rakitan teknologi - Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

advertisement
RAKITAN TEKNOLOGI
SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
JAWA TIMUR
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
2004
Bogor,
USAHATANI KONSERVASI BERBASIS TANAMAN KENTANG
DI LAHAN BERLERENG DATARAN TINGGI
Mochamad Soleh dan Zainal Arifin
PENDAHULUAN.
Lahan kering dataran tinggi 1300 m dpl s/d 2000 m dpl) Jawa Timur dengan
tingkat kelerengan lebih 15% tersebar di dataran tinggi Kabupaten Malang, Batu,
Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Ponorogo, Trenggalek, Nganjuk, Kediri,
Blitar, Bondowoso, Banyuwangi dan Pacitan. Rata-rata beriklim sejuk, didominasi jenis
tanah andosol, subur, tekstur remah, namun mudah tererosi (Soepardi 1983). Kawasan
tersebut memiliki potensi yang besar untuk pengembangan tanaman kentang, sayuran
lain, dan rumput pakan ternak maupun ternak ruminansia (Knot and Deanon, 1967;
Sahat, 1994;). Di Jawa Timur Luas penanaman kentang setiap tahun mencapai 7500
ha s/d 8000 ha yang utamanya ditanam pada musim penghujan (Anonim, 2000).
Beberapa keuntungan relatif bertanam kentang ialah: (1). Pemasaran hasil dan
tingkat harga cukup baik sehingga memberikan insentif kepada petani untuk mengelola
tanaman lebih baik. (2) Sebagian hasil yang tidak dijual menjadi persediaan pangan
sendiri. (3) Kanopi tanaman yang rimbun dapat melindungi tanah dari curahan langsung
air hujan sehingga tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk teknik konservasi metode
vegetatif. (4) Pemanfaatannya untuk konservasi metode konservasi vegetatif bersama
tanaman rumput pakan ternak sebagai strip cropping, memiliki manfaat ganda yaitu
disamping erosi dapat ditekan, petani kentang yang sekaligus juga peternak mampu
menyediakan pakan ternaknya secara mandiri dari kebun sendiri (Soleh, dkk, 2003). (5)
melalui usahatani terpadu tanaman-ternak tersebut petani memperoleh pupuk organik
secara cuma-cuma yang dapat dimanfaatkan untuk ladangnya. Disisi lain petani
memperoleh tambahan pendapatan dari menjual ternaknya.
PERMASALAHAN.
1. Petani banyak mengusahakan tanamannya pada kelerengan 15% s/d 35%, tanpa
mengindahkan kaidah konservasi tanah dan air, berupa penanaman pada guludan
searah lereng.
2. Penanaman searah lereng memperparah degradasi lahan, selanjutnya langsung
berpengaruh terhadap penurunan tingkat produktifitas tanah, kapasitas infiltrasi,
kelembaban tanah, dan pengikisan lapisan olah tanah serta pengurasan unsur hara.
3. Penanaman kentang pada guludan searah lereng, dalam satu musim tanam kentang
(musim penghujan Nopember s/d Januari) terjadi erosi sebesar antara 14.00 s/d
16.50 t/ha ( Soleh,M. dkk 2003).
4. Kemerosotan produktivitas lahan akan menurunkan hasil kentang dan pendapatan
petani. Sebagai contoh hal ini sudah terjadi di kawasan Argosari, Senduro, Lumajang,
yang rata-rata hasil kentang hanya 7 t/ha s/d 9 t/ha, karena kondisi tanahnya juga
telah menjadi miskin (Tabel 1).
Tabel 1 Analisis tanah lokasi pengkajian di Argosari, Senduro, Lumajang`
Analisis tanah
Tekstur (%) :
Pasir
Debu
Liat
Klas tekstur
Kandungan
C-Organik (%)
N-Total
(%)
C/N
P-Olsen (mg.100g-1)
1,73
0,15
12
14,45
Lempung berpasir
Harkat
Rendah
Rendah
Sedang
Kurang
K
0,46
Kurang
(me/100g)
46
48
6
-
Tekstur
Sumber: BPTP Jawa Timur 2003
Tindakan kon servasi lahan sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya
degradasi tanah lebih lanjut, diantaranya dengan metode vegetatif yang mempunyai
fungsi antara lain, (1) melindungi tanah dari daya perusak butir–butir air hujan, (2)
melindungi tanah dari daya angkut aliran air permukaan dan (3) memperbaiki kapasitas
infiltrasi tanah dan absorbsi air. Teknologi konservasi vegetatif dengan memanfaatkan
tanaman kentang ternyata lebih efektif lagi bila ditanam pada guludan miring 45 0 disertai
penggunaan tanaman rerumputan pakan ternak sebagai strip cropping atau strip
tanaman (Soleh, dkk, 2002 dan 2003) daripada penanaman dengan menggunakan
guludan arah lurus lereng, arah kontur, apalagi bila tanpa disertai strip cropping, seperti
terurai pada Tabel 2 berikut.
