
nilai-nilai agama sangatalah penting karena di daerah sekitar lapak
sendiri terdapat pengajar non muslim, mereka sangata pintar sekali
untuk menarik perhatian anak-anak, mereka membuat anak-anak
lapak merasa nyaman sehingga mereka ingin selalu bersama
pengajar non muslim tersebut. Untuk itu Yayasan media amal
islami tidak mau kalah, kami berusaha untuk membuat anak-anak
lapak merasa nyaman terutama kami sebagai guru dan membuat
mereka senang, dan nyaman, juga belajar agama islam dengan
menyenangakan. Kebanyakan dari mereka beragama islam.
: Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung
di sini menurut kakak?
: Sangat penting untuk bekal mereka, terlebih mereka semua masih
sangata muda dan cenderung masih labil, jadi menurut saya karena
pemahaman agama dari orang tua belum begitu cukup jadi kami
sebagai guru menambahkan materi-materi keislaman sebagai
pondasi mereka kelak ketika dewasa.
: Materi-materi apa saja yang di berikan dalam proses pembinaan
keagamaan?
: Materi yang di berikan ada fiqih, aqidah akhlahnya, baca Iqro
khusus kelas saya iqro 4-6 dan pembacaan tajwid sebagai dasar
pembacaan al-Qur’an, sejarah-sejarah islam.
: Seperti apa pola komunikasi yang dilakukan dalam proses
pembinaan keagamaan?
: Cara pengajaranya, santai tapi jelas, tidak menggunakan bahasa
yang tinggi karena mereka masih anak anak, seperti menggunakan
cerita, suasana belajar yang menyenangkan, tetapi ketegasan juga
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
diperlukan sebagai motivasi mereka. Pemberikan materi di berikan
secara bersamaan atau model ceramah, kita juga ada perbedaan
jadwal materi setiap harinya.
: Bagaimana respon yang di berikan murid-murid saat kakak
menerapkan pola komunikasi yang digunakan?
: Respon murid-muri, mereka merasa senang dan aktif, di satu sisi
ada yang mengaji, di sisi lain ada yang menulis materi yang sudah
diberikan. Jadi suasananyapun tidak ribut dan kondusif.
: Selanjutnya hambatan/kesulitan apa saja yang sering terjadi saat
kakak berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan
proses pembinaan keagamaan?
: Hambatan yang di alami, karena anak-anak yang beda fisik atau
beda mental, berbeda kepribadian jadi agak sedikit sulit, missal
yang satunya bisa sementara yang satunya lagi belum paham.
: Seperti apa solusi yang dilakukan ketika kakak mengalami
hambatan/kesulitan tersebut?
: Selama ini yang saya lakukan untuk menanganinya yaitu tidak
ribet dengan materi, tetapi lebih mendekati satu persatu secara
personal. Sedangkan factor pendukung dalam hal pembelajaran
yaitu menggunakan media proyektor menampilkan film yang
bercerita tentang keislaman, dengan lagu dan juga semangata dari
anak-anak lapak.
: Menurut kakak sejauh mana tingkat keberhasilan pola komunikasi
yang kakak lakukan dalam pembinaaan keagamaan?
: Mereka bisa lebih focus terhadap apa yang telah kami berikan,
terlihat perbedaanya, di awal mereka cenderung terlalu banyak
bermain dan mengeluh “ka saya gag bisa ka” tetapi sekarang
dengan metode-metode yang telah di lakukan mereka lebih paham
dengan apa yang telah di berikan.
: Apa harapkan kakak kepada anak-anak pemulung ini setelah
mengikuti kegiatan/TPA di Yayayasan MAI ini?
: Harapanya, yang pertama mereka menjadi anak-anak yang sholeh
dan sholehah, lalu mereka harus tahu bahwa mereka beragama
Islam tapi islamanya bukan sekedar Islam KTP atau sekedar tahu
Islam atau sekedar pernah belajar ngaji. Tetapi tidak di amalkan.
Mereka harus bisa mengamalkan apa yang mereka pelajari tentang
Islam sehingga berpengaruh terhadap akhlak mereka masingmasing.
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Nama Lengkap
TTL
Status Perkawinan
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Jabatan di MAI
: SITI CHUZAEMAH
: Jakarta, 22 September 1982
: Menikah
: Madrasah Aliyah
: Mengajar
: Pengajar TPA Aliy
Waktu & Tempat Wawancara “04.40 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media
Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan : Sejak kapan kakak mengajar di YMAI ini?
Jawaban
: Mulai mengajar di MAI dari awal Januari
Pertanyaan : Menurut kakak apa itu pembinaan keagamaan?
Jawaban
: Yaa memberikan mereka pemahaman tentang islam, kayak rukun
iman, rukun islam, fiqih, akhlak yaa intinya tentang Islam.
