FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 1-5 1 Pengaruh Capital Structure terhadap Profitability Perusahaan Manufaktur di Indonesia Franz Ardianto dan Dewi Astuti Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail: [email protected] ; [email protected] Abstrak—Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara struktur modal dengan profitabilitas perusahaan manufaktur yang berada di Indonesia. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa regresi linier berganda, untuk mengetahui hubungan antara struktur modal dengan profitabilitas perusahaan manufaktur yang berada di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukan short term debt to total asset, long term debt to total asset, debt to total asset berpengaruh terhadap return on equity. Sedangkan variabel kontrol sales growth dan firm size memberikan kontribusi pengaruh yang signifikan untuk pengaruh variabel short term debt to total asset, long term debt to total asset, debt to total asset terhadap return on equity. Kata Kunci—Profitability, Capital Structure, Firm Size dan Sales Growth Abstract—This study was conducted to determine the relationship between capital structure with the profitability of a manufacturing company located in Indonesia. Analysis techniques used in this study is a multiple linear regression analysis, to determine the relationship between capital structure with the profitability of a manufacturing company located in Indonesia. These results indicate short-term debt to total assets, long-term debt to total assets, debt to total assets affect the return on equity. While the control variables sales growth and firm size contribute a significant influence on the effect of variable short-term debt to total assets, long-term debt to total assets, debt to total assets of the return on equity. Keywords—Profitability, Capital Structure, Firm Size and Sales Growth 1. PENDAHULUAN Dalam usaha bisnis saat ini, perusahaan kecil maupun perusahaan besar melakukan perkembangan pada usahanya agar dapat bertahan terhadap persaingan, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa berproduksi secara efisien bila ingin tetap memiliki keunggulan daya saing. Perusahaan sebagai suatu entitas yang beroperasi dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, umumnya tidak hanya berorientasi pada pencapaian laba maksimal, tetapi juga berusaha meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemiliknya (Awat & Muljadi, 1995). Oleh sebab itu, rencana strategis dan taktis yang disusun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan diperlukan perusahaan. Keputusan dalam pembiyaan (capital structure) merupakan aspek penting dalam mendapatkan laba maksimal. Keputusan dalam capital structure sangat penting bagi organisasi bisnis, karena kebutuhan untuk memaksimalkan keuntungan dari perusahaan dan karena dampak keputusan tersebut perusahaan dapat menghadapi lingkungan yang kompetitif. Pada usaha bisnis yang sedang memulai bisnisnyapun juga memerlukan perencanaan dan strategi yang baik. Dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesi yang terus bertumbuh, bisnis baru akan terus bermunculan. Berdasarkan data BPS bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami peningkatan semenjak tahun 2010 – 2012. Menurut Kartadinata (1999) capital structure menggambarkan susunan keseluruhan sebelah kredit neraca yang terdiri atas hutang-hutang jangka pendek, hutanghutang jangka panjang, modal saham dan laba yang ditanam kembali. Modigliani & Miller (1958) menyimpulkan bahwa capital structure tidak relevan dan financial leverage tidak mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Teori tersebut didasarkan pada asumsi yang sangat terbatas yang menyebabkan teori ini tidak dapat diterima, dikarenakan sesungguhnya financial leverage dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Menurut Amarjil, Nahum, & Neil (2011), asumsi ini termasuk pasar modal yang sempurna, tidak ada pajak, dan tidak ada biaya transaksi. Kehadiran biaya kebangkrutan, kesulitan keuangan dan perlakuan pajak yang menguntungkan dari pembayaran bunga menyebabkan gagasan capital structure yang optimal, yang memaksimalkan nilai perusahaan atau masing-masing meminimalkan biaya total modal. Myers & Majluf (1984) mengembangkan konsep capital structure yang optimal didasarkan pada gagasan informasi asimetris. Adanya informasi asimetri antara perusahaan dan penyedia keuangan cenderung menyebabkan biaya relatif keuangan bervariasi antara sumber-sumber pembiayaan yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah sumber internal keuangan dimana penyedia dana adalah perusahaan akan memiliki informasi lebih lanjut tentang perusahaan dibandingkan pemegang saham baru, dengan demikian, pemegang saham baru akan mengharapkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas investasi mereka. Hal ini akan menimbulkan biaya yang lebih besar bagi perusahaan untuk menerbitkan saham ekuitas baru daripada menggunakan dana internal. Argumen yang sama dapat diberikan antara keuangan internal dan pemegang saham baru, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hierarki preferensi perusahaan sehubungan dengan pembiayaan investasi. Pecking order teori menunjukkan bahwa perusahaan awalnya mengandalkan dana internal (misalnya, laba ditahan) di mana tidak ada adanya asimetri informasi. Perusahaan kemudian beralih ke utang jika dana tambahan yang diperlukan dan akhirnya mereka mengeluarkan modal untuk menutupi kebutuhan modal yang tersisa. Pecking order hypothesis menunjukkan bahwa perusahaan bersedia untuk menjual saham ketika pasar over values, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa manajer bertindak dalam mendukung kepentingan para pemegang saham yang ada. FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 1-5 Akibatnya, peusahaan menolak untuk menerbitkan saham undervalued. Hal ini dapat disimpulkan bahwa saham baru hanya diterbitkan pada harga yang lebih tinggi daripada yang dikenakan oleh nilai pasar riil perusahaan. Oleh karena itu, investor menafsirkan penerbitan ekuitas oleh perusahaan sebagai sinyal over pricing. Jika pendanaan eksternal tidak dapat dihindari, perusahaan akan memilih utang yang dijamin sebagai lawan utang berisiko dan perusahaan hanya akan menerbitkan saham biasa sebagai upaya terakhir. Hubungan antara capital structure dan profitability tidak dapat diabaikan begitu saja, karena peningkatan profitability diperlukan untuk bertahan hidup jangka panjang sebuah perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk menguji hubungan antara capital structure dan profitabilitas perusahaan untuk membuat suatu keputusan capital structure yang tepat. Dengan adanya capital structure yang baik, perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan laba yang optimal. Baik buruknya capital structure akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Kesalahan dalam menentukan capital structure akan mempunyai dampak yang luas terutama apabila perusahaan terlalu besar dalam menggunakan hutang, maka beban hutang yang harus ditanggung perusahaan semakin besar pula. Hal ini akan meningkatkan risiko finansial, yaitu risiko saat perusahaan tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran-angsuran hutangnya. Dibandingkan teori pada capital structure, penelitian dalam pengelolaan keuangan belum mampu menemukan model capital structure yang optimal. Kurangnya konsensus tentang apa yang akan memenuhi syarat sebagai capital structure yang optimal dalam industri manufaktur telah memotivasi untuk melakukan penelitian ini. Pemahaman yang lebih baik diperlukan untuk melihat masalah pada konsep capital structure dan pengaruhnya terhadap profitability pada perusahaan yang bergerak pada industri manufaktur yang berada di Indonesia. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengerjakan pembuatan bahan dari bahan mentah sampai bahan jadi dengan menghasilkan suatu barang. Perusahaan manufaktur membutuhkan investasi yang besar, investasi yang besar meliputi mesin, tempat, dan lain-lain dalam melakukan proses pembuatan barang. Sehingga perusahaan manufaktur membutuhkan pendanaan yang besar untuk investasi tersebut, dengan demikian kebijakan capital structure menjadi hal yang penting bagi perusahaan manufkatur. Dibandingkan dengan industri lainnya seperti jasa dan keuangan, kebutuhan investasi yang besar sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur. Penelitian ini meneliti hubungan antara capital structure dan profitability dari perusahaan manufaktur yang berada pada Indonesia pada periode tahun 2008-2012. Pemakian tahun 2008-2012 bertujuan untuk melihat secara tepat pengaruh pada capital structure dan profitability. Literatur mengutip sejumlah variabel yang potensial berkaitan dengan profitabilitas perusahaan. Dalam studi ini, pemilihan variabel eksplorasi didasarkan pada capital structure alternatif, teori profitability dan pekerjaan empiris sebelumnya. Himpunan variabel proksi meliputi enam faktor: short term debt to total asset, long term debt to total 2 asset, debt to total asset, firm size, sales growth, dan profitability (diukur dengan return on equity). Amarjil, Nahum, & Neil (2011) telah menguji variabel dengan mengumpulkan data dari perusahaan jasa dan maufaktur yang berada di Amerika. Penelitian ini melakukan penelitian dengan menganalisa data dari perusahaan manufaktur yang berada di Indonesia. 2. TEORI PENUNJANG Struktur modal (capital structure) merupakan perbandingan atau proporsi dari total hutang dengan modal sendiri dalam perusahaan. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur meupakan utang bagi perusahaan. Menurut Riyanto (2001), “rasio utang dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik hutang jangka pendek maupun utang jangka panjang)”. Pembiayaan dengan utang, memiliki 3 implikasi penting (1) memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas, (2) kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur; (3) jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan menjadi lebih besar. Akan tetapi, jika pengembalian yang diperoleh atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibandingkan dengan bunga, maka pengembalian atas modal pemilik semakin kecil. Pendekatan teori struktur modal yang mempertimbangkan posisi leverage adalah teori Modigliani dan Miller yang dikenal dengan proporsi II, dimana dikatakan bahwa laba yang diharapkan oleh pemegang saham akan meningkat dengan adanya penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Murni & Adrianan (2007) menyatakan, pendekatan sales growth merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk memaksimalkan profit yang didapat, karena sales growth dapat memproyeksikan profit yang akan didapat oleh perusahaan pada masa yang akan datang. Semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 1-5 eksternal. Perusahaan yang memiliki banyak aset akan dapat meningkatkan kapasitas produksi yang berpotensi untuk menghasilkan laba lebih baik. Total asset dijadikan sebagai indikator firm size karena sifatnya jangka panjang dibandingkan dengan penjualan. Profitability menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Menurut Brigham (1983) profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio profitabilitas yang mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Profitability juga mempunyai arti penting dalam mempertahankan kelangsungan usaha dalam jangka panjang, karena profitability menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitability, karena semakin tinggi tingkat profitability suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Gambar 1. Kerangka Berpikir Hipotesa penelitian : 1. Ada pengaruh signifikan secara parsial antara short term debt to total asset, firm size dan sales growth terhadap profitability. 2. Ada pengaruh signifikan secara serempak short term debt to total asset, firm size dan sales growth terhadap profitability. 3. Ada pengaruh signifikan secara parsial long term debt to total asset, firm size dan sales growth terhadap profitability. 4. Ada pengaruh signifikan secara serempak long term debt to total asset, firm size dan sales growth terhadap profitability. 5. Ada pengaruh signifikan secara parsial debt to total asset, firm size dan sales growth terhadap profitability. 6. Ada pengaruh signifikan secara serempak debt to total asset, firm size dan sales growth terhadap profitability. 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode pengumpulan data dengan mengambil laporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang berada di Indonesia. Pengambilan sampel pada populasi pun dipilih berdasarkan kriteria. Kriteria pengambilan sampel: 1. Melakukan publikasi laporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan 3 harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2012 dipublikasikan. 2. Tidak dalam proses delisting selama 6 tahun berturutturut selama periode 2007-2012. Dengan pertimbangan bahwa selama 6 tahun penelitian dapat melihat secara tepat pengaruh capital structure dan profitability. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel, terdapat 105 perusahaan pada sektor manufaktur yang masuk dalam kriteria selama periode 2007-2012. Untuk mengukur struktur modal digunakan variabel short term debt to total asset, long term debt to total asset, dan debt to total asset. Sedangkan untuk profitabilitas diukur dengan return on equity. Firm size dan sales growth sebagai variabel kontrol. Teknik analisa data yang dilakukan adalah regresi linear berganda dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, heterokedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi, sebelum dilakukan pengujian persamaan regresi. Adapun persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Profitabilityit = b0 + b11* Short Term Debt to Total Assetit + b12*Sizeit + b13*SGit + e (1) b. Profitabilityit = b0 + b21* Long Term Debt to Total Assetit + b22*Sizeit + b23*SGit + e (2) c. Profitabilityit = b0 + b31* Debt to Total Assetit + b32*Sizeit + b33*SGit + e (3) Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji secara serempak (uji F) dan uji secara parsial (uji t). Hipotesis dalam uji F: H0,1 : β1; β4; β5 = 0, Short Term Debt to Total Asset, Sales Growth, dan Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,1 : β1; β4; β5 ≠ 0, Short Term Debt to Total Asset, Sales Growth, dan Firm Size berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H0,2 : β2; β4; β5 = 0, Long Term Debt to Total