MAKALAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA PENULIS : FRANSISKA DEWI SETIOWATI SUNARYO PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. 2 BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………….3 1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………………………………3 1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………………………4 BAB II. MUNCULNYA PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA…………………..........5 2.1 KOLONIALISME DI INDONESIA……………………………………………….5 2.2 PEMBANGUNAN KOTA-KOTA …………………………………………...........6 BAB III. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA………………….9 3.1 MODERNISASI MASYARAKAT INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN …9 3.2 PARA TOKOH KEBANGKITAN NASIONAL……………………………….…11 3.3 PEMIKIRAN DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI………………………….13 BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………………………..16 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….……..17 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dari sisi historis di awal abad ke-20, masyarakat modern di Indonesia yang terjajah, terpisah dalam dua frame peradaban yang berbeda, yang pertama, masyarakat Belanda yang tumbuh menjadi modern sejalan dengan proses moderenisasi yang terjadi di Eropa. Lalu yang kedua, masyarakat modern yang tumbuh dari kalangan pribumi dan terjadi secara terbatas setelah memperoleh kesempatan melalui pendidikan.Baru setelah era Kemerdekaan, terdapat dua frame peradaban baru, yaitu masyarakat modern hasil pendidikan pemerintahan masa kolonial dan masyarakat yang masih tradisional. Proses moderenisasi berjalan beriringan dengan tumbuhnya pemikiran modern dalam suatu bangsa, yang secara bertahap berkembang kearah terbentuknya masyarakat modern yang lebih besar. Di wilayah Nusantara yang mengalami proses kolonialisasi, kegiatan pembangunan fisik yang dilaksanakan oleh pemerintahan kolonial di Indonesia merupakan landasan terbentuknya tatanan kebudayaan modern di era pasca kemerdekaan. Fenomena tersebut di perkuat oleh adanya pendapat dari Kuntowidjoyo yang menilai bahwa dalam kajian historis, kita perlu mendudukkan sejarah secara paralel dengan kegiatan pembangunan secara luas. Pendapat lain tentang tumbuhnya masyarakat modern, seperti yang dikemukakan oleh Eisenstadt, adalah bahwa proses modernisasi merupakan proses perubahan menuju tipe sistem sosial, ekonomi, dan politik yang sebelumnya telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-19 dan 20. Berdasarkan teori tersebut, Negara modern terbangun ketika masyarakatnya telah memiliki pola pemikiran modern dalam sistem sosial, ekonomi dan politik. Pendapat di atas dapat diterapkan pada bangsa Indonesia semasa kolonial Belanda, yang kemudian mengalami pertumbuhan pola pikir rasional dan kesadaran kebangsaan. Pemikiran dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Inference”, yang berarti mengeluarkan suatu hasil berupa kesimpulan.Ditinjau dari segi terminologi pemikiran adalah kegiatan manusia mencermati suatu pengetahuan yang telah ada dengan menggunakan akalnya untuk mendapatkan 3 atau mengeluarkan pengetahuan yang baru atau yang lain. Sedangkan arti dari istilah atau kata modern berasal dari kata latin yang berarti “sekarang ini”. Dalam pemakaiannya kata modern mengalami perkembangan, sehingga berubah menjadi sebuah istilah. Kalau sebuah ” kata” hanya mengandung makna yang relatif sempit, sedangkan sebuah ” istilah” akan mengandung makna yang relatif lebih luas. Modern sebagai sebuah istilah dalam masyarakat kita sudah mulai familiar, walaupun masih banyak yang verbalisme.Istilah modern ini terutama ditujukan untuk perubahan sistem kehidupan ( dalam kontek lebih luas : peradaban ), yakni dari peradaban yang bersifat telah lama menjadi peradaban yang bersifat