analisis penerapan prinsip good coporate governance (gcg)

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Good Corporate Governance
Pada bagian ini dikemukakan beberapa definisi dari kerangka konsep dalam memahami
konsep dasar dari berbagai teori good corporate governance dan kinerja karyawan. Menurut
Finance Committee on Comporate Governance Malaysia, mendefenisikan Comporate
Governance adalah proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola
bisnis dan urusan perusahaan kearah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas
korporat dengan tujuan akhir menaikkan nilai saham dalam jangka panjang sembari
memperhitungkan kepentingan stakeholder lain (Azwar, 2000).
Sementara kelompok Negara maju yang tergabung dalam Organization for Ekonomic
Coorporation and Devolopment (OECD) menggambarkan Corporate Governance sebagai
“cara-cara manajemen perusahaan (para direktur) bertanggungjawab kepada pemiliknya
(pemegang saham). Hal ini berarti bahwa pengelola perusahaan melaksanakan akuntabilitas
dan trasparansi yang baik, sehingga kepentingan shareholders dan stakeholders terpenuhi
secara baik” (Widilestariningtyas, 2000).
Peraturan pemerintah No. 101 Tahun 2000, merumuskan good governance yaitu:
“Kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas,
akuntanbilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efesiensi, efektivitas, supremasi
hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat”.
Good Corporate Governance ini dapat diterapkan apabila adanya empat faktor utama yang
mendukung untuk dapat diterapkannya GCG, faktor pendukung yang dimaksud adalah
Universitas Sumatera Utara
akuntabilitas, transparansi, predictability dan partisipasi. Sebagaimana yang didefenisikan
oleh Asia Development Bank (ADB) (Widilestariningtyas, 2000).
“Corporate
Governance
berdasarkan
4
pilar
utama
yang
menopangnya,
yaitu:
Accountability, transparency, predictability dan participation. Accountability berarti tuntutan
agar manajemen perusahaan memiliki kemampuan “Answerability” yaitu kemampuan untuk
merespon pertanyaan dari stakeholder atas berbagai corporate action yang mereka lakukan.
Transparency berarti tersedianya informasi yang akurat, relevan, dan mudah dimegerti yang
dapat diperoleh secara low-cost. Predictability bararti perusahaan beroperasi dilokasi yang
memiliki keteraturan hukum dan peraturan serta dalam konteks ekonomi memiliki kebijakan
yang bersifat fair, effectif, dan uniform. Partisipasi, dibutuhkan untuk memperoleh data yang
dapat dipercaya (reliable information) serta untuk meningkatkan peran serta stakeholder
dalam proses checking atas kebijakan yang dilakukan perusahaan” (Azwar, 2000).
Ada empat faktor utama yang mendukung GCG, maka GCG merupakan efektifitas
perusahaan yang mempunyai tujuan untuk mendukung dan mendorong pengembangan
perusahaan, pengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien. Menurut
Institute on governance (1996), seperti dikutip Nisjar (1997), untuk menciptakan good
governance perlu diciptakan hal-hal sebagai berikut:
1.
Kerangka kerja tim (team work) antarorganisasi, departemen dan wilayah.
2.
Hubungan kemitraan antara pemerintah dengan setiap unsur dalam masyarakat negara yang
bersangkutan.
3.
Pemahaman dan komitmen terhadap memanfaat dan arti pentingnya tanggung jawab
bersama dan kerjasama dalam suatu keterpaduan serta sinergisme dalam pencapaian tujuan.
Universitas Sumatera Utara
4.
Adanya dukungan dan sistem imbalan yang memadai untuk mendorong terciptanya
kemampuan dan keberanian menanggung risiko (risk taking) dan berinisiatif, sepanjang hal
ini secara realistik dapat dikembangkan.
5.
Adanya pelayanan administrasi publik yang berorientasi pada masyarakat, mudah dijangkau
masyarakat dan bersahabat, berdasarkan kepada asas pemerataan dan keadilan dalam setiap
tindakan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, berfokus pada kepentingan
masyarakat, bersikap profesional, dan tidak memihak (non-partisan).
