MAKALAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA

advertisement
MAKALAH
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DI
INDONESIA
PENULIS :
FRANSISKA DEWI SETIOWATI SUNARYO
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH
FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. 2
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………….3
1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………………………3
1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………4
BAB II. MUNCULNYA PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA…………………..........5
2.1 KOLONIALISME DI INDONESIA……………………………………………….5
2.2 PEMBANGUNAN KOTA-KOTA …………………………………………...........6
BAB III. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA………………….9
3.1 MODERNISASI MASYARAKAT INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN …9
3.2 PARA TOKOH KEBANGKITAN NASIONAL……………………………….…11
3.3 PEMIKIRAN DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI………………………….13
BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….……..17
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dari sisi historis di awal abad ke-20, masyarakat modern di Indonesia yang terjajah,
terpisah dalam dua frame peradaban yang berbeda, yang pertama, masyarakat Belanda yang
tumbuh menjadi modern sejalan dengan proses moderenisasi yang terjadi di Eropa. Lalu yang
kedua, masyarakat modern yang tumbuh dari kalangan pribumi dan terjadi secara terbatas setelah
memperoleh kesempatan melalui pendidikan.Baru setelah era Kemerdekaan, terdapat dua frame
peradaban baru, yaitu masyarakat modern hasil pendidikan pemerintahan masa kolonial dan
masyarakat yang masih tradisional.
Proses moderenisasi berjalan beriringan dengan tumbuhnya pemikiran modern dalam
suatu bangsa, yang secara bertahap berkembang kearah terbentuknya masyarakat modern yang
lebih besar. Di wilayah Nusantara yang mengalami proses kolonialisasi, kegiatan pembangunan
fisik yang dilaksanakan oleh pemerintahan kolonial di Indonesia merupakan landasan
terbentuknya tatanan kebudayaan modern di era pasca kemerdekaan. Fenomena tersebut di
perkuat oleh adanya pendapat dari Kuntowidjoyo yang menilai bahwa dalam kajian historis, kita
perlu mendudukkan sejarah secara paralel dengan kegiatan pembangunan secara luas.
Pendapat lain tentang tumbuhnya masyarakat modern, seperti yang dikemukakan oleh
Eisenstadt, adalah bahwa proses modernisasi merupakan proses perubahan menuju tipe sistem
sosial, ekonomi, dan politik yang sebelumnya telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika
Utara dari abad ke-19 dan 20. Berdasarkan teori tersebut, Negara modern terbangun ketika
masyarakatnya telah memiliki pola pemikiran modern dalam sistem sosial, ekonomi dan politik.
Pendapat di atas dapat diterapkan pada bangsa Indonesia semasa kolonial Belanda, yang
kemudian mengalami pertumbuhan pola pikir rasional dan kesadaran kebangsaan. Pemikiran
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Inference”, yang berarti mengeluarkan suatu hasil
berupa kesimpulan.Ditinjau dari segi terminologi pemikiran adalah kegiatan manusia
mencermati suatu pengetahuan yang telah ada dengan menggunakan akalnya untuk mendapatkan
3
atau mengeluarkan pengetahuan yang baru atau yang lain. Sedangkan arti dari istilah atau kata
modern berasal dari kata latin yang berarti “sekarang ini”. Dalam pemakaiannya kata modern
mengalami perkembangan, sehingga berubah menjadi sebuah istilah. Kalau sebuah ” kata” hanya
mengandung makna yang relatif sempit, sedangkan sebuah ” istilah” akan mengandung makna
yang relatif lebih luas. Modern sebagai sebuah istilah dalam masyarakat kita sudah mulai
familiar, walaupun masih banyak yang verbalisme.Istilah modern ini terutama ditujukan untuk
perubahan sistem kehidupan ( dalam kontek lebih luas : peradaban ), yakni dari peradaban yang
bersifat telah lama menjadi peradaban yang bersifat baru.
Moderenisasi dalam arti arafiah adalah proses menjadi masyarakat tradisional menjadi
masyarakat modern. Ini berarti proses perubahan masyarakat dari masyarakat tradisional
menjadi masyarakat modern. Modernisasi adalah suatu gejala sosial yang dapat kita amati tandatandanya dalam kehidupan masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan definisi dari pemikiran modern di Indonesia adalah suatu aksi
paradigma berfikir tentang mencermati perubahan masyarakat Indonesia sesuai dengan
perkembangan zaman yang sarat dengan perubahan di bidang ilmu, teknologi, seni, politik,
budaya, dan sebagainya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana munculnya Pemikiran Indonesia Modern?
