BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma menurut Bogdan dan Biklen adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir penelitian. Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Kuhn dalam “the structure of scientific revolutions” mendefinisikan paradigma ilmiah sebagai contoh yang diterima tentang praktek ilmiah sebenarnya, contoh-contoh termasuk hukum, teori, aplikasi dan instrumentasi secara bersama-sama yang menyediakan model darinya muncul tradisi koheren dari penelitian ilmiah. Penelitian yang pelaksaannya didasarkan pada paradigma bersama berkomitmen untuk menggunakan aturan dan standar praktek ilmiah yang sama. 29 Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Deddy N. Hidayat dalam penjelasan ontologi paradigma kontruktivis, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. 30 Istilah Konstruksi sosial realitas (social construction of reality), menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul “The Social Construction of Relity a Treasure in the Sociological of Knowledge” (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus – menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. 31 29 J. Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remadja Rosdakarya, Bandung, 2013. Hal. 49 30 Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta:Kencana. Hal, 187 31 Ibid. Hal. 189 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 29 Penggunaan paradigma konstruktivis dalam penelitian pada skripsi ini dirasa lebih pas oleh penulis. “Aliran konstruktivisme menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang melakukannya”.32 Karena itu, realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang sebagaimana yang biasa dilakukan dikalangan positivis atau post-positivis. “Dalam paradigma ini, hubungan antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi antara keduanya”. 33 Atas dasar pengertian itulah maka penulis menggunakan paradigma konstruktivis. 3.2 Tipe Penelitian Berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini, yakni “Interpretasi khalayak dalam pemanfaatan media sosial Instagram di Online Shop”, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan secara cermat dan sistematis fakta, gejala, opini atau pendapat, sikap yang menggambarkan suatu kejadian. Penelitian ini berusaha menemukan berbagai faktor yang memengaruhi suatu keadaan atau objek yang di dalamnya terdapat upaya deskripsi, pencatatan dan analisis. Dan tipe ini hanya terbatas pada bahasan untuk menggambarkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa objektif, sistematis dan cermat sebagaimana seadanya yang sebenarnya terhadap objek tertentu, sehingga bersifat analisa dalam mengungkapkan fakta mengenai keadaan yang sebenarnya menjadi objek penelitian. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat. 34 Hal ini dilakukan agar analisis mengenai Interpretasi khalayak dalam pemanfaatan media sosial Instagram di Online Shop dapat digambarkan secara terperinci dan lebih jelas. 32 J. Moleong, Lexy, Op. Cit., hal 69 Ibid., Hal. 71 34 Rosady Ruslan.2006. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:PT Graha Grafindo Persada. hal.12 33 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 30 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Analisis Resepsi. Analisis Resepsi adalah studi yang berfokus pada bagaimana individuindividu memaknai pesan-pesan yang disampaikan media. Analisis resepsi memiliki sejumlah kesamaan dengan penelitian uses and gratification namun lebih menekankan pada pendekatan etnografi pada saat observasi atau in-depth interview. Teori analisis resepsi adalah teori yang mementingkan tanggapan pembaca terhadap sebuah karya, misal tanggapan umum yang mungkin berubah-ubah yang bersifat penafsiran dan penilaian terhadap karya yang terbit dalam jangka waktu tertentu tersebut. Menurut Fiske, pemanfaatan teori analisis resepsi sebagai pendukung dalam kajian terhadap khalayak sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak. 35 3.4 Subyek Penelitian Subjek dalam penelitian ini dengan mewawancarai langsung narasumber dan membuat Focus Group Discussion (FGD) yang berasal dari khalayak pengguna media sosial Instagram dengan rentang usia 17 – 46 tahun, yaitu: 1. Futri Apriliyani Abas, pengguna media sosia Instagram yang berusia 17 tahun yang merupakan seorang pelajar siswi SMA. 2. Ayu Dita Handayani, pengguna media sosial Instagram yang berprofesi sebagai karyawati swasta dan mahasiswi berusia 20 tahun 3. Septi Nurminah, pengguna media sosial Instagram yang berprofesi sebagai karyawati swasta dan mahasiswi berusia 23 tahun 35 Fiske, John. 2008. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 31 4. Yeni Grifite Dame Florencia, pengguna Instagram yang berprofesi sebagai karyawati swasta berusia 24 tahun 5. Roy Afnando, pengguna media sosial Instagram yang berprofesi sebagai mahasiswa dan karyawan yang berusia 27 tahun 6. Riris Simanjuntak, pengguna media sosial Instagram yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang berusia 46 tahun 3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan menurut sumber data adalah sebagai berikut: 3.5.1 Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi kelompok terarah atau FGD (Focus Group Discussion). FGD adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. Focus Group Discussion atau FGD adalah media bagi sekelompok orang untuk mendiskusikan satu topik tertentu secara lebih mendalam. 36 Biasanya Diskusi Kelompok Terarah ini mencakup 6 – 9 orang peserta (ada yang mengatakan 9 – 12 orang peserta) yang tertarik pada satu topik atau program tertentu. Di dalamnya terdapat seorang moderator yang akan memandu peserta untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan sesuai dengan topik yang dibicarakan. Dalam penelitian ini, melibatkan satu kelompok yang terdiri dari 7 orang partisipan. Kepada kelompok tersebut, peneliti mengajukan pertanyaan yang menggali persepsi, pendapat atau opini, keyakinan, dan sikap para partisipan terhadap suatu hal. 36 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Thesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, Jakarta:Kencana, 2011, hal: 141 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 32 Tabel 3.1 Tabel Informan FGD Nama Usia Profesi Futri Apriliani Abas 17 Tahun Pelajar Ayu Dita Handayani 20 Tahun Mahasiswi dan Karyawati Septi Nurminah 23 Tahun Mahasiswi dan Karyawati Yeni G. D. Florensia 24 Tahun Karyawati Roy Afnando 27 Tahun Mahasiswa dan Karyawan Riris Simanjutak 46 Tahun Ibu Rumah Tangga 3.5.2 Data Sekunder Data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh melalui pengumpulan informasi dari berbagai bentuk catatan baik buku, karya tulis ilmiah dan bentuk data-data pustaka yang memungkinkan peneliti mendapatkan informasi tambahan untuk melengkapi penelitian ini 3.6 Teknis Analisa Data Setelah diperoleh data kemudian akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari narasumber, kemudian dianalisa untuk mendapatkan jawaban yang lengkap atas tujuan penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Data-data dan informasi hasil diskusi dari FGD dikumpulkan, kemudian disusun untuk dideskripsikan secara kuantitatif. b. Data-data yang telah terkumpul semua, kemudian dianalisa sesuai dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan, yakni untuk mengetahui pemaknaan khalayak pada pemanfaatan media sosial Instagram untuk online shop. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 33 Dalam penelitian kuantatif instrumen penelitian berkaitan dengan sejauh mana suatu instrumen mampu mengukur apa yang hendak diukur dan memiliki konsistensi apabila mengukur gejala yang sama pada waktu dan tempat yang berbeda. Di samping itu, alat ukur yang memenuhi validitas-reliabilitas tersebut juga harus digunakan dengan benar oleh peneliti sehingga diperoleh data yang benar. Instrumen penelitian yang valid dan reliabel apabila salah dalam pengumpulan data juga tidak menghasilkan kualitas data yang benar, apalagi validitas - reliabilitas tidak terpengaruhi dan kualitas pengumpulan data juga tidak benar, maka tidak mungkin ada temuan penelitian - jawaban permasalahan yang benar pula. Sedangkan dalam penelitian kualitatif instrumen penelitian tersebut adalah peneliti sendiri, sehingga validitas reliabilitas peneliti seperti penguasaan teori, pemahaman objek yang diteliti, penguasaan metode penelitian kualitatif, kepekaan, perhatian, kesiapan-kesiapan lain dalam penelitian di lapangan. Maka penelitian ini, keabsahan data dilakukan dengan standar dependabilitas dan konsistensi peneliti dalam proses pengumpulan data, interpretasi dan analisis data. http://digilib.mercubuana.ac.id/z