BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian mengenai relevansi nilai muncul karena adanya kebutuhan para investor untuk mengetahui nilai suatu perusahaan. Nilai suatu perusahaan merupakan total nilai kepemilikan atau harga saham dari perusahaan tersebut. Terdapat banyak informasi yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan, misalnya: tawaran akuisisi dari perusahaan saingan, pergantian manajemen perusahaan, tingkat inflasi, maupun perilisan produk terbaru perusahaan. Meskipun demikian, laporan keuangan tetaplah penting bagi para investor dalam penilaian perusahaan. Hal ini karena laporan keuangan memuat informasi yang dapat diandalkan mengenai kejadiankejadian atau transaksi bisnis perusahaan selama satu periode. Francis dan Schipper (1999) menjelaskan bahwa relevansi nilai laporan keuangan dapat diukur dari kemampuan laporan keuangan tersebut dalam menangkap atau merangkum berbagai informasi akuntansi yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Laba merupakan informasi dalam laporan keuangan yang paling sering dipakai oleh para investor dalam penilaian perusahaan. Laba perusahaan yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata para investor. Ketika informasi laba dapat dipakai sebagai pengukur dalam menangkap atau merangkum seluruh peristiwa ekonomi yang berpengaruh terhadap harga saham atau nilai perusahaan, maka laba tersebut dipandang memiliki relevansi nilai. Relevansi nilai informasi laporan keuangan sangat penting jika dilihat dari sisi akuntansi. Semakin tinggi relevansi nilai dari infomasi laporan keuangan maka semakin besar kontribusi 1 laporan keuangan dalam menjelaskan nilai perusahaan. Laporan keuangan yang memiliki relevansi nilai dapat membantu para investor di pasar modal dalam pengambilan keputusan investasinya. Relevansi nilai laba menjelaskan bagaimana seluruh informasi yang membentuk harga saham perusahaan pada suatu jangka waktu tertentu dapat dijelaskan oleh laba dalam laporan keuangan. Relevansi nilai dari laba dapat dilihat pada persentase kekuatan penjelas (R2) dari model regresi yang digunakan oleh Ota (2001) dalam mengukur relevansi nilai laba, yaitu: Rt = β0 + β1ΔXt/Pt-1 + εt. , dimana Rt adalah return saham pada waktu t, ΔXt adalah perubahan laba pada periode t, Pt-1 adalah harga pasar saham pada waktu t-1, dan ε adalah error. Semakin besar persentase R2 dari persamaan regresi antara laba dengan return saham maka akan semakin tinggi pula relevansi nilainya. R2 juga dapat diartikan sebagai besarnya persentase kemampuan laba dalam menjelaskan varians dari return saham. Penelitian Collins, et al. (1997) menemukan bahwa relevansi nilai laba mengalami penurunan dari waktu ke waktu akibat dari meningkatnya pelaporan laba negatif dan meningkatnya proporsi pos-pos laba tidak berulang dari waktu ke waktu. Selain itu, Collins, et al. (1997) serta Lev dan Zarowin (1999) menemukan bahwa faktor intangible investment juga turut berperan dalam penurunan relevansi nilai. Hal ini dikarenakan intangible investment seperti biaya riset dan pengembangan, biaya pengembangan sumber daya manusia sebenarnya memiliki potensi untuk memberikan nilai manfaat di masa depan, namun dicatat sebagai biaya di dalam akuntansi. Untuk itu Collins, et al. (1997) merekomendasikan untuk memasukkan nilai buku ekuitas ke dalam perhitungan relevansi nilai laba. Pentingnya nilai buku ini juga dikemukakan oleh Burgstahler dan Dichev (1997). Burgstahler dan Dichev (1997) berpendapat bahwa peran nilai 2 buku ekuitas dalam perhitungan relevansi nilai tidak dapat diabaikan karena nilai buku ekuitas juga merupakan faktor yang relevan dalam menjelaskan nilai perusahaan. Nilai buku ekuitas yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai bersih sumber daya perusahaan atau net asset perusahaan. Nilai bersih sumber daya perusahaan/aset bersih (net asset) perusahaan didapat dari selisih antara total aset dengan total liabilitas perusahaan. Nilai buku ekuitas akan memberikan manfaat karena digunakan untuk menghasilkan laba dari hasil aktivitas operasi perusahaan dimasa depan. Hal ini sesuai dengan konsep goingconcern menurut Suwardjono (2008:222), yaitu jika tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti di masa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi, maka akuntansi menganggap bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Menurut Collins, et al. (1999), investor atau pemegang saham dapat menggunakan nilai buku ekuitas di dalam penilaian perusahaan sebagai proksi bahwa perusahaan akan dapat bertahan dan menghasilkan laba positif yang diharapkan dari hasil operasi normalnya di masa yang akan datang. Penelitian mengenai relevansi nilai laba dan nilai buku juga dilakukan oleh peneliti di Indonesia. Naimah (2008) melakukan penelitian yang ini bertujuan untuk menguji relevansi nilai laba akuntansi dan nilai buku ekuitas. Pengujian dilakukan berdasarkan model regresi dengan variabel independen yang terdiri dari laba akuntansi dan nilai buku ekuitas serta faktor-faktor seperti risiko perusahaan dan struktur modal perusahaan dengan variabel dependen berupa harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik laba akuntansi maupun nilai buku ekuitas mempunyai relevansi nilai dan dapat digunakan untuk menjelaskan nilai perusahaan. Almilia dan Sulistyowati (2007) juga melakukan penelitian mengenai relevansi nilai laba dan nilai buku ekuitas pada periode disekitar krisis keuangan pada perusahaan manufaktur di 3 BEJ. