PERBEDAAN STATUS KEBUGARAN KOMPOSISI TUBUH BERDASARKAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK, STATUS MEROKOK DAN ASUPAN GIZI PADA PENGEMUDI TAKSI EXPRESS GROUP TAHUN 2014 Faizal Firdaus, HE Kusdinar Achmad Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan status kebugaran komposisi tubuh berdasarkan status gizi, aktivitas fisik, status merokok dan asupan gizi pada pengemudi taksi Express Group Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada 96 responden. Indikator kebugaran yang digunakan adalah persen lemak tubuh sebagai representasi kebugaran komposisi tubuh (bugar dengan PLT: 6 – 10%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 72,9% responden memiliki tubuh yang tidak bugar. Variabel-variabel yang berhubungan dengan status kebugaran antara lain: status gizi dengan (pvalue 0,001), status merokok (0,014), asupan energi (0,004), protein (0,004), lemak (0,015), karbohidrat (0,008), zat besi (0,037), seng (0,001), vitamin B1 (0,020), vitamin B2 (0,037), vitamin B5 (0,013), dan vitamin B6 (0,028). Kata kunci: kebugaran komposisi tubuh, persen lemak tubuh, status gizi, status merokok, asupan gizi. Body Composition Fitness Status Difference Based on Nutritional Status, Physical Activity, Smoking Status and Nutritional Intake in Express Group Taxi Driver 2014 ABSTRACT This study aims to determine body composition fitness status difference based on nutritional status, physical activity, smoking status and nutritional intake of Express Group Taxi Driver 2014. This research uses crosssectional study design on 96 respondents. Fitness indicator which is used in this study is body fat percent as to represent body composition fitness (fit status: 6 – 10% of BFP). The result shows 72,9% of the respondents are unfit. Variables which are significantly related to fitness status are: nutritional status (pvalue 0,001), smoking status, (0,014), energy intake, (0,004), protein intake (0,004), fat intake (0,015), carbohydrate intake (0,008), iron intake (0,037), zinc intake (0,001), vitamin B1 intake (0,020), vitamin B2 intake (0,037), vitamin B5 intake (0,013), and vitamin B6 intake (0,028). Keywords: body composition fitness, body fat percent, nutritional status, smoking status, and nutritional intake 1 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 Pendahuluan Kebugaran secara umum berperan dalam menurunkan resiko kejadian penyakit kardiovaskuler (Young, et al, 2005, Wennlof, 2007, Lee, 2010). Kebugaran yang sedang hingga tinggi dapat mengurangi resiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. (Gulati, et al, 2005, Kokkinos, et al, 2008). Komposisi tubuh yang tidak bugar juga masih menjadi masalah di beberapa negara.. Penelitian dari 100 orang yang berasal dari Asia Selatan menunjukkan bahwa 24% orang memiliki kebugaran yang rendah (Ghouri, et al, 2013). Penelitian National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) di Amerika Serikat pada tahun 1999 – 2004 menunjukkan bahwa 33% responden berusia 20 – 49 tahun tidak memiliki kebugaran yang baik (Wang, et al, 2009) Kebugaran komposisi tubuh dapat dipegaruhi oleh beberapa faktor. Status gizi berpengaruh pada kebugaran (Fleg, et al, 2005). Penelitian kohort di Aerobic Center Longitudinal Study, Texas menunjukkan bahwa mempertahankan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang normal berhubungan dengan kebugaran komposisi tubuh yang baik hingga usia tua. (Jackson, et al, 2009) Faktor yang mempengaruhi kebugaran lainnya adalah aktivitas fisik (Lee, et al, 2010). Penelitian cross sectional pada remaja kembar di Finlandia menunjukkan bahwa partisipasi remaja dalam olahraga berhubungan dengan kebugaran komposisi tubuh yang baik (Mustelin, et al, 2011) Status merokok juga berperan dalam kebugaran komposisi tubuh. Penelitian Health Professional Follow-Up Study (HPFS) di Amerika dengan menggunakan data tahun 1993-1995 juga menjelaskan bahwa status merokok memiliki hubungan dengan persen lemak tubuh (NF Chu, et al., 2001). Asupan gizi juga mempengaruhi kebugaran (Fleg, et al, 2005). Penelitian kohort dari tahun 1987 hingga 1993 pada responden ACLS menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara asupan karbohidrat dengan kebugaran (Brodney, et al, 2001). Asupan lemak berlebih dalam jangka panjang dapat mempengaruhi persen lemak tubuh pada studi kohort European Youth Study (Steele, et al, 2008). Sementara itu, penelitian cross sectional pada masyarakat dewasa menunjukkan bahwa protein juga memiliki pengaruh positif terhadap kebugaran (Butterworth, 1994). Asupan zat gizi mikro juga mempengaruhi kebugaran. Penelitian cross sectional menunjukkan bahwa vitamin B kompleks mempengaruhi kapasitas kebugaran (Vaz, et al, 2011). Penelitian cross sectional pada laki-laki dewasa di Jepang menunjukkan bahwa zat besi 2 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 dan seng memiliki hubungan bermakna dengan status kebugaran komposisi tubuh yang baik (Cao, et al, 2012) Berdasarkan penelitian di atas, dapat diketahui bahwa status kebugaran komposisi tubuh kaum dewasa, khususnya pegawai di Indonesia masih rendah. Survei pendahuluan menunjukkan bahwa 87,5 % pengemudi taksi Express group memiliki status yang tidak bugar. