bab ii tinjauan pustaka - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Menurut Hovland, Janis dan Kelley seperti yang dikemukakan oleh
Forsdale (1981) yang merupakan ahli sosiologi Amerika, mengatakan
bahwa, “Communication is process by which an individual transmits
stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals”. 1
Dengan kata lain, komunikasi adalah proses individu mengirim
stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah
laku orang lain. Pada definisi ini mereka menganggap komunikasi
sebagai suatu proses, bukan sebagai suatu hal.
Definisi komunikasi menurut Everett M. Rogers, “Komunikasi
adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka”.2
Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D.
Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru
yang menyatakan bahwa :
1
2
Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2005. hal 2
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2011. hal 20
13
14
Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu
sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam.3
Shanon dan Waiver (1949) mengatakan bahwa :
Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
pengaruh memengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak
sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan
bahasa verbal, juga dalam ekspresi muka, lukisan seni dan
teknologi.4
Menurut Benard Berelson dan Garry A. Stainer dalam bukunya,
Human Behaviour, mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:
Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambanglambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain.
Kegiatan atau proses penyampaian biasanya dinamakan
komunikasi.5
Untuk dapat memahami hakikat suatu komunikasi, perlu diketahui
prinsip dari komunikasi tersebut. Menurut Seiler (1988), ada empat
prinsip dasar komunikasi:
1.
2.
3.
4.
Komunikasi adalah suatu proses
Komunikasi adalah sistem
Komunikasi bersifat interaksi dan transaksi
Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja6
Sementara itu, Rosady Ruslan menjelaskan proses komunikasi
yaitu :
3
Ibid
Ibid. hal 20-21
5
Rosady Ruslan. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Edisi Revisi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. 2002. hal 17
6
Arni Muhammad. Op.cit. hal 19-22
4
15
Sebagai transfer informasi atau pesan (message) dari pengirim
pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan sebagai
komunikan. Tujuan dari proses komunikasi tersebut adalah
tercapainya saling pengertian (mutual understanding) antara
kedua belah pihak. Sebelum pesan-pesan tersebut dikirim kepada
komunikan, komunikator memberikan makna-makna dalam pesan
tersebut (decode) yang kemudian ditangkap oleh komunikan dan
diberi makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode).
Melalui transfer informasi tersebut terjadi proses interpretasi,
yaitu peng-encode-an pesan ter-decode oleh komunikan dengan
berbagai perspektif yang didasari dari pengalaman yang dialami
(field of experiences). Kemudian pihak komunikan akan
memberikan reaksi atau umpan balik (feedback), baik tanggapan
bersifat positif maupun negatif kepada pihak komunikator.7
Berkaitan dengan masalah pokok penelitian ini, dalam kegiatan
sosialisasi Lupus, Yayasan Lupus Indonesia (YLI) menggunakan
komunikasi langsung atau komunikasi tatap muka, yang menggunakan
kata-kata (verbal) dan bahasa tubuh (symbol). Dimana antara
komunikator
dan
komunikan
berhadapan
langsung,
sehingga
komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan yang
diberikan komunikan dalam kegiatan sosialisasi tersebut.
2.1.2 Fungsi Komunikasi
Dalam arti luas, komunikasi tidak hanya sekedar proses kegiatan
pertukaran informasi, tetapi proses komunikasi memiliki fungsi
tertentu.
Secara
sosiologis,
fungsi
komunikasi
ialah
saling
mengakrabkan, bahkan meningkatkan integrasi sosial masing-masing
melalui peningkatan berbagai keterampilan sosial (social skill), dengan
semakin membaiknya pengertian sosial akan meningkat pula
7
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Edisi
Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007. hal 81-82
16
solidaritas masyarakat. Dalam sistem sosial, fungsi komunikasi adalah
sebagai berikut :
1. Informasi
Pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita,
data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang
dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas
terhadap kondisi internasional, lingkungan dan orang lain, serta
agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi (Pemasyarakatan)
Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif
dan menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya, sehingga ia akan
dapat aktif dalam masyarakat.
3. Motivasi
Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun
jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya,
mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan
bersama yang akan dikejar.
4. Perdebatan dan Diskusi
Menyediakan dan saling menukar fakta dan pendapat yang
diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan
bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan
umum, agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang
menyangkut kegiatan bersama ditingkat lokal dan nasional.
5. Pendidikan
Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan
serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6. Memajukan Kebudayaan
Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud
melestarikan warisan masa lalu. Perkembangan kebudayaan
dengan memperluas horizon (wawasan) seseorang dengan
membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta
kebutuhan estetikanya.
7. Hiburan
Penyebaran sinyal, simbol suara, dan citra (image) dari drama,
tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan
dan sebagainya untuk rekreasi atau kesenangan kelompok dan
individu.
17
8. Integrasi
Menyediakan bagi lingkungan kelompok dan individu kesempatan
untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar
mereka dapat saling kenal dan mengenal serta menghargai
kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain. 8
Sementara itu, Harold D. Lasswell (1948) mengatakan bahwa
komunikasi mempunyai tiga fungsi sosial, yaitu :
1. Fungsi pengawasan, menunjuk pada upaya pengumpulan,
pengolahan, produksi dan penyebarluasan informasi mengenai
peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik didalam maupun diluar
lingkungan suatu masyarakat. Upaya ini selanjutnya diarahkan
pada tujuan untuk mengendalikan apa yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Misalnya, mencegah keresahan, memelihara
ketertiban dan keamanan.
2. Fungsi korelasi, menunjuk pada upaya memberikan interpretasi
atau penafsiran informasi megenai peristiwa-peristiwa yang
terjadi. Arah dasar interpretasi informasi ini, diharapkan berbagai
kalangan atau sebagian masyarakat mempunyai pemahaman,
tindakan atau reaksi yang sama atas peristiwa-peristiwa yang
terjadi. Dengan kata lain, melalui fungsi korelasi ini komunikasi
diarahkan pada upaya pencapaian konsensus (kesepakatan).