2.2. Prinsip Good Corporate Governance
Good Corporate Governance merupakan suatu proses transparansi didalam
pengambalan keputusan, mengemukakan informasi dalam penyajian informasi kepada
stakeholders, baik dimintak maupun tidak dimintak, mengenain kinerja operasional,
keuangan dan resiko perusahaan.
Tercapainya penerapan Good Corporate Governance yang mempengaruhi kinerja
perusahaan, maka Good Corporate Governance mempunyai prinsip. Adapun prinsip-prinsip
Good Corporate Governance
seperti yang dikemukan oleh Widilestariningtyas (2000)
secara umum adalah transparansi, akuntabilitas, keadilan dan partisipasi.
Menurut Surya dan Yustiavandana (2008), dalam kaitan tumbuhnya kesadaran akan
pentingnya Comporate Governance, maka prinsip Good Governance dan dapat diterapkan
secara luwes sesuai dengan keadaan budaya, dan tradisi masing-masing negara, seperti
terlihat pada gambar berikut.
Fairness
Disclosure &
GCG
Transparancy
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Prinsip-prinsip Dasar Good Comporate Governance (GCG)
2.2.1. Disclosure & Transparancy
Transparan secara harfiah adalah jelas (obvious) dapat dilihat secara menyeluruh.
Dengan demikian transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan
perusahaan. Transparansi mendorong diungkapkannya kondisi yang sebenarnya sehingga setiap
pihak yang berkepentingan (stakeholders) dapat mengukur dan mengantisipasi segala sesuatu
yang menyangkut rumah sakit. Transparansi bisa dimulai dengan penyajian secara terbuka
laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, kriteria yang terbuka tentang seleksi personil,
informasi adanya seleksi, pengungkapan transaksi atau kontrak dengan pihak-pihak yang
memiliki hubungan atau kedudukan istimewa, struktur kepemilikan, sampai kepada penyajian
informasi tentang kemungkinan resiko yang dihadapi organisasi.
Kepentingan manajemen dan karyawan juga akan terkait dengan prinsip transparansi,
karena pada dasarnya mereka juga berhak untuk mengambil kondisi riil suatu perusahaan,
apakah berada dalam keadaan sehat atau tidak. Sering kali perusahaan tidak transparansi baik
terhadap pihak internal, maupun eksternal perusahaan, secara psikologis, karyawan dapat
bekerja dengan kondisi yang lebih tenang dan lebih kondusif. Fakta menunjukkan ketika
terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pihak manajemen dan karyawan tidak
Universitas Sumatera Utara
mengetahui adanya informasi tersebut, sehingga tidak dapat bersiap-siap. Hal ini jelas
merugikan mereka semua (Surya, 2008).
Suatu organisasi melalui implementasi prinsip transparansi, ada kejelasan perhitungan
yang diberikan oleh perusahaan. Bukan saja hal tersebut akan lebih memuaskan bagi pihak
manajemen dan karyawan, tetapi juga mengurangi risiko terjadinya pemogokan ataupun
tuntutan yang berlebihan dari manajemen dan karyawan perusahaan, mengingat mereka telah
mengetahui dasar-dasar yang diberikan untuk besar upah mereka. Dengan demikian
penerapan prinsip GCG tidak sekedar dapat meningkatkan kepuasan pemegang saham dan
kreditor, tetapi juga ingin meningkatkan kesejahteraan manajemen dan karyawan sebagai
bagian integral dari stakeholders perusahaan (Surya, 2008).
