pengaruh keadilan organisasional terhadap kepuasan

advertisement
TESIS
PENGARUH KEADILAN ORGANISASIONAL
TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KOMITMEN DAN INTENSI KELUAR
DI PT INDONESIA POWER UBP BALI
SENTOT KRISTANTO
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
TESIS
PENGARUH KEADILAN ORGANISASIONAL
TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KOMITMEN DAN INTENSI KELUAR
DI PT INDONESIA POWER UBP BALI
SENTOT KRISTANTO
NIM : 1190661009
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
i
PENGARUH KEADILAN ORGANISASIONAL
TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KOMITMEN DAN INTENSI KELUAR
DI PT INDONESIA POWER UBP BALI
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Manajemen
Program Pascasarjana Universitas Udayana
SENTOT KRISTANTO
NIM : 1190661009
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
ii
Tesis Ini Telah Diuji Pada
Tanggal: 29 Juli 2013
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
No. 0905/H14.4/HK/2013, Tanggal: 29 Mei 2013
Ketua
: Prof. Dr. Ketut Rahyuda, SE, MSIE
Anggota :
1. Dr. I Gede Riana, SE, MM
2. Prof. Dr. Wayan Gede Supartha, SE., SU
3. Dr. Putu Saroyeni P., SE., MM., Ak
4. Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE., MSi
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Pengasih karena berkat dan
karuniaNya, tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah diucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada Prof. Dr. Ketut Rahyuda, SE., MSIE sebagai pembimbing utama dan
Dr. I Gede Riana, SE, MM sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan
dorongan, semangat, bimbingan, dan saran dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan yang
sama ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD selaku rektor
Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur
Program Pascasarjana, Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi, Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE, MSi selaku Ketua Program MM
atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih
disampaikan pula kepada Prof. Dr. Wayan Gede Supartha, SE., SU, Dr. Putu
Saroyeni P., SE., MM., Ak, dan Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE, MSi sebagai penguji
tesis yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis
ini dapat terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih yang tulus disertai penghargaan
kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing mulai dari sekolah dasar sampai
Perguruan Tinggi. Juga diucapkan terima kasih kepada kedua orang tua : Sumardi
(Alm) dan Titik Sukiyati yang telah mengasuh, membesarkan, memberikan dasardasar berfikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk
berkembangnya kreativitas. Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada istri
tercinta Anita Murti Hersanti, SE, serta anak-anak tersayang Kembara Imaji,
Langlang Gemintang, dan Arung Gelombang yang dengan penuh kasih sayang telah
memberikan semangat untuk menyelesaikan tesis ini. Ungkapan terima kasih
disampaikan juga kepada teman-teman Magister Manajemen angkatan XXVI yang
telah mendukung penyelesaian tesis ini. Akhirnya ucapan terima kasih ditujukan
kepada manajemen PT Indonesia Power UBP Bali yang telah menyediakan waktu
dan rekan-rekan kerja yang memberikan dorongan selama penulis mengikuti program
Magister Manajemen.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu melimpahkan berkat dan
karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian
tesis ini.
Denpasar, Agustus 2013
Penulis.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja dengan
komitmen dan intensi keluar dengan anteseden keadilan organisasional (distributif,
prosedural, dan interaksional) di PT Indonesia Power UBP Bali. Populasi penelitian
adalah seluruh pegawai mulai jenjang Pelaksana sampai Penyelia Atas dengan
metode sensus, sehingga anggota populasi yang berjumlah 230 orang seluruhnya
menjadi sampel penelitian. Untuk menjawab masalah penelitian dan menguji
hipotesis penelitian, digunakan teknik analisis Partial Least Square (PLS) dengan
menggunakan aplikasi SmartPLS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Keadilan distributif berpengaruh tidak
signifikan terhadap kepuasan kerja, 2) Keadilan prosedural berpengaruh terhadap
kepuasan kerja, 3) Keadilan Interaksional berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja, 4)
Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Komitmen, dan 5) Kepuasan Kerja
berpengaruh terhadap Intensi Keluar.
Implikasi manajerial dalam penelitian ini adalah PT Indonesia Power dapat
melakukan kajian lebih mendalam apabila dilakukan perubahan terkait imbalan.
Selain itu, perusahaan harus memelihara aspek-aspek dalam keadilan prosedural dan
interaksional karena keduanya berperan dalam membentuk kepuasan kerja karyawan.
Saran yang diberikan adalah PT Indonesia Power hendaknya meyakinkan
karyawan bahwa kebijakan imbalan yang diterapkan semata-mata untuk menghargai
kompetensi karyawan. Selain itu, perusahaan diharapkan secara konsisten
menerapkan mekanisme check and balances dalam mengawasi aturan dan
meningkatkan kemampuan komunikasi melalui pelatihan manajerial dan penugasan
lainnya.
Kata Kunci : Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural, Keadilan Interaksional,
Kepuasan Kerja, Intensi Keluar
vii
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between job satisfaction and
commitment and turnover intention with organizational justice as antecdents
(distributive, procedural, and interactional) in PT Indonesia Power UBP Bali. The
population were all of the employees from Officer Level to Senior Supervisor Level.
Census methods were used, with the member of population takes 230 employees as
the sample of this study. To answer the research problems and to test the hypothesis,
Partial Least Square was used in the analytical techniques and using SmartPLS
software.
The results showed that 1) distributive justice affects job satisfaction
insignificantly, 2) procedural justice affects job satisfaction, 3) interactional justice
affects job satisfaction, 4) job satisfaction affects commitment, and 5) job satisfaction
affects turnover intention.
Managerial implications of this study are, that PT Indonesia Power should do deep
examination before changing the rewards policies. Besides that, the company should
maintain the aspects of procedural and interactional because both of them has an
important role in shaping employees’ job satisfaction.
The recommendation of this study are, PT Indonesia Power should convince the
employees that the reward policy is implemented just only to recognize employee’s
competency. Besides that, the company is expected to consistently implement check
and balance mechanism in controlling the rules and policies and enhance
communication skill with managerial training and other assignments.
Key Words : Distributive Justice, Procedural Justice, Interactional Justice, Job
Satisfaction, Commitment, Turnover Intention
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .......................................................................................... i
PRASYARAT GELAR .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1. Latar Belakang ........................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................
1
1
9
10
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA .........................................................................
2.1. Kepuasan Kerja .......................................................................................
2.2. Komitmen ...............................................................................................
2.3. Intensi Keluar..........................................................................................
2.4. Keadilan Organisasional .........................................................................
12
12
14
17
20
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN ...........................................................
3.1. Kerangka Berpikir Dan Konseptual Praktis ..........................................
3.2. Hipotesis Penelitian ................................................................................
3.2.1 Pengaruh Keadilan Distributif Terhadap Kepuasan Kerja .........
3.2.2 Pengaruh Keadilan Prosedural Terhadap Kepuasan Kerja .........
3.2.3 Pengaruh Keadilan Interaksional Terhadap Kepuasan Kerja .....
3.2.4 Pengaruh Keadilan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen .........
3.2.5 Pengaruh Keadilan Kepuasan Kerja Terhadap Intensi Keluar ...
32
32
35
35
36
37
37
38
BAB IV METODE PENELITIAN ...............................................................
4.1. Rancangan Penelitian Dan Ruang Lingkup Penelitian ...........................
4.1.1 Rancangan Penelitian ..................................................................
4.1.2 Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................
39
39
39
40
ix
4.2. Variabel Penelitian..................................................................................
4.2.1 Identifikasi Variabel ...................................................................
4.2.2 Definisi Operasional Variabel ....................................................
4.3. Pengumpulan Data ..................................................................................
4.3.1 Jenis Data ....................................................................................
4.3.2 Sumber Data ...............................................................................
4.3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian .................................................
4.4. Metode Pengumpulan Data.....................................................................
4.5 Instrumen Penelitian ...............................................................................
4.6 Metode Analisis Data .............................................................................
4.6.1 Analisis Deskriptif ......................................................................
4.6.2 Teknik Analisis ...........................................................................
40
40
41
45
45
46
46
47
48
52
52
53
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................
5.1 Hasil Penelitian .......................................................................................
5.1.1 Sejarah Perusahaan .....................................................................
5.1.2 Analisis Deskriptif ......................................................................
5.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian .....................................................
5.1.4 Evaluasi Fit Model ......................................................................
5.1.5 Pengujian Hipotesis ....................................................................
5.2 Pembahasan ............................................................................................
5.2.1 Pengaruh Keadilan Distributif Terhadap Kepuasan Kerja .........
5.2.2 Pengaruh Keadilan Prosedural Terhadap Kepuasan Kerja .........
5.2.3 Pengaruh Keadilan Interaksional Terhadap Kepuasan Kerja .....
5.2.4 Pengaruh Keadilan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen .........
5.2.5 Pengaruh Keadilan Kepuasan Kerja Terhadap Intensi Keluar ...
5.2.6 Keterbatasan Penelitian...............................................................
5.3 Implikasi Penelitian ................................................................................
58
58
59
62
70
73
81
83
84
89
91
92
93
94
95
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .............................................................
6.1 Simpulan .................................................................................................
6.2 Saran ....................................................................................................
97
97
98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
No.
2.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
5.13
5.14
5.15
5.16
5.17
5.18
5.19
5.20
Tabel
Halaman
Komponen Keadilan Organisasional ..................................................
Sampel Penelitian ...............................................................................
Variabel, Indikator, Dan Item Penelitian............................................
Uji Validitas Instrumen Penelitian .....................................................
Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian .................................................
Kelompok Interval ..............................................................................
22
47
49
51
52
53
Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka Pertumbuhan,
Dan Rasio Elektrifikasi ................................................................................
59
Data Pembangkit PT Indonesia Power UBP Bali ..............................
Profil Responden ................................................................................
Tingkat Kepuasan Kerja Pegawai Berdasarkan Bidang / Unit Kerja .
61
63
64
Tingkat Kepuasan Kerja Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan .................
Tingkat Kepuasan Kerja Pegawai Berdasarkan Tahun Masuk ....................
Tingkat Komitmen Pegawai Berdasarkan Bidang / Unit Kerja ...................
Tingkat Komitmen Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan ..........................
Tingkat Komitmen Pegawai Berdasarkan Tahun Masuk .............................
Tingkat Intensi Keluar Berdasarkan Bidang / Unit Kerja ............................
Tingkat Intensi Keluar Berdasarkan Jenjang Jabatan ..................................
Tingkat Intensi Keluar Berdasarkan Tahun Masuk......................................
Deskripsi Variabel Penelitian .......................................................................
Outer Loadings (Measurement Model) ........................................................
Nilai Discriminant Validity (Cross Loading) ..............................................
Composite Reliability dan Average Variance Extracted ..............................
Latent Variable Correlations & Akar AVE ..................................................
Nilai R-Square..............................................................................................
Result For Inner Weights .............................................................................
Komponen Penghasilan................................................................................
65
65
66
67
67
68
69
69
70
74
75
76
77
78
81
87
xi
DAFTAR GAMBAR
No.
Gambar
Halaman
1.1
Grafik Indeks Engagement Pegawai ..................................................
9
3.1.
Kerangka Konseptual Penelitian ........................................................
35
5.1
Model Struktural ................................................................................
78
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Lampiran
Halaman
1.
Kuesioner ...........................................................................................
105
2.
Uji Validitas Dan Reliabilitas ............................................................
110
3.
Tabulasi Data Ordinal ........................................................................
117
4.
Analisis Crosstab ...............................................................................
123
5.
Deskripsi Variabel ..............................................................................
134
6.
PLS .....................................................................................................
142
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Keadilan menjadi suatu hal yang semakin penting pada masa sekarang ini.
Persoalan ketidakadilan menyebabkan ketidakpuasan yang apabila tidak segera
diselesaikan dapat menimbulkan perilaku menyimpang di tempat kerja. Berbagai
perilaku menyimpang seperti datang terlambat, mengabaikan perintah atasan, atau
menggunakan barang perusahaan di luar kewenangannya merupakan bentuk
penyimpangan yang dilakukan secara sadar untuk mengganggu perusahaan
(Aquino et al., 1999). Pada akhirnya ketidakadilan hanya akan menghilangkan
ikatan di antara anggota organisasi, sangat menyakitkan bagi individu, dan
berbahaya bagi perusahaan (Cropanzano et al., 2007).
Cropanzano et al. (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga alasan mengapa
karyawan peduli terhadap masalah keadilan. Pertama, manfaat jangka panjang,
karyawan lebih memilih keadilan yang konsisten daripada keputusan seseorang,
karena dengan keadilan tersebut karyawan dapat memprediksi hasil di masa yang
akan datang. Karyawan juga mau menerima imbalan yang tidak menguntungkan
sepanjang proses pembayarannya adil dan mendapat perlakuan yang bermartabat.
Kedua, pertimbangan sosial, setiap orang mengharapkan diterima dan dihargai
oleh pengusaha tidak dengan cara kasar dan tidak dieksploitasi. Ketiga,
pertimbangan etis, orang percaya bahwa keadilan merupakan cara yang secara
moral tepat dalam memperlakukan seseorang.
2
Keadilan organisasional adalah sebuah topik yang sudah menjadi bahan riset
sejak lebih dari 25 tahun lalu (Colquitt et al., 2001). Cropanzano et al. (2007)
mendefinisikan keadilan organisasional sebagai penilaian personal mengenai
standar etika dan moral dari perilaku manajerial. Dalam menilai keadilan
organisasional setidaknya terdapat tiga bidang yang harus dievaluasi, yaitu:
imbalan, proses, dan hubungan interpersonal (Cropanzano et al., 2001). Banyak
riset yang kemudian menguji keadilan organisasional dengan tiga komponen,
yaitu: distributif, prosedural, dan interaksional (Cohen-Carash dan Spector, 2001).
Greenberg (1987) menyatakan bahwa keadilan interaksional terdiri dari dua
komponen,
yaitu:
interpersonal
dan
informasional,
sehingga
dalam
perkembangannya, beberapa peneliti menyatakan bahwa keadilan organisasional
terdiri dari empat komponen (Colquitt, 2001 dan Colquitt et al., 2001).
Penilaian individu terkait alokasi imbalan mengacu pada keadilan distributif
(Leventhal, 1976), sedangkan penilaian mengenai prosedur yang digunakan untuk
menentukan alokasi tersebut mengacu pada keadilan prosedural (Cropanzano dan
Greenberg, 1997). Jenis keadilan terakhir adalah keadilan interaksional yang
mengacu pada cara manajemen (atau mereka yang mengendalikan penghargaan
dan sumber daya) berperilaku kepada penerima keadilan (Cohen-Carash dan
Spector, 2001).
Keadilan organisasional telah dibuktikan menjadi anteseden bagi sikap dan
perilaku karyawan. Sehingga konsep keadilan organisasional dan konsekuensinya
perlu dipahami oleh para pengelola sumber daya manusia. Konsep ini penting
3
bagi organisasi yang ingin mengembangkan kebijakan dan prosedur yang lebih
dilembagakan.
Salah satu sikap karyawan yang banyak menjadi bahan penelitian
dihubungkan dengan keadilan organisasional adalah kepuasan kerja. Dalam dunia
yang kompetitif, tantangan terbesar yang dihadapi oleh perusahaan adalah
bagaimana mempertahankan karyawan yang kompeten. Kepuasan kerja
diperlukan untuk menghasilkan perilaku karyawan yang fungsional di perusahaan.
Bagi perusahaan, kepuasan kerja karyawannya berarti mereka termotivasi dan
berkomitmen untuk mencapai kinerja yang tinggi.
Kepuasan kerja merupakan indikator yang penting terkait bagaimana
karyawan merasakan pekerjaan mereka dan memberi dampak terhadap perilaku
kerja lainnya, seperti: organizational citizenship, ketidakhadiran, dan intensi
keluar. Lebih jauh lagi, kepuasan kerja dapat menjadi mediator yang
menghubungkan dengan variabel-variabel kepribadian dan perilaku menyimpang
di tempat kerja. Odom et al.(1990) menyatakan bahwa kepuasan kerja pada
dasarnya adalah seberapa besar perasaan positif atau negatif yang diperlihatkan
karyawan terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja berkaitan dengan penilaian
afektif umum karyawan terkait pekerjaan.
Penelitian empirik menunjukkan bahwa keadilan organisasional berpengaruh
terhadap kepuasan kerja. Elamin dan Alomaim (2011) melakukan riset dengan
obyek para karyawan lokal dan asing di Arab Saudi dan hasilnya adalah keadilan
distibutif, prosedural, dan interaksional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja. Sejalan dengan penelitian tersebut, Bakhshi et al. (2009),
4
Memarzadeh dan Mahmoudi (2010), dan Al-Zu‟bi (2010) juga memperoleh hasil
yang sama ketika melakukan penelitian dengan variabel-variabel tersebut.
Clay-Warner et al. (2005) dengan menggunakan variabel keadilan distributif
dan prosedural melakukan riset terhadap karyawan yang pernah menjadi korban
PHK, dan hasilnya kedua jenis keadilan tersebut mempunyai hubungan positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja. Riset ini juga menyimpulkan bahwa keadilan
prosedural merupakan prediktor yang lebih kuat dibanding distributif bagi
kepuasan kerja terhadap karyawan yang pernah maupun yang tidak pernah
mengalami PHK, serta karyawan yang bertahan di perusahaan yang memiliki
kebijakan PHK.
Whisenant dan Smucker (2006) melakukan riset hubungan keadilan
organisasional dengan dimensi-dimensi kepuasan kerja, seperti pekerjaan itu
sendiri, supervisi, rekan sekerja, penghasilan, promosi, dan pekerjaan secara
umum, dengan obyek penelitian para pelatih tim olah raga wanita di Amerika
Serikat. Hasilnya, terdapat hubungan positif dan signifikan antara keadilan
distributif, prosedural, dan interpersonal dengan dua aspek kepuasan kerja
(supervisi dan promosi), dan pekerjaan secara umum. Hubungan positif dan
signifikan juga diperlihatkan antara keadilan prosedural dengan pekerjaan itu
sendiri dan penghasilan, dan antara keadilan distributif dengan pekerjaan itu
sendiri.
Seperti sudah diuraikan di atas salah satu konsekuensi dari kepuasan kerja
adalah komitmen. Perusahaan perlu memelihara komitmen dan mempertahankan
karyawan yang baik untuk mencapai stabilitas dan mengurangi biaya akibat
5
karyawan meninggalkan perusahaan. Bermacam-macam hasil diperoleh dari
komitmen, misalnya turunnya karyawan yang keluar, motivasi meningkat, dan
dukungan kepada perusahaan. Seorang karyawan yang secara afektif berkomitmen
kuat adalah yang mengidentifikasi diri dengan tujuan perusahaan dan berhasrat
untuk menjadi bagian dari perusahaan. Seorang karyawan yang memiliki
komitmen afektif kuat, berkomitmen kepada perusahaan karena mereka bukan
karena terpaksa. Komitmen organisasional diakui sebagai faktor penting dalam
memelihara hubungan karyawan dengan perusahaan.
Meyer dan Allen (1991) membedakan komitmen organisasional menjadi tiga
bentuk,
yaitu:
afektif,
normatif,
dan
berkelanjutan.
Komitmen
afektif
mencerminkan perasaan terikat, teridentifikasi dengan, dan terlibat di dalam
organisasi. Sedangkan, komitmen normatif dialami sebagai kewajiban untuk tetap
tinggal dalam organisasi, dan komitmen berkelanjutan mencerminkan biaya yang
harus ditanggung bila meninggalkan organisasi.
Signifikansi hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen telah
ditunjukkan oleh banyak peneliti. Meyer et al. (2002) dalam meta analisis yang
melibatkan 155 penelitian dan menggunakan variabel-variabel: kepuasan kerja,
keterlibatan kerja, dan komitmen, menyatakan bahwa korelasi paling kuat terjadi
antara kepuasan keseluruhan dan komitmen afektif (ρ = 0,65). Hal ini mungkin
disebabkan oleh fakta bahwa ukuran kepuasan global sering memasukkan hal-hal
yang berkaitan dengan kepuasan terhadap perusahaan atau manajemen (Meyer,
1997 dalam Meyer et al., 2002).
6
Penelitian empiris antara lain dilakukan oleh Yang (2010) menunjukkan
bahwa kepuasan kerja merupakan kontributor yang sangat kuat terhadap
komitmen afektif individual kepada perusahaan. Kim et al. (2005) menguji
hubungan antara orientasi pelayanan karyawan (fokus pada pelanggan, dukungan
organisasional, dan pelayanan dibawah tekanan) dengan kepuasan kerja,
komitmen organisasional, dan intensi keluar dan menunjukkan bahwa kepuasan
kerja secara positif berhubungan dengan komitmen organisasional dan secara
negatif berhubungan dengan intensi keluar.
Kim dan Brymer (2011) meneliti pengaruh kepemimpinan yang beretika pada
manajer tingkat menengah terhadap kepuasan kerja dan komitmen afektif, yang
selanjutnya berdampak pada perilaku (misalnya, usaha ekstra dan intensi keluar)
dan akhirnya berdampak pada kinerja organisasi. Hasilnya menunjukkan bahwa
kepuasan kerja secara positif berhubungan dengan komitmen organisasional dan
secara negatif berhubungan dengan intensi keluar.