Kegiatan yang demikian, lazim disebut sebagai kegiatan
propaganda. Misalnya pemberitaan surat kabar yang isinya
menyarankan agar warga masyarakat mau menerima dan
melaksanakan program Keluarga Berencana (KB).
3. Fungsi sosialisasi, menunjuk pada upaya pendidikan dan
pewarisan nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip dari satu
generasi ke generasi lainnya atau dari satu anggota/kelompok
masyarakat ke anggota-anggota/kelompok-kelompok masyarakat
lainnya. Misalnya pendidikan dan pewarisan mengenai
kemampuan berbahasa kepada anak-anak dan cucunya, kegiatan
pendidikan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya,
penyuluhan program Keluarga Berencana (KB) kepada warga
masyarakat. 9
8
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2005. hal 27-28
9
Sasa Djuarsa Sendjaja, dkk. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 1999. hal
44-45
18
2.1.3 Tujuan Komunikasi
Didalam suatu kegiatan, tentunya kita memiliki tujuan yang ingin
dicapai. Komunikasi merupakan suatu bentuk kegiatan interaksi
diantara sesama manusia dan dalam konteks komunikasi tentunya
memiliki tujuan yang juga ingin dicapai setiap kita melakukan
kegiatan komunikasi. Tujuan komunikasi menurut R. Wayne, Brent D.
Peterson dan M. Dallas Burrent dalam bukunya yang berjudul
Techniques For Effective Communication antara lain :
1. To secure understanding : untuk memastikan bahwa terjadi
pengertian dalam berkomunikasi.
2. To establish acceptance : bagaimana cara penerimaan itu
terus dibina dengan baik.
3. To motive action : penggiatan untuk memotivasinya.
4. The goals which the communicator sought to achieve :
Bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak
komunikator dari proses komunikasi tersebut. 10
2.2 Komunikasi Organisasi
2.2.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Chester Bernard, dalam bukunya The Fuctions of the Executive
(1938), mengamati bahwa :
Dalam tinjauan organisasi secara mendalam, komunikasi akan
menjadi pusat perhatian. Hal ini disebabkan struktur, keluasan
dan lingkup organisasi hampir seluruhnya ditentukan oleh
berbagai teknik komunikasi.11
Wiryanto mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai :
10
Rosady Ruslan. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Edisi Revisi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2008. hal 31
11
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo. 2006. hal 52
19
Pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi didalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. bila
organisasi semakin besar dan kompleks maka akan mengakibatkan
semakin kompleks pula proses komunikasinya. 12
Katz dan Khan mengatakan bahwa “Komunikasi organisasi
merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti
di dalam suatu organisasi”.13
Dilain sisi, Zelko dan Dance mengatakan bahwa “komunikasi
organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup
komunikasi internal dan komunikasi eksternal”. Kemudian, bersama
Lesikar, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi
organisasi yaitu “dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota
organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai
informasi dan perasaan diantara sesama anggota organisasi”.14
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai komunikasi diatas,
terdapat beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan, yaitu:
a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang
kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik
internal maupun eksternal.
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah
dan media.
c. Komunikasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
hubungannya dan keterampilan/skillnya.15
12
Ibid. hal 54
Arni Muhammad. Op.cit. hal 65-66
14
Ibid. hal 66
15
Ibid. hal 67
13
20
2.2.2 Pendekatan Komunikasi Organisasi
Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi
dapat digunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan makro, mikro dan
individual. Berikut penjelasannya:
1. Pendekatan Makro
Dalam pendekatan makro, organisasi dipandang sebagai suatu
struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam
berinteraksi ini organisasi melakukan aktivitas tertentu, yang
antara lain :
a. Memproses Informasi dan Lingkungan
Memproses informasi dalam hal ini maksudnya adalah
menyesuaikan apa yang terjadi pada lingkungan dengan jalan
mentransfer informasi yang relevan dengan keadaan dalam
organisasi, kemudian merumuskan suatu respons yang tepat
terhadap input informasi tersebut.
b. Identifikasi
Suatu organisasi menggunakan informasi yang telah diproses
dari lingkungan untuk mencapai beberapa macam negosiasi,
persetujuan dengan relasi-relasi yang potensial dari
langganannya. Proses penyesuaian diri dinamakan dengan
identifikasi.
c. Integrasi dengan Organisasi Lain
Tidak ada organisasi bergerak dalam keadaan terisolasi.
Setiap organisasi dipengaruhi oleh aktivitas organisasi lain
dalam lingkungannya. Organisasi harus memonitor aktivitas
ini, menentukan apa pengaruh aktivitas-aktivitas ini
kepadanya.
d. Penentuan Tujuan
Dari semua kegiatan organisasi secara makro yang
memerlukan komunikasi yang sangat penting adalah
menentukan tujuan organisasi. Untuk menentukan tujuan,
organisasi harus mengembangkan informasi kekuatan internal
dan eksternal organisasi.
2. Pendekatan Mikro
Pendekatan ini terutama memfokuskan kepada komunikasi dalam
unit dan subunit pada suatu organisasi. komunikasi yang
diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota
kelompok, komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan,
komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas
kelompok, komunikasi untuk menjaga iklim organisasi, komunikasi
dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan komunikasi
untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam organisasi.
21
3. Pendekatan Individual
Pendekatan individual berpusat kepada tingkah laku komunikasi
individual dalam organisasi. komunikasi individual ada beberapa
bentuk, diantaranya berbicara dalam kelompok kerja,
mengunjungi dan berinteraksi dalam rapat, menulis dan
mengonsep surat, memperdebatkan suatu usulan dan sebagainya.
16
2.2.3 Jenis-Jenis Organisasi
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh
beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama
dengan
perwujudan
eksistensi
sekelompok
orang
tersebut
terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi
yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena
memberikan kontribusi seperti: pengambilan sumber daya manusia
dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan
angka pengangguran.