2. Bagaimana perkembangan pemikiran modern di Indonesia?
4
BAB II
MUNCULNYA PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA
2.1 Kolonialisme Di Indonesia
Pada tahun 1595 Belanda mengirim armada perdagangannya ke wilayah Indonesia, saat
itulah kolonialisasi mulai berkembang di Nusantara, tahun demi tahun, armada demi armada
mulai bermunculan ke Indonesia.Lalu adanya perang „Napoleon‟ yang membuat negeri Belanda
mengalami kehancuran ekonomi dan isolasi ekonomi, dan berharap pada negeri jajahannya untuk
dapat memperbaiki kehancuran ekonomi kerajaan Belanda.
Pada tahun 1830, Belanda menjalankan politik kolonial yang dinamakan Cultuursteltsel
(Tanam Paksa). Kebijakan politik ini lebih menekankan pada kewajiban penduduk pribumi untuk
menyediakan sejumlah hasil bumi yang nilainya sama dengan pajak tanah. Sejalan dengan itu,
pada tahun 1850 di negeri Belanda terjadi masa transisi menuju kearah masyarakat industri .pada
masa itu, di wilayah kerajaan Belanda segera dibangun pabrik-pabrik, rel kereta api, dan
pengembangan pelayaran. Itu semua berkat hasil dukungan finansial dari pelaksanaan
Cultuursteltsel.(Sartono Kartodirdjo, 1977)
Setelah beberapa dekade mendapat perlawanan dari kaum pribumi karena melakukan
kolonialisme, di tempuhlah jalan lain yaitu menggunakan siasat diplomatis terutama sejak perang
Diponegoro dan perang Sumatera Barat. Hal itu sejalan dengan meluasnya kritik dari masyarakat
Belanda sendiri terhadap kekejaman pemerintahan kolonial saat itu.Semakin kuatnya adanya
golongan sosialis di Belanda, dan sadarnya para pengusaha swasta Belanda yang melihat rakyat
pribumi yang makin miskin.Mereka berpendapat tujuan akhir kolonialisme Belanda adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan moral penduduk negara terjajah, menyebabkan
terjadinya perubahan dalam kebijakan politik kerajaan Belanda terhadap wilayah jajahannya.(
J.S.Furnivall,1983)
Pada tahun 1901, Ratu Wilhelmina mengumumkan kebijakan baru dalam menjalankan
politik kolonial, yaitu agar lebih memperhatikan kesejahteraan kaum pribumi, yang dikenal
5
dengan sebutan Politik Etis.Semenjak saat itu pemerintah Belanda mulai giat dengan
pembangunan fisik masyarakat pribumi.(Sartono Kartodirdjo,1977)
2.2 Pembangunan Kota- Kota
Dalam pola pembangunan fisik, pemerintah kolonial melakukan pola moderenisasi kota
kota sejalan dengan kebutuhan dan pemantapan kekuasaan kolonial. Pada tahun 1914, kota lama
yang telah terbangun di abad ke 13-14 pada masa keemasan kerajaan Mataram, seperti Cirebon,
Demak, dan lainnya, kemudian di tata ulang. Dibuatnya alun alun yang menjadi ciri kota jaman
kerajaan, bangunan huni untuk orang Eropa, benteng benteng tentara dan penjara, itu semua
modeltata kota untuk mengupayakan moderenisasi
yang disesuaikan dengan kebutuhan
pemerintah kolonial. Sejalan dengan pembangunan infrastruktur, berkembangnya pola pikir
modern di kalangan bangsa Indonesia asli, khususnya bagi kaum ningrat dan masyarakat
keturunan Belanda pribumi adalah kesempatan emas untuk
mengenyam pendidikan model
“Eropa”, terutama bagi mereka yang dikirim ke negeri Belanda.( M.C.Ricklefs.1994)
a. Pembangunan Fisik
Pembangunan fisik sebenarnya telah lama dirintis semenjak kekuasaan Daendels pada
tahun 1801, memerintahkan para bupati untuk membangun sekolah-sekolah.Pada tahun 1816
dimantapkanlah Undang-Undang Pengajaran, yang menjadi landasan hukum penyelenggaraan
pendidikan untuk rakyat pribumi.Tetapi baru pemerintahan dari Van de Bosch tahun 1849-1852
lah baru didirikan 20 sekolah modern di Hindia Belanda.(J.S.Furnivall,1983)
Sesuai dengan konsekwensi Politik Etis, sekolah sekolah dengan sistem modern tersebut
di perluas ke daerah desa-desa. Pada tahun awal abad ke-20, para pemuda pribumi menghadapi
permasalahn baru , yaitu tumbuhnya upaya untuk membentuk jati diri bangsa.
