JST Kesehatan, Juli 2011, Vol.1 No. 2 : 152 – 157

advertisement
JST Kesehatan, Juli 2011, Vol.1 No. 2 : 152 – 157
ISSN 2252-5416
PERBANDINGAN JUMLAH PERDARAHAN DAN LAMA KALA III
PERSALINAN MENGGUNAKAN MISOPROSTOL SUBLINGUAL DENGAN
OKSITOSIN INTRAMUSKULAR PADA GRANDEMULTIPARA
The Comparison of Bleeding Quantity and Duration of Third Stage Delivery Using
Sublingual Misoprostol and Intramuscular Oxytocin Among Grand Multipara
Yusran Antonius, Eddy Hartono, Umar Malinta
Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Unhas,
Makassar
(Email: [email protected], HP: 081342256848)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur jumlah perdarahan dan lama kala III persalinan serta efek
samping obat pada pemberian misoprostol 400 mcg sublingual dan oksitosin 10 IU intramuskular
pada grandemultipara. Penelitian ini adalah uji klinis dengan subyek ibu bersalin aterm
grandemultipara di RSIA Siti Fatimah Makassar yang memenuhi kriteria inklusi mulai bulan
Agustus sampai November 2010 dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok misoprostol sebagai
subyek penelitian dan kelompok oksitosin sebagai kelompok oksitosin sebagai kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan bermakna lama kala III yang lebih singkat pada
misoprostol dengan rerata±SD 9,09±2,15 dibandingkan dengan oksitosin 10,45±2,26 (P=0,012) dan
jumlah perdarahan lebih sedikit pada misoprostol dengan rerata±SD 190,73±18,91 dibandingkan
dengan oksitosin 220,24±39,27 (P=0,000) sedangkan efek samping tidak memperlihatkan hubungan
yang signifikan dari penggunaan kedua obat tersebut(P = 0,098). Didapatkan bahwa lama kala III
lebih singkat dan jumlah perdarahan kala III lebih sedikit pada misoprostol sublingual dibandingkan
dengan oksitosin intramuskular pada grandemultipara.
Kata kunci : kala III, perdarahan , misoprostol, oksitosin
ABSTRACT
This study aimed to measure the duration and quantity of bleeding at the third stage of delivery; and
the side effect of administering misoprostol 400 mcg sublingually and oxytocin 10 IU
intramuscularly among grand multipara mothers. The subjects of research were grand multipara
mothers who fulfill the inclusive criteria. The research was conducted at Siti Fatimah Mother and
Children Hospital in Makassar from August to November 2010 by using a clinical test on 70
samples. The data were analyzed by using chi square test, Mann Whitney test, and independent T
test with a significant level of 5% (p<0.05). The result reveal that there is a significant difference in
the use of sublingual misoprostol and intramuscular oxitocin. The duration of the third stage of
delivery was shorter in the group of mothers administered misoprostol (mean + SD 9.09 + 2.15)
compared to the group of mothers administered oxytocin (10.45 + 2.26) (p=0.012). Similarly, the
quantity of bleeding at the third stage of delivery was lower in the group of mothers administered
misoprostol (mean + SD 190.73 + 18.91) compared to the group of mothers administered oxitocin
(220.24 + 39.27) (p=0.000). In the term of side effect, tere is no significant relationship in the use of
both kinds of medicine (p=0.098)
Keywords : duration of the third stage of delivery, quantity of bleeding at the third stage of
delivery, oxytocin, misoprostol, side effect
152
duration of the third stage of delivery
ISSN 2252-5416
cepat terjadi tetapi efeknya tidak
berlangsung lama. Karena itu mungkin
perlu diberikan obat uterotonika yang lain
untuk mengurangi perdarahan pasca
persalinan terutama pada grandemultipara.
Sehubungan dengan hal tersebut, penting
dilakukan
penelitian
tentang
obat
uterotonika
sehingga morbiditas dan
mortalitas ibu pasca persalinan dapat
dicegah. Obat uterotonika yang dikenal
dan paling sering digunakan saat ini selain
oksitosin
adalah
metergin
dan
prostaglandin E1 (misoprostol) dimana
misoprostol ternyata sangat efektif dalam
mengurangi perdarahan pasca persalinan.
