kegawatdaruratan 2013

advertisement
KEGAWATDARURATAN
PADA ANAK
dr. Mustarim, Sp.A
Bag. Anak RSUD Raden Mattaher
Jambi
RESUSITASI BAYI & ANAK
Resusitasi Bayi
Upaya Mempertahankan Jalan
Napas dan Memberi Bantuan
Pernapasan
Komisi Resusitasi
UKK Pediatri Gawat Darurat
Ikatan Dokter Anak Indonesia
SAFE approach
Are you alright
Airway opening maneuvers
Look, listen feel
5 breaths
Check pulse
Start CPR
Call emergency services
Perbedaan Anatomi Jalan Napas
Atas
DEWASA
ANAK
Lidah
Relat if ke cil
Relat if besar
Larings
Setinggi C 4 -C 5
Epiglotis
Lebar, elasti s
Setinggi C 3 -C 4
Lebih ant erior
Sempit, kaku
Diameter terkecil Pita suara
Raw an krikoid
Panjang trake a
Bayi: 4 - 5 cm
18 bul an: 7 cm
10 - 13 cm
Perbedaan Anatomi
Jalan Napas Bawah


Diameter lebih kecil
Tulang rawan sedikit
Perbedaan yang
Mempengaruhi Mekanisme
Bernapas



Tulang yang menyusun rangka dada
lebih banyak mengandung rawan
Otot napas yang menggerakan dinding
dada belum berkembang
Pernapasan terutama ditopang oleh
gerakan diafragma
Perbedaan Kebutuhan Metabolik


Pada dewasa kebutuhan oksigen 3-4
ml/kg/menit
Pada anak kebutuhan oksigen 6-8
ml/kg/menit
Penyangga Orofarings
 Ukuran:
Panjang 4-10 cm
Pemilihan
disesuaikan jarak
bibir-angulus
mandibula
Pemasangan Penyangga
Orofarings

Pilih ukuran
yang sesuai
 Pasang dengan
penekan lidah
atau teknik
memutar
 Evaluasi
Penyangga Nasofaringeal
Ukuran 12-
36 F
 Pilih ukuran sesuai jarak hidungtelinga
 Diameter harus lebih kecil dari
nares
 Gunakan pelumas yang larut
dalam air
 Masukkan hingga pangkal
terbenam, jangan dipaksa
 Kontraindikasi:
 Fraktur basis kranii
 Kebocoran liquor cerebro
Kateter Penghisap
TEKNIK
 Ventilasi 100 %
 Steril untuk penghisapan
dalam endotrakeal
 Hisap < 5 detik
 Komplikasi:
Hipoksia
Bradikardi karena
refleks vagal
Masker Resusitasi
 Dari dagu hingga
pangkal hidung
 Tidak boleh menekan
mata
 Masker tembus pandang
dapat mendeteksi
muntah &
warna bibir anak
Teknik menggunakan masker
resusitasi

Bayi & batita: ibu jari
dan telunjuk menekan
masker, jari tengah
membuat posisi head
tilt
 Anak lebih besar: ibu
jari dan telunjuk
menekan masker, jari
tengah, jari manis dan
kelingking membuat
jaw thrust dan ekstensi
leher
Teknik oleh dua penolong
 Dengan
dua
tangan seorang
penolong
mempertahankan
masker dan jalan
napas, penolong
lain membantu
pernapasan
Laringoskop
 Daun lurus (Miller)
 Daun lengkung
(Macintosh)
Pipa Endotrakeal
 Perkiraan diameter interna
± jari kelingking anak
 Rumus diameter: (usia/4) +
4
 Rumus panjang:
Oral: (usia/2) + 12
Nasal: (usia/2) + 15
PEDOMAN UKURAN
LARINGOSKOP, PIPA ENDOTRAKEAL DAN PENGHISAP
USIA
LARINGOSKOP
ETT no.