Pengendalian erosi dengan teknik konservasi sipil memerlukan biaya yang tinggi
apalagi di lahan lahan berlereng lebih 15% dan tidak dapat langsung di rasakan hasilnya
oleh petani
Tabel 2. Besarnya aliran permukaan (run off), erosi, hasil kentang, dan analisa ushatani kentang
yang diusahakan pada guludan searah lereng tanapa S.C. (strip cropping). pada guludan
searah lereng disertai S.C., pada guludan searah kontur disertai S.C., dan Guludan arah
miring 450 disertai S.C.
Guludan arah
Keterangan
Lereng
Lereng
Kontur
Miring 450
tanpa S.C.
dengan S.C.
dengan S.C.
dengan S.C.
Aliran permukaan
453,22
351,10
293,67
327,65
(m3/ha/musim)
Erosi (t/ha/musim)
16,320
11,85
9,90
11,43
Hasil (t/ha)
10,63
11,21
12,64
13,,57
Besar (%)
39,13
41,19
45,84
46,86
Sedang (%)
41,32
49,30
31,26
33,11
Kecil (%)
19,55
18,43
22,90
20,03
Jumlah umbi
(buah/100 m2)
410
422
502
558
Besar (%)
29,10
30,24
30,44
31,74
Sedang (%)
29,57
29,39
24,84
23,75
Kecil (%)
41,33
40,30
44,72
44,51
R/C rasio
1,35
1,40
1,24
1,67
Rumput gajah t/ha
51,00..;
44,50
56,50
Rumput gajah kg/
25,50
22,25.
22,25
per petak strip
Sumber: Muchamad Soleh dkk, 2003.
Dari gambaran keadaan diatas tampak bahwa teknologi konservasi dengan
mempergunakan gulud miring disertai strip cropping ternyata lebih efektif dan efisien.
Disamping memiliki R/C rasio tertinggi diperoleh keuntungan lain berupa tertekannya
erosi (terpeliharamya lahan) juga diperoleh tanamn pakan ternak (rumput gajah) yang
ditanam sebagai strip cropping. Produksi rumput gajah pada panen awal bila jarak strip
cropping rata rata 10,0 m sepanjang lereng, maka dalam 1 ha kebun kentang akan
terdapat sebanyak 180 s/d 200 strip cropping. Hasil tanaman rumput pakan ternak
(rumput gajah) dari plot plot strip tanaman yang dipanen 4 plot setiap hari memungkinkan
petani untuk memelihara 2 ekor sapi perah dengan sumber pakan rumput gajah
mengambil dari kebun sendiri, karena strip tanaman akan panen ulang pada hari ke 50
dimana tanaman rumput pada plot dipanen awal sudah dapat ditanam lagi.
TEKNOLOGI BUDIDAYA KONSERVASI VEGETATIF BERBASIS TANAMAN
KENTANG DAN RERUMPUTAN PAKAN TERNAK
Lokasi Penerapan.
Teknologi konservasi vegetatif berbasis tanaman kentang dan rerumputan pakan
ternak mempergunakan guludan arah miring 45 0 disertai strip cropping ini dapat
diterapkan pada lahan dengan kelerengan 20% keatas merupakan pusat pusat produksi
kentang ( elevasi 1200 m dpl keatas) dimana penggunaan guludan arah kontur sulit
diterapkan, maupun teknologi konservasi sipil akan membutuhkan biaya sangat mahal
mahal.
Persiapan Lahan:
1. Bagi lahan yang belum terbentuk model teknologi konservasi termasuk
penggunaan guludan arah miring, maka kegiatan pekerjaan untuk mengarah ke
model teknologi konservasi yang dimaksud harus dimulai satu bulan sebelum
musim hujan tiba.
2. Langkah awal dalam persiapan penanaman kentang dilahan kering dataran
tinggi berlereng adalah dibuatnya parit pembuang air yang mengelilingi lahan
atau petak kebun. Petak lahan/ladang ini dapat milik satu orang atau beberapa
orang. Parit keliling dibuat dengan ukuran lebar 30,0 cm dan dalam 30,0 cm. Parit
keliling kebun dilengkapi dengan galian galian tangkapan air sebanyak mungkin.
