Teknik Analisis Framing - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Analisis
Framing
Analisis Framing (bingkai)
terhadap media
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
S1 Brodcasting
Tatap Muka
09
Kode MK
Disusun Oleh
A71416EA
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Mendeskripsikan analisis framing untuk
membedah isi media
Mahasiswa dapat memahami analisis
framing dan penggunaannya dalam
mengungkap reaitas yang dibingkai oleh
media
Kenapa Framing
Pengertian analisis framing
Sebelum membahas pengertian tentang analisis framing, kita mencoba membuka
ingatan tentang pemberitaan media akhir-akhir ini tentang pemerintahan Jokowi.
Demonstrasi di Istana negara yang meminta Jokowi-JK untuk mundur hampir tidak
ada satu mediapun yang menyiarkan, kalo toh ada hanya sekilas info atau dalam
durasi yang sangat singkat. Sementara pemberitaan tentang “blusukan” Jokowi
diwaktu yang sama diberitakan oleh media secara jor-joran bahkan melakukan siaran
langsung dari tempat orang nomer satu di Indonesia itu melakukan kegiatannya.
Sebagai pembaca koran, pendengar radio, atau pemirsa televisi, kita tentu
dibuat bingung, kenapa peristiwa yang satu diberitakan sementara peristiwa yang
lain tidak. Kenapa kalau ada dua peristiwa yang sama, pada hari yang sama, media
memilih menampilkan berita yang satu dan melupakan berita yang lainnya? Semua
pertanyaan itu mengarah dalam konsep yang disebut framing.
Media massa yang menginformasikan suatu peristiwa, tidak bebas nilai. Media
bukanlah seperti yang digambarkan, memberitakan apa adanya, cermin dari realitas.
Media justru mengkonstruksi realitas. Tidak mengherankan jikalau tiap hari secara
terus menerus kita menyaksikan bagaimana peristiwa yang sama diperlakukan secara
berbeda oleh media.
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk
mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai
oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini
realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami
dengan bentukan tertentu. Analisis framing sebagai suatu analisis isi media terbilang
baru. Ia berkembang berkat pandangan kaum konstruktivis. Sebagai suatu bentuk
analisis teks media, analisis framing mempunyai perbedaan yang mendasar dengan
analisis isi kuantitatif.
Teks Berita (pandangan Konstruksionis)
Analisis framing termasuk dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini
mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang
dihasilkannya. Konsep mengenai kosntruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog
interpretatif, Peter L Berge. Bersama Thomas Luckman, ia banyak menulis karya dan
menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial atas realitas. Tesis utama dari Berger
adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural
secara terus menerus. Proses dialektis itu mempunyai 3 tahapan yaitu: ekternalisasi
yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia kedalam dunia, baik dalam
kegiatan mental maupun fisik. Objektivasi hasil yang dicapai baik mental maupun
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
fisik dari proses eksternalisasi yang dilakukan. Internalisasi proses ini lebih
merupakan penyerapan kembali dunia obyektif kedalam kesadaran sedemikian rupa
sehingga subyektif individu dipengaruhi dunia sosial.
Fakta dan Berita dilihat dari paradigma Konstruksionis
Pendekatan kosntruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media,
wartawan dan berita dilihat. Penilaian tersebut dijelaskan dalam tabel dibawah ini.
Penilaian
Fakta/peristiwa adalah
hasil konstruksi.
Paradigma Konstruksionis
Fakta merupakan
konstruksi atas realitas.
Kebenaran suatu fakta
bersifat relatif, berlaku
sesuai konteks tertentu.
Media adalah agen
Media sebagai agen
konstruksi.
konstruksi pesan.
Berita bukan refleksi dari
Berita tidak mungkin
realitas. Ia hanyalah
merupakan cermin dan
konstruksi dari realitas.
refleksi dari realitas.
Karena berita yang
terbentuk nerupakan
konstruksi atas realitas.
Berita bersifat
Berita bersifat subyektif,
subyektif/konstruksi atas
opini tidak dapat
realitas.
dihilangkan karena ketika
meliput, wartawan melihat
dengan perspektif dan
pertimbangan subyektif.
