BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012:36) menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu kegiatan yang melibatkan koordinasi dan pengawasan suatu aktifitas kerja yang bertujuan agar pekerjaan tersebut tidak hanya selesai melainkan juga berjalan secara efektif dan efisien. Robbin dan Coulter membedakan antara efisien dengan efektif. Efisien adalah mendapatkan hasil yang paling banyak dengan jumlah input yang minimal. Sedangkan Efektif adalah melakukan sesuatu dengan benar untuk pencapaian tujuan yang baik. 2.1.2 Fungsi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012:37), fungsi manajemen meliputi: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). • Planning atau perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi. • Organizing atau koordinasi adalah memastikan bahwa tugas-tugas yang telah diberikan terlaksana dengan baik sesuai dengan struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. • Leading atau memimpin adalah fungsi manajemen leading berarti tentang interpersonal skill yang dimiliki oleh seorang manajer/ leader karena dalam fungsi manajemen dalam kepemimpinan berfungsi untuk mengambil sebuah keputusan dan membuat batasan-batasan otoritas pengambilan keputusan sehingga pekerjaan mereka menghasilkan sebuah pencapaian yang jelas dan terkait dengan pencapaian tujuan organisasi, agar terarah. 7 8 Controlling atau pengendalian berfungsi sebagai pengawasan atau memastikan keterlibatan anggota organisasi sesuai dan konsisten dengan nilai-nilai dan standar organisasi. Salah satu hal yang dapat di kontrol adalah waktu. Dan hal-hal yang berkaitan dengan standar perusahaan antara lain ialah budaya perusahaan dan nilainilai atau norma perusahaan. Menurut Robbins dan Coulter (2012:37) perencanaan tersebut ada 2 macam bentuk, yaitu : 1. Rencana formal : rencana tertulis yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan suatu perusahaan atau organisasi dalam jangka waktu tertentu dan merupakan rencana bersama anggota korporasi. Rencana ini dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kepahaman tentang apa yang harus dilakukan untuk tujuan bersama sebuah organisasi atau perusahaan. 2. Rencana informal : rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Rencana ini mencangkup pada kemampuan anggota dalam hubungannya dengan seorang manager. Sedangkan Fayol dalam Usman (2011:28) merumuskan fungsi-fungsi manajemen menjadi 5 poin yang disingkat sebagai POCCC (Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, dan Controlling). 1. Planning = Perencanaan tujuan perusahaan dan bagaimana strategi untuk mencapai tujuan tersebut dengan sumber daya yang tersedia. Perencanaan terbagi menjadi perencanaan strategi dan perencanaan operasional. a. Perencanaan Strategi terdiri dari: • Strategi korporasi: pengalokasian sumber daya untuk perusahaan secara total. • Strategi bisnis: strategi bisnis pada salah satu lini di dalam perusahaan. • Strategi fungsional: strategi bisnis yang mengarah pada satu bidang produksi saja. b. Perencanaan operasional terdiri dari: • Perencanaan produksi: metode yang digunakan dalam proses produksi. • Perencanaan keuangan: dana yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan. • Perencanaan fasilitias: fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan. • Perencanaan pemasaran: penjualan dan distribusi barang atau jasa. 9 Untuk merumuskan suatu perencanaan, dapat digunakan 5W+1H, yaitu: - Tindakan apa yang harus dikerjakan? - Mengapa tindakan itu harus dikerjakan? - Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan? - Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? - Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? - Bagaimanakah cara melaksanakan tindakan itu? 2 Organizing = Pengorganisasian atau singkronisasi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya fisik, dan sumber daya modal dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses pengorganisasian: a. Mengidentifikasi kegiatan b. Mengelompokkan kegiatan c. Mengklasifikasikan otoritas d. Koordinasi antara wewenang dan tanggung jawab 3.Commanding = Fungsi commanding sama dengan mengarahkan (actuating). Commanding dilakukan dengan memberikan arahan kepada karyawan agar dapat menunaikan tugas mereka masing-masing. Selain itu, commanding dilakukan agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai pada tujuan yang telah ditetapkan semula. 