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu
keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti
keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi
menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka,
meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam
organisasi berpartisipasi secara relatif teratur. Karena itu organisasi
terbagi menjadi 2 jenis yaitu organisasi profit dan organisasi non
profit.
16
Ibid. hal 74-81
22
2.2.3.1 Organisasi Profit
Suatu proses kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang
untuk mencapai tujuan bersama yakni untuk menghasilkan laba.
Organisasi ini menyediakan atau menghasilkan barang maupun jasa
guna untuk memperoleh hasil ataupun laba sesuai dengan keinginan
pemilik organisasi tersebut. Organisasi profit merupakan satu kesatuan
usaha (single entity) yang utuh pada organisasi-organisasi yang
berorientasi laba. Pada organisasi yang berorientasi laba, jangka waktu
kegiatan operasional suatu perusahaan akan dapat diketahui melalui
anggaran dasar yang telah dibuatnya. Selain itu, organisasi ini dapat
sewaktu-waktu dapat dibubarkan (dilikuidasi) apabila ternyata tidak
dapat lagi memperoleh keuntungan dan terus-menerus menderita
kerugian sehingga modalnya menjadi sangat berkurang.
2.2.3.2 Organisasi Non Profit
Organisasi non profit didirikan untuk mencapai tujuan yang
bersifat nonbisnis atau tidak mencari keuntungan. Organisasi non
profit dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Organisasi non profit pemerintah, yaitu organisasi yang kegiatan
operasionalnya dibiayai pemerintah atau Negara, seperti:
lembaga atau badan pemerintah, departemen/kementerian,
lembaga Negara, komisi independen dan sebagainya, serta
2. Organisasi non profit buka pemerintah, ialah organisasi yang
kegiatan operasionalnya tidak tergantung pada bantuan
pemerintah, seperti: partai politik, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), organisasi kemasyarakatan (Ormas), organisasi agama,
dan sebagainya. 17
17
Morissan. Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: PT
Kencana. 2008. hal 89
23
Organisasi non profit dikategorikan sebagai organisasi khusus
tempat masyarakat “mendelegasikan tugas-tugas publik kepada
kelompok privat”. Menurut Cutlip, Center and Broom terdapat lima
ciri unik dari organisasi non profit, antara lain:
1. Terorganisasi
Secara singkat, yaitu terdapat beberapa kelembagaan
sesungguhnya, dan berarti organisasi tersebut memiliki piagam
(perizinan), kegiatan menyelenggarakan pertemuan berkala dan
pengurus tetap, peran serta atau indikator dalam kegiatannya
relatif permanen.
2. Privat
Merupakan organisasi non profit dan kelembagaannya sebagai
agen yang tidak terkait dengan atau dibawah kontrol pemerintah
dan meskipun organisasi bersangkutan menerima bantuan dana
dari pihak pemerintah.
3. Distribusi Non Profit
Organisasi non profit yang tidak sama dengan organisasi disektor
private, tidak berupaya mencari keuntungan (profit) bagi pihak
pemilik dan jajaran direktur lembaga tersebut, yang berarti
memiliki pendapatan lebih dipergunakan untuk mencapai misi
organisasi bersangkutan. Dalam hal ini berarti organisasi non
profit tidak mencari keuntungan, maka pendistribusian keuntungan
perusahaan dilarang dilaksanakan oleh pengurus sebagai akibat
dari organisasi tersebut tidak berorientasi mencari keuntungan.
4. Mengatur Diri Sendiri
Merupakan organisasi non profit bebas dan mandiri, serta
memiliki kontrol sendiri, kemampuan merancang prosedur secara
mandiri dan bebas kontrol dari pihak luar, kemudian memiliki
dewan direksi dan memberikan peluang bagi warga untuk
berpartisipasi sesuai dengan karakter organisasi non profit yang
bebas dan independen. Bebas ikut campur dan kontrol dari pihak
pemerintah.
5. Sukarela
Secara sederhana dimana kegiatan partisipasi dari sukarelawan
dalam organisasi non profit atau perilaku program kerja yang
berkaitan dengan pengelolaan dana bantuan sosial. Hal ini
merupakan bentuk atau karakter organisasi non profit yang
24
bersifat melakukan kegiatan amal dan relawan demi kepentingan
masyarakat. 18
Seorang PR dilembaga non profit memiliki peranan atau fungsi
yang tidak jauh berbeda dengan PR dilembaga profit, hanya saja PR
non profit tidak mencari laba atau keuntungan. Persamaan PR profit
dan non profit ialah sama-sama menyerap, menampung, menganalisa,
dan menyampaikan aspirasi publik internal dan eksternal melalui
media massa atau secara langsung, lisan maupun tulisan.
Dalam kebanyakan organisasi non profit, PR bertujuan untuk :
1. Mendefinisikan atau memberi “brand” organisasi, mendapat
penerimaan misinya dan melindungi reputasinya.
2. Mengembangkan saluran komunikasi dengan pihak-pihak yang
dilayani organisasi.
3. Menciptakan dan memelihara iklim yang baik untuk
mengumpulkan dana.
4. Mendukung pengembangan dan pemeliharaan kebijakan publik
yang cocok untuk misi organisasi.
5. Memberi informasi dan motivasi organisasi utama (seperti
karyawan, sukarelawan dan komisaris) untuk mengabdikan diri
mereka dan bekerja secara produktif dalam mendukung misi,
tujuan dan sasaran organisasi. 19
2.2.3.3 Perbedaan Organisasi Profit dan Non Profit
Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba. Banyak hal
yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya
(laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya
’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada
organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha
18
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom. Effective Public Relations, Ed. Kesembilan.
Jakarta: PT Kencana. 2006. hal 502-503
19
Ibid. hal 507
25
organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya
sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah
memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan
usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba
telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian
memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi
nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris
bukanlah ’pemilik’ organisasi.