Transparansi publik masyarakat bahwa setiap pejabat publik berkewajiban membuka
ruang partisipasi kepada masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik (khususnya
menyangkut dengan pengelolaan sumber daya publik) dengan membuka akses dan
memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, baik diminta maupun tidak
diminta oleh masyarakat
2.2.2. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggung-jawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan pimpinan organisasi kepada pihak yang
memiliki hak atau wewenang untuk meminta pertanggungjawaban atau keterangan. Melalui
penerapan prinsip ini, suatu proses pengambilan keputusan atau kinerja dapat dimonitor, dinilai
dan dikritisi. Akuntabilitas juga menunjukkan adanya traceableness yang berarti dapat ditelusur
sampai ke bukti dasarnya serta reasonableness yang berarti dapat diterima secara logis.
Universitas Sumatera Utara
Setiap karyawan dengan prinsip akuntabilitas, direksi dan dewan pengawas diberikan
wewenang dan tanggung jawab yang jelas, diwajibkan untuk melaporkan pelaksanaan
wewenang dan tanggung jawab yang dimaksud, serta diawasi dan dikendalikan agar tidak terjadi
penyalahgunaan wewenang yang dimilikinya.
Optimalisasi kinerja manajemen dan karyawan mendapat dukungan penuh dari
penerapan prinsip akuntabilitas, yang dibutuhkan untuk menciptakan manajemen yang efektif
dan efisien. Kebanyakan perusahaan kurang memperhatikan bagaimana manajemen perusahaan
berjalan dan mempercayakan sepenuhnya kepada manajemen tersebut. Hal ini tidak tepat
mengingat manajemen sendiri tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya mekanisme
pengawasan yang andal. Berarti manajemen dan karyawan membutuhkan membutuhkan
mekanisme check and balances yang dilakukan oleh komisaris.
Mekanisme tersebut termasuk dalam pengecekan laporan keuangan secara berkala,
pengawasan intensif terhadap semua lini manajemen, menentukan struktur dan besarnya
manajemen yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan. Termasuk mencari sumber daya
manusia yang bermutu dan benar-benar berguna bagi efektifitas perusahaan. Penerimaan
karyawan tidak boleh didasarkan pada proses yang terbingkai dalam kerangka kolusi, korupsi
dan nepotisme (KKN). Intinya, manajemen dan karyawan harus dibimbing sedemikian rupa,
sehingga mereka dapat menjalankan pekerjaan mereka dengan baik (Surya, 2008).
The oxford Advence Learner’s Dictionary menyatakan bahwa akuntabilitas adalah
required or expected to give an explanation for one’s action. Artinya adalah, dalam
akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk dan
kegiatannya
terutama
di
bidang
administrasi
keuangan
kepada
pihak
yang
lebih
tinggi/atasannya.
Universitas Sumatera Utara
Surya dan Yustiavandana (2008) menyatakan bahwa akuntabilitas ditunjukan untuk
mencari jawaban terhadap pernyataan yang berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada
siapa, milik siapa, yang mana, dan bagaimana. Pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan
tersebut antara lain, apa yang harus dipertanggungjawabkan, mengapa pertanggungjawaban
harus diserahkan, siapa yang bertanggungjawab terhadap berbagai bagian kegiatan dalam
masyarakat, apakah pertanggungjawaban berjalan seiring dengan kewenangan yang memadai
dan lain sebagainya.
Akuntabilitas
dapat
dinyatakan
sebagai
kewajiban
untuk
memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindak seseorang/badan
hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggunjawaban.
Pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan instansi pemerintah, perlu memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Komitmen pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melaksanakan pengelolaan pelaksanaan
misi agar akuntabel.
2. Beberapa sistem secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh.
5. Jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katasilator perubahan manajemen instansi
pemerintahan.
Good governance principles yang selama ini menjadi acuan berbagai literatur yaituAsas
kecermatan formal, fairplay, perimbangan, kepastian hukum formal, kepastian hukum amterial,
kepercayaan, persamaan, kecermatan dan asas keseimbangan, dapat disarikan menjadi tiga hal
Universitas Sumatera Utara
yaitu akuntabilitas publik, kapastian hukum (rule of law) dan transparansi publik (Mahmudi,
2007)
Akuntabilitas publik masyarakat bahwa setiap pelaku dan tindakan pejabat publik, baik
dalam membuat kebijakan (publik policy), mengatur dan membelajnakan keuangan negara
maupun melaksanakan penegakan hukum haruslah terukur dan dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat.