Selain terhadap komitmen, konsekuensi dari kepuasan kerja adalah juga
terhadap keinginan karyawan untuk meninggalkan perusahaan. Hellman (1997)
dalam Coomber dan Bariball (2007) menyatakan bahwa meningkatnya
ketidakpuasan karyawan akan meningkatkan pemikiran mereka untuk mencari
kesempatan pekerjaan yang lain. Dalam meta analisis yang dilakukan di Amerika
Serikat, hubungan antara kepuasan kerja dan keinginan untuk keluar ditemukan
signifikan dan secara konsisten negatif, yang artinya apabila karyawan puas maka
keinginan mereka untuk keluar semakin kecil.
7
Riset yang dilakukan oleh Coomber dan Bariball (2007) menunjukkan bahwa
masalah stres dan kepemimpinan menyebabkan ketidakpuasan dan ketidakpuasan
mendorong intensi keluar. Maier et al. (2012) menyatakan bahwa intensi keluar
secara penuh dimediasi oleh kepuasan kerja. Seston et al. (2009) menyatakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi intensi keluar adalah kepuasan kerja.
Penelitian ini dilakukan di PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan
(UBP) Bali, sebuah perusahaan dalam lingkungan PT PLN (Persero). Seiring
dengan perubahan regulasi dalam bidang kelistrikan, PT PLN (Persero) dan anak
perusahaannya bukan lagi satu-satunya pemain dalam bidang tersebut. Khususnya
pada sektor pembangkitan, investor diberikan ruang seluas-luasnya untuk
berinvestasi dalam bidang ini. Pertumbuhan konsumsi listrik yang setiap tahun di
atas 8% dan keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah menyebabkan sektor
swasta diajak berperan serta untuk mencukupi kebutuhan tersebut. PT Indonesia
Power bersama dengan perusahaan swasta lainnya, berkompetisi untuk merebut
pasar listrik yang terus tumbuh tersebut.
Selain berperan sebagai entitas bisnis, PT Indonesia Power sebagai
kepanjangan tangan PT PLN berperan strategis dalam mengamankan pasokan
listrik. Khususnya UBP Bali, selain dari sisi pasokan karena merupakan satusatunya pembangkit yang beroperasi di pulau Bali, juga berperan sebagai
penyangga yang menstabilkan tegangan pasokan listik yang disalurkan melalui
kabel laut. Peran sumber daya manusia yang profesional, taat kepada SOP, dan
inovatif diharapkan mampu menjaga keandalan mesin-mesin pembangkit yang
pada gilirannya menunjang keamanan sistem kelistrikan secara keseluruhan.
8
Dengan mempertimbangkan keinginan UBP Bali untuk memenangkan
kompetisi di industri kelistrikan dan berhasil memainkan perannya dalam sistem
kelistrikan, maka pengelolaan di bidang sumber daya manusia juga menjadi
penting, terutama terkait dengan kepuasan kerja, komitmen, dan intensi keluar
yang dihasilkan dari keadilan yang dirasakan karyawan. Pengelolaan sumber daya
manusia dilakukan berdasarkan sistem manajemen berbasis kompetensi untuk
menghasilkan karyawan yang mampu menjamin keandalan unit pembangkit.
Untuk mendapat gambaran tentang persepsi karyawan yang sampai dengan
bulan November 2012 berjumlah 238 orang, maka PT Indonesia Power setiap
tahun mengadakan survey Human Resource Satisfaction & Engagement (HRSE).
Macey et al. (2009) mendefinisikan employee engagement sebagai kesadaran dan
kesediaan individu untuk memfokuskan seluruh energi, menunjukkan personal
inisiatif, kemauan adaptasi, berusaha keras, dan gigih untuk mencapai tujuantujuan organisasi. Pada aspek engagement ini, ditanyakan beberapa hal terkait
komitmen dan intensi keluar. Beberapa contoh pertanyaan, antara lain :
1) Saat ini saya tidak berencana untuk keluar dari Indonesia Power
2) Perusahaan mencerminkan nilai-nilai yang saya anut
3) Saya termotivasi untuk berkontribusi lebih dari apa yang diharapkan atas
pekerjaan saya
4) Saya sangat bersemangat untuk memecahkan permasalahan lama yang belum
teratasi
(Diambil dari kuesioner survey HRSE PT Indonesia Power tahun 2011)
Tren indeks engagement karyawan seperti pada grafik dibawah ini :
9
Gambar 1.1
Grafik Indeks Engagement Pegawai
0,3
0,25
0,25
0,2
0,2
0,18
0,18
2010
2011
0,15
0,1
0,05
0
2008
2009
Dari grafik di atas, terlihat bahwa tingkat engagement karyawan tidak stabil
dan cenderung turun. Hal ini menarik untuk dicermati karena dampak dari
pengelolaan SDM yang dari tahun ke tahun ditingkatkan kurang memberikan
kontribusi terhadap tingkat keterlibatan karyawan.
Berdasarkan kesenjangan tersebut, maka penulis bermaksud melakukan
kajian lebih mendalam tentang pengaruh keadilan organisasional terhadap
kepuasan kerja dan dampaknya terhadap komitmen dan intensi keluar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai
berikut :
10
1)
Bagaimana pengaruh keadilan distributif terhadap kepuasan kerja ?
2)
Bagaimana pengaruh keadilan prosedural terhadap kepuasan kerja ?
3)
Bagaimana pengaruh keadilan interaksional terhadap kepuasan kerja ?
4)
Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen ?
5)
Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap intensi keluar ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui pengaruh keadilan distributif terhadap kepuasan kerja
2) Untuk mengetahui pengaruh keadilan prosedural terhadap kepuasan kerja
3) Untuk mengetahui pengaruh interaksional terhadap kepuasan kerja
4) Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen
5) Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap intensi keluar
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan
praktis, sebagai berikut :
1) Manfaat teoritis :
a. Untuk memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya yang menguji
pengaruh keadilan organisasional terhadap kepuasan kerja dan dampaknya
terhadap komitmen dan intensi keluar.
b. Untuk memberikan bukti empirik pengaruh keadilan organisasional
terhadap kepuasan kerja dan dampaknya terhadap komitmen dan intensi
keluar
11
c. Untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan teori selanjutnya
tentang pengaruh keadilan organisasional terhadap kepuasan kerja dan
dampaknya terhadap komitmen dan intensi keluar
2) Manfaat praktis :
a. Untuk memberi gambaran kepada perusahaan tentang bagaimana keadilan
organisasional berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang berdampak
kepada komitmen dan intensi keluar
b. Untuk memberi masukan kepada perusahaan pentingnya mempromosikan
keadilan organisasional untuk meningkatkan kepuasan kerja yang
berdampak kepada komitmen dan intensi keluar
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. 1 Kepuasan kerja
McShane dan Von Glinow (2008) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
evaluasi individu tentang tugas dan konteks pekerjaannya. Kepuasan kerja terkait
dengan penilaian tentang karakteristik pekerjaan, lingkungan kerja, dan
pengalaman emosional di tempat kerja. Karyawan yang puas mempunyai
penilaian yang baik tentang pekerjaan mereka, berdasarkan pengamatan dan
pengalaman mereka. Kepuasan kerja merupakan sekumpulan sikap tentang aspekaspek yang berbeda dari tugas dan konteks pekerjaan.
Noe et al. (2011) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan senang
sebagai
akibat
persepsi
bahwa
pekerjaan
seseorang
memenuhi
atau
memungkinkan terpenuhinya nilai-nilai kerja penting bagi orang itu. Definisi ini
merefleksikan tiga aspek penting, yaitu:
1.
Kepuasan kerja merupakan fungsi nilai yang didefinisikan sebagai apa yang
ingin diperoleh seseorang baik sadar maupun tidak sadar
2.
Beragam karyawan memiliki pandangan yang juga berbeda-beda menyangkut
nilai-nilai yang dirasa penting dan sangat berpengaruh terhadap penentuan
sifat dan derajat kepuasan mereka
3.
Persepsi individu bisa saja bukan merupakan refleksi yang sepenuhnya akurat
terhadap realitas, dan beragam orang bisa memandang situasi yang sama
secara berbeda-beda
13
Bakhshi et al. (2009) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah salah satu
variabel yang paling banyak digunakan dalam riset keadilan organisasional.
Kepuasan kerja merupakan tanggapan seorang karyawan berupa sikap terhadap
organisasinya. Sebagai sebuah sikap, kepuasan kerja merupakan konseptualisasi
dari komponen evaluasi, kognitif, dan afektif. Antoncic dan Antoncic (2011)
mencatat beberapa riset terdahulu tentang sumber-sumber kepuasan kerja, yaitu :
1.
Kepuasan umum yang berhubungan dengan pekerjaan, termasuk didalamnya
kondisi kerja, jam kerja, dan reputasi perusahaan.
2.
Hubungan karyawan, terdiri dari hubungan antarkaryawan dan juga
wawancara personal tahunan dengan karyawan.
3.
Remunerasi, benefits, dan budaya organisasi, unsur-unsur ini termasuk gaji,
remunerasi dalam bentuk benefit dan pujian, promosi, pendidikan, sifat
permanen pekerjaan, dan iklim dan budaya organisasi.
4.
Loyalitas karyawan
Penelitian empiris menunjukkan bahwa keadilan organisasional merupakan
antesenden dari kepuasan karyawan. McFarlin dan Sweeney (1992) menyatakan
bahwa keadilan distributif merupakan prediktor yang lebih kuat bagi kepuasan
dibanding prosedural. Meskipun demikian, hal ini tidak mendukung teori dua
faktor (distributif dan prosedural) yang menyatakan bahwa keadilan prosedural
memprediksi system-reference outcomes dan keadilan distributif memprediksi
person-reference outcomes. Kepuasan kerja merupakan respon yang lebih umum
dan lebih global daripada kepuasan atas imbalan. Terdapat penelitian lain yang
memperlihatkan bahwa keadilan prosedural berhubungan dengan kepuasan kerja
14
(Mossholder et al., 1998). Masterson et al. (2000) memperlihatkan keadilan
prosedural merupakan prediktor yang lebih kuat bagi kepuasan kerja dibanding
interaksional, meskipun keduanya berpengaruh signifikan. Hal ini konsisten
dengan teori dua faktor dan model agent-system (para supervisor bertindak
sebagai agen yang menetapkan prosedur organisasional).
Penelitian lain yang menggunakan tiga jenis keadilan dilakukan oleh CohenCarash dan Spector (2001) yang menyatakan bahwa keadilan distributif,
prosedural, dan interaksional secara signifikan dan positif berkorelasi dengan
kepuasan. Keadilan distributif (r = 0,47) merupakan prediktor yang paling kuat
bagi kepuasan kerja dibanding prosedural (r = 0,43) dan interaksional (r = 0,41).
2. 2 Komitmen
Menurut Robbins dan Judge (2008), komitmen organisasional adalah suatu
keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuantujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi
tersebut. Jadi, keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan
tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti
memihak organisasi yang merekrut individu tersebut.
Menurut McShane dan Von Glinow (2008), komitmen organisasional
menunjuk pada perasaan terikat karyawan terkait dengan keterlibatan mereka pada
organisasi. Definisi ini secara khusus mengacu pada komitmen afektif karena
perasaan emosional yang melekat – perasaan loyal – kepada organisasi.
Bakshi et al. (2009) menyatakan bahwa komitmen organisasional telah
diidentifikasi sebagai faktor kritikal dalam memahami dan menjelaskan perilaku
15
karyawan yang berhubungan dengan pekerjaan. Porter et al. (1974) menunjukkan
tiga faktor yang saling berhubungan terkait komitmen organisasional, yaitu:
1.
Kepercayaan yang besar terhadap tujuan dan nilai organisasi
2.
Keinginan untuk mengeluarkan usaha yang besar bagi organisasi
3.
Hasrat yang kuat untuk menjaga keanggotaan dalam organisasi
Lebih lanjut, Meyer dan Allen (1991) menjelaskan bahwa terdapat tiga
dimensi terpisah komitmen organisasional, yaitu :
1.
Komitmen afektif – perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan
dalam nilai-nilainya.
2.
Komitmen berkelanjutan – nilai ekonomi yang dirasakan apabila bertahan
dalam suatu organisasi dibandingkan dengan meninggalkan organisasi
tersebut.
3.
Komitmen normatif – kewajiban untuk bertahan dalam organisasi untuk
alasan-alasan moral atau etis.
Terdapat aspek psikologi yang berbeda-beda berdasarkan ketiga jenis
komitmen tersebut. Karyawan dengan komitmen afektif kuat setia dengan
perusahaan karena mereka ingin, mereka yang kuat komitmen berkelanjutannya
setia karena mereka memerlukan, dan mereka yang kuat komitmen normatifnya
setia karena mereka merasa harus melakukan sesuatu.
Porter et al. (1974) menyatakan bahwa kepuasan kerja dan komitmen
organisasional merupakan konsep yang secara empiris berbeda. Mereka
menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap utama seseorang terhadap
pekerjaan dan cenderung dihubungkan dengan aspek-aspek lingkungan kerja,
16
sehingga lebih cepat dibangun daripada komitmen, yang adalah tanggapan efektif
kepada organisasi secara keseluruhan dan memerlukan pengukuran yang
komprehensif terkait hubungan antara karyawan dengan organisasi.
Williams and Hazer (1986) menyatakan bahwa kepuasan kerja dengan sifat
dinamis dan perubahannya yang cepat menghasilkan komitmen, tetapi mereka
mengakui bahwa teori itu belum dibangun secara pasti. Loi et al. (2006)
menunjukkan orang-orang yang dikenal dengan tingkat komitmen yang tinggi
tampaknya puas dengan pekerjaan mereka, dan hal itu akan meningkatkan kinerja
karyawan dan mengurangi tingkat ketidakhadiran dan keinginan untuk
meninggalkan organisasi. Hal itu disebabkan karena mereka cenderung melihat
diri mereka sendiri sebagai bagian dari organisasi yang sesuai dengan nilai dan
tujuan mereka. Meyer dan Allen (2002) menyatakan bahwa individu-individu
seperti itu mempunyai moral yang lebih tinggi, intensi keluar yang rendah,
kepuasan yang meningkat, dan produktivitas yang meningkat.
Namun demikian, banyak periset mengungkapkan bahwa kepuasan
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap komitmen, antara lain ditunjukkan oleh
Ho et al. (2007), Cheung dan Wu (2012), dan Yang (2012). Farrell dan Rusbult
(1981) menyatakan bahwa dampak dari kepuasan kerja adalah komitmen
organisasional.
Mereka
kemudian
menemukan
dalam
model
penelitian
longitudinal (Rusbult dan Farrell, 1983) yang secara jelas menunjukkan bahwa
komitmen disebabkan secara langsung oleh kepuasan.
Yang (2010) dalam penelitiannya terhadap 671 responden pada 11 hotel
internasional di Taiwan menyatakan bahwa salah satu konsekuensi dari kepuasan
17
kerja adalah komitmen afektif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepuasan
kerja merupakan kontributor yang sangat kuat terhadap komitmen afektif
individual kepada perusahaan.
Kim et al. (2005) menguji hubungan antara orientasi pelayanan karyawan
(fokus pada pelanggan, dukungan organisasional, dan pelayanan dibawah
tekanan) dengan kepuasan kerja, komitmen organisasional, dan intensi keluar
pada industri restoran di Korea. Hasilnya, kepuasan kerja secara positif
berhubungan dengan komitmen organisasional dan secara negatif berhubungan
dengan intensi keluar.
Kim dan Brymer (2011) meneliti pengaruh kepemimpinan yang beretika pada
manajer tingkat menengah di industri perhotelan terhadap kepuasan kerja dan
komitmen afektif, yang selanjutnya berdampak pada perilaku (misalnya, usaha
ekstra dan intensi keluar) dan akhirnya berdampak pada kinerja hotel. Survei
melalui surat dikirimkan kepada 30 hotel di Amerika Serikat, melibatkan lebih
dari 8 hotel nasional dan internasional, dan 324 manajer menengah. Hasilnya
menunjukkan kepuasan kerja secara positif berhubungan dengan komitmen
organisasional dan secara negatif berhubungan dengan intensi keluar.
2. 3 Intensi keluar
Perilaku dan intensi perilaku seperti halnya ketidakhadiran, keluar, dan
penolakan sering dikelompokkan menjadi penarikan diri. Tett dan Meyer (1993)
menyatakan bahwa intensi keluar adalah kesadaran dan keinginan yang disengaja
untuk meninggalkan organisasi. Hal itu dapat digambarkan sebagai tanggapan
yang bersifat psikologis terhadap kondisi khusus organisasi yang bergerak
18
sepanjang kontinum dari sekedar membayangkan untuk keluar dari organisasi
sampai secara fisik benar-benar meninggalkan organisasi.
Intensi keluar, ketidakhadiran, absentisme, dan actual turnover telah
dilengkapi dengan teori substansial dan pertimbangan empiris. Perilaku
disfungsional ini secara negatif berdampak kepada kinerja organisasi. Lebih jauh
lagi, biaya potensial akibat karyawan yang keluar diketahui tinggi, dan termasuk
kehilangan pengetahuan dalam organisasi, pelatihan yang diperlukan untuk
karyawan baru, kehilangan hubungan dengan pelanggan, dan akhirnya kualitas
pelayanan dan kepuasan pelanggan menjadi rendah.
Hom dan Griffeth (1991) mendefinisikan intensi keluar sebagai kemungkinan
yang diperkirakan sendiri oleh karyawan bahwa dia memiliki kesadaran dan
sengaja ingin untuk secara permanen meninggalkan organisasi suatu saat. Jaros
(1997) menyatakan bahwa intensi keluar dipandang sebagai komitmen afektif
karyawan kepada organisasi. Karyawan yang tidak berkomitmen dan tidak terikat
dengan pekerjaan mereka lebih suka untuk meninggalkan organisasi. Hal ini
merupakan faktor penting untuk menentukan kualitas kontribusi individu, dan
terutama produktivitasnya.
Mobley (1977) menyatakan bahwa terdapat proses psikologis yang terlibat
dalam penarikan diri. Secara khusus, Mobley menjabarkan teori bahwa
ketidakpuasan membangkitkan pikiran untuk keluar dari organisasi. Pikiranpikiran ini, selanjutnya, mendorong individu untuk mencari pekerjaan dan mulai
mempertimbangkan biaya akibat meninggalkan organisasi. Terkecuali biaya
tersebut besar, harapan untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik menyebabkan
19
individu mulai mencari pekerjaan baru. Proses berikutnya dalam upaya pencarian
ini adalah mengevaluasi dan membandingkan alternatif-alternatif yang tersedia.
Hom dan Griffeth (1984) menguji validitas teori Mobley dan membuktikan
bahwa ketidakpuasan membangkitan pikiran individu untuk meninggalkan
organisasi. Hom dan Griffeth (1991) mengulangi lagi pembuktian teori tersebut
dengan menggunakan data cross-sectional dan longitudinal dan menemukan
bahwa ketidakpuasan kerja dapat menstimulasi kecenderungan perilaku umum
untuk menarik diri, yang selanjutnya dapat menggerakkan intensi penarikan diri
yang lebih spesifik.
Farrell dan Rusbult (1981) melakukan dua buah studi yang didesain untuk
mengeksplorasi kemampuan model investasi dalam memprediksi kepuasan kerja,
komitmen, dan intensi keluar. Studi pertama dilakukan pada sebuah laboratorium
yang dibuat seperti suasana kerja, dan studi kedua merupakan survei crosssectional kepada para pekerja industri. Hasil kedua studi tersebut konsisten.
Kepuasan kerja diprediksi oleh imbalan dan nilai biaya dari pekerjaan, dan
komitmen diprediksi oleh kombinasi imbalan, nilai biaya, nilai alternatif, dan
ukuran investasi. Baik kepuasan kerja maupun komitmen berkorelasi dengan
intensi keluar, tetapi dibanding kepuasan kerja, komitmen berhubungan lebih kuat
dengan intensi keluar.
Coomber dan Bariball (2007) melakukan penelitian di Inggris yang
mengalami kekurangan tenaga perawat. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui dampak komponen-komponen kepuasan kerja terhadap intensi keluar
perawat di rumah sakit dan mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh.
20
Hasilnya masalah stres dan kepemimpinan menyebabkan ketidakpuasan dan
ketidakpuasan mendorong intensi keluar.
Maier et al. (2012) menggunakan kasus implementasi sistem e-recruitment
untuk meneliti konsekuensi yang tidak diinginkan selama penerapan Human
Resource Information System (HRIS). Mereka mengembangkan model yang
mengintegrasikan keyakinan dan komponen sikap penerimaaan teknologi dengan
konsekuensi yang berhubungan dengan pekerjaan. Hasilnya, terdapat pengaruh
tidak langsung sikap yang berhubungan dengan HRIS terhadap intensi keluar dan
secara penuh dimediasi oleh kepuasan kerja.
Seston et al. (2009) meneliti hubungan antara kepuasan kerja, intensi keluar,
dan actual quitting pada tenaga farmasi di organisasi farmasi Inggris Raya.
Hasilnya, salah satu faktor yang mempengaruhi intensi keluar adalah kepuasan
kerja. Faktor-faktor lain yang teridentifikasi adalah jenis kelamin, usia, dan hasrat
yang kuat untuk bekerja di industri farmasi.
2. 4 Keadilan organisasional
Sejarah keadilan organisasional berawal dari teori keadilan (Adams, 1963).
