EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN SADARI TERHADAP SIKAP SADARI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PAJANGAN BANTUL Frincessca Wenny Ariyaty1, Fitriani Mediastuti2, Kusminatun3 INTISARI Latar belakang : Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah suatu upaya pemeriksaan pada payudara secara manual untuk mengetahui adanya benjolan yang tidak normal yang memungkinkan adanya kanker payudara, yang dapat diketahui secara dini. Berdasarkan pendataan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Yogyakarta jumlah penderita kanker yang terdaftar sebanyak 135 orang. Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 2008 jumlah penderita kanker payudara terdaftar sebanyak 58 orang. Dalam studi pendahuluan yang dilakukan melalui wawancara dengan 20 orang siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul diperoleh hasil bahwa yang pernah mendapatkan informasi tentang SADARI adalah 10%, dan yang belum pernah 90%. Tujuan : Untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan SADARI terhadap sikap SADARI pada remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul berupa kelainan awal di payudara. Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah quasi experiment, rancangan penelitian pra eksperimental, design penelitian one group pre-test and post-test. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul yang berjumlah 64 siswi. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 64 siswi. Teknik pengambilan sampel dengan metode total sampling. Hasil : Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata sikap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul yang didominasi oleh remaja tengah dan jurusan IPS pada saat pre test adalah 88,9 dan mengalami peningkatan menjadi 93,2 pada saat post test. Nilai minimal pada saat pre test adalah 65,83 mengalami peningkatan pada saat post test menjadi 68,33. Sedangkan nilai maksimal pada saat pre test adalah 90,83 dan mengalami peningkatan menjadi 93,33 pada saat post test. Kesimpulan : Pendidikan kesehatan SADARI efektif terhadap sikap SADARI pada remaja putri kelas XI. Kata Kunci : Efektivitas Pendidikan Kesehatan, Sikap SADARI, Remaja putri ____________________________________ 1 Mahasiswi Akademi Kebidanan Yogyakarta 2 Dosen Akademi Kebidanan Yogyakarta 3 Dosen Prodi D4 Bidan Pendidik Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada PENDAHULUAN Masa remaja merupakan suatu periode kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Pada tahap ini sering kali remaja tidak menyadari bahwa suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional maupun sosial1. Pada masa remaja berlangsung prosesproses perubahan fisik maupun perubahan biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah kontrol hormonhormon khusus yang bertanggung jawab atas permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya, juga halnya dengan payudara dan kesehatannya. Sehubungan dengan seluruh aktivitas dalam payudara berkaitan dengan perkembangan dalam kehidupan seorang wanita dan juga perubahan siklus yang bisa disebabkan oleh periode menstruasi, sebaiknya semua wanita bermawas diri terhadap masalah yang mungkin timbul pada payudara mereka, dan sebaiknya pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja. Pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini persoalan payudara merupakan kebiasaan yang sangat baik yang harus dilakukan sejak dini. Seorang remaja putri dapat memeriksa payudara sendiri (SADARI) pada saat mandi dengan menggunakan jari-jari tangan sehingga dapat menentukan benjolan pada lekukan halus payudaranya2. Kanker adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang memiliki spektrum sangat luas dan kompleks. Kanker merupakan permasalahan kesehatan dunia yang sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu jenis kanker yang menelan banyak korban adalah kanker payudara. Kanker payudara merupakan jenis kanker yang berkembang pada jaringan payudara. Pada tahun 2004 - 2007 kanker payudara menempati urutan pertama dengan jumlah kasus terbanyak dibanding kanker lainnya. Pada tahun 2004 terjadi 5.207 kasus dan meningkat tajam pada tahun 2005 menjadi 7.850 kasus. Pada tahun 2006 kasus kanker payudara meningkat lagi menjadi 8.328 kasus3. Penyebab terlambatnya penderita untuk mendatangi pelayanan kesehatan yaitu kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai kanker payudara, deteksi, dan pengobatannya. Oleh karena mengingat pentingnya pengetahuan tentang kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri oleh setiap wanita, maka perlu adanya promosi kesehatan4. