ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANAK PEMULUNG DENGAN PEMBIMBING DALAM UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (YMAI) LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : FINTI FATIMAH NUR SAIDAH NIM. 109051000201 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANAK PEMULUNG DENGAN PEMBIMBING DALAM UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (YMAI) LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : FINTI FATIMAH NUR SAIDAH NIM. 109051000201 Pembimbing : WATI NILAMSARI M.SI NIP. 197105201999032002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M LEMBAR PERYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan telah dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudia hari terbukti bahwa karya ini bukan asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerim| Jakarta, 15 Januari 2014 FINTI FATIMAH NUR SAIDAH NIM. 109051000201 ABSTRAK Finti Fatimah Nur Saidah – NIM.109051000201 Analisis Pola Komunikasi Anak Pemulung Dengan Pembimbing Dalam Upaya Pembinaan Keagamaan Di Yayasan Media Amal Islami (YMAI) Lebak Bulus Jakarta Selatan Sebagai seorang anak dari pemulung anak-anak pemulung yang lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga pemulung seolah-olah harus mengurungkan impian memiliki masa depan yang cerah. Mereka tumbuh besar di lingkungan yang keras, prilaku orang-orang dewasa yang kerap memberikan contoh kurang baik, di masa pertumbuhannya anak pemulung seringkali mencontoh perilakuprilaku tersebut. Anak-anak pemulung kerap berbicara kasar, terkadang bertengkar, mereka bahkan tidak mengenal agama mereka dengan baik karena keterbatasan pendidikan keagamaan di lingkungan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk pembinaan keagamaan yang dilakukan pembimbing kepada anak-anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami dan juga untuk mengetahui bagaimana bentuk pola komunikasi yang terjadi antara pembimbing dengan anak-anak pemulung dalam proses pembinaan keagamaan di Yayasan Media Amal Islami Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik obsevasi, wawancara dan juga dokumentasi. Kemudian data yang telah di peroleh di analisa dan di jelaskan menggunakan metode deskriptif. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pola komunikasi yang digagas oleh Onong Uchjana Efendi yang menjelaskan bahwa terdapat empat jenis pola komunikasi, yakni pola komunikasi pribadi yang terdiri dari komunikasi intrapribadi dan antarpribadi, pola komunikasi kelompok, pola komunikasi massa dan pola komunikasi bermedio. Hasil penleitian menunjukan proses pembinaan di Yayasan Media Amal Islami dilakukan dalam bentuk Taman Pendidikan Al-Qur’an, sedangkan pola yang diterapkan dalam pembinaan keagamaan di Yayasan Media Amal Islami adalah pola komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi kelompok. Pembimbing dalam melakukan proses pembinaan keagamaan menggunakan kedua pola tersebut secara bergantian dan saling mendukung antara pola komunikasi antarpribadi dan pola komunikasi kelompok. Dengan menggunakan kedua pola tersebut pembimbing dapat berinteraksi secara langsung (face to face) dengan anak-anak pemulung. Kedua pola komunikasi yang diterapkan dalam proses pembinaan memiliki tiga kesamaan sifat yaitu : mengunakan bahasa verbal (baik lisan maupun tulisan), menggunakan bahasa non-verbal sebagai bentuk penggambaran secara utuh terhadap pemberian suatu materi dan juga pola komunikasi yang digunakan selalu dilakukan secara tatap muka (face to face). i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pola Komunikasi Anak Pemulung Dengan Pembimbing Dalam Upaya Pembinaan Keagamaan Di Yayasan Media Amal Islami (YMAI) Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada utusan Allah SWT Sayyidina Muhammad SAW. Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari jasa, bantuan, do’a dan dorongan semua pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Dr.Suparto, M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam beserta Umi Musyarofah selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Noor Berkti Negoro, M.Si selaku Dosen Penasihat Akademik Kelas F Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Segenap Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuanya kepada peneliti. 5. Wati Nilamsari M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi, terimakasih atas kesabaranya dalam membimbing peneliti. 6. Ayahku dan Ibuku tercinta, terimakasih atas doa-doa ayah dan ibu yang selalu mengalir untuk keberhasilan anakmu ini, semoga Allah berkenan mengabulkan setiap doa yang engkau panjatkan. 7. Adik-adiku tercinta A.Sulthon Choiruddin dan Putri Khofifah NS semoga kakakmu ini bisa menjadi contoh yang baik dan penyemangat untuk kalian. 8. Ust. Aslih Ridwan M.A selaku pendiri Yayasan Media Amal Islami, yang telah mengijinkan dan mendukung peneliti melakukan penelitian di yayasan tersebut. 9. Segenap pengurus di Yayasan Media Amal Islami terutama Ust. Dzulfitri Sulaiman S.Pd yang telah banyak membantu selama peneliti melakukan penelitian di yayasan tersebut. 10. Ka Aderatna, Ka Ratnasari dan Ibu Siti Chuzaemah selaku pembimbing bagi anak-anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami, terimakasih atas segala kesediaanya untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini. ii 11. BenQ tersayang terimakasih karena telah menemani peneliti selama tiga tahun terakhir. 12. Sahabat-sahabatku Silvi Arifyanti S.Kom.I, Maryam Khoirunnisa S.Kom.I, Fildza Maulidya S.Pd dan Fatimah S.Kom.I terimaksih terimakasih dan terimakasih telah bersahabat bersama peneliti selama bertahun-tahun yang penuh dengan warana warni dan juga terimakasih atas perhatian dan kebaikan kalian untuk peneliti. 13. Kawan-kawan KPI-F merangkap KKN EKSIS terimakasih atas kebersamaanya selama tujuh semester. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Peneliti ucapkan trimakasih atas segala bentuk bantuanya. Semoga segala betuk bantuan dan kebaikan yang telah diberikan dengan iklas untuk peneliti dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umunya dalam menambah wawasan Ilmu Pegetahuan. Jakarta, Januari 2014 Finti Fatimah Nur Sidah iii DAFTAR ISI ABSTRAK ....................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... vii BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 5 1. Pembatasan Masalah ................................................................... 5 2. Perumusan Masalah .................................................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6 1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 2. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6 D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 7 1. Pendekatan Penelitian ................................................................. 7 2. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................... 7 E. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 9 F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ............................... 9 1. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 9 2. Analisi Data ............................................................................... 11 G. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 12 H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14 BAB II : KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................... 15 A. Pola Komunikasi .............................................................................. 15 B. Teori Pola Komunikasi ................................................................... 16 C. Tradisi Sibernetika ........................................................................... 20 D. Unsur-unsur Komunikasi ................................................................ 23 E. Pembinaan Keagamaan ................................................................... 27 1. Pengertian Pembinaan Keagamaan ......................................... 27 2. Tujuan Pembinaan Keagamaan ............................................... 29 F. Pemulung .......................................................................................... 30 1. Pengertian Pemulung ................................................................ 30 2. Kehidupan Pemulung ................................................................ 31 3. Anak-anak Pemulung ................................................................ 33 BAB III : GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (YMAI) ................................................................................................... 35 A. Yayasan di Indonesia ...................................................................... 35 B. Perkembangan Yayasan Media Amal Islami ............................... 37 C. Profil Yayasan Media Amal Islami ............................................... 39 D. VISI MISI Yayasan Media Amal Islami ...................................... 40 E. Struktur Organisasi Yayasan Media Amal Islami ....................... 41 iv F. Program Yayasan Media Amal Islami .......................................... 42 G. Profil Pengajar Yayasan Media Amal Islami ............................... 43 H. Profil Anak-anak Binaan Yayasan Media Amal Islami ............. 44 BAB IV : ANALISA DAN TEMUAN LAPANGAN ...................................... 46 A. Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung Yayasan Media Amal Islami (YMAI) ................................................................................. 46 B. Pola Komunikasi Yayasan Media Amal Islami (YMAI) ........... 53 BAB V : PENUTUP .............................................................................................. 69 A. Kesimpulan ....................................................................................... 69 B. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 70 C. Saran .................................................................................................. 71 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 72 v DAFTAR TABEL Tabel 1 : Kerangka Subjek Penelitian ......................................................................8 Tabel 2 : Data Entry Yayasan Untuk Tahun 2003 Sampai dengan Tahun 2012 ...37 Tabel 3 : Profil Pembimbing Yayasan Media Amal Islami ...................................44 Tabel 4 : Profil Anak Binaan Yayasan Media Amal Islami .................................45 Tabel 5 : Objek Penelitian : Anak Binaan Yayasan Media Amal Islami ..............45 Tabel 6 : Pembagian Kelas TPA Yayasan Media Amal Islami ............................. 47 Tabel 7 : Jadwal Kegiatan TPA Yayasan Media Amal Islami ............................. 48 vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Struktur Organisasi Yayasan Media Amal Islami............................... 41 Gambar 2 : Proses Pembinaan Kelas TPA Ula ..................................................... 49 Gambar 3 : Proses Pembinaan Kelas TPA Wustho ..............................................50 Gambar 4 : Proses Pembinaan Kelas TPA Ula ..................................................... 51 Gambar 5 : Proses Komunikasi Antar Pribadi ...................................................... 58 Gambar 6 : Proses Komunikasi Kelompok ........................................................... 61 vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia merupakan kota yang menjadi pusat perdagangan, pusat ekonomi, pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat sosial dan bahkan sebagian besar perputaran uang berpusat di Jakarta. Ini menjadi daya tarik masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi1 ke Jakarta. Banyak dari mereka melakukan urbanisasi ke Jakarta dengan motif dorongan ekonomi, mereka beranggapan setelah mereka sampai di Jakarta mereka akan mendapatkan pekerjaan dan tentunya pendapatan yang lebih besar dari pekerjaan mereka di desa, tidak banyak dari mereka setelah berpindah dari desa ke kota mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan pendapatan yang lebih besar, begitupun sebaliknya tidak sedikit dari mereka setelah berpindah ke kota malah tidak mendapatkan hasil seperti yang mereka inginkan, kebanyakan mereka ini pergi ke Jakarta dengan modal nekad mereka mencari pekerjaan di kota tanpa berbekal keterampilan, keahlian serta tingkat pendidikan yang relatif rendah, setelah mereka sampai di Jakarta mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, mencari pekerjaan kesana-kemari tidak ada hasil yang mereka dapatkan. Munculah berbagai macam pemasalahan di kota Jakarta. Sekian banyak tempat lapangan pekerjaan, ternyata belum cukup untuk mengurangi jumlah pengangguran. Disamping itu jumlah penduduk Jakarta hampir di 1 Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Sumber : http://kbbi.web.id/urbanisasi, tanggal akses : 17.42 WIB 29 Januari 2014. 1 2 setiap tahunya bertambah, berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa jumlah penduduk DKI Jakarta bertambah 1,2 juta penduduk dalam kurun waktu 10 tahun yakni antara tahun 2000 hingga tahun 2010.2 Melihat banyaknya jumlah penduduk yang melakukan urbanisasi akhirnya mereka yang kurang berhasil setelah pindah ke Jakarta bekerja serabutan, apapun hal yang menghasilkan uang mereka kerjakan. Salah satunya adalah sebagai pemulung. Pemulung yang dimaknai sebagai orang yang kesehariannya memungut barang bekas seperti kertas bekas, botol bekas, kaca, bahan bekas lainya bahkan tembaga atau besi. Barang dikumpulkan kemudian dijual kepada pengumpul atau agen untuk dijual kembali kepada siapa saja yang akan memproses barang itu sehingga menjadi barang yang bernilai ekonomi. Kehidupan sebagai seorang pemulung di kota Jakarta ini sangat sarat dengan problema baik dari sisi pribadi seorang pemulung maupun masyarakat luas. Problema dari sisi pribadi seorang pemulung antara lain adalah minimnya pendapatan yang mereka peroleh untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kebanyakan dari para pemulung mendirikan tempat tinggal tidak jauh dari tempat mereka mencari barang-barang bekas atau TPA (tempat pembuangan akhir). Mereka mendirikan rumah non permanen dengan menggunakan barang-barang bekas seperti menggunakan kardus bekas, kayu bekas, seng-seng bekas, kondisi seperti ini tentulah sangat jauh dari kata layak, terlebih jika kita melihat ke lingkungan sekitar mereka mendirikan 2 Badan Pusat Statistik, http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1, tanggal akses 17 September 2013 pukul : 14.48. 3 tempat tinggal, udara yang tercemar, minimnya ketersediaan air bersih, rawannya bencana alam seperti banjir dan selain itu bahaya berbagai macam penyakit menanti mereka. Sebagai pemulung kehidupan mereka seolah termarjinalkan, tidak sedikit masyarakat yang menganggap keberadaan pemulung dianggap mengganggu kebersihan, keindahan, ketertiban, kenyamanan dan keamanan masyarakat. Pemulung juga dianggap sebagai golongan sosial rendah, seringkali pemulung dicacimaki, dipukuli atau diusir dari tempat mereka mencari nafkah tanpa memberikan solusi yang terbaik bagi mereka. Jika problema yang di alami para pemulung sedemikian pelik lantas bagaimana kehidupan para pemulung di masa mendatang. Anak-anak pemulung harus rela meninggalkan sekolah dan kehilangan kebahagiaan masa kecil mereka. Apabila yang demikian tetap terjadi maka kehidupan para pemulung di masa mendatang tidaklah berubah. Untuk itu hal yang demikian tidak boleh terjadi, anak-anak pemulung harus mendapat pendidikan yang layak dan setara dengan anak-anak lainya di negeri ini, anak pemulung harus memiliki mimpi dan untuk mewujudkan mimpi itu mereka harus memiliki pendidikan yang cukup. Hal lain yang perlu diperhatikan dari anak-anak pemulung adalah lingkungan sekitar mereka, anak-anak pemulung tumbuh besar di lingkungan yang keras, prilaku orang-orang dewasa di lingkungan para pemulung kerap memberikan contoh yang kurang baik, seperti berbicara kasar, melakukan kekerasan, mencuri, meninggalkan perintah agama dan tindakan tidak terpuji lainya. Di masa pertumbuhan seorang anak pemulung, 4 mereka kerap mencontoh perilaku-prilaku tidak terpuji yang dilakukan orangorang dewasa. Anak-anak pemulung kerap bericara kasar, terkadang bertengkar, mereka bahkan tidak mengenal agama mereka. Jika pemerintah belum mampu untuk menangani masalah ini sepenuhnya, maka kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya masyarakat beragama Islam haruslah turut membantu menangai masalah ini. Sesuai dengan perintah Allah mengenai tolong-menolong dalam Qur’an Surat AlMaidah ayat 2 : Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. Sesuai yang di perintahkan Allah SWT dalam hal ini Yayasan Media Amal Islami (YMAI) merupakan yayasan independen non partisipan3 yang dirintis oleh Ust. Aslih Ridwan MA berdiri sejak tahun 1999, memberikan pembinaan keagamaan secara cuma-cuma kepada anak-anak pemulung yang berada di daerah Lebak Bulus V Jakarta Selatan. Yayasan ini berdiri karena keprihatinan mereka terhadap anak-anak pemulung, mereka memberikan 3 Independen Non Partisipan maksudnya adalah tidak terikat dengan partai manapun. Sumber : Brosur YMAI. 5 pembinaan keagamaan terhadap anak-anak pemulung yang notabenya beragama Islam, mereka melakukan pembinaan keagamaan khususnya Islam seperti tatacara shalat, fiqih, akidah, dan juga tatacara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Melihat peran Yayasan Media Amal Islami dalam melakukan pembinaan keagamaan terhadap anak-anak para pemulung, maka peneliti tertarik untuk meneliti seperti apa pola komunikasi yang dilakukan oleh pembimbing-pembimbing di yayasan MAI tersebut dalam melakukan pembinaan keagamaan. Untuk itu peneliti telah merumuskan judul dalam penelitian ini, judul yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut ”Analisis Pola Komunikasi Anak Pemulung Dengan Pembimbing Dalam Upaya Pembinaan Keagamaan Di Yayasan Media Amal Islami (YMAI) Lebak Bulus Jakarta Selatan”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada analisis hubungan komunikasi antara pembimbing dengan anak-anak pemulung dalam pembinaan keagamaan di Yayasan Media Amal Islami (YMAI) dengan menggunakan teori pola komunikasi yang digagas oleh Onong Uchjana Efendi. 