Teori ini menyatakan bahwa orang membandingkan rasio antara hasil dari
pekerjaan yang mereka lakukan, misalnya imbalan dan promosi, dengan input
yang mereka berikan dibandingkan rasio yang sama dari orang lain. Greenberg
(1990) selanjutnya menjelaskan bahwa teori keadilan Adams dilengkapi dengan
riset-riset lanjutan yang terkait dengan alokasi imbalan, merujuk pada konsep
yang kita kenal sekarang sebagai keadilan distributif. Robbins dan Judge (2008)
mendefinisikan keadilan distributif sebagai keadilan jumlah dan penghargaan
21
yang dirasakan diantara individu-individu. Noe et al. (2011) menyebutnya sebagai
keadilan imbalan yang didefinisikan sebagai penilaian yang dibuat orang terkait
imbalan yang diterimanya dibanding imbalan yang diterima orang lain yang
menjadi acuannya.
Selain keadilan distributif, aspek lain dalam keadilan organisasional adalah
keadilan prosedural. Menurut Robbins dan Judge (2008), didefinisikan sebagai
keadilan yang dirasakan dari proses yang digunakan untuk menentukan distribusi
imbalan. Noe et al. (2011) mendefinisikannya sebagai konsep keadilan yang
berfokus pada metode yang digunakan untuk menentukan imbalan yang diterima.
Terdapat enam prinsip yang menentukan apakah orang merasa prosedur yang
dijalankan sudah cukup adil, yaitu konsistensi, peniadaan bias, keakuratan
informasi, kemungkinan koreksi, keterwakilan, dan kesantunan.
Thibaut dan Walker (1975) mengawali studi tentang keadilan prosedural yang
memandang bahwa prosedur penyelesaian perselisihan oleh pihak ketiga seperti
mediasi dan arbitrasi mempunyai tahapan proses dan tahapan keputusan. Mereka
menunjuk pada jumlah pihak-pihak yang berselisih berada dalam setiap tahap
sebagai bukti pengendalian proses dan pengendalian keputusan. Riset mereka
menyatakan bahwa pihak-pihak yang bertikai rela menyerahkan kendali dalam
tahap keputusan selama mereka menahan kendali dalam tahap proses. Pihak-pihak
yang bertikai memandang bahwa prosedur tersebut adil jika mereka merasa
mempunyai kendali proses (misalnya kendali terhadap presentasi argumen mereka
dan waktu yang cukup untuk mengungkapkan kasus mereka). Pengaruh kendali
proses ini sering disebut sebagai “fair process effect” atau pengaruh “voice”.
22
Kendali proses inilah yang sebenarnya dinyatakan oleh Thibaut dan Walker
(1975) sama dengan keadilan prosedural.
Aspek terakhir dari keadilan organisasional adalah keadilan interaksional dan
mungkin yang paling sederhana diantara ketiga aspek ini (Cropanzano et al.,
2007). Menurut Robbins dan Judge (2008), didefinisikan sebagai persepsi
individu tentang tingkat sampai dimana seorang karyawan diperlakukan dengan
penuh martabat, perhatian, dan rasa hormat. Menurut Greenberg (1987) terdapat
dua aspek dalam keadilan interaksional, yaitu informasional dan interpersonal.
Keadilan informasional adalah persepsi individu tentang keadilan informasi yang
digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, sedangkan keadilan interpersonal
adalah sebagaimana yang didefinisikan oleh Robbins dan Judge (2008) di atas.
Cropanzano et al. (2007) meringkas ketiga aspek keadilan organisasional di
atas pada tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1
Komponen Keadilan organisasional
1. Keadilan distributif : kelayakan imbalan
a. Keadilan : Menghargai karyawan berdasarkan kontribusinya
b. Persamaan : Menyediakan kompensasi bagi setiap karyawan yang secara garis besar sama
c. Kebutuhan : Menyediakan benefit berdasarkan pada kebutuhan personal seseorang
2. Keadilan prosedural : kelayakan proses alokasi
a. Konsistensi : Semua karyawan diperlakukan sama.
b. Lack of Bias : Tidak ada orang atau kelompok yang diistimewakan atau diperlakukan tidak
sama.
c. Keakuratan : Keputusan dibuat berdasarkan informasi yang akurat
d. Pertimbangan wakil karyawan : Pihak-pihak terkait dapat memberikan masukan untuk
pengambilan keputusan
e. Koreksi : Mempunyai proses banding atau mekanisme lain untuk memperbaiki kesalahan
f. Etika : norma pedoman profesional tidak dilanggar
3. Keadilan interaksional
a. Keadilan interpersonal : Memperlakukan seorang karyawan dengan martabat, perhatian,
dan rasa hormat
b. Keadilan informasional : Berbagi informasi yang relevan dengan karyawan
Sumber : Cropanzano et al. (2007)
23
Validitas konstruk keadilan distributif dan prosedural telah menjadi bahan
diskusi tersendiri. Untuk membuktikan bahwa keadilan distributif dan prosedural
secara konsep berbeda, maka diuraikan beberapa kajian sebagai berikut. Pertama,
mengacu pada model penilaian keadilan Leventhal (1976) yang mendefinisikan
keadilan prosedural “sebagai persepsi individu tentang keadilan dari komponen
prosedural sistem sosial yang mengatur proses alokasi”. Individu membentuk
penilaian keadilan prosedural menggunakan enam aturan keputusan, yaitu
konsistensi, bias penindasan, akurasi, mampu koreksi, keterwakilan, dan
memenuhi etika. Leventhal membedakan keadilan prosedural dan distributif yang
didefinisikan sebagai “penilaian atas distribusi yang adil”. Teori lain dalam The
Group-Value Model yang dikemukakan Lind dan Tyler membedakan dua dimensi
keadilan ini. Keadilan distributif berpusat pada perhatian individu terkait keadilan
imbalan, sedangkan prosedural berfokus pada bagaimana keputusan dibuat.
Kedua, eksperimen telah dilakukan untuk mengetahui reaksi individual
terhadap ketidaksamaan pembayaran. Salah satu eksperimen adalah dengan
menggali reaksi subyek penelitian dengan memberitahu mereka bahwa orang lain
dengan kualifikasi yang sama dibayar lebih banyak atau lebih sedikit. Eksperimen
terkait keadilan prosedural dilakukan oleh Thibaut dan Walker (1975) yang
membandingkan dua jenis pengendalian penyelesaian perselisihan. Keduanya,
yaitu: a) jumlah kendali yang digunakan pihak-pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan keluhan (kendali proses) dan b) jumlah kendali yang digunakan
pihak-pihak yang berselisih secara langsung untuk menentukan imbalan (kendali
keputusan). Selain menggunakan eksperimen, pengukuran kedua dimensi keadilan
24
ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berbeda. Ambrose dan
Arnaud (2005) menyatakan bahwa pengukuran terhadap keadilan distributif
secara relatif konsisten pada seluruh penelitian, sedangkan meski pengukuran
keadilan prosedural berbeda-beda dalam operasionalisasinya, riset menunjukkan
bahwa konstruk tersebut dapat diukur secara memadai. Colquitt et al. (2001)
melakukan meta-analisis dan menunjukkan bahwa keadilan distributif dan
prosedural dapat dibedakan pengukurannya.
Ketiga, konstruk yang berbeda seharusnya terhubung dengan variabel kriteria
yang berbeda juga. Ambrose dan Arnaud (2005) menyatakan bahwa dalil yang
diterima secara luas adalah bahwa keadilan prosedural berpengaruh kuat terhadap
perilaku global sedangkan keadilan distributif terhadap perilaku yang spesifik.
Meta analisis yang dilakukan Colquitt et al. (2001) memperkuat dalil ini dan
menyatakan bahwa keadilan distributif berpengaruh kuat terhadap perilaku
spesifik, misalnya kepuasan imbalan dan kepuasan kerja, sedangkan keadilan
prosedural berpengaruh kuat terhadap perilaku global, misalnya komitmen
organisasional, komitmen kelompok, dan intensi keluar.
Keempat, supaya kedua dimensi keadilan tersebut dapat dianggap sebagai
konstruk yang berbeda, keduanya perlu memiliki sekumpulan anteseden yang
unik. Ambrose dan Arnaud (2005) menyatakan bahwa outcomes organisasional
yang mempengaruhi persepsi keadilan distributif, misalnya penghasilan, benefits,
keamanan, kompleksitas pekerjaan, supervisi, imbalan intrinsik, senioritas, dan
status pekerjaan. Sedangkan, kesempatan untuk memperoleh informasi selama
proses pembuatan keputusan meningkatkan persepsi keadilan prosedural.
25
Dimensi
keadilan
yang ketiga
adalah
keadilan interaksional
yang
memusatkan perhatian bagaimana memperlakukan orang lain dengan penuh
hormat dan martabat. Perdebatan yang muncul terkait dimensi ini adalah apakah
keadilan interaksional merupakan bagian dari keadilan prosedural atau merupakan
konstruk yang independen. Bies (2005) menyatakan bahwa keadilan interaksional
dihubungkan dengan evaluasi supervisor langsung sedangkan keadilan prosedural
dihubungkan dengan evaluasi sistem organisasional, sehingga keduanya
merupakan konstruk yang independen. Pandangan ini dilengkapi oleh Greenberg
(1987) yang menyatakan bahwa keadilan interaksional mempunyai dua komponen
yang berdiri sendiri, yaitu keadilan interpersonal dan keadilan informasional.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketiga dimensi keadilan
tersebut merupakan konstruk yang sudah teruji validitasnya.
Seperti telah diuraikan di atas, keadilan organisasional seharusnya dikelola
dengan baik karena memberi dampak positif terhadap sikap dan perilaku
karyawan. Cropanzano (2007) menguraikan dampak yang diperoleh dari
pengelolaan keadilan, yaitu:
1) Keadilan membangun kepercayaan dan komitmen
Kepercayaan adalah kerelaan dalam menghargai pihak lain tetapi sifat
kerelaan ini mudah goyah. Colquitt et al. (2001) menemukan bahwa tiga
komponen keadilan memprediksi kepercayaan, dan hubungan tersebut cukup
kuat, seperti yang tercantum dalam temuannya dimana hubungan antara
prosedur dan kepercayaan sebesar 0,6. Tyler (1989) menyatakan bahwa
kepercayaan kepada para pembuat keputusan adalah penting karena mereka
26
mempunyai kebijaksanaan dalam mengalokasikan penghargaan dan sumber
daya. Hal lainnya adalah bahwa reaksi setiap orang terhadap kepercayaan
adalah relevan karena ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Colquitt et al. (2001) menyatakan bahwa keadilan prosedural mempunyai
hubungan yang lebih kuat dengan kepercayaan dibanding keadilan distributif.
Meski demikian, karena kepercayaan biasanya ditujukan kepada orang
tertentu, dalam model agent-system keadilan interpersonal dan informasional
diprediksi merupakan prediktor yang lebih kuat terhadap kepercayaan
dibanding prosedural.
Sama halnya dengan kepercayaan, karyawan yang diperlakukan adil akan
lebih berkomitmen terhadap perusahaan. Kebanyakan riset mengukur
komitmen afektif, tingkat dimana karyawan mengidentifikasi diri dengan
perusahaan dan membuat tujuan perusahaan menjadi tujuan milik mereka
sendiri. Tyler (1990) dalam Colquitt et al. (2001) menyatakan bahwa keadilan
prosedural mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan komitmen
dibanding keadilan distributif. Hal ini konsisten dengan teori dua faktor
seperti yang dilakukan oleh McFarlin dan Sweeney (1992). Tetapi terdapat
pula penelitian yang menunjukkan sebaliknya, seperti yang diperlihatkan oleh
Lowe dan Vodanovich (1995) dimana keadilan distributif merupakan
prediktor yang lebih kuat. Hasil penelitian lain mendukung sistem agentmodel dimana keadilan prosedural merupakan prediktor yang lebih kuat
dibanding keadilan interaksional (Masterson et al., 2000).
27
Penelitian lain yang menggunakan tiga jenis keadilan dilakukan oleh CohenCarash dan Spector (2001) yang menyatakan bahwa keadilan distributif,
prosedural, dan interaksional secara signifikan dan positif berkorelasi dengan
komitmen. Affective commitment secara signifikan dan positif berhubungan
dengan keadilan prosedural (r = 0,50) lebih kuat daripada dengan distributif (r
= 0,47), dan interaksional (r = 0,38).
2) Keadilan meningkatkan kinerja
Mungkin dari semua dimensi dalam keadilan organisasional, hubungan antara
keadilan prosedural dan kinerja adalah yang paling tidak jelas. Earley dan
Lind (1987) menemukan hubungan antara keadilan prosedural dan kinerja
dalam penelitian laboratorium. Kanfer et al. (1987) menemukan korelasi
negatif antara keadilan prosedural dan kinerja. Dalam penelitiannya, mereka
memanipulasi jumlah suara para partisipan yang dimiliki dalam penilaian
kinerja. Keller dan Danserau (1995) dalam Colquitt et al. (2001) menemukan
hubungan yang kuat antara keadilan prosedural dengan kinerja yang diukur
berdasarkan catatan penilaian kinerja. Penelitian lain seperti yang dilakukan
oleh Ball et al. (1994) dan Griffeth et al. (1989) menghubungkan keadilan
distributif dengan kinerja yang hasilnya konsisten dengan prediksi teori
keadilan.
Menurut
teori
keadilan
Adam,
individu
lebih
berupaya
memaksimalkan keadilan daripada memaksimalkan imbalan. Pernyataan ini
menjadi dasar prediksi bahwa individu yang kelebihan kompensasi dengan
skema semakin besar output semakin besar imbalan, akan berusaha
mengembalikan keadilan dengan membatasi jumlah dan meningkatkan
28
kualitas (kinerja) output yang dihasilkan. Colquitt et al. (2001) menyatakan
bahwa sulit untuk menerapkan logika agent-system dan model dua faktor
untuk memprediksi kinerja. Di satu sisi, kinerja mendukung, dan sering
diukur oleh agen, misalnya supervisor. Untuk alasan ini, Masterson et al.
(2001) menemukan hubungan yang lebih kuat antara keadilan interaksional
dengan kinerja. Di lain pihak, kinerja mencerminkan kontribusi anggota
terhadap tujuan perusahaan, sehingga karakteristiknya mengacu kepada
sistem dan seharusnya keadilan prosedural menjadi prediktor yang lebih kuat.
3) Keadilan memelihara Organizational Citizenship Behavior
Organ (1997) mendefinisikan OCB sebagai perilaku yang bijaksana dan tidak
secara eksplisit dihargai tetapi dapat membantu meningkatkan fungsi
organisasi. Organ (1997) menyatakan bahwa OCB didorong oleh persepsi
keadilan.
Beberapa
diperlakukan
adil
penelitian
lebih
taat
menunjukkan
kepada
bahwa
kebijakan
di
karyawan
yang
tempat
kerja,
memperlihatkan kesadaran yang lebih, dan berperilaku lebih mementingkan
orang lain (Cohen-Charash & Spector, 2001). Tentunya, karyawan cenderung
menyesuaikan perilaku citizenship mereka secara hati-hati, berbagi dengan
mereka yang berperilaku adil dan menjaga jarak dengan mereka yang
berperilaku sebaliknya.
Lebih banyak penelitian yang memperlihatkan bahwa keadilan prosedural
berhubungan lebih kuat dengan OCB dibanding keadilan distributif (Ball et
al., 1994 dan Moorman, 1991). Moorman (1991) menyatakan bahwa keadilan
prosedural berpengaruh terhadap empat dari lima dimensi dalam OCB,
29
sedangkan keadilan distributif tidak memperlihatkan hubungan sama sekali.
Skarlicki dan Latham (1996) juga memperlihatkan bahwa pelatihan yang
diberikan kepada supervisor terkait prinsip-prinsip keadilan prosedural dapat
meningkatkan OCB. Meski demikian, karena OCB diukur berdasarkan
hubungan dengan supervisor dan bukan dengan organisasi
secara
keseluruhan, Colquitt et al. (2001) memprediksi keadilan interpersonal dan
informasional akan menjadi prediktor yang lebih kuat. Hal ini konsisten
dengan model agent-system dan hasil penelitian dari Masterson et al. (2001).
4) Keadilan membangun loyalitas dan kepuasan pelanggan
Sikap mementingkan orang lain, mirip dengan perilaku karyawan yang
mengutamakan pelanggan. Bowen et al. (1999) menyatakan bahwa perlakuan
yang adil akan membawa OCB berdampak kepada pelanggan. Keadilan
menghasilkan perasaan positif bagi pelanggan karena diperlakukan secara
memadai, dengan demikian menyebabkan loyalitas dan kepuasan pelanggan.
Tipe hubungan internal – eksternal telah diteliti secara empiris, misalnya oleh
Maxham dan Netemeyer (2003). Keduanya meneliti bagaimana persepsi
shared-value dan keadilan organisasional dapat menstimulasi extra-role
behavior yang ditujukan kepada pelanggan ketika menangani keluhan. Selain
itu, mereka juga meneliti bagaimana extra-role behavior ini mempengaruhi
persepsi pelanggan terkait keadilan, kepuasan, word of mouth, dan keinginan
membeli.
Colquitt et al. (2001) menambahkan dampak lain yang diperoleh dari
pengelolaan keadilan, yaitu :
30
1) Evaluasi Wewenang
Pusat perhatian evaluasi wewenang antara lain bagaimana otoritas yang
berwenang menyelesaikan permasalahan di antara pihak-pihak yang
berselisih dan tingkat penerimaan bawahan terhadap atasan mereka. Tyler
(1990) dalam Colquitt (2001) menyatakan bahwa keadilan prosedural
berhubungan lebih kuat dengan evaluasi wewenang dibanding distributif.
Meski demikian, sebagaimana komitmen organisasional, selain didukung oleh
banyak penelitian tetapi juga dimentahkan oleh penelitian lainnya. Dalam
model agent-system memprediksi keadilan interpersonal dan informasional
sebagai prediktor yang lebih kuat dalam kasus bahwa mereka yang memiliki
wewenang berseberangan dengan manajemen secara umum.
2) Penarikan Diri
Meskipun penarikan diri menjadi outcomes yang umum dalam literatur
keadilan, penarikan diri belum diuji dalam konteks model dua faktor.
Penarikan diri dapat terjadi sebagai hasil dari evaluasi mengenai organisasi
secara keluruhan sebagai reaksi dari ketidakpuasan atau perlakuan yang tidak
menyenangkan. Bagaimanapun, karena karyawan yang menarik diri secara
tipikal meninggalkan keseluruhan organisasi, penarikan diri adalah sistem
yang secara alamiah sama dengan komitmen organisasional (Colquitt, 2001).
Penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara keadilan organisasional
dan penarikan diri beragam hasilnya, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa keadilan distributif berdampak kepada penarikan diri (Hom et al.,
1984) dan penelitian lain menunjukkan keadilan prosedural lebih berdampak
31
kepada penarikan diri (Dailey dan Kirk, 1992). Sedangkan Masterson et al.
(2001) menyatakan bahwa keadilan prosedural lebih berpengaruh terhadap
penarikan diri dibanding keadilan interaksional. Penelitian lain yang
dilakukan Cohen-Carash dan Spector (2001) menunjukkan bahwa keadilan
prosedural dan distributif sama kuat memprediksi intensi keluar dan keadilan
interaksional menjadi prediktor yang paling lemah.
3) Reaksi Negatif
Keempat dimensi keadilan organisasional akan berpengaruh pada banyak
perilaku kontraproduktif (Conlon et al., 2005). Perilaku tersebut termasuk
pencurian, kejahatan kerah putih, keterlambatan, penyalahgunaan obat dan
alkohol, masalah disiplin, kecelakaan, sabotase, pelecehan seksual, dan
penyiksaan fisik maupun verbal (Ones, 2002). Sebagaimana penarikan diri,
reaksi negatif belum diuji dengan menggunakan model dua faktor. Reaksi
negatif dapat terjadi secara murni karena evaluasi kognitif mengenai
organisasi secara keseluruhan atau reaksi emosi yang besar terhadap perilaku
seseorang. Meski demikian, Sarlicki dan Folger (1997) menemukan bahwa
organizational retaliatory behaviors (ORB) berkorelasi dengan keadilan
distributif, prosedural, dan interaksional, dengan keadilan interaksional
mempunyai dampak yang paling kuat.
32
BAB III
KERANGKA PIKIR, KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Pikir dan Konseptual Praktis
Sejalan dengan perubahan regulasi dalam bidang kelistrikan, dimana investasi
pembangkit listrik dibuka selebar-lebarnya bagi para pemodal, menyebabkan
terjadinya kompetisi antar perusahaan pembangkit. Kompetisi ini terjadi bukan
saja secara ekonomis (harga yang paling murah) tetapi juga dari sisi keandalan
dan kualitas daya yang dibangkitkan (tegangan dan frekuensi). Dalam rangka
memenangkan persaingan tersebut dibutuhkan tenaga kerja profesional yang
mampu bekerja sesuai SOP, inovatif, dan memiliki daya juang.
PT Indonesia Power, sebagai salah satu perusahaan pembangkit, terlibat
dalam kompetisi tersebut. Perusahaan ini mengelola tenaga kerjanya berdasarkan
best practice sistem manajemen SDM yang tujuannya adalah untuk memelihara
kepuasan kerja, meningkatkan komitmen, dan mempertahankan tenaga kerja
potensial. Meskipun sudah banyak kebijakan yang diterapkan untuk mendukung
tujuan-tujuan tersebut, tingkat engagement karyawan tidak pernah melebihi 0,25.
Hal ini perlu menjadi perhatian, karena komitmen dan intensi keluar menjadi
bagian dari engagement, yang apabila tidak dipelihara dengan baik dapat
menyebabkan perusahaan kehilangan tenaga kerja potensial.