Akuntabilitas suatu perwujudan kewajiban dari suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misinya. Implementasi
akuntabilitas dilakukan melalui pendekatan strategis yang akan mengakomodasi perubahanperubahan cepat yang terjadi pada organisasi dan secepatanya menyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut, sebagai antisipasi terhadap tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan.
Implementasi kesemuanya sangat dibutuhkan sebagai syarat bagi terciptanya
pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean goverment).
Pemerintahan akan mampu melaksanakan fungsi dalam kerangka good governance, bila
diciptakan suatu sistem administrasi publik yang kooperatif dengan pendekatan pelayanan
publik yang lebih relevan bagi masyarakat.
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan efektif berdasarkan keseimbangan
kekuasaan antara manjer, pemegang saham, dewan komisaris dan auditor, merupakan bentuk
pertanggungjawaban manajemen kapada perusahaan dan pemegang saham.
2.2.3. Keadilan/ Kewajaran (Fairness)
Fairness merujuk adanya perlakuan yang setara (equal) terhadap semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya. Penegakan
Universitas Sumatera Utara
prinsip fairness ini terutama ditujukan terhadap pemegang saham mayoritas maupun minoritas.
Fairness juga perlu diperluas pada pola perlakuan kepada stakeholders lainnya, misalnya pola
hubungan dengan karyawan.
Keseimbangan hak pemilik mayoritas dan minoritas harus diperhatikan, sehingga tidak
ada kelompok pemilik yang dirugikan. Demikian pula halnya dengan hak-hak karyawan,
kreditur, serta pemasok dan langganan, harus ditetapkan secara jelas dengan melibatkan
sebanyak mungkin pihak-pihak yang terkait.
Para anggota manajemen dan karyawan haruslah mendapat perlakuan yang seimbang dan
wajar, sesuai dengan kedudukan masing-masing untuk mencapai suatu kinerja yang optimal.
Sekali lagi prinsip fairness dari GCG memegang peranan penting untuk mengkonkretkan
keseimbangan tersebut. Berbeda dengan kepentingan pemegang saham, keseimbangan bagi
menajemen dan karyawan yang berupa pemberian upah yang disesuaikan dengan pekerjaan dan
tanggung jawab masing-masing pihak. Dengan demikian, kesejahteraan mereka dapat lebih
terjamin dan implikasinya memungkinkan manajemen perusahaan berjalan dengan lebih baik.
Kepentingan manajemen juga berkaitan dengan masalah kenaikan pangkat atau
renumerasi dari manajemen karyawan. Hal ini penting karena sistem reward yang baik
mampu meningkatkan motivasi kerja dan kinerja di suatu perusahaan. Tidak dapt dipungkiri
bahwa perasaan dihargai merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia. Pemberian reward
yang tepat akan menimbulkan semangat dari manajemen dan para karyawan untuk bekerja
dengan lebih efektif dan efisien. Diharapkan dapat tercipta suasana kerja yang berisikan
sumber daya manusia yang berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan
dengan cara-cara yang wajar dan fair (Surya, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutatama kepada pemegang saham
minoritas dan pemegang saham asing dengan keterbukaan informasi yang penitng serta
melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Partisipasi atau responsibilitas (Responsibility)
Partisipasi merupakan keterlibatan yang aktif, kalau pada suatu organisasi tentunya
dari setiap pelaku organisasi dan stakeholders lain dalam menunjang peningkatan nilai
organisasi. Dari definisi tersebut kita dapat memahami bahwa top manajemen (Kepala Biro),
disebut sebagai pemegang kendali organisasi. Dengan demikian selain ketiga pihak tersebut
dapat kita kategorikan sebagai bukan partisipan utama tetapi sebagai partisipan pendukung.