baru. Moderenisasi dalam arti arafiah adalah proses menjadi masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Ini berarti proses perubahan masyarakat dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Modernisasi adalah suatu gejala sosial yang dapat kita amati tandatandanya dalam kehidupan masyarakat. Jadi dapat disimpulkan definisi dari pemikiran modern di Indonesia adalah suatu aksi paradigma berfikir tentang mencermati perubahan masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan zaman yang sarat dengan perubahan di bidang ilmu, teknologi, seni, politik, budaya, dan sebagainya. 1.2 RUMUSAN MASALAH Dari uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana munculnya Pemikiran Indonesia Modern? 2. Bagaimana perkembangan pemikiran modern di Indonesia? 4 BAB II MUNCULNYA PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA 2.1 Kolonialisme Di Indonesia Pada tahun 1595 Belanda mengirim armada perdagangannya ke wilayah Indonesia, saat itulah kolonialisasi mulai berkembang di Nusantara, tahun demi tahun, armada demi armada mulai bermunculan ke Indonesia.Lalu adanya perang „Napoleon‟ yang membuat negeri Belanda mengalami kehancuran ekonomi dan isolasi ekonomi, dan berharap pada negeri jajahannya untuk dapat memperbaiki kehancuran ekonomi kerajaan Belanda. Pada tahun 1830, Belanda menjalankan politik kolonial yang dinamakan Cultuursteltsel (Tanam Paksa). Kebijakan politik ini lebih menekankan pada kewajiban penduduk pribumi untuk menyediakan sejumlah hasil bumi yang nilainya sama dengan pajak tanah. Sejalan dengan itu, pada tahun 1850 di negeri Belanda terjadi masa transisi menuju kearah masyarakat industri .pada masa itu, di wilayah kerajaan Belanda segera dibangun pabrik-pabrik, rel kereta api, dan pengembangan pelayaran. Itu semua berkat hasil dukungan finansial dari pelaksanaan Cultuursteltsel.(Sartono Kartodirdjo, 1977) Setelah beberapa dekade mendapat perlawanan dari kaum pribumi karena melakukan kolonialisme, di tempuhlah jalan lain yaitu menggunakan siasat diplomatis terutama sejak perang Diponegoro dan perang Sumatera Barat. Hal itu sejalan dengan meluasnya kritik dari masyarakat Belanda sendiri terhadap kekejaman pemerintahan kolonial saat itu.Semakin kuatnya adanya golongan sosialis di Belanda, dan sadarnya para pengusaha swasta Belanda yang melihat rakyat pribumi yang makin miskin.Mereka berpendapat tujuan akhir kolonialisme Belanda adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan moral penduduk negara terjajah, menyebabkan terjadinya perubahan dalam kebijakan politik kerajaan Belanda terhadap wilayah jajahannya.( J.S.Furnivall,1983) Pada tahun 1901, Ratu Wilhelmina mengumumkan kebijakan baru dalam menjalankan politik kolonial, yaitu agar lebih memperhatikan kesejahteraan kaum pribumi, yang dikenal 5 dengan sebutan Politik Etis.Semenjak saat itu pemerintah Belanda mulai giat dengan pembangunan fisik masyarakat pribumi.(Sartono Kartodirdjo,1977) 2.2 Pembangunan Kota- Kota Dalam pola pembangunan fisik, pemerintah kolonial melakukan pola moderenisasi kota kota sejalan dengan kebutuhan dan pemantapan kekuasaan kolonial. Pada tahun 1914, kota lama yang telah terbangun di abad ke 13-14 pada masa keemasan kerajaan Mataram, seperti Cirebon, Demak, dan lainnya, kemudian di tata ulang. Dibuatnya alun alun yang menjadi ciri kota jaman kerajaan, bangunan huni untuk orang Eropa, benteng benteng tentara dan penjara, itu semua modeltata kota untuk mengupayakan moderenisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah kolonial. Sejalan dengan pembangunan infrastruktur, berkembangnya pola pikir modern di kalangan bangsa Indonesia asli, khususnya bagi kaum ningrat dan masyarakat keturunan Belanda pribumi adalah kesempatan emas untuk mengenyam pendidikan model “Eropa”, terutama bagi mereka yang dikirim ke negeri Belanda.