Berdasarkan pada fakta tersebut, PT Indonesia Power perlu mengkaji kembali
kebijakan-kebijakan SDM yang diterapkan. Selain berfokus pada profit, maka
kewajiban etis dalam mengelola karyawan perlu menjadi bagian dari strategi
33
perusahaan. Karyawan tentu saja menuntut kesejahteraan, tetapi sebenarnya yang
mereka perlukan lebih dari itu. Pada konteks etis inilah, tema keadilan
organisasional menjadi penting. Sebab lainnya adalah era keterbukaan yang
memungkinkan karyawan mengungkapkan aspirasi terkait keadilan baik secara
individual maupun melalui serikat pekerja.
Seperti dalam banyak riset yang dilakukan, salah satu anteseden dari
kepuasan kerja adalah keadilan organisasional. Riset-riset tersebut antara lain
dilakukan oleh Cohen-Carash dan Spector (2001), Mossholder et al. (1998),
Masterson et al. (2000), McFarlin dan Sweeney (1992), Elamin dan Alomaim
(2011), Bakhshi et al. (2009), Memarzadeh & Mahmoudi (2010), Al-Zu‟bi
(2010), dan Clay-Warner et al. (2005). Ketiga dimensi keadilan organisasional,
yaitu: distributif, prosedural, dan interaksional telah dibuktikan berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Cohen-Carash dan Spector
(2001) menyatakan bahwa untuk memelihara kepuasan karyawan, perusahaan
harus mengelola aspek-aspek distribusi, prosedur, dan interaksi secara adil.
Kepuasan kerja mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku
karyawan, antara lain komitmen dan intensi keluar. Komitmen menunjukkan
keinginan karyawan untuk mendedikasikan seluruh upaya dan loyalitas bagi
perusahaan. Porter et al. (1974) menyatakan bahwa komitmen kepada pekerjaan
disebabkan seorang individu percaya bahwa biaya meninggalkan organisasi
sangat tinggi, sehingga individu sulit untuk keluar setelah mempertimbangkan
investasi dan pengorbanan yang telah diberikan bagi organisasi. Pengaruh
34
kepuasan kerja terhadap komitmen dapat dinyatakan, semakin puas seorang
karyawan maka semakin besar komitmen yang diberikan kepada perusahaan.
Seston et al. (2009) menyatakan bahwa ketidakpuasan individu terhadap
pekerjaan telah lama dihubungkan dengan kesehatan mental yang buruk,
khususnya dengan stress dan kecemasan. Pada tingkat organisasional hal itu
menyebabkan rendahnya efektivitas organisasi, ketidakhadiran, tingginya
perputaran karyawan, dan hasilnya adalah individu tersebut mengurangi jam kerja
atau benar-benar keluar dari pasar tenaga kerja. Pada konteks ini, pengaruh
kepuasan kerja dapat dinyatakan semakin tinggi kepuasan seorang karyawan
semakin rendah minat mereka untuk meninggalkan organisasi.
Signifikansi pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen dan intensi keluar
telah dibuktikan oleh banyak riset, antara lain yang dilakukan oleh Meyer et al.
(2002), Yang (2010), Kim et al. (2005), Kim dan Brymer (2011), Coomber dan
Bariball (2007), Maier et al (2012), Seston et al. (2009), Porter et al. (1974), Ho
et al. (2007), Cheung dan Wu (2012), Yang (2012), Farrell dan Rusbult (1981),
Rusbult dan Farrell (1983), dan Hom dan Griffeth (1984).
Berdasarkan latar belakang, teori, studi empirik, dan observasi disusunlah
suatu kerangka konseptual. Ketiga jenis keadilan organisasional ditelaah dari studi
teoritis yang dibangun oleh Greenberg (1990), dan dikembangkan oleh beberapa
peneliti lain, antara lain Colquitt et al. (2001), Cropanzano et al. (2007), dan
referensi utama yang termuat dalam Handbook Of Organizational Justice.
Variabel endogen kepuasan kerja, komitmen, dan intensi keluar dikaji berdasarkan
teori yang ditulis oleh Robbins dan Judge (2008), McShane dan Von Glinow
35
(2008), Meyer dan Allen (1991), Mobley (1977), dan Hom dan Griffeth (1991).
Kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :
Keadilan Organisasional
Keadilan
Distributif
(DJ)
H1
H4
Keadilan
Prosedural
(PJ)
H2
Kepuasan
Kerja (JS)
H5
H3
Keadilan
Interaksional
(IJ)
Komitmen
(COM)
Intensi
Keluar (TI))
Gambar 3.1
Kerangka Konseptual Penelitian
3.2 Hipotesis Penelitian
3.2.1 Pengaruh Keadilan Distributif Terhadap Kepuasan Kerja
McFarlin dan Sweeney (1992) menyatakan bahwa keadilan distributif
merupakan prediktor yang lebih kuat bagi kepuasan kerja dibanding prosedural.
Keadilan distributif merupakan prediktor penting bagi perilaku personal
karyawan, misalnya kepuasan kerja. Hal yang sama dikemukakan oleh CohenCarash dan Spector (2001) yang menyatakan bahwa keadilan distributif
merupakan prediktor yang paling kuat bagi kepuasan kerja dibanding prosedural
dan interaksional. Penelitian lain yang menghasilkan signifikansi pengaruh
keadilan distributif terhadap kepuasan kerja adalah yang dilakukan oleh Nadiri
dan Tanova (2010), McAuliffe et al. (2009), Zainalipour et al. (2010), Dundar dan
36
Tabancali (2012). Hasil yang berbeda diperlihatkan oleh Lambert et al. (2007)
yang menyatakan bahwa keadilan distributif tidak signifikan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka hipotesis
penelitian ini adalah :
H1 : Keadilan distributif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja
3.2.2 Pengaruh Keadilan Prosedural Terhadap Kepuasan Kerja
Greenberg (1990) menyatakan bahwa salah satu elemen keadilan prosedural
adalah karakteristik struktural dari keputusan. Leventhal (1976) membuat model
komprehensif karakteristik struktural yang adil secara prosedural dengan
memasukkan input-input dari semua pihak yang berkepentingan, yaitu
konsistensi, tidak ada bias, akurat, dapat dikoreksi, dan etis. Mossholder et al.
(1998) menyatakan bahwa keadilan prosedural berhubungan dengan kepuasan
kerja. Masterson et al. (2000) memperlihatkan keadilan prosedural merupakan
prediktor yang lebih kuat bagi kepuasan kerja dibanding interaksional. Penelitian
lain yang menghasilkan signifikansi pengaruh keadilan prosedural terhadap
kepuasan kerja adalah penelitian yang dilakukan antara lain oleh Cohen-Carash
dan Spector (2001), Nadiri dan Tanova (2010), McAuliffe et al. (2009),
Zainalipour et al.(2010), Dundar dan Tabancali (2012), dan Lambert et al. (2007).
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah :
H2 : Keadilan prosedural berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja
37
3.2.3 Pengaruh Keadilan Interaksional Terhadap Kepuasan Kerja
Bies (2005) menyatakan bahwa penilaian keadilan juga berdasarkan kualitas
perlakuan interpersonal yang diterima selama eksekusi prosedur dan penilaian
tersebut akan mempengaruhi sikap dan perilaku individu. Masterson et al. (2000)
memperlihatkan keadilan interaksional berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
kerja. Cohen-Carash dan Spector (2001) menyatakan bahwa ketika seseorang
mengalami ketidakadilan interaksional, maka yang bersangkutan akan bereaksi
negatif terhadap atasannya dan tidak terhadap organisasi secara keseluruhan.
Sejalan dengan hal tersebut adalah penelitian empiris yang dilakukan antara lain
oleh Nadiri dan Tanova (2010), McAuliffe et al. (2009), Zainalipour et al. (2010),
dan Dundar dan Tabancali (2012). Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka
hipotesis penelitian ini adalah :
H3 : Keadilan interaksional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja
3.2.4 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen
Porter et al. (1974) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah komponen
spesifik yang digunakan karyawan untuk menilai hubungan mereka dengan
organisasi. Jadi, ketika karyawan menyukai pekerjaan mereka, kemudian mereka
juga akan menikmati lingkungan kerja perusahaan dan membentuk ikatan dengan
perusahaan. Ho et al. (2009) menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap komitmen. Sejalan dengan hal tersebut adalah
penelitian yang dilakukan antara lain oleh Cheung dan Wu (2012), Yang (2012),
38
dan Bowling dan Hammond (2008). Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka
hipotesis penelitian ini adalah :
H4 : Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen
3.2.5 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Intensi Keluar
Intensi keluar merupakan salah satu bentuk penarikan diri karyawan, dua
bentuk yang lain adalah tingkat ketidakhadiran (absenteeism) dan sikap acuh
karyawan (employee silence). Hom dan Griffeth (1984) menyatakan bahwa
ketidakpuasan membangkitan pikiran individu untuk meninggalkan organisasi.
Cheung dan Wu (2012) menyatakan bahwa kepuasan berpengaruh negatif
terhadap intensi keluar. Sejalan dengan hal tersebut adalah penelitian yang
dilakukan antara lain oleh Bowling dan Hammond (2008), De Gieter et al. (2008),
Vidal et al. (2007), Maier et al. (2012), dan Seston et al. (2009). Berdasarkan
temuan-temuan tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah :
H5 : Kepuasan kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap intensi keluar
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Dan Ruang Lingkup Penelitian
4.1.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang dengan tujuan untuk dapat memahami, menjelaskan,
dan memprediksi tingkat ketergantungan variabel independen terhadap variabel
dependen. Dengan kata lain penelitian ini bersifat asosiatif yang dilakukan dengan
cara menghubungkan variabel satu dengan variabel lainnya.
Variabel-variabel yang digunakan adalah keadilan organisasional (distributif,
prosedural, dan interaksional), kepuasan kerja, komitmen, dan intensi keluar,
sebagaimana diungkapkan dalam hipotesis, masing-masing akan diuraikan dalam
indikator yang sesuai dan selanjutnya diturunkan menjadi item pertanyaan dalam
instrumen penelitian. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan
kuesioner yang dilanjutkan dengan uji validitas dan reliabilitas.
Metode pengukuran yang sesuai dengan rancangan penelitian ini adalah
Structural Equation Modeling (SEM). SEM yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan pendekatan Partial Least Square (PLS). Ghozali (2008)
menyatakan bahwa PLS dapat digunakan untuk menganalisis data yang tidak ideal
atau tidak mendasarkan pada asumsi skala pengukuran, distribusi data, dan jumlah
sampel. Berbeda dengan Covariance Based SEM yang bertujuan untuk
menjelaskan hubungan kausalitas, maka PLS yang disebut juga Component Based
SEM bertujuan untuk mencari hubungan linier prediktif antarvariabel.
40
4.1.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup
penelitian
ini
adalah
meneliti
pengaruh
keadilan
organisasional (distributif, prosedural, dan interaksional) terhadap kepuasan kerja
dan dampaknya terhadap komitmen dan intensi keluar di PT Indonesia Power
UBP Bali. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang akan
didistribusikan ke tiga lokasi yang dimiliki UBP Bali, yaitu: Pesanggaran
(Denpasar), Pemaron (Buleleng), dan Gilimanuk (Jembrana).
4.2 Variabel Penelitian
4.2.1 Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel perlu dilakukan untuk memberikan gambaran dan acuan
dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis 1 sampai dengan 5
yang diajukan, variabel-variabel penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1) Variabel independen atau variabel eksogen adalah variabel penyebab,
variabel yang tidak dipengaruhi variabel lainnya, tetapi memberi efek kepada
variabel lainnya (Yamin dan Kurniawan, 2009). Variabel ini tidak
memperhitungkan efek sisa (disturbance). Dalam diagram jalur, variabel
eksogen ditandai dengan panah tunggal yang berasal dari arahnya. Pada
penelitian ini yang menjadi variabel eksogen adalah keadilan distributif,
prosedural, dan interaksional.
2) Variabel dependen atau variabel endogen adalah variabel yang dijelaskan
oleh variabel eksogen dan merupakan efek dari variabel eksogen (Yamin dan
Kurniawan, 2009). Dalam diagram jalur, variabel endogen secara eksplisit
ditandai oleh kepala panah yang menuju ke arahnya, baik tanda panah dari
41
variabel eksogen maupun dari variabel eror. Pada penelitian ini yang menjadi
variabel endogen adalah kepuasan kerja, komitmen, dan intensi keluar.
4.2.2 Definisi Operasional Variabel
Sekaran (2006) menyatakan bahwa definisi operasional adalah definisi
sebuah ide dalam istilah yang bisa diukur dengan mengurangi tingkat abstraksinya
melalui penggambaran dimensi dan elemennya. Berikut ini dijelaskan definisi
operasional dari masing-masing variabel penelitian:
1) Keadilan distributif
Keadilan distributif adalah keadilan jumlah imbalan yang dirasakan diantara
individu-individu (Robbins dan Judge, 2008). Imbalan yang dimaksud bukan
hanya aspek finansial tetapi juga kesempatan promosi (Cohen-Carash dan
Spector, 2001 dan Colquitt, 2001). Item-item pengukuran disusun untuk
menilai imbalan yang diberikan, meliputi : P1 (Pay for Person), P2 (Pay for
Position), P3 (Pay for Performance), lembur, Kompensasi Khusus Jabatan
(KKJ), premi, dan kesempatan promosi. Indikator-indikator untuk mengukur
keadilan distributif menggunakan item pengukuran yang dikembangkan oleh
Colquitt (2001), yaitu:
a. Persamaan (dj1) menunjukkan penilaian mengenai kesetaraan antara usaha
yang diberikan dalam pekerjaan dengan imbalan yang diterima.
b. Kelayakan (dj2) menunjukkan penilaian mengenai kelayakan imbalan
yang diberikan perusahaan berdasarkan penyelesaian pekerjaan.
c. Kontribusi (dj3) menunjukkan penilaian mengenai
kesesuaian antara
imbalan dengan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
42
d. Kinerja (dj4) menunjukkan penilaian mengenai kesesuaian antara kinerja
yang dihasilkan dengan imbalan yang diterima.
2) Keadilan prosedural
Keadilan prosedural adalah keadilan yang dirasakan dari proses yang
digunakan untuk menentukan distribusi imbalan (Robbins dan Judge, 2008).
Indikator-indikator untuk mengukur keadilan prosedural menggunakan item
pengukuran yang dikembangkan oleh Colquitt (2001), yaitu:
a. Kendali proses (pj1) menunjukkan penilaian mengenai kesempatan yang
diberikan untuk mengungkapkan pandangan selama peraturan diterapkan.
b. Kendali keputusan (pj2) menunjukkan penilaian mengenai kesempatan
yang diberikan dan diwakili oleh Persatuan Pegawai untuk ikut mengawasi
penerapan peraturan.
c. Konsistensi (pj3) menunjukkan penilaian mengenai konsistensi penerapan
peraturan.
d. Bebas prasangka (pj4) menunjukkan penilaian mengenai tidak adanya
diskriminasi perlakuan.
e. Akurasi informasi (pj5) menunjukkan penilaian mengenai keakuratan
informasi yang digunakan untuk membuat keputusan.
f. Mampu koreksi (pj6) menunjukkan penilaian mengenai proses banding
atau mekanisme lain yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan.
g. Etika dan moral (pj7) menunjukkan penilaian mengenai norma pedoman
profesional dalam penerapan peraturan.
43
3) Keadilan interaksional
Keadilan interaksional adalah persepsi individu tentang tingkat sampai
dimana seorang karyawan diperlakukan dengan penuh martabat, perhatian,
rasa hormat (Robbins dan Judge, 2008) dan berbagi informasi yang relevan
dengan karyawan (Cropanzano et al., 2007). Indikator-indikator untuk
mengukur
keadilan
interaksional
menggunakan
pengukuran
yang
dikembangkan oleh Colquitt (2001), yaitu:
a. Kesopanan (ij1) menunjukkan penilaian mengenai kesopanan yang
ditunjukkan atasan kepada bawahan.
b. Bermartabat (ij2) menunjukkan penilaian mengenai perlakuan atasan yang
penuh martabat
c. Hormat (ij3) menunjukkan penilaian mengenai sikap hormat yang
ditunjukkan atasan kepada bawahan.
d. Kepantasan kata-kata (ij4) menunjukkan penilaian mengenai kepantasan
kata-kata yang digunakan atasan dalam berkomunikasi.
e. Kejujuran (ij5) menunjukkan penilaian mengenai kejujuran atasan dalam
berkomunikasi.
f. Pembenaran (ij6) menunjukkan penilaian mengenai bagaimana atasan
menjelaskan peraturan / prosedur perusahaan.
g. Masuk akal (ij7) menunjukkan penilaian mengenai masuk akal tidaknya
penjelasan yang diberikan.
h. Tepat waktu (ij8) menunjukkan penilaian mengenai kesiapan atasan untuk
berkomunikasi setiap waktu.
44
i. Spesifik (ij9) menunjukkan penilaian mengenai bagaimana atasan
menyesuaikan kebutuhan khusus komunikasi bawahannya.
4) Kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah perasaan senang seseorang akibat persepsi bahwa
pekerjaannya memenuhi atau memungkinkan terpenuhinya nilai-nilai kerja
penting bagi orang itu (Noe et al., 2011). Indikator-indikator untuk mengukur
kepuasan kerja menggunakan pengukuran affective job satisfaction yang
dikembangkan oleh Brayfield dan Rothe (1951), yaitu:
a. Kepuasan (js1) menggambarkan perasaan puas terhadap pekerjaan.
b. Antusiasme (js2) menggambarkan antusiasme yang dirasakan terhadap
pekerjaan.
c. Kenikmatan (js3) menggambarkan kenikmatan yang dirasakan dalam
setiap hari kerja.
d. Kegembiraan (js4) menggambarkan perasaan gembira dalam bekerja.
e. Kesenangan (js5) menggambarkan perasaan senang terhadap pekerjaan.
5) Komitmen
Komitmen organisasional adalah perasaan terikat karyawan terkait dengan
keterlibatan mereka pada organisasi (McShane dan Von Glinow, 2008).
Indikator-indikator untuk mengukur komitmen menggunakan pengukuran
affective commitment yang dikembangkan oleh Meyer et al. (1993), yaitu:
a. Menjadi bagian dari masalah perusahaan (co1) menunjukkan tanggapan
terhadap masalah yang dihadapi perusahaan.
45
b. Menjadi bagian dari perusahaan (co2) menunjukkan perasaan apakah
merasa menjadi bagian dari perusahaan atau tidak.
c. Perasaan terikat (co3) menunjukkan perasaan terikat terhadap perusahaan.
d. Arti personal (co4) menunjukkan perasaan mengenai arti perusahaan.
e. Rasa memiliki (co5) menunjukkan sikap rasa memiliki terhadap
perusahaan
6) Intensi keluar
Intensi keluar adalah kemungkinan yang diperkirakan sendiri oleh karyawan
bahwa dia memiliki kesadaran dan sengaja ingin untuk secara permanen
meninggalkan organisasi suatu saat (Hom dan Griffeth, 1991). Indikatorindikator untuk mengukur intensi keluar menggunakan pengukuran yang
dikembangkan Michigan Organizational Assessment Questionairre dalam
Shore et al.(1990), yaitu :
a. Keinginan mencari pekerjaan lain (ti1) menunjukkan keinginan untuk
mencari pekerjaan dalam satu tahun mendatang.
b. Keinginan untuk tetap bekerja (ti2) menunjukkan keinginan untuk bekerja
sampai pensiun.
c. Pikiran untuk meninggalkan organisasi (ti3) menunjukkan seberapa sering
pikiran untuk meninggalkan perusahaan.
4. 3 Pengumpulan Data
4.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif, sebagai berikut:
46
1) Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data jumlah karyawan, hasil survey
HRSE, dan data dari kuesioner berupa jumlah responden dan skor total masingmasing variabel.
2) Data kualitatif dalam penelitian ini adalah lokasi penelitian dan gambaran
umum perusahaan, antara lain sejarah perusahaan, data pembangkit yang
dikelola, dan pesaing dalam industri kelistrikan.
4.3.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari :
1) Data primer, yaitu data yang diperoleh dari tangan pertama yang berkaitan
dengan variabel untuk tujuan spesifik penelitian (Sekaran, 2006). Sumber data
primer berasal dari karyawan yang menjadi responden penelitian ini dengan
mengisi kuesioner untuk mengetahui tentang persepsi mereka terkait variabel
yang diteliti.
2) Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari sumber yang telah tersedia
dalam perusahaan, antara lain data jumlah karyawan, hasil survey HRSE,
sejarah perusahaan, data pembangkit yang dikelola, dan pesaing dalam industri
kelistrikan.
4.3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal
minat yang ingin diteliti (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan PT Indonesia Power UBP Bali dari jenjang Pelaksana sampai
Penyelia Atas sebanyak 230 orang dengan rincian sebagai berikut :
47
Tabel 4.1.
Sampel Penelitian
No Jenjang Jabatan
1
2
3
Pelaksana
Penyelia Dasar
Penyelia Atas
Total
Sumber : Data Perusahaan
Jumlah
139
52
39
230
Teknik sampling menggunakan metode sensus yaitu dengan melibatkan
seluruh anggota populasi. Metode sensus mungkin digunakan karena populasi
relatif sedikit dan data yang diperoleh lebih lengkap karena mencerminkan sifatsifat seluruh populasi. Jumlah kuesioner yang dikirimkan sebanyak 230 kepada
seluruh karyawan, dengan tingkat pengembalian (response rate) yang diharapkan
sebesar 100% atau kembali seluruhnya.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cross sectional survey, yaitu
metode pengumpulan data dimana informasi dikumpulkan hanya pada saat
tertentu. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi, digunakan untuk mengumpulkan data secara langsung serta
mencatat fenomena di lokasi penelitian. Data yang diperolah antara lain proses
dialog antara manajemen dengan karyawan dalam berbagai forum, aktivitas
knowledge sharing yang dilakukan atasan dan bawahan, dan intensitas
karyawan dalam melaksanakan tugasnya.