2.3 Public Relations
2.3.1 Pengertian Public Relations
Dalam aspek konseptual dan operasionalnya, Public Relations
merupakan fungsi manajemen khusus yang membantu pembentukan
pemeliharaan
garis
komunikasi
dua
arah,
saling
pengertian,
penerimaaan dan kerja sama antara organisasi dan publiknya. Public
Relations juga membantu manajemen untuk selalu mendapat informasi
dan merespon, mengikuti dalam melayani dan memanfaatkan
perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal
untuk membantu mengantisipasi kecenderungan dan menggunakan
riset serta komunikasi yang masuk akal dan etis sebagai saranan
utamanya.
Menurut Frank Jefkins :
Public Relations (PR) adalah sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun
keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam
26
rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada
saling pengertian. Menurutnya, Public Relations pada intinya
senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman
melalui pengetahuan dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut
diharapkan akan muncul suatu dampak yakni perubahan yang
positif.20
Majelis Humas Dunia (World Assembly of Public Relations)
mendefinisikan Public Relations sebagai berikut:
Public Relations is the art and social science of analyzing tends,
predicting their consequences, counseling organization leaders
and implementing planned programs of action which serve both
the organization’s and the public interest.
Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa,
Public Relations adalah suatu seni dan ilmu sosial dalam
menganalisis kecenderungan, memperkirakan akibat-akibat,
memberikan saran kepada pimpinan perusahaan serta
melaksanakan program tindakan terencana yang melayani baik
kepentingan organisasi dan khalayaknya.21
Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen, yang
memiliki pengertian adalah untuk mencapai target tertentu, yang
sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci,
mencari
fakta,
merencanakan,
mengkomunikasikan,
hingga
mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya.
Definisi Public Relations menurut The British Institute of Public
Relations, yaitu “praktik Public Relations atau PR adalah upaya yang
mantap, terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan
20
Morissan. Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: PT
Kencana. 2010. hal 8
21
Ibid
27
dan membina pengertian bersama antara organisasi dengan
khalayaknya”.22
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom, dalam bukunya,
Effective Public Relations menjelaskan bahwa :
Public Relations (PR) adalah fungsi manajemen yang membangun
dan mempertahankan hubugan yang baik dan bermanfaat antara
organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan organisasi tersebut.23
2.3.2 Fungsi dan Peranan Public Relations
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Hubungan
Masyarakat Suatu Studi Komunikologis (1992) mengemukakan fungsi
dari Public Relations adalah sebagai berikut:
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan
organisasi.
2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik
internal dan publik eksternal.
3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan
informasi dan organisasi kepada publiknya dan menyalurkan
opini publik kepada organisasi.
4. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi
kepentingan umum.
5. Operasionalisasi dan organisasi Public Relations adalah
bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi
dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya rintangan
psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi
maupun dari pihak publiknya.24
Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan mengenai peran utama
Public Relations yang pada intinya adalah sebagai berikut:
22
Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2006. hal 134
23
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom. Effective Public Relations, Edisi Kesembilan.
Jakarta:PT Kencana. 2006. hal 6
24
Rosady Ruslan. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Edisi Revisi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. 2002. hal 9-10
28
a. Sebagai communicator, atau penghubung antara organisasi
atau lembaga yang diwakili dengan publiknya.
b. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan
yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak
publiknya.
c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung
dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan.
d. Membentuk corporate image, artinya peranan public relations
berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau
lembaganya.25
Dalam buku Manajemen Public Relations & Media Komunikasi
Konsepsi dan Aplikasi, Rosady Ruslan menjabarkan bahwa :
Public Relations sesungguhnya sebagai alat manajemen modern
secara struktural merupakan bagian integral dari suatu
kelembagaan atau organisasi. Artinya PR bukanlah merupakan
fungsi terpisah dari fungsi kelembagaan atau organisasi tersebut,
alias bersifat melekat pada manajemen perusahaan. PR dapat
menyelenggarakan komunikasi dua arah timbal balik antara
organisasi/lembaga yang diwakilinya dengan publiknya. Peranan
ini turut menentukan sukses atau tidaknya misi, visi dan tujuan
bersama dari organisasi/lembaga tersebut. 26
Peranan Public Relations merupakan salah satu kunci untuk
memahami fungsi Public Relations. menurut Dozier & Broom,
peranan Public Relations dapat dibagi kedalam empat kategori, antara
lain:
1. Penasihat Ahli (Expert Prescriber)
Seorang praktisi Public Relations yang berpengalaman dan
memiliki kemampuan tinggi, sehingga dapat mencarikan solusi
dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya.
2. Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator)
Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau
mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk
mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya.
Dipihak lain, ia juga dituntut mampu menjelaskan kembali
keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak
25
26
Ibid. hal 10
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Edisi
Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007. hal 24
29
publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut
dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai,
mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.
3. Pemecah Masalah (Problem Solving)
Peranan praktisi PR dalam proses pemecahan persoalan ini
merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan
untuk membantu pimpinan organisasi, baik secara penasihat
(adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam
mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara
rasional dan profesional.
4. Teknisi Komunikasi (Communication Technician)
Peranan communication technician ini menjadikan praktisi PR
sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan
teknis komunikasi atau dikenal dengan method of communication
in organization. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung
dari masing-masing bagian atau tingkatan, yaitu secara teknis
komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang
dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan
berbeda dari bawahan ketingkat atasan. 27
Disatu pihak seorang PR dapat bertindak sebagai perantara
(mediator). Sedangkan dilain pihak, mempunyai tanggung jawab sosial
dan dalam menjalankan peranannya harus berlandaskan kejujuran,
etika dan moral yang tinggi sebagai penyandang profesional Public
Relations.
Dalam hal peran ganda yang bersifat dilematik tersebut, Public
Relations
berperan
sebagai
komunikator,
mediator,
persuator,
organisator dan konsultan sering terjadi ditengah masyarakat dalam era
globalisasi penuh kompetitif sekarang ini. Dalam berbagai situasi dan
konsisi yang penuh tantangan, pihak PR akan menghadapi beban tugas
yang cukup berat.
