EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN

advertisement
EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI
TERHADAP SIKAP SADARI PADA REMAJA
PUTRI KELAS XI DI SMA NEGERI 1
PAJANGAN BANTUL
Frincessca Wenny Ariyaty1, Fitriani Mediastuti2, Kusminatun3
INTISARI
Latar belakang : Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah suatu upaya
pemeriksaan pada payudara secara manual untuk mengetahui adanya benjolan
yang tidak normal yang memungkinkan adanya kanker payudara, yang dapat
diketahui secara dini. Berdasarkan pendataan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di
Yogyakarta jumlah penderita kanker yang terdaftar sebanyak 135 orang.
Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 2008 jumlah penderita
kanker payudara terdaftar sebanyak 58 orang. Dalam studi pendahuluan yang
dilakukan melalui wawancara dengan 20 orang siswi kelas XI di SMA Negeri 1
Pajangan Bantul diperoleh hasil bahwa yang pernah mendapatkan informasi
tentang SADARI adalah 10%, dan yang belum pernah 90%.
Tujuan : Untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan SADARI terhadap
sikap SADARI pada remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul
berupa kelainan awal di payudara.
Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah quasi experiment, rancangan
penelitian pra eksperimental, design penelitian one group pre-test and post-test.
Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswi-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul yang berjumlah 64 siswi.
Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 64 siswi. Teknik pengambilan sampel
dengan metode total sampling.
Hasil : Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata sikap pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan
Bantul yang didominasi oleh remaja tengah dan jurusan IPS pada saat pre test
adalah 88,9 dan mengalami peningkatan menjadi 93,2 pada saat post test. Nilai
minimal pada saat pre test adalah 65,83 mengalami peningkatan pada saat post
test menjadi 68,33. Sedangkan nilai maksimal pada saat pre test adalah 90,83 dan
mengalami peningkatan menjadi 93,33 pada saat post test.
Kesimpulan : Pendidikan kesehatan SADARI efektif terhadap sikap SADARI
pada remaja putri kelas XI.
Kata Kunci : Efektivitas Pendidikan Kesehatan, Sikap SADARI, Remaja putri
____________________________________
1
Mahasiswi Akademi Kebidanan Yogyakarta
2
Dosen Akademi Kebidanan Yogyakarta
3
Dosen Prodi D4 Bidan Pendidik Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan suatu periode
kehidupan manusia yang sangat kritis karena
merupakan tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Pada tahap ini sering
kali remaja tidak menyadari bahwa suatu
tahap perkembangan sudah dimulai, namun
yang pasti setiap remaja akan mengalami
suatu perubahan fisik, emosional maupun
sosial1.
Pada masa remaja berlangsung prosesproses perubahan fisik maupun perubahan
biologis
yang
dalam
perkembangan
selanjutnya berada di bawah kontrol hormonhormon khusus yang bertanggung jawab atas
permulaan proses ovulasi dan menstruasi,
juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini
sudah seharusnya para remaja putri mulai
memperhatikan perubahan yang ada pada
dirinya, juga halnya dengan payudara dan
kesehatannya. Sehubungan dengan seluruh
aktivitas dalam payudara berkaitan dengan
perkembangan dalam kehidupan seorang
wanita dan juga perubahan siklus yang bisa
disebabkan
oleh
periode
menstruasi,
sebaiknya semua wanita bermawas diri
terhadap masalah yang mungkin timbul pada
payudara
mereka,
dan
sebaiknya
pemeriksaan dapat dimulai dari waktu
remaja.
Pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk
mendeteksi tanda-tanda dini persoalan
payudara merupakan kebiasaan yang sangat
baik yang harus dilakukan sejak dini.
Seorang remaja putri dapat memeriksa
payudara sendiri (SADARI) pada saat mandi
dengan menggunakan jari-jari tangan
sehingga dapat menentukan benjolan pada
lekukan halus payudaranya2.
Kanker adalah suatu penyakit neoplasma
ganas yang memiliki spektrum sangat luas
dan
kompleks.