b. Timbulnya Masyarakat Terpelajar
Sejumlah pemuda pribumi terpelajar mulai membangun jati dirinya, dengan cara
mendorong kebanggaan sebagai bangsa, memperbesar loyalitas masyarakat terhadap bangsa,
serta melakukan pengorbanan demi kepentingan perjuangan dan menuju pembaharuan dengan
6
perubahan yang revolusioner. Rasa nasionalisme ini mulai berkembang di kalangan warga
pribumi yang kemudian menumbuhkan kesadaran untuk membawa negara kearah kemerdekaan.
Kelompok terpelajar pada umumnya sadar betul akan pentingnya kemerdekaan,
pandangan mereka bahwa status bangsa yang merdeka akan mempercepat proses mobilitas
politik, berkembangnya infrastuktur dan terjadinya perubahan sosial dalam semua jenjang
kehidupan bermasyarakat.
Tumbuhnya jiwa kebangsaan tersebut diikuti oleh didirikannya organisasi pemuda
Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 1908, Dr. Sutomo bersama rekan-rekan lulusan STOVIA
mendirikan Budi Utomo, organisasi yang membuat Indonesia menghadapi suatu zaman, yakni
pergerakan nasional. Dari organisasi inilah mulai bermunculan organisasi-organisasi pergerakan
nasional lainnya.(Suhartono,1994)
Selanjutnya ada organisasi pemuda Tri Koro Dharmo pada tahun 1915 yang bercita cita
untuk membentuk masyarakat Jawa Raya, meliputi orang Jawa timur, Jawa tengah juga orang
Sunda, Madura, dan Bali. Pada tahun 1918 organisasi ini mulai berubah namanya menjadi Jong
Java yang anggotanya hanya pemuda Jawa saja.
Ideologi organisasi ini dikenal dengan „Nasionalisme Jawa‟, dan pada tahun 1919
terbentuklah „Panitia Nasionalisme Jawa‟. Demi kepentingan perjuangan menuju pembaharuan
dengan perubahan yang revolusioner, Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi soerjadiningrat
memilih bergabung dengan Indische Partij pimpinan Douwes Dekker, yang secara tegas
memiliki ideology untuk berjuang melawan pemerintahan kolonial Belanda.(Susanto
Tirtoprodjo,1984)
Setiap
rumpun
masyarakat
pribumi
di
wilayah
Hindia
Belanda
kemudian
mengembangkan ideologi politiknya sendiri.Kemudian diadakan Kongres Pemuda pada tanggal
20 April sampai 2 Mei 1926 untuk memantapkan ideologi bersama yang dihadiri oleh wakil
wakil organisasi pemuda nasionalis.Kongres ini berhasil menyatukan cita-cita para pemuda
Nasionalis yang kemudian diwadahi menjadi satu organisasi saja, yaitu Jong Indonesia, dengan
tujuan menanamkan semangat kebangsaan secara lebih luas serta untuk mewujudkan Indonesia
Raya.
7
Pola pikir modern di kalangan masyarakat pribumi semakin meluas hingga menjelang
kemerdekaan. Kondisi itu dicirikan dengan timbulnya masyarakat terpelajar yang memperoleh
pendidikan tinggi dan kesadaran akan demokratisasi dalam berpolitik, yang tercermin pada
pemikiran-pemikiran modern para tokoh politik dan budayawan nasional. Pola pikir modern
tersebut diantaranya berupa kehendak untuk menjalankan demokrasi dan pembangunan , sejalan
dengan negara negara maju.
8
BAB III
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA
3.1 Moderenisasi Masyarakat Indonesia Pasca Kemerdekaan
Mengikuti pengertian modernisasi kita dapat mengamati modernisasi di Indonesia dalam
bayak aspek kehidupan. Berikut ini kita akan membahas berbagai aspek modernisasi tersebut di
Indonesia satu persatu.