6 2. Perumusan Masalah Bagaimana pola komunikasi yang terjadi antara pembimbing dengan anak-anak pemulung dalam proses pembinaan keagamaan di YMAI. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan ini sesuai dengan rumusan masalah yang telah di buat yaitu untuk mengetahui pola komunikasi yang terjadi antara pembimbing dengan anak-anak pemulung dalam pembinaan keagamaan di YMAI. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kajian pola komunikasi khususnya dalam konteks pembinaan terhadap anakanak pemulung di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat utuk para pembimbing khususnya di Yayasan Media Amal Islami demi memperkaya pengetahuan mengenai pola-pola komunikasi dalam proses pembinaan terhadap anak-anak pemulung dan juga agar pembinaan yang terjadi bersifat efektif. 7 D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunkan pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan merupakan suatu penelitian ilmiah. Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefisinikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.4 Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penulis berupaya untuk menghimpun data, mengolah data dan menganalisis data dengan tujuan dapat memperoleh gambaran dan informasi yang luas serta mendalam tentang pola komunikasi yang menjadi objek penelitian. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah informan yang memberi data atau informasi kepada peneliti. Orang yang diteliti dikatakan subjek dalam hal ini karena merekalah yang memberi informasi.5 Adapun subjek utama penelitian ini adalah pengurus Yayasan Media Amal Islami yang berlokasi di Lebak Bulus Jakarta Selatan dan para pengajar di Yayasan Media Amal Islami. Pemilihan subjek ini dilakukan karena mereka memiliki perhatian, pengetahuan serta peranya dalam pembinaan keagamaan terhadap anak pemulung. Subjek pendukung 4 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. 23; Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), h. 4. 5 Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi (Cet. 3; Malang : UMM Press, 2010), h. 5. 8 dalam penelitian ini adalah anak-anak binaan, jumlah keseluruhan anak binaan di YMAI ada 110 anak binaan yang terdiri dari dua kelas TK A, TK B dan tiga kelas TPA yakni TPA Ula, TPA Wustho, TPA Aliy. Agar subjek yang diteliti sesuai dengan judul dari penelitian ini, maka peneliti hanya akan meneliti tiga kelas TPA yang ada di YMAI. Tabel 1 Kerangka Subjek Penelitian Subjek Penelitian Nama Subjek H.Aslih Ridwan, MA Jabatan Alasan Pendiri MAI Karena beliau adalah pendiri YMAI yang memahami betul menganai sejarah berdirinya Yayasan Media Amal Islami Pendiri & Pengurus YMAI Dzulfitri Sulaiman, S.Pd.I Bendahara MAI Aderatna Pembimbing Ratna Sari Pengajar Siti Chuzaemah M Bahrul Alam Sutrisni Anak-anak Pemulung Haikal Anwar binaan YMAI Selviana Fadilah Rio Sutrisno Bella Safira TPA Aliy TPA Wustha TPA Ula Karena beliau adalah salah satu pengurus YMAI yang memiliki perhatian terhadap anak-anak binaan di YMAI Beliau adalah pengajar TPA yang memberikan bimbingan mengenai pembinaan keagamaan, diharapkan beliau dapat memberikan informasi mengenai pola komunikasi dalam proses pembinaan keagamaan. Karena mereka termasuk anakanak yang aktif berkomunikasi dengan pembimbing maupun teman sebaya saat proses pembinaan keagamaan berlangsung. Selanjutnya adalah obejek penelitian. Objek penelitian adalah konsep atau kata-kata kunci yang diteliti atau topik penelitian.6 Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah 6 Hamidi, ibid., h. 5. 9 pola komunikasi yang di gunakan oleh para pembimbing anak-anak pemulung dalam proses pemberian pembinaan keagamaan. E. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Media Amal Islami yang berada di Jl.Lebak Bulus 5 No.34, Fatmawati, Cilandak Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Oktober 2013. F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data sesuai dan objektif dengan apa yang dibutuhkan maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut di himpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra.7 Observasi yang dilakukan peneliti yakni melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan pembinaan keagamaan di YMAI. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer yaitu yang mengajukan pertanyaan, 7 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, “(Cet. 5; Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 134. 10 sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewe yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.8 Peneliti melakukan wawancara terhadap subjek penelitian yakni Ust.Aslih Ridwan wawancara yang dilakukan adalah seputar sejarah berdirinya YMAI dan visi misi MAI, wawancara terhadap pembimbing yang ditanyakan adalah mengenai pola komunikasi yang digunakan, dan juga beberapa murid-murid di MAI mengenai efektifitas pola komunikasi yang digunakan oleh pembimbing. Wawancara ini menggunakan tehnik deep interview dan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Ini dilakukan untuk memperoleh data-data mengenai hal yang akan diteliti, dan juga yang berhubungan dengan objek penelitian. Dokumentasi yang dilakukan selain berasal dari dokumen-dokumen mengenai YMAI seperti brosur, website-website yang berhubungan dengan YMAI juga dokumen-dokumen yang dikumpulkan oleh peneiti sendiri berupa foto-foto dan catatan-catatan saat peneliti melakukan penelitian. Adapun perlengkapan yang digunakan dalam proses dokumentasi antara lain adalah kamera digital, handphone digunakan sebagai alat perekam ketika melakukan wawancara dan juga alat-alat tulis. 8 Burhan Bungin, ibid., h. 186. 11 2. Analisi Data Analisis data merupakan proses sistematis pecarian dan pengaturan transkipi wawancara, catatan lapangan dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman dan untuk menyajikan apa yang telah ditemukan kepada orang lain.9 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Analisi data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisa data, peneliti mengolah data dari hasil observasi dan wawancara, data tersebut kemudian disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil wawancara, dokumen maupun laporan yang kemudian di deskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah dipahami.10 Langkah-langkah dalam teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik triangulasi : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Misalnya dengan membandingkan hasil wawancara pembimbing mengenai pola komunikasi dengan observasi langsung ketika porses pembinaan di YMAI. 2. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan pendapat atau peresepsi orang lain. Misalnya dengan membandingkan hasil 9 Emzir, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2012), h. 85. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Cet. 2; Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998), h. 78. 10 12 wawancara terhadap pembimbing dengan hasil wawancara terhadap anak-anak pemulung yang di wawancara. 3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan pola komunikasi dalam pembinaan keagamaan. G. Tinjauan Pustaka Sebelum menentukan judul dalam penelitian, penulis mengadakan survey dan tinjauan ke perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidaytullah Jakarta. Setelah melakukan pengamatan dan survey, penulis menemukan beberapa judul skripsi terdahulu yang memili kemiripan judul, antara lain : Skripsi yang ditulis oleh Dewi Nur Jamilah ”Pola Komunikasi Pengajar dalam Pembinaan Perilaku Anak Jalanan di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat”.11 Skripsi ini meneliti tentang pola komunikasi yang dilakukan pengajar terhadap anak jalanan, fokus penelitian ini adalah menganai pembinaan perilaku anak jalanan. Perbedaan dengan skripsi yang saat ini sedang di tulis peneliti terletak pada subjek penelitian yakni pembimbing dan anak-anak pemulung di Yayaysan Media Amal Islami dan fokus penelitian yakni pembinaan keagamaan. Skripsi yang ditulis oleh Herman Setiawan ”Pola Komunikasi Antara Pengasuh dengan Anak Asuh dalam Pembinaan Akhlak di Panti Asuhan Al- 11 Dewi Nurjamilah, SKRIPSI S1 : Pola Komunikasi Pengajar dalam Pembinaan Perilaku Anak Jalanan di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat (Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2012). 13 Ikhsan Vila Tomang Tangerang”.12 Skripsi ini membahasan mengenai pola komunikasi yang dilakukan pengasuh terhadap anak pengasuh terhadap pembinaan akhlak. Perbedaan dengan skripsi yang saat ini sedang di tulis peneliti terletak pada subjek penelitian yakni pembimbing dan anak-anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami dan fokus penelitian yakni pembinaan keagamaan. Skripsi yang ditulis oleh Rike Aryana ”Peran Penyuluh Agama dalam Pembinaan Akhlak bagi Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”.13 Pada skirpsi ini meneliti tentang peran penyuluh agama dalam membentuk karakter anak-anak pemulung, fokus penelitian ini adalah khlak. Perbedaan dengan skripsi yang saat ini sedang di tulis peneliti terletak pada objek penelitian yakni pola komunikasi dan juga fokus penelitian yakni pembinaan keagamaan. Skripsi yang ditulis oleh Zikri Maulana ”Peran Majelis Taklim ”Persatuan Remaja Islam (PERISTA)” Dalam Pembinaan Keagamaan Remaja”.14 Skripsi ini meneliti tentang pengurus majelis taklim dalam peranya melakukan pembinaan keagamaan terhadap remaja. Perbedaan dengan skripsi yang saat ini sedang di tulis peneliti terletak pada subjek penelitian yakni 12 Herman Setiawan, SKRIPSI S1 : Pola Komunikasi Antara Pengasuh dengan Anak Asuh dalam Pembinaan Akhlak di Panti Asuhan Al-Ikhsan Vila Tomang Tangerang (Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010). 13 Rike Aryana, SKRIPSI S1 : Peran Penyuluh Agama dalam Pembinaan Akhlak bagi Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami (Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2011). 14 Zikri Maulana, SKRIPSI S1 : Peran Majelis Taklim ”Persatuan Remaja Islam (PERISTA)” Dalam Pembinaan Keagamaan Remaja (Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010). 14 pembimbing dan anak-anak pemulung di Yayaysan Media Amal Islami dan objek penelitian yakni pola komunikasi. H. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini bersifat sistematis, penulis membaginya menjadi lima bab yang pada tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub bab. BAB I PENDAHULUAN : Latar Belakang, Fokus dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan. BAB II KERANGKA KONSEPTUAL : Pola Komunikasi, Teori Pola Komunikasi, Unsur-unsur dalam Komunikasi, Efektifitas Komunikasi, Pembinaan Keagamaan, Pemulung. BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (YMAI) : Yayasan di Indonesia, Perkembangan Yayasan Media Amal Islami, Profil Yayasan Media Amal Islami, Visi Misi Yayasan Media Amal Islami, Struktur Organisasi Yayasan Media Amal Islami, Programprogram Yayasan Media Amal Islami, Profil Pengajar Yayasan Media Amal Islami dan Profil Anak Binaan Yayasan Media Amal Islami BAB VI HASIL TEMUAN LAPANGAN : PROGRAM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI : Pembinaan Anak Pemulung Yayasan Media Amal Islami, Pola Komunikasi Yayasan Media Amal Islami dan Efektifitas Pola Komunikasi di Yayasan Media Amal Islami. BAB V KESIMPULAN : KESIMPULAN dan SARAN BAB II KERANGKA KONSEPTUAL A. Pola Komunikasi Kata pola komunikasi terdiri dari dua unsur suku kata yaitu ”pola” dan ”komunikasi”. Pola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap.1 Adapun kata atau istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris disebut communication berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini menurut Onong Uchjana adalah sama makna.2 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia komunikasi didefinisikan sebagai “proses pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”.3 Sedangkan menurut Carl Hovland, Janis & Kelley Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku khalayak. 4 Dari pengertian di atas maka pola komunikasi dapat di definisikan sebagai “bentuk-bentuk penyampaian pesan yang dilakukan pengirim pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan)“. 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 3; Jakarta : PT Balai Pustaka, 2005), h. 585. 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Cet. 21; Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 9. 3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 4; Jakarta : PT Balai Pustaka, 2007), h. 585. 4 Riswandi, Ilmu Komunikasi (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 1-2. 15 16 B. Teori Pola Komunikasi Menurut Onong Uchjana Efendi dalam bukunya ”Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi”, menjelaskan bahwa pola komunikasi dijelaskan menjadi tiga pola komunikasi yakni komunikasi pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa.5 Penjelasan mengenai pola-pola komunikasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Komunikasi Pribadi Komunikasi pribadi atau personal communication adalah komunikasi seputar diri sesorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Komunikasi pribadi terdiri dari dua jenis, yakni : a. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Commnunication), adalah komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Dalam hal ini seseorang berperan menjadi komunikator dan juga komunikan. Jadi orang tersebut berdialog dengan dirinya sendiri, dia bertanya pada dirinya dan dirinya pula yang menjawab pertanyaan tersebut. b. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication), menurut A.Devito yang dikutip Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan 5 Onong Uchjana Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Cet. 3; Bandung : PT Citra Aditya Bakti), h. 53-55. 17 beberapa umpan balik seketika.6 Dibandingkan dengan pola komunikasi yang lainnya komunikasi jenis ini dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan prilaku komunikan karena komunikasi dilakukan secara tatap muka face to face dan saat itu juga komunikator langsung dapat menerima respon atau feedback dari komunikan. Kemudian komunikasi antar pribadi terdiri dari dua jenis yakni : a. Komunikasi Diadik (Dyadic Commmunication), adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang yakni seorang sebagai komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi berperan sebagai komunikan yang menerima pesan. b. Komunikasi Triadik (Triadic Communication), adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila kedua jenis komunikasi antarpribadi tersebut dibandingkan maka komunikasi antarpribadi jenis komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatianya kepada seorang komunikan, sehingga komunikator menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya dan juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya suatu proses komunikasi. 6 Onong Uchjana Efendi, ibid., h. 59-60. 18 2. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Ada dua jenis komunikasi kelompok, pertama komunikasi kelompok kecil (small group communication) komunikasi ini dilakukan dengan jumlah komunikan yang sedikit (lebih dari dua orang) dan komunikasi ini ditujukan untuk mempengaruhi kognisi komunikan, komunikasi ini terjadi secara dialogis, tidak linear melainkan sirkular, umpan balik terjadi secara verbal dan juga komunikan dapat menangapi uraian komunikator secara langsung seperti bertanya, menyanggah dan lain sebagaianya.7 Contoh komunikasi kelompok kecil adalah rapat, ceramah/pengajian, kuliah, seminar, dan lain-lain. Kedua komunikasi kelompok besar (large group communication), komunikasi ini dilakukan dengan jumlah komunikan yang lebih banyak/sangat banyak dan proses komunikasi berlasung secara linear dan ditujukan untuk mempengaruhi efeksi (kejiwaan) komunikan. Contoh komunikasi kelompok besar adalah rapat raksasa di sebuah lapangan, demo dengan jumlah masa yang banyak dengan seorang orator, dan lain-lain. 3. Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara 7 Onong Uchjana Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Cet. 3; Bandung : PT Citra Aditya Bakti), h. 76-77. 19 serentak dan sesaat.8 Media yang digunakan dalam komunikasi massa antara lain adalah media cetak yakni koran dan majalah, dan media elektronik yakni radio, televisi, film dan yang terberu adalah internet. Sedangkan menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Onong Uchana dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi menyebutkan bahwa salah satu jenis media yang digunakan dalam komunikasi adalah media massa selain media modern seperti media cetak dan elektronik ada juga media tradisional yang meliputi teater rakyat, wayang kulit dan lain-lain. Sedangkan kareakteristik komunikasi massa menurut Riswandi dalam bukunya Ilmu Komunikasi terdiri dari 11 karakteristik9, yaitu : 1) Komunikator Terlembaga, seperti media cetak dan elektronik. Pesan yang disampaikan oleh media cetak dan elektronik membutuhkan proses yang panjang dan juga peralatan-peralatan yang cangging. 2) Pesan yang disampaikan di tujukan untuk khalayak luas dan bersifat umum. 3) Komunikannya bersifat heterogen, anonim, tersebar dan tidak mengenal batas geografis dan kultural. 