Kanker
merupakan
permasalahan kesehatan dunia yang sering
terjadi di negara berkembang, termasuk
Indonesia. Salah satu jenis kanker yang
menelan banyak korban adalah kanker
payudara. Kanker payudara merupakan jenis
kanker yang berkembang pada jaringan
payudara. Pada tahun 2004 - 2007 kanker
payudara menempati urutan pertama dengan
jumlah kasus terbanyak dibanding kanker
lainnya. Pada tahun 2004 terjadi 5.207 kasus
dan meningkat tajam pada tahun 2005
menjadi 7.850 kasus. Pada tahun 2006 kasus
kanker payudara meningkat lagi menjadi
8.328 kasus3. Penyebab terlambatnya
penderita untuk mendatangi pelayanan
kesehatan yaitu kurangnya pengetahuan dan
informasi mengenai kanker payudara,
deteksi, dan pengobatannya. Oleh karena
mengingat pentingnya pengetahuan tentang
kanker payudara dan pemeriksaan payudara
sendiri oleh setiap wanita, maka perlu
adanya promosi kesehatan4.
Pemeriksaan
Payudara
Sendiri
(SADARI) merupakan cara mendeteksi dini
kanker payudara secara manual yaitu dengan
meraba payudara. Wanita berusia di atas 20
tahun untuk melakukan SADARI setiap satu
bulan5. Namun masih sedikit masyarakat
yang mengetahui tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI). Wanita yang
melakukan SADARI diharapkan dapat
mengetahui lebih dini jika ada kelainan pada
payudaranya dan segera membawa ke
pelayanan kesehatan. Pemeriksaan Payudara
Sendiri (SADARI) ini sangat penting karena
hampir 85% benjolan di payudara ditemukan
oleh penderita sendiri6. Adapun tujuan dari
program deteksi dini kanker payudara yaitu
untuk menurunkan angka kematian pada
penderita, karena kanker yang ditemukan
pada stadium awal tentu memberikan
harapan hidup lebih lama daripada apabila
ditemukan pada stadium lanjut7.
50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012
Kanker tertinggi yang diderita wanita
Indonesia adalah kanker payudara dengan
angka kejadian 26 per 100.000 perempuan,
disusul kanker leher rahim dengan 16 per
100.000 perempuan8. Salah satu faktor risiko
yang menyebabkan tingginya kejadian
kanker di Indonesia yaitu prevalensi merokok
23,7%, obesitas umum penduduk berusia ≥
15 tahun pada laki-laki 13,9% dan pada
perempuan 23,8%. Prevalensi kurang
konsumsi buah dan sayur 93,6%, konsumsi
makanan
diawetkan
6,3%,
makanan
berlemak 12,8%, dan makanan dengan
penyedap 77,8%. Sedangkan prevalensi
kurang aktivitas fisik sebesar 48,2%.
Disamping itu, prevalensi tumor/ kanker di
Indonesia 4,3 per 1000 penduduk. Angka
tertinggi terjadi di Daerah Istimewa
Yogyakarta yaitu 9,6 per 1000 penduduk dan
terendah di Provinsi Maluku yaitu 1,5 per
1000 penduduk. Angka tersebut jauh lebih
tinggi dari nilai rata-rata prevalensi nasional
yang sebesar 4,3 per 1.000 penduduk9.
Berdasarkan pendataan Yayasan Kanker
Indonesia (YKI) di Kota Yogyakarta jumlah
yang terdaftar sebanyak 135 orang. Untuk
Kota
Yogyakarta,
kanker
payudara
menempati urutan pertama dengan angka
15,6%10.
Penyakit
kanker
payudara
menduduki tempat pertama penyakit
keganasan pada wanita. Jumlah penderita
kanker payudara terdaftar sebanyak 58 orang.
Untuk daerah Bantul, kanker payudara
menempati urutan kedua setelah kanker
serviks dengan angka 55,7%11.