27
Ibid. hal 20-21
30
Setelah melihat berbagai penjabaran mengenai definisi, fungsi dan
peranan Public Relations diatas, jika dikaitkan dengan program
“Pendakian Perempuan Peduli Lupus”, khususnya sosialisasi yang
dilakukan di Gunung Gede – Pangrango, Jawa Barat yang
dilaksanakan oleh Yayasan Lupus Indonesia, peneliti menyimpulkan
bahwa fungsi Public Relations sebuah yayasan kesehatan ialah
mengelola informasi yang sebenarnya untuk disampaikan kepada
masyarakat luas, agar menimbulkan kepercayaaan, pemahaman dan
mencapai target sasaran. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
program-progam terencana dan berkesinambungan, salah satunya ialah
program sosialisasi, yang dalam hal ini ialah sosialisasi kesehatan.
2.4 Strategi Public Relations
2.4.1 Pengertian Strategi Public Relations
Stephen Robbins (1990), mendefinisikan strategi sebagai: “the
determination of the basic long-term goals and objectives of an
enterprise, and the adoption of course of action and the allocation of
resources necessary for carrying out this goals”.28 Maksud dari
pengertian tersebut ialah bahwa strategi merupakan penentuan tujuan
jangka panjang perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta
mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
28
Morissan. Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: PT
Kencana. 2010. hal 152
31
Sebagai seorang Public Relations, penggunaan strategi sangatlah
dibutuhkan untuk mecapai tujuan perusahaan atau organisasi. Lebih
jauh, Ahmad S. Adnanputra, Presiden Institut Bisnis dan Manajemen
Jayakarta mendefinisikan “strategi Public Relations adalah alternatif
optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan Public
Relations dalam kerangka suatu rencana Public Relations (Public
Relations Plan)”.29
Anne Gregory dalam bukunya yang berjudul Perencanaan dan
Manajemen Kampanye Public Relations menjelaskan bahwa “Strategi
adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide
utama, dan pemikiran dibalik program taktis.” Lebih jauh ia
menambahkan bahwa “strategi ditentukan oleh masalah yang muncul
dari analisis Anda terhadap informasi yang tersedia, strategi
merupakan fondasi program taktis.”30
Strategi suatu organisasi (yang menentukan arah jangka-panjang
serta
lingkup
kerja)
ditentukan
melalui
proses
analisis
dan
pengambilan keputusan yang mendalam. Banyak pihak yang terlibat
dalam proses ini, baik yang berasal dari dalam organisasi tersebut
maupun yang berasal dari luar organisasi. Setelah strategi ditetapkan,
strategi ini perlu untuk dikomunikasikan sehingga mendapat dukungan
serta dapat diimplementasikan dengan baik. PR memiliki peran dalam
29
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Edisi
Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007 hal 134
30
Anne Gregory. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, Edisi Kedua.
Jakarta: PT Erlangga. 2004. hal 98-99
32
proses ini, baik dalam proses pengembangan strategi maupun dalam
mengkomunikasikannya.
Public Relations memiliki fungsi untuk menciptakan iklim yang
kondusif dalam mengembangkan tanggung jawab serta partisipasi
antara organisasi dengan publiknya untuk mewujudkan tujuan
bersama. Fungsi tersebut dapat diwujudkan melalui strategi Public
Relations sebagai berikut:
a. Strategi Operasional
Melalui pelaksanaan program PR yang dilakukan dengan
pendekatan kemasyarakatan, melalui mekanisme sosial budaya
dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
b. Pendekatan Persuasif dan Edukatif
Fungsi PR adalah menciptakan komunikasi dua arah (timbal balik)
dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak
publiknya yang bersifat mendidik dan memberikan penerangan.
c. Pendekatan Tanggung Jawab Sosial PR
Menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial bahwa tujuan dan
sasaran yang hendak dicapai tersebut bukan ditujukan untuk
mengambil keuntungan sepihak dari publik sasarannya, namun
untuk memperoleh keuntungan bersama.
d. Pendekatan Kerja Sama
Berupaya membina hubungan yang harmonis antara organisasi
dengan berbagai kalangan, baik hubungan kedalam maupun
hubungan keluar untuk meningkatkan kerja sama.
e. Pendekataan Koordinatif dan Integratif
PR berpartisipasi dalam menunjang program pembangunan
nasional, dan mewujudkan ketahanan nasional dibidang politik,
ekonomi, sosial budaya dan Hankamnas. 31
Berkaitan dengan penelitian ini, strategi Yayasan Lupus Indonesia
(YLI) dalam mensosialisasikan penyakit Lupus adalah dengan cara
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa itu penyakit
31
Ibid. hal 142-144
33
Lupus, apa saja gejala dari penyakit ini dan bagaimana cara
penangannya agar tidak terlambat diobati.
Media yang biasa digunakan oleh PR non profit adalah komunikasi
tatap muka (face to face). Melalui komunikasi seperti ini, Yayasan
Lupus Indonesia akan lebih mudah dalam menyampaikan informasi
kepada masyarakat, sehingga mudah diserap oleh mereka dan apabila
ada yang kurang dimengerti, dapat bertanya secara langsung.
2.4.2 Tahapan Pengembangan Strategi Public Relations
Menurut Ronald D. Smith, menerangkan terdapat empat poin
utama dalam tahapan pengembangan strategi Public Relations. Poin
tersebut adalah formative research, strategy, tactics, dan evolution
research. Dari setiap poin ini memiliki langkahnya masing-masing.
Langkah dalam menjalankan rencana strategis PR ini kemudian
disebut dengan Nine Step of Strategic Public Relations atau sembilan
langkah dalam Public Relations. Kesembilan langkah tersebut adalah :
1. Formative Research
Tahapan pertama dalam pengembangan strategi adalah dengan
penelitian formatif. Penelitian ini berfokus pada kinerja awal
dalam membuat rencana komunikasi dimana ini membutuhkan
pencarian informasi sebanyak-banyaknya dan menganilisis situasi
yang ada. Dalam formative research ini terdapat tiga langkah.