Apa yang dilakukan oleh partisipan tentunya disebut partisipasi. Partisipasi yang dimaksud
adalah pemenuhan tanggung jawab, hak, dan wewenang serta tindakan-tindakan lain yang
yang patut diambil oleh seseorang sesuai jabatannya (Sedarmayanti, 2003).
Suatu organisasi dalam pencapaian tujuan yaitu kinerja yang diharapkan dengan
penerapan konsep good corporate governance. Penerapan GCG dalam rangka mencapai
organisasi rumah sakit yang bersih dan berwibawa serta mampu menyediakan pelayanan
kepada masyarakat umum dengan lebih baik lagi dan memuaskan. Berdasarkan uraian di atas
prinsip-prinsip GCG tersebut dapat dilihat dari sikap trasparansi, independensi, serta
akuntabilitas dari seorang manajer sangat mempengaruhi kinerja dari perusahaan. Dan ini
merupakan tindakan dari perusahaan yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku
(Sedarmayanti, 2003)
2.3. Kinerja
Kinerja karyawan dilihat dari kinerja Corperate Governance Internal perusahaan.
Jika kinerja Corperate Governance Internal sudah baik, maka kinerja perusahaan baik dan
Universitas Sumatera Utara
juga sebalikya, jika kinerja Corperate Governance Internal perusahaan tidak baik, maka
kinerja perusahaanpun tidak baik (Mardjana, 2000).
Sejak munculnya iklim yang lebih demokrasi dalam pemerintahan, kinerja instansi
pemerintah semakin menjadi sorotan dan masyarakat mulai banyak menuntut nilai yang
diperoleh atas pelayanan yang diberikan instansi pemerintah. Tuntutan tersebut diutarakan
karena masyarakat masih merasa belum puas atas kualitas pelayanan yang diberikan oleh
instansi pemerintah.
Pengukuran kinerja instansi pemerintah dalam melaksanakan tugas belum dilakukan
secara obyektif sampai saat ini. Hal tersebut disebabkan karena belum dilaksanakannya
sistem pengukuran kinerja yang berisi keberhasilan dan kegagalan instansi pemerintah.
Kata “Kinerja” merupakan istilah yang diberikan untuk kata “performance” di dalam
bahasa Inggris, yang berarti pekerjaan/perbuatan. Dalam kamus Bahasa Indonesia (1995),
pengertian kinerja diartikan sebagai sesuatu yang harus dicapai, prestasi yang diperlihatkan,
dan kemauan kerja. Dalam pengertian lebih luas, kata-kata performance selalu digunakan
dengan kata-kata seperti job performance atau work performance yang berarti hasil kerja atau
prestasi. Dari beberapa pendapat tentang pengertian kinerja sebagai prestasi dan kemampuan
kerja, maka umumnya para ahli manajemen memberikan pengertian yang sama antara kinerja
dengan prestasi kerja, atau juga dengan produktivitas kerja (Dessler, 1994).
Robbins (1996), mendefinisikan prestasi kerja karyawan sebagai hasil kerja seseorang
karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya
standar, target atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama. Oleh karena itu prestasi kerja umumnya menyangkut dengan pekerjaan atau macam
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan manusia yang mengerjakan pekerjaan tersebut dan kemampuan/ketrampilan serta
lingkungan daripada pekerjaan tersebut.
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari
seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum ketrampilan. Kinerja
merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu
untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang
diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari
suatu kebijakan operasional (Permana, 2005).
Menurut Permana (2005), kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik
kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan
individu maupun kelompok kerja personil, penampilan hasil karya maupun struktur, tetapi
juga pasa keseluruhan jajaran personil dalam organisasi.