Keuntungan lain misoprostol adalah stabil
terhadap suhu kamar, penggunaannya
mudah dan harganya relatif murah,
sehingga direkomendasikan sebagai salah
satu alternatif untuk pencegahan dan terapi
perdarahan pasca persalinan terutama di
negara
berkembang
khususnya
di
Indonesia yang angka kematian ibu masih
tinggi (Begley, 1999; Tang OS, 2007;
Yanti A, 1999).
Misoprostol yang digunakan dalam
bidang obstetri dan ginekologi dan telah
diuji adalah pemberian melalui oral,
vagina, sublingual, bukkal dan rektal. Di
Indonesia, misoprostol telah digunakan
sebagai salah satu jenis uterotonika untuk
mencegah perdarahan pasca persalinan.
Dosis yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi United States Pharmacopeia
Drug Information di USA yaitu 400 - 600
mcg Untuk mengurangi perdarahan pasca
persalinan terutama pada kala III, perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut cara
pemberian yang lebih efektif apakah
dengan pemberian oksitosin saja atau
dengan misoprostol per sublingual yang
pada beberapa studi T max lebih singkat
dibandingkan dengan cara lain. (Carpenter
JP, 2001; Jordan S, 2003; Syarif A, 2008).
Dengan pertimbangan risiko lebih
besar terjadinya perdarahan pada wanita
grandemultipara, maka penulis tertarik
untuk
melakukan
penelitian
pada
kelompok ini dengan membandingkan
lama dan jumlah darah kala III persalinan
menggunakan misoprostol sublingual
PENDAHULUAN
Kematian ibu sampai saat ini masih
merupakan salah satu masalah kesehatan
dunia yang perlu mendapat perhatian.
Tahun 2005 WHO memperkirakan lebih
dari 536.000 ibu per tahunnya meninggal
akibat persalinan. Khusus di Indonesia
Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan
data Depkes RI tahun 2007 adalah 248 per
100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan
dengan negara-negara di Asia Tenggara,
angka ini adalah yang tertinggi. Depkes RI
berupaya menurunkan angka ini menjadi
206 pada tahun 2009 dan 124 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
Perdarahan merupakan penyebab kematian
ibu bersalin paling sering yaitu sekitar
28% dari seluruh penyebab kematian ibu
melahirkan. (Menkes, 2009; Yanti A,
1999).
Pada perdarahan akibat persalinan,
atonia uteri merupakan penyebab paling
sering yaitu 50% kasus, yang terjadi salah
satunya akibat jumlah paritas yang tinggi
(grandemultipara). Risiko untuk terjadinya
perdarahan
pasca
persalinan
pada
grandemultipara empat kali lebih besar
dibandingkan pada paritas kurang atau
sama dengan 4 yang diakibatkan dinding
uterus menipis dimana miometrium dan
tonus otot sudah tidak terlalu baik dalam
melakukan kontraksi. Hal ini sesuai
dengan studi yang dilakukan oleh Suratin
(2001) dan Suryani (2007) bahwa ada
hubungan yang signifikan antara paritas
dengan perdarahan pasca persalinan.
Plasenta yang tertinggal, robeknya jalan
lahir dan inversio uteri juga merupakan
penyebab perdarahan pasca persalinan.
(Cunningham, 2001; Karkata MK, 2008;
Suryani, 2008; Yanti A, 1999).
Perdarahan pasca persalinan merupakan suatu kejadian kegawatdaruratan
dan tidak dapat diramalkan. Karena itu
sangat penting melakukan suatu tindakan
intervensi untuk mencegah perdarahan
pasca persalinan yaitu dengan pemberian
obat-obat uterotonika. Pada saat ini,
oksitosin digunakan untuk manajemen
aktif kala III dimana pada penyuntikan
intramuskular setelah bayi lahir, absorbsi
153
Yusran Antonius, et al.
ISSN 2252-541
dengan oksitosin intramuskular yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap upaya menurunkan angka
kematian ibu akibat perdarahan pada
persalinan.
uterus. Saat uterus kontraksi plasenta
dilahirkan dengan cara Brandt Andrews.