Oral
PENGHISAP
(F)
NKB
Miller 0
2.5, 3.0 tanpa balon
8
5-6
NCB
Miller 0-1
3.0, 3.5 tanpa balon
9-10
6-8
6 bl
3.5, 4.0 tanpa balon
10
8
1 th
4.0, 4.5 tanpa balon
11
8
4.5, 5.0 tanpa balon
12
8
4 th
5.0, 5.5 tanpa balon
14
10
6 th
5.5 tanpa balon
15
10
6.0 dgn/ tanpa balon
16
10
6.5 dgn/ tanpa balon
17
12
2 th
8 th
10 th
Miller 2
Miller 2
Mcintosh 2
Teknik melakukan intubasi…1
 Lakukan oksigenasi dengan balonmasker
 Persiapan alat dan uji fungsi masingmasing alat
 Prosedur aseptik
Teknik melakukan intubasi…2

Masukkan daun laringoskop
dari sudut mulut kanan
 Buat aksis mulut, trakea dan
farings segaris
 Pada dugaan trauma leher,
harus dilakukan stabilisasi
kepala dan leher pada posisi
normal segaris
Teknik melakukan intubasi…3

Penekanan krikoid
(manuver Sellick)
dapat membantu
visualisasi glotis
Teknik melakukan intubasi…4

Ujung laringoskop berdaun
lurus diletakan di bawah
epiglotis dan digerakan
dengan teknik mengangkat
 Ujung laringoskop berdaun
lengkung diletakkan di
valekula dan digerakan
dengan teknik mengungkit
Teknik melakukan intubasi…5
 Upayakan melihat epiglotis,
liang glotis dan pita suara
 Masukan ETT sampai batas
marka pita suara
(kembangkan balon
penyekat)
 Hubungkan dengan balon
resusitasi dan berikan
ventilasi (sampai tahap ini
waktu maksimal 30 detik)
 Nilai posisi ETT dan fiksasi
Menilai Posisi ETT





Gerakan dada simetris
Terdengar suara napas pada ke dua
lapangan paru
Perbaikan denyut jantung, warna kulit,
perfusi
Tak terdengar suara napas di lambung
(bila diberikan tekanan balon resusitasi)
Melihat langsung pita suara saat
intubasi
Fiksasi ETT:




Catat marka ETT pada batas mulut
(dapat pula diikat dengan benang)
Jangan rekatkan di mandibula
Auskultasi ulang (konfirmasi)
Foto Roentgen
Intubasi Endotrakeal

Persiapa
n
 Tindakan
 Evaluasi
Komplikasi Intubasi:








Aspirasi
Bradikardi
Kinking pipa (kegagalan alat)
Pneumotoraks
Salah letak (ke esofagus, endobronkhial)
Hipoksia
Obstruksi ETT (mukus)
Trauma (bibir, gigi, lidah, jaringan lunak
orofaring)
Beberapa tips…1
 Anak biru, suara napas (-)  Cabut
ETT, ventilasi dengan masker, coba
intubasi ulang
 Suara napas di paru kanan saja  Tarik
ETT
 Bradikardi (bayi<80;anak<60) 
hentikan tindakan, ventilasi dengan
masker
Beberapa tips…2
 Bila posisi benar, tetap biru 
kemungkinan:
Balon bocor  ganti balon
Teknik pompa tidak adekuat
Compliance paru   tekan katup
pembatas balon resusitasi
ETT terlalu kecil  ganti
KEJANG DEMAM
DEFINISI
Kejang demam :
Kejang terkait dengan demam
Terjadi antara umur 3 bulan – 5 th
Tidak didapatkan kelainan
intrakranial
Kejang Demam :
– Sederhana
– Kompleks
Patogenesis  - Demam
- Umur
- Genetik
Indikasi Pengobatan rumat =kejang
demam menunjukkan ciri SBB:
Kejang lama lebih dari 15 menit.