Asset, Sales Growth, dan Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,2 : β2; β4; β5 ≠ 0, Long Term Debt to Total Asset, Sales Growth, dan Firm Size berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H0,3 : β3; β4; β5 = 0, Debt to Total Asset, Sales Growth, dan Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,3 : β3; β4; β5 ≠ 0, Debt to Total Asset, Sales Growth, dan Firm Size berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. Hipotesis dalam uji t: H0,1 : β1 = 0, Short Term Debt to Total Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,1 : β1 ≠ 0, Short Term Debt to Total Asset berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H0,2 : β2 = 0, Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,2 : β2 ≠ 0, Firm Size berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H0,3 : β3 = 0, Sales Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,3 : β3 ≠ 0, Sales Growth berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 1-5 H0,4 : β4 = 0, Long Term Debt to Total Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,4 : β4 ≠ 0, Long Term Debt to Total Asset berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H0,5 : β5 = 0, Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,5 : β5 ≠ 0, Firm Size berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H0,6 : β6 = 0, Sales Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,6 : β6 ≠ 0, Sales Growth berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H0,7 : β7 = 0, Debt to Total Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,7 : β7 ≠ 0, Debt to Total Asset berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H0,8 : β8 = 0, Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,8 : β8 ≠ 0, Firm Size berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H0,9 : β9 = 0, Sales Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. H1,9 : β9 ≠ 0, Sales Growth berpengaruh signifikan terhadap Retun on Equity. Kriteria keputusan yang digunakan adalah: Tingkat signifikan alpha ditetapkan sebesar 5% Jika sig < (α = 5%) berarti H0 ditolak, H1 diterima. Jika sig > (α = 5%) berarti gagal tolak H0, H1 ditolak. Untuk melihat kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat secara serempak dapat dilihat dari koefisien determinasi. Koefisien determinasi (adj. R2) bertujuan untuk mengetahui bagaimana variabel bebas menjelaskan variabel terikat. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Data Deskriptif Data deskriptif menjelaskan tentang nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian, yang dijelaskan pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil Analisis Deskriptif Data Hasil Pengujian Hipotesis Persamaan regresi baru yang didapat setelah memenuhi asumsi klasik adalah: 1. ROEit = -0,113 - 0,080 SDAit + 0,136 SALES GROWTHit + 0,019 FIRM SIZEit + e (4) 2. ROEit = -0,128 - 0,201 DARit + 0,140 SALES GROWTHit + 0,025 FIRM SIZEit + e (5) 4 3. ROEit = -0,231 - 0,288 LDAit + 0,127 SALES GROWTHit + 0,029 FIRM SIZEit + e (6) Sedangkan hasil dari uji F dan uji t ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Statistik F dan t Sig t dan F < 5% menunjukan hasil signifikan. Berdasarkan pengolahan data pada persamaan regresi, dengan uji secara parsial (uji t), maka hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Short Term Debt to Total Asset Hasil penelitian menunjukkan bahwa short term debt to total asset berpengaruh negatif dan bersifat signifikan secara parsial (individual) terhadap ROE. 2. Long Term Debt to Total Asset Hasil penelitian menunjukkan bahwa long term debt to total asset berpengaruh negatif dan bersifat signifikan secara parsial (individual) terhadap ROE. 3. Debt to Total Asset Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to total asset berpengaruh negatif dan bersifat signifikan secara parsial (individual) terhadap ROE. 4. Firm Size Variabel firm size digunakan sebagai variabel kontrol pada ketiga model regresi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa variabel firm size memberikan kontribusi pengaruh yang signifikan untuk pengaruh variabel short term debt to total asset, long term debt to total asset, debt to total asset terhadap return on equity. 5. Sales Growth Variabel sales growth digunakan sebagai variabel kontrol pada ketiga model regresi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa variabel sales growth juga memberikan kontribusi pengaruh signifikan untuk pengaruh variabel short term debt to total asset, long term debt to total asset, debt to total asset terhadap return on equity. Uji statistik-F menunjukkan hasil variabel-variabel independen yaitu short term debt to total asset, long term debt to total asset, debt to total asset dan variabel kontrol firm size serta sales growth secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang diukur dengan return on equity. FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 1-5 5. KESIMPULAN DAN SARAN Pengujian hipotesis yang sudah dilakukan menunjukan bahwa setiap variabel independen berpengaruh signifikan secara parsial terhadap ROE. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian hutang pada perusahaan mempunyai pengaruh pada tingkat pengembalian yang didapat oleh perusahaan, berdasarkan pada hasil penelitian variabel independen berpengaruh negative yang menunjukan bahwa semakin besar utang yang dipakai oleh perusahaan. akan menurunkan keuntungan yang didapat pada perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian variabel kontrol juga memberikan kontribusi pengaruh terhadap variabel independen terhadap variabel dependen. Pada pengujian hipotesis secara serempak terlihat bahwa pada ketiga model yang ada bersifat signifikan secara serempak. Penggunaan utang sangat diperlukan untuk mengurangi resiko dalam berbisnis, terlebih lagi pada bisnis yang baru berdiri memerlukan utang lebih dalam mendirikan dan menjalankan perusahaan. Berdasarkan hasil pada penelitian, ditemukan bahwa penggunaan utang jangka panjang lebih digunakan daripada utang jangka pendek. Hal itu terbukti berdasarkan data yang diperoleh sebelum dilakukan uji, bahwa utang jangka panjang masih lebih dipakai oleh sebagian besar perusahaan. Hasil penelitian juga menemukan bahwa hasil R-Square menunjukan nilai pada utang jangka panjang lebih besar dari pada utang jangka pendek. Penggunaan utang jangka panjang yang besar mungkin dipengaruhi oleh pertumbuhan yang terjadi di Indonesia, yang karena pertumbuhan yang terjadi, daya beli masyarakat meningkat dan perusahaan melakukan investasi untuk memperbesar perusahaan agar produksi lebih cepat dan memperoleh laba yang lebih maksimal. Dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian di atas, maka peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut: a. Peneliti selanjutnya sebaiknya memperbanyak sampel penelitian dengan menambah atau mengganti tahun penelitian yang terbaru. b. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan sektor selain manufaktur, misalkan sektor keuangan dan sebagainya. 5 Ghosh, A., Francis, C., & Wenhui, L. (2000). “The determinants of capital structure”, American Business Review. Amarjil, G., Nahum, B., & Neil, M. (2011). The effect of capital structure on profitability: evidence from the United States. International Journal of Management. Ghozali, I. (2009). Ekonometrika : teori, konsep dan aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kartadinata, A. (1999). Pembelanjaan. Jakarta:Rineka Cipta. Kasmir. (2011). Analisis laporan keuangan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Lawrence, J. G. (2009). Principles of managerial finance, (twelfth edition). United States: Pearson Education Addison Wesley, inc. Modigliani, F. & Miller, M. H. (1963). Corporate income taxes and the cost of capital: a correction. The American Economic Review. Murni, S. & Andriana. (2007). Pengaruh insider ownership, institutional investor, dividend payments, dan firm growth terhadap kebijakan hutang perusahaan. Jurnal akuntansi dan bisnis. Myers, S. C. & Majluf, N. S. (1984). Corporate financing and investment decisions when firms have information that investors do not have. Journal of Financial Economics. Myers, S. C. (1984). The capital structure puzzle. The Journal of Finance. Rajan, R. & Zingales, L. (2001). The firm as a dedicated hierarchy: A theory of the originsand growth of firms. Quarterly Journal of Economics. Riyanto, B. (1992). Dasar–dasar pembelanjaan perusahaan. Yogyakarta: Yayasan BPFE. Sartono, A. (2002). Manajemen keuangan. Yogyakarta: BPFE. DAFTAR PUSTAKA Schwartz, K. & B. Soo. (1996). Evidence of regulatory non compliance with SEC disclosure rules on auditor changes. The Accounting Review. Oktober. Ang, R. (1997). Buku pintar : pasar modal Indonesia. Mediasoft Indonesia. Suad, H. & Pudjiastuti, E. (1994). Dasar-dasar manajemen keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Armstrong, G. M. & Kotler. P. J. (2011). Marketing: an introduction. Pearson Education. Sundjaja, R. S. & Barlian, I. (2003). Manajemen keuangan, (buku II), edisi 4. Jakarta: Literata Lintas Media. Awat, N. I. & Muljadi. (1995). Keputusan-keputusan keuangan perusahaan: Teori dan Hasil Pengujian Empirik, Yogayakarta: Liberty. Van Horne, J. & Machowicz, JR. K. M. (1992). Fundamental of financial management. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Barton, L. (1989). Disability and dependency. Falmer Press. Brigham, E.F. (1983). Fundamentals of financial management. Jakarta: Erlangga. Dermawan, S. (2008). Manajemen keuangan, (edisi 2). Jakarta: Mitra Wacana Media. Dyer, J. C. IV. & McHugh, A. J. (1975). The timeliness of the Australian annual report. Journal of Accounting Research. Autumn.