Wartawan bukan pelapor. Wartawan sebagai
Ia agen konstruksi realitas. partisipan yang
menjembatani keragaman
subyektifitas pelaku sosial.
Etika, pilihan moral, dan
Nilai, etika, atau
keberpihakan wartawan
keberpihakan wartawan
adalah bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari
integral dalam produksi
proses peliputan dan
berita.
pelaporan suatu peristiwa.
Etika, dan pilihan moral
Nilai, etika, dan pilihan
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Paradigma Positivis
Ada fakta yang “riil” yang
diatur oleh kaidah-kaidah
tertentu yang berlaku
universal.
Media sebagai saluran
pesan.
Berita adalah cermin dan
refleksi dari kenyataan.
Karena itu, berita haruslah
sama dan sebangun
dengan fakta yang hendak
diliput.
Berita bersifat oyektif,
menyingkirkan opini dan
pandangan subyektif dari
pembuat berita.
Wartawan sebagai
pelapor.
Nilai, etika, opini, dan
pilihan moral berada diluar
proses peliputan berita.
Nilai, etika, dan pilihan
peneliti, menjadi bagian
yang integral dalam
penelitian.
Khalayak mempunyai
penafsiran tersendiri atas
berita.
moral bagian tak
terpisahkan dari suatu
penelitian.
Khalayak mempunyai
penafsiran sendiri yang
bisa jadi berbeda dari
pembuat berita.
moral harus berada di luar
proses penelitian.
Berita diterima sama
dengan apa yang
dimaksudkan oleh
pembuat berita.
Analisis teks berita (pandangan konstruksionis)
Kosentrasi analisis pada paradigma konstruktsonis adalah menemukan
bagaimana peristiwa atau realitas dikonstruksi, dan dengan cara apa konstruksi itu
dibentuk. Dalam studi komunikasi paradigma konstruksionis seringkali disebut
paradigma produksi dan pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan paradigma
positivis.
Karakteristik penelitian isi media yang berkategori konstruksionis terutama dilakukan
dengan melakukan pembedaan dengan paradigma positivis. Perbedaan untuk
paradigma konstruksionis dan positivis dijelaskan dalam tabel berikut:
Penilaian
Paradigma kontruksionis
Tujuan penelitian:
Rekonstruksi realitas sosial
rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara
peneliti dengan pelaku
sosial yang diteliti.
Peneliti sebagai fasilitator Peneliti
keragaman subyektifitas
sebagai passionate
sosial.
participant, fasilitator
yang menjembatani
keragaman subyektifitas
pelaku sosial.
akna suatu teks adalah
Negosiasi; makna adalah
hasil negosiasi antara teks hasil dari proses saling
dan peneliti.
mempengaruhi antara
teks dan pembaca. Makna
bukan ditransmisikan,
tetapi dinegosiasikan.
Penafsiran bagian yang
Subyektif; penafsiran
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Paradigma positivis
Eksplanasi, prediksi, dan
kontrol.
Peneliti berperan
sebagaidisinterested
scientist.
Transmisi; makna secara
inheren ada dalam teks,
dan ditransmisikan kepada
pembaca.
Obyektif; analisis teks tidak
tak terpisahkan dalam
analisis.
Menekankan empati dan
interaksi dialektis antara
peneliti— teks.
Kualitas penelitian diukur
dari otentisitas dan
refleksivitas temuan.
bagian tak terpisahkan
dari penelitian teks.
Bahkan dasar dari analisis
teks.
Reflektif/dialektik;
menekankan empati dan
interaksi dialektis antara
peneliti—teks untuk
merekonstruksi realitas
yang diteliti melalui
metode kualitatif.
Kriteria kualitas penelitian;
otentisitas dan
refleksivitas, sejauh mana
temuan merupakan
refleksi otentik dari
realitas dihayati oleh para
pelaku sosial.
boleh menyertakan
penafsiran atau opini
peneliti.
Intervensionis; pengujian
hipotesis dalam
strukturhipoteticodeductive
method.Melalui lab
eksperimen atau survai
eksplanatif, dengan analisis
kuantitatif.