3. Langkah kedua adalah pembuatan parit pembuang air yang melintasi tengah
kebun dengan ukuran lebar 30,0 cm dan dalam 40,0 cm. Jumlah parit tengah dapat
lebih dari satu tegantung pada keadaan posisi kebun. Semua bibir parit baik parit
tepi maupun tengah kebun harus ditanami rumput pakan ternak. Parit
pembuangan yang melintasi tengah kebun maupun yang mengelilingi kebun
bermuara pada alur pembuangan umum (disepakati bersama oleh kelompok tani)
sehamparan.
4 Setelah parit keliling maupun parit tengah dibuat, tanah dicangkul sedalam 25 cm.
Sambil mencangkul (membalik tanah) gulma dibersihkan dan dibuang keluar
lahan. Tanah dibiarkan 3 s/d 5 hari supaya terkena cahaya matahari. Kemudian
tanah dicangkul lagi untuk memperoleh struktur gembur, gulma yang masih
tertinggal di buang ketepi lahan.
Pembuatan Guludan.
Sebelum membuat guludan, dipasang ajir untuk menghubungkan tali yang membuat
arah sudut 450 berdasar arah kontur. Tali ini berfungsi sebagai panutan arah
pembuatan guludan awal.
2. Setiap 10 m panjang lereng atau kurang, disiapkan ajir untuk batas pembuatan strip
gulud yang melintang/tegak lurus lereng yang disiapkan untuk tanaman rumput
(rumput gajah atau rumput setaria (Gambar 1). Jarak antar strip cropping (strip
tanaman sangat tergantung pada tingkat kemiringan lahan, bertambah besar tingkat
kemiringan bertambah pendek jarak antara strip cropping.
1.
Arah gulud miring 450 disertai strip cropping tampak pada gambar 1 berikut.
Strip cropping
Guludan miring 450
Strip cropping
Keterangan:
▪ Gulud Miring Disertai Strip Cropping (Strip Tanaman).
▪ Strip Cropping : Tanaman Rumput Pakan Ternak.
▪ Ukuran Petak Strip Tanaman : 1,0 M X Sepanjang Lahan M
▪ Jarak Antar Strip : 10,0 M Atau Kurang
3. Guludan pertama dibuat dengan mengikuti arah tali yang telah dipancangkan terlebih
dahulu. Tinggi guludan 30 cm, Lebar parit antara guludan 25 cm, dalam parit
pembatas 25 cm. Jarak antara gulud 80 cm. Panjang guludan tergantung pada kondisi
lahan. Guludan pertama ini merupakan induk arah guludan berikutnya. Antara
guludan miring dan guludan strip cropping dibuat parit pembatas dengan ukuran lebar
25 cm dan dalam 25 cm. Antara blok guludan dibuat parit pembatas dengan ukuran
lebar 30 cm, dan dalam 25 cm. Bibir parit pembatas harus ditanami rumpu pakan
ternak.
Penanaman.
1. Pembibitan.
Untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil kentang yang maksimal perlu
disiapkan bibit yang berkualitas. Bibit yang seadanya akan muncul pertumbuhan vegetatif
yang kurang baik. Hubungan dengan pertumbuhan vegetatif yang jelek maka tujuan
kanopi tanaman kentang untuk melindungi tanah dari curahan hujan tidak akan tercapai.
Bibit yang baik dapat dibeli dari penangkar bibit profesional, atau membuat bibit sendiri
dengan teknologi yang tepat, bukan berasal dari seleksi bibit tanaman produk konsumsi
2. Penanaman.
Satu minggu sebelum tanam untuk setiap 5 m panjang panjang gulud diberi 1 kg
Bokasi (setara 5 t/ha). Bibit kentang siap tanam setelah tumbuh tunasnya sepanjang 1
cm) diletakkan pada gulud diatas pupuk organik dengan jarak 25 cm. Campuran pupuk
anorganik diletakkan 5 cm dari umbi bibit. Bibit ditanam dalam posisi tunas berada
diatas., kemudian ditimbun tipis, sebagian tunas masih muncul diatas guludan.
Rumput gajah atau rumput yang lain ditanam pada guludan strip cropping dan di tepi
parit parit pembatas atau parit tengah seawal mungkin sebelum penanaman kentang
dimulai. Komponen teknologi untuk tanaman kentang disampaiakan pada Tabel 3
berikut.