Penelitian pada tahap awal ini akan menggambarkan informasi
yang sudah ada didalam organisasi dan pada saat bersamaan
membuat program penelitian untuk menambah informasi yang
berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan proses berikutnya.
a. Langkah pertama : Analisis Situasi
Analisis situasi ini adalah permulaan yang krusial untuk
menuju sebuah proses. Ini melibatkan keselurahan tim, mulai
34
dari perencana, klien, supervisor, key colleagues, dan para
pengambil keputusan. Pihak-pihak ini secara bersama-sama
memutuskan peluang dan hambatan apa yang akan dihadapi
di dalam suatu perencanaan humas.
b. Langkah kedua : Analisis Organisasi
Langkah ini termasuk sebuah penglihatan yang hati-hati
mengenai tiga aspek dalam organisasi, yaitu kondisi internal
(misi, kinerja, dan sumber daya), persepsi publik terhadap
organisasi, dan kondisi eksternal (competitor dan pendukung).
c. Langkah ketiga : Analisis Publik
Pada langkah ini adalah proses mengidentifikasi dan
menganalisa publik kunci yaitu berbagai kelompok yang
berinteraksi dengan organisasi pada saat terjadi isu. Langkah
ini juga termasuk menganalisis setiap publik yang
berdasarkan apa yang menjadi keinginan, kebutuhan dan
ekspetasi mereka terhadap sebuah isu. Kemudian juga
menganalisis publik berdasarkan hubungan mereka dengan
organisasi, kecenderungan komunikasi mereka melalui media,
dan keragaman sosial, ekonomi, politik budaya dan
kecenderungan teknologi yang dapat mempengaruhi mereka.
2. Strategy
Poin kedua dalam proses perencanaan adalah strategi. Poin ini
merupakan inti dari sebuah perencanaan, yaitu membuat keputusan
dengan memprediksi dampak atau efek yang akan muncul.
d. Langkah keempat : Menentukan sasaran dan tujuan.
Pada langkah ini berfokus pada tujuan akhir yang ingin
dicapai dari sebuah produk atau jasa sebuah organisasi. Pada
langkah ini menentukan tujuan yang jelas, spesifik, dan dapat
diukur yang mengidentifikasikan harapan organisasi untuk
menghasilkan sebuah awareness, acceptance, dan action dari
publik kunci. Banyak perhatian yang diberikan kepada suatu
tujuan dengan menentukan penerimaan pesan, karena ini
merupakan area yang sangat krusial bagi humas dan strategi
komunikasi pemasaran.
e. Langkah kelima : Memformulasikan strategi kegiatan dan
respon
Pada langkah ini organisasi menyiapkan berbagai strategi dan
mempertimbangkan apa yang akan dilakukan pada situasi
yang berbeda.
f. Langkah keenam : Penggunaan komunikasi yang efektif
Pada langkah ini menentukan penentuan pesan yang beragam,
seperti siapa yang akan menyampaikan pesan kepada publik
kunci, konten pesan itu sendiri, nada dan intonasinya,
35
penggunaan bahasa verbal dan non verbal, dan hubungan
dengan isu.
3. Tactics
Pada poin ini organisasi menentukan berbagai sarana komunikasi
yang akan digunakan dan menentukan element nyata pada rencana
komunikasi.
g. Langkah ketujuh : Memilih taktik komunikasi
Pada langkah ini menentukan berbagai pilihan komunikasi.
Secara khusus, perencana memikirkan empat kategori utama,
yaitu komunikasi tatap muka dan kesempatan pada pendekatan
personal, media organisasi atau terkadang disebut dengan
controlled media, media atau uncontrolled media, dan
periklanan atau media promosi (bentuk lain dari controlled
media). Semua sarana ini dapat digunakan organisasi, namun
tidak setiap tools cocok digunakan disetiap isu. Perencana
harus menentukan berbagai taktik.menjadi sebuah kesatuan
program komunikasi.
h. Langkah kedelapan : Mengimplementasikan Rencana Strategis
Pada langkah ini, menentukan anggaran dan jadwal kegiatan.
Selain itu, di tahap ini juga menyiapkan berbagai persiapan
untuk mengimplementasikan program komunikasi. Pada
langkah ini, seluruh “bahan mentah” dari bahan sebelumnya
diubah menjadi bentuk nyata untuk sebuah program humas
yang baik.
4. Evolutions Research
Poin terakhir adalah melakukan evaluasi. Pada poin ini melakukan
evaluasi dan penilaian serta melihat sejauh mana tujuan dapat
tercapai. Pada poin ini organisasi juga dapat menentukan sebuah
rencana strategis perlu dimodifikasi atau dapat dilanjutkan pada
masa mendatang.
i. Langkah kesembilan : Mengevaluasi Rencana Strategis
Pada langkah terakhir ini, mengindikasikan metode untuk
pengukran efektifitas dari setiap taktik komunikasi dengan
melakukan suatu pertemuan untuk membahas seberapa jauh
tujuan organisasi dapat tercapai.32
32
Ronald D.Smith. Strategic Planning for Public Relations. London: Lawrence Erlbaum
Associates. 2002.
36
2.5 Program Public Relations
2.5.1 Proses Perencanaan Program Public Relations
Scoot M. Cutlip & Allen H. Center dan Glen M. Broom
menyatakan bahwa proses perencanaan program kerja melalui empat
tahapan atau langkah-langkah pokok yang menjadi landasan acuan
untuk pelaksanaan program kerja kehumasan, antara lain :
1. Penelitian dan Mendengarkan (Research – Listening)
Dalam tahap ini, penelitian yang dilakukan berkaitan dengan
opini, sikap dan reaksi dari mereka yang berkepentingan dengan
aksi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan suatu organisasi. setelah itu
baru dilakukan pengevaluasian fakta-fakta dan informasi yang
masuk untuk menetukan keputusan berikutnya. Pada tahap ini
akan ditetapkan suatu fakta dan informasi yang berkaitan
langsung dengan kepentinga organisasi, yaitu “Whats’s our
problem?” (Apa yang menjadi masalah kita?).