1. Modernisasi di Bidang Teknologi dan Ekonomi
Modernisasi terhnologi di Indonesia dapat kita lihat dalam perkembangan
pemakaian ternologi, dari semua bersifat sederhana menjadi bersifat komplek ternologi
dalam setiap sektor kegiatan ekonomi produksi masyarakat Indonesia. Hal ini berkaitan
pula dengan terjadinya proses industrialisasi disetiap sektor ekonomi di Indonesia. Di
sektor
pertanian kita dapat menyaksikan gejala modernisasi pada penggunaan
tekhnologi baru di dalam kegiatan produuksi pertanian. Penggumnaan tekhnologi itu
kemudian menggubah cara produksi, tekhnik produksi dan hubungan-hubungan sosial di
pedesaan.
2. Modernisasi di Bidang Sosial
Modernisasi di bidang sosial mencakup perubahan cara berfikir dan berperilaku,
yang lebih rasional, efisien, individu dan pragmatis untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan secara sistematis. Banyak sekali faktor penyebab terjadinya modernisasi
sosial. Akan tetapi faktor yang paling menonjol di Negara sedang berkembang seperti
Indonesia adalah faktor tekhnologi dan perubahan teknik produksi ekonomi.(Sartono
Kartodirdjo,1984)
3. Modernisasi di Bidang Politik
Gejala modernisasi di bidang poitik di Indonesia dapat dari munculnya birokrasi
dan administrasi pemerintahan yang baru dan pembentukan lembaga-lembaga politik
modern. Modernisasi sistem politik merupakan suatu sistem yang dijadikan kernakga
untuk mentapkan dan melaksanakan kebijaksanaan tujuan-tujuan yang oleh masyarakat
dianggap merupakan kepentingan umum.Dalam pengetian ini proses modernisasi politik
di Indonesia dapat dilihat pada gejala sebagai berikut:
9
-
Diferensiasi Struktur Politik
Timbulnya struktur yang khas untuk keperluan fungsi-fungsi politik
tertentu disebut diferensiasi struktur politik. Hal itu dapat dilihat dasar
tumbuhnya organsasi-organisasi untuk tujuan politik, antara lain lembaga
perwakilan,
pembuatan
undang-undang,
pelaksanaan
keputusan,
pemeliharaan sistem politik.(Henk Schulte Nordholt dan Gery van
Klinken,2007)
-
Rasionalisasi Kebudayaan Politik
Rasionalisasi kebudayaan politik adalah perubahan pandang tetang fungsi
dan cara kerja lembaga politik, khususnya tentnag shah tidaknya kekuasaan,
yang semakin lama semakin bersifat rasional dan fungsional. Rasionalisasi
ini menggantikan sistem kekuasan berdasarkan kharisma dan atas dasar
keturunan bangsawan yang berlaku di zaman kerajaan.Contoh, dahulu di
zaman raja dipandang sah atas dasar keturunan dan pemilikan benda keramat
warisan nenek moyang pendiri kerjaan yang memberi kekuatan kharisma
tertentu.(Henk Schulte Nordholt dan Gery van Klinken,2007)
4. Modernisasi di Bidang Agama dan Kepercayaan
Modernisasi di bidang
agama dan kepercayaan merupakan bagian dari
modernisasi masyarakat tehadap hidup dan kepercayaan
mereka. Modernisasi
kebudayaan masyarakat dapat kita lihat dalam perubahan-perubahan, baik materiil
maupun idiil.
Dalam pengertian umum, modernisasi budaya materiil adalah gejala kemajuan
atau produk benda seni budaya dari tradisi menjadi lebih modern. Pmebuatan benda
seni secara tradisional, seperti patung primitive, arsitektur tradisional, mengalami
perubahan menjadi lebih modern, seperti bentuk patung kontemporer, arsitektur modern
dan produk modern yang lain.