4) Pola penyampaian pesan media massa berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas. 5) Penyampaian pesan cenderung berjalan satu arah. 188. 8 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 9 Riswandi, Ilmu Komunikasi (Yogyakarta : PT Graha Ilmu, 2009), h. 105-108. 20 6) Kegiatan komunikasi massa dilakukan secara terencana, terjadwal dan terorganisir. 7) Pesan yang disampaikan berlangsung secara berkala. 8) Isi pesan yang disampaiakan melalui media massa mencakup berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial budaya dan keamanan baik yang bersifat informatif, edukatif maupun hiburan. 9) Media mengutamakan unsur ini daripada hubungan. 10) Media massa menimbulkan keserempakan, komunikan menerima pesan yang sama di waktu yang bersamaan. 11) Kemampuan alat indra yang terbatas, apabila ada komunikan yang memiliki pendengaran atau penglihatan kurang baik maka pesan tidak dapat diterima. C. Tradisi Sibernetika (Cybernetic Tradition) Tradisi Sibernetika merupakan salah satu dari tujuh pendekatan untuk memahami berbagai perbedaan dan persamaan yang ada dalam berbagai teori Ilmu Komunikasi.10 Pengertian mengenai tradisi sibernetika ini dijelaskan oleh Littlejohn dan Karren Foss dalam bukunya Theories of Human Communication menjelaskan bahwa : ”Cybernetics is the tradition of complex systems in which many interacting elements influence one another. Theories in the cybernetic traddition explain how physical, biological, sosial and behaviorial processes work. Within cybernetics, communication is understood as a system of part, or variable, that influence one another. Shape and 10 Morisan, Teori Komunikasi Organisasi (Bogor : PT Ghalia Indonesia, 2009), h. 1-2. 21 control the character of the overall system and like any organism, achieve both balance and change.”11 Sibernetika merupakan tradisi yang kompleks mengenai suatu sistem yang dimana berbagai elemen didalamnya saling berinteraksi dan saling memengaruhi satu samalain. Teori-teori yang terdapat pada tradisi sibernetika menawarkan perspektif yang luas, yaitu bagaimana berbagai variasi yang luas dari proses fisik, biologis, sosial dan prilaku bekerja. Didalam sibernetika, kommunikasi di pahami sebagai sebuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian atau variable-variabel yang saling memengaruhi satu sama lain. Sistem juga sekaligus membentuk dan mengawasi karakter dari keseluruhan sistem dan sebagaimana setiap organisme, sistem tersebut juga mencapai keseimbangan dan juga perubahan. Sedangkan penjelasan mengenai sistem dijelaskan Littlejohn sebagai berikut : “System are sets of interacting components that together something more than the sum of the part.”12 Sistem merupakan komponen yang saling berinteraksi yang bersamasama membentuk sesuatu yang lebih dari sekedar kumpulan dari bagianbagian itu. Setiap bagian dari sistem dibatasi oleh ketergantunganya dengan bagian yang lain, dan pola saling ketergantungan ini pada akhirnya mengatur sistem itu sendiri.13 Selain memiliki ketergantungan, sistem juga memiliki ciri yaitu kemampuanya untuk mengatur dan mengawasi diri sendiri (selfregulation and control). Dengan kata lain, sistem memiliki kemampuan untuk 11 Stephen W Littlejhon & Karen A Foss, Theori of Human Communication (Belmont : Wadsworth Group, 2007), h. 39. 12 Ibid. 13 Morisan, Teori Komunikasi Organisasi (Bogor : PT Ghalia Indonesia, 2009), h.12. 22 mengamati, mengatur dan mengawasi hasil kerjanya (output) dalam upayanya untuk tetap stabil mencapai tujuanya. Suatu sistem harus mampu menyesuaikan dirinya dan fleksibel terhadap setiap perubahan karena ia berada pada lingkunganya yang dinamis.14 Ada tiga macam variasi teori dalam tradisi sibernetika yaitu Basic System Theory, General System Theory dan Second Order Cybernetic.15 Penjelasan mengenai variasi dalam tradisi sibernatika tersebut adalah : 1. Basic System Theory Teori ini adalah format dasar, pendekatan ini melukiskan seperti sebuah struktur yang nyata dan bisa di analisa dan diamati dari luar. Dengan kata lain seseorang dapat melihat bagian dari system dan bagaimana mereka saling berhubungan. Seseorang dapat mengamati secara obyektif mengukur antara bagian dari system dan seseorang dapat mendeteksi input maupun output dari system. Lebih lanjut mengoperasikan atau memanipulasi system dengan mengganti input dan tanpa keahlian karena semua diproses melalui mesin. sebagai alat bantu bagi para professional seperti system analyst, konsultan manajemen, dan system designer telah membangun sebuah system analisa dan mengembangkannya. 2. General System Theory Teori ini diformulasikan oleh Ludwig Von Bertalanffy seorang biologis. Bertalanffy menggunakan General System Theory sebagai sarana 14 Ibid. Stephen W Littlejhon & Karen A Foss, Theori of Human Communication (Belmont : Wadsworth Group, 2007), h. 41. 15 23 pendekatan multidisiplin kepada ilmu pengetahuan. System ini menggunakan prinsip untuk melihat bagaiamana sesuatu pada banyak bidang yang berbeda menjadi selaras antara satu dengan yang lain. Pembentukan sebuah kosa kata untuk mengkomunikasikan lintas disiplin ilmu. 3. Second Order Cybernetic Dikembangkan sebagai sebuah alternative dari dua tradisi Cybernetic sebelumnya. Second order Cybernetic membuat pengamat tak dapat melihat bagaimana sebuah system bekerja di luar dengan sendirinya dikarenakan pengamat selalu ditautkan dengan system yang menjadi pengamatannya. Melalui perspektif ini kapanpun seseorang mengamati system ini maka seseorang akan saling mempengaruhi. Karena hal ini memperlihatkan bagaimana sebuah pengetahuan, sebuah produk menjerat antara yang mengetahui dan yang diketahui. D. Unsur-unsur Komunikasi Definisi mengenai pemahaman komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell yaitu “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” penjelasan definisi ini mencakup unsur-unsur komunikasi yaitu16 : 1. Sumber (source), biasanya juga disebut pengirim (sender), komunikator (communicator) atau pembicara (speaker). Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber 16 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Cet. 12; Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), h. 69-71. 24 boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahan atau bahkan suatu negara. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut kedalam seperangkat symbol verbal atau nonverbal yang idealnya di pahami oleh penerima pesan. 2. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber. Symbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat mempresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat, esai, artikel, novel, puisi, famflet). 3. Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesanya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. Pada dasarnya komunikasi manusia menggunakan dua saluran, yakni cahaya dan saluran, meskipun kita bisa juga menggunakan kelima indra kita untuk menerima pesan dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan : apakah langsung (tatap-muka) atau lewat media cetak (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi). Surat pribadi, telepon, selebarn, Overhead Projector (PRH), sistem suara (sound syestem) multimedia, semua itu dapat dikategorikan sebagai (bagian dari) saluran komunikasi. 25 4. Penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, presepsi, pola pikir dan perasaannya, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat symbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima mejadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini disebut penyandian-balik (decoding). 5. Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia memberi barang yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu) dan sebagainya. Selain unsur-unsur komunikasi hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses komunikasi adalah sifat-sifat komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Teori, Ilmu dan Filsafat Komunikasi, sifat-sifat komunikasi dalam proses penyampaian pesanya, diklasifikasikan sebagai berikut17 : 1. Komunikasi Verbal (Verbal Communication). Pada dasarnya komunikasi verbal itu merupakan peroses komunikasi dengan menggunakan bahasa 17 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filasafat Komunikasi(Cet. 3; Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2003), h.53. 26 verbal atau bisa dikatakan pesan verbal. Pesan verbal menurut Deddy Mulyana adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar utuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa, bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita.18 Sedangkan jenis-jenis komunikasi verbal adalah sebagai berikut : a. Komunikasi Lisan (Oral Communication), adalah komunikasi yang disampaikan secara tertulis. Keuntungan komunikasi tertulis adalah komunikasi ini dapat dipersiapkan terlebih dahulu.19 b. Komunikasi Tulisan (Written Communication), adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau tatap muka dan dapat pula melalui telepon.20 2. Komunikasi Non-Verbal (Nonverbal Communication). Menurut Larry A.Samovar dan Richard F.Poter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata- 18 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar(Cet. 12;Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008), h.260-261. 19 HAW Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi(Cet. 2;Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000), h.99. 20 HAW Widjaja, ibid.,h.99. 27 kata.21 Sedangkan jenisnya komunikasi nonverbal dapat dibedakan menjadi dua komunikasi Kial (Gestural/body communication) dan Komunikasi Gambar (Pictorial Communication). 3. Komunikasi Tatap Muka (Face-to-face Communication). Adalah bentuk komunikasi yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung secara tatap muka tanpa menggunakan perantara atau media apapun. 4. Komunikasi Bermedia (Mediated Communication). Adalah komunikasi yang dalam penyampaianya menggunakan media sebagai perantaranya, seperti menggunakan telepon, radio, televise dan yang paling bari adalah komunikasi menggunakan media internet. Komunikasi ini digunakan untuk menggantikan prinsip kerja komunikasi tatap muka E. Pembinaan Keagamaan 1. Pengertian Pembinaan Keagamaan Pembinaan Keagamaan terdiri dari dua unsur suku kata yaitu “pembinaan” dan “keagamaan”. Yang pertama adalah pembinaan, kata pembinaan setelah ditambah awalan pem dan akhiran an mempunyai arti proses, cara, penyempurnaan, pembaharuan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.22 Sedangkan kata kedua yakni ”keagamaan” memiliki awalan ke dan akhiran an, kata agama sendiri berasal dari bahasa sansakerta yang terdiri 21 Riswandi, Ilmu Komunikasi(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h.69. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 3; Jakarta : PT Balai Pustaka, 2005), h.152 22 28 dari dua unsur suku kata yaitu a dan gam, a diartikan dengan tidak dan gam diartikan dengan pergi yang berarti agama itu menurut bahasa sansekerta adalah tidak pergi atau tetap ditempat, di warisi turun temurun.23 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia agama memiliki makna ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan keperibadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkunganya.24 Pengertian lain mengenai agama menurut Ali Negoro yang dikutip oleh Aflatun Muchtar dalam bukunya Tunduk Kepada Allah – Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan Manusia bahwa ”Agama itu adalah suatu keyakinan pada Yang Maha Kuasa, yang dirasa oleh manusia sebagai kekuatan gaib yang mempengaruhi segala yang ada, serta mula jadi segala-galanya dalam alam ini”.25 Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pembinaan keagamaan adalah usaha yang dilakukan untuk memberikan pemahaman mengenai tata keimanan (kepercayaan) dan keperibadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkunganya. 23 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Cet. 5; Jakarta :UI Press, 1985), h. 9. 24 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 4; Jakarta : PT Balai Pustaka, 2007), h. 12. 25 Aflatun Muchtar, Tunduk Kepada Allah Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan Manusia (Jakarta : Khazanah Baru, 2001), h. 10. 29 2. Tujuan Pembinaan Keagamaan Pada dasarnya setiap agama memiliki ajaran dan cara membahasakan diri yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian secara umum dapat dikatakan bahwa setiap agama pada dasarnya ingin menciptakan kebahagiaan bagi pengikutnya. Karena itulah agama sering disebut sebagai ”jalan” (the way). Tujuan pembinaan keagamaan menurut Hasan Langulung yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa tujuan pembinaan agama harus mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, yaitu fungsi spiritual yang berkaitan dengan aqidah dan iman, kemudian fungsi psikologis yang berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk nilainilai akhlak yang mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih sempurna, dan terakhir fungsi sosial yang berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat.26 Menurut Zakiyah Darajat, ada beberapa fungsi agama dalam kehidupan manusia27 : 1. Memberikan bimbingan dalam hidup. Ajaran agama memberi bimbingan mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, ataupun berhubungan dengan tuhan. Bagi orang yang tingkah lakunya sesuai dengan apa yang diajarkan dalam agama, maka dalam menjalankan hidupnya ia bersikap wajar, tenang, tidak melanggar 26 27 Abiddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), h.46. Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Cet. 5; Jakarta : Bulan Bintang, 1976), h.36. 30 hukum dan peraturan masyarakat dimana ia tinggal. Tidak akan mau mengambil hak orang lain yang jelas-jelas bukan haknya. 2. Penolong dalam menghadapi segala kesukaran. Jika orang yang beragama mengalami kesukaran, maka dia akan menghadapinya dengan tabah dan tenang serta tidak merasa putus asa. Karena ia berkeyakinan bahwa kesukaran yang dihadapi sebagai cobaan Tuhan kepada hambanya yang beriman. Tetapi, jika ia orang yang tidak beragama, maka ia akan menghadapi masalah itu dengan panik dan bingung bahkan putus asa. 3. Menentramkan batin. Banyak orang yang tidak menjalankan perintah agama, selalu merasa gelisah dalam hidupnya. Tetapi setelah menjalankan perintah agama ia mendapatkan ketenangan hati bahkan agama dapat memberi jalan penenang hati bagi jiwa yang sedang gelisah. F. Pemulung 1. Pengertian Pemulung Kata “pemulung” secara bahasa diartikan sebagai orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan barang bekas dan menjualnya kepada pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang komuditas.28 Sedangkan menurut Sumadjoko pemulung adalah orang-orang yang pekerjaannya memilih, memungut, dan mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat di 28 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Cet. 4; Jakarta : PT Balai Pustaka, 2007), h. 196. 31 manfaatkan atau barang yang dapat di olah kembali untuk di jual (Sumardjoko, 2003:174). Barang bekas yang dikumpulkan diantaranya adalah botol plastic, botol kaca, besi, kardus, almunium, kaleng dan lain-lain, untuk selanjutnya barang-barang yang telah di kumpulkan tersebut di jual pada pengepul untuk di daur ulang menjadi barang-barang yang dapat dimanfaatkan dan bernialai ekonomis. Mereka mengumpulkan barang-barang bekas itu biasanya bermodalkan karung goni atau gerobak untuk digunakan sebagai wadah barang-barang bekas yang telah dikumpulkan. 2. Kehidupan Pemulung Beberapa ahli mengemukakan tentang tiga faktor penyebab terjadinya kemiskinan. Faktor-faktor tersebut adalah : a. Kemiskinan alami yang disebabkan keterbatasan kualitas sumber daya alam maupun sumber daya manusia. b. Kemiskinan struktural yang diakibatkan oleh berbagai kebijakan, peraturan dan keputusan dalam pembangunan. c. Kemiskinan kultural yang lebih banyak disebabkan oleh sikap individu dalam masyarakat yang mencerminkan gaya hidup, prilaku atau budaya yang menjebak dirinya dalam kemiskinan.29 Beberapa hal yang telah dijelaskan diatas menjadi beberapa penyebab sebagian masyarakat terjebak dalam kemiskinan dan itulah yang terjadi oleh para pemulung. Kehidupan pemulung merupakan kehidupan 29 Iwan Nugoro dan Rochmin Dahuri. Pembangunan Wilayah, Prespektif Ekonomi Sosial dan Lingkungan (Jakarta : LP3ES, 2004), h.166-168. 32 yang kompleks, penuh dengan persoalan baik dari sisi individu pribadi seseorang pemulung maupun persoalan masyarakat. Para pemulung di satu sisi dapat diterima masyarakat karena dilihat bahwa pemulung memiliki peranan penting dalam kebersihan suatu lingkungan atau daerah dan pada sisi lain ditolak karena kebanyakan masyarakat merasa terganggu dengan keberadaan pemulung, kebanyakan pemulung dianggap sebagai golongan sosial rendah yang sering terisolasi dari pergaulan dan interaksi sosial masyarakat. Mereka sering terpinggirkan dan terlepas dari perhatian masyarakat luas. Kebanyakan pemukiman para pemulung berada tidak jauh dengan TPA(tempat pembuangan akhir) dimana mereka mencari barang-barang bekas. Mereka membangun gubuk-gubuk yang terbuat dari bahan bekas, seperti kardus bekas, triplek, bambu, seng dan lain-lainya. Mereka mengandalkan barang bekas apa saja, untuk dijadikan tempat berteduh. Pemukiman para pemulung tersebut tentu sangat jauh dari kata aman dan nyaman, keadaan lingkungan yang telah tercemar dengan sampah tentu saja menjadikan lingkungan pemukiman pemulung tersebut rawan akan banjir, bau yang menyengat, dan sudah tentu masalah kesehatan, penyakit umum yang sering terjadi pada para pemulung adalah infeksi saluran pencernaan, kolera dan demam berdarah. Salah satu factor penyebab seseorang menjadi pemulung antara lain adalah tingkat pendidikan yang rendah, serta keterampilan yang terbatas. Untuk mengatasi himpitan ekonomi para pemulung yang begitu 33 mencekik, umumnya para pemulung mengerahkan seluruh anggota keluarganya bahkan anak-anak mereka untuk membantu mengerjakan tugas sebagai pemulung. Hal ini menyebabkan anak-anak pemulung tidak bersekolah, dan hal ini pulalah yang menjadi penyebab mereka terus berada di lingkarang garis kemiskinan. 