5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Wudani Tanaman wudani (Quisqualis indica L.) termasuk ke dalam Familia Combretaceae. Tanaman ini memiliki nama yang berbeda-beda seperti Dani, Udani, Wudani, Bidani (Sunda); Kacekluk, kaceklik, Ceguk, Cekluk, Wedani (Jawa); Rabet dani (Madura); Kunyi-rhabet, Rhabet besi, Sarandengan (Kangean); Tikao (Bugis) (Derni, 2004). Tanaman Wudani merupakan tumbuhan perdu merambat dengan panjang batang dapat mencapai 5 meter. Batang tumbuhan Wudani berkayu dan bercabang-cabang. Cabang tumbuhan wudani yang masih muda berwarna hijau dan berduri. Tanaman Rangoon Creeper (Quisqualis indica) atau Drunken Soilor adalah tanaman merambat yang dapat tumbuh ditaman sebagai tanaman hias yang sangat digemari oleh penggemar tanaman hias di manca Negara. Tanaman Ini menggunakan pagar atau teralis sebagai tempat merambat, dapat dipangkas untuk dibentuk sehingga nampak indah. Tanaman Rangoon creeper cocok tumbuh di daerah tropis Asia, Indo-Malayan, dan Afrika dengan bunga dan daun yang rimbun menjadi pemandangan yang menyenangkan. Bunga yang masih muda berwarna putih, kemudian berwarna merah muda dan akhirnya berwarna merah tua (Derni, 2014). Daun tunggal dan berbentuk bulat telur. Perbungaan bentuk bulir, terdapat di ketiak daun dan di ujung cabang. Kelopak bunga berwarna hijau kekuningan. Putik berwarna putih sampai merah tua. Buah dari tumbuhan wudani tergolong buah batu, biji kecil, pipih berwarna hitam. Tumbuhan ini memilik akar tunggang. Bagian dari tanaman yang digunakan untuk obat adalah bagian biji dan daun. Tanaman ini dilaporkan memiliki khasiat sebagai tonika dan anthelmintik (Kurdi, 2010). 5 6 2.2 Klasifikasi Tanaman Wudani Klasifikasi Tanaman wudani : Kingdom Phylum Class Subclass Superorder Order Family Genus Species : : : : : : : : : Plantae Charophyta Equisetopsida Magnoliidae Rosanae Myrtales Combretaceae Quisqualis Quisqualis indica Linn Gambar 2. Tanaman Wudani Sumber :Rangoon Creeper plants (Quisqualis indica= wudani) Secara tradisional tanaman ceguk (wudani/quisqualis indica Iinn) mempunyai khasiat menyembuhkan penyakit cacing kremi, cacing gelang, cacing tambang, sakit kepala, sakit telinga, gangguan jamur pada kulit, perut kembung, mencret dan penyakit ginjal. Pada manusia biji ceguk telah digunakan untuk mengobati cacingan, dengan cara biji ceguk digoreng lalu dimakan dengan dikunyah setengah jam sebelum makan. Untuk mengobati cacing kremi dosisnya 3-15 biji/hari untuk anak anak tiga kali pemberian selama 15 hari. Untuk orang dewasa dosisnya 15 – 30 biji/hari tiga kali makan selama 15 hari. Untuk mengobati cacing Ascaris dosisnya 3-5 biji dengan digerus langsung dimakan sebelum makan. Sedangkan untuk cacing tambang biji ceguk yang telah bersih digerus halus, kemudian diseduh dengan air hanyat setengah cangkir lalu ditambah madu satu sendok lalu diminum sebelum tidur. Sebagai obat cacing ekstrak daun wudani mengandung bahan aktif. Dilaporkan bahwa ekstrak daun 7 ceguk mempunyai efek antibakteria terhadap Salmonella typhirus in vitro (Noorhamdani, et.al.,2013). Suma A, et.al.,(2013) melaporkan bahwa pemberian ekstrak daun wudani konsentrasi 10% dosis 5 ml per hari selama 3 hari mampu menghilangkan infeksi Cacing Ascaris suum pada babi yang terinfeksi ringan, sedang, dan berat, serta efektif juga untuk cacing Trikuris Sp., namun belum diketahui cara kerjanya apakah ovisidal, larvasidal dan atau vermisidal. 2.3 Uji Fitokimia Kimia tumbuhan atau fitokimia adalah cabang kimia organik yang berada di antara kimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan erat dengan keduanya. Bidang perhatian dari fitokimia adalah keanekaragaman senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimia, biosintesis, perubahan serta metabolismenya, penyebaran secara ilmiah, dan fungsi biologis (Rafi, 2003). Analisis fitokimia atau uji fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui keberadaan senyawa kimia spesifik seperti alkaloid, senyawa fenol (termasuk flavonoid), steroid, saponin, dan terpenoid tanpa menghasilkan penapisan biologis. Uji ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi jenis senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan. Senyawa-senyawa ini merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Analisis ini merupakan tahapan awal dalam isolasi senyawa bahan alam sehingga menjadi panduan bersama-sama dengan uji aktivitas biologis senyawa tersebut. Salah satu tujuan pengelompokan senyawa-senyawa aktif ini adalah untuk mengetahui hubungan biosintesis dan famili tumbuhan. Informasi ini sangat berguna bagi ahli sintesis kimia organik untuk memprediksi atau mengubah substituen senyawa aktif tersebut sehingga dapat lebih berkhasiat. Tanaman yang diuji fitokimianya adalah dapat berupa tanaman segar, kering yang berupa rajangan, serbuk, ekstrak atau dalam bentuk sediaan (Rafi, 2003). Uji fitokimia dilakukan berdasarkan pada reaksi yang menghasilkan warna atau endapan. Selama bertahun-tahun uji warna sederhana dan reaksi tetes dikembangkan untuk menunjukkan adanya senyawa tertentu atau golongan tertentu karena sudah terbukti khas dan peka. Uji fitokimia masih sering 8 digunakan dalam pencirian senyawa karena mudah dan tidak memerlukan peralatan yang rumit akan tetapi kadang kala tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan (Rafi, 2003). 