4.Coordinating = Coordinating adalah salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi. 5.Controlling = Controlling atau pengendalian atau pengawasan adalah suatu kegiatan untuk memantau, membuktikan, dan memastikan seluruh kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya 10 dapat berjalan sesuai target atau tujuan tertentu. Pada dasarnya kedua sumber tersebut memiliki maksud yang sama dalam menjelaskan fungsi manajemen. 2.2 Pengertian Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2011:36) Manajemen operasional adalah serangkaian kegiatan dalam menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan merubah dari masukan menjadi keluaran (input – output). Bidang manajemen operasional ini tergolong muda, walaupun pengembangannya tergolong tua. Ada 3 fungsi dalam manajemen operasional yang perlu diperhatikan: • Pemasaran, dimana akan menimbulkan permintaan, atau setidaknya ada pesanan terhadap produk atau jasa • Produksi, yang menghasilkan produk • Keuangan, yang memantau apakah perusahaan tersebut berjalan dengan baik, membayar seluruh tagihannya, dan mengumpulkan uang Ada 4 alasan mempelajari Manajemen operasional: • Manajemen operasional adalah satu dari tiga fungsi utama dalam sebuah organisasi dan sangat berhubungan dengan fungsi-fungsi utama dalam suatu organisasi. • Mengetahui carabagaimana memproduksi barang atau jasa. • Manajemen operasi merupakan bagian termahal dari suatu organisasi karena sebagian besar pendapatan perusahaan dikeluarkan pada fungsi operasional.Perlunya perbaikan sistem pelayanan jasa dan produksi barang • Agar kita mengerti apa yang harus dilakukan oleh manajer operasi 2.3 Jasa 2.3.1 Definisi jasa Menurut Kotler dalam Hurriyati (2010:27) “Jasa ialah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk.” Dalam hal ini berarti adalah suatu pihak yang menawarkan setiap tindakan kepada pihak lain secara tidak terwujud yang menyebabkan perpindahan kepemilikan. 11 2.3.2 Karakteristik Pelayanan/Jasa (Service) Jasa memiliki empat karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan berdampak pada strategi mengelola memasarkannya. Keempat karakteristik utama tersebut dinamakan paradigm IHIP : Intangibility,Heterogeneity, Inseparability, dan Perishability (Tjiptono dan Chandra,2011:35). 1) Intangibility (Tak Berwujud) Jasa bersifat intangibility, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa,dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. 2) Heterogeneity/Variability (Bervariasi) Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya terdapat banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis,tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut diproduksi. 3) Inseparibility (Tidak Terpisahkan) Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual, baru dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. 4) Perishability (Mudah Lenyap) Perishability berarti bahwa jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu datang, dijual kembali, atau dikembalikan. 