2. Perencanaan dan Mengambil Keputusan (Planning – Decision)
Dalam tahap ini, sikap, opini, ide-ide dan reaksi yang berkaitan
dengan kebijaksanaan serta penetapan program kerja organisasi
yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan-keinginan pihak
yang berkepentingan mulai diberikan: “Here what we can do?”
(Apa yang dapat kita kerjakan?).
3. Mengkomunikasikan dan Pelaksanaan (Communication – Action)
Dalam tahap ini informasi yang berkenaan dengan langkahlangkah yang akan dilakukan dijelaskan, sehingga mampu
menimbulkan kesan-kesan efektif yang dapat mempengaruhi pihakpihak yang dianggap penting dan berpotensi untuk memberikan
dukungan seperlunbya: “Here’s what we did and why?” (Apa
yang telah kita lakukan dan mengapa begitu?).
4. Mengevaluasi (Evaluation)
Pada tahapan ini, pihak PR mengadakan penilaian terhadap hasilhasil program kerja atau aktivitas PR yang telah dilakukan.
Termasuk megevaluasi keefektifan dari teknik-teknik manajemen
dan komunikasi yang diperlukan: “How did we do?” (Bagaimana
yang telah kita lakukan?). 33
33
Rosady Ruslan. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007. hal 148-149
37
Proses kerja PR merupakan satu kesatuan perencanaan yang secara
sirkuler terus-menerus berlangsung. Untuk lebih jelasnya, berikut
langkah-langkah kegiatan PR yang antara lain:
a. Menganalisis perilaku umum dan hubungan organisasi terhadap
lingkungan.
b. Menentukan dan memahami secara benar perilaku tiap-tiap
kelompok terhadap organisasi.
c. Menganalisis tingkat opini publik, baik yang intern maupun yang
ekstern.
d. Mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan, masalah-masalah
yang potensial, kebutuhan-kebutuhan dan kesempatan-kesempatan.
e. Menentukan formulasi dan merumuskan kebijakan-kebijakan.
f. Merencanakan alat atau cara yang sesuai untuk meningkatkan
atau mengubah perilaku kelompok masyarakat sasaran.
g. Menjalankan dan melaksanakan aktivitas-aktivitas sesuai dengan
program yang telah direncanakan.
h. Menerima umpan balik untuk dievaluasi, kemudian mengadakan
penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan. 34
2.5.2 Perencanaan Program Public Relations
Secara umum pengertian dari perencanaan program kerja Public
Relations yaitu terdiri dari semua bentuk kegiatan perencanaan
komunikasi, baik kegiatan kedalam maupun keluar antara organisasi
dan publiknya yang tujuannya untuk mencapai saling pengertian.
Menurut Cutlip, Center & Broom (2000), perencanaan program PR
harus didasarkan kepada analisis lingkungan situasi dan kondisi
sebagai berikut:
1. A searching look backward, yaitu penelusuran masa lampau atau
sejarah organisasi untuk menetapkan faktor-faktor yang
memegang peranan penting dalam situasi yang sedang terjadi.
34
Ibid. hal 151-152
38
2. A deep look inside, yaitu penelaahan terhadap fakta-fakta dan
pendapat yang dipetimbangkan, dipandang dari sudut tujuan
organisasi dan kemampuan internal organisasi.
3. A wide look around, yaitu melihat kecenderungan-kecenderungan
yang ada pada berbagai aspek disekeliling kita, serta situasi dan
kondisi saat ini untuk rencana mendatang.
4. A long, long looks ahead, (jauh memandang kedepan); tujuan dan
pelaksanaan program organisasi ditentukan berdasarkan misi
organisasi yang cukup realistic dan kemudahan dalam mencapai
tujuan.kesesuaian perencanaan dan program Public Relations,
serta prospek organisasi dimasa mendatang. 35
2.6 Sosialisasi
2.6.1 Pengertian Sosialisasi
Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu
Pengantar, “sosialisasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan agar
pihak dididik atau diajak, kemudian memenuhi kaidah-kaidah dan nilainilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat”.36 Keterkaitan dalam hal
ini adalah komunikasi bertindak untuk menjaga, merubah sikap dan
kebiasaan
khalayaknya
agar
tetap
sesuai
dengan
apa
yang
disosialisasikan.
Tujuan pokok adanya sosialisasi tersebut bukanlah semata-mata
agar kaidah-kaidah dan nilai-nilai diketahui serta dimengerti. Tujuan
akhirnya ialah agar manusia bersikap dan bertindak sesuai dengan
kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku serta agar yang bersangkutan
menghargainya.
35
36
Ibid. hal 157-158
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2009. hal.
385
39
Menurut Kimball Young yang dikutip oleh Ary H. Gunawan,
“sosialisasi adalah hubungan interaktif yang dengannya seseorang
mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural, yang menjadikan
seseorang sebagai anggota masyarakat.”
Peter Berger (1978) mencatat adanya perbedaan penting antar
manusia dengan makhluk lain, yaitu :
Berbeda dengan makhluk lain yang seluruh perilakunya
dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal hidupnya,
maka disaat lahir manusia merupakan makhluk tak berdaya
karena dilengkapi dengan naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh
sebab itu, manusia kemudian mengembangkan kebudayaan untuk
mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri. Lalu muncullah
kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dimasyarakat. Seluruh
kebiasaan yang dimiliki tersebut harus dipelajari oleh setiap
anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses yang
dinamakan sosialisasi (socialization). 37
Menurut Paul B. Horton Chester L. Hunt, “sosialisasi adalah suatu
proses dimana seseorang menghayati norma-norma kelompok dimana
dia hidup, sehingga timbul diri/self yang unik”.38
Berger (1978) mengatakan :
Socialization is the process by which a child to learn to be
participant member of society”. Menurut definisi Berger tersebut
sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses melalui mana seorang
anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat. Menurutnya melalui sosialisasi, sesungguhnya
masyarakat “dimasukkan” kedalam diri manusia. 39
Sosialisasi mengajari kita secara terus menerus sepanjang
kehidupan kita didalam masyarakat. Tanggung jawab sosialisasi
37
Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiologi, Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. 2004. hal 21
38
Sutaryo. Sosialisasi Komunikasi. Yogyakarta: PT Arti Bumi Intaran. 2005. hal 156
39
Ibid. hal 156
40
biasanya diletakkan pada tangan orang-orang atau lembaga tertentu,
tergantung pada daerah normatif yang terlibat.