Jumlah darah kala III dihitung dengan
menimbang darah yang ditampung mulai
setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
randomized clinical trial
pada bulan
Agustus sampai November 2010 dengan
subyek ibu bersalin aterm (37 - 42 minggu)
grandemultipara di kamar bersalin RSIA
Siti Fatimah Makassar dengan jumlah
sampel sebanyak 70 orang yang dibagi dua
kelompok yaitu kelompok yang menggunakan misoprostol 400 mcg sublingual
sebagai subyek penelitian dan kelompok
yang menggunakan oksitosin 10 IU
intramuskular sebagai kelompok kontrol.
Bahan / alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Misoprostol tablet
200 mcg, Oksitosin ampul 10 IU, sarung
tangan, jarum suntik, Underpad 90 x 60
cm, stopwatch, timbangan.
Cara kerja adalah sebagai berikut:
Setelah penderita masuk kriteria inklusi,
selanjutnya diberi penjelasan tentang
maksud dan tujuan penelitian, bila setuju
diminta untuk menandatangani surat
persetujuan dan dilakukan pencatatan
dalam daftar kuesioner. Semua penderita
dilakukan
pemeriksaan
hemoglobin
sebelum melahirkan. Segera setelah bayi
lahir pada kelompok pertama diberikan
misoprostol 400 mcg sublingual dan
kelompok kedua diberikan oksitosin 10 IU
intramuskular. Air ketuban yang keluar
mengikuti kelahiran bayi dibersihkan dari
tempat tidur, kemudian dipasang underpad
pada bokong ibu yang terlebih dahulu
ditimbang beratnya. Lama kala III
(pelepasan plasenta) diukur dengan
menggunakan stopwatch dihitung mulai
bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap.
Darah yang tertampung pada underpad
kemudian ditimbang beratnya kemudian
diubah kedalam satuan volume (ml)
dengan menggunakan rumus: Vol = Berat
/ Massa Jenis. Massa jenis darah adalah
1,056, tidak boleh dilakukan pemijatan
Data yang telah dikumpulkan
melalui formulir penelitian, kemudian
diolah dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS for Windows versi
15. Uji statistik yang digunakan adalah:
Untuk mengetahui deskripsi dari karasteristik sampel penelitian digunakan analisis
univariate, untuk membandingkan karakteristik sampel berdasarkan jenis intervensi
digunakan uji Chi-square, untuk menilai
perbedaan lama dan jumlah darah kala III
persalinan menggunakan misoprostol 400
mcg sublingual dengan oksitosin 10 IU
intramuskular
digunakan uji
MannWithney dan uji T Independen
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ini diperoleh
bahwa rerata dan simpang baku dari lama
pelepasan plasenta dari seluruh sampel
adalah 10,86±4,46 menit artinya lama
pelepasan plasenta dalam batasan waktu
normal atau < 30 menit. Untuk jumlah
perdarahan dari seluruh sampel tidak ada
satupun ibu yang mengalami perdarahan >
500 ml pada kala III persalinan. Rerata dan
simpang baku dari kehilangan darah dari
seluruh sampel adalah 223,2±57,05 ml.
Dari 70 sampel, yang mengalami kehilangan darah diatas nilai rata-rata sampel
sebanyak 27 orang (45%) dan lebih banyak
ditemukan pada kelompok oksitosin
sebanyak 17 orang (28,3%) dan kelompok
misoprostol sebanyak 10 orang (16,6%).
Lama pelepasan plasenta lebih
cepat pada kelompok yang diberikan
misoprostol
sublingual
dibandingkan
dengan kelompok oksitosin intramuskular
dengan nilai rerata±SD 9,09±2,15 menit.