2.4 Kualitas 2.4.1 Pengertian Kualitas Menurut Heizer dan Render (2011:222), semua fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mengandalkan pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat 12 Sumber:Heizer dan Render (2011:222) Gambar 2.1 Cara Peningkatan Kualitas Dapat diartikan bahwa tujuan dari peningkatan kualitas adalah dapat menarik pembeli, kualitas yang meningkat dapat diartikan performa yang lebh baik,fitur yang lebih menarik dan lain lain. Menurut Kotler dalam Laksana (2008,85) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut: 1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan. 2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan 3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah. 13 2.4.2 Dimensi Kualitas 2.4.2.1 Dimensi Kualitas Produk Ada delapan dimensi kualitas yang dikembangkan oleh Garvin dalam Menurut Orville, Larreche, dan Boyd (2005: 422) dan dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk menufaktur. Dimensi tersebut adalah : • Kinerja (Performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti (kekuatan/keutamaan dari produk) • Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. • Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan megalami kerusakan atau gagal pakai. • Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to specification) yaitu sejau mana karakteristik dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. • Daya tahan (durability) berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. • Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi; penanganan keluhan yang memuaskan. • Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra. • Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya 2.4.2.2 Dimensi Kualitas Jasa Sementara itu Parasuraman dalam Arief (2007:125) berhasil mengidentifikasi sepuluh faktor utama yang menentukan kualitas pelayanan. Pendapat tersebut dikemukan sebagai berikut : 1) Reability, mencakup 2 hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama (right the first time) 2) Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan. 14 3) Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan tertentu. 4) Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. 5) Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respect, perhatian, dan keramahan yang dimiliki para Contact Person. 6) Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat dipahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. 7) Credibility, yaitu sikap jujur dan dapat dipercaya. 8) Security, yaitu aman dari bahaya, resiko dan keragu-raguan. Aspek ini meliputi keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial (financial safety) dan kerahasian (confidenfiality). 9) Undestanding atau knowing the customer, yaitu usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan. 10) Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa bias berupa fasilitas fisik, peralatan yang dipergunakan, reorientasi fisik dari jasa. Dalam perkembangan selanjutnya 10 dimensi kualitas pelayanan yang ada dapat dirangkum menjadi hanya 5 (lima) dimensi pokok. Hal ini dikemukakannya sebagai berikut: 1) Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. 2) Kehandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan segera, akurat dan memuaskan. 3) Daya tanggap (responsiveness), yaitu kemampuan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4) Jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan. 15 5) Empati (empathy) mencakup kemudahan dalam melaukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan (Tjiptona, 2005:70) 2.5 Total Quality Management Konsep TQM berasal dari tiga kata yaitu total, quality, dan management. Fokus utama dari TQM adalah kualitas/mutu. Terkait dengan mutu sebagai fokus utama, ada beberapa definisi mengenai mutu. Berikut adalah beberapa definisi mutu menurut para ahli dalam (Ismanto,2009:64), Crosby mendefinisikan mutu sebagai “tercukupinya kebutuhan” (conformance to requirement). Juran dan Gray mendefinisikan mutu sebagai “baik untuk digunakan” (fitness for use). Fred Smith, CEO General Expres mengartikan kualitas sebagai kinerja standar yang diharapkan oleh pemakai produk atau jasa (customer). Sedangkan General Service Administration (GSA) mendefinisikan kualitas adalah pertemuan kebutuhan customer pada awal mula dan setiap saat. Menurut Goetsch dan Davis dalam (Siswanto, 2007: 195), mutu (quality) merupakan suatu kondisi 28 dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kata selanjutnya adalah total, yang dalam bahasa Indonesia sering dipakai kata menyeluruh atau terpadu. Kata total (terpadu) dalam TQM menegaskan bahwa setiap orang yang berada dalam organisasi harus terlibat dalam upaya peningkatan secara terus menerus (Sallis, 2011: 74) Ada enam konsep program dalam penerapan TQM yang efektif menurut Heizer (2011,233), yaitu: a. Perbaikan Berkesinambungan( continous improvement) TQM membutuhkan perbaikan berkesinambungan yang tidak pernah berhenti yang mencakup orang, peralatan, pemasok, bahan, dan prosedur. Dasar filosofi ini adalah setiap aspek dari operasi perusahaan dapat diperbaiki. Tujuan akhirnya adalah kesempurnaan yang tidak akan pernah dapat diraih, tetapi selalu diupayakan. b. Six Sigma Six sigma adalah program untuk menghemat waktu, meningkatkan kualitas, dan menurunkan biaya. Six sigma juga merupakan sebuah sistem yang menyeluruh yaitu suatu strategi karena berfokus pada kepuasan pelanggan total, disiplin karena 16 mengikuti six sigma improvement model formal, dan sekumpulan perangkat (lembar perangkat, diagram sebab-akibat, diagram pareto, diagram alir, histogram, dan statistical process control) untuk memperoleh dan mempertahankan kesuksesan dalam bisnis. c. Pemberdayaan Pekerja Pemberdayaan pekerja berarti melibatkan pekerja pada setiap langkah proses produksi.Ada beberapa cara untuk memberdayakan pekerja: • Membina jaringan komunikasi yang melibatkan pekerja • Membentuk para pekerja yang bersikap terbuka dan mendukung • Memindahkan tanggung jawab dari manajer dan tsaf kepada para pekerja di bagian produksi • Membangun organisasi yang memiliki moral yang tinggi • Menciptakan struktur organisasi formal sebagai tim-tim dan lingkaranlingkaran kualitas d. Benchmarking Benchmarking merupakan pemilihan standar kinerja yang mempresentasikan kinerja terbaik dari suatu proses atau aktivitas. Benchmarking meliputi pemilihan standar produk, jasa, biaya atau kebiasaan yang mewakili suatu kinerja terbaik dari proses atau aktivitas serupa dengan proses atau aktivitas Anda. Langkah menetapkan benchmark antara lain: • Menetapkan apa yang akan dijadikan benchmark • Membentuk tim benchmark • Mengidentifikasi mitra-mitra benchmark • Mengumpulkan dan menganalisis informasi benchmark • Mengambil tindakan untuk menyamai atau melebihi benchmark Ukuran-ukuran kinerja khusus yang digunakan dalam benchmark meliputi persentase cacat, biaya per unit atau per pesanan, waktu proses per unit, waktu respon layanan, imbal hasil investasi, tingkat kepuasan pelanggan, dan tingkat ingatan pelanggan. 17 e. Just in Time Konsep JIT diadakan untuk perbaikan berkesinambungan dan penyelesaikan masalah. Dalam konsep JIT, barang diproduksi dan diantarkan saat mereka dibutuhkan (saat ada permintaan). JIT berkaitan dengan kualitas dalam beberapa hal: • JIT memangkas biaya kualitas • JIT meningkatkan kualitas Kualitas yang lebih baik berarti persediaan yang lebih sedikit, serta sistem JIT yang lebih baik dan mudah digunakan. Tujuan memiliki persediaan adalah melindungi kinerja produksi yang buruk yang disebabkan oleh kualitas yang tidak dapat diandalkan. Jika kualitasnya konsisten, maka JIT membuat perusahaan dapat mengurangi semua biaya yang terkait pada persediaaan. f. Konsep Taguchi Genichi Taguchi memberikan tiga konsep yang bertujuan memperbaiki kualitas produk dan proses, yaitu: • Ketangguhan kualitas (quality robuustness) Produk berkualitas tangguh adalah produk yang dapat diproduksi secara beragam dan konsisten dalam segala kondisi manufaktur dan lingkungan yang kurang baik dan bukan menghilangkan penyebabnya. Taguchi menyarankan bahwa menghilangkan pengaruh biasanya lebih murah daripada menghilangkan penyebab, dan lebih efektif dalam memproduksi produk yang tangguh. Dengan cara ini, variasi kecil dalam bahan dan proses tidak akan mengganggu kualitas produk. • Fungsi kerugian kualitas(quality loss function) Quality loss function (QLF) mengidentifikasikan semua biaya yang berkaitan dengan kualitas rendah dan menunjukan bagaimana biaya ini meningkat jika kualitas produk semakin jauh dengan keinginan pelanggan. Biaya ini tidak hanya meliputi ketidakpuasan pelanggan, tetapi juga biaya garansi dan jasa, biaya pemeriksaan internal, perbaikan, scrap, dan biaya-biaya yang dianggap sebagai biaya bagi masyarakat. 