Kinerja merupakan suatu kesuksesan di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja
sendiri dalam pekerjaan yang sesungguhnya tergantung kepada kombinasi antara
kemampuan dan iklim kerja yang mendukungnya (Prihadi, 2004). Pada organisasi pelayanan
kesehatan, sangatlah penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi
tenaga kerja profesional termasuk tenaga administrasi. Proses evaluasi kinerja profesional
menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi
secara efektif (Gibson, 1997).
Tenaga administrasi yang berada di rumah sakit memiliki peranan yang sangat besar
dalam penentuan keberhasilan organisasi pelayanan rumah sakit. Kinerja karyawan
administrasi dalam usaha meningkatkan pelayanan rumah sakit menjadi faktor penentu
Universitas Sumatera Utara
keberhasilan akhir dari pelayanan yang diterima oleh pasien dan keluarga pasien (Santoso
Soeroso, 2003).
Prestasi kerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang
dihasilkan oleh seseorang karyawan dalam periode tertentu sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan. Jadi untuk menilai kinerja karyawan dibutuhkan penilaian kerja. Dalam
penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode tertentu.
Melalui penilaian kinerja, karyawan mendapatkan informasi mengenai seberapa baik ia
bekerja jika dibandingkan dengan standar organisasi. Dengan kata lain karyawan
mendapatkan umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman perilaku di masa depan.
Sehingga diperlukan penilaian kinerja yang dilakukan secara benar dan tepat agar hasilnya
dapat djadikan informasi terhadap fokus strategik organisasi (Santoso Soeroso, 2003).
Pengertian kinerja menurut Simamora (1999), adalah : Suatu kemempuan orang atau
kelompok untuk mencapai sesuatu yang hendak dicapai maupun prestasi yang akan
diperhatikan pada orang maupun kelompok lain. Jika kinerja dikaitkan dengan pengertian
prestasi yang diperlihatkan, maka dapat dilihat dari tingkat produksi, volume penjualan,
meningkatkan sumber daya tenega kerjanya, efisiensi biaya produksi dan tingkat laba yang
dihasilkan.
2.3.1. Indikator Kinerja
Menurut Prawirosentono (1999) dalam rangka mengukur kinerja instansi dan mengukur
kinerja perorangan sebagai pelaksana diperlukan menciptakan standar ukuran kinerja
organisasi terlebih dahulu. Standar kinerja harus sesuai dengan tujuan organisasi
diproyeksikan ke dalam standar kinerja para pelaku dan unit-unit organisasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja
haruslah merupakan sesuatu yang dapat dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar
untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
maupun tahap setelah kegiatan selesai.
Menurut Robbins (1996) memberikan pengertian tentang kinerja sebagai kemampuan kerja
seseorang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Artinya kinerja berkenaan dengan
usaha dan kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk
pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat pada umumnya. Indikator dari kinerja
karyawan sebuah rumah sakit dapat dinilai dari beberapa aspek, seperti dijelaskan berikut ini:
1. Disiplin dalam bekerja. Karyawan mempunyai tingkat disiplin dalam bekerja, baik pada saat
datang ketempat kerja maupun pada saat pulang kerja
2. Kerjasama dalam tugas. Karyawan mampu melakukan kerjasama dengan karyawan lain
dalam menyelesaikan setiap beban kerja yang sedang dihadapi oleh karyawan bersangkutan.
3. Target pekerjaan. Karyawan mampu menyelesaikan setiap target kerja yang telah
dibebankan oleh pimpinan kepada karyawan bersangkutan.
4. Bertanggung jawab atas pekerjaan. Karyawan mampu bertanggung jawab terhadap setiap
pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaan tanpa harus menunda-nunda pekerjaan.
5. Semangat dalam bekerja. Adanya dorongan yang menyebabkan melakukan pekerjan secara
lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih
baik.
Universitas Sumatera Utara
6. Sikap terhadap pekerjaan. Karyawan dapat menunjukkan sikap senang untuk hal-hal baru
berkaitan dengan tugas. Dengan adanya tantangan dalam bekerja karyawan akan mampu
menemukan hal-hal baru dalam meningkatkan kinerjanya.