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kebugaran di pegawai PT Wijaya Karya masih rendah yaitu sebesar 22% (Fauziyana, 2012) dan 37,5% pada Polisi laki-laki Satlantas Polres Kota Depok (Warsita, 2012), Hal ini juga didorong oleh pentingnya pengetahuan mengenai komposisi tubuh bagi para pekerja dewasa, khususnya pengemudi taksi yang memiliki aktivitas terbatas. Pengemudi taksi memegang peranan penting dalam transportasi taksi sehingga resiko kejadian penyakit kardiovaskuler perlu diketahui untuk mencegah terjadinya kematian mendadak yang dapat membahayakan jiwa supir taksi, penumpang, dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu peneliti berminat untuk melakukan penelitian mengenai kebugaran pada pengemudi taxi Express Group. Tinjauan Teoretis Kebugaran adalah seperangkat hal yang dimiliki atau dicapai oleh manusia yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas fisik (Nieman, 2011). Kebugaran dibagi menjadi dua yaitu kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan (health-related fitness) dan kebugaran yang berkaitan dengan keterampilan (skill-related fitness) (Hoeger dan Hoeger, 2011) Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan meliputi ketahanan kardiovaskular, komposisi tubuh, kekuatan otot, ketahanan otot, dan kelentukan (Corbin, et al, 2008, Nieman, 2011, Hoeger dan Hoeger, 2011). Komposisi tubuh adalah persentase relatif dari otot, lemak, tulang, dan jaringan tubuh lainnya yang menyusun tubuh. Orang yang bugar memiliki persentase lemak tubuh yang relatif rendah. (Corbin, et al, 2008) Komposisi tubuh juga dikategorikan sebagai rasio massa lemak terhadap massa bebas lemak (Anspaugh, et al., 1997). Komponen lemak yang menyusun tubuh biasanya diartikan sebagai persen lemak tubuh (percent body fat) sedangkan komponen non lemak tubuh biasanya disebut sebagai massa bebas lemak (lean body mass) (Hoeger dan Hoeger, 2011) 3 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 Berikut merupakan klasifikasi kebugaran seseorang berdasarkan persen lemak tubuhnya. Tabel 2.2 Status Kebugaran Berdasarkan Persen Lemak Tubuh Status Kebugaran Nilai Persen Lemak Tubuh Tidak Bugar < 6% Batas Bugar Bawah 6 – 10 % Bugar 10 – 20 % Batas Bugar atas 20 – 24 % Tidak Bugar >24% (Corbin, et al., 2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebugaran Komposisi Tubuh Genetik Faktor genetik mempengaruhi struktur anatomi organ tubuh yang akhirnya berpengaruh pada struktur fisiologisnya. Misalnya, faktor genetik mempengaruhi dari struktur jantung, ketebalan dinding pembuluh darah hingga jumlah sel darah merah yang akhirnya berpengaruh pada kemampuan darah untuk mengangkut oksigen atau ketahanan kardiorespirasi. (Corbin, et al, 2008) Jenis Kelamin Kebugaran juga dipengaruhi oleh jenis kelamin melalui bentuk dan komposisi tubuh yang dikenal sebagai sexual dismorphism. Laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada perempuan. Pada sekitar usia 20 tahun, perbandingan laki-laki dan perempuan antara lain: 1,08:1 untuk tinggi badan, 1,25:1 untuk berat badan, dan 1,45:1 untuk massa bebas lemak (Abernethy, et al, 2013). Usia Usia mempengaruhi kebugaran melalui pembentukan sistem muskuloskeletal yang berperan dalam kebugaran. Seiring dengan pertambahan usia, otot juga mengalami perkembangan dan penambahan sel-sel otot yang disebut dengan hipertrofi (Abernethy, et al, 2013). Asupan Zat Gizi Makro Asupan energi berperan dalam pembentukan komposisi tubuh seperti persen lemak tubuh dan massa otot (Kenney, et al., 2011). Karbohidrat sederhana merupakan sumber energi cepat 4 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 untuk mendukung aktivitas tubuh yang mendadak sedangkan karbohidrat kompleks merupakan sumber energi yang lebih tahan lama karena dapat disimpan dalam bentuk glikogen dan perlu proses dalam pemecehannya sebagai sumber energi (Corbin, et al, 2008). Asupan lemak berlebih juga dapat mengganggu kebugaran komposisi tubuh yang ideal karena tubuh memiliki titik-titik tertentu untuk penyimpanan lemak. titik-titik penyimpanan lemak tersebut dapat menghambat perkembangan jaringan bebas lemak lainnya (Kenney, et al., 2011) Defisiensi protein menyebabkan perkembangan massa otot yang terganggu sehingga komposisi tubuh tidak ideal. Selain itu, kekurangan energi dapat menyebabkan penggunaan protein sebagai sumber energi sehingga perkembangan massa otot dapat terhambat (Kenney, et al., 2011). Asupan Zat Gizi Mikro Vitamin B1 (tiamin) diperlukan dalam konversi asam piruvat menjadi asetil koenzim A. Vitamin B2 (riboflavin) berubah menjadi flavin adenine dinukleotida (FAD) yang berperan sebagai akseptor hydrogen saat oksidasi. Vitamin B3 (niasin) merupakan komponen nikotinamid adenine dinukleotida fosfat (NADP), sebuah koenzim dalam proses glikolisis. Sementara itu, vitamin B12 berperan dalam metabolism asam amino dan juga pembentukan sel darah merah (Kenney, et al, 2011). Dengan kata lain, vitamin B kompleks berperan dalam proses perubahan energi dari makanan hingga bahan bakar yang digunakan tubuh untuk beraktivitas sehingga berpengaruh pada status kebugaran seseorang (Corbin, et al, 2008). Zat besi dalam bentuk serum ferritin dapat mempengaruhi resistensi insulin yang berdampak pada pemecahan lemak yang berkurang sebagai dampak dari stress oksidatif. Namun, zat besi dalam jumlah sesuai kebutuhan dapat membantu pemecahan lemak secara efektif