( M.C.Ricklefs.1994) a. Pembangunan Fisik Pembangunan fisik sebenarnya telah lama dirintis semenjak kekuasaan Daendels pada tahun 1801, memerintahkan para bupati untuk membangun sekolah-sekolah.Pada tahun 1816 dimantapkanlah Undang-Undang Pengajaran, yang menjadi landasan hukum penyelenggaraan pendidikan untuk rakyat pribumi.Tetapi baru pemerintahan dari Van de Bosch tahun 1849-1852 lah baru didirikan 20 sekolah modern di Hindia Belanda.(J.S.Furnivall,1983) Sesuai dengan konsekwensi Politik Etis, sekolah sekolah dengan sistem modern tersebut di perluas ke daerah desa-desa. Pada tahun awal abad ke-20, para pemuda pribumi menghadapi permasalahn baru , yaitu tumbuhnya upaya untuk membentuk jati diri bangsa. b. Timbulnya Masyarakat Terpelajar Sejumlah pemuda pribumi terpelajar mulai membangun jati dirinya, dengan cara mendorong kebanggaan sebagai bangsa, memperbesar loyalitas masyarakat terhadap bangsa, serta melakukan pengorbanan demi kepentingan perjuangan dan menuju pembaharuan dengan 6 perubahan yang revolusioner. Rasa nasionalisme ini mulai berkembang di kalangan warga pribumi yang kemudian menumbuhkan kesadaran untuk membawa negara kearah kemerdekaan. Kelompok terpelajar pada umumnya sadar betul akan pentingnya kemerdekaan, pandangan mereka bahwa status bangsa yang merdeka akan mempercepat proses mobilitas politik, berkembangnya infrastuktur dan terjadinya perubahan sosial dalam semua jenjang kehidupan bermasyarakat. Tumbuhnya jiwa kebangsaan tersebut diikuti oleh didirikannya organisasi pemuda Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 1908, Dr. Sutomo bersama rekan-rekan lulusan STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi yang membuat Indonesia menghadapi suatu zaman, yakni pergerakan nasional. Dari organisasi inilah mulai bermunculan organisasi-organisasi pergerakan nasional lainnya.(Suhartono,1994) Selanjutnya ada organisasi pemuda Tri Koro Dharmo pada tahun 1915 yang bercita cita untuk membentuk masyarakat Jawa Raya, meliputi orang Jawa timur, Jawa tengah juga orang Sunda, Madura, dan Bali. Pada tahun 1918 organisasi ini mulai berubah namanya menjadi Jong Java yang anggotanya hanya pemuda Jawa saja. Ideologi organisasi ini dikenal dengan „Nasionalisme Jawa‟, dan pada tahun 1919 terbentuklah „Panitia Nasionalisme Jawa‟. Demi kepentingan perjuangan menuju pembaharuan dengan perubahan yang revolusioner, Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi soerjadiningrat memilih bergabung dengan Indische Partij pimpinan Douwes Dekker, yang secara tegas memiliki ideology untuk berjuang melawan pemerintahan kolonial Belanda.(Susanto Tirtoprodjo,1984) Setiap rumpun masyarakat pribumi di wilayah Hindia Belanda kemudian mengembangkan ideologi politiknya sendiri.Kemudian diadakan Kongres Pemuda pada tanggal 20 April sampai 2 Mei 1926 untuk memantapkan ideologi bersama yang dihadiri oleh wakil wakil organisasi pemuda nasionalis.Kongres ini berhasil menyatukan cita-cita para pemuda Nasionalis yang kemudian diwadahi menjadi satu organisasi saja, yaitu Jong Indonesia, dengan tujuan menanamkan semangat kebangsaan secara lebih luas serta untuk mewujudkan Indonesia Raya. 7 Pola pikir modern di kalangan masyarakat pribumi semakin meluas hingga menjelang kemerdekaan. Kondisi itu dicirikan dengan timbulnya masyarakat terpelajar yang memperoleh pendidikan tinggi dan kesadaran akan demokratisasi dalam berpolitik, yang tercermin pada pemikiran-pemikiran modern para tokoh politik dan budayawan nasional. Pola pikir modern tersebut diantaranya berupa kehendak untuk menjalankan demokrasi dan pembangunan , sejalan dengan negara negara maju. 8 BAB III PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DI INDONESIA 3.1 Moderenisasi Masyarakat Indonesia Pasca Kemerdekaan Mengikuti pengertian modernisasi kita dapat mengamati modernisasi di Indonesia dalam bayak aspek kehidupan. Berikut ini kita akan membahas berbagai aspek modernisasi tersebut di Indonesia satu persatu. 