Kriteria kualitas penelitian;
obyektif, validitas, dan
reliabilitas (internal dan
eksternal).
KONSEP FRAMING
Konsep tentang framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi,
akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis). Dalam prakteknya, analisis
framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik,
dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena
dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kultural
yang melingkupinya.
Para ahli banyak mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian Framing.
Meskipun berbeda penekanan, namun ada titik singgung dari definisi framing.
Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan
dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya
adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah
dikenal. Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media.
Penyajian itu dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek
tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa.
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengertian Framing yang banyak dijadikan rujukan oleh para ahli diantaranya dari
Robert N Etman yang menyatakan Framing adalah proses seleksi dari berbagai aspek
realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek
lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas
sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari yang lain.
Ada dua aspek dalam framing yang pertama memilih fakta/realitas. Proses memilih
fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat berita tanpa
perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu ada dua kemungkinan apa yang dipilih
(included) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian kedua adalah menuliskan fakta.
Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada
khalayak. Gagasan ini disampaikan dengan kata, kalimat, proporsi apa, dengan
bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya.
DIMENSI SOSIOLOGI PSIKOLOGI
Konsep framing dalam studi media banyak mendapat pengaruh dari lapangan
psikologi dan sosiologi. Pendekatan psikologi terutama melihat bagaimana pengaruh
kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang diri, sesuatu dan gagasan
tertentu. Teori framing banyak berhubungan dengan teori mengenai skema atau
kognitif: bagaimana seseorang memahami dan melihat realitas dengan skema
tertentu.
Selain psikologi, konsep framing juga banyak mendapat pengaruh dari lapangan
sosiologi. Garis sosiologi ini terutama ditarik oleh Alferd Schutz, Erving Goffman
hingga Peter L berger. Pada level sosiologi frame terutama dilihat untuk menjelaskan
bagaimana organisasi dari ruang berita dan pembuat berita membentuk berita
secara bersama-sama. Ini menempatkan media sebagai organisasi yang kompleks
yang menyertakan di dalamnya praktek profesional. Pandangan sosiologis
menempatkan berita sebagai institusi sosial. Berita ditematkan, dicari dan
ditempatkan lewat praktek profesional dan organisasi.
Framing dan Ideologi
Media berperan mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami,
bagaimana realitas itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak. Diantara
berbagai fungsi dari media dalam mendefinisikan realitas, fungsi pertama dalam
ideologi adalah media sebagai mekanisme integrasi sosial. Media berfungsi menjaga
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
nilai-nilai kelompok, dan mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan.
Dalam kerangka ini, media dapat mendefinisikan nilai dan perilaku yang sesuai
dengan nilai kelompok dan perilaku atau nilai apa yang dipandang menyimpang.
Perbuatan, sikap, atau nilai yang menyimpang tersebut bukanlah sesuatu yang
alamiah, yang terjadi dengan sendirinya, dan diterima begitu saja. Semua nilai dan
pandangan tersebut bukan sesuatu yang terbentuk begitu saja, melainkan
dikonstruksi. Lewat konstruksi tersebut, media secara aktif mendefinisikan peristiwa
dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang layak, apa yang baik, apa yang
sesuai dan apa yang dipandang menyimpang.
Konsensus menyediakan suatu kesatuan; satu negara, satu masyarakat, satu budaya
dan sebagainya. Melalui konsensus ini realitas yang beragam dan tidak beraturan
diubah menjadi realitas yang mudah dan bisa dikenali, sesuatu yang plural menjadi
tunggal. Lewat konsensus ini, terjadi proses homogenisasi bahwa kita adalah satu.
Peristiwa bisa dipahami dalam perspektif yang berbeda didasarkan pada kesepakatan
atau tata nilai yang dipahami dan disepakati bersama dalam komunitas.