Modernisasi budaya idiil merupakan perubahan-perubahan cara berfikir manusia dari berfikir
mistik dan religius menjadi berfikir rasional dan sekuler Dalam proses ini di dalamnya
termasuk memudaarkan tradisi sosial yang semula diterima apa adanya dan dijadikan acuan
perilaku sehari-hari tanpa ada keraguan, berganti dengan kebebasan setiap orang untuk untuk
10
berfikir madiri, rasional dan mengambil inisiatif untuk meraih suatu kepentingan tertentu
dengan cara-cara yang baku berdasarkan suatu pertimbangan ilmiah. Cara berfikir magis dan
mistik yang mengikuti tradisi tertentu disebut cara berfikit tradisional. Adapun cara berfikir
berdasarkan rasionalitas dan kebebasan orang disebut cara berfikir modern. Proses perubahan
dari cara berfikir tradisional menuju cara berfikir modern merupakan salah satu bentuk gejala
modernisasi budaya masyarakat.(J.W.Schoorl,1980)
3.2 Para Tokoh Kebangkitan Nasional
1. Dr. Soetomo
Beliaulah pendiri Budi Utomo yang manakala hari didirikannya diperingatkan
sebagai Hari Kebangkitan Nasional. 20 Mei 1908, beliau bersama rekan-rekan lulusan
STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi yang membuat Indonesia menghadapi
suatu zaman, yakni pergerakan nasional. Dari organisasi inilah mulai bermunculan
organisasi-organisasi pergerakan nasional lainnya. Budi Utomo merangsang rakyat
Indonesia agar lepas dari kehidupan terjajah dan menuju kemerdekaan. Setelah
mengetahui kekalahan Rusia ditangan Jepang dan penderitaan yang semakin
meradang, akhirnya pergerakan nasional pun berkobar di Indonesia.(Suhartono,1994)
2. Ki Hajar Dewantara
Nama aslinya adalah RM Soewardi Soerjaningrat. Ki Hajar Dewantara di kenal
sebagai „Bapak Pendidikan‟ karena beliau adalah pendiri dari Taman Siswa, yaitu
sekolah pertama pada saat abad 20 di Indonesia yang sistemnya tidak seperti
pendidikan model Eropa seperti yang didirikan oleh pemerintah kolonial pada jaman
itu.
Landasan dari filsafat pendidikan dari Ki Hajar Dewantara adalah „Ing ngarso
sung Tulodho‟, Seseorang Pemimpin apabila didepan harus bisa memberi contoh atau
menjadi panutan bagi yang dpimpin atau warganya atau peserta didiknya. „Ing madyo
mangun karso‟, Seorang Pemimpin apabila berada ditengah tengah masyarakat harus
bisa membangkitkan semangat atau memberi motivasi supaya lebih maju, atau lebih
baik.„Tut Wuri Handayani‟, Seorang Pemimpin apabila berada dibelakang harus bisa
11
mendorong masyarakat/yang dipimpin supaya senantiasa lebih maju.( A.K
Pringgodigdo.1984)
3. Ernest François Eugène Douwes Dekker
Beliau mendirikan Nationale Indische Partij pada tahun 1912, Nationale Indische
Partij merupakan sebuah partai politik. Menilai Budi Utomo terbatas pada bidang
kebudayaan saja, maka Douwes Dekker mendirikan sebuah partai politik. Ernest
François Eugène Douwes Dekker masih terhitung saudara dengan pengarang buku
Max Haveelar, Eduard Douwes Dekker. Douwes Dekker sendiri yang tidak
sepenuhnya berdarah Indonesia, namun ia dengan segenap jiwa dan raga berjuang
untuk pergerakan nasional Indonesia. National Indische Partij pun aktif dalam
berbagai organisasi internasional, seperti Liga Penentang Imperialisme dan
Penindasan, serta Liga Demokrasi Internasional untuk menarik perhatian dunia
internasional.
Douwes
Dekker
mencurahkan
pikiran
dan
tenaganya
demi
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.( Susanto Tirtoprodjo,1984)
4. Soekarno
Perjuangannya menjelang detik-detik proklamasi tidak dapat dilupakan. Aktif
dalam organisasi PUTRA yang berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia pun
tidak dapat dilupakan. Walaupun setelah kemerdekaan, pada masa demokrasi
terpimpin ia bertindak bagaikan diktator, semua jasanya tak dapat dilupakan. Pada
saat agresi militer I ketika Indonesia terdesak, beliau memerintahkan Syafrudin
Prawiranegara untuk melanjutkan perjuangan Indonesia dengan mendirikan
Pemerintah Darurat Republik Indonesia. (Cindy Adams,2007)
5. Mohammad Hatta
Beliau turut aktif dalam beberapa organisasi pergerakan. Beberapa kali ditangkap
oleh Belanda tidak memupuskan semangat perjuangannya. Beberapa organisasi
seperti Indische Vereeniging dan Club Pendidikan Nasional Indonesia pernah ia
geluti. Perannya sebagai Bapak Proklamator menjadi faktor utama yang membuat
dirinya dikenal oleh khalayak ramai. Pada sidang BPUPKI pada tanggal 18 Agustus
12
1945, sehari setelah kemerdekaan Indonesia, beliau diangkat menjadi wakil presiden
Republik Indonesia dan Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia.