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan cara mendeteksi dini kanker payudara secara manual yaitu dengan meraba payudara. Wanita berusia di atas 20 tahun untuk melakukan SADARI setiap satu bulan5. Namun masih sedikit masyarakat yang mengetahui tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Wanita yang melakukan SADARI diharapkan dapat mengetahui lebih dini jika ada kelainan pada payudaranya dan segera membawa ke pelayanan kesehatan. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ini sangat penting karena hampir 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri6. Adapun tujuan dari program deteksi dini kanker payudara yaitu untuk menurunkan angka kematian pada penderita, karena kanker yang ditemukan pada stadium awal tentu memberikan harapan hidup lebih lama daripada apabila ditemukan pada stadium lanjut7. 50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012 Kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 per 100.000 perempuan8. Salah satu faktor risiko yang menyebabkan tingginya kejadian kanker di Indonesia yaitu prevalensi merokok 23,7%, obesitas umum penduduk berusia ≥ 15 tahun pada laki-laki 13,9% dan pada perempuan 23,8%. Prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur 93,6%, konsumsi makanan diawetkan 6,3%, makanan berlemak 12,8%, dan makanan dengan penyedap 77,8%. Sedangkan prevalensi kurang aktivitas fisik sebesar 48,2%. Disamping itu, prevalensi tumor/ kanker di Indonesia 4,3 per 1000 penduduk. Angka tertinggi terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu 9,6 per 1000 penduduk dan terendah di Provinsi Maluku yaitu 1,5 per 1000 penduduk. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari nilai rata-rata prevalensi nasional yang sebesar 4,3 per 1.000 penduduk9. Berdasarkan pendataan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Kota Yogyakarta jumlah yang terdaftar sebanyak 135 orang. Untuk Kota Yogyakarta, kanker payudara menempati urutan pertama dengan angka 15,6%10. Penyakit kanker payudara menduduki tempat pertama penyakit keganasan pada wanita. Jumlah penderita kanker payudara terdaftar sebanyak 58 orang. Untuk daerah Bantul, kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker serviks dengan angka 55,7%11. Hasil studi pendahuluan secara wawancara dengan 20 orang siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul, yang pernah mendapatkan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri adalah 10%, yang belum pernah 90%. Adapun penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan sadari terhadap sikap sadari pada remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul berupa kelainan awal pada payudara. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah quasi experiment, rancangan penelitian pra eksperimental, design penelitian one group pre-test and post-test. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul yang berjumlah 64 siswi. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 64 siswi. Teknik pengambilan sampel dengan metode total sampling. Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul yang dilakukan pada tanggal 5 – 21 Maret 2012. Variabel dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan pemeriksaan payudara sendiri sebagai variabel bebas (Independent dan variabel terikat (dependent) yaitu sikap pemeriksaan payudara sendiri. Jenis instrumen penelitian yang digunakan untuk variabel bebas adalah Forum Discution Group (FDG). Pada variabel terikat menggunakan instrumen kuesioner tertutup. Hasil uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini adalah bahwa dari 30 butir soal ternyata hanya 23 butir soal yang valid dan reliabel, sedangkan 7 butir soal lainnya tidak valid dan tidak reliabel yaitu terdiri dari soal nomor 1, 3, 4, 8, 9, 10, 23. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pre test, penyuluhan tentang SADARI dan post test. Serta pengolahan data dilakukan secara manual, melaui editing, coding dan tabulating. Analisis data menggunakan data kuantitatif yang dinyatakan dengan cara paired sampel t test, yaitu membandingkan rata-rata nilai pre test dan rata-rata post test dari satu sampel. 