18 • Kualitas berorientasi sasaran (target oriented quality) Kualitas berorientasi sasaran merupakan sebuah filosofi perbaikan terus menerus untuk membuat kualitas produk tepat sesuai dengan sasaran. Deming dalam Schroeder (2007:145) menekankan peran manajemen harus mementingkan peningkatan kualitas dari sebuah sistem yang stabil. Definisi ini menekankan dua hal. Pertama, segala sistem (administratif, desain, produksi, dan penjualan) harus stabil dalam perhitungan statistik. Aspek yang kedua yaitu perbaikan terus menerus dalam varian sistem untuk menekan untuk mengurangi perbedaan dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Filosofi Deming yang terkenal adalah sebagai berikut. Tabel 2.1 Kualitas Menurut Deming 1. Buat ketetapan tujuan ke arah perbaikan produk dan layanan, dengan tujuan untuk menjadi kompetitif dan untuk bertahan dalam bisnis, dan untuk menyediakan lapangan kerja. 2. Adopsi Filosofi Baru. Kita berada dalam zaman ekonomi baru. Manajemen harus bangun dan menerima tantangan, harus belajar bertanggung jawab mereka, dan menggunakan kepemimpinan untuk menciptakan perubahan. 3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi untuk mencapai kualitas. Hilangkan kebutuhan akan pemeriksaan mendasar secara massal, ciptakan produk yang berkualitas sejak awal. 4. Akhiri praktik melakukan bisnis berdasarkan harga. Sebaliknya, minimalkan biaya total. Bergeraklah ke arah pemasok tunggal untuk setiap satu item, ciptakan hubungan jangka panjang berdasarkan kesetiaan dan kepercayaan.. 5. Tingkatkan kualitas produk dan pelayanan secara konstan dan berkesinambungan, tingkatkan kualitas dan produktivitas, dan dengan demikian biaya terus-menerus mengalami penurunan. 6. Lembagakan pelatihan di tempat kerja. 7. Lembaga kepemimpinan. Tujuan pengawasan haruslah untuk membantu manusia, mesin-mesin, dan peralatan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Tingkatkan kualitas dari pengawasan manajemen dan pengawasan pekerja produksi. 8. Hilangkan rasa takut, sehingga setiap orang dapat bekerja efektif untuk perusahaan. 19 9. Hancurkan penghalang antar departemen. Orang-orang dalam penelitian, desain, penjualan, dan produksi harus bekerjasama sebagai sebuah tim, untuk mengantisipasi hasil produksi dan penggunaannya, dengan demikian masalahnya bisa dideteksi secara dini dalam proses menghasilkan produk atau jasa. 10. Hilangkan slogan-slogan, desakan, dan target untuk angkatan kerja meminta tanpa cacat dan tingkat produktivitas baru. Nasihat seperti itu hanya menciptakan hubungan yang berlawanan, sebagai bagian terbesar dari penyebab rendahnya kualitas dan produktivitas rendah milik sistem dan dengan demikian berada di luar kuasa tenaga kerja. 11. Hilangkan bekerja berdasarkan standar (kuota) di lantai pabrik. Gantikan dengan kepemimpinan. ilangkan manajemen dengan angka-angka, numerik tujuan. Gantikan dengan kepemimpinan. 12. Menghilangkan hambatan penipu di manajemen dan rekayasa hak mereka untuk kebanggaan dalam pengerjaan. 