dan meningkatkan kebugaran komposisi tubuh (Tussing-Humphreys, et al., 2011). Status Gizi Status gizi berpengaruh kepada kebugaran. Kelebihan status gizi yang diindikasikan dalam kelebihan berat badan dapat memperlambat pergerakan seseorang yang akhirnya memperkecil kapasitas aktivitas tubuhnya dan berpengaruh pada status kebugaran seseorang (Hoeger dan Hoeger, 2011). Aktivitas Fisik Aktivitas fisik juga berpengaruh pada kebugaran. Aktivitas fisik akan membiasakan jaringan hingga sistem organ seseorang untuk merespon pada kegiatan-kegiatan tertentu. Menurut penelitian, orang-orang tua yang pada masa mudanya merupakan orang yang aktif, memiliki 5 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 status kebugaran yang lebih baik dibandingkan dengan orang tua yang pada masa mudanya memiliki aktivitas fisik yang rendah (Corbin, et al, 2008). Status Kesehatan Kesehatan berpengaruh pada kebugaran. Status kesehatan yang baik mendukung kinerja sistem organ yang optimal sehingga tubuh dapat memiliki kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik secara maksimal yang akhirnya mendukung status kebugaran (Corbin, et al., 2008). Orang yang sedang sakit memiliki kemampuan pergerakan biofisik yang lebih rendah daripada orang yang sehat (Abernethy, et al., 2013) Status Merokok Nikotin dapat menyebabkan akumulasi penggumpalan lemak pada seseorang. Kebiasaan merokok juga biasanya diikuti oleh gaya hidup kurang baik lainnya seperti kurangnya olahraga, kurangnya asupan vitamin dan mineral, serta meningkatnya asupan makanan tinggi kalori yang dapat menyebabkan kebugaran komposisi tubuh yang tidak baik (Claire, et al., 2011) Disabilitas Disabilitas seperti berkurang atau hilangnya beberapa fungsi organ tubuh juga dapat berpengaruh pada status kebugaran yang lebih rendah dan resiko meningkatnya terkena penyakit. Misalnya, kehilangan kaki tentu akan membatasi aktivitas fisik yang dapat dilakukan sehingga berdampak pada latihan olahraga yang dapat dilakukan pula sehingga berdampak pada kapasitas kebugaran tertentu (Corbin, et al., 2008) Metode Penelitian Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data primer. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebugaran komposisi tubuh dan variabel independennya terdiri dari status gizi, aktivitas fisik, status merokok, dan asupan gizi. Penelitian ini dilakukan pada 96 responden yang merupakan supir taksi dari Express Group di Pool Taksi Cilangkap, Jakarta Timur pada bulan Maret hingga April 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Data kebugaran diperoleh dengan cara pengukuran persen lemak tubuh melalui timbangan tanita. Status gizi diukur dengan menggunakan timbangan berat badan dan microtoise, aktivitas fisik diukur dengan menggunakan kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), status merokok diukur dengan kuesioner Fagerstrom test, dan asupan zat gizi diukur dengan menggunakan kuesioner food recall 1x24 jam. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat pada seluruh variabel dan analisis 6 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 bivariat yang menggunakan uji chi square untuk mencari perbedaan proporsi variabel kategorik serta uji t-independen untuk mencari perbedaan rata-rata skor variabel numerik. Uji ini menggunakan batas kemaknaan (α=0,05) yang berarti apabila pvalue <0,05 berarti terdapat perbedaan yang bermakna baik dari uji chi square maupun uji t-independen dan apabila pvalue ≥0,05 maka tidak terdapat perbedaan bermakna. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada 100 responden yang merupakan supir Taksi Express Group di Pool Cilangkap selama Maret hingga April 2014. Selama proses pengambilan data, 4 orang mengalami drop out karena menolak melengkapi kuesioner food recall dan tidak mengikuti prosedur pengambilan data sehingga total responden dengan data yang dapat dianalisis berjumlah 96 orang. Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Data Numerik pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap Tahun 2014 (n=96) Variabel Rata-Rata ± SD Minimum – Maksimum Usia (tahun) Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Energi (kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram) Zat Besi (mg) Seng (mg) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Vitamin B3 (mg) Vitamin B5 (mg) Vitamin B6 (mg) Vitamin B9 (mcg) Vitamin B12 (mcg) 42,01 ± 9,33 69,66 ± 11,40 163,89 ± 5,64 2818,40 ± 4,17 61,44 ± 1,96 55,98 ± 2,58 338,89 ± 5,98 7,83 ± 3,28 6,56 ± 2,04 0,52 ± 0,20 0,8 ± 0,36 10,9 ± 5,9 4,46 ± 1,2 1,01 ± 0,41 142,6 ± 83,9 2,99 ± 4,6 22– 67 46,8 – 104,1 150,5– 178,5 1209,6 – 3.057,4 12,2 – 123,7 7,9 – 132,6 127,8 – 414,7 2,15 – 18,6 1,4 – 13,9 0,2 – 1,3 0,2 – 2,5 2,0 – 47,6 2,0 – 9,2 0,34 – 2,9 4,2 – 527,2 0 – 34,72 Tabel 2. Hasil Analisis Univariat Data Kategorik pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap Tahun 2014 (n=96) Variabel Kebugaran: Jumlah n (%) Bugar Tidak Bugar Gizi Baik Gizi Lebih Aktivitas Fisik : Ringan Sedang-berat Status Merokok: Merokok Status Gizi: 26 27,1 70 36 60 38 58 71 72,9 37,5 62,5 39,6 60,4 74 7 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 Tidak Merokok 25 26 Tabel 3. Distribusi Status Kebugaran menurut variabel kategorik pada Supir Taksi Express Group Pool Cipayung Tahun 2014 (n=96) Kebugaran Variabel