3. Anak-anak Pemulung Sebagai seorang anak lingkungan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi tumbuh kembang mereka di masa mendatang. Menurut AlGhazali anak merupakan amanat dan sebuah tanggung jawab yang diberikan Allah SWT kepada orangtuanya.30 Anak-anak Selayaknya seorang anak, anak-anak memiliki hak untuk tumbuh dan memiliki kehidupan yang baik, segala macam tanggungan kebutuhan merupakan tanggung jawab orang tua. Tetapi banyak kasus yang terjadi bahwa anakanak juga dilibatkan dalam urusan pemenuhan ekonomi keluarga. Hal ini juga terjadi pada anak-anak pemulung. Masalah yang terjadi adalah kemiskinan, kemiskinan menjadi masalah pertama yang harus di hadapi oleh anak-anak pemulung, berada di lingkaran kemiskinan membuat anak dibebankan tanggung jawab dalam membantu memenuhi nafkah keluarga, anak-anak pemulungpun seolah-olah harus mengurungkan impian memiliki masa depan yang cerah. Kebanyakan dari mereka tidak bersekolah banyak diantara mereka yang ikut serta dalam aktivitas memulung untuk mengumpulkan rupiah ketimbang bersekolah. Jika terus 30 Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam (Cet. 3; Jakarta : Pustaka AlHusna, 1985), h.19. 34 seperti ini para pemulung akan terus berada dalam lingkaran garis kemiskinan. Anak-anak pemulung diusianya yang masih sangat dini mereka seharusnya belajar untuk bekal mereka kelak di masa mendatang. Akan tetapi karena keadaan mereka yang lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga pemulung, mereka harus mengurungkan niat untuk bermimpi seperti anak-anak lainya yang bisa bermain dan bersekolah di usianya. Hal lain yang perlu diperhatikan dari anak-anak pemulung adalah lingkungan sekitar mereka, anak-anak pemulung tumbuh besar di lingkungan yang keras, prilaku orang-orang dewasa di lingkungan para pemulung kerap memberikan contoh yang kurang baik, seperti berbicara kasar, melakukan kekerasan, mencuri, meninggalkan perintah agama dan tindakan tidak terpuji lainya. Di masa pertumbuhan seorang anak pemulung, mereka kerap mencontoh perilaku-prilaku tidak terpuji yang dilakukan orang-orang dewasa. Anak-anak pemulung kerap bericara kasar, terkadang bertengkar, mereka bahkan tidak mengenal agama mereka. BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI (YMAI) A. Yayasan di Indoesia Penjelasan mengenai yayasan menurut KBBI adalah badan hukum yang tidak mempunyai anggota, dikelola oleh sebuah pengurus dan didirikan untuk tujuan sosial. Sedangkan pengertian menurut pasal 1 ayat (1) Undangundang No.16 tahun 2001 tentang yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.1 Chatamarrasjid menjelaskan bahwa yayasan sudah ada sejak awal sejarah. Lebih dari seribu tahun sebelum masehi, prinsip-prinsip universal yayasan sudah diletakan oleh tokoh-tokoh sosial dan kemanusiaan di masa lalu. Saat itu para Pharaoh telah memisahkan sebagian kekayaan untuk tujuantujuan keagamaan. Xenophon mendirikan yayasan dengan cara menyumbangkan tanah dan bangunan untuk kuil bagi pemujaan kepada Artines, pemberian makanan dan minuman bagi yang membutuhkan, dan hewan-hewan kurban. Plato menjelang kematiannya pada tahun 347 sebelum masehi memberikan hasil pertanian dari tanah-tanah yang dimilikinya, untuk selama-lamanya disumbangkan bagi Akademia yang didirikannya.2 Pembicaraan mengenai yayasan telah dikenal di banyak Negara dengan 1 Indonesia, Undang-undang tentang Yayasan, UU No. 16 tahun 2001, LN. No. 112 TLN. No. 4123, Pasal 1 angka 1. 2 Dr. Chatamarrasjid, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba (Jakarta : PT Citra Aditya Bakti) h. 1-2. 35 36 berbagi macam sebutan, di Belanda disebut Stichting, di Jerman disebut Stichtung, di Inggris dan Amerika Serikat disebut Foundation. Data global Yayasan yang terdaftar di Direktorat Perdata Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Kementerian Hukum dan HAM RI hingga bulan April 2012 berjumlah 39.750 Yayasan, dengan perincian sebanyak 34.397 Yayasan\ yang mendapatkan surat keputusan pengesahan akta pendirian Yayasan disebut juga Yayasan yang baru berdiri setelah disahkannya UU Yayasan dan PP No. 63 Tahun 2008, dan sebanyak 5.183 Yayasan yang sudah berdiri sebelum disahkannya UU Yayasan dan telah melakukan perubahan akta pendirian/Anggaran Dasar Yayasan terhadap UU Yayasan dan PP No.63 Tahun 2008 dan telah mendapat surat keputusan pengesahan akta pendirian Yayasan (Tabel.5: Data Entry Yayasan untuk Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2012), dalam arti semua Yayasan tersebut telah terdaftar dan mendapat pengesahan dari Dirjen AHU Kemenkumham RI.3 Berdasarkan data entry Yayasan untuk tahun 2003 s/d 2012 pada Direktorat Perdata Dirjend AHU Kemenkumham RI tertanggal 15 Mei 2012, sebanyak 39.750 Yayasan telah mendapat pengesahan ditunjuk dalam Tabel di bawah ini : 3 Bisdan Sigalingging, Sikap Pemerintah Terhadap Keberadaan Yayasan Yang Belum Menyesuaikan Diri Terhadap UU Yayasan Dan PP No.63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan UU Yayasan (http://bisdan-sigalingging.blogspot.com/2013/05/sikap-pemerintah-terhadapkeberadaan.html), tanggal akses : 02.20 PM 22 Januari 2014. 37 Tabel 2 Data Entry Yayasan Untuk Tahun 2003 Sampai Dengan Tahun 2012 Perubahan Jumlah Yayasan 1. 2003 376 35 411 2. 2004 1106 158 1264 3. 2005 2104 341 2445 4. 2006 3085 574 3659 5. 2007 4151 701 4852 6. 2008 5017 880 5897 7. 2009 5007 780 5787 8. 2010 5278 720 5998 9. 2011 6354 824 7178 10. 2012 1919 170 2089 Jumlah 34.397 5.183 39.750 Sumber : Direktorat Perdata, Dirjen AHU Kemenkumham RI tertanggal 15 Mei 20124 No Tahun SK Yayasan B. Perkembangan Yayasan Media Amal Islami Pada mulanya Yayasan Media Amal Islami didirikan tahun 1999, pada saat itu di desa Pedurenan di pedalaman gunung Sindur terdapat wilayah yang dijadikan target permutadan oleh sekelompok misonaris Kristen, kemudian salah seorang warga bernama H.Nimang mewakafkan tanahnya demi kepentingan dakwah dengan kata lain untuk memerangi pemurtadan yang dilakukan sekelompok misionaris Kristen. Tanah wakaf tersebut dipercayakan oleh Ust Aslih Ridwan (biasa di sapa dengan sebutan Abu) yang saat ini menjadi pendiri Yayasan Media Amal Islami. Sebelum tanah wakaf tersebut dipercayakan kepada Ust Aslih, tanah wakaf tersebut telah dipercayakan untuk dikelola oleh yayasan lain, tetapi karena lokasi tanah wakaf terletak di pedalaman gunung sindur dan jarak tempuh dari daerah perkotaan yang begitu 4 Ibid. 38 jauh mereka tidak sanggup mengelola tanah wakaf tersebut. Pada mulanya di desa tersebut Ust Aslih Ridwan mendirikan Mandasah Diniah untuk program pendidikan yatim dan dhuafa. Kemudian barulah pada tahun 2009 Ust Aslih Ridwan mendirikan kantor Yayasan Media Amal Islami yang terletak di Jl Lebak Bulus 5 No.34, Fatmawati, Cilandak Jakarta Selatan yang saat ini merupakan kantor sekertariat dan pusat kegiatan-kegiatan Yayasan Media Amal Islami pada umumnya. Bangunan kantor YMAI ini terdiri dari tiga lantai, lantai pertama adalah aula serbaguna, dan kantor pengurus YMAI, dan juga satu kamar mandi dan satu tempat untuk berwudhu, lantai kedua terdiri dari dua ruang kelas untuk kegiatan TPA, PKBM, dll, tiga kamar mandi, ruang rapat dan juga ruang perpustakaan, kemudian lantai tiga terdiri dari dua kamar santri dan dapur. Bangunan kantor YMAI sekaligus Asrama Santri bagi para Yatim dan Dhuafa dan juga sebagai tempat Pusat Kegiatan belum lama ini telah diresmikan oleh Menssos Republik Indonesia Bapak Salim Segaf pada tanggal 12 September 2013. Selanjutnya selama tahun 2011 anak-anak asuh Yayasan Media Amal Islami ini sudah menaungi kaum-kaum dhuafa yang tersebar di berbagai tempat, seperti di Gunung Sindur Bogor, Curug Bogor, Lebak Bulus Cilandak. Selama empat belas tahun kiprahnya di dunia dakwah Yayasan Media Amal Islami ini mendapat perhatian dari berbagai lapisan masyarakat dan Media. Seperti yang peneliti lihat beberapa waktu lalu (14/01/2014) anakanak yatim dari yayasan ini menjadi tamu undangan dalam acara ulang tahun 39 artis Oki Setiana Dewi berita ini sempat masuk dalam Infotaiment GoSpot pada saluran TV Swasta RCTI. C. Profil Yayasan Media Amal Islami Media Amal Islami (MAI) yang berada di Jl.Lebak Bulus 5 No.34, Fatmawati, Cilandak Jakarta Selatan, merupakan Yayasan Independen Non Partisipan5 yang berdiri sejak tahun 1999, tedaftar pada Akte Notaris Ny. Ratna Wijawati, SH No.01/2007, bergerak di bidang Dakwah, Pendidikan, Sosial dan Ekonomi. Didirikan oleh seorang praktisi dakwah H. Aslih Ridwan, MA yang menjadikan kaum dhuafa sebagai objek utama sasaran dakwahnya.6 Aspek Legal 1. Akte Pendirian No. Akte : 01 Tanggal Akte : 19 Juni 2007 Notaris1 : Ny. Ratna Wijayawati, SH 2. SK Menteri Hukum & HAM RI Nomor : C-3225.HT.01.02 TH 2007 Tanggal : 1 Oktober 2007 3. Surat Tanda Daftar Yayasan Nomor : 08.31.74.06.1001-1321 Tanggal : 16 Desember 2008 5 Independen Non Partisipan maksudnya adalah tidak terikat dengan partai manapun. Sumber : Brosur Yayasan Media Amal Islami 2012. 6 Brosur Yayasan Media Amal Islam 2013. 40 4. Surat Izin Dinas Sosial Jakarta Selatan Nomor : 09.12430.250/078.6 Tanggal : 27 April 2009 5. Surat Keterangan Domisili Nomor : 4343/1.824.1/08 Tanggal : 2 Desember 2008 6. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Nomor : 02.143.782.7-016.000 Tanggal : 12 Juli 2007 D. VISI MISI Yayasan Media Amal Islami Visi dan Misi yang ditujukan untuk mencapai keberhasilan dalam menjapai tujuan didirikanya YMAI ini sebagai berikut7 : 1. VISI Menjadikan sebuah lembaga dambaan umat, yang unggul dalam menetaskan kaum dhu’afa menjadi kaum yang mandiri dan berakhlak yang shaleh. 2. MISI a. Melaksanakan dakwah bil lisan dan bil hal kepada masyarakat dhu’afa. b. Meringankan beban kaum dhu’afa. c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan pelatihan bagi kaum dhu’afa. 7 Brosur Yayasan Media Amal Islami 2013. 41 d. Mengembangkan manajemen ilmu pengetahuan sehingga tercipta lembaga yang terus menerus memiliki nilai tambah. e. Mengajak kaum yang berkemampuan untuk aktif dan peduli terhadap kaum dhu’afa. f. Mendorong dan memfasilitasi para pembina yang terlibat aktif untuk menjadi pengajar dan pembina sejati dengan memberikan ruang dan kesempatan yang besar untuk mengembangkan diri, meningkatkan keilmuan dan kesejahteraannya. E. Struktur Organisasi Yayasan Media Amal Islami Gambar 1 Struktur Organisasi MAI Penasihat Prof. Dr. H. Hamdan Zoelva, MH. Ir. H. Dicky Ahmad Gustyana Ketua Umum H. Aslih Ridwan, MA Wakil Ketua M. Iqbal Siregar Sekertaris Umum Sigit Kuntoro, S.Pd.I Bendahara Umum Zhillan Sofandi Kabid. Dakwah Kabid. Desa Binaan Kabid. Pendidikan Muhammad Nur, A.Md Dina Banonwati, S.Sos.I Dzulfitri Sulaiman, S.Pd.I Kabid. Asrama Yatim & Dhuafa Kabid. Umum Kabid. Fudrising Fathi Ihsan Roy Karyadi Ahmad Gaidha, S.Sos Sumber : Brosur YMAI 2012 42 F. Program Yayasan Media Amal Islami Media Amal Islami sebagai Media Dakwah yang memadukan antara dakwah bil lisan dan dakwah bil hal, mengatasi problem umat, terutama kalangan bawah yaitu, dhuafa anak jalanan dan pemulung. Program-program yang ada di YMAI antara lain8 : 1. Program Dakwah bil hal Media Amal Islami a. Program Asrama Yatim & Dhuafa Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta. Dalam hal ini YMAI menampung anak-anak yatim dan dhuafa yang benar-benar sangat membutuhkan, mereka di asramakan di YMAI kemudian didik untuk dikembangkan kemampuan dan bakatnya. b. Program Pendidikan untuk Yatim & Dhuafa. Program ini bertujuan agar para yatim dan dhuafa memiliki kesempatan untuk memiliki pendidikan yang setara dengan masyarakat pada umumnya, program ini berupa : 1. PKBM (Pendidikan Kegiatan Belajar Masyarakat) di Lebak Bulus Jakarta. 2. Madrasah Diniyah : di Lebak Bulus Jakarta dan Ds.Pedurenan Gn.Sindur. 3. PAUD : di ds.Curug Parung dan ds.Pedurenan Gn.Sindur 8 Brosur Yayasan Media Amal Islami 2013 dan Hasil wawancara dengan Dzulfitri Sulaiman, Jakarta : 17.56 - 26 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 43 c. Program Layanan Sosial & Kesehatan untuk Dhuafa. Program ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan kesehatan dan juga kesehatan gratis untuk warga yatim dan dhuafa. d. Program Pembangunan Sarana Ibadah dan Dakwah. Program ini memberikan sarana ibadah dan dakwah yang layak untuk warga kurang mampu, yatim dan dhuafa, diantaranya adalah : 1. Pembangunan Asrama Yatim & Dhuafa Lebak Bulus (Tahap Akhir) 2. Pembangunan Masjid Al-Kautsar di desa Gekbrong Cianjur 3. Pembangunan Gedung Sekolah di desa Curug Parung 2. Program Dakwah bil lisan MAI Pusat Layanan Dakwah Media Amal Islami : a. Layanan berbagai ceramah : Khotib Jum’at, Khotib Hari Raya dan PHBI b. Layanan Kajian dan Konsultasi Problem Keluarga c. Pelatihan Da’I, Pengiriman Guru Tahsin G. Profil Pengajar YMAI Pengajar di MAI terdiri dari empat orang pengajar, yaitu Dewi Nurmala Sari, Ade Ratna, Ratnasari dan Siti Chuzaemah. Keempatnya adalah pengajar TPA di Yayasan Media Amal Islami. Berikut profil dari masingmasing pengajar : 44 Tabel 3 Profil Pembimbing YMAI Tempat, Tanggal Lahir Status Perkawinan Pendidikan Terakhir Dewi Nurmala Sari Teluk Betung, 26 Oktober 1993 Belum Menikah Jakarta, 4 Juni 1991 Karawang, 5 Maret 1994 Belum Menikah D1 PGTK SMA Belum Menikah Sedang Kuliah S1 Manajemen Administrasi Guru Sejak awal didirikanya MAI th.2010 Ade Ratna Ratnasari Siti Chuzaemah Jakarta, 22 September 1982 Menikah Madrasah Aliyah Pekerjaan Guru Guru Guru Sejak Mengajar di Sejak Mei Sejak th.2012 Januari MAI Sejak 2013 2013 (th) Jabatan di Pengajar Pengajar Pengajar Pengajar MAI Sumber : Wawancara pribadi dengan para pengajar Media Amal Islami H. Profil Anak-anak Binaan YMAI Anak-anak binaan di Yayasan Media Amal Islami secara keseluruhan berjumlah 110 anak binaan. Terbagi menjadi empat kelas yakni kelas TK-A usia 3,5 – 4 tahun, TK-B usia 5 – 6 tahun, TPA Ula usia 7 – 8 tahun, TPA Wustho 9 -12 tahun dan TPA Aliy 13 – 15 tahun. Secara lebih jelasnya bisa di lihat pada tabel berikut : 45 Tabel 4 Profil Anak Binaan YMAI TK-A 3,5 – 4 tahun TK-B 5 – 6 tahun TPA Ula 7 – 8 tahun TPA Wustho 9 -12 tahun TPA Aliy 13 – 15 tahun Total Jumlah Anak Perempuan Jumlah Anak Laki-laki Total Persentase (%) 15 8 23 21% 3 11 14 12,7% 15 14 29 26,4% 16 15 31 28,1% 8 5 13 11,8% 57 53 110 100% Sumber : Wawancara pribadi dengan para pengajar Media Amal Islami Sedangkan anak binaan yang menjadi objek pebelitian adalah anakanak binaan yang berada di kelas TPA dengan alasan menurut peniliti sample inilah yang dirasa cocok dengan materi pembinaan keagamaan yang menjadi focus penelitian yang dilakukan, anak-anak binaan tersebut berjumlah 73 anak-anak binaan, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 5 Objek Penelitian : Anak Binaan YMAI TPA Ula 7 – 8 tahun TPA Wustho 9 -12 tahun TPA Aliy 13 – 15 tahun Total Jumlah Anak Perempuan Jumlah Anak Laki-laki Total Persentase (%) 15 14 29 39.7% 16 15 31 42.4% 8 5 13 17.8% 39 24 73 100% Sumber : Wawancara pribadi dengan para pengajar Media Amal Islami BAB IV ANALISA DAN TEMUAN LAPANGAN A. Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung Yayasan Media Amal Islami (YMAI) Pembinaan keagamaan untuk anak-anak pemulung di YMAI bertujuan agar mereka kelak anak-anak pemulung ini menjadi generasi yang Rabbani sesuai dengan syariat Islam memahami dan mengamalkan dengan baik ketentuan-ketentuan agama Islam1. Proses pembinaan keagamaan untuk anakanak pemulung di YMAI diterapkan dalam program TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) yang dilaksanakan setiap hari senin s/d jumat (kamis libur). Dengan jumlah keseluruhan anak binaan di YMAI yang mengikuti program TPA adalah 73 anak binaan, pada pelaksanaanya program TPA ini terbagi menjadi tiga tingkatan yakni TPA Ula untuk anak-anak berumur antara 7 tahun – 8 tahun, TPA Wustho untuk anak-anak berumur 9 tahun – 12 tahun dan TPA Aliy untuk anak-anak berumur 13 tahun – 15 tahun.2 Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini : 1 Hasil wawancara dengan Dzulfitri Sulaiman, Jakarta : 17.56 - 26 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 2 Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Pembimbing di Yayasan Media Amal Islami, Jakarta : Mei 2013. 