BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penerapan ilmu geofisika banyak metode geofisika yang dapat digunakan dalam eksplorasi panasbumi, diantaranya adalah gravitasi, geomagnetik, geolistrik, elektromagnetik (EM), dan seismik. Magnetotellurik (MT) merupakan metode EM yang banyak digunakan dalam eksplorasi panasbumi. Magnetotellurik (MT) memanfaatkan variasi medan elektromagnetik alami sebagai sumbernya. Sumber MT berada pada interval frekuensi dari 10-4 Hz sampai 104 Hz (Castells, 2006). Besarnya interval tersebut dapat memberikan penetrasi kedalaman yang lebih besar dibandingkan dengan metode geofisika lainnya. Dalam MT, terdapat terminologi geoelectrical strike dan geological strike. Geoelectrical strike merupakan arah dari aliran arus listrik yang melewati suatu batuan dengan resistivitas yang konstan sepanjang arah aliran. Seringkali, geoelectrical strike sama dengan geological strike tetapi kadang-kadang arahnya akan berbeda mengikuti pola distribusi resistivitas bawah permukaan (Khyzhnyak, 2014). Pada pengolahan data 2D MT, perlu dilakukan rotasi terhadap geoelectrical strike sebelum inversi 2D. Hal itu dilakukan untuk memenuhi asumsi inversi 2D. Asumsi yang digunakan adalah strukturnya memanjang sampai tak hingga (infinite elongated struktur). Dengan demikian, penentuan sudut rotasi atau geoelectrical strike menjadi hal yang sangat penting karena dapat mempengaruhi hasil model inversi 2D. Ada beberapa cara untuk menentukan sudut rotasi. Namun, pada penelitian ini sudut rotasi diperoleh dari perhitungan geoelectrical strike dan pengukuran geological strike (Jones dan Groom, 1993). Perhitungan geoelectrical strike menggunakan metode Swift (Swift, 1967; Vozoff, 1972). Sementara itu, penentuan geological strike menggunakan peta struktur geologi. 1 2 Penelitian ini menggunakan data MT pada lapangan panasbumi “BOGEL”, Sumatera Selatan. Setelah dilakukan rotasi pada tensor impedansi, kemudian dilakukan pemodelan inversi 2D menggunakan tiga data sets yang berbeda. Data set pertama adalah data yang tidak dirotasi (unrotated). Data set kedua adalah data yang dirotasi berdasarkan geoelectrical strike (Swift). Sementara itu, data set ketiga adalah data yang dirotasi berdasarkan geological strike. Hasil pemodelan inversi 2D tesebut kemudian dibandingkan dan dianalisis untuk mengetahui model mana yang sesuai dengan kondisi geologi daerah penelitian. I.2 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini antara lain adalah: 1. Data MT yang digunakan dalam bentuk domain frekuensi dengan jumlah data sebanyak 17 titik. 2. Data merupakan milik Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), Bandung. 3. Pemodelan inversi yang digunakan yaitu pemodelan inversi 2D. I.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menentukan sudut rotasi berdasarkan geoelectrical strike (Swift) dan geological strike. 2. Melakukan pemodelan inversi 2D menggunakan tiga data set yang berbeda. 3. Membandingkan model inversi 2D untuk menentukan model yang paling cocok dengan kondisi geologi daerah penelitian. 4. Identifikasi sistem panasbumi pada lapangan panasbumi “BOGEL”, Sumatera Selatan. I.4 Daerah Penelitian Daerah penelitian berada di daerah prospek panasbumi Sumatera tepatnya di lapangan panasbumi “BOGEL”, Sumatera Selatan (lihat Gambar 1.1). 3 Gambar 1.1 Peta Daerah Penelitian