2. Wawancara, digunakan untuk memperoleh informasi mengenai isu yang
diteliti. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan pengelola SDM di PT
48
Indonesia Power UBP Bali untuk mengetahui data-data hasil survey kepuasan
dan keterikatan pegawai yang sudah dilakukan dan untuk memperoleh
informasi tentang kebijakan pengelolaan SDM
3. Kuesioner, digunakan untuk memperoleh data primer kuantitatif penelitian
mengenai
variabel-variabel
yang
diteliti.
Data
dikumpulkan
dengan
mengirimkan kuesioner yang diberikan secara pribadi. Setelah kuesioner
didistribusikan, responden diberi waktu selama satu minggu untuk menjawab,
dan setelah selesai mengisi kuesioner tersebut akan dikumpulkan kembali.
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang diberikan kepada
karyawan PT Indonesia Power UBP Bali. Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala Likert, dengan variasi skor antara (5) sangat setuju - (1) sangat tidak
setuju dan (5) selalu - (1) tidak pernah. Tabel 4.2 memperlihatkan rincian itemitem yang digunakan untuk mengukur masing-masing konstruk.
49
Tabel 4.2
Variabel, Indikator, Dan Item Penelitian
Variabel
Keadilan
Distributif
Indikator
Persamaan
Kelayakan
Kontribusi
Keadilan
Prosedural
Kinerja
Kendali proses
Kendali keputusan
Konsistensi
Bebas prasangka
Akurasi informasi
Mampu koreksi
Etika dan moral
Keadilan
Interaksional
Kesopanan
Bermartabat
Hormat
Kepantasan kata-kata
Kejujuran
Pembenaran
Masuk Akal
Tepat waktu
Spesifik
Kepuasan
Kerja
Komitmen
Intensi
Keluar
Kepuasan
Antusiasme
Kenikmatan
Kegembiraan
Kesenangan
Menjadi bagian dari
masalah perusahaan
Menjadi bagian dari
perusahaan
Perasaan terikat
Arti personal
Rasa memiliki
Keinginan mencari
pekerjaan lain
Keinginan untuk tetap
bekerja
Pikiran untuk
meninggalkan organisasi
Item
Imbalan yang diterima mencerminkan usaha yang diberikan
dalam pekerjaan
Imbalan yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang
diselesaikan
Imbalan yang diterima mencerminkan kontribusi kepada
perusahaan
Imbalan yang diterima sesuai dengan kinerja yang dihasilkan
Dapat menyatakan pandangan dan perasaan selama perusahaan
menerapkan peraturan
Persatuan Pegawai mengawasi penerapan peraturan
Perusahaan menerapkan peraturan secara konsisten
Tidak ada orang atau kelompok yang diistimewakan dalam
penerapan peraturan
Peraturan-peraturan perusahaan dibuat berdasarkan informasi
yang akurat
Persatuan Pegawai dapat mengajukan keberatan terkait
penerapan peraturan perusahaan
Peraturan-peraturan perusahaan menjunjung tinggi standar
moral dan etika
Atasan memperlakukan dengan cara yang sopan
Atasan memperlakukan dengan penuh martabat
Atasan memperlakukan dengan rasa hormat
Atasan menahan diri untuk tidak berkata-kata atau
berkomentar yang tidak pantas
Atasan jujur dalam berkomunikasi
Atasan menjelaskan peraturan / prosedur secara menyeluruh
Penjelasan terkait peraturan / prosedur masuk akal
Atasan berkomunikasi secara rinci kapanpun diperlukan
Atasan menyesuaikan komunikasi terhadap kebutuhan khusus
individu
Puas dengan pekerjaan
Antusias dengan pekerjaan
Menikmati setiap hari kerja
Menemukan kegembiraan yang nyata dalam pekerjaan
Memandang pekerjaan kurang menyenangkan (R)
Merasa masalah yang dihadapi perusahaan adalah juga
masalahnya
Merasa menjadi bagian dari PT Indonesia Power
Merasa terikat secara emosional dengan PT Indonesia Power
PT Indonesia Power memiliki arti secara personal
Mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan
Berniat mencari pekerjaan lain dalam waktu satu tahun
mendatang
Berniat untuk bekerja di PT Indonesia Power sampai pensiun
(R)
Berpikir untuk berhenti dari PT Indonesia Power
Sumber : Colquitt (2001), Brayfield dan Rothe (1951), Meyer et al. (1993), dan Shore et al.
(1990)
50
Data yang dihasilkan pada penelitian ini dievaluasi melalui uji validitas dan
reliabilitas untuk memastikan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini adalah valid dan reliabel. Uji validitas bertujuan untuk memeriksa apakah isi
kuesioner sudah tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur dan cukup dipahami
oleh semua responden yang diindikasikan oleh kecilnya persentase jawaban
responden yang tidak terlalu menyimpang dari jawaban responden lainnya.
Sugiyono (2008) menyatakan bahwa validitas dapat dilakukan dengan
mengkorelasikan
antar
item
skor
instrumen
dalam
suatu
faktor
dan
mengkorelasikan antar skor faktor dengan skor total. Pengujian validitas
dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan
koefisien korelasi ≥ 0,3, maka butir instrument dinyatakan valid. Rumus
perhitungannya sebagai berikut :
(
√
(
) √
)(
)
( )
(
)
Keterangan :
Rxy
= Koefisien Korelasi
xi
= Skor butir
yi
= Skor total
Uji reliabilitas bertujuan untuk mencari tahu sampai sejauh mana konsistensi
alat ukur yang digunakan, sehingga bila alat ukur tersebut digunakan kembali
untuk meneliti obyek yang sama dengan teknik yang sama walaupun waktunya
51
berbeda, maka hasil yang akan diperoleh akan sama. Suatu instrumen dikatakan
reliabel jika memiliki nilai Alpha Cronbach ≥ 0,60 (Hair et al., 2010).
Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3
Uji Validitas Instrumen Penelitian
No
Konstruk
1
Keadilan Distributif
2
Keadilan Prosedural
3
Keadilan Interaksional
4
Kepuasan Kerja
5
Komitmen
6
Intensi Keluar
Indikator
dj1
dj2
dj3
dj4
pj1
pj2
pj3
pj4
pj5
pj6
pj7
ij1
ij2
ij3
ij4
ij5
ij6
ij7
ij8
ij9
js1
js2
js3
js4
js5
co1
co2
co3
co4
co5
ti1
ti2
ti3
Koefisien Korelasi
0,963
0,868
0,928
0,914
0,843
0,700
0,690
0,914
0,827
0,781
0,767
0,954
0,954
0,954
0,965
0,920
0,915
0,725
0,819
0,873
0,872
0,845
0,733
0,851
0,658
0,703
0,623
0,619
0,719
0,715
0,851
0,828
0,876
Signifikansi
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber : Data Diolah (Lampiran 2)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa instrumen penelitian yang
digunakan memiliki skor product moment lebih dari 0,3 dengan taraf signifikansi
kurang dari 5 persen sehingga semua butir dalam instrumen dikatakan valid.
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
52
Tabel 4.4
Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Konstruk
Keadilan Distributif
Keadilan Prosedural
Keadilan Interaksional
Kepuasan Kerja
Komitmen
Intensi Keluar
Alpha Cronbach
0,936
0,893
0,969
0,844
0,906
0,809
Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber : Data Diolah (Lampiran 2)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa Alpha Cronbach seluruh
instrumen lebih besar daripada 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran
tersebut dapat memberikan hasil yang konsisten apabila dilakukan pengukuran
kembali terhadap subyek yang sama.
4.5 Metode Analisis Data
Suatu penelitian membutuhkan analisis data dan intepretasinya yang
bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam rangka
mengungkap
fenomena
penyederhanaan
data
sosial
menjadi
tertentu.
bentuk
Analisis
yang
lebih
data
adalah
mudah
proses
dibaca
dan
diintepretasikan. Teknik analisis yang dipilih untuk menganalisis data harus sesuai
dengan pola penelitian dan variabel yang akan diteliti. Metode analisis data
diuraikan pada paparan berikut ini.
4.6.1
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan tanggapan
responden terhadap masing-masing pertanyaan yang diajukan. Seluruh variabel
dideskripsikan dengan menggunakan nilai rata-rata. Penilaian distribusi data
setiap variabel menggunakan rentang kriteria yang dihitung dengan rumus:
53
= (Nilai tertinggi – Nilai terrendah) / Jumlah Interval
= (5 – 1 ) / 5
= 0,8
Berdasarkan rentang kriteria tersebut disusunlah kelompok interval sesuai
tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Kelompok Interval
Rentang
1,00-1,79
1,80 -2,59
2,60 -3,39
3,4 -4,19
4,20 -5,00
Kriteria
Sangat Tidak Puas
Sangat Tidak Komit
Sangat Rendah
Tidak Puas
Tidak Komit
Rendah
Cukup Puas
Cukup Komit
Cukup Tinggi
Puas
Komit
Tinggi
Sangat Puas
Sangat Komit
Sangat Tinggi
4.6.2 Teknik Analisis
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least
Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation Modeling
(SEM) yang berbasis komponen atau varian. Menurut Ghozali (2009), PLS
merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis
kovarian menjadi berbasis varian.
SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori sedangkan
PLS lebih bersifat predictive model. PLS merupakan metode analisis yang
powerfull (Ghozali, 2008), karena tidak didasarkan pada banyak asumsi.
54
Misalnya, data harus terdistribusi normal, sampel tidak harus besar. Selain dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk
menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS dapat sekaligus
menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif dan formatif.
Menurut Ghozali (2008) tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk tujuan
prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah linear agregat
dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk menciptakan komponen skor
variabel laten didapat berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang
menghubungkan antarvariabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu
hubungan antara indikator dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah
residual variance dari variabel dependen.
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi
tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor
variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang
menghubungkan variabel laten dan antarvariabel laten dan indikatornya (loading).
Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi)
untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS
menggunakan proses iterasi 3 tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan
estimasi.
Tahap
pertama,
menghasilkan
weight
estimate,
tahap
kedua
menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap ketiga
menghasilkan estimasi means dan lokasi (Ghozali, 2008).
55
4.6.2.1 Model Struktural atau Inner Model
Inner model (inner relation, structural model, dan substantive theory)
menggambarkan hubungan antarvariabel laten berdasarkan pada teori substantif.
Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk
dependen, Stone-Geisser Q-square test untuk predictive relevance, dan uji t serta
signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural.
Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk
setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada
regresi. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh
variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah
mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2008). Hasil R-square sebesar
0,67, 0,33, dan 0,19 mengindikasikan bahwa model “baik”, “moderat”, dan
“lemah”. Persamaan inner model adalah :
( )
Keterangan :
= matriks konstruk laten endogen
= koefisien matriks variabel endogen
= matriks konstruk laten eksogen
= koefisien matriks variabel eksogen
= inner model residual matriks
Di samping melihat nilai R-square, model PLS juga dievaluasi dengan
melihat Q-square prediktif relevansi untuk model konstruktif. Q-square
mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi
56
parameternya. Nilai Q-square > 0 menunjukkan model memiliki predictive
relevance; sebaliknya jika nilai Q-Square ≤ 0 menunjukkan model kurang
memiliki predictive relevance. Perhitungan Q-Square dilakukan dengan rumus :
2
2
2
2
Q = 1 – ( 1 – R ) ( 1 – R ) ....... ( 1- R )………………….(3)
1
2
2
2
p
2
, dimana R , R ... R adalah R-square variabel endogen.
1
2
p
2
2
Besaran Q memiliki nilai dengan rentang 0 < Q < 1, dimana semakin
2
mendekati 1 berarti model semakin baik. Besaran Q ini setara dengan koefisien
determinasi total pada analisis jalur (path analysis).
4.6.2.2 Model Pengukuran atau Outer Model
Convergent validity dari model pengukuran dengan model reflektif indikator
dinilai berdasarkan korelasi antara item score / component score dengan construct
score yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian
untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading
0,5 sampai 0,60 dianggap cukup (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2008). Discriminant
validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan
cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item
pengukuran lebih besar daripada korelasi dengan konstruk lainnya, maka akan
menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok yang lebih
baik daripada ukuran blok lainnya. Persamaan outer model adalah :
( )
( )
57
Keterangan :
x dan y = matriks variabel manifes eksogen dan endogen
dan
= matriks konstruk laten eksogen dan endogen
= matriks koefisien (matriks loading)
= matriks outer model residu
Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah membandingkan nilai
square root of Average Variance Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi
antara konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih
besar daripada nilai korelasi antarkonstruk dengan konstruk lainnya dalam model,
maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Pengukuran ini
dapat digunakan untuk mengukur reabilitas component score variabel laten dan
hasilnya
lebih
konservatif
dibandingkan
dengan
composite
reability.
Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0,50 (Fornnel dan Larcker, 1981).
Rumus perhitungan AVE adalah :
( )
( )
Keterangan :
= faktor loading
= 1Composite realiability yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi
dengan dua macam ukuran yaitu internal consistency dan Cronbach’s Alpha
(Ghozali, 2008). Rumus perhitungan composite reliability adalah :
(
(
)
)
( )
( )
58
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Sejarah Perusahaan
PT Indonesia Power merupakan salah satu anak perusahaan yang sepenuhnya
dimiliki oleh PT PLN (Persero). PT Indonesia Power sebelumnya bernama PT
PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali I (PLN PJB I) dan didirikan pada
tanggal 3 Oktober 1995 sebagai langkah untuk memulai kemandirian bisnis sektor
pembangkitan tenaga listrik di Indonesia. Pada tanggal 3 Oktober 2000, nama PT
PLN PJB I berubah menjadi PT Indonesia Power.
Saat ini, PT Indonesia Power memfokuskan kegiatan usahanya sebagai
penyedia tenaga listrik dengan mengoperasikan pembangkit yang tersebar di Jawa
- Bali dengan total kapasitas sebesar 8.996 MW dan produksi sekitar 43 TWh.
Selain itu, perusahaan juga mengoperasikan dua pembangkit dengan kapasitas
gabungan sebesar 62 MW di luar Jawa - Bali. Sampai dengan tahun 2012, PT
Indonesia Power memiliki pangsa pasar sebesar 25% dalam industri kelistrikan.
Realisasi penjualan tenaga listrik dalam 5 tahun terakhir menurun rata‐rata sebesar
2,9% dan pangsa pasar di Jawa - Bali juga menurun. Hal ini disebabkan pada
periode tersebut PT Indonesia Power tidak memiliki pembangkit baru, sedangkan
di pasar Jawa - Bali banyak muncul pembangkit baru yang memiliki merit tinggi
sehingga alokasi energi lebih banyak jatuh ke pembangkit baru tersebut.
59
Pembangkit yang dimiliki PT Indonesia Power terdiri dari berbagai jenis /
tipe dan bahan bakar, dimana PLTU dan PLTGU menyumbang sekitar 73% dari
total kapasitas terpasang, yang dalam hal ini termasuk pembangkit yang dimiliki
yaitu PLTU Suralaya, sedangkan sisa dari total kapasitas terpasang terdiri dari
beberapa pembangkit PLTA, PLTP, PLTG dan PLTD dengan skala lebih kecil.
Pembangkit PT Indonesia Power terbagi menjadi 8 Unit Bisnis Pembangkitan
(UBP), yaitu: UBP Suralaya, UBP Priok, UBP Saguling, UBP Kamojang, UBP
Mrica, UBP Semarang, UBP Perak - Grati, dan UBP Bali. Untuk menunjang
pemeliharaan mesin pembangkit, perusahaan memiliki Unit Bisnis Pemeliharaan
(UBH). Pembangkit-pembangkit yang dioperasikan bertujuan untuk memenuhi
pertumbuhan konsumsi listrik yang setiap tahun tumbuh di atas 8%. Data
pertumbuhan kebutuhan listrik disajikan pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 5.1
Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka Pertumbuhan, Dan Rasio Elektrifikasi
Sumber : RUPTL 2010 – 2019
Pada pasar kelistrikan yang terus tumbuh tersebut, perusahaan menghadapi
pesaing, yaitu:
60
1) PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB)
2) Unit Bisnis PT PLN: PLN Pembangkitan Tanjung Jati B, PLN Pembangkitan
Muara Tawar, PLN Pembangkitan Cilegon
3) Independent Power Producer (IPP): Jawa Power, PEC, S2P, Chevron
Geothermal Indonesia, Star Energy Geothermal, Geodipa Energy, PJT II,
Cikarang Listrikindo
4) Captive Power: micro hydro milik perseorangan atau genset industri/ hotel.
Selain menjadi penyedia tenaga listrik, sesuai dengan amanat pemegang
saham, perusahaan juga melakukan usaha di bidang penyedia jasa Operation &
Maintenance (O&M) dan mulai dirintis pada tahun 2009. Adapun Pembangkit
yang menggunakan jasa O&M dari Perusahaan antara lain PLTU Labuan, PLTU
Banten 1 Suralaya, PLTU Pelabuhan Ratu, dan PLTU Lontar.
Disamping itu, Perusahaan juga memiliki tiga Anak Perusahaan, PT Cogindo
Daya Bersama yang didirikan tahun 1999 dengan kepemilikan 100%, bergerak di
bidang usaha pengoperasian cogeneration, jasa pemeliharaan dan outsourcing, PT
Arta Daya Coalindo yang didirikan tahun 1998 dengan kepemilikan 60%,
bergerak di bidang usaha trading dan transportasi batubara dan PT Indo Pusaka
Berau yang didirikan tahun 2005 dengan kepemilikan saham 50%, bergerak di
bidang penyediaan tenaga listrik.
Sejarah UBP Bali dimulai pada tahun 1973 yang ketika itu bernama PLN
Sektor Pesanggaran di bawah PLN Wilayah XI. Pada tahun 1987 berubah menjadi
PLN Sektor Bali di bawah PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian
Timur dan Bali (KJT). Pada Tahun 1995 menjadi bagian dari PT PLN PJB I dan
61
bernama PT PLN PJB I Unit Pembangkitan (UP) Bali. Sejalan dengan
perkembangan dan perubahan regulasi sektor ketenagalistrikan, pada tanggal 3
Oktober 2000 UP Bali berubah nama menjadi PT Indonesia Power Unit Bisnis
Pembangkitan (UBP) Bali.
Sampai dengan bulan November tahun 2012, UBP Bali mengelola 11 unit
PLTD dan 4 unit PLTG yang berlokasi di Pesanggaran, Denpasar, 2 unit PLTG di
Pemaron, Singaraja, dan 1 unit PLTG di Gilimanuk. Disamping itu, UBP Bali
juga dipercaya untuk mengoperasikan 5 unit PLTD di Pontianak, Kalimantan
Barat. Data spesifikasi mesin diinformasikan dalam tabel 5.2 berikut ini :
Tabel 5.2
Data Pembangkit PT Indonesia Power UBP Bali
No
Fungsi
Merk
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
PLTD 1
PLTD 2
PLTD 3
PLTD 4
PLTD 5
PLTD 6
PLTD 7
PLTD 8
PLTD 9
PLTD 10
PLTD 11
PLTG 1
PLTG 2
PLTG 3
PLTG 4
PLTG 1
PLTG 1
PLTG 2
PLTD 1
PLTD 2
PLTD 3
PLTD 4
PLTD 5
MIRRLESS
MIRRLESS
MIRRLESS
MIRRLESS
MIRRLESS
MIRRLESS
MIRRLESS
SWD
SWD
SWD
SWD
Alsthom Atlantique
General Electrik
Westinghouse
Westinghouse
ABB
General Electrik
General Electrik
Wartsila
Wartsila
Wartsila
Wartsila
Wartsila
Sumber : Data Perusahaan
Daya
Terpasang
5.08 MW
5.08 MW
5.08 MW
5.08 MW
4.14 MW
6.77 MW
6.77 MW
6.52 MW
6.52 MW
12.39 MW
12.39 MW
21.35 MW
20.1 MW
42 MW
42 MW
133.8 MW
48.8 MW
48.8 MW
2.7 MW
2.7 MW
2.7 MW
2.7 MW
2.7 MW
Type
16 KV MAYOR
16 KV MAYOR
16 KV MAYOR
16 KV MAYOR
12 KV MAYOR
16 KV MAYOR
16 KV MAYOR
12 TM 410
12 TM 410
09 TM 620
09 TM 620
PG 5341 P
MS 500 L
CW 251 B11
CW 251 B11
13 E 2
MS 700 B-C
MS 700 B-C
9L, 26
9L, 26
9L, 26
9L, 26
9L, 26
Tahun
Operasi
1974
1974
1974
1974
1980
1982
1982
1983
1983
1989
1989
1985
1993
1994
1994
1997
2004
2004
1997
1997
1997
1997
1997
Lokasi
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Pesanggaran
Gilimanuk
Pemaron
Pemaron
Pontianak
Pontianak
Pontianak
Pontianak
Pontianak
62
Untuk mengantisipasi pertumbuhan konsumsi, UBP Bali menambah kapasitas
pembangkit dengan skema BOT (Built-Operate-Transfer) dan BOO (BuiltOperate-Own). Pada tanggal 7 November 2010 terpasang PLTD BOO Pemaron
dengan daya mampu sebesar 45 MW yang dibangkitkan dari 59 mesin diesel.
