19 BAB II LANDASAN TEORI II. A. HARGA DIRI II. A. 1. Definisi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II. A. HARGA DIRI
II. A. 1. Definisi Harga Diri
Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki segala keunikan
dan tidak lepas dari proses pembahasan ruang psikologi. Diri manusia
secara umum sering dibicarakan dalam kehidupan, dan adanya pernyataan
yang diungkapkan oleh Tesser (2001): bahwa diri manusia merupakan topik
yang sering dibahas, khususnya dalam disiplin ilmu psikologi. Diri atau self
juga dijabarkan dengan berbagai istilah dan salah satu topiknya yang cukup
populer adalah harga diri. William James (1890) yang memberikan definisi
pertama tentang harga diri, menyatakan bahwa harga diri merupakan suatu
konstruk unidimensi yang berkaitan dengan perasaan yang dirasakan
seorang individu. Sementara Cooley (1902) mengatakan harga diri
bergantung kepada persepsi yang diberikan significant others terhadap diri
seseorang. Mead (1934) juga menekankan pentingnya pendapat orang lain
dalam memberikan penilaian diri yang didapatkan dengan adanya interaksi
sosial.
Berbagai ungkapan dan pernyataan telah dibahas mengenai harga
diri selama lebih dari puluhan tahun. Di masa sekarang harga diri juga
masih tetap menjadi topik bahasan dalam penelitian psikologi. Menurut
Mruk (1995) Rosenberg mendefinisikan harga diri menjadi tiga bagian,
19
Universitas Sumatera Utara
pertama harga diri termasuk kedalam komponen afektif dan kognitif, kedua
harga diri merupakan komponen yang mampu dievaluasi, dan ketiga harga
diri bukan hanya persoalan pribadi ataupun psikologis tetapi juga interaksi
sosial.
Definisi yang diberikan oleh Shavelson, Stanton dan Hubner (1976)
juga mengatakan harga diri merupakan suatu multidimensi yang membahas
bagaimana seorang individu memahami dan mengevaluasi dirinya dari
pengalaman yang diperolehnya dan lingkungan mereka menetap. Harga diri
dijabarkan dengan berbagai bentuk dari defenisi yang kompleks hingga
akhirnya berujung pada pernyataan Hogg (2002) yakni:
“Self esteem is feeling about and evaluation of oneself“.
Harga diri adalah perasaan dan evaluasi terhadap diri seseorang.
Pernyataan ini juga diiringi dari Weiten dan Llyod (2006) yang
mengemukakan bahwa harga diri adalah:
“ Self esteem refers to one’s overall assessment of one worth as a
person“
Dengan pengartian harga diri merupakan suatu perasaan keberhargaan
seseorang sebagai individu.
Telah banyak defenisi dari harga diri yang dituliskan, maka dari itu
peneliti menyimpulkan bahwa harga diri adalah suatu komponen afeksi
yang dapat dievaluasi dari pendapat yang diberikan orang lain dengan
adanya interaksi sosial, yang bertujuan untuk mendapatkan penilaian
terhadap diri sendiri.
20
Universitas Sumatera Utara
II. A. 2. Multidimensi Harga Diri
Tokoh yang pertama sekali mengungkapkan model multidimensi
dari harga diri adalah Shavelson, Stanton dan Hubner pada tahun 1976.
Harga diri tersusun dari dimensi-dimensi spesifik yang merefleksikan diri
beserta peran dan pengalamannya. Berbagai dimensi ini berkumpul menjadi
suatu struktur yang menggambarkan harga diri secara umum.