50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Penggolongan Remaja di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul No 1 2 3 Remaja Awal (13-14 tahun) Tengah (15-17 tahun) Akhir (18-21 tahun) Jumlah Frekuensi 0 62 2 64 % 0 96,88 3,12 100 Sumber : Data Primer diolah (2012) Berdasarkan tabel 1diketahui responden tertinggi adalah remaja tengah dengan batasan umur 15-17 tahun. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul No 1 2 Jurusan IPA IPS % 20,3 79,7 100 Frekuensi 13 51 64 Jumlah Sumber : Data Primer diolah (2012) Berdasarkan tabel 2 diketahui responden tertinggi berasal dari jurusan IPS, dan responden terendah berasal dari jurusan IPA. Sikap Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Sadari Sebelum Diberi Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Pada Siswi Kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul Sikap (Interval) Baik (76-100%) Cukup (50-75%) Kurang (<50%) Jumlah Frekuensi 19 45 0 64 % 29,7 70,3 0 100 Sumber : Data Primer diolah (2012) Tabel 3 menunjukkan SADARI sebelum pendidikan kesehatan sikap SMA Negeri 1 Pajangan Bantul diberi tertinggi adalah cukup. tentang SADARI pada siswi kelas XI di 50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sikap Sadari Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Pada Siswi Kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul Sikap (Interval) Frekuensi % Baik (76-100%) 31 48,4 Cukup (50-75%) 33 51,6 Kurang (<50%) 0 0 Jumlah 64 100 Sumber : Data Primer diolah (2012) Tabel 4 menunjukkan sikap SADARI setelah diberi pendidikan kesehatan tentang SADARI pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul tertinggi adalah baik. Analisis Data Tabel 5. Statistik Deskriptif Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul Statistik Minimal Maksimal Mean Median Standar Deviasi Pre test 65,83 90,83 88,9 73,33 6,9 Post test 68,33 93,33 93,2 76,67 7,8 Sumber : Data Primer diolah (2012) Tabel 5 menunjukkan rata-rata sikap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul pada saat pre test adalah 88,9 dan mengalami peningkatan menjadi 93,2 pada saat post test. Nilai minimal pada saat pre test adalah 65,83 mengalami peningkatan pada saat post test menjadi 68,33. Sedangkan nilai maksimal pada saat pre test adalah 90,83 dan mengalami peningkatan menjadi 93,33 pada saat post test. Tabel 6. Uji Efektivitas Pendidikan Kesehatan Sadari terhadap Sikap Sadari pada Remaja Putri Kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul t hitung P value Keterangan -3.302 0, 002 Signifikan Hasil perhitungan statistik menggunakan uji Paired Sample t test seperti yang disajikan pada tabel 4.6, diperoleh p-value sebesar 0,002 < α (0,05). Sehingga dapat 50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012 disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan sadari efektif terhadap sikap sadari. Berdasarkan data karakteristik bahwa mayoritas responden berusia 15-17 tahun menunjukkan bahwa responden sedang mengalami tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Pada tahap ini sering kali remaja tidak menyadari bahwa suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional maupun sosial1. Tahapan perubahan fisik yang terjadi selama pubertas pada wanita yang ditandai dari Tanner 1 (T1) sampai Tanner 5 (T5). Berdasarkan karakterisktik umur responden yang didominasi oleh umur 15-17 tahun, atau seperti yang dikatakan oleh Tanner12, perkiraan umur 15 tahun atau lebih, maka karateristik umur responden tersebut tergolong dalam Tanner 5 (T5) yaitu telarche telah mengalami integrasi puting susu, pubarche telah memasuki tipe dewasa dan penyebarannya hingga ke paha sebelah dalam. Sedangkan kecepatan pertumbuhan tinggi badan mencapai tinggi maksimal serta telah terbentuk organ genital dewasa. Responden mayoritas berasal dari jurusan IPS. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi sikap SADARI sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang SADARI, diperoleh hasil yaitu sikap SADARI yang baik dan cukup. Ini menunjukkan bahwa bagi siswi jurusan IPS ada manfaatnya mereka aktif menjadi anggota Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR) serta Palang Merah Remaja (PMR), selain dari informasi yang mereka peroleh melalui pendidikan kesehatan berupa penyuluhan yang baru pertama kalinya diadakan di sekolah mereka. Hal ini didukung pula oleh penelitian sebelumnya dengan judul Pengaruh Penyuluhan Tentang Sadari Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Di SMAN Kebakkramat Karanganyar13. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari penyuluhan tentang SADARI terhadap tingkat pengetahuan remaja putri. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata pengetahuan remaja putri tentang SADARI setelah diberi penyuluhan baik pada siswi IPA maupun IPS. Sikap SADARI sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang SADARI pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul mayoritas adalah cukup. Sedangkan siswi yang memiliki sikap sadari yang baik sebanyak 29,7%. Banyaknya siswi yang memiliki sikap sadari yang cukup disebabkan masih kurangnya partisipasi siswi yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR) dan Palang Merah Remaja (PMR). Selain itu juga, karena ini baru pertama kalinya diadakan kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi yang dilaksanakan oleh pihak sekolah bekerja sama dengan institusi kesehatan setempat. Hal tersebut terlihat pula pada saat proses pre test berlangsung yaitu dari pertanyaan yang diajukan sebanyak 23 soal, ada 3 butir pertanyaan yang kebanyakan ditanyakan ulang oleh siswi karena dianggap membingungkan mereka yaitu pada soal nomor 20, 21 dan 22. Adapun pertanyaan tersebut mengenai kekuatan tekanan pada gerakan memutar ketika meraba payudara yang terdiri dari tekanan ringan, tekanan sedang dan tekanan cukup kuat. Para siswi belum mengetahui dan belum bisa membedakan antara masing-masing dari tekanan itu. Sehingga mereka terkesan bingung dengan pertanyaan yang diajukan. 50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012 Hal demikian didukung oleh hasil studi pendahuluan secara wawancara dengan 20 orang siswi, yaitu bahwa yang pernah mendapatkan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri adalah 10% dan yang belum pernah 90%. Padahal Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ini sangat penting karena hampir 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri6. Sikap SADARI setelah diberi pendidikan kesehatan tentang SADARI pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul mayoritas adalah baik. Dalam rentang waktu 3 minggu dari pelaksanaan post test dan penyuluhan tentang SADARI, dari 64 siswi yang telah melakukan SADARI di rumah, memberikan hasil tidak ada ditemukan benjolan atau kelainan pada payudara mereka. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya14. Dan hasil penelitian ini telah yang sesuai dengan pernyataan tersebut di atas yang menyatakan bahwa segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Penelitian ini secara umum dapat dikatakan sejalan dengan penelitian sebelumnya. Karena berdasarkan karakteristik responden yang mayoritas didominasi oleh kelompok remaja yang termasuk ke dalam tahap penggolongan remaja tengah dengan kisaran umur 15-17 tahun, serta didominasi juga oleh responden dengan jurusan IPS. Sehingga menjadikan penelitian ini memberikan hasil penelitian yang sejalan dengan berpatokan pada keaslian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan judul Pengaruh Pemberian Penyuluhan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Terhadap Praktik Periksa Payudara Sendiri Di SMU N I Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun 200915, dan Pengaruh Penyuluhan Tentang Kanker Payudara Terhadap Minat Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Siswi Kelas XI SMA N 1 Panggang Gunungkidul Tahun 201016. Baik hasil dari penelitian ini maupun penelitian sebelumnya, mengacu pada satu titik yang sama yaitu bahwa interfensi berupa penyuluhan memiliki pengaruh yang positif terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Hal tersebut memberikan peluang untuk dapat menurunkan jumlah penderita kanker di Yogyakarta sebanyak 135 orang berdasarkan pendataan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)10. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sikap SADARI sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang SADARI pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul mayoritas cukup. 