Anak mengalami kelainan neurologis yang
nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya:
hemiparesis, paresis Todd, Cerebral Palsy,
retardasi mental, hidrosefalus, mikrosefali.
Kejang fokal atau parsial.
Konsensus 1980
Kesepakatan Saraf Anak
Prognosis :
– Sembuh sempurna
– Kejang demam berulang
– Sembuh dengan cacat
– Epilepsi
– Gangguan mental
KEJANG PD NEONATUS
KEJANG PD NEONATUS
=kegawatan
Keadaan emergensi dan tanda bahaya
dapat hipoksia otaksekuele/kematian
Etiologi: asfiksia, hipoglikemia, gangguan
metabolik atau sebagai tanda meningitis/
gangg SSP
DD
Kejang metabolik: hipoglikemi,
hiponatremi, hipokalsemia, hipernatremia
Kejang ec infeksi: meningitis
Spame: tetanus neonatorum
Kejang pasca asfiksia: ensefalopati
hipoksik iskemia
Anamnesis
Kapan, berapa lama,KU
Riwayat persalinan: prematur, tindakan,
penolong,asfiksia?
imunisasi ibu, ibu narkoba,ikterik, malas
minum?
Penurunan kesadaran pasti
PF
KEJANG
Gerakan abnormal mata, wajah, mulut,
lidah dan ektremitas
Gerakan spt mengayuh sepeda, mata
berkedip, berputar, juling
Tangis melengking dg nada tinggi, sukar
berhenti
Penurunan kesadaran,UUB membonjol,
suhu tak normal
Spasme
Tetap sadar, nangis kesakitan, trismus,
kaku otot mulut, mulut tak dapat dibuka,
bibir mencucu, opistotonus, kekakuan pd
ektremitas, perut, kontraksi otot tak
terkendali .
Dipicu oleh kebisingan, cahaya, prosudur
dx.
Inf talipusat
PP
To cari ec
DR, LF, GDS, elektrolit, bilirubin
USG, CT, EEG
Terapi
Medikamentosa to potong kejang
Bebaskan jalan nafas dan Oksigenasi
Infus
Tx. Sesuai ec.
penobarbital 20mg/kgBB im ato iv dlm 5
mnt.
Dpt diulang 10mg/kgBB 2x selang 30
mnt. penitoin 20mg/kgBB iv dlm nacl dg
kecepatan 1mb/kgBB/mnt
Tx Rumatan
Fenobarbital 3-5mg/hari. Dosis tunggal ato
terbagi tp 12 jam iv ato oral sampe bebas
kejang 7 hr.
Fenitoin 4-8mg/kgBB iv ato peroral.dosis
terbagi 2-3
Tx hipoglikemia
Perbaiki ventilasi, curah jtg, tekanan darah
KEJANG PADA ANAK
Etiologi :
Delapan puluh persen ispa
Pengelolahan
Saat sakit
80% - virus
Pengobatan suportif
Memotong kejang
Mengatasi demam
Pengobatan suportif lain
Pengobatan kausatif
Penobatan profilaksi jangka panjang
kontinu
intermiten
Phenobarbital
Sodium valproat
phenitoin
diazepam
carbamazepin
Non Cerebral
(selama kejang
sadar)
Tetanus
Keracunan
Botulismus
Tetani
KD simpleks
Ekstrakrania
l
KD Kompleks
Intrakranial
KEJANG
Akut sesaat
Cerebral
(selama kejang
tak sadar)
Kronik berulang
Infeksi
Gg metabolik
Gg elektrolit
Gg kardiovaskuler
Keganasan
Malformasi
Keracunanbahan toksik
Withdrawl obat
Epilepsi :
- umum / general
- partial
- tak terklasifikasi
Gangguan