Tabel 3 :Daftar komponen teknologi untuk tanaman kentang.
Komponen
No
Perbaikan III
Teknologi
0
1. Arah Gulud
Miring 45 disertai strip tanaman
2
Jenis Tanaman strip
Rumput gajah, Setaria
3
Jarak strip tanaman
10,0 m (arah lereng),disesuaikan
4
Lebar gulud strip
1,0 m
5
Varietas
Granula, atau yang lain
6. Jarak tanam
Antar gulud 80 cm. Bibit dalam gulud 25 cm.
7
Pemupukan
(300 kg Urea + 300 kg ZA+ 200 kg SP 36 +100 kg KCl )
Anorganik
per ha
8
Pemupukan Bokasi
5,0 t/ha
Pengelolaan Tanaman
Pemupukan .
Pupuk organik 5 ton bokasi disebar merata dalam garitan (calon guludan) satu
hari sebelum tanam. Bibit kentang diletakkan diatas pupuk kandang dengan jarak 25 cm,
dan tunas menghadap keatas. Pupuk buatan (300 kg Urea + 300 kg ZA+ 200 kg SP 36
+100 kg KCl ) per ha. Pupuk diberikan 3 kali. Pemupukan pertama(100 kg Urea + 100
kg ZA+ 200 kg SP 36 +100 kg KCl ) per ha dicampur dan diletakkan diantara bibit
kentang 5,0 cm dari umbi bibit. Bibit dan pupuk yang telah disebar ditutup dengan tanah
gembur setebal 7,5 – 10,0 cm, sehingga menjadi guludan. Pemupukan kedua (100 kg
Urea + 100 kg ZA) per ha diberikan dengan cara ditugalkan 5 Cm dari pangkal rumpun
pada umur 20 HST setelah penyiangan. Pemupukan ke tiga (100 kg Urea + 200 kg ZA)
per ha diberikan dengan cara ditugalkan 5 Cm dari pangkal rumpun pada umur 40 HST
setelah penyiangan .
Penyiangan dan pembumbunan.
Setelah kentang tumbuh, rumput disiang bersih dan tanah kiri kanan guludan
digemburkan sehingga guludan sedikit terbuka. Pembumbunan dilakukan 4 – 5 hari
setelah penyiangan. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan 2 – 3 kali sampai
tanaman menutup guludan.
Pengendalian hama dan penyakit penting.
Organisme pengganggu tanaman (OPT) penting pada kentang adalah penggerek
umbi kentang (pthorimea operculella), Pengisap daun (Thrips palmi), Afid (Myzus
persiae), busuk daun (Phytophthora infestans), bercak kering (Alternaria solani), layu
bakteri (Pseudomonas solanacearum), layu fusarium (Fusarium oxysporum), virus
menggulung daun dan mosaik. Strartegi pengendalian OPT sebagai berikut :
Waktu pemantauan
Contoh tanaman
:
:
Hama penggerek
:
Kutu daun/afid
:
Thrips
:
Busuk daun
:
Layu bakteri
Virus
:
:
setiap minggu
Sistematis atau bentuk U 10 tanaman tiap 0,2 ha,
untuk virus dan bakteri 100 tanaman di empat sub plot
dan diambil rata-ratanya
Ambang pengendalian 2 larva per tanaman, 25
ngengat/perangkap feromoid seks (MH), 50 – 100
ngengat/ perangkap (MK). Semprot dengan
insektisida anjuran, misalnya Arthene 75 SP 1 gr/l air,
atau Tamaron 200 LC 3 ml/l air
Ambang pengendalian 7 ekor/10 daun semprot
dengan insektisida anjuran, misalnya Desis 2,5 EC 1
ml/l air atau Mesurol 50 WP 2 gr/l air
Ambang pengendalian 10 ekor/daun, semprot
dengan insektisida anjuran misalny Decis 2,5 EC 1
ml/l air
AP 1 bercak aktif/10 tanaman contoh. Gunakan
fungisida sistematik dan kontak sesuai anjuran
misalnya Acrobat 500 WP 0,5 g/l
Tanaman sakit dicabut dan dimusnahkan
Untuk konsumsi tidak perlu dicabut, untuk bibit bila <
15% dicabut dan bila > 15% tidak boleh dibibtkan
Panen dan Pasca Panen.