7. Standar kerja. Seorang karyawan akan dapat memahami terhadap standar-standar kerja yang
telah ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan Dalam hal ini manajemen harus melihat
kemampuan karyawan agar dapat memenuhi standar kerja yang telah ditentukan.
8. Ketekunan bekerja. Karyawan mampu membuat kesepakatan tentang tugas-tugas dan
standar kerja dan mampu menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi dengan ketekunan.
9. Kecermatan. Karyawan mempunyai kemampuan dalam mengamati kondisi lingkungan
kerja, dan memutuskan untuk mengambil tindakan terhadap kondisi-kondisi di lingkungan
kerjanya.
Berdasarkan indikator tersebut diatas, maka penilaian kinerja karyawan bagian administrasi
rumah sakit dapat dilakukan metode seperti yang telah disebutkan diatas, sehingga dengan
penilaian tersebut akan diketahui bahwa seorang karyawan mempunyai kinerja yang baik,
sedang atau justru tidak baik.
Disiplin merupakan usaha-usaha mencapai tujuan perusahaan sering tidak tercapai
secara maksimal jika karyawan dalam bekerja kurang mematuhi disiplin atau peraturanperaturan yang ditetapkan perusahaan.
Handoko (1985) memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan disiplin adalah
kegiatan manajemen untuk menjalankan standar atau peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
dalam suatu organisasi. Kemudian juga terdapat dua tipe kegiatan pendisiplinan yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Disiplin Preventif, maksudnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendorong agar
mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat
dicegah, sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri antara para karyawan.
Dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena
dipaksa manajemen.
b. Disiplin Konektif, maksudnya kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap
aturan-aturan dan cobaan untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan
konektif sering berupa, suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan, sebagai
contoh upaya peningkatan atau skorsing.
Pendisiplinan merupakan suatu faktor yang diperlukan dalam suatu organisasi, dimana
dalam membuat peraturan-peraturan tersebut harus tegas dan konsisten sehingga setiap peraturan
yang dibuat dapat dipenuhi.
2.4. Landasan Teori
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
seperti yang dikemukan oleh
Widilestariningtyas (2000) secara umum adalah transparansi, akuntabilitas, keadilan dan
partisipasi. Surya dan Yustiavandana (2008) juga menjelaskan bahwa dalam kaitan
tumbuhnya kesadaran akan pentingnya Comporate Governance, maka prinsip Good
Governance dan dapat diterapkan secara luwes sesuai dengan keadaan budaya, dan tradisi
masing-masing negara yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas, keadilan dan partisipasi.
Tujuan utama penerapan prinsip GCG adalah mencapai optimalisasi kinerja, maka
kepentingan manajemen dan karyawan haruslah mendapat perlakuan yang seimbang dan
wajar sesuai dengan kedudukan masing-masing. Hal ini penting karena sistem reward yang
Universitas Sumatera Utara
baik mampu meningkatkan motivasi dan kinerja disuatu organisasi. Seharusnya melalui
prinsip GCG ada kejelasan perhitungan yang diberikan oleh organisasi perusahaan.
Optimalisasi kinerja karyawan juga mendapat dukungan penuh dari penerapan prinsip
akuntabilitas (Surya, 2008).
Menurut Robbins (1996), Indikator dari kinerja karyawan sebuah rumah sakit dapat
dinilai dari beberapa aspek, yaitu disiplin, kerjasama dalam tugas, target pekerjaan,
bertanggung jawab atas pekerjaan, semangat dalam bekerja, sikap terhadap pekerjaan,
standar kerja, ketekunan bekerja dan kecermatan.
2.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian ini maka dapat digambarkan
kerangka konsep sebagai berikut :
Prinsip GCG
Transparansi (x1)
Akuntabilitas (x2)
Kinerja Karyawan
Administrasi RS (y)
Keadilan (x3)
Partisipasi (x4)
Sumber : Surya dan Yustiapandana (2008), diolah.
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Download