Status Gizi Aktivitas fisik Status merokok Gizi Lebih Gizi Baik Rendah Sedang-berat Merokok Tidak merokok Tidak Bugar n (%) 58 (96,7%) 18 (50%) 31 (81.6%) 45 (77.6%) 61 (85,9%) 15 (60%) Bugar n (%) 2 (3,3%) 18 (50%) 7 (18.4%) 13 (22.4%) 10 (14,1%) 10 (40%) pvalue 0,001 0,798 0,014 Tabel 4. Distribusi rata-rata skor variabel numerik berdasarkan status kebugaran pada Supir Taksi Express Group Pool Cipayung Tahun 2014 (n=96) Variabel Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Zat besi (mg) Seng (mg) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Vitamin B3 (mg) Vitamin B5 (mg) Vitamin B6 (mg) Vitamin B9 (mcg) Vitamin B12 (mcg) Kebugaran (n=96) Tidak bugar (n=76) Bugar (n=20) 2843 ± 330,8 1756± 417,4 58,62± 18,66 72,54± 19,34 63,32± 18,62 54,05±27,11 370±63,99 230±56,28 7,48±3,21 9,2±3,27 6,21±1,79 7,86±2,46 0,49±0,17 0,64±0,26 0,76±0,31 0,95±0,51 10,63±6,13 12,21±4,48 4,31±1,01 5,06±1,69 0,97±0,4 1,19±0,4 136,91±72,24 164,44±118,19 2,54±3,49 4,68±7,33 pvalue 0,004 0,004 0,015 0,008 0,037 0,001 0,020 0,037 0,288 0,013 0,028 0,331 0,065 Pembahasan Status Gizi Menurut hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna antara proporsi status kebugaran menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap pada tahun 2014. Secara teori, Nilai IMT yang tinggi terjadi karena ketidakseimbangan asupan Universitas Indonesia 8 Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 makanan dan pengeluaran energi sehingga terjadi distribusi persen lemak tubuh yang tidak merata (Corbin, et al., 2008). Pada nilai IMT yang ideal, hubungan nilai IMT dengan persen lemak tubuh tidak terlalu jelas karena peningkatan nilai IMT tidak dapat membedakan peningkatan jaringan lemak maupun jaringan otot. Namun, pada nilai IMT berlebih, peningkatan nilai IMT hampir disebabkan sebagian besar oleh peningkatan jaringan lemak tubuh (Nieman, et al., 2009). Aktivitas Fisik Menurut hasil penelitian, tidak terdapat perbedaan bermakna antara proporsi status kebugaran menurut aktivitas fisik pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap pada tahun 2014. Secara teori, aktivitas fisik dibagi menjadi dua dalam mempengaruhi kebugaran berdasarkan komposisi tubuh (Hill dan Wyatt, 2005). Aktivitas fisik jangka pendek merupakan aktivitas yang tidak dilakukan dengan konsisten dan intensitas yang rendah serta memiliki peran yang kurang signifikan dalam penentuan kebugaran komposisi tubuh, sedangkan aktivitas fisik jangka panjang merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara konsisten dengan intensitas yang cukup hingga berat sehingga dapat mempengaruhi persen lemak tubuh (Corbin, et al., 2008). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada skripsi ini, karena hasil menunjukkan ratarata aktivitas fisik yang sedang (1492 MET) berdasarkan nilai GPAQ pada responden yang dilakukan secara cross sectional serta macam aktivitas fisik yang dilakukan oleh para responden juga tidak terlalu rutin karena terbatas oleh kesibukan shift mengemudi. Status Merokok Menurut hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna antara proporsi status kebugaran menurut status merokok pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap pada tahun 2014. Secara teori, rokok mengandung nikotin yang dapat berpengaruh pada kebugaran komposisi tubuh. Nikotin dapat menyebabkan akumulasi penggumpalan lemak pada seseorang. Kebiasaan merokok juga biasanya diikuti oleh gaya hidup kurang baik lainnya seperti kurangnya olahraga, kurangnya asupan vitamin dan mineral, serta meningkatnya asupan makanan tinggi kalori yang dapat menyebabkan kebugaran komposisi tubuh yang tidak baik (Claire, et al., 2011) Asupan Energi Menurut hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna status kebugaran berdasarkan distribusi asupan energi pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap pada tahun 2014. 9 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 Secara teori, asupan energi berperan dalam pengelolaan aktivitas tubuh. Ketidakseimbangan asupan energi dengan kebutuhan energi dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh menjadi tidak ideal. Begitu juga dengan kekurangan asupan energi yang menyebabkan berkurangnya fungsi fisiologis tubuh secara optimal (Corbin, et al., 2008). Asupan energi berperan dalam pembentukan komposisi tubuh seperti persen lemak tubuh dan massa otot. Kelebihan asupan energi dapat menyebabkan terjadinya penumpukan massa lemak di tubuh sedangkan kekurangan energi dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan jaringan massa otot dan menyebabkan kebugaran komposisi tubuh menjadi tidak optimal. (Kenney, et al., 2011) Asupan Protein Menurut hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna status kebugaran berdasarkan distribusi asupan protein pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap pada tahun 2014. Secara teori, protein berperan pada pembentukan komposisi tubuh yang ideal. Protein digunakan untuk pertumbuhan jaringan termasuk massa otot. Defisiensi protein menyebabkan perkembangan massa otot yang terganggu sehingga komposisi tubuh tidak ideal. Selain itu, kekurangan energi dapat menyebabkan penggunaan protein sebagai sumber energi sehingga perkembangan massa otot dapat terhambat (Kenney, et al., 2011). Asupan Lemak Menurut hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna status kebugaran berdasarkan distribusi asupan lemak pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap pada tahun 2014. Secara teori, asupan lemak berpengaruh pada komposisi tubuh manusia. Secara umum, komposisi tubuh dibagi menjadi dua yaitu jaringan lemak dan jaringan bebas lemak. Asupan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan persen lemak tubuh melalui penumpukan lemak dan peningkatan jaringan lemak. Asupan lemak juga terbagi menjadi lemak esensial dan lemak yang non esensial. Lemak esensial berguna bagi tubuh untuk pembentukan hormon, pembawa vitamin larut lemak, hingga tugas lainnya. Sedangkan asupan lemak non esensial yang berlebih dapat meningkatkan jaringan lemak dalam tubuh (Corbin, et al, 2008) Asupan Karbohidrat Menurut hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna status kebugaran berdasarkan distribusi asupan lemak pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap pada tahun 2014. Secara teori, karbohidrat merupakan sumber energi utama. Asupan karbohirat yang cukup dapat membantu perkembangan jaringan otot dan membentuk komposisi tubuh yang baik. 10 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 Namun, kelebihan asupan karbohidrat juga berdampak ada penumpukan glikogen di dalam tubuh dan berperan pada peningkatan massa lemak tubuh (Kenney, et al., 2011). Asupan Zat Besi Menurut hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna status kebugaran berdasarkan distribusi asupan zat besi pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap pada tahun 2014. Secara teori, asupan zat besi dalam otot dapat berperan dalam oksidasi asam lemak bebas yang dapat mempengaruhi penyimpanan glukosa dan jaringan lemak tubuh. Zat besi juga membantuk membentukan jaringan massa otot dengan protein (mioglobin) yang berperan dalam penggunaan energi dan pengurangan penumpukan persen lemak tubuh. Kandungan zat besi yang ada pada di beberapa bagian tubuh tertentu bergantung pada massa otot, sehingga pembakaran lemak di bagian tubuh tertentu juga akan berbeda satu sama lain (Gillum, 2001). Asupan Seng Menurut hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna status kebugaran berdasarkan distribusi asupan seng pada Supir Taksi Express Group Pool Cilangkap pada tahun 2014. Secara teori, seng berperan dalam metabolism energi. Seng berperan sebagai komponen enzim dan protein. Enzim digunakan untuk pemecahan energi maupun pembentukan energi sehingga kandungan seng berpengaruh pada penggunaan energi yang menyebabkan komposisi tubuh ideal atau tidak. Selain itu, komponen seng dan protein yang digunakan untuk perkembangan massa otot dapat membantu membentuk komposisi tubuh ideal (Corbin, et al., 2008). Seng dan glikoprotein membentuk zinc-α-glycoprotein (ZAG) yang berperan dalam pemecahan lemak atau lipolisis. ZAG yang disintesis dalam tubuh secara alami maupun yang diinduksi secara buatan diketahui dapat meningkatkan pemecahan lemak seperti dalam penelitian yang dilakukan pada pasien kanker di beberapa kota terpilih di Amerika Serikat pada tahun 2004 (Russel, et al., 2004). Asupan Vitamin B Kompleks Menurut hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna pada beberapa vitamin B. Vitamin B1, Vitamin B2, vitamin B5 dan vitamin B6 memiliki hubungan bermakna dengan status kebugaran. Sementara itu, vitamin B3, vitamin B9 dan vitamin B12 tidak memiliki hubungan bermakna dengan status kebugaran. Beberapa vitamin B kompleks terbukti memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik karena vitamin B tersebut memiliki pengaruh terhadap komposisi tubuh secara teori. Misalnya, vitamin B1 atau tiamin yang berfungsi sebagai koenzim metabolism karbohidrat dan asam amino, vitamin B2 atau riboflavin yang berfungsi sebagai koenzim reaksi metabolik, vitamin B5 atau asam pantotenat yang berfungsi 11 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 sebagai koenzim reaksi pembakaran lemak, dan vitamin B6 atau piridoksin yang merupakan koenzim yang berperan dalam pemecahan lemak (lipolisis), (Kenney, et al., 2011). Penelitian pada mahasiswa dewasa di Universitas Madrid, Spanyol pada tahun 2008 menjelaskan bahwa asupan vitamin B6 mampu membantu tubuh menjaga massa bebas lemak sehingga komposisi tubuh cenderung ideal (Rodriguez-Rodriguez, et al., 2008). Sementara itu, vitamin B3 atau niasin secara teori berperan dalam kebugaran komposisi tubuh karena vitamin B3 merupakan koenzim reaksi metabolik (Corbin, et al., 2008). Namun, pada penelitian skripsi ini, tidak terdapat perbedaan rata-rata skor yang bermakna antara asupan vitamin B3 pada responden yang bugar dan tidak bugar secara statistik. Hal ini disebabkan oleh asupan vitamin B3 atau niasin yang sama-sama kurang baik pada responden yang bugar maupun yang tidak bugar sehingga tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Selain itu, vitamin B9 atau asam folat dan vitamin B12 atau kobalamin yang tidak memiliki perbedaan bermakna secara statistik juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebugaran komposisi tubuh secara teori. Asam folat berperan sebagai metabolisme asam amino sedangkan kobalamin berperan dalam metabolisme asam nukleat yang jumlahnya sama-sama kecil dalam membentuk komposisi tubuh (Corbin, et al., 2008). Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan kepada Supir Taksi Express Pool Cilangkap Tahun 2014, maka dapat disimpulkan bahwa Supir Taksi Express Pool Cilangkap Tahun 2014 yang memiliki status kebugaran berdasarkan komposisi tubuh yang tidak baik ada sebanyak 72,9%, kemudian Supir Taksi Express Pool Cilangkap Tahun 2014 yang memiliki status gizi lebih ada sebanyak 62,5%. Lalu, responden dengan aktivitas fisik ringan ada sebanyak 39,6% dan aktivitas fisik sedang hingga berat ada sebanyak 60,4% serta status merokok responden adalah 74% merokok. Dari beberapa variabel yang diujikan, terdapat beberapa variabel yang memiliki perbedaan proporsi secara bermakna antara lain IMT, status merokok, asupan zat gizi makro (energi, protein, karbohidrat, dan lemak) serta asupan zat gizi mikro (zat besi, seng, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B5 dan vitamin B6). Saran Setelah melakukan penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian antara lain: Untuk Supir Taksi 12 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 Mengurangi atau mengontrol asupan makanan tinggi energi, karbohidrat dan lemak seperti gorengan, makanan bersantan, berminyak dan mengimbanginya dengan makanan sumber vitamin (vitamin B1, B2, B3, B5, dan B6) serta mineral (seng dan zat besi) untuk kebugaran komposisi tubuh yang lebih baik Melakukan aktivitas fisik berupa olahraga secara rutin untuk mengimbangi asupan makanan dan kegiatan kerja. Untuk Express Group Mengadakan sistem penyelenggaraan makanan di pool taksi sesuai dengan kebutuhan gizi para supir melalui kerjasama dengan penyedia jasa makanan di sekitar pool taksi sesuai dengan kesepakatan dan daya beli supir taksi. Mengadakan kegiatan olahraga rutin di pool taksi dengan jadwal yang disepakati oleh supir taksi Untuk peneliti lainnya Membangun komunikasi yang baik dengan pihak Express Group, pengelola pool taksi, dan supir taksi untuk pengambilan data pada penelitian yang melibatkan supir taksi. Melakukan penelitian kebugaran komposisi tubuh dari indikator lainnya, misalnya dari total body water, massa otot, dan massa tulang. Daftar Pustaka Abernethy, Bruce, et al., Biophysical Foundations of Human Movement 3rd Edition. Illinois: Human Kinetics, 2013 Akbartabartoori M., et al., “Relationship Between Cigarette Smoking, Body Size And Body Shape” International Journal of Obesity 29 (2005): 236-243 American College of Sport Medicine. ACSM’s Guidelines for Exercise Testing and Prescription 8th edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Walkins, 2009. Adhi, Dwi Hantoro. 2012. Asupan Zat Gizi Makro, Serat, Indeks Glikemik Pangan Hubungannya dengan Persen Lemak Tubuh pada Polisi Laki-Laki Kabupaten Purworejo Tahun 2012. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Ardania, Adinda. 2010. Hubungan Pola Diet Vegetarian dan Faktor-faktor Lain yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Kelompok Dewasa Muda di Pusdiklat Maitreyawira Jakarta Barat Tahun 2010. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Astrup, A. “Carbohydrates as macronutrients in relation to protein and fat for body weight control” International Journal of Obesity 30 (2006): S4-S9 Audrain-McGover, J. dan NL Benowitz, “Cigarette Smoking, Nicotine, and Body Weight” American Society for Clinical Pharmacology and Therapeutics 90 (2011): 164-168 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2013. Baer, David J., et al., “Whey Protein But Not Soy Protein Supplementation Alters Body Weight And Composition In Free-Living Overweight And Obese Adults” Journal of Nutrition 141 (2011): 14891494 Brodney, S, et al., “Nutrient Intake of Physically Fit and Unfit Men and Women” Medical Science Sports Exercise 33(2001)459-467 13 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 Butterworth, D.E, et al., “The Relationship Between Cardiorespiratory Fitness, Physical Activity, and Dietary Quality” International Journal of Sport Nutrition 4(1994)289-298 Brodney, S, et al., “Nutrient Intake of Physically Fit and Unfit Men and Women” Medical Science Sports Exercise 33(2001)459-467 Butterworth, D.E, et al., “The Relationship Between Cardiorespiratory Fitness, Physical Activity, and Dietary Quality” International Journal of Sport Nutrition 4(1994)289-298 Cao, Zhen-Bo, et al., “Association Between Dietary Intake of Micronutrients and Cardiorespiratory Fitness in Japanese Men” Journal of Nutrition Science 1(2012)1-6 Corbin, Charles B., et al., Concepts of Fitness and Wellness: A Comprehensive Lifestyle Approach 14th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, 2008. Clair, et al., “Dose-dependent positive association between cigarette smoking, abdominal obesity and body fat: cross-sectional data from a population-based survey” BMC Public Health 11 (2011): 1-10 Dobson, Roger. “Smoking May Increase Abdominal Obesity” British Medical Journal 331 (2005): 596 Ekelund, et al, “Increase in Physical Activity Energy Expenditure is Associated with Reduced Metabolic Risk Independent of Change in Fatness and Fitness” Diabetes Care 30(2007): 2101-2106 Fatmah dan Yati Ruhayati. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Penerbit Lubuk Agung, 2011. Fauziyana, Nanda. 