Pertanyaan : Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung
di sini menurut kakak?
Jawaban
: Penting banget, masalahnya kita berbicara dari orang tua mereka,
sangat sayang sebenernya mereka bisa potensinya bisa di gali
tetapi karena keadaan dan pendidikan orang tua mereka yang
rendah, makanya dengan adanya MAI ini Alhamdulillah mereka
jadi paham apa tentang fiqih, mengaji, tajwid, ahlak begitupun
dengan orang tua mereka walaupun tidak semua mereka mau
belajar tentang Islam.
Pertanyaan : Materi-materi apa saja yang di berikan dalam proses pembinaan
keagamaan?
Jawaban
: Untuk ngajinya Al-Qur’an dan Zuz Amma dan kebetulan tingkat
yang saya pegangkan kelas Al-Qur’an, jadi udah lebih paham dari
kelas yang lain, jadi untuk sholat atau fiqih dasar mereka sudah
paham sudah di pelajari di kelas sebelumnya, jadi kalau di kelas
TPA Aliy atau Al-Qur’an yang di pelajari kosa kata bahasa
Arab/mufradat dan belajar hadist-hadis dan yang terpenting bagi
saya yaitu mereka membaca Al-Qur’an dengan makhorijul huruf
yang benar dan paham tajwid-tajwidnya.
Pertanyaan : Seperti apa pola komunikasi yang dilakukan dalam proses
pembinaan keagamaan?
Jawaban
: Kan lain-lain yaa metodenya tergantung materinya, kalau
belajarnya baca Al-Qur’an adakalanya dia langsung baca sendiri
maju satu-satu dan ada kalanya kaya sistem murotal jadi kita yang
bacain nanti mereka ngikutin per ayat biasanya, kalau mereka baca
sendirikan kadang panjang pendeknya dan tajwidnya masih kurang
bener, jadi kalau lagi murotal biasanya seminggu sekali, jadi kita
sambil ngebetulin kaya panjang pendeknya, huruf-hurufnya agar
lebih detil. Kalau penggunaan video lebih ke anak kelas iqro,
pernah sih kadang entah berapa bulan sekali di bawah barengbareng liat video kisah-kisah nabi, kalau kelas saya biasanya cerita
nanti kalau sudah selesai di kasih pertanyaan kalau mereka
nyimakan mereka tahu. Kalau kaya fiqih dan aqidah juga kalau
perlu ada yang di catet ya di catet dulu di papan tulis karna nanti
kan ada hadis mereka nyalin setelah itu baru di jelasin.
Pertanyaan : Bagaimana respon yang di berikan murid-murid saat kakak
menerapkan pola komunikasi yang digunakan?
Jawaban
: Alhamdulillah meskipun banyak di antara mereka suka bercandabercanda tapi mereka nanya kalau gag paham, terutama pelajaran
tajwid kan karna menerut mereka pelajaran tajwidkan susah,
karena sayakan dari pimpinan harus ditekenin Al-Quranya biar
mantap agar mereka tau bacaan Al-Quran ini hukumya apa
bacannya bagaimana.
Pertanyaan : Selanjutnya hambatan/kesulitan apa saja yang sering terjadi saat
kakak berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan
proses pembinaan keagamaan?
Jawaban
: Hambatan yang sering saya rasakan ya keseriusan anak-anaknya,
jadi karena mereka sehari-harinya biasa ketemu bareng apa lagi
sekarang lagi musim layangan, jadi kalau ngaji yang diceritain
kalau cowo-cowo main bola, layangan. Kalau yang perempuan
sekarang sibuk HP meskipun sudah pernah disita, udah pernah saya
ambil di kumpulin, tapi kitakan gag mungkin setiap hari kaya gitu,
maksudnya kita pengen mereka sadar misalnya waktunya ngaji
berapa lama si cuma satu jam kan, biar mereka konsen namanya
usianya udah mulai remajakanya jadi susah juga kadang ya udah
kalau gag mau di kumpulin taro, tapi tetep aja ntar ada satu dua
yang nyuri-nyuri buat main hp, jadi konsentrasinya yang saya
pengen tekenin satu jam tu bener-bener belajar, tapi kadang masih
susah.
Pertanyaan : Seperti apa solusi yang dilakukan ketika kakak mengalami
hambatan/kesulitan tersebut?
Jawaban
: Awalnya di kelas ada seksi keamanan, cuma saya ilangin biar
mereka sadar udah gede, cuma susah juga dan emang ternyata dia
masih begitu yaudah kita kasih hukuman cuman saya pengen
ngasih hukumanya misalnya nulis hadis ayat-ayat qur’an, pengenya
si saya nanti anak-anak punya buku satu-satu tapi khusus buat
hukuman, tapin itu nanti paling setelah lebaran, karena sebentar
lagi libur.