Hasil
studi
pendahuluan
secara
wawancara dengan 20 orang siswi kelas XI
di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul, yang
pernah mendapatkan informasi tentang
pemeriksaan payudara sendiri adalah 10%,
yang belum pernah 90%. Adapun penelitian
ini bertujuan untuk untuk mengetahui
efektivitas pendidikan kesehatan sadari
terhadap sikap sadari pada remaja putri kelas
XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul berupa
kelainan awal pada payudara.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah quasi
experiment, rancangan penelitian pra
eksperimental, design penelitian one group
pre-test and post-test. Instrumen penelitian
menggunakan kuisioner. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswi-siswi kelas XI di
SMA Negeri 1 Pajangan Bantul yang
berjumlah 64 siswi. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 64 siswi. Teknik
pengambilan sampel dengan metode total
sampling. Tempat penelitian ini adalah di
SMA Negeri 1 Pajangan Bantul yang
dilakukan pada tanggal 5 – 21 Maret 2012.
Variabel dalam penelitian ini adalah
pendidikan kesehatan pemeriksaan payudara
sendiri sebagai variabel bebas (Independent
dan variabel terikat (dependent) yaitu sikap
pemeriksaan
payudara
sendiri.
Jenis
instrumen penelitian yang digunakan untuk
variabel bebas adalah Forum Discution
Group (FDG). Pada variabel terikat
menggunakan instrumen kuesioner tertutup.
Hasil uji validitas dan reliabilitas
dalam penelitian ini adalah bahwa dari 30
butir soal ternyata hanya 23 butir soal yang
valid dan reliabel, sedangkan 7 butir soal
lainnya tidak valid dan tidak reliabel yaitu
terdiri dari soal nomor 1, 3, 4, 8, 9, 10, 23.
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan
dengan melakukan pre test, penyuluhan
tentang SADARI dan post test. Serta
pengolahan data dilakukan secara manual,
melaui editing, coding dan tabulating.
Analisis data menggunakan data kuantitatif
yang dinyatakan dengan cara paired sampel t
test, yaitu membandingkan rata-rata nilai pre
test dan rata-rata post test dari satu sampel.
50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Penggolongan
Remaja di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul
No
1
2
3
Remaja
Awal (13-14 tahun)
Tengah (15-17 tahun)
Akhir (18-21 tahun)
Jumlah
Frekuensi
0
62
2
64
%
0
96,88
3,12
100
Sumber : Data Primer diolah (2012)
Berdasarkan tabel 1diketahui responden tertinggi adalah remaja tengah dengan
batasan umur 15-17 tahun.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan di SMA
Negeri 1 Pajangan Bantul
No
1
2
Jurusan
IPA
IPS
%
20,3
79,7
100
Frekuensi
13
51
64
Jumlah
Sumber : Data Primer diolah (2012)
Berdasarkan tabel 2 diketahui responden tertinggi berasal dari jurusan IPS, dan
responden terendah berasal dari jurusan IPA.
Sikap Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Sadari Sebelum Diberi Pendidikan Kesehatan
Tentang Sadari Pada Siswi Kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul
Sikap (Interval)
Baik
(76-100%)
Cukup (50-75%)
Kurang (<50%)
Jumlah
Frekuensi
19
45
0
64
%
29,7
70,3
0
100
Sumber : Data Primer diolah (2012)
Tabel
3
menunjukkan
SADARI
sebelum
pendidikan
kesehatan
sikap
SMA Negeri 1 Pajangan Bantul
diberi
tertinggi adalah cukup.
tentang
SADARI pada siswi kelas XI di
50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sikap Sadari Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan Tentang
Sadari Pada Siswi Kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul
Sikap (Interval)
Frekuensi
%
Baik
(76-100%)
31
48,4
Cukup
(50-75%)
33
51,6
Kurang (<50%)
0
0
Jumlah
64
100
Sumber : Data Primer diolah (2012)
Tabel 4 menunjukkan sikap SADARI setelah diberi pendidikan kesehatan tentang SADARI
pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul tertinggi adalah baik.