2012. Hubungan Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Asupan Gizi dengan Tingkat Kebugaran Karyawati PT Wijaya Karya Tahun 2012. Depok: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Fleg, Jerome L., et al, “Accelerated Longitudinal Decline of Aerobic Capacity In Healthy Older Adults” Circulation 112 (2005) 674-682 Fogelholm, M., et al, “Waist circumference and BMI are independently associated with the variation of cardiorespiratry and neuromuscular fitness in young adult men” International Journal of Obesity 30 (2006): 962-969 Ghouri, N, et al., “Lower Cardiorespiratory Fitness Contributes to Increased Insulin Resistance and Fasting Glycaemia in Middle-Aged South Asian Compared with European Men Living In The UK ” Diabetologia 56(2013)2238-2249 Gibson, Rosalind S. Principles of Nutritional Assessments. New York, USA: Jones and Bartlett Publishers, 2005. Gillum, RF. “Association Of Serum Ferritin And Indices Of Body Fat Distribution And Obesity In Mexican American Men – The Third National Health And Nutrition Examination Survey ” International Journal of Obesity 25 (2001): 239-245 Gulati, M, et al, “The Prognostic Value of a Nomogram for Exercise Capacity in Women” English Journal of Medicine 353(2005): 468-475 Gong, FY, et al., “Zinc-Α-Glycoprotein Is Involved In Regulation Of Body Weight Throught Inhibition Of Lipogenic Enzymes In Adipose Tissue” International Journal of Obesity 33 (2009): 1023-1030 Hasalkar, Suma, et al, “Measures and Physical Fitness Level of The College Going Students” Anthropologist 7(2005): 185-187 Heroux, Marianne, et al., “Dietary Pattern and The Risk of Mortality: impact of Cardiorespiratory Fitness” International Journal of Epidemiology 39(2010)197-209 Hilgenkamp, Thessa I.M, et al., “Loe Physical Fitness Levels in Older Adults with ID: Result of The HA-ID Study” Research in Developmental Disabilities 33(2012)1048-1058 Hill, James O., dan Holly R. Wyatt, “Role Of Physical Activity In Preventing And Treating Obesity” Journal of Applied Physiology 99 (2005): 765-770 Hoeger, Werner W. K. dan Sharon A. Hoeger. Fitness and Wellness 9th Edition. Belmont: Wadsworth Cengage Learning, 2011. ____________________________________. Principles and Labs for Physical Fitness 7th Edition. Belmont: Wadsworth Cengage Learning, 2010 Jackson, Andrew S., et al, “Role of Lifestyle and Aging on The Longitudinal Change in Cardiorespiratory Fitness” Arch Intern Med 169 (2009) 1781-1787 Jakicic, M., et al., “Effect Of A Lifestyle Intervention On Change In Cardiorespiratory Fitness In Adults With Type 2 Diabetes: Results From The Look AHEAD Study” International Journal of Obesity 33 (2009): 305-309 Jorkesh, M., et al. “Comparison of Physical Fitness Level Among the Students of IAU, Shabestar Branch.” Annals of Biological Research 2(2011):460-467. Kementrian Pemuda dan Olahraga. 2010. Rencana Strategis Kementrian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010 – 2014. Kenney, W. Larry, Jack H. Wilmore dan David L. Costill. Physiology of Sport and Exercise 5th Edition. Illinois, Human Kinetics, 2011 Kokkinos, P, et al, “Exercise Capacity and Mortality in Black and White Men” Circulation 117(2008): 614-622 14 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 Komala, Ramadhana. 2013. Perbedaan Status Kebugaran Berdasarkan Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Asupan Gizi pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2013. Depok: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Kruger, J. Physical Activity Among Asians and Native Hawaiian or Other Pacific Islanders --- 50 States and The District of Colombia, 2001 – 2003 http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5333a2.htm Lee, Duck-Chul, et al., “Long Term Effects of Change in Cardiorespiratory Fitness and Body Mass Index on All Caus and Cardiovascular Disease Mortality in Men: The Aerobics Center Longitudinal Study” Circulation 124(2011)2483-2490 Lee, Duck-chul, et al. “Review: Mortality Trends In The General Population: The Importance of Cardiorespiratory Fitness” Journal of Psychopharmacology 24 (2010) 27-35 Lockwood, Christopher M., et al., “Minimal Nutrition Intervention With High-Protein/Low-Carbohydrate And Low-Fat, Nutrient Dense Food Supplements Improves Body Composition And Exercise Benefits In Overweight Adult: A Randomized Controlled Trial” BMC Central 5 (2008): 1-15 Luan, De Chun, et al., “Body Iron Stores and Dietary Iron Intake in Relation to Diabetes in Adults in North China” Diabetes Care 31(2008)285-286 Mutohir, Toho Cholik dan Ali Maksum. Sport Development Index: Konsep, Metodologi dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks, 2007 McConnell, Karen, Charles B. Corbin, and Darren Dale, Life Teacher Resources and Materials Fifth Edition, Illinois, Human Kinetics, 2005 Meeuwsen, S., G.W. Horgan., M. Elia., “The Relationship Between BMI And Percent Body Fat, Measured By Bioelectrical Impedance, In A Larga Adult Sample Is Curvilinear And Influenced By Age And Sex” Clinical Nutrition 29 (2010): 560-566 Mustelin, L., et al, “Association between Sports Participation, Cardiorespiratory Fitness and Adiposity In Young Adult Twins” Journal of Applied Physiology 110 (2011) 681-686 NF Chu, et al., “Dietary And Lifestyle Factors In Relation To Plasma Leptin Concentrations Among Normal Weight And Overweight Men” International Journal of Obesity 25 (2001): 106-114 Nieman, David C. Exercise Testing and