Pada pusat beban yakni di Denpasar dipasang 3 unit PLTD BOO dan 3 unit PLTD
BOT. Komisioning PLTD BOO Pesanggaran dilaksanakan pada tanggal 27
Februari 2011 dan PLTD BOT Pesanggaran pada tanggal 16 Maret 2011.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk terus menerus mengurangi
konsumsi bahan bahar minyak, maka 9 unit PLTD Pesanggaran mulai bulan Juli
2012 sudah tidak dioperasikan lagi. Sebagai gantinya, akan dilakukan pemasangan
mesin baru dengan bahan bakar gas. Kapasitas terpasang pembangkit yang
dimiliki UBP Bali sampai bulan November 2012 sebesar 382,65 MW, daya yang
dibangkitkan dari PLTD BOO / BOT sebesar 205 MW, ditambah pasokan melalui
kabel laut sebesar 200 MW, sehingga pasokan total sebesar 787,65 MW. Dengan
pasokan total sebesar itu diharapkan kebutuhan listrik di Bali dapat terpenuhi.
5.1.2 Analisis Deskriptif
5.1.2.1 Gambaran Umum Responden
Obyek penelitian ini adalah seluruh karyawan mulai jenjang Pelaksana
sampai Penyelia Atas di PT Indonesia Power UBP Bali yang berwilayah di
Pesanggaran, Pemaron, dan Gilimanuk. Jumlah kuesioner yang didistribusikan
sebanyak 230 buah dan dibagikan secara langsung. Dari seluruh kuesioner yang
didistribusikan, kembali sebanyak 183 buah, sehingga response rate sebesar
79,56%.
63
Gambaran umum responden disajikan untuk melihat profil serta karakteristik
data penelitian dan hubungan antarvariabel (Hair et.al., 2010). Profil responden
berdasarkan jenis kelamin, bidang kerja, jenjang jabatan, grade, dan tahun masuk
disajikan dalam tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.3
Profil Responden
Keterangan
Lak-laki
JENIS KELAMIN
Perempuan
Basic 3
GRADE
Basic 2
Basic 1
Specific 4
Specific 3
Specific 2
Specific 1
System 4
System 3
PLTD / G Pesanggaran
BIDANG
PLTG Gilimanuk
PLTG Pemaron
Logistik
Enjiniring & Manajemen Aset
SDM & Humas
SIS & Keuangan
Teknik
Pelaksana
JENJANG
Penyelia Dasar
JABATAN
Penyelia Atas
1980 – 1984
TAHUN MASUK
1985 – 1989
1990 – 1994
2000 – 2004
2005 – 2009
2010 -
Total
171
12
18
59
1
33
35
19
13
3
2
81
27
27
4
5
13
10
16
118
41
23
19
17
57
43
28
19
Persentase
93,4
6,6
9,8
32,2
0,5
18
19,1
10,4
7,1
1,6
1,1
44,3
14,8
14,8
2,2
2,7
7,1
5,5
8,7
65
22,4
12,6
10,4
9,3
31,1
23,5
15,3
10,4
Sumber : Data Diolah (Lampiran 4)
Tabel 5.3 menginformasikan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin
laki-laki (93,4%), berada pada grade Basic 2 (32,2%), bekerja di PLTD/G
Pesanggaran (44,3%), jenjang jabatan Pelaksana (64,8%), dan mulai bekerja
antara tahun 1990 – 1994 (31,1%).
64
5.1.2.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan alat ukur statistik yang penting dalam
suatu populasi. Karakteristik responden dalam penelitian ini digambarkan melalui
bidang /unit kerja, jenjang jabatan, dan tahun masuk kerja yang dikaitkan dengan
kepuasan kerja, komitmen, dan intensi keluar. Karakteristik responden tersebut
digambarkan melalui tabel-tabel berikut.
Tabel 5.4
Tingkat Kepuasan Kerja Pegawai Berdasarkan Bidang/Unit Kerja
Bidang/Unit Kerja
PLTD/G Pesanggaran
PLTG Gilimanuk
PLTG Pemaron
Logistik
Enjiniring & Manajemen
Aset
SDM & Humas
SIS & Keuangan
Teknik
Total
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Tidak
Puas
3
3,7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
6,2
4
2,2
Cukup
Puas
4
4,9
3
11,1
1
3,7
0
0
0
0
0
0
1
10
0
0
9
4,9
Puas
52
64,2
21
77,8
21
77,8
4
100
3
60
11
84,6
7
70
10
62,5
129
70,5
Sangat
Puas
22
27,2
3
11,1
5
18,5
0
0
2
40
2
15,4
2
20
5
31,2
41
22,4
Total
81
100
27
100
27
100
4
100
5
100
13
100
10
100
16
100
183
100
Sumber : Data Diolah (Lampiran 4)
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa kepuasan kerja mencapai tingkat yang tinggi
dilihat dari jumlah karyawan yang puas mencapai 70,5% dan yang sangat puas
mencapai 22,4%. Kepuasan tertinggi dirasakan oleh karyawan di bidang Logistik
(100%) dan terdapat karyawan yang tidak puas di unit PLTD/G Pesanggaran
(3,7%) dan di bidang Teknik (6,2%).
65
Tabel 5.5
Tingkat Kepuasan Kerja Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan
Jenjang Jabatan
Pelaksana
Penyelia Dasar
Penyelia Atas
Total
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Tidak
Puas
4
3,4
0
0
0
0
4
2,2
Cukup
Puas
6
5,0
3
7,3
0
0
9
4,9
Puas
84
70,6
27
65,9
18
78,3
129
70,5
Sangat
Puas
25
21,0
11
26,8
5
21,7
41
22,4
Total
119
100
41
100
23
100
183
100
Sumber : Data Diolah (Lampiran 4)
Tabel 5.5 menginformasikan bahwa kepuasan tertinggi dirasakan oleh
karyawan pada jenjang jabatan Penyelia Atas, dimana total karyawan yang merasa
puas dan sangat puas mencapai 100%, sedangkan kepuasan paling rendah pada
jenjang Pelaksana dimana karyawan yang merasa tidak puas mencapai 3,4%.
Tabel 5.6
Tingkat Kepuasan Kerja Pegawai Berdasarkan Tahun Masuk
Jenjang Jabatan
1980 – 1984
1985 – 1989
1990 – 1994
2000 – 2004
2005 – 2009
2010 Total
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Tidak
Puas
Cukup
Puas
Puas
Sangat
Puas
Total
0
0
0
0
2
3,5
0
0
0
0
2
10,5
4
2,2
0
0
1
5,9
2
3,5
2
4,7
1
3,6
3
18,8
9
4,9
16
84,2
12
70,6
37
64,9
31
72,1
20
71,4
13
68,4
129
70,5
3
15,8
4
23,5
16
28,1
10
23,3
7
25
1
5,3
41
22,4
19
100
17
100
57
100
43
100
28
100
19
100
183
100
Sumber : Data Diolah (Lampiran 4)
Tabel 5.6 menginformasikan bahwa kepuasan tertinggi dirasakan oleh
karyawan masuk antara tahun 2000 – 2004, dimana total karyawan yang merasa
puas dan sangat puas mencapai 95,4%, sedangkan kepuasan paling rendah
66
dirasakan oleh karyawan yang masuk pada tahun 2010, dimana total karyawan
yang merasa tidak puas dan cukup puas mencapai 29,3%.
Tabel 5.7
Tingkat Komitmen Pegawai Berdasarkan Bidang / Unit Kerja
Bidang / Unit Kerja
PLTD / G Pesanggaran
PLTG Gilimanuk
PLTG Pemaron
Logistik
Enjiniring & Manajemen
Aset
SDM & Humas
SIS & Keuangan
Teknik
Total
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Tidak
Komit
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
6,2
1
0,5
Cukup
Komit
5
62
3
11,1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
6,2
9
4,9
Komit
53
65.4
21
77,8
18
66,7
2
50
3
60
11
84,6
8
80
9
56,2
125
68,3
Sangat
Komit
23
28.4
3
11,1
9
33,3
2
50
2
40
2
15,4
2
20
5
31,2
48
26,2
Total
81
100
27
100
27
100
4
100
5
100
13
100
10
100
16
100
183
100
Sumber : Data Diolah (Lampiran 4)
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa komitmen mencapai tingkat yang tinggi
dilihat dari jumlah karyawan yang komit mencapai 68,3% dan yang sangat komit
mencapai 26,2%. Komitmen tertinggi diberikan oleh karyawan di bidang / unit
PLTG Pemaron, Logistik, Enjiniring dan Manajemen Aset, SDM dan Humas, dan
SIS dan Keuangan, dimana total karyawan yang komit dan sangat komit mencapai
100%. Komitmen paling rendah diberikan oleh karyawan di bidang Teknik,
dimana total karyawan yang tidak komit dan cukup komit mencapai 12,4%.
67
Tabel 5.8
Tingkat Komitmen Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan
Jenjang Jabatan
Pelaksana
Penyelia Dasar
Penyelia Atas
TOTAL
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Tidak
Komit
1
0,8
0
0
0
0
1
0,5
Cukup
Komit
7
5,9
2
4,9
0
0
9
4,9
Komit
84
70,6
28
68,3
13
56,5
125
68,3
Sangat
Komit
27
22,7
11
26,8
10
43,5
48
26,2
Total
119
100
41
100
23
100
183
100
Sumber : Data Diolah (Lampiran 4)
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa komitmen tertinggi diberikan oleh karyawan
pada jenjang jabatan Penyelia Atas, dimana total karyawan yang komit dan sangat
komit mencapai 100%, sedangkan komitmen paling rendah pada jenjang jabatan
Pelaksana dimana total karyawan yang tidak komit dan cukup komit mencapai
6,7%.
Tabel 5.9
Tingkat Komitmen Pegawai Berdasarkan Tahun Masuk
Tahun Masuk
1980 – 1984
1985 – 1989
1990 – 1994
2000 – 2004
2005 – 2009
2010 TOTAL
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Tidak
Komit
0
0
0
0
1
1,8
0
0
0
0
0
0
1
0,5
Sumber : Data Diolah (Lampiran 4)
Cukup
Komit
1
5,3
1
5,9
2
3,5
1
2,3
0
0
4
21,1
9
4,9
Komit
11
57,9
10
58,8
37
64,9
31
72,1
21
75
15
78,9
125
68,3
Sangat
Komit
7
36,8
6
35,3
17
29,8
11
25,6
7
25
0
0
48
26,2
Total
19
100
17
100
57
100
43
100
28
100
19
100
183
100
68
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa komitmen tertinggi diberikan oleh karyawan
masuk antara tahun 2005 – 2009, dimana total karyawan yang komit dan sangat
komit mencapai 100%, sedangkan komitmen paling rendah diberikan oleh
karyawan yang masuk pada tahun 2010, dimana total karyawan yang tidak komit
dan cukup komit mencapai 21,1%.
Tabel 5.10
Tingkat Intensi Keluar Berdasarkan Bidang / Unit Kerja
Bidang / Unit Kerja
PLTD / G
Pesanggaran
PLTG Gilimanuk
PLTG Pemaron
Logistik
Enjiniring &
Manajemen Aset
SDM & Humas
SIS & Keuangan
Teknik
Total
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Sangat
Rendah
34
42,0
7
25,9
14
51,9
3
75
0
0,0
3
23,1
4
40
8
50,0
73
39,9
Rendah
32
39,5
11
40,7
12
44,4
1
25
3
60
7
53,8
2
20
5
31,2
73
39,9
Cukup
Tinggi
12
14,8
8
29,6
1
3,7
0
0
2
40
2
15,4
4
40
2
12,5
31
16,9
Tinggi
2
2,5
1
3,7
0
0
0
0
0
0
1
7,7
0
0
0
0
4
2,2
Sangat
Tinggi
1
1,2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
6,2
2
1,1
Total
81
100
27
100
27
100
4
100
5
100
13
100
10
100
16
100
183
100
Sumber : Data Diolah (Lampiran 4)
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa intensi keluar mencapai tingkat yang rendah
dilihat dari jumlah karyawan yang memiliki intensi keluar rendah mencapai
39,9% dan yang sangat rendah mencapai 39,9%. Intensi keluar paling rendah
dimiliki oleh karyawan pada bidang Logistik (100%), sedangkan intensi keluar
tertinggi dimiliki oleh karyawan pada bidang SIS dan Keuangan dan Enjiniring
dan Manajemen Aset (40%).
69
Tabel 5.11
Tingkat Intensi Keluar Berdasarkan Jenjang Jabatan
Jenjang Jabatan
Pelaksana
Penyelia Dasar
Penyelia Atas
Total
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Sangat
Rendah
46
38,7
16
39,0
11
47,8
73
39,9
Rendah
47
39,5
18
43,9
8
34,8
73
39,9
Cukup
Tinggi
20
16,8
7
17,1
4
17,4
31
16,9
Tinggi
4
3,4
0
0
0
0
4
2,2
Sangat
Tinggi
2
1,7
0
0
0
0
2
1,1
Total
119
100
41
100
23
100
183
100
Sumber : Data Diolah (Lampiran 4)
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa intensi keluar paling rendah dimiliki oleh
karyawan pada jenjang jabatan Penyelia Atas (82,6%), sedangkan intensi keluar
tertinggi dimiliki oleh karyawan pada jenjang jabatan Pelaksana (21,9%).
Tabel 5.12
Tingkat Intensi Keluar Berdasarkan Tahun Masuk
Tahun Masuk
1980 – 1984
1985 – 1989
1990 – 1994
2000 – 2004
2005 – 2009
2010 TOTAL
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Jml
(%)
Sangat
Rendah
7
36,8
8
47,1
27
47,4
18
41,9
11
39,3
2
10,5
73
39,9
Rendah
9
47,4
7
41,2
25
43,9
14
32,6
12
42,9
6
31,6
73
39,9
Cukup
Tinggi
3
15,8
2
11,8
3
5,3
8
18,6
5
19,9
10
52,6
31
16,9
Tinggi
0
0
0
0
0
0
2
7
0
0
1
5,3
4
2,2
Sangat
Tinggi
0
0
0
0
2
3,5
0
0
0
0
0
0
2
1,1
Total
19
100
17
100
57
100
43
100
28
100
19
100
183
100
Sumber : Data Diolah (Lampiran 4)
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa intensi keluar paling rendah dimiliki oleh
karyawan yang masuk antara 1985 – 1989 (88,3%), sedangkan intensi keluar
tertinggi dimiliki oleh karyawan yang masuk pada tahun 2010 (57,9%).
70
5.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian
Dari hasil penelitian dapat diketahui jawaban responden atas kuesioner
tersebut dan tersaji dalam Tabel 5.13.
Tabel 5.13
Deskripsi Variabel Penelitian
Konstruk /
Variabel
Keadilan
Distributif
Keadilan
Prosedural
Keadilan
Interaksional
Kepuasan
Kerja
Komitmen
Intensi
Keluar
Jumlah Responden
1
2
3
4
Persamaan
dj1
2
12 12 140
Kelayakan
dj2
1
10 14 145
Kontribusi
dj3
1
6
22 137
Kinerja
dj4
1
5
20 140
Rata-rata Skor Keadilan Distributif
Kendali proses
pj1
1
8
32 128
Kendali keputusan
pj2
4
36 51
79
Konsisten
pj3
0
18 44 104
Bebas prasangka
pj4
0
15 50 103
Akurasi informasi
pj5
0
6
44 115
Mampu koreksi
pj6
2
34 47
90
Etika & Moral
pj7
0
1
16 126
Rata-rata Skor Keadilan Prosedural
Kesopanan
ij1
0
4
11 136
Bermartabat
ij2
0
5
13 130
Hormat
ij3
0
4
14 126
Kepantasan kataij4
0
3
18 142
kata
Kejujuran
ij5
2
6
26 123
Pembenaran
ij6
1
10 22 132
Masuk Akal
ij7
0
7
16 148
Tepat Waktu
ij8
1
8
23 133
Spesifik
ij9
1
8
26 138
Rata-rata Skor Keadilan Interaksional
Kepuasan
js1
1
4
18 146
Antusiasme
js2
0
4
9
151
Kenikmatan
js3
0
3
13 139
Kegembiraan
js4
0
5
21 138
Kesenangan
js5
1
19 38
96
Rata-rata Skor Kepuasan Kerja
Menjadi bagian dari
co1
0
3
18 139
masalah perusahaan
Menjadi bagian dari
co2
0
1
5
140
perusahaan
Perasaan Terikat
co3
0
8
16 118
Arti Personal
co4
0
3
15 134
Rasa Memiliki
co5
1
3
18 125
Rata-rata Skor Komitmen
Keinginan mencari
ti1
65 85 20
12
pekerjaan lain
Keinginan untuk
ti2
61 93 25
2
tetap bekerja
Pikiran untuk
meninggalkan
ti3
64 80 18
15
organisasi
Rata-rata Skor Intensi Keluar
Indikator
Simbol
Sumber : Data Diolah (Lampiran 5)
5
17
13
17
17
Total
Resp
183
183
183
183
Total
Skor
707
708
712
716
14
13
17
15
18
10
40
183
183
183
183
183
183
183
695
610
669
667
694
621
754
32
35
39
183
183
183
745
744
749
Ratarata Skor
3,86
3,87
3,89
3,91
3,8825
3,8
3,33
3,66
3,64
3,79
3,39
4,12
3,675
4,07
4,07
4,09
20
183
728
3,98
26
18
12
18
10
183
183
183
183
183
714
705
714
708
697
14
19
28
19
29
183
183
183
183
183
717
734
741
720
682
3,90
3,85
3,90
3,87
3,81
3,948
3,92
4,01
4,05
3,93
3,73
3,928
23
183
731
3,99
37
183
762
4,16
41
31
36
183
183
183
741
742
741
4,05
4,05
4,05
4,06
1
183
348
1,9
2
182
340
1,86
6
183
368
2,01
1,883
71
Berdasarkan Tabel 5.13 dapat dinyatakan sebagai berikut:
1) Rata-rata
skor
sebesar
3,8825
pada
konstruk
Keadilan
Distributif
menunjukkan bahwa karyawan UBP Bali merasa imbalan yang mereka terima
telah memenuhi asas kontribusi. Indikator yang mempunyai rata-rata skor
tertinggi adalah indikator Kinerja sebesar 3,91, menunjukkan bahwa karyawan
menganggap imbalan yang mereka terima telah sesuai dengan kinerja yang
dihasilkan. Indikator yang mempunyai rata-rata skor yang paling rendah
dibanding rata-rata skor keseluruhan adalah indikator Persamaan sebesar 3,86,
yang menunjukkan bahwa karyawan merasa imbalan yang mereka terima
setara dengan usaha yang diberikan kepada perusahaan.
2) Rata-rata skor sebesar 3,675 pada konstruk Keadilan Prosedural menunjukkan
bahwa karyawan UBP Bali merasa proses untuk menentukan distribusi imbalan
telah sesuai dengan asas keadilan. Indikator yang mempunyai rata-rata skor
tertinggi adalah indikator Etika dan Moral sebesar 4,12 menunjukkan bahwa
karyawan merasa peraturan yang diterbitkan telah menjunjung etika dan moral.
Indikator yang mempunyai rata-rata skor yang paling rendah dibanding ratarata skor keseluruhan adalah indikator Kendali Keputusan sebesar 3,33
menunjukkan bahwa karyawan yang diwakili Persatuan Pegawai merasa cukup
dapat mengawasi penerapan peraturan.
3) Rata-rata skor sebesar 3,948 pada konstruk Keadilan Interaksional
menunjukkan bahwa karyawan UBP Bali merasa telah diperlakukan dengan
penuh martabat, perhatian, dan rasa hormat. Indikator yang mempunyai ratarata skor tertinggi adalah indikator Hormat sebesar 4,09 menunjukkan bahwa
72
karyawan merasa diperlakukan dengan rasa hormat oleh atasan. Indikator yang
mempunyai rata-rata skor yang paling rendah dibanding rata-rata skor
keseluruhan adalah indikator Spesifik sebesar 3,81 menunjukkan bahwa
karyawan merasa atasan telah menyesuaikan komunikasi sesuai dengan
kebutuhan khusus individu.
4) Rata-rata skor sebesar 3,928 pada konstruk Kepuasan Kerja menunjukkan
bahwa karyawan UBP Bali merasa senang akibat persepsi bahwa pekerjaannya
memenuhi atau memungkinkan terpenuhinya nilai-nilai kerja penting. Indikator
yang mempunyai rata-rata skor tertinggi adalah indikator Kenikmatan sebesar
4,05 menunjukkan bahwa karyawan menikmati setiap hari kerja. Indikator
yang mempunyai rata-rata skor yang paling rendah dibanding rata-rata skor
keseluruhan adalah indikator Kesenangan sebesar 3,73 menunjukkan bahwa
karyawan merasa pekerjaan mereka menyenangkan.
5) Rata-rata skor sebesar 4,06 pada konstruk Komitmen menunjukkan bahwa
karyawan UBP Bali merasa terikat dan terlibat dengan perusahaan. Indikator
yang mempunyai rata-rata skor tertinggi adalah indikator Menjadi Bagian
Dari Perusahaan sebesar 4,16 menunjukkan bahwa karyawan merasa menjadi
bagian dari perusahaan. Indikator yang mempunyai rata-rata skor yang paling
rendah dibanding rata-rata skor keseluruhan adalah indikator Menjadi Bagian
Dari Masalah Perusahaan sebesar 3,99 menunjukkan bahwa karyawan
merasa masalah yang dihadapi perusahaan adalah juga masalah mereka.