Analisis Data
Tabel 5. Statistik Deskriptif Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri pada siswi kelas XI di SMA
Negeri 1 Pajangan Bantul
Statistik
Minimal
Maksimal
Mean
Median
Standar Deviasi
Pre test
65,83
90,83
88,9
73,33
6,9
Post test
68,33
93,33
93,2
76,67
7,8
Sumber : Data Primer diolah (2012)
Tabel 5 menunjukkan rata-rata sikap
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1
Pajangan Bantul pada saat pre test adalah
88,9 dan mengalami peningkatan menjadi
93,2 pada saat post test. Nilai minimal pada
saat pre test adalah 65,83 mengalami
peningkatan pada saat post test menjadi
68,33. Sedangkan nilai maksimal pada saat
pre test adalah 90,83 dan mengalami
peningkatan menjadi 93,33 pada saat post
test.
Tabel 6. Uji Efektivitas Pendidikan Kesehatan Sadari terhadap Sikap Sadari pada Remaja
Putri Kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul
t hitung
P value
Keterangan
-3.302
0, 002
Signifikan
Hasil perhitungan statistik menggunakan uji
Paired Sample t test seperti yang disajikan
pada tabel 4.6, diperoleh p-value sebesar
0,002 < α (0,05). Sehingga dapat
50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan
sadari efektif terhadap sikap sadari.
Berdasarkan data karakteristik bahwa
mayoritas responden berusia 15-17 tahun
menunjukkan bahwa responden sedang
mengalami tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Pada tahap ini sering
kali remaja tidak menyadari bahwa suatu
tahap perkembangan sudah dimulai, namun
yang pasti setiap remaja akan mengalami
suatu perubahan fisik, emosional maupun
sosial1.
Tahapan perubahan fisik yang terjadi
selama pubertas pada wanita yang ditandai
dari Tanner 1 (T1) sampai Tanner 5 (T5).
Berdasarkan karakterisktik umur responden
yang didominasi oleh umur 15-17 tahun,
atau seperti yang dikatakan oleh Tanner12,
perkiraan umur 15 tahun atau lebih, maka
karateristik umur responden tersebut
tergolong dalam Tanner 5 (T5) yaitu
telarche telah mengalami integrasi puting
susu, pubarche telah memasuki tipe dewasa
dan penyebarannya hingga ke paha sebelah
dalam. Sedangkan kecepatan pertumbuhan
tinggi badan mencapai tinggi maksimal serta
telah terbentuk organ genital dewasa.
Responden mayoritas berasal dari
jurusan IPS. Berdasarkan hasil distribusi
frekuensi sikap SADARI sebelum dan
sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang
SADARI, diperoleh hasil yaitu sikap
SADARI yang baik dan cukup. Ini
menunjukkan bahwa bagi siswi jurusan IPS
ada manfaatnya mereka aktif menjadi
anggota Pusat Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR)
serta Palang Merah Remaja (PMR), selain
dari informasi yang mereka peroleh melalui
pendidikan kesehatan berupa penyuluhan
yang baru pertama kalinya diadakan di
sekolah mereka. Hal ini didukung pula oleh
penelitian sebelumnya dengan judul
Pengaruh Penyuluhan Tentang Sadari
Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Di SMAN Kebakkramat Karanganyar13.
Hasil penelitian menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan dari penyuluhan
tentang
SADARI
terhadap
tingkat
pengetahuan remaja putri. Hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan nilai rata-rata
pengetahuan remaja putri tentang SADARI
setelah diberi penyuluhan baik pada siswi
IPA maupun IPS.
Sikap
SADARI
sebelum
diberi
pendidikan kesehatan tentang SADARI pada
siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan
Bantul mayoritas adalah cukup. Sedangkan
siswi yang memiliki sikap sadari yang baik
sebanyak 29,7%. Banyaknya siswi yang
memiliki sikap sadari yang cukup
disebabkan masih kurangnya partisipasi
siswi
yang
aktif
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler seperti Pusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja
(PIKKRR) dan Palang Merah Remaja
(PMR). Selain itu juga, karena ini baru
pertama
kalinya
diadakan
kegiatan
penyuluhan kesehatan reproduksi yang
dilaksanakan oleh pihak sekolah bekerja
sama dengan institusi kesehatan setempat.