1. Modernisasi di Bidang Teknologi dan Ekonomi Modernisasi terhnologi di Indonesia dapat kita lihat dalam perkembangan pemakaian ternologi, dari semua bersifat sederhana menjadi bersifat komplek ternologi dalam setiap sektor kegiatan ekonomi produksi masyarakat Indonesia. Hal ini berkaitan pula dengan terjadinya proses industrialisasi disetiap sektor ekonomi di Indonesia. Di sektor pertanian kita dapat menyaksikan gejala modernisasi pada penggunaan tekhnologi baru di dalam kegiatan produuksi pertanian. Penggumnaan tekhnologi itu kemudian menggubah cara produksi, tekhnik produksi dan hubungan-hubungan sosial di pedesaan. 2. Modernisasi di Bidang Sosial Modernisasi di bidang sosial mencakup perubahan cara berfikir dan berperilaku, yang lebih rasional, efisien, individu dan pragmatis untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara sistematis. Banyak sekali faktor penyebab terjadinya modernisasi sosial. Akan tetapi faktor yang paling menonjol di Negara sedang berkembang seperti Indonesia adalah faktor tekhnologi dan perubahan teknik produksi ekonomi.(Sartono Kartodirdjo,1984) 3. Modernisasi di Bidang Politik Gejala modernisasi di bidang poitik di Indonesia dapat dari munculnya birokrasi dan administrasi pemerintahan yang baru dan pembentukan lembaga-lembaga politik modern. Modernisasi sistem politik merupakan suatu sistem yang dijadikan kernakga untuk mentapkan dan melaksanakan kebijaksanaan tujuan-tujuan yang oleh masyarakat dianggap merupakan kepentingan umum.Dalam pengetian ini proses modernisasi politik di Indonesia dapat dilihat pada gejala sebagai berikut: 9 - Diferensiasi Struktur Politik Timbulnya struktur yang khas untuk keperluan fungsi-fungsi politik tertentu disebut diferensiasi struktur politik. Hal itu dapat dilihat dasar tumbuhnya organsasi-organisasi untuk tujuan politik, antara lain lembaga perwakilan, pembuatan undang-undang, pelaksanaan keputusan, pemeliharaan sistem politik.(Henk Schulte Nordholt dan Gery van Klinken,2007) - Rasionalisasi Kebudayaan Politik Rasionalisasi kebudayaan politik adalah perubahan pandang tetang fungsi dan cara kerja lembaga politik, khususnya tentnag shah tidaknya kekuasaan, yang semakin lama semakin bersifat rasional dan fungsional. Rasionalisasi ini menggantikan sistem kekuasan berdasarkan kharisma dan atas dasar keturunan bangsawan yang berlaku di zaman kerajaan.Contoh, dahulu di zaman raja dipandang sah atas dasar keturunan dan pemilikan benda keramat warisan nenek moyang pendiri kerjaan yang memberi kekuatan kharisma tertentu.(Henk Schulte Nordholt dan Gery van Klinken,2007) 4. Modernisasi di Bidang Agama dan Kepercayaan Modernisasi di bidang agama dan kepercayaan merupakan bagian dari modernisasi masyarakat tehadap hidup dan kepercayaan mereka. Modernisasi kebudayaan masyarakat dapat kita lihat dalam perubahan-perubahan, baik materiil maupun idiil. Dalam pengertian umum, modernisasi budaya materiil adalah gejala kemajuan atau produk benda seni budaya dari tradisi menjadi lebih modern. Pmebuatan benda seni secara tradisional, seperti patung primitive, arsitektur tradisional, mengalami perubahan menjadi lebih modern, seperti bentuk patung kontemporer, arsitektur modern dan produk modern yang lain. Modernisasi budaya idiil merupakan perubahan-perubahan cara berfikir manusia dari berfikir mistik dan religius menjadi berfikir rasional dan sekuler Dalam proses ini di dalamnya termasuk memudaarkan tradisi sosial yang semula diterima apa adanya dan dijadikan acuan perilaku sehari-hari tanpa ada keraguan, berganti dengan kebebasan setiap orang untuk untuk 10 berfikir madiri, rasional dan mengambil inisiatif untuk meraih suatu kepentingan tertentu dengan cara-cara yang baku berdasarkan suatu pertimbangan ilmiah. Cara berfikir magis dan mistik yang mengikuti tradisi tertentu disebut cara berfikit tradisional. Adapun cara berfikir berdasarkan rasionalitas dan kebebasan orang disebut cara berfikir modern. Proses perubahan dari cara berfikir tradisional menuju cara berfikir modern merupakan salah satu bentuk gejala modernisasi budaya masyarakat.