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba dan nilai buku memiliki relevansi nilai. Namun pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan (merugi) maka yang paling relevan untuk digunakan oleh para investor dalam penilaian perusahaan adalah informasi nilai buku ekuitas. Chandra dan Ro (2008) kemudian melakukan penelitian dengan memasukkan pendapatan dalam perhitungan relevansi nilai laba. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendapatan memiliki kemampuan inkremental dalam menambah relevansi nilai laba. Menurut Chandra dan Ro (2008), hal ini dikarenakan pendapatan memiliki persistensi yang lebih besar dibanding laba. Artinya pendapatan mengandung informasi mengenai laba masa depan yang dapat hilang ketika dijumlahkan dengan komponen-komponen transitori seperti keuntungan (gains) dan kerugian (losses). Persistensi pendapatan yang lebih besar dari laba disebabkan oleh tiga hal. Pertama, sifat pendapatan yang lebih homogen dibandingkan biaya sehingga membuat pendapatan secara umum lebih sulit untuk dimanipulasi dibanding dengan biaya. Kedua, ketika laba perusahaan rendah, manajemen akan berusaha untuk memperbaiki performanya di masa depan dengan cara meningkatkan pendapatan misalnya dengan strategi inovasi dan diferensiasi produk atau dengan strategi pemotongan biaya/penghematan. Peningkatan pendapatan melalui inovasi dan diferensiasi produk biasanya lebih memiliki nilai tambah dan sinyal positif bagi para investor dibandingkan dengan strategi pemotongan biaya karena strategi diferensiasi produk lebih sulit ditiru oleh pesaing dibanding strategi pemotongan biaya. Ketiga, pendapatan tidak memiliki batas atas artinya semakin tinggi pendapatan sebuah perusahaan maka akan semakin baik bagi perusahaan. Sedangkan strategi pemotongan biaya memiliki batasan karena dapat mempengaruhi operasi vital perusahaan. Keempat, perusahaan yang seringkali melakukan strategi pemotongan 4 biaya dapat menjadi sinyal bahwa perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan. Hal ini berbeda pada perusahaan melaporkan adanya peningkatan biaya, misalnya untuk riset dan pengembangan. Biaya yang semakin meningkat ini dapat menjadi sinyal bagi investor akan adanya potensi laba di masa depan meskipun laba periode tersebut rendah akibat biaya yang tinggi. Pendapatan juga memiliki keunggulan dibandingkan nilai buku dalam menambah relevansi nilai laba. Ini dikarenakan pendapatan dapat mengatasi kelemahan dari informasi laba dan nilai buku dalam hal penilaian intangible investment. Salah satu contoh dari intangible investment ini adalah biaya riset dan pengembangan. Biaya riset dan pengembangan sebenarnya relevan bagi investor karena memiliki potensi untuk dapat memberikan manfaat keuntungan bagi perusahaan di masa depan, meskipun dapat membuat laba dan nilai buku perusahaan sekarang menjadi lebih kecil. Dilain pihak, pendapatan tidak terpengaruh oleh intangible investment. Hal ini disebabkan pendapatan hanya mengukur pencapaian perusahaan dalam menghasilkan peningkatan asset atau pelunasan kewajiban dari hasil penjualan barang serta penyediaan jasa yang merupakan operasi utama perusahaan. Berdasarkan latar belakang, penulis ingin mengetahui kontribusi nilai buku dan pendapatan dalam menambah relevansi nilai laba. Untuk penelitian relevansi nilai di Indonesia, belum ditemukan adanya penelitian mengenai kontribusi pendapatan terhadap relevansi nilai laba. Sedangkan penelitian mengenai kontribusi pendapatan terhadap relevansi nilai laba telah dilakukan di luar negeri oleh Chandra dan Ro (2008). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini membandingkan kontribusi nilai buku dan pendapatan terhadap relevansi nilai laba. 5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka pokok-pokok masalah yang akan diteliti adalah: 1. Apakah nilai buku mempunyai kontribusi dalam menambah relevansi nilai laba? 2. Apakah pendapatan mempunyai kontribusi dalam menambah relevansi nilai laba? 3. Apakah tambahan relevansi nilai laba yang berasal dari pendapatan lebih besar dibandingkan dengan nilai buku? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kontribusi nilai buku dalam menambah relevansi nilai laba. 2. Untuk mengetahui kontribusi pendapatan dalam menambah relevansi nilai laba. 3. Untuk mengetahui tambahan relevansi nilai laba yang berasal dari pendapatan lebih besar dibandingkan dengan nilai buku. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain: • Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu akuntansi keuangan dan pasar modal, terutama mengenai kontribusi nilai buku ekuitas dan pendapatan dalam menambah relevansi nilai laba. • Memberikan gambaran bagi para investor dan calon investor tentang peran nilai buku ekuitas dan pendapatan dalam menambah relevansi nilai laba. 6