Pertanyaan : Menurut kakak sejauh mana tingkat keberhasilan pola komunikasi
yang kakak lakukan dalam pembinaaan keagamaan?
Jawaban
Pertanyaan
Jawaban
: Alhamdulillah si, sekarang mereka kalau ditanyain tentang materimateri sebelumnya, coba di utarain di jelasin lagi apa yang udah di
pelajarin, tapi kalau ada yang belum mereka ngerti mereka minta
saya buat ngejelasin lagi.
: Apa harapkan kakak kepada anak-anak pemulung ini setelah
mengikuti kegiatan/TPA di Yayayasan MAI ini?
: Ya pengenya mereka bener-bener paham yang diajarin, terutama
Al-Qur’anya dulu karena sholat mereka prakteknya udah bisa tapi
kita gag tau keseharianya, meskipun ditanyai “udah sholat” merka
jawabnya “udah ka” cuman yaa pengenya yaaa mereka benerbener ngejalanin karna usianyakan udah remaja dan emang sudah
wajib, rata-rata dikelas saya umur 12-15 tahun.
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap
b. Umur
c. Jabatan di YMAI
: MUHAMMAD BAHRUL ALAM
: 11 Tahun
: Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “15.37 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media
Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang?
Jawaban
: Lebak bulus V
Pertanyaan : Apa cita-cita kamu?
Jawaban
: Jadu ustad
Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Sejak berumur Sembilan tahun
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI?
Jawaban
: Membantu orang tua dirumah
Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI?
Jawaban
: Pelajaranya Fiqih, saya Al-Qur’an Juz 12
Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang
diberikan?
Jawaban
: Kadang-kadang di tulis sama di jelasin kalau pelajaran fiqih, kalau
baca Qur’an maju satu-satu, saya Juz 12.
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi?
Jawaban
: Kalau hadis-hadis dikasih tugas untuk menghafal, kalau lagi
dihukum juga mengahafal do’a sehari-hari atau Hadis.
Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami?
Jawaban
: Kalau gag paham ya tanya sama ibu Ema, terus suka tanya sama
temen-temen juga.
Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Seneng
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di
MAI?
Jawaban
: Baik, ibu gurunya jelas kalau jelasin materi. Kalau gag ngerjain PR
dihukum hafalan doa-doa.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI?
Jawaban
: Baik membantu belajar agama
Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Banyak, dapat menambah ilmu, apa yang kita kagak tahu jadi tahu
kayak fiqih
Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Saya menjadi lebih baik.
Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI?
Jawaban
: Menjadi lebih pinter.
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap
b. Umur
c. Jabatan di YMAI
: SUTRISNI
: 13 Tahun
: Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “16.12 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media
Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang?
Jawaban
: Jl.Lebak Bulus 3
Pertanyaan : Apa cita-cita kamu?
Jawaban
: Dokter
Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Dari tahun 2010, dulu kelasnya Ka Ratna
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI?
Jawaban
: Gag ngapa-ngapain kak.
Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI?
Jawaban
: Ya Tajwid, kayak kisah Rasul, Fiqih, tentang Sholat Aqidah.
Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang
diberikan?
Jawaban
: Di tulis dulu terus sambil dijelasin si kak abis itu baru ngaji AlQur’an.
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi?
Jawaban
: Nulis yang tadi di tulis di papan tulis sambil nuggu ngaji maju
satu-satu.
Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami?
Jawaban
: Tanya lagi kak kalu materinya belum jelas sama ibu Ema
Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Seneng kak banyak temen terus gurunya baik, terus dapet pelajaran
baru.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di
MAI?
Jawaban
: Baik-baik dan Tegas.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI?
Jawaban
: Itu kak banyak manfaatnya kak buat semua yang ada di sini, kayak
buat Ibu-ibu juga.
Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Jadi bisa ngaji kak bisa Sholat hafal doa-doa.
Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Jadi pinter.
Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI?
Jawaban
: Cita-cita tercapai biar bisa jadi sholehah juga sama bisa bahagiain
orang tua juga
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap
b. Umur
c. Jabatan di YMAI
: HAIKAL ANWAR
: 9 Tahun
: Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “15.01 – 7 Jauari 2014 – Lt.2 Yayasan Media
Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang?
Jawaban
: Di Jl.Lebak Bulus V
Pertanyaan : Apa cita-cita kamu?
Jawaban
: Jadi pemain bola
Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Udah lama lupa kak
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI?
Jawaban
: Gak ngapa-ngapain kak
Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI?
Jawaban
: Tajwid, Fiqih, Aqidah, praktek Shalat, Gambar, Calistung.
Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang
diberikan?
Jawaban
: Dijelasin langsung sama gurunya. Abis itu baca iqro satu-satu.