6. Raden Ajeng Kartini
RA. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. RA. Kartini
dikenal sebagai wanita yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan pria di
Indonesia. Hal ini dimulai ketika Kartini merasakan banyaknya diskriminasi yang
terjadi antara pria dan wanita pada masa itu, dimana beberapa perempuan sama sekali
tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan. Kartini sendiri mengalami kejadian ini
ketika ia tidak diperbolehkan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.
Kartini sering berkorespondensi dengan teman-temannya di luar negeri, dan akhirnya
surat-surat tersebut dikumpulkan oleh Abendanon dan diterbitkan sebagai buku
dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.( A.K Pringgodigdo.1984)
Itulah beberapa tokoh saat kebangkitan nasional dan masih banyak lainnya para tokoh
lainnya yang membantu proses kemerdekaan Indonesia.
3.3 Pemikiran Dasar Negara dan Konstitusi
Perkembangan Nasionalisme di Indonesia mencapai titik puncak setelah Perang Dunia II
yaitu setelah diproklamirkan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ini artinya
pembentukan Nation Indonesia melalui proses yang panjang. Indonesia dan Negara-negara di
Asia mengalami penjajahan dan secara bersama-sama membangkitkan nasionalismenya sendirisendiri hingga merdeka. Menurut Soekarno untuk mencapai persatuan harus diusahakan adanya
persatuan antara golongan nasionalis, marxis dan Islam.Ketiga golongan besar ini harus diusakan
agar kemerdekaan dapat terwujud
1. Janji Kemerdekaan
Perdana Menteri Jepang Jendral Koiso Kokiaki didepan sidang istimewa parlemen
Jepang pada 7 September 1944 mengumumkan di wilayah Kemaharajaan Jepang di
Hindia Timur diperkenankan merdeka kelak dikemudian hari hal ini disebabkan karena
situasi peperangan semakin memburuk, kekalahan Jepang dalam berbagai pertempuran
13
semakin meluas. Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Jumbi Cosakai. Sidang pertama BPUPKI pada 28
Mei 1945.Badan Penyelidik terdiri dari seorang Ketua, dua orang wakil Ketua dan 60
anggota terdiri atas tokoh-tokoh Pergerakan Nasional, birokrat, Intelektual,polisi, tentara
peta,wartawan, pengusaha dan empat warga keturunan asing.
2. Pemikiran Tentang Dasar Negara
Salah satu anggota BPUPKI, Muh.Yamin mengatakan bahwa prinsip pertama yang
menggarisbawahi dasar filsafat suatu Indonesia merdeka adalah nasionalisme. Nasionalisme
yang mengikat kita dalam satu kehidupan bersama dalam satu keluarga dan sekuturunan.
Pandangan Yamin tersebut menjadi dasar bagi pengembangan peri kebangsaan dan ketuhanan
yang merupakan dasar pembentukan dasar Negara Indonesia.(Restu Gunawan, 2005)
Dalam hal ini Yamin memberi peringatan bahwa dalam menyusun Negara haruslah
disusun menurut watak dan peradaban bangsa Indonesia dan tidak meniru konstitusi Negara lain.
Kehendak untuk merdeka dan berdaulat dan bebas dalam berhubungan dengan Negara lain
didunia menjadi dasar Yamin dalam menuangkan pemikirannya tentang peri kemanusiaan.
Dasar ketiga yang ditawarkan oleh Yamin adalah peri Ketuhanan Bangsa yang merdeka
adalah bangsa yang berperdaban luhur dan peradabannya itu mempunyai Tuhan yang Maha Esa.
Dasar keempat adalah Peri Kerakyatan yang meliputi musyawarah, perwakilan dan
kebijaksanaan. Dasar kelima adalah Kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial. Kesejahteraan
yang menjadi dasar dan tujuan Negara Indonesia merdeka ialah keadilan masyarakat atau
keadilan sosial. Itulah pandangan Yamin tentang dasar Negara Indonesia.(Muhammad
Yamin,1960).