6) Pada konstruk Intensi Keluar seperti yang dihipotesiskan adalah berpengaruh
negatif, sehingga skor yang baik adalah serendah-rendahnya. Rata-rata skor
73
sebesar 1,883 menunjukkan rendahnya kemungkinan karyawan UBP Bali
untuk meninggalkan perusahaan suatu saat. Indikator yang mempunyai ratarata skor yang paling rendah adalah Keinginan Untuk Tetap Bekerja sebesar
1,86 menunjukkan bahwa karyawan ingin bekerja sampai pensiun. Indikator
yang mempunyai rata-rata skor yang paling tinggi dibanding rata-rata skor
keseluruhan adalah indikator Pikiran untuk meninggalkan organisasi,
masing-masing sebesar 2,01 menunjukkan rendahnya intensitas pikiran
karyawan untuk berhenti dari pekerjaan mereka di PT Indonesia Power.
5.1.5 Evaluasi Fit Model
Teknik pengolahan data menggunakan PLS memerlukan dua tahapan dalam
menilai Fit Model dari sebuah model penelitian (Ghozali, 2008). Tahap-tahap
tersebut adalah sebagai berikut :
5.1.5.1 Penilaian Outer Model atau Measurement Model
Terdapat tiga kriteria di dalam penggunaan teknik analisa data dengan
SmartPLS untuk menilai outer model, yaitu Convergent Validity, Discriminant
Validity, dan Composite Reliability.
1) Convergent validity
Convergent Validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai
berdasarkan korelasi antara item score / component score yang diestimasi
dengan software PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut
Chin (1998) dalam Ghozali (2008) untuk penelitian tahap awal skala
74
pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai. Dalam
penelitian ini digunakan batas loading factor sebesar 0,5.
Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS dapat dilihat pada tabel
5.14. Nilai outer model atau korelasi antara indikator dengan variabel pada
penelitian telah memenuhi convergent validity karena seluruhnya memiliki
nilai loading factor diatas 0,50.
Tabel 5.14
Outer Loadings
(Measurement Model)
Item
dj1
dj2
dj3
dj4
pj1
pj2
pj3
pj4
pj5
pj6
pj7
Konstruk
Keadilan Distributif
0.926323
0.918005
0.926134
0.871868
Keadilan Prosedural
0.724184
0.533192
0.767564
0.797624
0.791085
0.519035
0.740775
ij1
ij2
ij3
ij4
ij5
ij6
ij7
ij8
ij9
Konstruk
Keadilan Interaksional
0.834838
0.876024
0.902312
0.775535
0.851540
0.869964
0.744064
0.807782
0.734385
ti1
ti2
ti3
Intensi Keluar
0.839972
0.884524
0.818017
Item
Item
js1
js2
js3
js4
js5
co1
co2
co3
co4
co5
Konstruk
Kepuasan Kerja
0.829175
0.817885
0.845839
0.884886
0.600587
Komitmen
0.690627
0.813158
0.807311
0.857049
0.855273
Sumber : Output SmartPLS (Lampiran 6)
2)
Discriminant Validity
Uji discriminant validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep
dari masing-masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Model
dikatakan mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading
indikator dari sebuah variabel laten lebih besar berkorelasi dengan variabel
laten tersebut dibanding bila dikorelasikan dengan variabel laten lainnya.
Hasil pengujian discriminant validity diperoleh sebagai berikut :
75
Tabel 5.15
Nilai Discriminant Validity
(Cross Loading)
COM
DJ
IJ
JS
PJ
TI
co1
0.690627
0.306737
0.273528
0.377362
0.525256
-0.227546
co2
0.813158
0.311924
0.390522
0.565632
0.417880
-0.489841
co3
0.807311
0.368648
0.426505
0.553312
0.442273
-0.507596
co4
0.857049
0.408374
0.423876
0.602610
0.543055
-0.523030
co5
0.855273
0.413338
0.403233
0.577156
0.615971
-0.540495
dj1
0.398531
0.926323
0.251255
0.337938
0.454260
-0.330168
dj2
0.418253
0.918005
0.230970
0.391936
0.420353
-0.350586
dj3
0.417164
0.926134
0.200130
0.339676
0.497251
-0.372794
dj4
0.404908
0.871868
0.226202
0.369011
0.518137
-0.328386
ij1
0.377986
0.198459
0.834838
0.412672
0.360362
-0.238071
ij2
0.411290
0.255585
0.876024
0.419559
0.401101
-0.246098
ij3
0.465105
0.220625
0.902312
0.478457
0.410852
-0.287027
ij4
0.496403
0.209737
0.775535
0.437258
0.438874
-0.235982
ij5
0.428959
0.237169
0.851540
0.448772
0.463381
-0.258785
ij6
0.427456
0.202640
0.869964
0.432308
0.497428
-0.240222
ij7
0.318841
0.251225
0.744064
0.298293
0.382326
-0.214394
ij8
0.346700
0.169965
0.807782
0.369483
0.377471
-0.154942
ij9
0.248029
0.106110
0.734385
0.370763
0.385455
-0.151555
js1
0.503496
0.370723
0.378543
0.829175
0.410158
-0.547981
js2
0.616995
0.276253
0.348994
0.817885
0.414898
-0.442941
js3
0.607962
0.373568
0.378042
0.845839
0.477735
-0.532768
js4
0.616483
0.346417
0.477365
0.884886
0.566921
-0.560607
js5
0.294723
0.196549
0.445645
0.600587
0.262672
-0.413793
pj1
0.398436
0.397411
0.360926
0.371100
0.724184
-0.216677
pj2
0.365995
0.322911
0.269036
0.275365
0.533192
-0.308360
pj3
0.482226
0.503395
0.309251
0.418893
0.767564
-0.438053
pj4
0.482624
0.387392
0.342712
0.368736
0.797624
-0.322434
pj5
0.407684
0.332437
0.415032
0.363451
0.791085
-0.266248
pj6
0.311410
0.238841
0.247264
0.295013
0.519035
-0.241019
pj7
0.564598
0.347454
0.473532
0.514578
0.740775
-0.269859
ti1
-0.459838
-0.224077
-0.257204
-0.496644
-0.358155
0.839972
ti2
-0.619821
-0.370799
-0.284385
-0.637813
-0.438064
0.884524
ti3
-0.355620
-0.369318
-0.136281
-0.417689
-0.228997
0.818017
Sumber : Output SmartPLS (Lampiran 6)
Dari tabel 5.15 dapat dilihat bahwa nilai loading factor untuk setiap indikator
dari masing-masing variabel laten memiliki nilai loading factor yang paling
besar dibanding nilai loading factor jika dihubungkan dengan variabel laten
76
lainnya. Hal ini berarti bahwa setiap variabel laten memiliki discriminant
validity yang baik.
3)
Composite Reliability dan Average Variance Extracted (AVE)
Kriteria validitas dan reliabilitas juga dapat dilihat dari Composite Reliability
dan nilai Average Variance Extracted (AVE) dari masing-masing konstruk.
Konstruk dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika nilai composite
reliablity diatas 0,70 dan AVE berada diatas 0,50. Pada tabel 5.16 disajikan
nilai Composite Reliability dan AVE untuk seluruh variabel.
Tabel 5.16
Composite Reliability dan Average Variance Extracted
Variabel
COM
DJ
IJ
JS
PJ
TI
Composite
Reliability
0.902741
0.951153
0.949782
0.898684
0.870861
0.884648
Average Variance
Extracted (AVE)
0.651193
0.829671
0.678602
0.643127
0.496865
0.719029
Sumber : Output SmartPLS (Lampiran 6)
Tabel 5.16 menginformasikan bahwa seluruh konstruk memenuhi composite
reliability karena nilainya berada pada kisaran 0,88 – 0,95. Sedangkan pada
konstruk PJ nilai AVE yang dihasilkan tidak sesuai dengan nilai yang
direkomendasikan, yaitu 0,49. Sehingga dilakukan cara lain untuk menguji
discriminant validity, yaitu dengan membandingkan nilai akar AVE setiap
konstruk dengan korelasi antarkonstruk.
77
Tabel 5.17
Latent Variable Correlations & Akar AVE
COM
DJ
IJ
JS
PJ
TI
COM 0.806965
DJ
0.450462 0.910863
IJ
0.481439 0.249691 0.823773
JS
0.672718 0.396718 0.500258 0.801952
PJ
0.625556 0.518171 0.502632 0.544457 0.704887
TI
-0.583704 -0.379475 -0.276678 -0.625791 -0.417933 0.847956
Sumber : Output SmartPLS (Lampiran 6)
Berdasarkan tabel 5.17 terlihat bahwa nilai akar AVE (angka diagonal dalam
tabel) lebih tinggi daripada korelasi antara satu konstruk dengan konstruk
lainnya, sehingga masing-masing konstruk memenuhi discriminant validity
yang baik.
5.1.5.2 Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat
hubungan antara variabel, nilai signifikansi, dan R-square dari model penelitian.
Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk
dependen, uji t, serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural.
78
Gambar 5.1
Model Struktural
Penilaian model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap
variabel laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai
pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen
apakah mempunyai pengaruh yang substantif. Tabel 5.18 menunjukkan hasil
estimasi R-square dengan menggunakan SmartPLS.
Tabel 5.18
Nilai R-Square
Variabel
COM
DJ
IJ
JS
PJ
TI
Nilai R-Square
0,452550
0,384130
0,391615
Sumber : Output SmartPLS (Lampiran 6)
79
Tabel 5.18 memperlihatkan nilai R-square konstruk COM sebesar 0,452, JS
sebesar 0,384 dan TI sebesar 0,391. Semakin tinggi nilai R-square, maka semakin
besar kemampuan variabel independen dapat dijelaskan oleh variabel dependen
sehingga semakin baik persaman struktural. Untuk variabel JS memiliki nilai Rsquare sebesar 0,384 yang berarti 38,4% variance DJ, PJ, dan IJ mampu
dijelaskan oleh variabel JS sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar
model penelitian. Variabel COM dan TI memiliki nilai R-square masing-masing
sebesar 0,452 dan 0,391 yang berarti 84,3% variance DJ, PJ, IJ, dan JS mampu
dijelaskan oleh variabel COM dan TI sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain di luar model penelitian. Nilai R-square sebesar 0,843 menunjukkan bahwa
model baik karena berada diatas nilai yang direkomendasikan sebesar 0,67.
Evaluasi model konstruk selanjutnya dilakukan dengan menghitung Q-square
predictive relevance sebagai berikut :
2
2
2
2
Q = 1 - (1 – RCOM ) (1 – RJS ) (1 – RTI )
= 1 - ( 1 – 0,452550) ( 1 - 0,384130) ( 1 - 0,391615)
= 1 - (0.54745) (0.61587) (0.608385)
= 1 - 0.205122
= 0,794878
2
Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai Q mendekati nilai 1 sehingga dapat
dinyatakan model struktural fit dengan data.
Model penelitian ini membuktikan bahwa keadilan organisasional menjadi
anteseden bagi kepuasan kerja. Temuan dalam penelitian ini sejalan dengan
literatur tentang keadilan organisasional dan kepuasan kerja, dimana semakin baik
persepsi tentang keadilan semakin tinggi pula kepuasan kerja dirasakan.
80
Beberapa penelitian sebelumnya memberikan hasil yang beragam tentang
dimensi mana yang menjadi anteseden paling kuat bagi kepuasan kerja. McFarlin
dan Sweeney (1992), Cohen-Carash dan Spector (2001), Nadiri dan Tanova
(2010), dan McAuliffe et al. (2009) menyatakan bahwa keadilan distributif
menjadi anteseden paling kuat, sedangkan Masterson et al. (2000) dan Lambert et
al. (2007) menyatakan bahwa keadilan prosedural sebagai anteseden paling kuat.
Penelitian ini sendiri menunjukkan bahwa keadilan prosedural menjadi
anteseden paling kuat, diikuti interaksional, dan distributif. Karyawan UBP Bali
lebih mempertimbangkan proses alokasi imbalan dan menganggap bahwa
penerapan peraturan yang bebas dari prasangka (loading factor sebesar 0,797)
merupakan indikator paling penting dalam menilai keadilan prosedural.
Pada konstruk keadilan interaksional, indikator yang memiliki loading factor
terbesar adalah indikator hormat sebesar 0,902. Hal ini berarti karyawan UBP Bali
menilai bahwa lingkungan kerja yang menampilkan suasana mutual respect paling
penting dalam konstruk ini. Pada konstruk keadilan distributif, indikator
persamaan memiliki loading factor paling besar, yaitu 0,926. Hal ini berarti
kesetaraan antara usaha yang diberikan dan imbalan yang diterima merupakan
indikator paling penting dalam menilai keadilan distributif.
Pada konstruk kepuasan kerja, indikator kenikmatan memiliki loading factor
terbesar, yaitu 0,884. Hal ini berarti karyawan UBP Bali yang setiap hari
menikmati setiap hari kerja merupakan indikator paling penting dalam konstruk
kepuasan kerja. Akhirnya, dapat dinyatakan bahwa pembentuk kepuasan kerja
karyawan UBP Bali adalah penerapan prosedur yang bebas prasangka dalam
81
lingkungan kerja yang mencerminkan mutual respect disertai imbalan yang setara
dengan usaha yang diberikan.
Model penelitian ini juga mendukung literatur tentang hubungan antara
kepuasan kerja dengan komitmen dan intensi keluar. Temuan penelitian
memperlihatkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen
dan negatif terhadap intensi keluar. Pada konstruk komitmen, indikator yang
memiliki loading factor terbesar adalah indikator arti personal, yaitu 0,857.
Sedangkan pada konstruk intensi keluar, indikator yang memiliki loading factor
terbesar adalah keinginan untuk tetap bekerja, yaitu 0,884. Hal ini berarti
indikator-indikator tersebut menjadi yang paling penting dalam menilai konstrukkonstruk tersebut.
5.1.6 Pengujian Hipotesis
Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat
berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dasar yang
digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output result
for inner weight. Tabel 5.19 memberikan output estimasi untuk pengujian model
struktural.
Tabel 5.19
Result For Inner Weights
Variabel
Original Sample
Estimate (O)
Standard Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STERR|)
DJ -> JS
0.161152
0.102907
1.565998
Tidak Signifikan
PJ -> JS
0.307391
0.102758
2.991420
Signifikan
IJ -> JS
0.305515
0.116350
2.625838
Signifikan
JS -> COM
0.672718
0.072443
9.286125
Signifikan
JS -> TI
-0.625791
0.076305
8.201229
Signifikan
Sumber : Output SmartPLS (Lampiran 6)
Kesimpulan
82
5.1.6.1 Keadilan Distributif Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap
Kepuasan Kerja
Hasil uji koefisien parameter antara Keadilan Distributif (DJ) terhadap
Kepuasan Kerja (JS) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,1611 dan nilai tstatistik
sebesar 1,565 pada taraf signifikansi (α) = 0,05. Nilai tstatistik tersebut lebih kecil
dibanding nilai ttabel sebesar 1,96. Hal ini berarti keadilan distributif memiliki
pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepuasan kerja, sehingga Hipotesis
1 ditolak.
5.1.6.2 Keadilan Prosedural Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap
Kepuasan Kerja
Hasil uji koefisien parameter antara Keadilan Prosedural (PJ) terhadap
Kepuasan Kerja (JS) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,3073 dan nilai tstatistik
sebesar 2,991 pada taraf signifikansi (α) = 0,05. Nilai tstatistik tersebut lebih besar
dibanding nilai ttabel sebesar 1,96. Hal ini berarti keadilan prosedural memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, sehingga Hipotesis 2
diterima.
5.1.6.3 Keadilan
Interaksional
Berpengaruh
Positif
Dan
Signifikan
Terhadap Kepuasan Kerja
Hasil uji koefisien parameter antara Keadilan Interaksional (IJ) terhadap
Kepuasan Kerja (JS) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,305 dan nilai tstatistik
sebesar 2,625 pada taraf signifikansi (α) = 0,05. Nilai tstatistik tersebut lebih besar
dibanding nilai ttabel sebesar 1,96. Hal ini berarti keadilan interaksional memiliki
83
pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, sehingga Hipotesis 3
diterima.
5.1.6.4 Kepuasan Kerja Berpengaruh Positif Dan Signifikan Terhadap
Komitmen
Hasil uji koefisien parameter antara Kepuasan Kerja (JS) terhadap Komitmen
(COM) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,672 dan nilai tstatistik sebesar 9,286
pada taraf signifikansi (α) = 0,05. Nilai tstatistik tersebut lebih besar dibanding nilai
ttabel sebesar 1,96. Hal ini berarti kepuasan kerja memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap komitmen, sehingga Hipotesis 4 diterima.
5.1.6.5 Kepuasan Kerja Berpengaruh Negatif Dan Signifikan Terhadap
Intensi Keluar
Hasil uji koefisien parameter antara Kepuasan Kerja (JS) terhadap Intensi
Keluar (TI) menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,625 dan nilai tstatistik sebesar
8,201 pada taraf signifikansi (α) = 0,05. Nilai tstatistik tersebut lebih besar
dibanding 1,96, nilai ttabel sebesar 1,96. Hal ini berarti kepuasan kerja memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap intensi keluar, sehingga Hipotesis 5
diterima.
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis PLS, maka pada bagian ini akan dibahas hasil
perhitungan yang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh keadilan organisasional terhadap kepuasan kerja dan dampaknya
84
terhadap komitmen dan intensi keluar di PT Indonesia Power UBP Bali.
Pengujian ditunjukkan melalui hipotesis yang ada sehingga dapat diketahui
bagaimana pengaruh masing-masing konstruk terhadap konstruk yang lainnya.
5.2.1 Pengaruh keadilan distributif terhadap kepuasan kerja
Hasil analisis data menunjukkan bahwa keadilan distributif berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan kerja. Konstruk keadilan
distributif dibentuk berdasarkan indikator yang dikembangkan oleh Colquitt
(2001) berdasarkan teori Leventhal (1976). Leventhal (1976) menggambarkan
aturan keadilan sebagai "aturan normatif tunggal yang menentukan penghargaan
dan sumber daya yang didistribusikan menurut kontribusi penerima”. Keempat
indikator adalah persamaan, kelayakan, kontribusi, dan kinerja mencerminkan
aturan keadilan untuk memaksimalkan penyamarataan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya, dimana
keadilan distributif berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, antara lain
dilakukan oleh McFarlin dan Sweeney (1992) di industri perbankan yang
menyatakan bahwa keadilan distributif merupakan anteseden yang lebih kuat
dibanding prosedural.
Cohen-Carash dan Spector (2001) pada meta-analysis yang melibatkan 190
penelitian dengan 64.757 responden pada berbagai industri menyatakan bahwa
keadilan distributif merupakan anteseden yang paling kuat dibanding prosedural
dan interaksional. Sejalan dengan penelitian tersebut adalah yang dilakukan oleh
Nadiri dan Tanova pada industri perhotelan (2010), McAuliffe et al. (2009) pada
85
tenaga kesehatan, Zainalipour et al.(2010) pada guru sekolah menengah, dan
Dundar dan Tabancali (2012) pada guru sekolah dasar.
Pada obyek penelitian sebelumnya pembayaran imbalan dapat dilakukan
berdasarkan output atau jasa yang dihasilkan. Misalnya, sistem imbalan di industri
perbankan berupa insentif berdasarkan kredit atau produk perbankan lain yang
berhasil dipasarkan. Pada industri perhotelan umumnya berupa insentif
berdasarkan jumlah tamu yang dilayani atau produk hotel lain yang berhasil
dijual. Sedangkan pada jasa kesehatan imbalannya berdasarkan jumlah pasien
yang dilayani dan pada sekolah imbalannya berdasarkan jumlah jam mengajar.
PT Indonesia Power bergerak dalam model industri yang unik, dimana proses
bisnis yang terjadi adalah antara Single Buyer (PT PLN) dan Multi Buyer
(perusahaan pembangkit). Seluruh daya yang dihasilkan oleh perusahaan
pembangkit akan dibeli oleh PT PLN melalui suatu kontrak yang disebut Power
Purchasing Agreement (PPA). Listrik merupakan produk yang tidak bisa
disimpan sehingga produksi diatur oleh pembeli tunggal, hal ini berbeda dengan
industri lain yang berusaha menjual sebanyak-banyaknya. Sifat bisnis ini
menyebabkan sistem imbalan yang diterapkan tidak bisa mengakomodir kriteria
„siapa yang menghasilkan lebih banyak akan mendapat bayaran lebih banyak”.
Sama dengan hasil penelitian ini, terdapat pula temuan yang berbeda, yaitu
yang dilakukan oleh Lambert et al. (2007) dengan obyek penelitian sipir penjara.
Mirip dengan PT Indonesia Power, penjara merupakan instansi pelayanan umum
yang dikelola oleh Negara. Sistem imbalan yang diterapkan tentu berdasarkan
suatu sistem yang sudah diatur oleh negara, tidak seperti perusahaan pada
86
umumnya. Posisi ini hampir sama dengan posisi PT Indonesia Power yang
merupakan anak perusahaan PT PLN. Meskipun PT Indonesia Power dan PT PLN
merupakan entitas yang berbeda, tetapi sistem imbalan yang diterapkan PT
Indonesia Power harus mengacu pada aturan yang ditetapkan PT PLN. PT PLN
sendiri merupakan sebuah BUMN, jadi secara tidak langsung PT Indonesia Power
juga diatur oleh kementrian BUMN.
Lambert et al. (2007) menunjukkan bahwa proses lebih dapat menjelaskan
kepuasan kerja dibanding imbalan itu sendiri. Meskipun demikian, Robbins et al.