(J.W.Schoorl,1980) 3.2 Para Tokoh Kebangkitan Nasional 1. Dr. Soetomo Beliaulah pendiri Budi Utomo yang manakala hari didirikannya diperingatkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. 20 Mei 1908, beliau bersama rekan-rekan lulusan STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi yang membuat Indonesia menghadapi suatu zaman, yakni pergerakan nasional. Dari organisasi inilah mulai bermunculan organisasi-organisasi pergerakan nasional lainnya. Budi Utomo merangsang rakyat Indonesia agar lepas dari kehidupan terjajah dan menuju kemerdekaan. Setelah mengetahui kekalahan Rusia ditangan Jepang dan penderitaan yang semakin meradang, akhirnya pergerakan nasional pun berkobar di Indonesia.(Suhartono,1994) 2. Ki Hajar Dewantara Nama aslinya adalah RM Soewardi Soerjaningrat. Ki Hajar Dewantara di kenal sebagai „Bapak Pendidikan‟ karena beliau adalah pendiri dari Taman Siswa, yaitu sekolah pertama pada saat abad 20 di Indonesia yang sistemnya tidak seperti pendidikan model Eropa seperti yang didirikan oleh pemerintah kolonial pada jaman itu. Landasan dari filsafat pendidikan dari Ki Hajar Dewantara adalah „Ing ngarso sung Tulodho‟, Seseorang Pemimpin apabila didepan harus bisa memberi contoh atau menjadi panutan bagi yang dpimpin atau warganya atau peserta didiknya. „Ing madyo mangun karso‟, Seorang Pemimpin apabila berada ditengah tengah masyarakat harus bisa membangkitkan semangat atau memberi motivasi supaya lebih maju, atau lebih baik.„Tut Wuri Handayani‟, Seorang Pemimpin apabila berada dibelakang harus bisa 11 mendorong masyarakat/yang dipimpin supaya senantiasa lebih maju.( A.K Pringgodigdo.1984) 3. Ernest François Eugène Douwes Dekker Beliau mendirikan Nationale Indische Partij pada tahun 1912, Nationale Indische Partij merupakan sebuah partai politik. Menilai Budi Utomo terbatas pada bidang kebudayaan saja, maka Douwes Dekker mendirikan sebuah partai politik. Ernest François Eugène Douwes Dekker masih terhitung saudara dengan pengarang buku Max Haveelar, Eduard Douwes Dekker. Douwes Dekker sendiri yang tidak sepenuhnya berdarah Indonesia, namun ia dengan segenap jiwa dan raga berjuang untuk pergerakan nasional Indonesia. National Indische Partij pun aktif dalam berbagai organisasi internasional, seperti Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan, serta Liga Demokrasi Internasional untuk menarik perhatian dunia internasional. Douwes Dekker mencurahkan pikiran dan tenaganya demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.( Susanto Tirtoprodjo,1984) 4. Soekarno Perjuangannya menjelang detik-detik proklamasi tidak dapat dilupakan. Aktif dalam organisasi PUTRA yang berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia pun tidak dapat dilupakan. Walaupun setelah kemerdekaan, pada masa demokrasi terpimpin ia bertindak bagaikan diktator, semua jasanya tak dapat dilupakan. Pada saat agresi militer I ketika Indonesia terdesak, beliau memerintahkan Syafrudin Prawiranegara untuk melanjutkan perjuangan Indonesia dengan mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia. (Cindy Adams,2007) 5. Mohammad Hatta Beliau turut aktif dalam beberapa organisasi pergerakan. Beberapa kali ditangkap oleh Belanda tidak memupuskan semangat perjuangannya. Beberapa organisasi seperti Indische Vereeniging dan Club Pendidikan Nasional Indonesia pernah ia geluti. Perannya sebagai Bapak Proklamator menjadi faktor utama yang membuat dirinya dikenal oleh khalayak ramai. Pada sidang BPUPKI pada tanggal 18 Agustus 12 1945, sehari setelah kemerdekaan Indonesia, beliau diangkat menjadi wakil presiden Republik Indonesia dan Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia. 6. Raden Ajeng Kartini RA. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. RA. Kartini dikenal sebagai wanita yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan pria di Indonesia. Hal ini dimulai ketika Kartini merasakan banyaknya diskriminasi yang terjadi antara pria dan wanita pada masa itu, dimana beberapa perempuan sama sekali tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan. Kartini sendiri mengalami kejadian ini ketika ia tidak diperbolehkan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Kartini sering berkorespondensi dengan teman-temannya di luar negeri, dan akhirnya surat-surat tersebut dikumpulkan oleh Abendanon dan diterbitkan sebagai buku dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.( A.K Pringgodigdo.1984) Itulah beberapa tokoh saat kebangkitan nasional dan masih banyak lainnya para tokoh lainnya yang membantu proses kemerdekaan Indonesia. 3.3 Pemikiran Dasar Negara dan Konstitusi Perkembangan Nasionalisme di Indonesia mencapai titik puncak setelah Perang Dunia II yaitu setelah diproklamirkan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ini artinya pembentukan Nation Indonesia melalui proses yang panjang. Indonesia dan Negara-negara di Asia mengalami penjajahan dan secara bersama-sama membangkitkan nasionalismenya sendirisendiri hingga merdeka. Menurut Soekarno untuk mencapai persatuan harus diusahakan adanya persatuan antara golongan nasionalis, marxis dan Islam.Ketiga golongan besar ini harus diusakan agar kemerdekaan dapat terwujud 1. Janji Kemerdekaan Perdana Menteri Jepang Jendral Koiso Kokiaki didepan sidang istimewa parlemen Jepang pada 7 September 1944 mengumumkan di wilayah Kemaharajaan Jepang di Hindia Timur diperkenankan merdeka kelak dikemudian hari hal ini disebabkan karena situasi peperangan semakin memburuk, kekalahan Jepang dalam berbagai pertempuran 13 semakin meluas. Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Jumbi Cosakai. Sidang pertama BPUPKI pada 28 Mei 1945.Badan Penyelidik terdiri dari seorang Ketua, dua orang wakil Ketua dan 60 anggota terdiri atas tokoh-tokoh Pergerakan Nasional, birokrat, Intelektual,polisi, tentara peta,wartawan, pengusaha dan empat warga keturunan asing. 2. Pemikiran Tentang Dasar Negara Salah satu anggota BPUPKI, Muh.Yamin mengatakan bahwa prinsip pertama yang menggarisbawahi dasar filsafat suatu Indonesia merdeka adalah nasionalisme. Nasionalisme yang mengikat kita dalam satu kehidupan bersama dalam satu keluarga dan sekuturunan. Pandangan Yamin tersebut menjadi dasar bagi pengembangan peri kebangsaan dan ketuhanan yang merupakan dasar pembentukan dasar Negara Indonesia.(Restu Gunawan, 2005) Dalam hal ini Yamin memberi peringatan bahwa dalam menyusun Negara haruslah disusun menurut watak dan peradaban bangsa Indonesia dan tidak meniru konstitusi Negara lain. Kehendak untuk merdeka dan berdaulat dan bebas dalam berhubungan dengan Negara lain didunia menjadi dasar Yamin dalam menuangkan pemikirannya tentang peri kemanusiaan. Dasar ketiga yang ditawarkan oleh Yamin adalah peri Ketuhanan Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang berperdaban luhur dan peradabannya itu mempunyai Tuhan yang Maha Esa. Dasar keempat adalah Peri Kerakyatan yang meliputi musyawarah, perwakilan dan kebijaksanaan. Dasar kelima adalah Kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial. Kesejahteraan yang menjadi dasar dan tujuan Negara Indonesia merdeka ialah keadilan masyarakat atau keadilan sosial. Itulah pandangan Yamin tentang dasar Negara Indonesia.