membran sel
Gangguan
keseimbangan ion
Gangguan
pompa Na - K
Depolarisasi
Potensial aksi
Pelepasan neurotransmiter
di ujung akson
Reseptor GABA & As. Glutamat
di pre sinap
Eksitasi > Inhibisi
Depolarisasi
post sinap
KEJANG
KEJANG
Kardiovaskuler
Respirasi
Metabolisme
Suplai O2 ↓
Konsumsi O2 ↑
Glukosa uptake ↑
( 30 menit )
- Hipertensi
- Takikardi
Kardiak output ↑
Hipoksia
ATP ↓
CBF ↑
( 30 – 60 menit )
- Autoregulasi rusak
- Hipotensi
- CPP ↓
- CBF ↓
Asam laktat ↑
Udem serebri
Glutamat ekstra sel ↓
Sintesa makromolekul, lipid ↓
Sel mati
TIK ↑
Hipertermi
Kejang
Free radikal
Infeksi intrakranial
Meningitis
Purulenta / bakteri
Serosa
klinis
virus
tuberkulosis
aseptik lain
Ensefalitis
virus
bakteri
jamur
parasite
Meningoensefalitis
Abses otak
LP
Warna
Sel
Protein
glukose
Manifestasi klinik infeksi intrakranial
• Tanda infeksi : panas,lemah,rewel,gelisah ,nafsu makan berkurang dll
• Tanda radang : rangsangan meningeal , kejang, gangguan reurologis
• Tanda peningian tekanan intrakranial : tumpah,pusing,penurunan
kesadaran,papil udem,UUB
menonjol
Meningitis Tuberkulosa
Stadium I :
tanda infeksi ,panas subfebril,gelisah,lemah
Stadium II : terdapat tanda rangsangan meningeal,kejang
penurunan kesadaran
Stadium III : koma dalam,reaksi pupil negatip,defisit neurologi
Rangsangan meningeal
Kaku kuduk
Brudzinski I dan II positip
Tanda Kernig positip
Gambaran LCS
Meningitis bakteri
Meningitis serosa
TBC
Warna
Keruh
Jumlah sel
virus
xanthocrom jernih
jernih
meningkat ( normal 10 /mm3 )
Jenis sel
PMN dominan
Protein
Tinggi sekali
glukose
Ensefalitis
Turun
M N dominan
tinggi sekali tinggi
turun
normal
MN dominan
tinggi
normal
Etiologi meningitis
Neonatus : Escherichia
Streptococcus pneumonia
Staphylococus
Salmonella sp
Anak 2 bl – 4 th : Hemophilus influezae
Streptococcus pneumonie
Neisseria meningitidis
Anak di atas 4 th : Streptococcus pneumonia
Neisseria meningitidis
STATUS KONVULSIVUS
Kejang status/ Status konvulsivus
1. Serangan kejang lebih dari 30 menit
2. Di antara dua serangan kejang tanpa
pulihnya kesadaran
Etiologi :
1. Infeksi intrakranial
2. Gangguan metabolik / elektrolit
3. Hipoksi Iskemik
4. Ensefalopathi
5. Hiperpireksi
6. With drawl obat
Pengelolaan kejang status
1. Mencari penyebab
2. Menjaga tanda vital optimal
3. Pasang I V line, periksa glukosa darah,elektrolit,
analisa gas darah
4.Pemberian antikonvulsan :
- Pemberian IV
- Terdiri dua paduan obat
- Perhatikan depresi pernafasan
Membebaskan jalan nafas :
Posisi kepala
Lateral dicubitus
Isap lendir
Mencegah hipoksi :
oksigen 100% dengan masker
Mencegah hipoglikemi dan koreksi elektrolit