Multidimensi dari harga diri secara garis besar, terbagi ke dalam dua
divisi akademik dan non-akademik yang terbagi dengan empat bagian yaitu:
dimensi akademik, fisik, emosi dan sosial. Secara spesifik dimensi
akademik menggambarkan bagaimana perjalanan edukasi yang berkaitan
dengan pengetahuan secara logika/matematika dan bahasa dan mata
pelajaran lain yang dijalani seorang individu. Sedangkan dimensi fisik
berkaitan dengan anggapan individu mengenai penampilan dan kemampuan
fisiknya. Kemudian dimensi emosi melibatkan perasaan yang dirasakan oleh
individu yang secara negatif akan berhubungan dengan kecemasan dan
depresi. Dimensi terakhir yaitu sosial menjabarkan tentang hubungan
individu dengan kedua orang tua dan keluarga, kemudian bagaimana
hubungan dengan teman sebaya dan lingkungan sekitarnya.
II. A. 3. Struktur Multidimensi Harga Diri
Pernyataan dari Shavelson dkk (1976) memberikan suatu gambaran
struktur, yang memiliki potensi untuk menjelaskan dan memprediksikan
bagaimana tingkah laku seseorang. Keempat bagian dimensi ini
21
Universitas Sumatera Utara
digambarkan oleh Shavelson, Stanton dan Hubner (1976) ke dalam suatu
struktur berbentuk piramid. Struktur multidimensi ini memiliki tujuh
penjelasan yang antara lain:
1. Harga diri suatu bentuk yang teroganisir dan terstruktur. Dalam
pengertian
individu
akan
menggelompokkan
pengalaman-
pengalaman yang dialami, kemudian akan menggaitkan antara satu
dan lainnya.
2. Harga diri merupakan suatu konstruk dengan multifase. Fase-fase
dari harga diri direpresentasikan dari sistem penggelompokkan
pengalaman yang diadaptasi individu atau sekelompok individu
3. Harga diri merupakan suatu hirarki. Hirarki ini terstruktur dari
dimensi yang paling spesifik hingga ke dimensi yang paling umum,
dan pada puncaknya menggambarkan harga diri secara keseluruhan.
Harga diri ini terbagi ke dalam dua divisi yaitu akademik dan nonakademik. Kemudian non-akademik terbagi lagi ke dalam dimensi
fisik, emosi dan sosial. Keempat dimensi dari dua divisi harga diri
ini dapat terbagi ke dalam area-area yang lebih spesifik.
4. Karakteristik dari harga diri secara keseluruhan dapat dilihat sebagai
bentuk yang stabil. Jika terjadi suatu penonjolan pada salah satu
dimensi maka harga diri berubah menjadi sesuatu yang spesifik dan
akhirnya harga diri menjadi kurang stabil.
22
Universitas Sumatera Utara
5. Konstruk harga diri bersifat berkembang. Harga diri seorang
individu akan berubah sesuai dengan pertambahan umurnya.
6. Harga diri dapat dievaluasi. Maka dari itu struktur multidimensi ini
memiliki kedua aspek yang berupa deskriptif dan evalutif. Seorang
individu tidak hanya menggambarkan siapa dirinya tetapi juga
melakukan penilaian terhadap dirinya.
7. Dimensi-dimensi harga diri berbeda antar satu dan lainnya. Seperti
kemampuan belajar berkolerasi tinggi dengan dimensi akademik,
bukan berhubungan dengan sosial atau fisik.
Harga diri yang bermodel struktur ini saling berkaitan. Jika salah
satu dari multidimensi ini tidak dilibatkan, maka gambaran harga diri secara
keseluruhan akan sulit untuk diungkapkan. Struktur multidimensi harga diri
ini tergambar sebagai berikut:
Bagan. 1. Struktur Multidimensi Harga Diri
Harga Diri
Akademik
Emosi
Fisik
Penampilan
fisik
Ekspresi emosi
Matematika
Berat badan
Kemarahan
Bahasa
Senyuman
Kebahagiaan
Psikologi
Gaya rambut
Cinta
Disiplin ilmu
23
Sosial
Relationship
Teman sebaya
Significant others
Universitas Sumatera Utara
II. B. Body Piercing
II. B. 1. Definisi Body Piercing
Hewitt dan Armstrong mendefinisikan body piercing sebagai
penciptaan suatu lubang yang dapat dilewati ornamen atau perhiasan yang
akan dikenakan. Pernyataan dari Suyasa dan Djoenaina (2005) body
piercing adalah kegiatan melubangi bagian-bagian tubuh dan pemakain
aksesories pada bagian-bagian tersebut. Meltzer (2005) mengungkapkan
dalam melakukan body piercing, telinga adalah bagian tubuh yang lazim
untuk ditindik. Tetapi bagian tubuh seperti lidah, bibir, hidung, alis mata,
pusat bahkan bagian genital merupakan area-area khusus untuk ditindik.