2. Sikap SADARI setelah diberi pendidikan kesehatan tentang SADARI pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul mayoritas baik. 3. Hasil uji Paired Sample t test menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan SADARI efektif terhadap sikap SADARI. Saran yang dapat diberikan peneliti sebagai berikut : 1. Bagi Institusi Pendidikan ( SMA Negeri 1 Pajangan Bantul) sekolah 50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012 dapat menambah bahan atau materi bimbingan konseling tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR), dan dapat mengadakan kerja sama dengan bidan di Puskesmas untuk meningkatkan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) melalui pembinaan dengan melibatkan siswi dalam kegiatan. Sedangkan untuk siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Pajangan Bantul dengan berbekalkan informasi yang telah diperoleh, siswi dapat melakukan sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI), dapat memberikan informasi tersebut kepada teman sebaya serta dapat saling mengingatkan antar teman sebaya untuk melakukan SADARI, 2. Bagi Institusi Kesehatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul khususnya Bidan di Puskesmas) bidan dapat mengadakan penyuluhan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan melakukan skrining atau penapisan awal dengan mengadakan deteksi payudara setiap bulan guna meningkatkan pelayanan dan pembinaan kesehatan reproduksi melalui pengadaan kerjasama dengan institusi pendidikan dalam penguatan UKS. 3. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Yogyakarta dapat menjadikan penelitian ini sebagai tambahan kepustakaan dan referensi khususnya berkaitan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). 4. Bagi Peneliti yang akan datang, dapat menyempurnakan penelitian 50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012 selanjutnya. Dengan menggunakan alat bantu media penyuluhan yang lebih modern dan efektif agar mampu menumbuhkan minat ingin tahu yang lebih tinggi dan mempermudah responden untuk memahaminya. Sehingga bisa memperoleh data pada saat post test menjadi 100% untuk sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) yang baik. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. Dianawati, Ajen. 2003. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta : Kawan Pustaka. Jelinski, Colleen J. Maxwell, Jay Onysko, and Christina M. Bancej. 2005. The Influence of Breast Self Examination on Subsequent Mammography Participation : AJPH. 3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan Pelaksanaan Sursekda 2008. Jakarta : Departemen Kesehatan. http://www.depkes.go.id, diakses tanggal 26 Januari 2012 pukul 18.00 WIB. 4. Jennifer, Anne M. Stoddard, Jeb Mays, and Glorian Sorensen. 2001. Promoting Breast and Cervical Cancer Screening at the Workplace: Results From the Woman to Woman Study : AJPH. 5. American Cancer Society. 2006. American Cancer Society guidelines for the early detection of cancer. 6. Lantz, Mahasin Mujahid, Kendra Schwartz, Nancy K. Janz, Angela Fagerlin, Barbara Salem, Lihua Liu, Dennis Deapen, and Steven J. Katz. 2006. The Influence of Race, Ethnicity, and Individual Socioeconomic Factors on Breast Cancer Stage at Diagnosis : AJPH. 7. Nugroho, Taufan. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Nuha Medika: Yogyakarta. 8. International Agency For Research On Cancer. 2002. IARC Monographs On The Evaluation Of Carcinogenic Risks To Humans. WHO. 9. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. 10. Ayuningtyas, Winda. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Dengan Teknik Melakukan SADARI Pada Ibu – Ibu Usia Reproduksi Di Dusun Bulusari Srimartani Piyungan Bantul. KTI. Akademi Kebidanan Yogyakarta. 11. Dinas Kesehatan Bantul. 2008. Profil Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2008. 12. Diananda, Rama. 2008. Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Yogyakarta: Kata Hati. 13. Agustiningsih, Dwi. 2009. Pengaruh Penyuluhan Tentang Sadari Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Di SMAN Kebakkramat Karanganyar. KTI. Akademi Kebidanan Mitra Husada. 14. Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2003. Pengantar Profesi Penyuluh Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 15. Putri, Diah Hapsari. 2009. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Terhadap Praktik Periksa Payudara Sendiri Di SMU N I Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun 2009. KTI. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. 16. Nurhidayati, Dewi. 2010. Pengaruh Penyuluhan Tentang Kanker Payudara Terhadap Minat Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Siswi Kelas XI SMA N 1 Panggang Gunungkidul Tahun 2010. KTI. STIKES Aisyiyah Yogyakarta. 50| J u r n a l K e b i d a n a n A R I M B I ,Volume V No. 4 April 2012