BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis, sangat cocok untuk berkembangnya berbagai flora dan fauna, termasuk vector yang sangat banyak jumlah dan jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti infeksi bakteri, virus, ricketsia, parasit dan mikroba dapat berlangsung dengan baik karena agent dan vektornya sama-sama berkembang biak. Nyamuk merupakan salah satu vector yang menjadi masalah kesehatan di dunia. Populasi nyamuk di Indonesia cukup banyak dan menjadi penyebab beberapa penyakit penting yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit sehingga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Populasi ini akan meningkat seiring dengan datangnya musim hujan karena banyaknya tempat yang dapat berperan sebagai tempat perindukan dan perkembangbiakan. tempat yang nyaman juga akan mempermudah nyamuk dalam berkembangbiak untuk memperbanyak populasi. Penyakit yang dibawa nyamuk akan menjadi semakin banyak di saat terjadi perubahan iklim seperti peralihan musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya (Suharmiati dan Lestari, 2006). Nyamuk dapat menyebarkan berbagai penyakit pada manusia, diantaranya malaria yang disebarkan oleh Anopheles, demam berdarah yang disebarkan oleh nyamuk Aedes, encephalitis dan filariasis yang disebarkan nyamuk culex. Nyamuk spp. merupakan vector utama dari demam berdarah dengue (DBD) yang terdiri dari Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir semua di pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian Universitas Sumatera Utara 1000 meter diatas permuksaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembang biak (Siregar. 2004). Nyamuk merupakan serangga yang sangat mengganggu karena selain menyebabkan rasa gatal dan sakit, beberapa jenis nyamuk merupakan vector atau penular berbagai jenis penyakit berbahaya, seperti demam berdarah, malaria, filariasis, dan chikungunya. Berbagai cara telah dilakukan manusia untuk menghindari serangan nyamuk baik secara alami maupun kimia. Mengatasi gangguan nyamuk secara kimia antara lain menggunakan anti nyamuk semprot atau lotion anti nyamuk yang sudah banyak beredar dipasaran. Sementara itu cara mengatasi nyamuk secara alami bias juga dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis tanaman penusir nyamuk, seperti laver, granium, dan pietrum (Kardina. 2005). Bahaya yang disebarkan dan bahaya yang ditimbulkan oleh nyamuk, perlu dilakukan penanganan terhadap nyamuk, memberantas nyamuk yang menjadi vector dengue merupakan cara terbaik saat ini untuk mencegah penyebaran demam berdarah dengue. Dalam hal ini dapat dilakukan pemberantasan nyamuk dewasa dan larvanya, pemberantasan sarang nyamuk dewasa dan mencegah kontak dengan nyamuk yang bertindak sebagai vector (Bell, dkk. 2003). Salah satu cara untuk pengendalian nyamuk dan terhindar kontak dengan nyamuk adalah dengan menggunakan anti nyamuk, seperti obat anti nyamuk bakar, semprot, oles dan elektrik. Penggunaan obat anti nyamuk ini dirasakan cukup efektif untuk menangkal nyamuk yang akan mendekat ke tubuh manusia. Akan tetapi bila ditelusur lebih jauh lagi, obat nyamuk yang kita gunakan ini Universitas Sumatera Utara ternyata mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Racun yang ditimbulkan berasal dari beberapa bahan aktif, diantaranya propoxur (senyawa karbamat), dichlorovynil phospat (DDVP) dan diethyltoluamide (DEET). Bahan aktif ini dapat mengganggu kesehatan manusia terutama saluran pernafasan dan kulit. Bahan aktif dalam obat nyamuk akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui sistem pernafasan dan kulit ke dalam peredaran darah dan menyebar ke sistem pernafasan dalam tubuh dan juga sistem susunan saraf pusat (otak). Saluran pernafasan dapat terstimulasi sehingga menyebabkan batuk dan juga dapat memicu reaksi alergi pada saluran pernafasan (asma). Selain itu juga dapat menyebabkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit (Anonim, 2013). Bahaya yang ditimbulkan oleh obat nyamuk dan dampak dari nyamuk itu sendiri, perlu dikembangkan suatu alat perangkap nyamuk yang aman dan ramah lingkungan, pengembangan metode lain untuk pengendalian