13. Institut program pendidikan dan perbaikan diri yang kuat. 14. Letakkan semua orang di perusahaan untuk bekerja dan mencapai transformasi. Sumber: Schroeder (2007:145) Menurut Juran dalam Schroeder (2007:145) mengatakan 3 serangkai terkait kualitas yaitu: planning, control, and improvement dari kualitas. Perencanaan digunakan perusahaan utuk identifikasi sebagian besar tujuan bisnis, konsumen, dan produk yang diperlukan. Produk baru harus diluncurkan setelah di uji dan ketika cocok dengan apa yang diinginkan konsumen. Dia menyimpulkan ada banyak peningkatan kualitas yang membutuhkan perencanaan yang berhati-hati untuk memastikan hal yang terpenting dalam masalah peningkatan kualitas. Juran menekankan pada pengendalian kualitas melalui metode statistik. Dia setuju manajemen harus sesuai dengan prosedur dan metode yang dibutuhkan untuk memastikan kualitas dan dapat bekerja untuk meningkatkan kualitas dalam pengendalian sistem. Juran menyarankan kedua terobosan dalam improvement dan continous improvement dari proses. Dia setuju bahwa sistem harus selalu berada dalam pengendalian statistik. Juran percaya bahwa training dan keterlibatan dari semua pegawai sangat penting untuk memastikan peningkatan kualitas yang berkelanjutan. 20 2.5.1 Konsep Dasar TQM PDCA adalah singkatan dari PLAN, DO, CHECK dan ACT yaitu siklus peningkatan proses (Process Improvement) yang berkesinambungan atau secara terus menerus seperti lingkaran yang tidak ada akhirnya. Konsep siklus PDCA (Plan, Do, Check dan Act) ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli manajemen kualitas dari Amerika Serikat yang bernama Dr. William Edwards Deming. Sumber:Heizer dan Render (2011:233) Gambar 2.2 Konsep Dasar TQM Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai siklus PDCA (PDCA Cycle) dalam Heizer dan Render (2011:233) : • PLAN (MERENCANAKAN) Tahap PLAN adalah tahap untuk menetapkan Target atau Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan proses ataupun permasalahan yang ingin dipecahkan, kemudian menentukan Metode yang akan digunakan untuk mencapai Target atau Sasaran yang telah ditetapkan tersebut. Dalam Tahap PLAN ini juga meliputi pembentukan Tim Peningkatan Proses (Process Improvement Team) dan melakukan pelatihan-pelatihan terhadap sumber daya manusia yang berada di dalam Tim tersebut serta batas-batas waktu (Jadwal) yang diperlukan untuk melakukan perencanaan-perencanaan yang telah ditentukan. Perencanaan terhadap penggunaan sumber daya lainnya seperti Biaya dan Mesin juga perlukan dipertimbangkan dalam Tahap PLAN ini. 21 • DO (MELAKSANAKAN) Tahap DO adalah tahap penerapan atau melaksanakan semua yang telah direncanakan di Tahap PLAN termasuk menjalankan proses-nya, memproduksi serta melakukan pengumpulan data (data collection) yang kemudian akan digunakan untuk tahap CHECK dan ACT. • CHECK (MEMERIKSA) Tahap CHECK adalah tahap pemeriksaan dan peninjauan ulang serta mempelajari hasil-hasil dari penerapan di tahap DO. Melakukan perbandingan antara hasil aktual yang telah dicapai dengan Target yang ditetapkan dan juga ketepatan jadwal yang telah ditentukan. • ACT (MENINDAK) Tahap ACT adalah tahap untuk mengambil tindakan yang seperlunya terhadap hasilhasil dari tahap CHECK. Terdapat 2 jenis Tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil yang dicapainya, antara lain : Tindakan Perbaikan (Corrective Action) yang berupa solusi terhadap masalah yang dihadapi dalam pencapaian Target, Tindakan Perbaikan ini perlu diambil jika hasilnya tidak mencapai apa yang telah ditargetkan. Tindakan Standarisasi (Standardization Action) yaitu tindakan untuk menstandarisasi-kan cara ataupun praktek terbaik yang telah dilakukan , Tindakan Standarisasi ini dilakukan jika hasilnya mencapai Target yang telah ditetapkan. Siklus tersebut akan kembali lagi ke tahap PLAN untuk melakukan peningkatan proses selanjutnya sehingga terjadi siklus peningkatan proses yang terus menerus (Continuous Process Improvement). Versi-versi lain yang merupakan pengembangan dari PDCA untuk melakukan peningkatan dan perbaikan proses maupun memiliki fungsi yang hampir sama antara lain : PDCA = Plan Do Check Adjust PDSA = Plan Do Study Act 22 OPDCA = Observe Plan Do Check Act (dalam Lean Manufacturing System) DMAIC = Define, Measure, Analysis, Improve Control (dalam Six Sigma) 2.5.2 Manajemen Mutu Terpadu Dalam Industri Jasa Mutu jasa lebih sulit diukur dibandingkan barang, salah satu penyebabnya adalah karena jasa tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan. Berikut ini penjelasan mengenai ke-5 dimensi di atas, yaitu: 1. Tangibles (bukti terukur), menggambarkan fasilitas fisik, perlengkapan, dan tampilan dari personalia serta kehadiran para pengguna. 