(Muhammad Yamin,1960). Jika dibandingkan dengan pidato Sukarno, tidaklah terdapat perbedaan yang fundamental antara lima asas Yamin dan lima sila Sukarno. Dalam pidato Sukarno pada 1 Juni 1945 tentang dasar Negara, Sukarno menekankan bahwa Negara yang didirikan adalah semua untuk semua, bukan untuk golongan tertentu saja. Prinsip kedua yang diusulkan oleh Sukarno adalah internasionalisme, ketiga tentang mufakat, keempat mengusulkan prinsip kesejateraan dan kelima prinsip ketuhanan. Setelah mengusulkan lima prinsip Negara Indonesia, Sukarno juga 14 mengusulkan nama dari lima prinsip tersebut yang diberi nama Pancasila. 15 BAB IV KESIMPULAN Munculnya pola pikir modern di Indonesia secara garis besar terjadi karena adanya perubahan pada sistem pemerintahan, dari masa pemerintahan kerajaan pribumi menjadi pemerintahan kolonial oleh Belanda, lalu diterapkannya sistem ekonomi kapitalis, dibangunnya industri dan pembaharuan kota- kota, serta adanya Politik Etis yang membuat semakin meluasnya pembangunan fisik melalui pendidikan moderen yang dilakukan secara merata, itu menimbulkan adanya tokoh tokoh terpelajar yang mempelopori adanya perubahan revolusioner di Indonesia. Dengan tersusunya rumusan Pacasila. Pembukaan UUD dan UUD 1945 maka lengkaplah sudah Indonesia sebagai Negara beserta aturannya. Meneliti perkembangan idea tau ideologi nasionalisme di Indonesia sangatlah menarik. Nasionalisme di Indonesia dan di dunia ketiga pada umumnya tidak terlepas dari perkembangan kolonialisme di daerah jajahan dengan eksploitasi kolonialisme, diskriminasi ras, dominasi politik dengan otorinisme. Pertumbuhan nasionalisme sebagai ideologi di Indonesia secara tegas menunjukkan betapa pentingnya peranan ide dan kesadaran sebagai pangkal transformasi masyrakat, menuju masyarakat Indonesia yang cerdas dan sejahtera. Perkembangan sejarah pemikiran di Indonesia memang bermula dari peghadapan diri pada realitas keterbelakangan dan berkembang pesat sesuai dengan Pembukaan UUD , diraih dengan pergulatan antar ideologi yang diperjuangkan oleh partai-partai politik. Sampai saat inipun bangsa Indonesia sedang berjalan untuk menemukan kembali pemikiran yang jernih dan kreatif. 16 DAFTAR PUSTAKA Adams,Cindy.2007. Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia,edisi revisi (terj).Jakarta :Yayasan Bung Karno dan Media Pressindo. Furnivall.J.S. 1983. Hindia Belanda Satu Pengkajian Ekonomi Majmuk. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka. Gunawan, Restu.2005. Muhammad Yamin dan Cita-Cita Persatuan Indonesia.Yogyakarta :Obak Community. Kartodirdjo, Sartono.1977. Sejarah Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta : Balai Pustaka. Kartodirdjo, Sartono.1984. Modern Indonesia Tradition & Transformation. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Pringgodigdo.A.K. 1984. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia,Jakarta: Dian Rakyat. Suhartono,1994.Sejarah Pergerakan Nasional: dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945, Yogyakarta : Pustaka Belajar. Sukarno,1964. Dibawah Bendera Revolusi. Jakarta: Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi. Schoolrl,J.W.1980. Modernisasi Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara Sedang Berkembang. Jakarta : PT Gramedia M.C.Ricklefs.1994. Sejarah Indonesia Modern,(terj).Dharmono Hardjowijono.Yogyakarta :Gadjah Mada University Press. Nordhot. Henk Schulte dan Gerry van Klinten.2007. Politik Lokal di Indonesia. Jakarta : KITLV Tirtoprodjo, Susanto.1984.Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia.Jakarta :PT.Pembangunan. Yamin, Muhammad.1960.Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945 Jilid I.Jakarta : Tanpa Penerbit. 17