glukose 25% 2 – 4 cc / kkBB
Mencegah udem otak
Pemberian kortikosteroid
Menjaga tanda vital baik :
suhu, tensi, nadi, irama nafas
Diazepam rektal 0,5 mg/ kg BB
Diazepam 0,5 mg/KgBB
Kejang (+)
Fenitoin 10-20 mg /KgBB
Kejang ( - )
Kejang ( + )
Phenetoin 5-7mg/kgBB/hari
Phenobarbital 5 – 15 mg/Kg BB dilanjutkan 1-6 mg/ mnt drip
atau Midazolam 0,2 mg/KgBB dilanjutkan 0,1-0,4 mg/ KgBB
/ Jam
Diazepam 0,3 – 0,5 mg/KgBB (> 2 mg/menit)
Kejang 5’
Kejang (-)
5’- 20’
Phenytoin 10 mg/kgBB
(> 25 mg/menit)
Kejang (+)
Kejang
(+)
Kejang (-)
Diazepam
1 jam
0,3 – 0,5 mg/kgBB
Piridoksin 100 mg
Phenytoin 5 mg/kgBB
PICU
Phenobarbital
15 – 20 mg/kgBB
Oral
Phenytoin
10 mg/kgBB/hr
Diazepam drip
5 – 7 mg/kgBB/hr
PICU
Diazepam drip
10 – 24 mg/kgBB/hr
Kejang (-)
Phenobarbital
8 – 10 mg/kgBB/hr
24 jam
Phenobarbital
5 mg/kgBB/hr
KOMPLIKASI
Gangguan elektrolit
Gangguan metabolik
Dehidrasi
Hipoksi
Udem otak
Hipotensi
Mioglobinuria
PROGNOSIS
Kematian 3 – 11%
Cacat 9,1% : Intractabel epilepsi
defisit neurologi
TATALAKSANA
DEMAM BERDARAH DENGUE
dr. Mustarim
Ilmu Kesehatan Anak
DEMAM BERDARAH DENGUE
Penyebab :
Virus dengue
Den 1, den 2, den 3, den 4
Den 3
– Dominan
– Kasus berat
Penularan :
Aedes Aegypti
– Inkubasi ekstrinsik
(8-10 hari)
– Infektif selamanya
Manusia
– Inkubasi intrinsik
(4-6 hari)
Penderita DBD
Viremia
Vektor (aedes aegypti)
Orang sehat
di sekitarnya
Perdarahan hebat terjadi akibat kelainan
hemostatis
– Vaskulopati
– Trombositopenia
– Koagulopati
Bagan Patogenesis
Masih kontroversi
Yang umum dipakai
1. Hipotesis infeksi sekunder
2. Virulensi Virus
Aktivasi komplemen
Plasma Leakage
Hipovolemi
Syok
Agregasi trombosit
Kerusakan
endotel pemb. darah
Trombositopenia
Kelainan fungsi
trombosit
Aktivasi faktor
pembekuan
Vaskulopati, trombositopeni, koagulopati
Perdarahan hebat
Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue
Infeksi virus dengue
Asimtomatik
Demam yang jelas
penyebabnya
( sindrom peny.virus )
Simtomatik
Demam dengue
(DD)
Demam berdarah Dengue
Terdapat perembesan plasma
Perdarahan (+)
Yang tidak lazim
Perdarahan (-)
DD
Syok (-)
DBD
Syok (+)
(DSS)
Strategi Pengobatan
Suportif
– Terhadap perembesan plasma
Berlangsung 24-48 jam
Saat febris ke A-Febris (hari ke 3-5)
Cairan !
Obat-obatan
– Atas indikasi
Hindarkan tindakan manipulatif
DIAGNOSIS
Kriteria WHO 1997
Klinis :
1. Panas tinggi 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan
3. Hepatomegali
4. Dengan atau tanpa syok
Lab :
1. Trombositopeni
2. Hemokonsentrasi (meningkat>=20%)
Manifestasi Perdarahan (ptechie)
Efusi Pleura
Konfirmasi diagnosis
Serologis
1.
HI Tes
2.
CF Tes
3.
NT Tes
4.
IgM Elisa
5.