46 47 Tabel 6 Pembagian Kelas TPA YMAI TPA Ula 7 tahun s/d 8 tahun TPA Wustho 9 tahun s/d 12 tahun TPA Aliy 13 tahun s/d 15 tahun Total Jumlah Anak Perempuan Jumlah Anak Laki-laki Total Persentase (%) 15 14 29 39.7% 16 15 31 42.4% 8 5 13 17.8% 39 24 73 100% Sumber : Wawancara pribadi dengan para pengajar Media Amal Islami Waktu kegiatan TPA ini dilaksanakan setiap hari senin s/d jum’at (kamis libur), kegiatan TPA ini dilaksanakan di ruang kelas A dan B lantai 2 gedung Yayasan Media Amal Islami. TPA Ula dilaksanakan pada pukul 16.00 – 17.00 WIB di ruang kelas B dengan bimbingan yang diberikan oleh Ade Ratna, kelas TPA Wustho pukul 15.00 – 16.00 WIB di ruang kelas A dengan bimbingan yang diberikan oleh Ratnasari, sedangkan kelas TPA Aliy yang dilaksanakan pukul 15.00 – 16.00 WIB di ruang kelas B dengan bimbingan yang diberikan oleh Siti Chuzaemah (Ibu Ema). Secara rinci jadwal kegiatan TPA YMAI adalah sebagai berikut : 48 Tabel 7 Jadwal Kegiatan TPA YMAI TPA Ula Hari Kegiatan Waktu Kegiatan Ruang Kelas Pembimbing TPA Wusho TPA Aliy Senin – Jum’at (Kamis Libur) 16.00 – 17.00 WIB R. Kelas B 15.00 – 16.00 WIB R. Kelas A R. Kelas B Siti Ade Ranta Ratnasari Chuzaemah Sumber : Hasil Observasi dan Wawancara pribadi dengan para pengajar Media Amal Islami Selain itu materi yang diberikan di setiap kelas TPA yang ada di YMAI berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan anak-anak binaan yang ada di kelas tersebut, berikut penjelasanya : 1. Kelas TPA Ula – Pembimbing Ade Ratna Anak-anak binaan yang ada di kelas ini berjumlah 29 anak binaan mereka anak-anak yang berumur antara 7 tahun – 8 tahun, berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan peneliti saat kegiatan pembinaan berlangsung materi yang diberikan dalam proses pembinaan keagamaan adalah mengenal dan menghafal huruf-huruf hijaiyah atau baca iqra, calistung (baca tulis hitung) menggunakan bahasa arab, rukun iman dan rukun islam, cerita nabi-nabi, hafalan bacaan shalat dan juga peraktek shalat kemudian hafalan do’a sehari-hari. Seperti yang dijelaskan Aderatna saat wawancara : “Kalau yang kecil-kecil si paling saya ajarin nulis, baca iqra, praktek wudhu, praktek shalat gerakanyanya gitu, misalnya shalat dhuhur empat rakaat. Trus juga paling Cuma cerita aja si ga terlalu yang berat-berat karena cepet bosen jugakan kalo kitanya 49 cerita yang kepanjangan yaa mereka bosen, jadi ceritanya yang cuman langsung yang penting aja.”3 Gambar 2 Proses Pembinaan Kelas TPA Ula 2. Kelas TPA Wustha – Pembimbing Ratnasari Anak-anak binaan di kelas ini berjumlah 31 anak binaan yang berumur antara 9 tahun – 12 tahun. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan peneliti saat kegiatan pembinaan berlangsung materi yang diberikan dalam proses pembinaan keagamaan dalam kelas TPA Wustha ini adalah pendalaman mengenai huruf hijaiyah atau baca iqro yang ada di kelas ini adalah mulai iqra 3-6, hafalan surat-surat pendek, fiqih, sirah nabawi, asmaul husna dan aqidah. Seperti yang dijelaskan Ade Ratna : “Materi yang di berikan ada fiqih, aqidah akhlaknya, pembacaan tajwid sebagai dasar pembacaan al-Qur’an, sejarah-sejarah islam.”4 3 Hasil wawancara dengan Aderatna, Jakarta : 17.28 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 50 Gambar 3 Proses Pembinaan Kelas TPA Wustho 3. Kelas TPA Aliy – Pembimbing Siti Chuzaemah Anak-anak di kelas TPA Aliy ini berumur sekitar 13 tahun – 15 tahun dengan jumlah 13 anak binaan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan peneliti saat kegiatan pembinaan berlangsung dalam kelas ini anak-anak binaan diberikan materi mengenai tajwid dan hukum membacanya serta penekanan makhroj huruf hijaiyah secara benar, karena anak-anak binaan dalam kelas ini adalah tingkat Zuz Ama dan Al-Qur’an, selain itu mereka juga diajarkan fiqih, hadist-hadis dan akhlak. Seperti yang dijelaskan Ibu Ema : “Kebetulan tingkat yang saya pegangkan kelas Al-Qur’an, jadi udah lebih paham dari kelas yang lain, jadi untuk sholat atau fiqih dasar mereka sudah paham sudah di pelajari di kelas sebelumnya, jadi kalau di kelas TPA Aliy atau Al-Qur’an yang di pelajari kosa kata bahasa Arab/mufradat dan belajar hadist-hadis dan yang 4 Hasil wawancara dengan Ratnasari, Jakarta : 04.22 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 51 terpenting bagi saya yaitu mereka membaca Al-Qur’an dengan makhorijul huruf yang benar dan paham tajwid-tajwidnya.”5 Gambar 4 Proses Pembinaan Kelas TPA Aliy Dari ketiga kelas TPA yang ada di YMAI pada pelaksanaan pembinaan keagamaan anak-anak pemulung ditekankan untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar yaitu dari segi pelafalan tajwid dan makhroj huruf. Tahapnya anak-anak pemulung yang sama sekali belum bisa membaca Al-Quran anak-anak tersebut diajarkan mengenal huruf-huruf hijaiyah. Untuk memudahkan anak-anak pemulung ini mempelajari huruf-huruf hijaiyah, anak-anak ini diharuskan untuk mempelajari sebuah buku panduan untuk membaca Al-Qur’an yakni Iqra’. Iqra sebagai buku panduan mempelajari AlQur’an terdiri dari enam jilid, kesemua jilid tersebut harus dipelajari secara berurutan, setiap jilid memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda, yang 5 Hasil wawancara dengan Siti Chuzaemah, Jakarta : 04.40 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 52 termudah adalah jilid 1 dan yang tersulit adalah jilid 6. Untuk jilid 1 s/d jilid 3 materi tersebut diajarkan di kelas TPA Ula, kemudian jilid 4 s/d jilid 6 diajarkan di kelas TPA Wustho dan apabila anak-anak pemulung tersebut seudah menyelesaikan mempelajari Iqra mereka akan mulai diajarkan membaca Al-Qur’an yang diajarkan di kelas TPA Aliy6. Selain bentuk teori atau materi yang diajarkan dalam pembinaan keagamaan YMAI juga mengadakan kegiatan-kegiatan lainya berupa Manasik Haji, Tarhib Ramadhan dan juga Buka Puasa Bersama. Hal ini dilakukan untuk memberikan contoh kepada anak-anak pemulung untuk senantiasa menjaga keislama mereka dari segi lahir maupun batin dan mempraktekan dan mengamalkannya dalam kehidupan mereka di masa mendatang. Dilihat dari materi-materi yang diberikan dalam pembinaan keagamaan yang dilakukan YMAI diatas dapat dilihat bahwa materi-materi tersebut mencakup tujuan pembinaan keagamaan menurut Hasan Langulung yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa tujuan pembinaan agama harus mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama, yakni mengenai fungsi spiritual, fungsi psikologis dan fungsi sosial.7 Penjelasan mengenai ketiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut : a. Fungsi spiritual, seperti yang telah disebutkan anak-anak pemulung di YMAI diajarkan mengenai rukun iman dan rukun islam yang harus ditanamkan dalam diri anak-anak pemulung selama hidup mereka didunia. 6 Hasil Observasi Terhadap Bentuk Pembinaan di Yayasan Media Amal Islami, Jakarta : Mei – Juni 2013. 7 Abidin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Logos Wahana Ilmu, 1997), h. 46. 53 b. Fungsi psikologis, berkaitan dengan tingkah laku dalam hal ini YMAI mengajakran anak-anak pemulung bagaimana berperilaku akhlakulkarimah dan adab kepada Tuhan, sesama manusia dan juga kepada binatang yang harus mereka peraktekan selama kehidupan mereka didunia. c. Fungsi sosial, yakni apabila anak-anak pemulung mengamalkan dan mempraktekan kedua fungsi sebelumnya fungsi sosial akan berfungsi dengan sendirinya. B. Pola Komunikasi Yayasan Media Amal Islami (YMAI) Pola komunikasi merupakan poin penting dalam proses pembinaan keagamaan, pola komunikasi adalah bentuk-bentuk penyampaian pesan yang dilakukan pengirim pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan). Komunikator (pembimbing) adalah seseorang yang memberikan informasi/pesan kepada komunikan (anak-anak pemulung). Selain itu komunikator sebagai penyampai pesan, agar pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh komunikan, komunikator harus memiliki kredibilitas, kemapuan berkomunikasi dengan baik, dan juga berpengetahuan luas. Apabila seorang komunikator sudah memenuhi syarat-syarat tersebut maka pola komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap pembinaan keagamaan yang di lakukan di YMAI peneliti melihat bahwa pola komunikasi yang diterapkan selama pembinaan keagamaan berlangsung adalah pola komunikasi yang dijelaskan oleh Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi yakni pola komunikasi antarpribadi (Interpersonal 54 Communication) dan pola komunikasi kelompok. Kedua pola komunikasi ini digunaan secara bergantian dan saling mendukung antara pola komunikasi interpersonal dan pola komunikasi kelompok, biasanya dalam setiap kali proses pembinaan keagamaan pembimbing menggunakan kedua pola komunikasi tersebut secara bergantian. Berikut penjelasanya : 1. Pola Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication) Salah satu pola komunikasi yang digunakan oleh pembimbing dalam proses komunikasi pembinaan antarpribadi. keagamaan Komunikasi adalah menggunakan antarpribadi adalah pola proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.8 Pola komunikasi antarpribadi diterapkan disetiap kelas TPA di YMAI, pada prosesnya peneliti melihat komunikasi antarpribadi diterapkan saat pembimbing memberikan materi mengenai belajar membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar baik, baik itu secara pelafalan dan juga tajwid, tahapnya anak-anak pemulung yang sama sekali belum bisa membaca Al-Quran anak-anak tersebut diajarkan mengenal hurufhuruf hijaiyah. Untuk memudahkan anak-anak pemulung ini mempelajari huruf-huruf hijaiyah, anak-anak ini diharuskan untuk mempelajari sebuah buku panduan untuk membaca Al-Qur’an yakni Iqra’. Iqra sebagai buku panduan mempelajari Al-Qur’an terdiri dari enam jilid, kesemua jilid 8 Onong Uchjana Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Cet. 3; Bandung : PT Citra Aditya Bakti), h. 59-60. 55 tersebut harus dipelajari secara berurutan, setiap jilid memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda, yang termudah adalah jilid 1 dan yang tersulit adalah jilid 6. Untuk jilid 1 s/d jilid 3 materi tersebut diajarkan di kelas TPA Ula seperti yang di jelaskan Ade : ”Kalau yang kecil-kecil si paling saya ajarin nulis, baca iqra 1-3, praktek wudhu, praktek shalat gerakanyanya gitu, misalnya shalat dhurur empat rakaat”9 Kemudian jilid 4 s/d jilid 6 diajarkan di kelas TPA Wustho seperti yang dijelaskan Ratna : ”Materi yang di berikan ada fiqih, aqidah akhlahnya, baca Iqro untuk kelas saya iqro 4-6 dan pembacaan tajwid sebagai dasar pembacaan al-Qur’an, sejarah-sejarah islam”10 Dan apabila anak-anak pemulung tersebut seudah menyelesaikan mempelajari Iqra mereka akan mulai diajarkan membaca Al-Qur’an yang diajarkan di kelas TPA Aliy seperti yang di jelaskan Ibu Ema : ”Untuk ngajinya Al-Qur’an dan Zuz Amma dan kebetulan tingkat yang saya pegangkan kelas Al-Qur’an, jadi udah lebih paham dari kelas yang lain”11.12 Metode pembinaan hampir sama di setiap kelas TPA yakni anakanak pemulung secara langsung diajarkan satu persatu oleh pembimbing secara face to face, anak-anak tersebut diajarkan halaman demi halaman, huruf demi huruf oleh pembimbing. Seperti yang dijelaskan oleh Ade 9 Hasil wawancara dengan Aderatna, Jakarta : 17.28 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 10 Hasil wawancara dengan Ratnasari, Jakarta : 04.22 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 11 Hasil wawancara dengan Siti Chuzaemah, Jakarta : 04.40 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 12 Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Bentuk Pembinaan di Yayasan Media Amal Islami, Jakarta : Mei – Juni 2013. 56 ”Kalau untuk baca iqra ya maju satu-satu supaya paham, terus kalau materi setelah dijelasin ditanya satu-satu, misalnya kalo yang ga paham dijelasin kembali”13 dan juga seperti yang dijelaskan Bella salah seorang anak binaan : Kalo Iqro maju satu-satu. Kalo Fiqih di jelasin. Ka Ade jelas aku paham terus kalau buat kesalahan di catet di buku trus di kasi tahu orangtua”14 Untuk kelas TPA Ula dan TPA Wustho proses komunikasi antarpribadinya adalah pembimbing memberikan contoh bunyi hurufhuruf yang akan diajarkan, kemudian anak-anak pemulung mengikuti apa yang telah diajarkan, apabila anak tersebut salah dalam melafalkan huruf, pebimbing bisa secara langsung membenarkan pelafalan huruf tersebut, semakin banyak yang telah dipelajari oleh anak-anak pemulung semakin banyak pula interaksi dan feedback yang terjadi di antara keduanya. Sedangkan untuk TPA Aliy yakni anak-anak yang yang telah menyelesaikan mempelajari Iqro Jilid 1 s/d Jilid 6 mereka akan mulai mempelajari membaca Al-Quran, dalam prosesnya komunikasi antarpribadinya memiliki sedikit perbedaan yakni pembimbing tidak lagi memberikan contoh bunyi huruf, melainkan pembimbing langsung mendengarkan anak tersebut membaca Al-Qur’an kemudian apabila terjadi kesalahan mengenai pelafalan huruf dan tajwid, pembimbing 13 Hasil wawancara dengan Aderatna, Jakarta : 17.28 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 14 Hasil wawancara dengan Anak Binaan Bella Safira, Jakarta : 15.56 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami. 57 menjelaskan letak kesalahanya dan baru memberikan contoh bacaan yang benar.15 Proses pembinaan yang dilakukan di YMAI yang telah dijelaskan diatas merupakan pola komunikasi antarpribadi jenis diadik. Komunikasi antarpribadi diadik adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang dengan seorang menjadi komunikator (pembimbing) dan seorang menjadi komunikan (anak pemulung). Pola komunikasi antarpribadi diadik merupakan jenis komunikasi yang penting dalam proses pembinaan keagamaan, karena prosesnya yang berlangsung secara dialogis menunjukan interaksi satu sama lain, pelaku-pelaku yang terlibat dalam komunikasi berfungsi ganda, masing-masing dari mereka bisa bertukar peran baik sebagai pembicara maupun menjadi pendengar secara bergantian. Komunikasi antarpribadi diadik dianggap penting karena adanya upaya dari para pelaku untuk membentuk pemahaman yang sama antara satu sama lain (mutual understanding). Oleh karena itu komunikasi antarpribadi diadik ini merupakan komunikasi yang efektif dalam proses pembinaan keagamaan terutama dalam menyampaikan materi membaca Al-Qur’an karena dengan menggunakan komunikasi ini pembimbing dapat mengetahui secara langsung respon yang diberikan oleh anak-anak pemulung, mengetahui sejauh mana tingkatan pemahaman tiap-tiap anak dan mencari solusi untuk anak-anak pemulung tersebut. Seperti yang dijelas Aderatna : 15 Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Bentuk Pembinaan di Yayasan Media Amal Islami, Jakarta : Mei – Juni 2013. 58 ”Solusinya yaaa terus aja di ingatkan kembali, diulang-ulang, ditanyain lagi materi yang sebelumnya sampe mereka bosen dan bener-bener paham”16 Bentuk pembinaan yang telah dilakukan di YMAI menunjukan bahwa komunikasi antarpribadi diadik terjadi dengan baik karena dengan menggunakan pola komunikasi tersebut pembimbing dapat memahami betul seperti apa kondisi anak-anak pemulung dan mencari solusi untuk pemecahan masalah yang terjadi. Bentuk lain dari komunikasi antarpribadi yang terjadi di YMAI yaitu komunikasi informal, komunikasi ini terjadi di luar jam belajar formal. Komunikasi ini terjadi ketika pembimbing menemukan anak-anak jalanan yang kurang aktif ketika berada di kelas, maka pembimbing biasanya menanyakan keadanya tersebut di luar jam formal atau ketika kelas sudah selesai. Seperti yang dijelaskan Ratna : ”Selama ini yang saya lakukan untuk menanganinya yaitu tidak ribet dengan materi, tetapi lebih mendekati satu persatu secara personal.”17 Gambar 5 Proses Komunikasi Antarpribadi 16 Hasil wawancara dengan Aderatna, Jakarta : 17.28 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 17 Hasil wawancara dengan Ratnasari, Jakarta : 04.22 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 59 2. Pola Komunikasi Kelompok Selain pola komunikasi interpersonal, dalam proses pembinaan keagamaan di YMAI juga menggunakan pola komunikasi kelompok terutama pola komunikasi kelompok kecil. Pola komunikasi kelompok kecil ini merupakan pola yang umum digunakan oleh pembimbingpembimbing di setiap kelas TPA di YMAI ketika melakukan proses pembinaan keagamaan. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) merupakan komunikasi yang dilakukan dengan jumlah komunikan yang sedikit (lebih dari dua orang) dan komunikasi ini ditujukan untuk mempengaruhi kognisi komunikan, komunikasi ini terjadi secara dialogis, tidak linear melainkan sirkular, umpan balik terjadi secara verbal dan juga komunikan dapat menangapi uraian komunikator secara langsung seperti bertanya, menyanggah dan lain sebagaianya.18 Pola komunikasi kelompok diterapkan disetiap kelas TPA yang ada di YMAI yakni TPA Ula, TPA Wustho dan TPA Aliy. Dalam penerapanya pola komunikasi ini digunakan untuk menyampaikan materimateri pembinaan keagamaan seperti Fiqih, Aqidah, Hadist, Doa-doa, Praktek Shalat. Dalam melakukan proses pola komunikasi kelompok pembimbing biasanya mencatat materi (apabila perlu dicatat) yang akan diberikan terlebih dahulu di papan tulis yang kemudian di salin oleh anak- 18 Onong Uchjana Efendi, ibid., h. 76-77. 60 anak pemulung sebagai catatan agar dapat dipelajari dikemudian hari. 19 Seperti yang dijelaskan ibu Ema dan Gambar berikut ini : “Kalau kaya fiqih dan aqidah juga kalau perlu ada yang di catet ya di catet dulu di papan tulis karna nanti kan ada hadis mereka nyalin setelah itu baru di jelasin”20 Setelah itu pembimbing mereview materi yang telah diberikan sebelumnya, ini merupakan salah satu metode agar anak-anak pemulung tidak lupa dengan materi yang sudah disampaikan sebelumnya, setelah mereview materi pembimbing menjelaskan materi pembinaan keagamaan dengan menggunakan bahasa yang santai agar mudah dimengerti oleh anak-anak pemulung saat proses pemberian materi berlangsung sesekali salah satu anak pemulung bertanya kepada pembimbing mengenai materi yang diberikan, seperti yang dijelaskan ibu Ema : “Alhamdulillah meskipun banyak di antara mereka suka bercandabercanda tapi mereka nanya kalau gak paham, terutama pelajaran tajwid kan karna menerut mereka pelajaran tajwid paling susah”21 Dan juga seperti yang dijelaskan Bahar : “Kalau gag paham ya tanya sama ibu Ema, terus suka tanya sama temen-temen juga”22. Pola komunikasi kelompok ini memudahkan pembimbing dalam menyampaikan materi karena dalam suasana yang santai dan menyenangkan tidak terlalu monoton, pembimbing tidak terus-terusan 19 Hasil Observasi Terhadap Bentuk Pembinaan di Yayasan Media Amal Islami, Jakarta : Mei – Juni 2013. 20 Hasil wawancara dengan Siti Chuzaemah, Jakarta : 04.40 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 21 Hasil wawancara dengan Siti Chuzaemah, Jakarta : 04.40 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 22 Hasil wawancara dengan Anak Binaan Muhammad Bahrul Alam, Jakarta : 15.37 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami. 61 berbicara akan tetapi anak-anak pemulung juga memiliki kesempatan untuk berbicara (bertanya atau mengemukakan pendapat), pembimbing dapat berinteraksi secara langsung mengetahui respon anak-anak pemulung terhadap materi yang diberikan. Gambar 6 Proses Komunikasi Kelompok 62 Selain kedua pola tersebut ada juga metode komunikasi yang digunakan yakni komunikasi satu arah (one way communication) atau komunikasi yang berlangsung secara linier. Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang bersifat koeresif dapat berbentuk perintah, intruksi dan bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi.23 Komunikasi ini digunakan pembimbing untuk memberikan ketegasan atau intruksi-intruksi kepada anak-anak pemulung seperti ketika pembimbing memberikan sanksi kepada anak-anak pemulung yang melakukan kesalahan dan memberikan intruksi mengenai ulangan harian. Peneliti melihat komunikasi satu arah ini terjadi ketika pembimbing memberikan sangsi kepada anak pemulung yang melakukan kesalahan misalnya ketika salah seorang anak pemulung berbicara kasar ketika proses pembinaan berlangsung atau tidak mengerjakan PR anak tersebut diberikan hukuman seperti menghafal hadist atau doa-doa untuk kelas TPA Aliy seperti yang dijelaskan Bahar : “Kalau lagi dihukum mengahafal do’a sehari-hari atau hadis”24 Berdiri di depan kelas untuk TPA Wustha seperti yang dijelaskan Selvie : “Ka Ratna tegas kalau ada yang salah dapet hukuman, kalau yang laki-laki buka baju terus kalau yang perempuan berdiri di depan kaki satu sambil pegang kuping, kalu berisik dimarahin25” Di catat dan diberitahu orangtua untuk TPA Ula seperti yang dijelaskan Bella “Kalau buat kesalahan di catet di buku trus di kasi tahu orangtua”26 23 H.A.W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Cet.2; Jakarta : PT Rineka Cipta, 200), h.103. 24 Hasil Wawancara dengan Anak Binaan Muhammad Bahrul Alam, Jakarta : 15.37 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami. 25 Hasil Wawancara dengan Anak Binaan Selviana Fadilah, Jakarta : 15.14 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami. 63 Dan anak-anak tersebut harus menuruti apa yang diperintahkan pembimbing.27 Selanjutnya komunikasi satu arah ini juga terjadi di YMAI ketika pembimbing memberikan intruksi mengenai ulangan harian anak-anak tersebut tidak dapat membantah atau menolak apa yang di perintahkan oleh pembimbing. Kedua bentuk komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok yang dilakukan di YMAI memiliki kesamaan tiga sifat-sifat komunikasi dalam proses penyampaian pesanya, yaitu : 1. Menggunakan bahasa verbal, baik itu secara lisan maupun tulisan, dilakukan secara lisan bertujuan agar anak-anak pemulung dapat memahami dengan mudah dan jelas apa yang disampaian pembimbing, sedangkan dengan tulisan bertujuan agar anak-anak pemulung memiliki catatan mengenai materi yang di sampaiakan, karena setelah pembimbing mencatat materi yang diberikan di papan tulis anak-anak pemulung dianjurkan untuk menyalin kedalam sebuah buku, agar dapat dipelajari dikemudian hari. Seperti yang terlihat pada gambar : 26 Hasil Wawancara dengan Anak Binaan Bella Safira, Jakarta : 15.56 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami. 27 Hasil Observasi Terhadap Bentuk Pembinaan di Yayasan Media Amal Islami, Jakarta : Mei – Juni 2013. 64 2. Mengunakan bahasa Non Verbal, bahasa non-verbal digunakan sebagai pendukung dalam menyampaikan materi pembinaan keagamaan, misalnya saat pembimbing mencontohkan gerakan shalat dan gerakan wudhu kepada anak-anak pemulung. Hal ini bertujuan agar anak-anak memiliki gambaran mengenai penjelasan materi yang sedang disampaikan. Seperti yang terlihat pada gambar : 3. Proses penyampaian pesan baik itu dengan menggunkan komunikasi antarpribadi maupun komunikasi kelompok, selalu dilakukan secara Tatap Muka (Face-to-face Communication). Komunikasi yang dilakukan secara tatap muka merupakan komunikasi yang efektif, terlebih jika deiterapkan dalam pola komunikasi anatarpribadi dan komunikasi kelompok, karena kedua jenis model komunikasi ini bersifat dua arah dan pembimbing bisa mengetahui respon langsung dari anak-anak pemulung. Dari kedua pola komunikasi yang digunakan dalam proses pembinaan dan penjelasan mengenai kesamaan tiga sifat-sifat komunikasi dalam proses penyampaian pesan yang telah dijelaskan diatas peneliti menilai bahwa 65 kredibilitas pembimbing sebagai seorang komunikator sudah terpenuhi yakni pembimbing memberikan materi sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh anak-anak pemulung, pembimbing juga memahami kapan pola komunikasi antarpribadi atau pola komunikasi kelompok harus diterapkan dan juga dengan menggunakan pola komunikasi bintang pembimbing dapat memahami tingkat pemahaman tiap-tiap anak pemulung dan mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam proses pembinaan keagamaan di YMAI tidak lepas dari berbagai kendala atau hambatan. Berdasarkan hasil dari observasi yang telah dilakukan, peneliti melihat ada dua faktor yang menjadi penghambat dalam proses pembinaan keagamaan yakni faktor internal dan faktor eksternal.28 Berikut penjelasanya : 1. Faktor Internal Dalam faktor internal sebagai salah satu penghambat dalam proses pembinaan keagamaan yang pertama ialah kurangya media pendukung seperti layar proyektor disetiap kelas sebagai penunjang pembimbing dalam menyampaikan materi menjadi salah satu foktor penghambat dalam proses pembinaan keagamaan. Kedua adalah waktu pembinaan keagamaan yang di rasa kurang maksimal oleh peneliti karena keterbatasan ruang kelas yang digunakan secara bergantian dan juga kesadaran dari anak-anak pemulung yang terkadang terlambat datang sehingga waktu pembinaan menjadi kurang maksimal karena seharusnya waktu pembinaan adalah satu 28 Hasil observasi terhadap proses pembinaan keagamaan di Yayasan Media Amal Islami, Jakarta : Mei – Juni 2013. 66 jam dan menjadi berkurang karena keterlambatan anak-anak pemulung. Ketiga adalah tingkat pemahaman dari setiap anak pemulung yang berbeda-beda sehingga menjadi hambatan pembimbing ketika akan melanjutkan materi yang selanjutnya, seperti yang dijelaskan Ratna : “hambatan yang di amalai, karena anak-anak yang beda fisik atau beda mental, berbeda kepribadian jadi agak sedikit sulit, missal yang satunya bisa sementara yang satunya lagi belum paham29”. Terakhir adalah adalah faktor pendanaan yang menyebabkan YMAI kesulitan dalam mengembangkan program-program untuk anak-anak pemulung khususnya dan juga dalam melengkapi sarana dan prasarana dalam proses pembinaan seperti media pendukung pembinaan keagamaan yaitu layar proyektor, seperti yang dikatakan pendiri YMAI Ustad Aslih : “Ya hambatan yang paling mendasar adalah kurangnya pendanaan karena memang ini juga menyangkut problem solver jadi mereka juga harus di sekolahkan kemudian mereka harus diperbaiki taraf kehidupanya. Maka MAI mensiasatinya adalah memilih memilah secara bertahap sebagian anak-anak untuk kita sekolahkan kita bina yang nanti dikemudian hari bisa diharapkan untuk membantu masyarakat sekitar30” 2. Faktor Eksternal Kondisi lingkungan yang dialami oleh anak-anak pemulung ini sangat erat dengan pihak-pihak yang ingin memanfaatkan keadaan para pemulung dengan memberikan iming-iming yang diberikan pihak non muslim seperti pemberian kebutuhan hidup seperti sembako, seperti yang di jelaskan Ustad Aslih : 29 Hasil wawancara dengan Ratnasari, Jakarta : 04.22 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 30 Hasil wawancara dengan Ust Aslih Ridwan, Jakarta : 10.29 - 22 Oktober 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 67 “Kendala yang lainya lagi adalah gencarnya umat lain khususnya umat kristiani yang berusaha untuk melakukan usaha kristenisasi, dalam soal ini saya kira MAI harus melakukan dakwah bil hal yaitu langkah-langkah konkret seperti pegobatan gratis kemudian juga penyuluhan-penyuluhan tentang betapa pentingnya hidup sehat dalam arti cara hidup sehat dan yang lainyalah yang penting kita melakukan langkah-langkah konkret31” Hambatan eksternal lainya adalah kurangnya kesadaran atau keseriusan dari anak-anak pemulung untuk lebih giat dalam mengikuti pembinaan keagamaan di YMAI, seperti yang dijelaskan Ibu Ema : “Hambatan yang sering saya rasakan ya keseriusan anakanaknya, jadi karena mereka sehari-harinya biasa ketemu bareng apa lagi sekarang lagi musim layangan, jadi kalau ngaji yang diceritain kalau cowo-cowo main bola, layangan”32. Selanjutnya adalah kelengkapan unsur-unsur komunikasi di dalam proses pembinaan keagamaan, yakni : 1. Sumber (source) biasanya juga disebut komunikator, yang berperan sebagai komunikator dalam proses pembinaan adalah pembimbing, dalam melakukan peranya pembimbing menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti baik secara lisan dan tulisan, pembimbing juga menguasai setiap materi-materi yang akan di sampaikan, selalu menjadi contoh yang baik seperti menggunakan pakaian yang sesuai syariat islam dan berbicara menggunakan bahasa yang santun. 2. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Yang dikomunikasikan olem pembimbing kepada penerima adalah mengenai materi-materi pembinaan keagamaan seperti Fiqih, 31 Ibid. Hasil wawancara dengan Siti Chuzaemah, Jakarta : 04.40 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami. 32 68 Akidah Akhlak, Membaca Iqro dan Al-Qur’an, Hafalan doa-doa, Praktek Shalat dan lain-lain. Pesan-pesan yang disampaikan bersifat informatif, positif dan edukatif dengan menggunakan bahasa yang jelas dan gamblang juga sesuai dengan kebutuhan komunikan. 3. Saluran atau media, pembimbing biasanya menyampaikan pesan melalui papantulis, spidol dan buku-buku sebagai panduan. 4. Penerima (receiver) atau komunikan, yakni orang yang menerima pesan dari komunikator, yang berperan sebagai komunikan dalam proses pembinaan keagamaan adalah anak-anak pemulung, mereka menerima pesan yang disampaikan kemudian menerjemahkan atau menafsirkan gagasan sesuai dengan apa yang dapat mereka pahami. 5. Efek (feedback), adalah apa yang terjadi pada komunikan setelah mereka menerima pesan. Setelah pesan disampaikan oleh pembimbing, efek/feedback yang terjadi oleh setiap anak-anak pemulung tidaklah sama, ada yang sekali pesan itu di sampaikan mereka langsung paham tetapi ada juga tidak paham dengan materi yang disampaikan walaupun pembimbing menyampaikanya dengan menggunakan bahasa yang jelas dan juga gamblang. Biasanya pembimbing akan mengulang materi yang telah disampaikan pada hari berikutnya agar anak-anak pemulung ingat dan juga di akhir semester diadakan ujian agar mereka tidak lupa dan sebagai tolak ukur keberhasilan komunikasi yang telah dilakukan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pola komunikasi antara pembimbing dan anak-anak pemulung di Yayasan Media Amal Islami maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pembinaan keagamaan yang dilakukan Yayasan Media Amal Islami dilakukan dalam bentuk Taman Pendidikan Al-Qur’an yang terbagi menjadi tiga tingkatan yakni TPA Ula, TPA Wustho dan TPA Aliy. Materi yang diberikan pada setiap tingkatan TPA di YMAI berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman dan tingkat kebutuhan dari anak-anak pemulung. 2. Pola komunikasi yang diterapkan dalam pembinaan keagamaan di YMAI adalah komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication) dan pola komunikasi kelompok. Dalam proses pembinaan keagamaan pembimbing menggunkan kedua pola ini secara bergantian dan saling mendukung antara pola komunikasi antarpribadi dengan pola komunikasi kelompok. Pola komunikasi antarpribadi digunakan ketika pembimbing memberikan materi mengenai pembacaan Al-Qur’an, setiap proses tersebut berlangsung anak-anak tersebut di bimbing secara perorangan dan langsung (face to face) berhadapan oleh pembimbing. Pola komunikasi jenis ini merupkan pola yang tergolong penting karena prosesnya yang berlangsung secara dialogis menunjukan interaksi satu samalain dengan kata lain adanya 69 70 upaya untuk membentuk pemahaman yang sama (mutual understanding) dan juga pelaku-pelaku yang terlibat berfungsi ganda, masing-masing dari mereka bisa bertukar peran baik sebagai komunikator maupun menjadi komunikan. Dalam menggunakan pola ini pembimbing dapat berinteraksi secara langsung dan juga mengetahui secara langsung respon dari tiap-tiap anak-anak pemulung. Selanjutnya adalah pola komunikasi yang di terapkan di YMAI ini adalah pola komunikasi kelompok, pola ini memberikan warna tersendiri dalam proses pembinaan. Dengan menggunakan pola ini memudahkan pembimbing dalam melakukan proses pembinaan karena dalam suasana yang santai, tidak monoton, pembimbing tidak terus menerus berbicara tetapi anak-anak pemulung juga memiliki kesempatan untuk berbicara. B. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang telah dilakukan saat ini tidak luput dari kelemahan dan juga keterbatasan. Berikut adalah beberapa keketerbatasan atau kelemahan dalam penelitian ini : 1. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sehingga tidak di pungkiri kemumngkinan terjadinya subjektifitas dalam menganalisis hasil penelitian. 2. Penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu hanya enam bulan. Sehingga tidak adanya variable yang membahas mengenai efektifitas pola komunikasi yang diterapkan. 71 C. Saran Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pola komunikasi di YMAI. Peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Saran Bagi Yayasan Media Amal Islami - Perlunya peningkatan media pembelajaran dalam proses pembinaan keagamaan, seperti penggunaan media audio visual misalnya memberikan materi bacaan-bacaan shalat beserta gerakanya melalui video dengan penggunaan layar proyektor untuk memudahkan proses pemahaman anak-anak pemulung dalam proses pemahaman materi dan juga demi terciptanya suasana pembinaan yang santai dan menyenangkan. - Perlunya mempelajari berbagai macam metode mengenai penyampaian materi pembinaan keagamaan terutama kepada para pembimbing. Agar tidak menimbulkan kejenuhan terhadap pembimbing dan juga anakanak pemulung. 2. Saran Bagi Penelitian Berikutnya - Dalam penelitian selanjutnya perlu memperluas kajian dengan menambahkan variabel lain seperti efektivitas/tingkat keberhasilan dalam suatu proses pembinaan keagamaan. - Khusus bagi para peneliti yang meneliti mengenai pola komunikasi, perlu melakukan seleksi mengenai teori yang digunakan agar teori yang digunakan dalam penelitian pola komunikasi lebih beragam. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta. Aryana, Rike. 2011. SKRIPSI S1 : Peran Penyuluh Agama dalam Pembinaan Akhlak bagi Anak Pemulung di Yayasan Media Amal Islami. Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. A.B Pronodigdo dan Hasan Shadily. 1990. Ensiklopdi Umum. Yogyakarta : Karnisius. Badan Pusat Statistik. Akses : 17 September 2013 Jam : 14.48. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_sub yek=12&notab=1 Bisdan Sigalingging. 2013. Sikap Pemerintah Terhadap Keberadaan Yayasan Yang Belum Menyesuaikan Diri Terhadap UU Yayasan Dan PP No.63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan UU Yayasan. http://bisdansigalingging.blogspot.com/2013/05/sikap-pemerintah-terhadapkeberadaan.html. Tanggal akses : 02.20 PM 22 Januari 2014. Brosur Yayasan Media Amal Islami, 2012. _____________________________, 2013. Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Chatamarrasjid. Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatan Usaha Bertujuan Laba. Jakarta : PT Citra Aditya Bakti. Darajat, Zakiyah. 1976. Ilmu Jiwa Agama Cet- 5. Jakarta : Bulan Bintang. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Cet-3. Jakarta : PT Balai Pustaka. ____________________________. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Cet- 4. Jakarta : PT Balai Pustaka. Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Cet-21. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. ______________________. 2003. Ilmu Teori dan Filasafat Komunikasi Cet-3. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. Emzir. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang : UMM Press. Ilahi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Langgulung, Hasan. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta : Putra AlHusna 72 73 Maulana, Zikri. 2010. SKRIPSI S1 : Peran Majelis Taklim ”Persatuan Remaja Islam (PERISTA)” Dalam Pembinaan Keagamaan Remaja. Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Moloeng, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Morisan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor : PT Ghalia Indonesia. Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Cet-12. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. Muchtar, Aflatun. 2001. Tunduk Kepada Allah Fungsi dan Peran Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta : Khazanah Baru. Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Cet-5. Jakarta : UI Press. Nata, Abiddin.1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.. Nurjamilah, Dewi. 2012. SKRIPSI S1 : Pola Komunikasi Pengajar dalam Pembinaan Perilaku Anak Jalanan di Yayasan Nanda Dian Nusantara Ciputat. Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Setiawan, Herman. 2010. SKRIPSI S1 : Pola Komunikasi Antara Pengasuh dengan Anak Asuh dalam Pembinaan Akhlak di Panti Asuhan Al-Ikhsan Vila Tomang Tangerang. Jakarta : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sigalingging, Bisdan. Sikap Pemerintah Terhadap Keberadaan Yayasan Yang Belum Menyesuaikan Diri Terhadap UU Yayasan Dan PP No.63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan UU Yayasan. http://bisdansigalingging.blogspot.com/2013/05/sikap-pemerintah-terhadapkeberadaan.html. Tanggal akses : 02.20 PM 22 Januari 2014. Stephen W Littlejhon & Karen A Foss. 2007. Theori of Human Communication Belmont : Wadsworth Group. Wibowo, Teguh. 