Sedangkan kelompok oksitosin dengan
nilai rerata±SD 10,45±2,26 menit. Hal ini
secara deskriptif menunjukkan bahwa
misoprostol sublingual lebih cepat dalam
154
duration of the third stage of delivery
ISSN 2252-5416
Tabel 1. Analisis Perbedaan Misoprostol Sublingual dan Oksitosin IM Terhadap Lama
Pelepasan Plasenta dan Jumlah Perdarahan Kala III Persalinan
Jenis Variabel
Jenis Tindakan
Lama Pelepasan
Plasenta (mnt)
Jumlah darah kala
III persalinan (ml)
Misoprostol sublingual
Oksitosin IM
Misoprostol sublingual
Oksitosin IM
*Uji T Independen P=0,012
N
Rerata±SD
35
35
35
35
9,09±2,15
10,45±2,26
190,73±18,91
220,24±39,26
Nilai P
0,012*
0,000**
**Uji Mann-Whitney P=0,000
hal lama pelepasan plasenta sedangkan
jumlah darah kala III persalinan yang
menggunakan misoprostol sublingual lebih
sedikit dibandingkan dengan yang
menggunakan oksitosin intramuskular
dengan nilai rerata±SD 190,73±18,91 ml
sedangkan yang menggunakan oksitosin
dengan nilai rerata±SD 220,24±39,27 ml.
Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah
darah pada kala III persalinan masih dalam
batas normal (Tabel 1).
Berdasarkan T Test Independen
dapat dilihat ada perbedaan yang
signifikan terhadap lama pelepasan
plasenta antara misoprostol sublingual
dengan nilai rerata±SD 9,09±2,15 menit
sedangkan oksitosin intramuskular dengan
nilai rerata±SD 10,45±2,26 menit dengan
nilai P = 0,012. Berdasarkan MannWhitney Test dapat dilihat jumlah darah
pasca persalinan dengan menggunakan
misoprostol sublingual lebih sedikit
dengan nilai rerata±SD 190,73±18,91 ml
sedangkan yang menggunakan oksitosin
intramuskular dengan nilai rerata±SD
220,23±39,26 ml dengan nilai P = 0,000
untuk jumlah perdarahan pasca persalinan
(Tabel 1).Dari 70 responden penelitian ini,
hanya terdapat 3 orang (4,29%) yang
mengalami efek samping berupa demam
dan mual, semuanya yang menggunakan
misoprostol sublingual. Sedangkan 67
orang (95,71%) tidak mengalami efek
samping, pada responden yang menggunakan oksitosin tidak satupun yang
mengalami
efek
samping.
Setelah
dianalisis secara statistik (Chi-Square Test)
ternyata tidak memperlihatkan hubungan
yang signifikan terhadap jenis efek
samping dari penggunaan dari kedua obat
tersebut (P = 0,098).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Didapatkan lama pelepasan plasenta
lebih cepat pada misoprostol sublingual.
Didapatkan jumlah perdarahan lebih
sedikit pada kelompok misoprostol
sublingual.
Tidak ditemukan perbedaan signifikan
efek samping pada kedua kelompok
perlakuan.
Saran
Penatalaksanaan pencegahan perdarahan pasca persalinan dengan menggunakan misoprostol perlu disosialisasikan.
155
Yusran Antonius, et al.
ISSN 2252-541
Sydney, New York: Harper and row
publisher, chapter 11, 292-309.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2001. Mencegah perdarahan
pasca persalinan : Menangani
Persalinan Kala Tiga. Outlook, Vol
19.
Fitzgerald PA, 2004. Hypotalamic &
pituitary hormones. In: Katzung BG,
ed. Basic & Clinical Pharmacology.
9th ed. Singapore: McGraw-Hill;
p.620-2
Anonymous, 2005. Misoprostol use in
obstetric and gynecology. Outlook,
Vol 21.
Gainey HL. 1995. Post partum observation
of pelvic tissue damage; further
studies. Amer J Obstet Gynec, 70 :
800.
Bangsawan N, Farid RB, Tessy T, 2003.
Perbandingan penggunaan oksitosin
dengan misoprostol pada manajemen
aktif kala III. Kumpulan Makalah
Bebas: Dibacakan pada KOGI XII
2003. Yogyakarta. SMF Obgin FK
Unhas.
Ganiswara SG dkk, 1995. Misoprostol,
Bagian FKUI, Jakarta, Edisi 4, 507508
Graves C, 1996. Agents that causes
contraction or relaxation of the uterus,
The Pharmacological Basis of
Therapeutics, New York, 9 th edition,
70-77
Beischer, Norman A, Mackay EV, 1986.
Post partum hemorrhage and shock,
Obstetrics and the newborn. Sydney,
Hongkong, Tokyo: WB Saunders
Company, Section 9, chapter 54, 501519.