Hal tersebut terlihat pula pada saat proses
pre test berlangsung yaitu dari pertanyaan
yang diajukan sebanyak 23 soal, ada 3 butir
pertanyaan yang kebanyakan ditanyakan
ulang oleh siswi karena dianggap
membingungkan mereka yaitu pada soal
nomor 20, 21 dan 22. Adapun pertanyaan
tersebut mengenai kekuatan tekanan pada
gerakan memutar ketika meraba payudara
yang terdiri dari tekanan ringan, tekanan
sedang dan tekanan cukup kuat. Para siswi
belum mengetahui dan belum bisa
membedakan antara masing-masing dari
tekanan itu. Sehingga mereka terkesan
bingung dengan pertanyaan yang diajukan.
50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012
Hal demikian didukung oleh hasil studi
pendahuluan secara wawancara dengan 20
orang siswi, yaitu bahwa yang pernah
mendapatkan informasi tentang pemeriksaan
payudara sendiri adalah 10% dan yang
belum pernah 90%. Padahal Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) ini sangat
penting karena hampir 85% benjolan di
payudara ditemukan oleh penderita sendiri6.
Sikap
SADARI
setelah
diberi
pendidikan kesehatan tentang SADARI pada
siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan
Bantul mayoritas adalah baik. Dalam rentang
waktu 3 minggu dari pelaksanaan post test
dan penyuluhan tentang SADARI, dari 64
siswi yang telah melakukan SADARI di
rumah, memberikan hasil tidak ada
ditemukan benjolan atau kelainan pada
payudara mereka. Secara operasional
pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan
untuk memberikan atau meningkatkan
pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya14. Dan hasil penelitian ini telah
yang sesuai dengan pernyataan tersebut di
atas yang menyatakan bahwa segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Penelitian ini secara umum dapat
dikatakan
sejalan
dengan
penelitian
sebelumnya.
Karena
berdasarkan
karakteristik responden yang mayoritas
didominasi oleh kelompok remaja yang
termasuk ke dalam tahap penggolongan
remaja tengah dengan kisaran umur 15-17
tahun, serta didominasi juga oleh responden
dengan jurusan IPS. Sehingga menjadikan
penelitian ini memberikan hasil penelitian
yang sejalan dengan berpatokan pada
keaslian penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya
dengan
judul
Pengaruh
Pemberian Penyuluhan Periksa Payudara
Sendiri (SADARI) Terhadap Praktik Periksa
Payudara Sendiri Di SMU N I Sokaraja
Kabupaten Banyumas Tahun 200915, dan
Pengaruh Penyuluhan Tentang Kanker
Payudara Terhadap Minat Melakukan
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pada Siswi Kelas XI SMA N 1 Panggang
Gunungkidul Tahun 201016. Baik hasil dari
penelitian
ini
maupun
penelitian
sebelumnya, mengacu pada satu titik yang
sama yaitu bahwa interfensi berupa
penyuluhan memiliki pengaruh yang positif
terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI). Hal tersebut memberikan
peluang untuk dapat menurunkan jumlah
penderita kanker di Yogyakarta sebanyak
135 orang berdasarkan pendataan Yayasan
Kanker Indonesia (YKI)10.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sikap SADARI sebelum diberi
pendidikan
kesehatan
tentang
SADARI pada siswi kelas XI di
SMA Negeri 1 Pajangan Bantul
mayoritas cukup.
2. Sikap SADARI setelah diberi
pendidikan
kesehatan
tentang
SADARI pada siswi kelas XI di
SMA Negeri 1 Pajangan Bantul
mayoritas baik.
3. Hasil uji Paired Sample t test
menunjukkan bahwa pendidikan
kesehatan SADARI efektif terhadap
sikap SADARI.