Berikut gambar peta ideologi
Daniel Hallin (Eriyanto, 2002:127) membuat ilustrasi dan gambaran menarik
yang menolong menjelaskan bagaimana berita kita tempatkan dalam bidang/peta
ideologi. Ia membagi dunia jurnalistik ke dalam tiga bidang; bidang penyimpangan
(sphere of deviance), bidang kontroversi (sphere of legitimate controversy), dan
bidang konsensus (sphere consensus). Bidang-bidang ini menjelaskan bagaimana
peristiwa-peristiwa dipahami dan ditempatkan oleh wartawan dalam keseluruhan
peta ideologis. Apakah peristiwa dibingkai dan dimaknai sebagi wilayah
penyimpangan, kontroversi, ataukah konsensus? Dalam wilayah penyimpangan,
suatu peristiwa, gagasan, atau prilaku tertentu dikucilkan dan dipandang
menyimpang. Ini semacam nilai yang dipahami bersama bagaimana peristiwa secara
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
umum dipahami secara sama antara berbagai anggota komunitas. Bidang kedua
adalah wilayah kontroversi. Kalau pada bidang yang paling luar ada kesepakatan
umum bahwa realitas (peristiwa, prilaku, atau gagasan) dipandang menyimpang dan
buruk, dalam area ini realitas masih diperdebatkan/dipandang kontroversial.
Sedangkan wilayah yang paling dalam adalah konsensus; menunjukkan bagaimana
realitas tertentu dipahami dan disepakati secara bersama-sama sebagai realitas yang
sesuai dengan nilai-nilai ideologi kelompok.
Sebagai area ideologis, peta semacam ini dapat dipakai untuk menjelaskan
bagaimana prilaku dan realitas yang sama bisa dijelaskan secara berbeda karena
memakai kerangka yang berbeda. Masyarakat atau komunitas dengan ideology yang
berbeda akan menjelaskan dan meletakkan peristiwa yang sama tersebut ke dalam
peta yang berbeda, karena ideologi yang menempatkan bagaimana nilai-nilai
bersama yang dipahami dan diyakini secara bersama-sama dipakai untuk
menjelaskan berbagai realitas yang hadir setiap hari.
Teknik Analisis Framing
Berita dalam surat kabar, bisa saja yang menjadi objek framing jurnalis. Namun,
bagian-bagian kejadian penting ini sendiri merupakan salah satu aspek yang sangat
ingin diketahui khalayak. Aspek lainnya adalah peristiwa atau ide yang diberitakan.
Berikut beberapa teknik analisis framing menurut beberapa ahli.
Robert N Entman
Menurut Entman, Framing dalam berita dilakukan dengan empat cara yaitu:
1.
2.
3.
4.
Identifikasi masalah (problem identification),
Identifikasi penyebab masalah (causal interpretation),
Evaluasi moral (moral evaluation),
Penanggulangan masalah (treatment recommendation),
Skema dari Entman bila dituangkan dalam gambar adalah sebagai berikut
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali
dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai
yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan.
Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing
untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab
disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana
peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai
sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab
masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Make moral
judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk
membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah
dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan,
dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.
Elemen framing lain adalah treatment recommendation (menekankan penyelesaian).
Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki wartawan. Jalan apa yang
dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung
pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab
masalah.

Abrar
Pada umumnya terdapat empat teknik mem-framing berita yang dipakai wartawan
yaitu:
1. Ketidaksesuaian sikap dan perilaku (cognitif dissonance)
2. Empati (membentuk “pribadi khayal”
3. Daya tarik yang melahirkan ketidakberdayaan (Packing)
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Menggabungkan kondisi, kebijakan, dan objek yang sedang aktual
dengan fokus berita (Asosiasi)
Selain itu, Sekurangnya, ada tiga bagian berita yang bisa menjadi
objek framing seorang wartawan, yaitu, judul berita, fokus berita dan penutup
berita.
Judul berita di framing dengan menggunakan teknik empati yaitu menciptakan
“pribadi khayal” dalam diri khalayak, sementara khalayak diangankan menempatkan
diri mereka seperti korban ketidakadilan, sehingga mereka bisa merasakan
kepedihan yang sama. Untuk fokus berita, di-framing dengan menggunakan teknik
asosiasi, yaitu menggabungkan kebijakan aktual dengan fokus brita. Kebijakan yang
dimaksud adalah penghormatan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga.
