BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang menggalakkan pembangunan, termasuk di bidang industri. Pertumbuhan industri memiliki prospek untuk meningkatkan devisa negara dan mengurangi pengangguran di Indonesia. Isobutil akrilat merupakan bahan baku untuk pembuatan emulsi dan larutan polimer. Emulsi polimer dari akrilat digunakan sebagai coating, tekstil, kertas, bahan bantu pembuatan cat, pengkilap lantai, dan bahan – bahan perekat (adhesives). Hasil polimerisasi dari isobutil akrilat ini memiliki sifat fisis yang bervariasi tergantung kontrol rasio monomer yang digunakan. Pada umumnya sifat fisis dari hasil polimerisasi ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap bahan – bahan kimia dan juga terhadap lingkungan, sangat jernih, dan kuat. Senyawa poliester yang terbuat dari isobutil akrilat biasanya digunakan pada proses coating permukaan pada industri otomotif, pada lapisan film dan perekat yang peka terhadap sentuhan/tekanan, serta pada proses dispersi dan material – material untuk konstruksi (BASF, 2001b). Penggunaan lain dari isobutil akrilat yaitu: perantara untuk amino coating resins, sebagai reagent pada pengukuran fluorometric dan liquid chromatography, dan sebagai konsentrat untuk citrasa buah – buahan (NTP, 2001), meskipun pemakaiannya sebagai bahan citarasa tidak terlalu populer. Industri di atas tersebut cukup banyak di dunia, sehingga adanya industri isobutil akrilat sebagai bahan produk intermediet mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Industri ini dipersiapkan mampu bersaing di pasar bebas untuk memenuhi kebutuhan dunia dan diharapkan nantinya di Indonesia dibangun industri – industri yang memanfaatkan isobutil akrilat. 1 B. Tinjauan Pustaka Ada dua prinsip proses yang digunakan dalam pembentukan monometric acrylic esters: semicatalytic Reppe Process dan proses oksidasi propilen (Kirk and Othmer, 1992). Proses Reppe Proses Reppe didasarkan pada basis stoikiometri dari reaksi di bawah ini: Reaksi ini menggunakan nikel karbonil sebagai sumber dari karbon monoksida, berlangsung pada kondisi stabil. Suhu dan tekanan yang tinggi serta reaksi katalitis yang terjadi dengan menggunakan garam nikel bisa digambarkan pada persamaan reaksi berikut: Harga nikel karbonil ini sangat mahal dan nikel karbonil memiliki sifat sangat toxic sehingga penggunaannya memang harus dibatasi (Kirk and Othmer, 1992). Proses Oksidasi Propilen Pada proses oksidasi propilen yang konteksnya adalah proses yang lebih baru daripada proses Reppe, pertama acrolein akan terbentuk pada proses oksidasi katalitik dari uap propilen pada suhu tinggi. Lalu acrolein akan teroksidasi menjadi asam akrilat, berdasarkan persamaan reaksi di bawah ini: Katalis yang banyak digunakan yaitu senyawa molibdenum. Kemudian asam akrilat direaksikan dengan alkohol menjadi senyawa ester akrilat pada proses selanjutnya (esterifikasi) (Kirk and Othmer, 1992). Persamaan reaksi esterifikasi asam akrilat dan isobutanol adalah sebagai berikut: katalis Reaksi esterifikasi ini merupakan reaksi bolak – balik dan eksotermis. Reaksi esterifikasi asam akrilat menghasilkan butil akrilat berlangsung pada suhu 80 – 130oC, dan tekanan antara 100 – 760 mmHg (Erpenbach et al). Pada suhu di 2 atas 140 – 160oC, tekanan atmosferis, kemungkinan terjadi reaksi lanjut antar monomer isobutil akrilat menjadi poli-isobutil akrilat (BASF, 2001b). Proses oksidasi propilen yang dilanjutkan dengan esterifikasi asam akrilat lebih dipilih karena faktor ekonomis dan keamanannya (Kirk and Othmer, 1992). 3