IgG Elisa
Derajat penyakit
I.
Kriteria WHO (RL (+))
II.
Kriteria WHO (perdarahan spontan)
III. Kegagalan sirkulasi
IV. Syok berat
DBD
Perubahan patofisiologi membedakan :
DBD dengan DD (Homeostasis dan
perembesan plasma)
Demam
– 2-7 hari
– Tinggi
– Mendadak
– Akhir demam fase kritis !
Perdarahan
– RL (+) s/d spontan (melena, hematemesis)
– Vaskulopati, trombositopeni,
gangguan fungsi trombosit, PIM
Hepatomegali
Syok
– Saat suhu
– Berkeringat
– Perubahan nadi dan tekanan darah
– Akral dingin
– Kongesti kulit
Leukosit
– Leukosit normal, dengan dominasi neutrofil 
akhir demam leukosit menurun bersama dgn
neutrofil  limfositosis relatif
– Limfosit plasma biru meningkat > 15 %
Trombositopeni
Hematokrit  (≥ 20%)
Ro :
– Efusi Pleura : lateral dekubitus
USG
– Ascites
Diagnosis Banding
Infeksi bakteri ,virus, protozoa lain
– Trombositopeni dan hemokonsentrasi
Demam dengue
Cikungunya
Sepsis
Meningitis meningokokus
ITP
Leukemia, anemia aplastik
Ingat kriteria WHO 1997
Komplikasi dan manifestasi yang tidak lazim
Ensefalopati dengue
– Komplikasi syok
– Gangguan metabolik
– Perdarahan serebral
– Trombosis pembuluh darah otak
– Kegagalan hati akut
Kelainan ginjal
– Gagal ginjal
– HUS
Udem paru
– Akibat pemberian cairan yang berlebihan
DSS
Mekanisme Patogenesis
Kompleks Antigen Antibodi
Sistem Komplemen
Anafilatoksin
Permeabilitas kapiler
Ht naik
Efusi pleura
Ascites
Perembesan Plasma
Renjatan Hipovolemik
Asidosis
PaO2 turun
TATALAKSANA DBD
Strategi Pengobatan
– Pada dasarnya suportif
– Mengganti cairan yang hilang akibat perembesan
Jenis cairan yang tepat
Kecermatan penghitungan volume
cairan pengganti
– Penting deteksi dini terjadinya perembesan cairan
Harus waspada :
- Pada fase peralihan demam ke penurunan suhu
- Pada umumnya hari sakit ke 3 sampai ke 5
Tatalaksana DBD
Demam Dengue  Rawat Jalan
Demam Berdarah Dengue  Rawat Inap
DBD komplikasi  Rawat Intensif
Perawatan DBD baik :
Sangat diperlukan :
-
Dokter & perawat terampil
Laboratorium yang memadai
Cairan kristaloid & koloid yang tersedia
Bank darah yang siap bila diperlukan
TATALAKSANA DBD
PERHATIAN
Perjalanan penyakit DBD sulit diramalkan
Pasien masuk baik  singkat buruk
KUNCI KEBERHASILAN :
Ketrampilan dokter dalam mendeteksi dini
terjadinya perembesan cairan yaitu masa
peralihan dari demam ke fase penurunan suhu
(fase kritis, fase syok)
TATALAKSANA DEMAM DENGUE
Demam Dengue
Saat suhu turun (p.u) penyembuhan
Hati-hati  harus observasi 2 hari setelah
suhu turun
Pada fase demam sulit dibedakan :
Demam Dengue ~ Demam Berdarah Dengue
TATALAKSANA DEMAM DENGUE
Tanda kegawatan harus diberitahukan kepada
orang tua
Nyeri perut
berat
Berkeringat
Kulit dingin
Berak
Warna hitam