Jordan S, Hartono A editor, 2003. Obat
oksitosik, Farmakologi kebidanan,
New York, Jakarta, EGC, 143-175.
Begley C, 1999. A comparasion of active
and physiological management of a
third stage of labour, Midwifery,
London, 3-17.
Kemal K, Saifuddin AB & Rachimhadi.
2008. Fisiologi dan mekanisme
persalinan normal, Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Hal 296-314
Caliskan E, Aykan B & oztruk N, 2003. Is
rectally or administered misoprostol
and oxytocin combination more
effective in prevention of postpartum
hemorrhage when compared with
oxytocyn alone? Artemis; vol 4 (4),
38-44.
Karkata
MK,
Saifuddin
AB
&
Rachimhadi.
2008,
Perdarahan
pascapersalinan, Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Hal 522-529.
Carpenter Joyee P, 2000. Misoprostol for
prevention
of
postpartum
hemorrhage: An Evidence Based
Review by The United States
Pharmacopeia;
Developed:
6/16/2000, Revised: 6/30/2001. Page
1-9.
Llewellyn-Janes Derek. 1994. The course
and management of childbirth,
Fundamentals of Obstetrics and
Gynecology. 6 th ed. London,
Toronto, Tokyo: Mosby, chapter 10,
67-85.
Cunningham, F. Gary Cs. 2001. Conduct
of normal labor and delivery. William
obstetrics, 21 th ed. New York,
Sidney, Toronto, New Delhi: Mc
Graw-Hill. Section IV, Chapter 13,
309-331.
Menkes, 2009: Penurunan angka kematian
ibu dan bayi jadi program prioritas
tahun 2009. Portal Akademik
Universitas Gadjah Mada. webugm
@ugm.ac.id. Accessed, Mei 25th
2009.
Connor, Timethy C, Cavanagh D, 2002.
Post partum emergencies, London,
O’Brien P et al, 1998. Rectally administred
misoprostol for the treatment of
156
duration of the third stage of delivery
ISSN 2252-5416
postpartum haemorrhage unresponsive to oxytocin and ergometrine: a
descriptive study. British journal of
obstetrics and gynaecology : 212-14.
Universitas Padjadjaran. Hal. 268290.
Sorakin, Yeram, Ransem SB, 2000.
Obstetrics haemorhage, Practical
strategies in obstetrics and gynecology, Philadelpia, Sidney, Tokyo,
Chapter 29, 311-321.
Parker KL, Schimer BP. 2001. Pituitary
hormones and their hyphotalamic
releasing factors In: Hardman JG,
Limbird LE, eds. Goodman &
Gilman’s the Pharmacological Basis
of therapeutics. 10th ed. New York:
McGraw-Hill; P.1558-61.
Still, Douglas K, James DK, 2001. Post
partum haemorrhage and other
problems of the third stage, High risk
pregnancy,
Management option,
London, Toronto, Sidney, WB
Saunders Company,
Chapter 68,
1167-1183.
Pribadi A, Saifuddin AB & Rachimhadi.
2008. Asuhan persalinan normal,
Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
Hal 334-347.
Syarif A et al, 2008. Oksitosik.
Farmakologi dan Terapi, Edisi
kelima, FKUI. Hal 410-20
Riady, Tessy T, Murah Manoe IMS, 2009.
Perbandingan efektifitas misoprostol
dengan oksitosin terhadap pencegahan perdarahan pasca persalinan, SMF
Obgin FK Unhas.
Tang OS, Gemzel DK & Ho PC, 2007.
Misoprostol: Pharmacokinetic profiles,
effects on the uterus and side effects.
International Journal of Gynaecology
and Obstetrics; 99, 160-7.
Saifuddin AB, 2000. Persalinan normal,
Buku panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal,
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal. 6-23.
Yanti A, Wibowo N, Wiknjosastro GH,
1999. Efektifitas misoprostol dan
ergometrin oral sebagai uterotonik
profilaksis dalam penatalaksaan aktif
kala III persalinan. Dalam: Majalah
Obstetri dan Ginekologi Indonesia,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo; 23: p. 103-108.
Sastrawinata Sulaiman, 2003. Pimpinan
persalinan biasa, Obstetri fisiologis,
Bandung: Bagian obstetric dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran
157
Download