Prescription, a Health Related Approach 7th edition. New York, USA: McGraw-Hill Companies, 2011. Noakes, Manny, et al., “Effect of an energy-restricted, high protein, low-fat diet relative to a conventional high carbohydrate” American Journal of Clinical Nutrition 81 (2005): 1298-1306 Nurwidyastuti, Dinda. Hubungan Konsumsi Zat Gizi, Status Gizi, dan Faktor-Faktor Lain dengan Status Kebugaran Mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Tahun 2012. Depok: Skripsi Program Sarjana FKM UI, 2012. Ochoa, Lesley Weeks, et al. Women’s Health and Wellness. Illionis, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 2002. Osei-Tutu, Kannin B. dan Phil D. Campagna, “The Effect Of Short- Vs Long-Bout Exercise On Mood, VO2 max And Percent Body Fat” Preventive Medicine 40 (2005) 92-98 Pieterse, S. et al., “The Association Between Nutritional Status and Handgrip Strength In Older Rwandan Refugees” European Journal of Clinical Nutrition 56(2002)933-939 Rachman, Ratu Tatya. 2013. Asupan Lemak Sebagai Faktor Dominan Obesitas Pada Polisi Satuan Samapta Bhayangkara Polresta Depok Tahun 2013. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Rodriguez-Rodriguez, E., et al., “Vitamin B6 Status Improves In Overweight/Obese Women Following A Hypocaloric Diet Rich In Breakfast Cereals, May Help In Maintaining Fat Free Mass” International Journal of Obesity 32 (2008): 1552-1558 Romero-Corral, A., et al, “Accuracy Of Body Mass Index In Diagnosing Obesity In The Adult General Population” International Journal of Obesity 32 (2008): 956-966 Roselly P., Nimas Ayu Arce. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Berdasarkan Persen Lemak Tubuh pada Pria (40-55 tahun) di Kantor Direktorat Jenderal Zeni TNI-AD Tahun 2008. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Russel, Stephen T., et al., “Induction Of Lipolysis In Vitro And Loss Of Body Fat In Vivo By Zinc-ΑGlycoprotein” Biochemica et Biophysica Acta 1639 (2004): 59-68 Sadeghipour, Hamid Reza, et al., “Relationship Between C-Reactive Protein and Physical Fitness, Physical Activity, Obesity and Selected Cardiovascular Risk Factors in Schoolchildren” International Journal of Preventive Medicine 1(2010)242-246 Saris, WHM dan GD Foster., “Simple Carbohydrates and Obesity: Fact, Fiction and Future” International Journal of Obesity 30 (2006): S1-S3 Senechal, Martin., et al, “Cardiorespiratory Fitness and Adiposity in Metabolically Healthy Overweight and Obese Youth” Pediatrics 132 (2013) 85-92 15 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014 Steele, Rebekah M., et al, “Physical Activity, Cardiorespiratory Fitness, and The Metabolic Syndrome in Youth” Journal of Applied Physiology 105 (2008) 342-351 Simopoulos, A.P. Nutrition and Fitness: Obesity, The Metabolic Syndrome, Cardiovascular Disease and Cancer, Basel, S. Karger AG, 2005 Vale, S., et.al. “The Relationship of Cadiorespiratory Fitness, Birth Weight, and Parental BMI on Adolescents Obesity Status.” European Journal of Clinical Nutrition 64(2010):622-627. Vaz, Mario, et al. “Micronutrient Supplementation Improves Physical Performance Measures in Asian Indian School-Age Children.” The Journal of Nutrition 2017-2023. Vinkes, Katherine J., et al., “Dietary Intake of Protein is Positively Associated with Percent Body Fat in MiddleAged and Older Adults” Journal of Nutrition 141 (2011): 441-446 Volaklis, Konstantinos A., et al., “Land Versus Water Exercise In Patiens With Coronary Artery Disease: Effects On Body Composition, Blood Lipids, And Physical Fitness” American Heart Journal 157 (2007) 560.e1-560.e6 Wang, Chia-Yih, et al, “Cardiorespiratory Fitness Levels Among US Adults 20 – 49 years of Age: Findings From the 1999-2004 National Health and Nutrition Examination Survey” American Journal of Epidemiology 171 (2009): 426-435 Wardlaw, Gordon M. Prespectives in Nutrition. New York: The McGraw-Hill Company, 1999. Warsita, Reza. 2012. Hubungan Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Asupan Gizi dengan Kebugaran pada Polisi Laki-Laki Satlantas di Polres Kota Depok Tahun 2012. Depok: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Wennlöf, A. H., et al. (2007). “Cardiorespiratory Fitness Relates More Strongly Than Physical Activity To Cardiovascular Disease Risk Factors In Healthy Children And Adolescent: The European Youth Heart Study.” European Journal of Cardiovascular Prevention and Rehabilitation 14(2007):575-581. Wijayanti, Kusuma. 2006. Model Prediksi VO2 Max dengan Persen Lemak Tubuh, RLPP, dan IMT: Data Pemeriksaan Kebugaran Jasmani PNS Depdiknas Tahun 2005. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Westerterp-Plantenga, MS., et al., “Habitual Meal Frequency And Energy Intake Regulation In Partially Temporally Isolated Men” International Journal of Obesity 26 (2002): 102-110 WHO. 2011. Global Status Report on Non Communicable Diseases 2010. Williams, Melvin H. Nutrition for Health, Fitness and Sport. New York, USA: McGraw-Hill Companies, 2002. Young, Deborah R., et al. “Physical Activity, Cardiorespiratory Fitness and Their Relationship to Cardiovascular Risk Factors in African American and Non-Americans with Above-Optimal Blood Pressure.” Journal of Community Health 30 (2005)/:107-124 16 Universitas Indonesia Perbedaan Status..., Faizal Firdaus, FKM UI, 2014