Penutup berita di-framing dengan menggunakan teknik packing, yaitu menjadikan
khalayak tidak berdaya untuk menolak ajakan yang dikandung berita. Sebab mereka
tidak berdaya sama sekali untuk membantah kebenaran yang direkonstruksikan
berita.

Gamson
1. Level Kultural
2. Level Individu
Identifikasi dan kategorisasi terhadap proses pengulangan, penempatan, asosiasi,
dan penajaman kata, kalimat, dan proposisi tertentu dalam wacana. Selain itupula,
dapat dilakukan dengan membedah sisi retoris suatu wacana, yaitu dengan
menganalisis dan mengidentifikasi kata, kunci, metafor, frase,popular
wisdom, silogisme, dan perangkat-perangkat simbolik lain yang ada di dalamnya.
Selain itu Konsep frame-resonance, yaitu tingkat keselarasan antara frame yang
muncul dalam wacana tekstual dengan respon interpretatif khalayak. Untuk
mengukur frame-resonance, serta untuk mengetahui tingkat keseragaman atau
keberagaman schemata awak media, analisis framing perlu dilakukan sampai pada
tingkat individu. Analisis framing terhadap schemata individu ini bisa dilakukan
dengan polling atau wawancara komprehensif.
EFEK FRAMING
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Framing berhubungan dengan pendefinisian realitas. Bagaimana peristiwa
dipahami, sumber siapa yang diwawancarai. Semua elemen tersebut tidak dimaknai
semata sebagai masalah teknis jurnalistik, tetapi sebuah praktik. Beberapa efek
framing antara lain:
a. Menonjokan aspek tertentu mengaburkan aspek lain.
Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas.
Dalam penulisan disebut sebagai fokus.
b. Menampilkan sisi tertentu melupakan sisi lain.
Adanya sisi yang tidak ditampilkan, membuat penonton menarik persepsi
negatif dari pemberitaan yan terus menerus ditampilkan.
c. Menampilkan aktor tertentu menyembunyikan aktor lainnya.
Berita seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada aktor tertentu. Tetapi
efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak atau aktor tertentu
menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan
menjadi tersembunyi.
d. Mobilisasi Massa
Framing berkaitan dengan opini publik. Hal ini dikarenakan ketika isu tertentu
dikemas dengan bingkai tertentu bisa mengakibatkan pemahaman khalayak yang
berbeda atas suatu isu.
e. Menggiring Khalayak Pada Ingatan Tertentu
Individu mengetahui peristiwa sosial dari pemberitaan media. Karenanya,
perhatian khalayak, bagaimana orang mengkonstruksi realitas sebagian besar berasal
dari apa yang diberitakan media. Apa yang menyebabkan suatu berita lebih mudah
diingat orang? Peristiwa-peristiwa tertentu yang dramatis dan diabadikan, ternyata
mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang melihat peristiwa. W. Lance
Bennet dan Regina G. Lawrence (Eriyanto, 2002:150) menyebut sebagai ikon
berita (news icon). Apa yang khalayak tahu tentang realitas sedikit banyak tergantung
pada bagaimana dia menggambarkannya.
Model-Model Analisis Framing
Pan dan Gerald M. Kosicki
Dalam melakukan analisis framing terhadap berita, Pan dan Gerald M.Kosicki
mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perangkat framing yaitu, sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat dimensi
struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen
semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa
setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Berikut
penjelasannya:
KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI
STRUKTUR
SINTAKSIS
Cara wartawan
menyusun fakta
PERANGKAT FRAMING
1. Skema berita
UNIT YANG DIAMATI
Headline, lead, latar
informasi, kutipan,
sumber, pernyataan,
penutup
SKRIP
2. Kelengkapan berita
Cara wartawan
mengisahkan fakta
5W+1H
TEMATIK
Cara wartawan
menulis fakta
Paragraf, proposisi
RETORIS
Cara wartawan
menekankan fakta
1. Detail
2. Maksud kalimat,
hubungan
3. Nominalisasi
antarkalimat
4. Koherensi (yang
termasuk dalam
koherensi yaitu
Bentuk kalimat dan
Kata ganti)
1. Leksikon
2. Grafis
3. Metafor diantaranya yaitu
Pengandaian
Kata, idiom,
gambar/foto, grafik
William A. Gamson dan Andre Modigliani
Gamson dan Modiglani menekankan analisanya pada pada pendekatan
konstruksionis yang melihat representasi media—berita dan artikel, terdiri
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
atas package interaktif yang mengandung makna tertentu. Di dalam package ini
terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama
merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk
menunjukkan substansi isu yang tengah dibicarakan. Sedangkan struktur yang kedua
mengandung
dua
substruktur,
yaitu framing
devices dan reasoning
devices. Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang
disebut package. Framing analysis yang dikembangkan Gamson dan Modigliani
memahami
wacana
media
sebagai
satu
gugusan
perspektif
interpretasi (interpretatitif package) saat mengkonstruksi dan memberi makna suatu
isu.