Perdarahan
Kulit & mukosa
(mimisan,
perdarahan
Gusi)
Rumah
Sakit
Pasien tanpa komplikasi setelah suhu turun 2-3 hari
 Tidak perlu diobservasi
TATALAKSANA DBD
Keberhasilan
tatalaksana
Deteksi dini
Fase kritis
Perlu :
observasi klinis, tanda vital dan
pemantauan perembesan plasma
gangguan hemostasis
suhu turun
fase awal
terjadinya syok
TATALAKSANA DBD
PROGNOSIS DBD
Pengenalan awal terjadinya
perembesan plasma
Peningkatan Ht
Penurunan Trombosit
Penurunan trombosit terjadi sebelum
peningkatan hematokrit
Peningkatan Ht terjadi sebelum penurunan suhu
TATALAKSANA DBD
Pemberian cairan
Oral/intravena
4 – 6 jam I 50 cc/kgBB
Rumatan 80-100 cc/kgBB/hr
DBD
Pengawasan :
Klinis, tanda vital,
laboratorium
Supportif :
Antipiretika
antikonvulsan
TATALAKSANA DBD
Pasien  Pengawasan  Syok
Periode kritis demam
(hari ke 3 – 5 demam)
Pemeriksaan Ht berkala
gamb. kebocoran plasma
pemant. kebth. Cairan
keberhasilan pengobatan
TATALAKSANA DBD
Pemeriksaan hematokrit minimal 1 x/hari
sejak sakit hari ke 3 sampai suhu normal
Hemokonsentrasi p.u sebelum :
– Perubahan tekanan darah
– Perubahan tekanan nadi
TATALAKSANA DBD
Penggantian volume plasma
Harus hati-hati & bijaksana
Cairan adekuat, seminimal mungkin mencukupi
kebocoran plasma
Perembesan plasma terjadi saat fase penurunan suhu
Kebutuhan cairan awal dihitung 2 – 3 jam pertama
 pada syok lebih sering lagi 6 – 30 menit
Harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, hematokrit,
dan jumlah urine
Sec. umum vol. yang dibutuhkan : rumatan + 5 – 8 %
TATALAKSANA DBD
Cairan intravena diperlukan bila :
1. Anak terus menerus muntah
2. Nilai hematokrit cenderung meningkat pada
pemeriksaan berkala
HATI-HATI !!!
Penggantian cairan setelah perembesan
berhenti  udema paru
Juga pada masa konvalesen
TATALAKSANA DBD
Jenis cairan (rekomendasi WHO)
Cairan Koloid
– Dekstran 40
– HES (Hidroxy Ethyl Starch) 6%
– Plasma
Cairan Kristaloid
– Larutan Ringer Laktat (RL)
– Larutan Ringer Asetat (RA)
– Larutan Garam Faali (GF)
– D 5% dalam RL (D5/RL)
– D 5% dalam RA (D5/RA)
– D 5% dalam ½ larutan GF (D5/ ½ LGF)
(catatan : untuk resusitasi syok dipakai RL atau RA)
Tatalaksana DBD dengan Syok
1. Oksigenasi (O2 2-4 l/menit)
2. Cairan kristaloid isotonis : RL/RA/NaCl 0,9%
20 ml/kgBB secepatnya
Evaluasi 30 menit
Syok teratasi
Pantau tanda vital /10 menit
Balans cairan
Cairan 10 ml/kgBB/jam
Syok teratasi
Evaluasi ketat
Stabil dlm 24 jam
Diturunkan bertahap
7 ml/kgBB/jam
5 ml/kgBB/jam
3 ml/kgBB/jam
Infus stop tidak melebihi 48 jam
setelah syok teratasi
Syok tdk teratasi
Kristaloid  20 ml/kgBB/jam
+ koloid 10-20 ml/kgBB/jam
Syok belum teratasi
Ht turun
Transf. darah segar
10 ml/kgBB
diulang sesuai kebth.