2. Reliability (keandalan), merujuk kepada kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan handal. 3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kesediaan untuk membantu pelanggan serta memberikan perhatian yang tepat. 4. Assurance (jaminan), merupakan karyawan yang sopan dan berpengetahuan luas yang memberikan rasa percaya serta keyakinan. 5. Empathy (empati), mencakup kepedulian serta perhatian individual kepada para pengguna. TQM berarti Menemukan persepsi dan harapan pelanggan Menurut Slack dan Johnston (2013,550) Sebelumnya beberapa mendefinisikan kualitas sebagai 'kesesuaian yang konsisten kepada pelanggan' harapan . Oleh karena itu pendekatan apapun untuk manajemen mutu harus selalu menyertakan perspektif pelanggan. Dalam TQM perspektif pelanggan ini sangat penting. Ini dapat disebut sebagai 'costumer centricity' atau voice of customer. Namun hal itu disebut, TQM menekankan pentingnya dimulai dengan wawasan kebutuhan pelanggan, keinginan, persepsi, dan preferensi. Hal ini kemudian dapat diterjemahkan ke dalam sasaran mutu dan digunakan untuk mendorong peningkatan kualitas. TQM berarti semua biaya kualitas benar-benar dipertimbangkan Menurut Slack,Johnston (2013,551) Mengontrol kualitas mungkin tidak kecil, apakah berada di pundak masing-masing individu, atau departemen kontrol 23 kualitas khusus. Oleh karena itu diperlukan untuk memeriksa semua biaya dan manfaat yang terkait dengan kualitas (pada kenyataannya 'biaya kualitas' biasanya diambil untuk merujuk pada biaya dan manfaat dari kualitas). Biaya ini kualitas biasanya dikategorikan sebagai biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal. Biaya pencegahan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mencoba untuk mencegah masalah, kegagalan dan kesalahan dari terjadi di tempat pertama. Mereka termasuk hal-hal seperti: • mengidentifikasi potensi masalah dan menempatkan proses yang benar sebelum kualitas yang buruk terjadi; • merancang dan meningkatkan desain produk dan layanan dan proses untuk mengurangi masalah kualitas; • pelatihan dan pengembangan personil dengan cara yang terbaik untuk melakukan pekerjaan mereka; • pengendalian proses melalui SPC. Appraisal cost adalah biaya-biaya yang terkait dengan pengendalian kualitas untuk memeriksa untuk melihat apakah masalah atau kesalahan telah terjadi selama dan setelah penciptaan produk atau jasa. Mereka mungkin termasuk hal-hal seperti: • mendirikan penerimaan sampel rencana statistik; • waktu dan upaya yang diperlukan untuk memeriksa input, proses dan output; • mendapatkan pemeriksaan pengolahan dan data uji; • menyelidiki masalah kualitas dan memberikan laporan kualitas; • melakukan survei pelanggan dan audit mutu. Biaya kegagalan internal adalah biaya kegagalan terkait dengan kesalahan yang diatur dalam operasi. Biaya ini mungkin termasuk hal-hal seperti: • biaya suku cadang bekas dan material; • bagian dan bahan ulang; • waktu produksi yang hilang akibat mengatasi kesalahan; 24 • kurangnya konsentrasi karena menghabiskan waktu mengatasi masalah ketimbang perbaikan. Biaya kegagalan eksternal adalah mereka yang berhubungan dengan kesalahan akan keluar dari operasi untuk pelanggan. Biaya ini mencakup hal-hal seperti: • kehilangan goodwill pelanggan yang mempengaruhi bisnis masa depan; • pelanggan yang dirugikan yang bisa memakan waktu hingga waktu; • litigasi (atau pembayaran untuk menghindari litigasi); • jaminan dan garansi biaya; • biaya untuk perusahaan menyediakan kemampuan yang berlebihan (terlalu banyak kopi dalam kemasan atau terlalu banyak informasi kepada klien). 