Saran yang dapat diberikan peneliti
sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Pendidikan ( SMA
Negeri 1 Pajangan Bantul) sekolah
50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012
dapat menambah bahan atau materi
bimbingan
konseling
tentang
Pemeriksaan
Payudara
Sendiri
(SADARI)
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler
seperti
Pusat
Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIKKRR), dan
dapat mengadakan kerja sama
dengan bidan di Puskesmas untuk
meningkatkan
program
Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) melalui
pembinaan dengan melibatkan siswi
dalam kegiatan. Sedangkan untuk
siswi kelas XI di SMA Negeri 1
Pajangan Bantul dengan berbekalkan
informasi yang telah diperoleh, siswi
dapat melakukan sikap Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI), dapat
memberikan
informasi
tersebut
kepada teman sebaya serta dapat
saling mengingatkan antar teman
sebaya untuk melakukan SADARI,
2. Bagi Institusi Kesehatan (Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Bantul
khususnya Bidan di Puskesmas)
bidan dapat mengadakan penyuluhan
tentang
Pemeriksaan
Payudara
Sendiri (SADARI) dan melakukan
skrining atau penapisan awal dengan
mengadakan deteksi payudara setiap
bulan guna meningkatkan pelayanan
dan pembinaan kesehatan reproduksi
melalui pengadaan kerjasama dengan
institusi pendidikan dalam penguatan
UKS.
3. Bagi Institusi Akademi Kebidanan
Yogyakarta
dapat
menjadikan
penelitian ini sebagai tambahan
kepustakaan dan referensi khususnya
berkaitan
dengan
Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI).
4. Bagi Peneliti yang akan datang, dapat
menyempurnakan
penelitian
50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012
selanjutnya. Dengan menggunakan
alat bantu media penyuluhan yang
lebih modern dan efektif agar mampu
menumbuhkan minat
ingin tahu
yang lebih tinggi dan mempermudah
responden untuk memahaminya.
Sehingga bisa memperoleh data pada
saat post test menjadi 100% untuk
sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI)
yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Dianawati, Ajen. 2003. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta : Kawan Pustaka.
Jelinski, Colleen J. Maxwell, Jay Onysko, and Christina M. Bancej. 2005. The Influence of Breast
Self Examination on Subsequent Mammography Participation : AJPH.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan Pelaksanaan Sursekda 2008. Jakarta :
Departemen Kesehatan. http://www.depkes.go.id, diakses tanggal 26 Januari 2012 pukul 18.00 WIB.
4. Jennifer, Anne M. Stoddard, Jeb Mays, and Glorian Sorensen. 2001. Promoting Breast and Cervical
Cancer Screening at the Workplace: Results From the Woman to Woman Study : AJPH.
5. American Cancer Society. 2006. American Cancer Society guidelines for the early detection of
cancer.
6. Lantz, Mahasin Mujahid, Kendra Schwartz, Nancy K. Janz, Angela Fagerlin, Barbara Salem, Lihua
Liu, Dennis Deapen, and Steven J. Katz. 2006. The Influence of Race, Ethnicity, and Individual
Socioeconomic Factors on Breast Cancer Stage at Diagnosis : AJPH.
7. Nugroho, Taufan. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Nuha Medika: Yogyakarta.
8. International Agency For Research On Cancer. 2002. IARC Monographs On The Evaluation Of
Carcinogenic Risks To Humans. WHO.
9. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan.
10. Ayuningtyas, Winda. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
Dengan Teknik Melakukan SADARI Pada Ibu – Ibu Usia Reproduksi Di Dusun Bulusari Srimartani
Piyungan Bantul. KTI. Akademi Kebidanan Yogyakarta.
11. Dinas Kesehatan Bantul. 2008. Profil Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2008.
12. Diananda, Rama. 2008. Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Yogyakarta: Kata Hati.
13. Agustiningsih, Dwi. 2009. Pengaruh Penyuluhan Tentang Sadari Terhadap Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Di SMAN Kebakkramat Karanganyar. KTI. Akademi Kebidanan Mitra Husada.
14. Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2003. Pengantar Profesi
Penyuluh Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
15. Putri, Diah Hapsari. 2009. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
Terhadap Praktik Periksa Payudara Sendiri Di SMU N I Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun
2009. KTI. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
16. Nurhidayati, Dewi. 2010. Pengaruh Penyuluhan Tentang Kanker Payudara Terhadap Minat
Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Siswi Kelas XI SMA N 1 Panggang
Gunungkidul Tahun 2010. KTI. STIKES Aisyiyah Yogyakarta.
50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012
Download