Core Frame (gagasan sentral)
Core berisi elemen-elemen inti untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap
peristiwa, dan mengarahkan makna isu—yang dibangun condesing symbol (simbol
yang “dimampatkan”

Condensing Symbol
Simbol ini terdiri atas framing devices dan reasoning devices. Keduanya saling
berinteraksi sebagai dasar digunakannya perspektif. Simbol dalam wacana terlihat
transparan bila dalam dirinya menyusup perangkat bermakna yang mampu
berperan sebagai panduan menggantikan sesuatu yang lain. Struktur framing
devices yang mencakup metaphors, exemplars, catchphrases, depictions, dan visual
images menekankan aspek bagaimana “melihat” suatu isu. Dan berikut
penjelasannya:
Metaphors
Cara memindah makna dengan merelasikan dua fakta analogi, atau memakai kiasan
dengan menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana.
Metafora berperan ganda; pertama, sebagai perangkat diskursif, dan ekspresi piranti
mental; kedua, berasosiasi dengan asumsi atau penilaian, serta memaksa teks
membuat sense tertentu.
Exemplars
Mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot makna
lebih untuk dijadikan rujukan/pelajaran. Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti
dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif.
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Catchpharases
Bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran atau
semangat tertentu. Dalam teks berita, catchphrases mewujud dalam bentuk jargon,
slogan, atau semboyan.
Depictions
Penggambaran fakta dengan memakai istilah, kata, kalimat konotatif agar khalayak
terarah ke citra tertentu. Asumsinya, pemakaian kata khusus diniatkan untuk
membangkitkan prasangka, menyesatkan pikiran dan tindakan, serta efektif sebagai
bentuk aksi politik. Depictions dapat berbentuk stigmatisasi, eufemisme, serta
akronimisasi.
Visual Images
Pemakaian foto, diagram, grafis, tabel, kartun, dan sejenisnya untuk menekspresikan
kesan, misalnya perhatian atau penolakan, dibesarkan-dikecilkan, ditebalkan atau
dimiringkan, serta pemakaian warna. Visual images bersifat sangat natural, sangat
mewakili realitas yang membuat erat muatan ideologi pesan dengan khalayak.
Struktur reasoning devices menekankan aspek pembenaran terhadap cara “melihat”
isu, yakni roots (analisis kausal) dan appeals to principle (klaim moral).
Roots (analisis kausal)
Pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek atau lebih yang dianggap
menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Tujuannya, membenarkan
penyimpulan fakta berdasar hubungan sebab-akibat yang digambarkan atau
dibeberkan.
Appeal to Principle (klaim moral)
Pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai argumentasi pembenar membangun berita,
berupa pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin, ajaran, dan sejenisnya. Appeal to
principle yang apriori, dogmatis, simplistik, dan monokausal (nonlogis) bertujuan
membuat khalayak tak berdaya menyanggah argumentasi. Fokusnya, memanipulasi
emosi agar mengarah ke sifat, waktu, tempat, cara tertentu, serta membuatnya
tertutup/keras dari bentuk penalaran lain.