2.6 Pengertian SERVQUAL SERVQUAL merupakan suatu cara instrument untuk melakukan pengukuran kualitas jasa dalam serangkaian penelitian mereka terhadap sektor-sektor jasa, model ini juga dikenal dengan istilah Gap. skor dalam kualitas pelayanan dihitung dari perbedaan dengan menghubungkan ekspektasi dan persepsi pelanggan, (Fitzsimmons,2007:132). Penentu kualitas pelayanan Sumber:Fitzsimmons(2006:128) Gambar 2.3 Determinant of SERVQUAL Harapan/ekspektasi dalam pelayanan ditentukan berdasarkan beberapa faktor diantaranya adalah strategi WOM yang dibentuk oleh marketer terhadap imej dari 25 pelayanan, kebutuhan personal terkait dengan pelayanan yang dibutuhkan, dan juga pengalaman di masa lalu baik dengan perusahaan kompetitor maupun pelayanan pada umumnya. Jika ES > PS, maka kualitas yang diterima lebih kecil dibanding yang dharapkan dan akan membawa pada kualitas tidak bisa diterima, dengan meningkatkan kesenjangan antara ES dan PS. Jika ES = PS, kualitas pelayanan yang diterima sesuai/saa dengan apa yang diharapkan dalam pelayanan tersebut. Dan jika ES < PS, maka kualitas pelayanan yang diterima lebih dari yang diharapkan. Dengan kata lain bisa disebut over expectation. 2.6.1 Gap dalam service quality • Gap 1 Adanya gap antara ekspektasi pelanggan dan persepsi manajemen terhadap ekspektasi pelanggan. Gap 1 muncul karena manajemen tidak memahami sepenuhnya tentang ekspektasi konsumen yang disebabkan beberapa hal diantaranya:faktor iklan, pengalaman dimasa lalu dengan perusahaan tersebut dan juga kompetitor, kebutuhan personal, dan juga komunikasi dengan teman. • Gap 2 Gap tersebut disebabkan karena manajemen tidak mampu memformulasi tingkatan target dari kualitas pelayanan untuk menghubungkan persepsi dari ekspektasi pelanggan dan juga menerjemahkan ke dalam spesifikasi kerja. • Gap 3 Pada gap ini muncul karena beberapa alasan,termasuk kurang kerjasamanya dalam tim, salah dalam pemilihan karyawan, training yang kurang, job design yang kurang cocok. • Gap 4 Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Gap ini muncul karena perbedaan antara service yang diberikan dan komunikasi eksternal tidak sesuai dengan janji yang diberikan dan juga buruknya informasi yang diberikan oleh seseorang. 26 • Gap 5 Gap antara jasa yang dipersepsikan dan jasa yang diharapkan. Gap ini berartibahwa jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan tidak sesuai dengan jasa yang diharapkan. Sumber: Fitzsimmons (2006:131) Gambar 2. 4 SERVQUAL GAP 2.6.2 Pengukuran SERVQUAL Pengukuran kualitas jasa dalam model SERVQUAL ini didasarkan pada skala multi item yang dirancang untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan. Serta Gap diantara keduanya pada lima dimensi kualitas jasa yaitu (Reliability, daya tanggap, jaminan, Empaty dan Bukti fisik), kelima dimensi kualitas tersebut dijabarkan dalam beberapa butir pertanyaan untuk atribut harapan dan variabel presepsi berdasarkan skala likert. Skor SERVQUAL untuk tiap pasang pertanyaan bagi masing-masing pelanggan dapat dihitung berdasarkan rumus berikut Zeithaml dalam Tjiptono (2005). Skor gap(Q)= Skor PERSEPSI (P)— Skor HARAPAN(E) Skor Gap kualitas jasa pada berbagai level secara rinci dapat dihitung berdasarkan: • Item-by-item analysis, misal P1 – H1, P2 – H2, dst. Dimana P = Persepsi dan H = Harapan 27 • Dimensi-by-dimensi analysis, contoh: (P1 + P2 + P3 + P4 / 4) – (H1 + H2 + H3+ H4 / 4) dimana P1 sampai P4 dan H1 sampai H4 mencerminkan 4 pernyataan persepsi dan harapan berkaitan dengan dimensi tertentu. • Perhitungan ukuran tunggal kualitas jasa/gap SERVQUAL yaitu (P! + P2 +P3…..+ P22 / 22) – ( H1 + H2 + H3 +…..+ H22 / 22) 28 2.8 Kerangka Pemikiran Divisi Ritel PT. Lea Sanent Perancangan Kuesioner Berdasarkan 5 Dimensi Kualitas Jasa Penyebaran Kuesioner Ekspektasi Pelanggan Lea Persepsi jasa PT. Lea Sanent Uji Validitas & Reliabilitas Penghitungan Gap SERVQUAL Kesimpulan