2007. Jurus Maut Mengusai Materi Bahasa Indonesia. Jogjakarta : Locus. Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Cet-2. Jakarta : PT Rineka Cipta. LAMPIRAN Transkip Wawancara TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. b. c. d. e. Nama Lengkap TTL Status Perkawinan Pendidikan Terakhir Pekerjaan f. Jabatan di MAI : H. ASLIH RIDWAN, MA : Jakarta, 11 Juni 1967 : Menikah : S2 Ilmu Tafsir : Pengisi acara Nasihat Ulam (Nasihat Ulama) di Bens Radio, Account Executive Majalah Aulia dan Ketua GPMI : Pendiri Yayasan Waktu & Tempat Wawancara “10.29 - 22 Oktober 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban : Kapan berdirnya Yayasan Media Amal Islami ini abu? : Tahun 1999 : Selaku pendiri YMAI apa yang melatarbelakangi abu dalam mendirikan yayasan ini? : Melihat problem umat terutama kaum bawah kurang yang terjun langsung, masih dalam tataran wacanan dan diskusi, seperti umat islam bodoh umat Islam lemah tidak kepada gerakan aksi, maka ya tadi tanpa bermaksud merendahkan yang lain tapi melihat di sini wilayah ini masih ada peluang yang bisa MAI lakukan yaitu pembinaan dikalangan kaum pinggiran dan pemulung. Ya sejarahnya melihat kaum pinggiran mereka lemah dari sisi finansial, lemah dari sisi keagamaan, rentan pemurtadan bahkan dari tempat-tempat yang MAI bina itu sangat sarat dengan gerakan-gerakan pemurtadan sehingga MAI terpanggil untuk mengatasi secara komperhensif dari sisi keilmuan dari sisi pembinaan keagamaan baik juga masalah membangun taraf kehidupanya. : Apa visi dan misi YMAI? : Utamanya ya memang yayasan ini bergerak di bidang dakwah dan juga memecahkan masalah umat dibidang kemiskinan kemudian program-programnya itu ada bidang dakwah, pendidikan, sosial trus juga ada asrama yatim dan dhuafa. : Menurut abu apa itu pembinaan keagamaan? : Ya pembinaan agama adalah memberikan pemahaman kepada mereka mengenai ilmu agama dan betapa pentingnya memahami agama dengan benar-benar jadi tidak ada di KTP saja juga diperaktekan dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan mereka tidak memperkatekanya dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan : Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung di sini menurut abu? Jawaban : Ya sangat penting karna memang mereka rentan dari sisi agama, finansial, terbelakang kemudian juga cara mereka hidup juga tidak teratur mereka juga tidak memiliki masa depan, maka disinilah mereka harus dibina keimananya mereka juga dibangun kesadaran bahwa perubahan itu dimulai dengan ilmu, mana mungkin mereka bisa berubah menjadi lebih baik tanpa mereka memiliki ilmu, ya ilmu agama maupun ilmu umum, ya mereka harus terbekali, jadi ya mindset para orang tua selama ini adalah pendidikan tidaklah penting, yang penting anak mereka bisa cari duit memulung untuk makan sehari-hari, maka dari itu MAI tidak membatasi anak-anak itu untuk memulung, jadi mereka pagi memulung kemudian sorenya mereka mengikuti sekolah PKBM. Kemudian kita juga menyakinkan betapa pendidikan itu sangat penting untuk kemajuan anak-anak mereka supaya mereka itu tidak seperti orangtuanya, dan menjadi lebih baik dari kedua orangtuanya. Pertanyaan : Seperti bentuk pembinaan keagamaan dan seperti apa pola komunikasi yang abu gunakan dalam pembinaan keagamaan? Jawaban : Metodenya ya dari sisi ceramah dialog kemudian juga peraktek sepereti praktek ibadah bersama (shalat berjamaah). Kemudian pembinaan yang dilakukan untuk anak-anak lapak ya mereka disini ada program TPA, kemudian kita juga menyediakan asrama dan santri-santri disini menggikuti program HAQU (Hafal Al-Quran dan Kuliah) jadi santri-santri setoran ayat, dan juga kita selesaikan sekolahnya sampai selesai S1 kemudia kita lepas salah satunya Ratna dia anak pemulung sedang kuliah semester empat yang dibiayai MAI dia kuliah di BSI kemudian ibu-ibu tiap hari jumat pagi kita ajarkan membaca Qur’an dan juga penekanan aqidahnya. Pertanyaan : Selanjutnya hambatan/kesulitan apa saja yang sering terjadi saat abu berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan proses pembinaan keagamaan? Kemudian seperti apa solusi yang dilakukan ketika abu mengalami hambatan/kesulitan tersebut? Jawaban : Ya hambatan yang paling mendasar adalah kurangnya pendanaan karena memang ini juga menyangkut problem solver jadi mereka juga harus di sekolahkan kemudian mereka harus diperbaiki taraf kehidupanya. Maka MAI mensiasatinya adalah memilih memilah secara bertahap sebagian anak-anak untuk kita sekolahkan kita bina yang nanti dikemudian hari bisa diharapkan untuk membantu masyarakat sekitar. Kendala yang juga palingmendasar adalah kurangnya bantuan tenaga dari kaum muslimin yang lain maka dalam hal ini saya sangat apresiasi kepada pimpinan-pimpinan Universitas Islam Negeri Jakarta yang memberikan izin mahasiswanya untuk terjun langsung melakukan penelitian atau Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban membantu warga-warga sekitar, problem lainya adalah medan pemukiman lapak yang seirng terjadi banjir, maka MAI menampung warga untuk mengungsi di MAI ini. Kendala yang lainya lagi adalah gencarnya umat lain khususnya umat kristiani yang berusaha untuk melakukan usaha kristenisasi, dalam soal ini saya kira MAI harus melakukan dakwah bil hal yaitu langkahlangkah konkret seperti pegobatan gratis kemudian juga penyuluhan-penyuluhan tentang betapa pentingnya hidup sehat dalam arti cara hidup sehat dan yang lainyalah yang penting kita melakukan langkah-langkah konkret. : Menurut abu sejauh mana tingkat keberhasilan pembinaaan keagamaan yang telah dilakukan? : Memang dari sisi tingkat keberhasilan kita masih jauh karna memang mereka ini kaum urban yang gampang perga-pergi sehingga tidak menetap satu wilayah kemudian juga mereka ini sudah terpengaruh terkontaminasi oleh sesuatu seperti sekbebas, pergaulan bebas, bahkan anak-anak itu sudah terlibat narkoba, contoh sederhana saja waktu MAI mengadakan penyuluhan narkoba yang didatangi oleh ibu kapolda saat itu anak-anak pada kabur entah kemana ketakutan karena takut nanti diperiksa urinya nanti ditangkep berartikan gambaran betapa anak-anak memang sudah terkena obat tadi, saya kira ini yang memang menjadi persoalan bagi MAI yaitu bagaimana mengajak anak-anak ini yaitu tetap menjadi genarasi harapan bangsa. : Apa harapkan abu kepada anak-anak lapak dan juga yayasan ini? : Ya tadi saya kira untuk saya lebih menekankan MAI lebih kepada kualitas tidak kuantitas, jadi memang inikan 200KK kemudian ada sekitar 400orang maka kita lebih kepada kualitas walaupun tidak banyak yang kita ambil bisa kita lihat santri-santri disini pernah saya coba ikut sertakan lompa pidato dan hafal qur’an seluruh DKI dan anak-anak ini yang juara. Maka mereka kan kalau setiap malam jumat mereka belajar computer, karenakan merkea kita harapkan tidak hanya pandai agama saja tetapi pandai juga dengan tekhnologi. Harapan MAI ya kita berdoa berharap agar anak-anak ini menjadi anak yang baik tidak menjadi sampah masyarakat bahkan tidak menjadi penipu-penipu negara sehingga mereka menjadi rahmat bagi semuanya rahmat bagi keluarganya rahmat bagi kita semua sehingga lahir kepemimpinan-kepemimpinan umat yang memang mereka dari orang yang tidak diperhitungkan selama ini jadi bagi MAI adalah mereka ingat atau tidak dengan yang dilakukan MAI itu tidak menjadi persoalan bagi kami, karna bagi kami adalah kabi berupaya agr mereka menjadi lebih baik kemudian mereka menjadi rahmat itu sudah menjadi kebanggan bagi kami. TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. b. c. d. e. f. Nama Lengkap TTL Status Perkawinan Pendidikan Terakhir Pekerjaan Jabatan di MAI : DZULFITRI SULAIMAN : Jakarta, 4 Juli 1983 : Menikah : Sarjana Pendidikan : Mengajar : Pengurus dan Guru Pembimbing Waktu & Tempat Wawancara “ 17.56 - 26 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban : Sejak kapan kakak mengajar/menjadi pengurus di YMAI? : Sejak 2010 : Seperti apa latar belakang pendirian yayasan ini? : Pendirian yayasan bermula pada tahun 1999 awalnya dapet tanah wakaf di daerah gunung sindur, disana itu awalnya itu adalah proyek permurtadan, jadi di gunung sindur awalnya ada proyek kristenisasi, pewakaf itu namanya H.Nimang sebelumnya dia ngasih ke yayasan lain, sebelumnya ada empat yayasan yang di beri tanah wakaf tersebut tapi mereka gag kuat jadi mereka hanya kuat sampai sebulan tigabulan ganti lagi yayasanya, karena letaknya kan di pedalaman bangetkan, akses masuknya aja hampir 2 kilo dari jalan raya itu jauh, terus akhirnya yaa di kasih ke ust Aslih terus diurus yaa Alhamdulillah berjalan, disana kira-kira ada 1000m2, disana bentuknya sekolah buat paud sama diniah. Kalau yang di lebak bulus ini gedung dari 2010, sebelum pembangunan gedung ini kita ngontrak disini sebelumnya ada rumah orangtua ust.Aslih ya petakanlah tadinya kantor disitu yaa kantor sekertariatnyalah, tahun 2009 lah kita mulai membangun gedung ini. Pertanyaan : Program-program apa saja yang ada di YMAI? Khususnya untuk anak-anak lapak? Jawaban : Pendidikan kita ada pendidikan Al-Qur’an itu ada TPA dan TQA terus ada pengajian ibu-ibu, dan juga pendidikan non formal itu pendidikan kejar paket. Pertanyaan : Tujuan dari tiap-tiap program yang diadakan? Jawaban : Yaa untuk melahirkan generasi rabbani anak-anak yang memiliki pengetahuan agama yang cukup untuk merubah pengetahuan masyarakat terutama komunitas pemulung supaya agamanya memadai dan perkateknya dalam kehidupan sehari-hari bisa di peraktekan. Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan : Apakah ada rencana program untuk anak-anak didik di sini yang belum terlaksana atau terrtunda? : Sebelumnya udah raker kemarin ada agenda untuk kedepan itu seperti manasik haji untuk anak-anak karena memang belum jadwalnya dan ini merupakan agenda baru, sebelumnya belum pernah dilaksanakan. Ada juga program Asrama Yatim dan dhuafa dengan tujuan untuk menampung anak-anak yatim dan dhuafa yang benar-benar sangat membutuhkan, mereka di asramakan di YMAI kemudian didik untuk dikembangakan kemampuan dan bakannya. : Apa semua anak didik yang ada di yayasan ini berasal dari lapaklapak pemulung sekitar yayasan ini? : Tidak semua yaa ada yang berasal dari masyarakat sekitar yayasan juga ada, tetapi kebanyakan dari sekitar lapak. : Bagaimana prosedur agar anak-anak lapak menjadi anak didik di yayasan ini? : Ya pertama isi formulir dan orangtuanya dating kita harus tahu orangtuanya terus buat pernyataan kalau dia harus serius untuk belajar disini kemudian ada tes-tes yaaa untuk menentukan dia masuk kelas berapa. Keseriusanya dari kehadiranya, sekarangkan kita sistemnya ada rapot kalau merka jarang masuk kan nanti rapotnya jelek, terus juga nanti kalau misalnya lama-lama gag masuk ya kita keluarkan. : Apakah setiap anak didik di sini deikenakan biaya bulanan? Jika YA : selain dari biaya bulanan anak didik dari mana lagi sumber dana agar Yayasan ini Tetap&Terus berkembang? Jika TIDAK : dari mana saja sumber dana agar Yayasan ini Tetap&Terus berkembang? : Tidak semuanya geratis, karena emang buat kaum dhuafa, bianyanya yaa dari masyarakat donator baik perorangan, kantor, perusahaan kalau dari pemerintah pernah sekali tahun 2010 tapi sekarang udah gag pernah. : Menururt kakak seberapa penting pembinaan keagamaan untuk anak-anak lapak? : Sangat penting karena kehidupan mereka kan keras, kondisi lapangan itu dengan tingkat pendidikan yang rendah terus juga heterogen sosial budaya, dan mereka ini orang-orang yang bisa di bilang nomaden gitu gampang pindah-pindah keluar masuknya tidak ter data dengan baik, karena memang yaa gitu hidupnya gampang pindah-pindah naah itukan mempengaruhi prilaku akhlak, seperti bicara kasar dengan tingkat kriminalitas yang tinggi juga yang kecil-kecil udah berani nyolong mulai berani ngeroko dll, nah itu dia pendidikan usia dini atau untuk anak-anak sangat penting sebagai basic agar nanti begitu besarnya menjadi karakter yang baik. : Meode -metode yang dilakukan dalam pembinaan ini seperti apa? Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban : Metode belajarnya yaa tadi ada pengajian ada penenaman akhlak terus peraktek-peraktek kalau misalnya sholat yaa ada jamaah, terus juga kita ada pelajaran tentang adap terhadap orang tua, makan berpakaian dll. : Apa saja kendala yang dialamai ? : Yaa umumlah menghadapi anak-anak kan yaa tingkat kenakalan yaa biasalah, terus juga yang unik dilingkungan ini itu bandelnya itu karena memang sudah merata karena memang dari orang tua lingkungan orang tuanya pendidikanya rendah. Karena merka lebih banyak dirumah dan dirumah mereka tidak ada pendidikan. : Apa harapan kakak terhadap yayasan ini dan anak-anak lapak? : Harapan saya untuk yayasan kita bisa terus eksis dalam membina dan membantu masalah problem umat sebagaimana logo kita juga kita ma uterus berkembang dengan program-program terbaru dan kita juga sebagai lembaga agama agar untuk bidang problemasi umat lebih lengkap. TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. b. c. d. e. f. Nama Lengkap TTL Status Perkawinan Pendidikan Terakhir Pekerjaan Jabatan di MAI : ADE RATNA : Jakarta, 4 Juni 1991 : Belum Menikah : SMA : Mengajar : Pengajar TPA Ula Waktu & Tempat Wawancara “17.28 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan : Sejak kapan kakak mengajar di YMAI ini? : Sejak tahun lalu 2012. : Menurut kakak apa itu pembinaan keagamaan? : Ya maksudnya agar anak-anak bisa mengetahui mengenai tentang agama islam, dasar-sasar islam. : Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung di sini menurut kakak? : Yaa penting karna itukan buat bekal mereka di dunia dan akhirat. : Materi-materi apa saja yang di berikan dalam proses pembinaan keagamaan? : Kalau yang kecil-kecil si paling saya ajarin nulis, baca iqra 1-3, praktek wudhu, praktek shalat gerakanyanya gitu, misalnya shalat dhurur empat rakaat. Trus juga paling Cuma cerita aja sig a terlalu yang berat-berat karena cepet bosen jugakan kalo kitanya cerita yang kepanjangan yaa mereka bosen, jadi ceritanya yang cuman langsung yang penting aja. : Seperti apa pola komunikasi yang dilakukan dalam proses pembinaan keagamaan? : Kalau untuk baca iqra maju satu-satu supaya paham, terus kalau materi setelah dijelasin ditanya satu-satu, misalnya kalo yang ga paham dijelasin kembali. : Bagaimana respon yang di berikan murid-murid saat kakak menerapkan pola komunikasi yang digunakan? : Responya yaa macem-macem, ada yang aktif nanya-nanya banyak yang enggak. Kebanyakan yang kecil-kecil yang banyak tanya. : Selanjutnya hambatan/kesulitan apa saja yang sering terjadi saat kakak berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan proses pembinaan keagamaan? Jawaban : Mungkin ngaji kali kalau baca iqra, karena kalau sampai rumah main jadi daya ingatnya kurang suka lupa, sebenarnya mah bagus, cuman nanti apa yang di ajarin sampe rumah lupa lagi. Pertanyaan : Seperti apa solusi yang dilakukan ketika kakak mengalami hambatan/kesulitan tersebut? Jawaban : Yaaa materinya terus aja di ingatkan kembali, diulang-ulang, ditanyain lagi materi yang sebelumnya sampe mereka bosen. Pertanyaan : Menurut kakak sejauh mana tingkat keberhasilan pola komunikasi yang kakak lakukan dalam pembinaaan keagamaan? Jawaban : Belum ini banget kali yaa, tapi paling enggak mereka udah bisa menulis, baca iqra buat saya itu sudah merupakan suatu kebanggan. Pertanyaan : Apa harapkan kakak kepada anak-anak pemulung ini setelah mengikuti kegiatan/TPA di Yayayasan MAI ini? Jawaban : Yaa pastinya biar mereka bisa menjadi anak yang berguna gitu, trus yayasan ini biar bisa jadi maju terus. TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. b. c. d. e. f. Nama Lengkap TTL Status Perkawinan Pendidikan Terakhir Pekerjaan Jabatan di MAI : RATNASARI : Karawang, 5 Maret 1994 : Belum Menikah : Sedang Kuliah S1 Manajemen Admin : Mengajar : Pengajar TPA Wustha Waktu & Tempat Wawancara “04.22 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban : Sejak kapan kakak mengajar di YMAI ini? : Sejak tahun 2010 semenjak YMAI didirikan. : Menurut kakak apa itu pembinaan keagamaan? : Kalau di sekitar sini karena dari lapak (pemulung) penanaman nilai-nilai agama sangatalah penting karena di daerah sekitar lapak sendiri terdapat pengajar non muslim, mereka sangata pintar sekali untuk menarik perhatian anak-anak, mereka membuat anak-anak lapak merasa nyaman sehingga mereka ingin selalu bersama pengajar non muslim tersebut. Untuk itu Yayasan media amal islami tidak mau kalah, kami berusaha untuk membuat anak-anak lapak merasa nyaman terutama kami sebagai guru dan membuat mereka senang, dan nyaman, juga belajar agama islam dengan menyenangakan. Kebanyakan dari mereka beragama islam. : Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung di sini menurut kakak? : Sangat penting untuk bekal mereka, terlebih mereka semua masih sangata muda dan cenderung masih labil, jadi menurut saya karena pemahaman agama dari orang tua belum begitu cukup jadi kami sebagai guru menambahkan materi-materi keislaman sebagai pondasi mereka kelak ketika dewasa. : Materi-materi apa saja yang di berikan dalam proses pembinaan keagamaan? : Materi yang di berikan ada fiqih, aqidah akhlahnya, baca Iqro khusus kelas saya iqro 4-6 dan pembacaan tajwid sebagai dasar pembacaan al-Qur’an, sejarah-sejarah islam. : Seperti apa pola komunikasi yang dilakukan dalam proses pembinaan keagamaan? : Cara pengajaranya, santai tapi jelas, tidak menggunakan bahasa yang tinggi karena mereka masih anak anak, seperti menggunakan cerita, suasana belajar yang menyenangkan, tetapi ketegasan juga Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban Pertanyaan Jawaban diperlukan sebagai motivasi mereka. Pemberikan materi di