nyamuk selain insektisida adalah penggunaan alat perangkap nyamuk (trapping). Perangkap ini memanfaatkan mekanisme alamiah sehingga lebih aman dan ramah lingkungan. Sebenarnya sudah tersedia alat perangkap nyamuk yang beredar luas dimasyarakat, namun harganya relatif mahal menjadikan alat ini tidak dapat diaplikasikan oleh masyarakat secara luas. Salah satu contoh alat perangkap nyamuk yang tersedia adalah perangkap nyamuk black hole, perangkap nyamuk ultraviolet, perangkap nyamuk elektrik insect killer, perangkap nyamuk mitsui, perangkap nyamuk LED super, dengan rentang harga muai dari Rp. 100.000 – 400.000. Hal itu yang mendorong perlunya pengembangan alat perangkap nyamuk dengan fermentasi gula yang murah, aman dan mudah digunakan. Universitas Sumatera Utara Fermentasi gula menghasilkan beberapa senyawa kimia seperti etanol, asam laktat, dan hydrogen, selain itu fermentasi juga menghasilkan senyawa lain seperti asam butirat dan aseton. Seorang Ahli Kimia Jerman bernama Eduard Bucher pemenang Nobel Kimia tahun 1907, telah berhasil melakukan uji coba fermentasi yang mengungkapkan bahwa fermentasi sebenarnya diakibatkan oleh sekresi dari ragi zymase. Fermentasi gula akan menghasilkan bioetanol dan CO2, diharapkan senyawa tersebut mampu menarik nyamuk (atraktan) dan bersifat mematikan. Bioetanol mampu mematikan nyamuk dewasa dengan etanol yang dihasilkan dari ekstrak pare pada konsentrasi10,8% (Purnamasari. 2014). Hsu dalam Fitriasih (2008) mendisain alat perangkap nyamuk (mosquito trap) yang terbuat dari botol air mineral bekas dengan melarutkan 50 gram gula pasir ke dalam air sebanyak 200ml dan ditambah 1 gram ragi, dalam penelitiannya alat ini terbukti efektif dapat menangkap nyamuk dengan percobaan yang dilakukan 1 minggu. Menurut Fitriasih (2008) atraktan yang menggunakan fermentasi gula ragi jumlah kematian nyamuknya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis atraktan yang menggunakan air rendaman jerami dan air sumur. Dengan demikian perlu adanya penelitian lebih lanjut mengingat bahan – bahan tersebut dapat diperoleh secara mudah dan murah, serta dapat diaplikasikan secara cepat, mudah, dan aman ke masyarakat luas. Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah Bahaya yang ditimbulkan oleh nyamuk, anti nyamuk dan mahalnya alat perangkap nyamuk yang tersedia menimbulkan permasalahan sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai alat perangkap nyamuk yang ramah lingkungan dan mudah diaplikasikan ke masyarakat luas. Fermentasi gula merupakan suatu cairan yang mampu menjadi atraktan bagi nyamuk, dimana bahan dan alat yang digunakan mudah di dapat serta ramah lingkungan. Sehingga timbul pertanyaan seberapa efektivkah fermentasi gula sebagai atraktan nyamuk. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui efektivitas fermentasi gula sebagai atraktan nyamuk 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui jumlah nyamuk yang terperangkap dengan fermentasi konsentrasi gula 0% (kontrol) 2. Untuk mengetahui jumlah nyamuk yang terperangkap dengan fermentasi konsentrasi gula 5% (10 gram gula ) 3. Untuk mengetahui jumlah nyamuk yang terperangkap dengan fermentasi konsentrasi gula 15% (30 gram gula ) 4. Untuk mengetahui jumlah nyamuk yang terperangkap dengan fermentasi konsentrasi gula 25% (50 gram gula) 5. Untuk mengetahui jumlah nyamuk yang terperangkap dengan fermentasi konsentrasi gula 35% (70 gram gula) Universitas Sumatera Utara 6. Untuk mengetahui konsentrasi optimum cairan fermentasi gula yang sebagai atraktan nyamuk 7. Untuk mengetahui lama pengamatan yang optimum cairan fermentasi gula sebagai atraktan nyamuk 1.4 Hipotesis Penelitian Ho: Ada perbedaan signifikan fermentasi konsentrasi gula terhadap nyamuk yang terperangkap Ha: Tidak ada perbedaan signifikan fermentasi konsentrasi gula terhadap nyamuk yang terperangkap 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa fermentasi gula dapat digunakan sebagai perangkap nyamuk yang aman. 2. Sebagai masukan bagi penulis dan mahasiswa FKM, khususnya mahasiswa kesehatan lingkungan untuk menambah wawasan mengenai cara pengendalian nyamuk. Universitas Sumatera Utara