Terus kalau dapet hukuman gag ngerjain PR kalau anak cowok
suruh buka baju kadang-kadang bersihin WC.
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi?
Jawaban
: Nulis yang di tulis di papan tulis sama gurunya.
Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami?
Jawaban
: Nanya sama kak Ratna kak.
Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Enak, seneng banyak temenya kak.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di
MAI?
Jawaban
: Baik kak. Kak Ratna kalau jelasin materinya jelas.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI?
Jawaban
: MAI bagus kak.
Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Jadi bisa nulis, baca Iqro, jadi bisa Shalat kak, ngajinya Iqro 5.
Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Jadi paham agama kak sama pinter.
Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI?
Jawaban
: Jadi anak pinter dan sholeh.
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap
b. Umur
c. Jabatan di YMAI
: SELVIANA FADILAH
: 9 Tahun
: Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “15.14 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media
Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang?
Jawaban
: Jl.Lebak Bulus 2
Pertanyaan : Apa cita-cita kamu?
Jawaban
: Jadi dokter.
Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: 2013
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI?
Jawaban
: Ngaji di tempat lain.
Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI?
Jawaban
: Fiqih, Iqro, Praktek Shalat, Gambar Mewarnai.
Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang
diberikan?
Jawaban
: Di terangin sama di tulis di papan tulis. Baca Iqro mah maju.
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi?
Jawaban
: Menulis yang di tulis Ka Ratna.
Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami?
Jawaban
: Tunjuk tangan.
Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Senang banyak temenya.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di
MAI?
Jawaban
: Ka Ratna tegas kalau ada yang salah dapet hukuman, kalau yang
laki-laki buka baju terus kalau yang perempuan berdiri di depan
kaki satu sambil pegang kuping, kalu berisik dimarahin.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI?
Jawaban
: Bagus soalnya jadi tempat ngaji.
Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Jadi pinter.
Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Bisa baca Iqro.
Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI?
Jawaban
: Cita-citanya tercapai.
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap
b. Umur
c. Jabatan di YMAI
: RIO SAPUTRA
: 6 Tahun
: Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “15.49 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media
Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang?
Jawaban
: Lebak Bulus V
Pertanyaan : Apa cita-cita kamu?
Jawaban
: Pilot
Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: 2013
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI?
Jawaban
: Main sama teman-teman kadang-kadang membantu orang tua.
Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI?
Jawaban
: Doa sehari hari, Iqro, Sholat.
Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang
diberikan?
Jawaban
: Maju satu-satu gentian kalo baca Iqro. Trus di jelasin sambil di
praktekin kayak Sholat.
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi?
: Nulis dan Ngaji Iqro.
Jawaban
Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami?
Jawaban
: Nanya ka Ade.
Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Senang banyak teman.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di
MAI?
Jawaban
: Mereka baik.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI?
Jawaban
: Bagus anak-anaknya jadi bisa ngaji.
Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Bisa mengaji Jadi bisa sholat.
Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Jadi semangat.
Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI?
Jawaban
: Cita-cita terkabul.
TRANSKIP WAWANCARA
YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI
Profil Narasumber
a. Nama Lengkap
b. Umur
c. Jabatan di YMAI
: BELLA SAFIRA
: 7 Tahun
: Anak Binaan
Waktu & Tempat Wawancara “15.56 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media
Amal Islami”
PERTANYAAN
Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang?
Jawaban
: Di Lapak
Pertanyaan : Apa cita-cita kamu?
Jawaban
: Dokter
Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Udah lama.
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI?
Jawaban
: Bantuin orangtua sama main
Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI?
Jawaban
: Belajar ngaji sama praktek Sholat
Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang
diberikan?
Jawaban
: Kalo Iqro maju satu-satu. Kalo Fiqih di jelasin. ka Ade jelas aku
paham. Kalau buat kesalahan di catet di buku trus di kasi tahu
orangtua.
Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi?
Jawaban
: Nyatet.
Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami?
Jawaban
: Tanya teman.
Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Senang.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di
MAI?
Jawaban
: Baik-baik.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI?
Jawaban
: Bagus
Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Jadi tahu agama.
Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI?
Jawaban
: Jadi bisa baca Iqro
Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI?
Jawaban
: Bisa jadi anak sholehah
LAMPIRAN
Bukti Foto-foto Penelitian
Foto Suasana Kelas TPA Ula
Ketika Melakukan Proses Pembinaan
Foto Suasana Kelas TPA Wustho
Ketika Melakukan Proses Pembinaan
Foto Suasana Kelas TPA Aliy
Ketika Melakukan Proses Pembinaan
Foto Peneleiti
Wawancara dengan Para Pembimbing
Dengan Aderatna – TPA Ula
Dengan Rantna - TPA Wustho
Dengan Ibu Ema – TPA Aliy
Foto Pemukiman Warga
Foto Kegiatan Tarhib Ramadhan
Download