Pada dasarnya sosialisasi dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1. Tatap Muka
Sosialisasi
melalui
pertemuan
langsung
dilakukan
dengan
menggunakan pertemuan-pertemuan formal yang sengaja dilakukan
dalam rangka pelaksanaan kegiatan, maupun secara internal
menggunakan pertemuan-pertemuan yang telah ada sebelumnya.
2. Media Massa
Yang termasuk kelompok media massa adalah media cetak (surat
kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi). Besarnya
pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan
yang disampaikan.
2.6.2 Proses - Proses Sosialisasi
Sosialisasi dikehidupan masyarakat sangat diperlukan karena untuk
memberikan pemahaman dan pengertian kepada seluruh masyarakat
tentang keberadaan suatu lembaga, visi dan misi, tujuan yang ingin
dicapai dan bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Agar pemahaman dan pengertian yang diinginkan sampai ke
masyarakat atau tepat pada sasaran, harus melewati proses – proses
untuk mencapainya, berikut beberapa proses yang harus dilakukan
menurut Kotler, antara lain:
41
1. Mengidentifikasi sasaran khalayak (audience)
Tahap ini sangat memengaruhi keputusan komunikator dalam
proses komunikasi, menentukan pesan, metode, waktu serta
salurannya.
2. Menentukan tujuan kegiatan sosialisasi
Komunikasi menggunakan pengaruh kognitif, afektif dan behavior
yang menggambarkan respon khalayak dalam menentukan tujuan
yang ingin dicapai dari kegiatan komunikasi seperti mengubah cara
pandang, perilaku atau sikap khalayak terhadap jasa lembaga.
3. Merancang pesan
Pesan yang dirancang harus dapat memberikan pengaruh dari
AIDA (attention, interest, desire, action).
4. Memilih saluran komunikasi
Terdapat 2 saluran komunikasi, yakni:
a. Komunikasi personal (pribadi)
Komunikasi ini melibatkan dua orang atau lebih untuk
melakukan komunikasi secara langsaung, seperti tatap muka,
pembicaraan langsung dan lainnya.
b. Komunikasi non personal
Komunikasi jenis ini menggunakan media, seperti media cetak,
elektronik, dukungan yang mendorong pembelian serta
kegiatan yang biasanya untuk mengkomunikasikan pesan
tertentu kepada sasaran khalayaknya.
42
Sosialisasi merupakan suatu proses yang diikuti secara aktif oleh
dua pihak, pihak pertama adalah pihak yang mensosialisasi (yang
melaksanakan sosialisasi), sedangkan aktivitas pihak yang disosialisasi
disebut aktivitas internalisasi. Aktivitas melakukan sosialisasi dikerjakan
oleh person-person tertentu, yang sadar atau tidak, dalam hal ini bekerja
mewakili masyarakat. Mereka dibedakan menjadi 2, antara lain:
1. Person-person yang mempunyai wibawa dan kekuasaan atas individuindividu yang disosialisasi.
2. Person-person yang mempunyai kedudukan sederajat (atau kurang
lebih sederajat) dengan individu-individu yang telah disosialisasi.40
2.6.3 Strategi Sosialisasi
Dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi diperlukan strategi yang
tepat untuk mencapai tujuan sosialisasi. Pengertian dari strategi
sosialisasi itu sendiri menurut Onong Uchjana Effendy, “strategi
sosialisasi adalah keseluruhan keputusan kondisional yang akan
dijalankan guna mencapai tujuan sosialisasi.”
Dalam mencapai tujuan sosialisasi yang dijalankan oleh organisasi,
oleh karenanya diperlukan langkah – langkah strategis untuk
mencapainya. Berikut langkah-langkah strategi sosialisasinya:
1. Strategi Komunikasi
Umumnya bersifat langsung menuju sasaran, mengungkap fakta,
digunakan bila audience menghendaki pengungkapan secara
langsung, yang digunakan dalam menginformasikan seperti pada
40
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: PT
Kencana. 2005. hal 77
43
peluncuran produk baru, kampanye consumer awerness, dan
program-program apa saja yang mendapat respon yang baik dari
audience.
2. Strategi Argumentasi
Strategi argumentasi Public Relations, pesan ini disampaikan pada
umumnya bersifat persuasif dan diarahkan kepada audience yang
tertarik dengan harapan serta dapat menerima dan mencerna
informasi dengan wajar dan baik.
3. Strategi Citra
Strategi citra Public Relations ini dipakai untuk mengembangkan
dan sekaligus memelihara identitas yang kuat dan mudah diingat
(terhadap benda, uang, merek atau organisasi). tujuannya adalah
mengaitkan persepsi masyarakat ke dalam suatu konsep atau simbol
tunggal yang mewakili subjek pesan dari seberapa baik atau buruk
citra lembaga dimata khalayak.
4. Strategi Emosional
Strategi ini umumnya dimaksudkan untuk membujuk. Apakah
lembaga dalam mensosialisasikan program dapat menggugah
perasaan seseorang. Cara yang dipilih adalah dalam memilih kata
atau struktur kalimat yang sifatnya menggugah perasaan.
5. Strategi Menghibur
Strategi ini bukan hanya memberikan informasi atau mendidik tetapi
juga menghibur masyarakat.
Download