Ht tetap ↑
Koloid
20 ml/kgBB
TATALAKSANA DBD DENGAN SYOK
(DSS)
KOREKSI ASIDOSIS
– Analisa Gas Darah
– Segera, o.k dapat menyebabkan kematian
– Koreksi dengan larutan bikarbonas natrikus
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN
– Oksigen dengan masker mutlak diperlukan
– Kegagalan mengalirkan O2 ke organ
– Hipoksia memacu DIC
TATALAKSANA DBD DENGAN SYOK
(DSS)
MONITOR PERJALANAN PENYAKIT
Pemantauan tanda vital :
– Kesadaran
– Tekanan darah, capilary refill
– Frek nadi, jantung, nafas
– Pembesaran hati
– Nyeri tekan hipokondrium kanan
– Diuresis usahakan > 2 ml/kgbb/jam
TATALAKSANA DBD DENGAN
SYOK (DSS)
MONITOR PERJALANAN PENYAKIT
Pemantauan kadar Hb, Ht dan trombosit
– Ht meningkat  perembesan plasma
masih berlangsung  koloid
– Ht menurun  perdarahan?  transfusi
– Monitor trombosit meramal terjadinya syok
TATALAKSANA DBD DENGAN SYOK
(DSS)
MONITOR PERJALANAN PENYAKIT
– Foto dada serial
Lateral dekubitus kanan
– Parameter koagulan
– Transaminase
PERDARAHAN PADA DBD
Multifaktorial kompleks
Mekanisme perdarahan :
– trombositopeni
– vaskulopati, kelainan endothel
– koagulopati (bisa DIC)
PENTING : !!! Perdarahan Saluran Cerna
– fatal
– terjadi mengikuti syok berat
– mencegah syok  mencegah perdarahan
TIP’S MENGATASI PERDARAHAN
Dugaan terjadinya perdarahan :
–
–
–
–
Gelisah, kesakitan
Nyeri tekan hipokondrium kanan
Abdomen membuncit
Penurunan Hb dan Ht pada pemantauan
Pemberian transfusi darah
– Lebih disukai komponen
Pengobatan lain :
– Transamin, carbazochrom  tak ada gunanya
KOMPLIKASI
Acute Tubular necrosis
Ensefalopati
Udema Paru
Syok berulang
Syok berkepanjangan : ???
–
–
–
–
Apakah syok telah teratasi dengan baik
Apakah cairan yang diberikan sudah cukup
Apakah telah diberikan koloid
Apakah dijumpai perdarahan
FAKTOR PROGNOSIS
Keterlambatan berobat
Keterlambatan diagnosis
Kurang mengenal tanda klinis tak lazim
Kurang mengenal tanda kegawatan
Kegagalan mengatasi kegawatan
ENSEFALOPATI DENGUE
PENYEBAB :
–
–
–
–
Akibat udema otak
Perdarahan intra serebral
Kelainan metabolik dan elektrolit
Terbentuknya trombus kapiler pembuluh darah otak
GEJALA KLINIS :
– Kesadaran menurun
– Disertai/tidak kejang
– DBD tanpa / dengan syok
ENSEFALOPATI DENGUE
PENTING :
– Ketepatan diagnosis
– Pengobatan
Jumlah cairan harus dikurangi
RL segera diganti dengan NaCl 0,9% dan D5% 3:1
Tidak mengandung HCO3
Kortikosteroid
Antibiotika
Kriteria Pemulangan Pasien
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik
Secara klinis tampak perbaikan
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Jumlah trombosit > 50.000 / ul
Tidak dijumpai distres pernafasan
(disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Fogging terfokus
Abatisasi (1 sdm/10 gram  100 ltr air)
Gerakan 3 M
Menguras
Menutup
Mengubur
KESIMPULAN
Patogenesis DBD perlu difahami dengan
baik
Seorang klinisi harus mampu :
– Menegakkan diagnosis DBD
– Melakukan monitor teratur
– Mengatasi DBD berat
Terima kasih
Download