Kesimpulan dari defenisi body piercing adalah suatu bentuk dari seni
modifikasi tubuh dengan cara menindik area-area khusus pada bagianbagian tubuh tertentu yang bertujuan untuk memakai perhiasan pada lubang
yang telah diciptakan.
II. B. 3. Jenis Body Piercing
II. B. 2. Alasan Memakai Body Piercing
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Deschenes dkk (2006)
didapatkan bahwa banyak anak remaja menggunakan body piercing dengan
alasan sebagai tanda estetika, dan juga sebagai ekspresi diri untuk merasa
unik dan spesial, dan sebagai konfirmasi dari identitas personal mereka.
Pernyataan diatas juga didukung oleh hasil penelitian dari Armstrong dkk
24
Universitas Sumatera Utara
(2004), yang menemukan bahwa tujuan para mahasiswa di salah satu
universitas di Quebec menggunakan body piercing adalah untuk
menunjukkan kunikan dan menjadi diri sendiri. Seperti yang dituturkan oleh
Jane Lansdowne seorang ibu dari empat anaknya (dalam Martell, 2007).
“This is how express myself. I’m not an artist. I don’t do paint or
anything like that. So I express my creativity with my body” (Martell,
2007)
Di Indonesia, alasan para kawula muda menggunakan piercing tidak
berbeda jauh dengan hasil penelitian diatas, yaitu menggunakan tindik tubuh
dengan alasan mengikuti tren, mengekpresikan diri bahkan telah menjadi
gaya hidup. Seperti pengungkapan dari Taufik Hidayat yang menindik
kupingnya saat mengikuti salah satu turnamen di Hong Kong (Hanoman,
2000). Ia mengaku melakukan tindik telinga tersebut dengan alasan karena
ajakan teman, bukan maksud untuk tampil lebih gaya atau gaul. Rio (26)
seorang pekerja kafe di Jakarta mengungkapkan selain dianggap bisa
mendongkrak penampilan, tindik juga menjadi sarana ekspresi diri.
Sedangkan pengakuan Elda, seorang remaja putri yang baru lulus SMU juga
mengaku memakai tindik karena mengikuti tren. Dapat disimpulkan dari
berbagai pernyataan di atas banyak anak muda memakai tindik tubuh
dengan alasan mengikuti tren, sebagai bentuk estetika tubuh juga sarana
ekspresi diri. Armstrong (2005) mengatakan beberapa pemakai body
piercing termotivasi untuk menciptakan suatu citra diri yang spesifik.
25
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian body piercing merupakan suatu penciptaan citra diri yang
juga spesifik (Weiten dan Llyod, 2006). Peningkatan tren body piercing
yang menjadikan tubuh sebagai proyek merupakan penanda adanya
peningkatan koneksi antara identitas diri dengan tubuh (Giddens, 1991).
Deaux (1993) menyatakan bahwa karakteristik tubuh berpengaruh kepada
harga diri seseorang. Goldenberg (dalam Baron dan Byrne, 2004) juga
mengatakan tubuh merupakan sumber manifestasi harga diri seseorang.
Maka dapat diberi kesimpulan dilihat dari beberapa pernyataan
diatas bahwa alasan pemakaian piercing pada tubuh karena dapat
mempengaruhi harga diri individu yang menggenakannya.
26
Universitas Sumatera Utara
Download