Jika dibandingkan dengan pidato Sukarno, tidaklah terdapat perbedaan yang
fundamental antara lima asas Yamin dan lima sila Sukarno. Dalam pidato Sukarno pada 1 Juni
1945 tentang dasar Negara, Sukarno menekankan bahwa Negara yang didirikan adalah semua
untuk semua, bukan untuk golongan tertentu saja. Prinsip kedua yang diusulkan oleh Sukarno
adalah internasionalisme, ketiga tentang mufakat, keempat mengusulkan prinsip kesejateraan dan
kelima prinsip ketuhanan. Setelah mengusulkan lima prinsip Negara Indonesia, Sukarno juga
14
mengusulkan
nama
dari
lima
prinsip
tersebut
yang
diberi
nama
Pancasila.
15
BAB IV
KESIMPULAN
Munculnya pola pikir modern di Indonesia secara garis besar terjadi karena adanya
perubahan pada sistem pemerintahan, dari masa pemerintahan kerajaan pribumi menjadi
pemerintahan kolonial oleh Belanda, lalu diterapkannya sistem ekonomi kapitalis, dibangunnya
industri dan pembaharuan kota- kota, serta adanya Politik Etis yang membuat semakin
meluasnya pembangunan fisik melalui pendidikan moderen yang dilakukan secara merata, itu
menimbulkan adanya tokoh tokoh terpelajar yang mempelopori adanya perubahan revolusioner
di Indonesia.
Dengan tersusunya rumusan Pacasila. Pembukaan UUD dan UUD 1945 maka lengkaplah
sudah Indonesia sebagai Negara beserta aturannya. Meneliti perkembangan idea tau ideologi
nasionalisme di Indonesia sangatlah menarik. Nasionalisme di Indonesia dan di dunia ketiga
pada umumnya tidak terlepas dari perkembangan kolonialisme di daerah jajahan dengan
eksploitasi kolonialisme, diskriminasi ras, dominasi politik dengan otorinisme.
Pertumbuhan nasionalisme sebagai ideologi di Indonesia secara tegas menunjukkan
betapa pentingnya peranan ide dan kesadaran sebagai pangkal transformasi masyrakat, menuju
masyarakat Indonesia yang cerdas dan sejahtera.
Perkembangan sejarah pemikiran di Indonesia memang bermula dari peghadapan diri
pada realitas keterbelakangan dan berkembang pesat sesuai dengan Pembukaan UUD , diraih
dengan pergulatan antar ideologi yang diperjuangkan oleh partai-partai politik. Sampai saat
inipun bangsa Indonesia sedang berjalan untuk menemukan kembali pemikiran yang jernih dan
kreatif.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adams,Cindy.2007. Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia,edisi revisi (terj).Jakarta
:Yayasan Bung Karno dan Media Pressindo.
Furnivall.J.S. 1983. Hindia Belanda Satu Pengkajian Ekonomi Majmuk. Kuala Lumpur : Dewan
Bahasa dan Pustaka.
Gunawan, Restu.2005. Muhammad Yamin dan Cita-Cita Persatuan Indonesia.Yogyakarta :Obak
Community.
Kartodirdjo, Sartono.1977. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta : Balai Pustaka.
Kartodirdjo, Sartono.1984. Modern Indonesia Tradition & Transformation. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Pringgodigdo.A.K. 1984. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia,Jakarta: Dian Rakyat.
Suhartono,1994.Sejarah Pergerakan Nasional: dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945,
Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Sukarno,1964. Dibawah Bendera Revolusi. Jakarta: Panitya Penerbit Dibawah Bendera
Revolusi.
Schoolrl,J.W.1980. Modernisasi Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara Sedang
Berkembang. Jakarta : PT Gramedia
M.C.Ricklefs.1994. Sejarah Indonesia Modern,(terj).Dharmono Hardjowijono.Yogyakarta
:Gadjah Mada University Press.
Nordhot. Henk Schulte dan Gerry van Klinten.2007. Politik Lokal di Indonesia. Jakarta : KITLV
Tirtoprodjo, Susanto.1984.Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia.Jakarta :PT.Pembangunan.
Yamin, Muhammad.1960.Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 Jilid I.Jakarta : Tanpa
Penerbit.
17
Download