berikan secara bersamaan atau model ceramah, kita juga ada perbedaan jadwal materi setiap harinya. : Bagaimana respon yang di berikan murid-murid saat kakak menerapkan pola komunikasi yang digunakan? : Respon murid-muri, mereka merasa senang dan aktif, di satu sisi ada yang mengaji, di sisi lain ada yang menulis materi yang sudah diberikan. Jadi suasananyapun tidak ribut dan kondusif. : Selanjutnya hambatan/kesulitan apa saja yang sering terjadi saat kakak berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan proses pembinaan keagamaan? : Hambatan yang di alami, karena anak-anak yang beda fisik atau beda mental, berbeda kepribadian jadi agak sedikit sulit, missal yang satunya bisa sementara yang satunya lagi belum paham. : Seperti apa solusi yang dilakukan ketika kakak mengalami hambatan/kesulitan tersebut? : Selama ini yang saya lakukan untuk menanganinya yaitu tidak ribet dengan materi, tetapi lebih mendekati satu persatu secara personal. Sedangkan factor pendukung dalam hal pembelajaran yaitu menggunakan media proyektor menampilkan film yang bercerita tentang keislaman, dengan lagu dan juga semangata dari anak-anak lapak. : Menurut kakak sejauh mana tingkat keberhasilan pola komunikasi yang kakak lakukan dalam pembinaaan keagamaan? : Mereka bisa lebih focus terhadap apa yang telah kami berikan, terlihat perbedaanya, di awal mereka cenderung terlalu banyak bermain dan mengeluh “ka saya gag bisa ka” tetapi sekarang dengan metode-metode yang telah di lakukan mereka lebih paham dengan apa yang telah di berikan. : Apa harapkan kakak kepada anak-anak pemulung ini setelah mengikuti kegiatan/TPA di Yayayasan MAI ini? : Harapanya, yang pertama mereka menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah, lalu mereka harus tahu bahwa mereka beragama Islam tapi islamanya bukan sekedar Islam KTP atau sekedar tahu Islam atau sekedar pernah belajar ngaji. Tetapi tidak di amalkan. Mereka harus bisa mengamalkan apa yang mereka pelajari tentang Islam sehingga berpengaruh terhadap akhlak mereka masingmasing. TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. b. c. d. e. f. Nama Lengkap TTL Status Perkawinan Pendidikan Terakhir Pekerjaan Jabatan di MAI : SITI CHUZAEMAH : Jakarta, 22 September 1982 : Menikah : Madrasah Aliyah : Mengajar : Pengajar TPA Aliy Waktu & Tempat Wawancara “04.40 - 18 Juni 2013 - Aula Serbaguna Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan : Sejak kapan kakak mengajar di YMAI ini? Jawaban : Mulai mengajar di MAI dari awal Januari Pertanyaan : Menurut kakak apa itu pembinaan keagamaan? Jawaban : Yaa memberikan mereka pemahaman tentang islam, kayak rukun iman, rukun islam, fiqih, akhlak yaa intinya tentang Islam. Pertanyaan : Seberapa penting pembinaan keagamaan pada anak-anak pemulung di sini menurut kakak? Jawaban : Penting banget, masalahnya kita berbicara dari orang tua mereka, sangat sayang sebenernya mereka bisa potensinya bisa di gali tetapi karena keadaan dan pendidikan orang tua mereka yang rendah, makanya dengan adanya MAI ini Alhamdulillah mereka jadi paham apa tentang fiqih, mengaji, tajwid, ahlak begitupun dengan orang tua mereka walaupun tidak semua mereka mau belajar tentang Islam. Pertanyaan : Materi-materi apa saja yang di berikan dalam proses pembinaan keagamaan? Jawaban : Untuk ngajinya Al-Qur’an dan Zuz Amma dan kebetulan tingkat yang saya pegangkan kelas Al-Qur’an, jadi udah lebih paham dari kelas yang lain, jadi untuk sholat atau fiqih dasar mereka sudah paham sudah di pelajari di kelas sebelumnya, jadi kalau di kelas TPA Aliy atau Al-Qur’an yang di pelajari kosa kata bahasa Arab/mufradat dan belajar hadist-hadis dan yang terpenting bagi saya yaitu mereka membaca Al-Qur’an dengan makhorijul huruf yang benar dan paham tajwid-tajwidnya. Pertanyaan : Seperti apa pola komunikasi yang dilakukan dalam proses pembinaan keagamaan? Jawaban : Kan lain-lain yaa metodenya tergantung materinya, kalau belajarnya baca Al-Qur’an adakalanya dia langsung baca sendiri maju satu-satu dan ada kalanya kaya sistem murotal jadi kita yang bacain nanti mereka ngikutin per ayat biasanya, kalau mereka baca sendirikan kadang panjang pendeknya dan tajwidnya masih kurang bener, jadi kalau lagi murotal biasanya seminggu sekali, jadi kita sambil ngebetulin kaya panjang pendeknya, huruf-hurufnya agar lebih detil. Kalau penggunaan video lebih ke anak kelas iqro, pernah sih kadang entah berapa bulan sekali di bawah barengbareng liat video kisah-kisah nabi, kalau kelas saya biasanya cerita nanti kalau sudah selesai di kasih pertanyaan kalau mereka nyimakan mereka tahu. Kalau kaya fiqih dan aqidah juga kalau perlu ada yang di catet ya di catet dulu di papan tulis karna nanti kan ada hadis mereka nyalin setelah itu baru di jelasin. Pertanyaan : Bagaimana respon yang di berikan murid-murid saat kakak menerapkan pola komunikasi yang digunakan? Jawaban : Alhamdulillah meskipun banyak di antara mereka suka bercandabercanda tapi mereka nanya kalau gag paham, terutama pelajaran tajwid kan karna menerut mereka pelajaran tajwidkan susah, karena sayakan dari pimpinan harus ditekenin Al-Quranya biar mantap agar mereka tau bacaan Al-Quran ini hukumya apa bacannya bagaimana. Pertanyaan : Selanjutnya hambatan/kesulitan apa saja yang sering terjadi saat kakak berkomunikasi dengan anak pemulung ketika melakukan proses pembinaan keagamaan? Jawaban : Hambatan yang sering saya rasakan ya keseriusan anak-anaknya, jadi karena mereka sehari-harinya biasa ketemu bareng apa lagi sekarang lagi musim layangan, jadi kalau ngaji yang diceritain kalau cowo-cowo main bola, layangan. Kalau yang perempuan sekarang sibuk HP meskipun sudah pernah disita, udah pernah saya ambil di kumpulin, tapi kitakan gag mungkin setiap hari kaya gitu, maksudnya kita pengen mereka sadar misalnya waktunya ngaji berapa lama si cuma satu jam kan, biar mereka konsen namanya usianya udah mulai remajakanya jadi susah juga kadang ya udah kalau gag mau di kumpulin taro, tapi tetep aja ntar ada satu dua yang nyuri-nyuri buat main hp, jadi konsentrasinya yang saya pengen tekenin satu jam tu bener-bener belajar, tapi kadang masih susah. Pertanyaan : Seperti apa solusi yang dilakukan ketika kakak mengalami hambatan/kesulitan tersebut? Jawaban : Awalnya di kelas ada seksi keamanan, cuma saya ilangin biar mereka sadar udah gede, cuma susah juga dan emang ternyata dia masih begitu yaudah kita kasih hukuman cuman saya pengen ngasih hukumanya misalnya nulis hadis ayat-ayat qur’an, pengenya si saya nanti anak-anak punya buku satu-satu tapi khusus buat hukuman, tapin itu nanti paling setelah lebaran, karena sebentar lagi libur. Pertanyaan : Menurut kakak sejauh mana tingkat keberhasilan pola komunikasi yang kakak lakukan dalam pembinaaan keagamaan? Jawaban Pertanyaan Jawaban : Alhamdulillah si, sekarang mereka kalau ditanyain tentang materimateri sebelumnya, coba di utarain di jelasin lagi apa yang udah di pelajarin, tapi kalau ada yang belum mereka ngerti mereka minta saya buat ngejelasin lagi. : Apa harapkan kakak kepada anak-anak pemulung ini setelah mengikuti kegiatan/TPA di Yayayasan MAI ini? : Ya pengenya mereka bener-bener paham yang diajarin, terutama Al-Qur’anya dulu karena sholat mereka prakteknya udah bisa tapi kita gag tau keseharianya, meskipun ditanyai “udah sholat” merka jawabnya “udah ka” cuman yaa pengenya yaaa mereka benerbener ngejalanin karna usianyakan udah remaja dan emang sudah wajib, rata-rata dikelas saya umur 12-15 tahun. TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. Nama Lengkap b. Umur c. Jabatan di YMAI : MUHAMMAD BAHRUL ALAM : 11 Tahun : Anak Binaan Waktu & Tempat Wawancara “15.37 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang? Jawaban : Lebak bulus V Pertanyaan : Apa cita-cita kamu? Jawaban : Jadu ustad Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI? Jawaban : Sejak berumur Sembilan tahun Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI? Jawaban : Membantu orang tua dirumah Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI? Jawaban : Pelajaranya Fiqih, saya Al-Qur’an Juz 12 Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang diberikan? Jawaban : Kadang-kadang di tulis sama di jelasin kalau pelajaran fiqih, kalau baca Qur’an maju satu-satu, saya Juz 12. Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi? Jawaban : Kalau hadis-hadis dikasih tugas untuk menghafal, kalau lagi dihukum juga mengahafal do’a sehari-hari atau Hadis. Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami? Jawaban : Kalau gag paham ya tanya sama ibu Ema, terus suka tanya sama temen-temen juga. Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI? Jawaban : Seneng Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di MAI? Jawaban : Baik, ibu gurunya jelas kalau jelasin materi. Kalau gag ngerjain PR dihukum hafalan doa-doa. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI? Jawaban : Baik membantu belajar agama Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI? Jawaban : Banyak, dapat menambah ilmu, apa yang kita kagak tahu jadi tahu kayak fiqih Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI? Jawaban : Saya menjadi lebih baik. Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI? Jawaban : Menjadi lebih pinter. TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. Nama Lengkap b. Umur c. Jabatan di YMAI : SUTRISNI : 13 Tahun : Anak Binaan Waktu & Tempat Wawancara “16.12 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang? Jawaban : Jl.Lebak Bulus 3 Pertanyaan : Apa cita-cita kamu? Jawaban : Dokter Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI? Jawaban : Dari tahun 2010, dulu kelasnya Ka Ratna Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI? Jawaban : Gag ngapa-ngapain kak. Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI? Jawaban : Ya Tajwid, kayak kisah Rasul, Fiqih, tentang Sholat Aqidah. Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang diberikan? Jawaban : Di tulis dulu terus sambil dijelasin si kak abis itu baru ngaji AlQur’an. Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi? Jawaban : Nulis yang tadi di tulis di papan tulis sambil nuggu ngaji maju satu-satu. Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami? Jawaban : Tanya lagi kak kalu materinya belum jelas sama ibu Ema Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI? Jawaban : Seneng kak banyak temen terus gurunya baik, terus dapet pelajaran baru. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di MAI? Jawaban : Baik-baik dan Tegas. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI? Jawaban : Itu kak banyak manfaatnya kak buat semua yang ada di sini, kayak buat Ibu-ibu juga. Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI? Jawaban : Jadi bisa ngaji kak bisa Sholat hafal doa-doa. Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI? Jawaban : Jadi pinter. Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI? Jawaban : Cita-cita tercapai biar bisa jadi sholehah juga sama bisa bahagiain orang tua juga TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. Nama Lengkap b. Umur c. Jabatan di YMAI : HAIKAL ANWAR : 9 Tahun : Anak Binaan Waktu & Tempat Wawancara “15.01 – 7 Jauari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang? Jawaban : Di Jl.Lebak Bulus V Pertanyaan : Apa cita-cita kamu? Jawaban : Jadi pemain bola Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI? Jawaban : Udah lama lupa kak Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI? Jawaban : Gak ngapa-ngapain kak Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI? Jawaban : Tajwid, Fiqih, Aqidah, praktek Shalat, Gambar, Calistung. Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang diberikan? Jawaban : Dijelasin langsung sama gurunya. Abis itu baca iqro satu-satu. Terus kalau dapet hukuman gag ngerjain PR kalau anak cowok suruh buka baju kadang-kadang bersihin WC. Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi? Jawaban : Nulis yang di tulis di papan tulis sama gurunya. Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami? Jawaban : Nanya sama kak Ratna kak. Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI? Jawaban : Enak, seneng banyak temenya kak. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di MAI? Jawaban : Baik kak. Kak Ratna kalau jelasin materinya jelas. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI? Jawaban : MAI bagus kak. Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI? Jawaban : Jadi bisa nulis, baca Iqro, jadi bisa Shalat kak, ngajinya Iqro 5. Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI? Jawaban : Jadi paham agama kak sama pinter. Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI? Jawaban : Jadi anak pinter dan sholeh. TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. Nama Lengkap b. Umur c. Jabatan di YMAI : SELVIANA FADILAH : 9 Tahun : Anak Binaan Waktu & Tempat Wawancara “15.14 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang? Jawaban : Jl.Lebak Bulus 2 Pertanyaan : Apa cita-cita kamu? Jawaban : Jadi dokter. Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI? Jawaban : 2013 Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI? Jawaban : Ngaji di tempat lain. Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI? Jawaban : Fiqih, Iqro, Praktek Shalat, Gambar Mewarnai. Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang diberikan? Jawaban : Di terangin sama di tulis di papan tulis. Baca Iqro mah maju. Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi? Jawaban : Menulis yang di tulis Ka Ratna. Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami? Jawaban : Tunjuk tangan. Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI? Jawaban : Senang banyak temenya. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di MAI? Jawaban : Ka Ratna tegas kalau ada yang salah dapet hukuman, kalau yang laki-laki buka baju terus kalau yang perempuan berdiri di depan kaki satu sambil pegang kuping, kalu berisik dimarahin. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI? Jawaban : Bagus soalnya jadi tempat ngaji. Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI? Jawaban : Jadi pinter. Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI? Jawaban : Bisa baca Iqro. Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI? Jawaban : Cita-citanya tercapai. TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. Nama Lengkap b. Umur c. Jabatan di YMAI : RIO SAPUTRA : 6 Tahun : Anak Binaan Waktu & Tempat Wawancara “15.49 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang? Jawaban : Lebak Bulus V Pertanyaan : Apa cita-cita kamu? Jawaban : Pilot Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI? Jawaban : 2013 Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI? Jawaban : Main sama teman-teman kadang-kadang membantu orang tua. Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI? Jawaban : Doa sehari hari, Iqro, Sholat. Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang diberikan? Jawaban : Maju satu-satu gentian kalo baca Iqro. Trus di jelasin sambil di praktekin kayak Sholat. Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi? : Nulis dan Ngaji Iqro. Jawaban Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami? Jawaban : Nanya ka Ade. Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI? Jawaban : Senang banyak teman. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di MAI? Jawaban : Mereka baik. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI? Jawaban : Bagus anak-anaknya jadi bisa ngaji. Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI? Jawaban : Bisa mengaji Jadi bisa sholat. Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI? Jawaban : Jadi semangat. Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI? Jawaban : Cita-cita terkabul. TRANSKIP WAWANCARA YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI Profil Narasumber a. Nama Lengkap b. Umur c. Jabatan di YMAI : BELLA SAFIRA : 7 Tahun : Anak Binaan Waktu & Tempat Wawancara “15.56 – 7 Januari 2014 – Lt.2 Yayasan Media Amal Islami” PERTANYAAN Pertanyaan : Dimana tempat tinggal kamu sekarang? Jawaban : Di Lapak Pertanyaan : Apa cita-cita kamu? Jawaban : Dokter Pertanyaan : Sejak kapan kamu belajar di MAI? Jawaban : Udah lama. Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan sebelum belajar di MAI? Jawaban : Bantuin orangtua sama main Pertanyaan : Apa saja yang kamu pelajari di MAI? Jawaban : Belajar ngaji sama praktek Sholat Pertanyaan : Bagaimana cara pembimbing kamu menjelaskan materi yang diberikan? Jawaban : Kalo Iqro maju satu-satu. Kalo Fiqih di jelasin. ka Ade jelas aku paham. Kalau buat kesalahan di catet di buku trus di kasi tahu orangtua. Pertanyaan : Apa yang kamu lakukan setelah pembimbing menjelaskan materi? Jawaban : Nyatet. Pertanyaan : Bagaimana cara kamu mengatasi materi yang belum kamu pahami? Jawaban : Tanya teman. Pertanyaan : Bagaimana perasaan kamu belajar di MAI? Jawaban : Senang. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang pembimbing-pembimbing di MAI? Jawaban : Baik-baik. Pertanyaan : Bagaimana pendapat kamu tentang MAI? Jawaban : Bagus Pertanyaan : Menurut kamu apa saja manfaat kamu belajar di MAI? Jawaban : Jadi tahu agama. Pertanyaan : Apa perbedaan yang kamu rasakan setelah kamu belajar di MAI? Jawaban : Jadi bisa baca Iqro Pertanyaan : Apa harapan kamu setelah selesai belajar di MAI? Jawaban : Bisa jadi anak sholehah LAMPIRAN Bukti Foto-foto Penelitian Foto Suasana Kelas TPA Ula Ketika Melakukan Proses Pembinaan Foto Suasana Kelas TPA Wustho Ketika Melakukan Proses Pembinaan Foto Suasana Kelas TPA Aliy Ketika Melakukan Proses Pembinaan Foto Peneleiti Wawancara dengan Para Pembimbing Dengan Aderatna – TPA Ula Dengan Rantna - TPA Wustho Dengan Ibu Ema – TPA Aliy Foto Pemukiman Warga Foto Kegiatan Tarhib Ramadhan