Tanda-tanda umbi siap dipanen adalah apabila kulit umbi telah melekat erat pada
daging umbinya, dan bila kulit umbi ditekan jari tidak lecet. Saat panen pada cuaca
terang dan kering. Umbi sakit dipisahkan dan dimusnahkan, hanya umbi sehat yang
dibawa kegudang. Umbi konsumsi disimpan dalam karung plastik untuk memudahkan
pengangkutan dan sebelum dipasarkan harus disimpan dalam gudang dingin dan bersih.
Untuk umbi bibit diperlukan teknologi khusus untuk memperoleh umbi ukuran sedang (
30,0 gr s/d 60 gr per umbi).
NILAI EKONOMI
Analisis usahatani kentang dengan model
direkomendasikan disampaikan pada Tabel 4 berikut.
guludan
mring
45 0
Tabel 4. Analisis usahatani kentang dengan guludan mring 450 Malang 2003.
Guludan miring 450
Kegiatan
Fisik
Nilai (Rp/ha)
Tenaga kerja
Pengolahan tanah
40
400.000
Pembuatan guludan
78
780.000
Tanam
30
300.000
Pemupukan
22
220.000
Siang/bumbun
16
160.000
Penyemprotan
36
360.000
Panen
75
750.000
yang
Sarana Produksi ( Kg / Liter)
Bibit kentang
750
3..000.000
Pupuk :
▪ Urea
300
390.000
▪ ZA
350
420.000
▪ SP-36
200
320.000
▪ KCl
100
170.000
▪ Bokashi
2500
750.000
Pestisida :
▪ Antracol
14
658.000
▪ Dithane
14
658.000
▪ Korzet
3,2
376.000
▪ APSA (perekat)
1
80.000
Biaya Produksi (Rp/ha)
9.792.000
(8680+3340)
Hasil (kg/ha) Kentang (besar+sedang)
Pendapatan (Rp/ha)
16.426.000
Keuntungan (Rp/ha)
6.634.000
R/C ratio
1,67
Keterangan :
1. Harga bibit kentang Granola
= Rp. 4.000/kg
2. Harga jual kentang Granola klas sedang = Rp 500/kg
3. Harga jual kentang Granola klas besar
= Rp.1.700/kg
Dalam aplikasi usahatani konservasi berbasis kentang dimana petani
mengusahakan kentangnya pada guludan arah mring 450 terpadu dengan ternak
(disertai dengan penenaman rumput pakan ternak di strip croppingnya dan si petani
memelihara ternak sapi), maka disamping petani memperoleh kentang yang lebih
berkualitas, lahan pertanianya akan terjaga dari erosi, tingkat kesuburannya dapat
ditingkatkan melalui pemberian pupuk organik/kandang yang mudah dan murah
diperoleh, petani juga memperoleh rumputdari kebun sendiri dan juga, tambahan
pendapatan dengan menjual ternak peliharaannya.
PENUTUP
Prospek pengembangan Usahatani konservasi berbasisi tanaman kentang di dataran tinggi di Jawa Timur cukup besar.
Beberapa langkah penting adalah sosialisasi melalui diseminasi, penyuluhan, sekolah lapang, dan pendampingan yang intensif baik
dari dinas maupun pemerintah. Pembentukan kelembagaan kelompok tani sehamparan yang kuat dan berorientasi pada
kepentingan petani sampai pada kegiatan agribisnis usahatani terpadu tanaman (kentang) dan ternak yang mampu meningkatkan
pendapatan petani/kesejahteraan petani sekaligus meningkatkan pendapatan daerah dan kelestarian lingkungan,
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Propinsi Jawa Timur Dalam Angka.Sub Sektor Tanaman Pangan. Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.
Knott, J.E. and J.R. Deanon. 1967. Vegetable Production Growth in East Asia. Univ. of
Philipines. Collect of Agriculture Los Banos. Laguna.
Sahat, J. 1994. Hasil-hasil penelitian sayuran dataran tinggi. Dalam prosiding Lokakarya
Nasional Sayuran. Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bandung.
Soleh, M. dan S. Purnomo. 1990. Keragaman adaptasi varietas bawang putih di
beberapa ketinggian lokasi tanam di JawaTimur. Bull. Penel. Hort. 20 (2): 7388
Soleh. M, Z. Arifin, Gamal.P. Pudji, S. Ruly,H. dan I.G. Wirawan, 2002. Pengkajian
sistem usahatani tanaman sayuran untuk konservasi di lahan kering dataran
tinggi berlereng. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Supardi.1083. Ciri ciri anah. Institute Pertanian Bogor. IPB. Bogor.
Download