2.4 Senyawa Fitokimia Beberapa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, glikolipid, polisakarida, peptidoglikan, karbohidrat, asam amino, dan saponin didapatkan dari sumber tanaman yang telah diteliti menunjukkan aktivitas hipoglikemik (Prabhakar dan Doble, 2008). Selain itu juga masih terdapat berbagai fitokimia sebagai zat aktif yang banyak dimanfaatkan sebagai pengobatan penyakit. 2.4.1 Alkaloid Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuhtumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik (Prabhakar dan Doble, 2008). Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada juga yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin, dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek fisiologis serta psikologis. Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Secara alamiah alkaloid merupakan amin yang memberikan efek farmakologis pada hewan. Resveratrol merupakan suatu fitoaleksin, suatu kelas senyawa antibiotik yang dihasilkan sebagai bagian dari sistem pertahanan tanaman dalam menghadapi suatu penyakit. Ini meningkatkan aktif glukosa pada tikus yang menderita diabetes tipe 1 dimediasi oleh nitric oxide. Beberine (XI) diketahui memiliki potensi aktivitas hipoglikemi dan ia ditemukan pada Tinospora cordifolia. Alkaloid seperti catharantine (XII), vindoline (XIII), dan vindolinine (XIV), diisolasi dari catharantus roseus belum dilaporkan menunjukkan aktivitas menurunkan kadar gula darah.Kebanyakan alkaloida 9 berupa padatan kristal dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Dapat juga berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan koniin berupa cairan, dan tidak berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalkaloida dan protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quaterner sangat larut dalam air. Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Jika gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan bersifat sedikit asam. Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloida selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi. (Prabhakar dan Doble, 2008). 2.4.2 Flavonoid Flavonoid (bioflavonoid) dari bahasa Latin yang berarti flavus kuning, warna mereka di alam adalah kelas tanaman metabolit sekunder. Flavonoid disebut sebagai Vitamin P (mungkin karena efek mereka pada permeabilitas kapiler pembuluh darah ) dari pertengahan 1930-an ke awal 50-an, namun istilah sejak telah jatuh dari penggunaan. Menurut nomenklatur IUPAC, mereka dapat diklasifikasikan menjadi : 1. flavonoid atau bioflavonoid. 2. isoflavonoid, berasal dari 3 - phenylchromen - 4 - 1( 3 - fenil - 1 ,4 benzopyrone ) struktur. 3. neoflavonoids , berasal dari 4 - phenylcoumarine ( 4 - fenil - 1 ,2 benzopyrone ) struktur . 10 2.4.3 Tanin Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol mempunyai rasa sepat. Secara kimia tanin dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi atau tanin katekin dan tanin terhidrolisis (Robinson, 1995). Tanin terkondensasi terdapat dalam paku-pakuan, gimnospermae dan angiospermae, terutama pada jenis tumbuh-tumbuhan berkayu. Tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harborne, 1984). Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua (dikotil). Monomer tanin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tanin terdiri dari campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung dengan karbohidrat rendah. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tanin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi (Linggawati, 2002). Senyawa-senyawa tannin tersebar luas di banyak spesies tanaman, di mana mereka memainkan peran dalam perlindungan dari predasi, dan mungkin juga sebagai pestisida, dan dalam regulasi pertumbuhan tanaman. Demikian juga, kerusakan atau modifikasi tanin dengan waktu memegang peranan penting dalam pematangan buah dan penuaan anggur. Tanin memiliki berat molekul berkisar antara 500 sampai lebih dari 3.000 (ester asam gallic) dan sampai 20.000 (proanthocyanidins). (Linggawati, 2002). 2.4.4 Saponin Saponin merupakan glikosida dari steroid, steroid alkaloid, atau steroid dengan suatu fungsi nitrogen maupun triterpinoid ditemukan pada tanaman. Charantin, suatu saponin steroid diisolasi dari Momordicha charantia dilaporkan menimbulkan suatu aktivitas seperti insulin, dengan meningkatkan pelepasan insulin dan memperlambat proses glukogenesis. ß sitosterol, suatu steroid yang ditemukan pada azadirachta indica, andrographolide, suatu diterpenoid lactone, diisolasi dari andrographis paniculata dan asam gymnemic saponin diisolasi dari 11 Gymnema sylvestere dapat menimbulkan aktivitas hipoglikemik potensial pada hewan (Prabhakar dan Doble, 2008). 2.4.5 Triterpenoid/ steroid Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen. Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik yang relatif kompleks, kebanyakan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, dapat dibagi atas 4 kelompok senyawa yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung. Uji kualitatif yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard (asam asetat anhidrida-H2SO4 pekat). Kebanyakan triterpena dan steroida memberikan warna hijau biru (Tarziah, 2013). Dahulu steroida dianggap sebagai senyawa yang hanya terdapat pada hewan tetapi sekarang ini makin banyak senyawa steroida yang ditemukan dalam tumbuhan (fitosterol). Fitosterol merupakan senyawa steroida yang berasal dari tumbuhan. Senyawa fitosterol yang biasa terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasterol dan kampesterol (Harborne, 1987).