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Murray Edelman
Ahli selanjutnya yang melakukan analisa framing adalah Muray Edelman. Edelman
mensejajarkan framing sebagai kategorisasi pemakaian perspektif tertentu dengan
pemakaian kata-kata yang tertentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau
realitas dipahami. Salah satu gagasan utama dari Edelman ialah dapat mengarahkan
pandangan khalayak akan suatu isu dan membentuk pengertian mereka akan suatu
isu. Elemen penting dalam melihat suatu peristiwa ialah bagaimana orang membuat
kategorisasi atas suatu peristiwa. Dengan kategorisasi hendak ke mana sebuah
peristiwa diarahkan dan dijelaskan.

Kategorisasi
Merupakan abstraksi dan fungsi dari pikiran. Kategori merupakan alat bagaimana
realitas dipahami dan hadir dalam benak khalayak. Kategori merupakan kekuatan
yang besar dalam mempengaruhi pikiran dan kesadaran publik, sebab kategori lebih
menyentuh, lebih substil, dan lebih mengena alam bawah sadar.

Kesalahan Kategorisasi
Seringkali terjadi kategori yang dipakai dalam mendefinisikan peristiwa itu salah atau
menipu khalayak. Peristiwa dibungkus dengan kategori tertentu menyebabkan
khalayak tidak bisa menerima informasi sebenarnya. Peristiwa tertentu yang
dikategorisasikan dan dibingkai dengan cara tertentu, mempengaruhi bagaimana
peristiwa dipahami.
Rubrikasi
Merupakan salah satu aspek kategorisasi yang penting dalam pemberitaan.
Bagaimana suatu peristiwa di kategorisasikan dalam rubrik- rubrik tertentu. Rubrikasi
harus dipahami sebagai bagian dari bagaimana fakta diklasifikasikan dalam kategori
tertentu. Pendefinisian suatu realitas sosial, secara sederhana dalam strategi
pemberitaan dan proses pembuatan berita, dapat dilihat dari bagaimana peristiwa
dan fakta di tempatkan dalam rubrik tertentu. Rubrikasi menentukan bagaimana
peristiwa dan fenomena harus dijelaskan.
Kategorisasi dan Ideologi
Dalam pandangan Edelman, kategorisasi berhubungan dengan ideologi. Bagaimana
realitas diklasifikasikan dan dikategorisasikan, diantaranya ditandai dengan
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bagaimana kategorisasi tersebut dilakukan. Kategorisasi bukan representasi dari
realitas. Pada dasarnya kategorisasi merupakan kreasi kembali yang penting agar
tampak wajar dan rasional, yaitu dengan pemakaian kata- kata terentu yang
mempengaruhi bagaimana realitas atau seseorang dicitrakan. Pemakaian bahasa
tertentu memperkuat pandangan seseorang, prasangka, dan kebencian tertentu.
Robert N Entman
Konsep framing oleh Entman untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan
aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing memberi tekanan lebih pada
bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang dianggap penting
atau ditonjolkan oleh pembuat teks. Entman melihat framing dalam dua dimensi
besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek- aspek tertentu dari
realitas atau isu. Dalam prakteknya framing dijalankan oleh media dengan
menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain.
Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta dari
realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana
yang diseleksi untuk ditampilkan?
Penonjolan Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta.
aspek
Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa atau isu
tertentu tersebut telah dipilih, bagaiman aspek tersebut
dari isu
ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian
kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk
ditampilkan pada khalayak.
Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian
definisi, penjelasan definisi, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk
menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.
Secara lebih jelas dapat digambarkan sebagai berikut:
Define
problems(pendefinisain
masalah)
Bagaimana suatu peristiwa / isu dilihat ?
sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose
causes(memperkirakan
masalah atau sumber
masalah)
Sebagai penyebab dari suatu masalah, siapa
atau aktor yang dianggap sebagai penyebab
mereka?
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Make moral
judgement(membuat
keputusan moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk
menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang
dipakai untuk melegitimasi atau
mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatment
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk
recomendation(menekankan mengatasi masalah/ isu ? jalan apa yang
penyelesaian)
ditawarkan dan harus ditempuh untuk
mengatasi masalah
Daftar Pustaka
Eriyanto. 2002. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. LkiS
Yogyakarta. Yogyakarta.
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Remaja Rosdakarya. Bandung.
2015
1
Metode Penelitian Kualitatif
Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download