(2000) menyatakan bahwa ketika para karyawan saling membandingkan imbalan
yang diterima berdasarkan input yang diberikan, dan menyimpulkan bahwa
perusahaan tidak memberikan kompensasi yang adil, para karyawan dapat
mengalami peningkatan perilaku yang negatif. Penelitian ini memberikan
kontribusi pada literatur kepuasan kerja, dimana pada kondisi tertentu keadilan
distributif tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kepuasan kerja.
Sebelum membahas tidak signifikannya pengaruh keadilan distributif, akan
diuraikan jenis-jenis imbalan yang berlaku di PT Indonesia Power. Perusahaan
memberikan kompensasi yang terdiri dari Pay for Person (P1), Pay for Position
(P2), dan Pay for Performance (P3). P1 adalah kompensasi tetap bulanan sebagai
penghargaan atas kompetensi, pengalaman, dan masa kerja pegawai, yang
besarannya ditentukan berdasarkan grade dan skala grade. Grade didefinisikan
sebagai tingkatan dari suatu level kompetensi individu yang dibedakan atas dasar
kemampuan penguasaan kompetensi suatu level kompetensi. Terdapat enam level
87
kompetensi di perusahaan, yaitu Basic, Specific, System, Optimization, Advance,
dan Integration.
P2 adalah kompensasi bulanan sebagai penghargaan atas bobot jabatan yang
dibebankan kepada pegawai, yang besarannya ditentukan berdasarkan jenjang
jabatan, tingkat jabatan, dan lokasi (daerah), yang bersifat tidak tetap dan melekat
pada jabatan. P3 adalah kompensasi yang diberikan setiap semester sebagai
penghargaan atas prestasi kerja pegawai yang dicapai baik secara individu
maupun secara kelompok.
Tidak signifikannya pengaruh keadilan distributif dalam penelitian ini diduga
disebabkan karena :
1) Terjadi beberapa kali perubahan aturan mengenai penghasilan pegawai.
Komponen penghasilan disajikan dalam tabel 5.20 berikut :
Tabel 5.20
Komponen Penghasilan
Sampai dengan tahun 2006
Gaji Pokok
Tunjangan Perumahan
Tunjangan Transportasi
Tunjangan Bahan Pokok
Tunjangan Kesejahteraan
Pegawai
Sampai dengan tahun 2008
Gaji Pokok
Tunjangan Jabatan
Tunjangan Kompetensi
Tunjangan Lokasi
Mulai tahun 2008
P1 (Pay for Person)
P2 (Pay for Position)
P3 (Pay for Performance)
Sumber : Data Perusahaan
Pada setiap perubahan sistem tersebut selalu terjadi dimana sebagian
karyawan diuntungkan dan sebagian lain merasa dirugikan. Misalnya, pada
saat masih diterapkan tunjangan bahan pokok, karyawan yang memiliki
tanggungan lebih banyak akan mendapat tunjangan lebih banyak, dan ketika
komponen ini dilebur menjadi gaji pokok pada sistem yang baru, maka
jumlah yang diterimanya menjadi lebih besar daripada karyawan yang
88
memiliki tanggungan lebih sedikit. Perasaan ada yang diuntungkan dan ada
yang dirugikan ini terus berlanjut sampai pada saat ratifikasi dengan sistem
penghasilan yang berlaku di PT PLN. Dengan penyederhanan komponen
penghasilan tersebut, mereka yang berada dalam grade dan masa kerja yang
sama, penghasilan yang diterimanya dapat berbeda. Pada konteks ini,
indikator penelitian yang berbasis kontribusi menjadi tidak signifikan lagi
berpengaruh terhadap kepuasan kerja, karena sebagian karyawan merasa ada
ketidakadilan dalam distribusi imbalan.
2) PT Indonesia Power sebenarnya telah memiliki sistem karir dan promosi,
tetapi kadang-kadang berlaku kebijakan yang membuat sistem ini tidak
berjalan dengan baik. Salah satu contohnya, basis utama dalam pengangkatan
jabatan adalah grade karyawan, tetapi dapat terjadi seorang karyawan yang
gradenya tidak memenuhi dapat dipromosikan. Akibatnya mereka yang
berada dalam jenjang jabatan yang lebih tinggi belum tentu gradenya lebih
tinggi daripada mereka yang berada dalam jenjang jabatan yang lebih rendah.
Pada konteks indikator kontribusi, sebagian karyawan merasa ada
ketidakadilan karena mereka yang gradenya lebih tinggi yang tentunya
mendapat imbalan yang lebih tinggi pula, seharusnya diberi beban kerja yang
lebih berat juga, bukan sebaliknya. Meskipun selisih imbalan tersebut
dikompensasi dengan P2 (Pay for Position), tetapi secara total dapat terjadi
bawahan mendapat penghasilan lebih tinggi daripada atasan.
3) Setelah diberlakukan kebijakan ratifikasi (penyetaraan) dengan PT PLN
selaku induk perusahaan, PT Indonesia Power menerbitkan semua
89
kebijakannya mengacu pada kebijakan yang ditetapkan PT PLN. Salah satu
kebijakan yang berlaku di lingkungan PT PLN termasuk anak perusahaan,
adalah sistem manajemen kinerja. Meski sudah dilakukan uji coba selama 2
tahun, tetapi pada saat implementasi sebagian kecil karyawan belum siap
untuk melaksanakannya. Sistem manajemen kinerja ini dilaksanakan secara
online dan menggunakan aplikasi SIMKPNAS. Dengan sistem ini
perhitungan manual yang selama ini rawan manipulasi dapat dieliminir,
apalagi selain memperhitungkan realisasi kinerja juga memasukkan unsur
penilaian perilaku indidividu. Selama ini nilai kinerja antarkaryawan hampir
tidak terbedakan, tetapi dengan sistem ini mereka yang bekerja mencapai
target dan memenuhi kompetensi individu akan memperoleh nilai lebih
dibanding yang sebaliknya. Meskipun sistem ini tujuannya baik, tetapi
sebagian karyawan terutama yang tidak terbiasa dengan teknologi, merasa
bahwa hasil penilaian kinerja tidak menunjukkan kinerja yang sebenarnya.
Ada anggapan bahwa mereka yang terampil memanfaatkan teknologi nilai
kinerjanya lebih besar daripada mereka yang sesungguhnya bekerja
bercucuran keringat tetapi tidak mahir memanfaatkan teknologi. Pada konteks
ini, indikator kinerja tidak menunjukkan signifikansinya berkontribusi
terhadap kepuasan kerja.
5.2.2 Pengaruh keadilan prosedural terhadap kepuasan kerja
Hasil analisis data menunjukkan bahwa keadilan prosedural berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa keadilan prosedural memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap
90
kepuasan kerja. Hal ini ditunjukkan oleh nilai tstatistik yang paling tinggi dibanding
distributif dan interaksional, yaitu sebesar 2,991. Temuan ini konsisten dengan
Masterson et al. (2000) dalam risetnya terhadap pegawai sejumlah universitas
negeri dan Lambert et al. (2007) yang memperlihatkan bahwa keadilan prosedural
merupakan prediktor yang lebih kuat bagi kepuasan kerja.
Lambert (2003) menyatakan bahwa keadilan prosedural penting dalam
membentuk kepuasan kerja. Semakin tinggi keadilan prosedural yang dirasakan
menghasilkan perasaan senang karyawan terhadap pekerjaannya.
Penelitian lain yang menunjukkan signifikansi pengaruh keadilan prosedural
dilakukan antara lain oleh Mossholder et al. (1998) pada perusahaan pemelihara
infrastruktur dan perusahaan komputer, Cohen-Carash dan Spector (2001), Nadiri
dan Tanova (2010), McAuliffe et al. (2009), Zainalipour et al.(2010), dan Dundar
dan Tabancali (2012).
Penilaian karyawan UBP Bali mengenai indikator etika dan moral
menunjukkan bahwa peraturan yang diterbitkan telah menjunjung etika dan moral.
Kesesuaian dengan etika dan moral yang diyakini oleh karyawan merupakan
imbas
dari
penerapan
Good
Corporate
Governance.
Khususnya
pilar
Responsibility dimana peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan
perundangan yang diterbitkan pemerintah. Secara tegas, dalam pedoman perilaku
perusahaan dinyatakan bahwa perusahaan melarang adanya diskriminasi dalam
bentuk apapun dan senantiasa menjunjung asas persamaan dan hak asasi manusia.
Penilaian karyawan UBP Bali mengenai indikator kendali keputusan
menunjukkan bahwa pengawasan penerapan peraturan yang diwakili oleh
91
Persatuan Pegawai perlu ditingkatkan. Mekanisme Check and Balances yang
selama ini dilakukan melalui rapat antara manajemen dan Persatuan Pegawai
dirasakan belum memberikan dampak terhadap implementasi peraturan. Salah
satu penyebabnya, mungkin karena keterbatasan informasi terkait peraturan yang
diterbitkan sebagai hasil ratifikasi sistem di PT PLN. Baik manajemen UBP Bali
dan Persatuan Pegawai sesungguhnya hanya menerima peraturan yang diterapkan
di PT PLN dengan informasi yang terbatas mengenai filosofi maupun latar
belakangnya.
5.2.3 Pengaruh keadilan interaksional terhadap kepuasan kerja
Hasil analisis data menunjukkan bahwa keadilan interaksional berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Masterson et al. (2000), Cohen-Carash dan Spector (2001),
Nadiri dan Tanova (2010), McAuliffe et al. (2009), Zainalipour et al. (2010), dan
Dundar dan Tabancali (2012).
Penilaian karyawan UBP Bali mengenai indikator hormat menunjukkan
bahwa karyawan merasa diperlakukan dengan penuh rasa hormat. Persepsi ini
sebagai dampak internalisasi nilai-nilai perusahaan yang salah satunya adalah
Harmoni. Nilai harmoni ini diterjemahkan dalam pedoman perilaku dan peraturan
disiplin pegawai. Wujud nilai harmoni dalam peraturan disiplin ini antara lain
larangan untuk saling menjelek-jelekkan dan larangan untuk memarahi bawahan
di depan umum.
Penilaian karyawan UBP Bali mengenai indikator spesifik menunjukkan
bahwa
karyawan
merasa
cara
komunikasi
atasan
seragam
dan
tidak
92
mempertimbangkan kebutuhan khusus bawahan. Sebenarnya, PT Indonesia Power
telah mensyaratkan kompetensi peran jabatan struktural yang antara lain adalah
developing others, team leadership, dan relationship building sehingga pejabat
struktural mampu melaksanakan tugas sebagai coach, mentor, dan, counsellor.
Mungkin, ketrampilan kepemimpinan para pejabat tersebut berbeda-beda
sehingga dirasakan belum semuanya mampu berkomunikasi sesuai dengan
kebutuhan khusus bawahannya. Kedepannya, perlu disusun program untuk
mengembangkan gaya kepemimpinan yang mendukung penguasaan kompetensi
peran melalui pelatihan manajerial maupun penugasan lainnya.
5.2.4 Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap komitmen. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan antara lain oleh Ho et al. (2009) pada tenaga perawat, Cheung dan Wu
(2012) pada karyawan pabrik di China, dan Yang (2012) pada praktisi public
relation. Selain itu, terdapat meta-analysis yang dilakukan Bowling dan
Hammond (2008) yang melibatkan 80 penelitian dan 30.703 responden.
Semuanya menyatakan bahwa dampak dari kepuasan kerja adalah tingginya
komitmen.
Penilaian karyawan UBP Bali mengenai indikator menjadi bagian dari
perusahaan menunjukkan bahwa mereka merasa telah menjadi bagian dari
keluarga besar PT Indonesia Power. Banyak program yang disusun untuk
meningkatkan kebersamaan dan atensi kepada perusahaan. Para karyawan
dilibatkan dalam pencapaian kinerja unit, antara lain dengan pembentukan tim
93
kerja maupun dalam berbagai forum lainnya. Selain itu, program untuk
meningkatkan keakraban baik bagi karyawan maupun keluarga, misalnya family
gathering, rutin dilaksanakan.
Penilaian karyawan UBP Bali mengenai indikator menjadi bagian dari
masalah perusahaan menunjukkan nilai yang paling rendah. Hal ini mungkin
karena pemahaman terhadap masalah yang dihadapi perusahaan masih beragam.
Penurunan pangsa pasar, persaingan yang dihadapi, dan pembangkit yang tidak
berkembang merupakan masalah yang seharusnya menjadi perhatian seluruh
karyawan. Cara pandang terhadap masalah-masalah tersebut masih berbeda-beda
apalagi bila dikaitkan dengan posisi bisnis sebagai anak perusahaan PLN, dimana
tantangan yang dihadapi dirasa belum sepenuhnya seperti bisnis pada umumnya.
5.2.5 Pengaruh kepuasan kerja terhadap intensi keluar
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap intensi keluar. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan antara lain oleh Bowling dan Hammond (2008), De Gieter et al.(2008)
pada tenaga perawat, Vidal et al. (2007) pada expatriate Spanyol, Maier et al.
(2012) pada staf SDM, dan Seston et al. (2009) pada tenaga farmasi. Semuanya
menyatakan bahwa dampak dari kepuasan kerja adalah rendahnya intensi keluar.
Penilaian karyawan UBP Bali mengenai indikator keinginan untuk tetap
bekerja menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki intensi keluar dan ingin
bekerja sampai pensiun. PT Indonesia Power berkeinginan mempertahankan
karyawan potensialnya melalui berbagai kebijakan. Penerapan manajemen SDM
94
berbasis kompetensi melandasi kebijakan SDM mulai dari rekrutmen, karir,
pengembangan, remunerasi, penilaian kinerja, sampai pemutusan.
Meski demikian, penilaian karyawan UBP Bali mengenai indikator pikiran
untuk meninggalkan perusahaan menunjukkan skor yang paling besar. Hal ini
terutama tampak pada karyawan yang masuk mulai tahun 2010. Kebijakan karir
yang menempatkan setiap pegawai baru pada jabatan yang sama, tanpa
memandang pendidikan formalnya, mungkin meningkatkan pemikiran untuk
keluar dari perusahaan. Di samping itu, kejenuhan karena melakukan pekerjaan
yang sama selama bertahun-tahun juga dapat memicu pemikiran tersebut.
5.2.6 Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu :
1) Penelitian ini hanya mengungkapkan bahwa penyebab komitmen adalah
kepuasan kerja. Faktor-faktor lain yang menyebabkan komitmen seperti
lingkungan pekerjaan, pengalaman, dan gaya kepemimpinan belum
diungkapkan dan dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya.
2) Penelitian ini hanya menguji populasi karyawan di UBP Bali yang berjumlah
230 orang sehingga tidak dapat digeneralisir mewakili pendapat seluruh
karyawan PT Indonesia Power yang berjumlah lebih dari 3500 orang.
Pengujian terhadap populasi yang lebih beragam dapat dilakukan untuk
memperkaya kajian tentang keadilan organisasional di PT Indonesia Power.
3) Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Meski demikian, hasil survei sangat tergantung
kepada bermacam-macam faktor yang dapat menyebabkan hasil menjadi
95
bervariasi, seperti sifat membela diri, berpura-pura, emosi, dan bentuk-bentuk
sikap lainnya.
4) Penelitian ini dilakukan hanya pada satu periode waktu yang tidak dapat
mengungkapkan faktor-faktor yang memiliki dampak jangka panjang.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan pendekatan beberapa periode
waktu (longitudinal survey) sehingga analisis yang dihasilkan akan lebih
lengkap dan mendapatkan data statistik yang lebih obyektif.
5.3 Implikasi Penelitian
Temuan pada penelitian ini adalah keadilan distributif berpengaruh tidak
signifikan terhadap kepuasan kerja, sedangkan prosedural dan interaksional secara
signifikan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Selanjutnya kepuasan kerja
berpengaruh terhadap komitmen dan intensi keluar, sehingga implikasi manajerial
dalam pengelolaan SDM di PT Indonesia Power UBP Bali adalah :
1) Pada dimensi keadilan distributif karyawan menilai bahwa imbalan yang
diterima tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
kerja. Perubahan dalam sistem penghasilan, terutama setelah ratifikasi dengan
peraturan PT PLN diduga menjadi salah satu penyebabnya. Oleh sebab itu,
manajemen PT Indonesia Power perlu mengkaji setiap perubahan yang terkait
imbalan dengan melibatkan manajemen risiko, melakukan simulasi, dan
mendiskusikan dengan serikat pekerja. Dengan kajian yang mendalam
diharapkan, sistem imbalan dapat menjadi stimulus kepuasan kerja.
2) Pada dimensi keadilan prosedural, karyawan menilai bahwa aspek ini sebagai
pembentuk utama kepuasan kerja. Oleh sebab itu, manajemen perlu
96
mempertahankan konsistensi penerapan peraturan dan kriteria yang
membentuknya serta mengefektifkan komunikasi dengan karyawan atau
Persatuan Pegawai sebagai media check and balances terkait penerapan
peraturan.
3) Pada dimensi keadilan interaksional karyawan menilai bahwa dimensi ini
membentuk kepuasan kerja. Manajemen perlu memelihara prinsip-prinsip
egalitarian dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Para atasan berperan
penting dalam mewujudkan suasana yang egaliter ini, karena mereka adalah
ujung tombak yang berinteraksi langsung dengan pelaksana di tingkat paling
bawah. Pada akhirnya, suasana harmonis yang tercipta dapat mendukung
pencapaian kinerja. Pentingnya peran atasan ini, maka manajemen perlu
secara konsisten menerapkan proses seleksi pejabat struktural yang
mempertimbangkan kompetensi peran.
4) Meskipun tingkat kepuasan kerja dan komitmen tinggi, serta intensi keluar
sangat rendah, manajemen perlu mewaspadai terjadinya actual turnover pada
karyawan yang masuk tahun 2010. Data menunjukkan tingkat intensi keluar
yang tinggi sebesar 57,9%. Sampai saat ini actual turnover belum terjadi,
karena adanya ikatan dinas selama 5 tahun. Untuk mempertahankan pegawai
yang masuk pada tahun itu, manajemen perlu memberi penugasan dan
tanggung jawab sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pekerjaan setingkat
pelaksana bagi mereka yang memiliki latar belakang D3 dan S1 dapat
menjadi sumber kejenuhan dan memicu actual turnover di masa mendatang.
97
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
1)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa keadilan distributif berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja. Hal ini berarti semakin tinggi karyawan
merasakan keadilan dalam distribusi imbalan, semakin tinggi pula kepuasan
kerja yang dirasakan.
2)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa keadilan prosedural berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja. Hal ini berarti semakin tinggi karyawan
merasakan keadilan dalam penerapan peraturan, semakin tinggi pula
kepuasan kerja yang dirasakan.
3)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa keadilan interaksional berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja. Hal ini berarti semakin tinggi karyawan
merasakan keadilan dalam hubungan interpersonal dan akses informasi,
semakin tinggi pula kepuasan kerja yang dirasakan.
4)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif
terhadap komitmen. Hal ini berarti semakin tinggi karyawan merasakan
kepuasan kerja semakin tinggi pula perasaan terikat dan keterlibatan mereka.
98
5)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh negatif
terhadap intensi keluar. Hal ini berarti semakin tinggi karyawan merasakan
kepuasan kerja, semakin rendah keinginan mereka untuk meninggalkan
perusahaan.
6.2 Saran
Berdasarkan kajian dan hasil yang diperoleh pada bab sebelumya dapat
disarankan sebagai berikut :
1)
Manajemen PT Indonesia Power perlu meyakinkan kepada seluruh karyawan
bahwa sistem distribusi imbalan yang diterapkan telah berdasarkan asas
kontribusi yang menghargai karyawan berdasarkan konstribusi yang
diberikan. Sistem imbalan yang ada perlu disosialisasikan kembali dan
digunakan sebagai alat untuk memotivasi karyawan dalam mencapai kinerja.
2)
Manajemen PT Indonesia Power perlu memelihara konsistensi prosedur yang
menjunjung etika dan moral dan meningkatkan efektifitas mekanisme check
and balances bersama dengan Persatuan Pegawai dan menyebarluaskan hasil
dialog dengan Persatuan Pegawai kepada seluruh karyawan.
3)
Manajemen PT Indonesia Power perlu memelihara iklim kerja yang
mencerminkan mutual respect dan dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi melalui pelatihan manajerial sesuai persyaratan kompetensi peran
sehingga mereka mampu berkomunikasi efektif sesuai dengan kebutuhan
khusus bawahan.
4)
Manajemen PT Indonesia Power perlu memelihara iklim kerja karena
sebagian besar karyawan menikmati setiap hari kerja mereka dan dapat
99
meningkatkan makna pekerjaan melalui motivational coaching sehingga
karyawan menyenangi pekerjaan mereka.
5)
Manajemen PT Indonesia Power perlu memelihara iklim kerja yang
melibatkan seluruh karyawan karena sebagian besar karyawan sudah merasa
menjadi bagian dari Perusahaan dan dapat meningkatkan atensi mereka
terkait masalah yang dihadapi Perusahaan melalui forum-forum dan
motivational coaching.
6)
Manajemen PT Indonesia Power perlu memberi penugasan dan tanggung
jawab kepada pegawai yang masuk tahun 2010 sesuai potensi mereka karena
mereka memperlihatkan tingkat intensi keluar yang tinggi.
100
DAFTAR PUSTAKA
Adams, J.S. 1963. Toward An Understanding Of Inequity. Journal Of Abnormal & Social
Psychology, Vol. 67, No. 5, pp. 422 – 436.
Al-Zu‟bi, H.A. 2010. A Study Of Relationship Between Organizational Justice And Job
Satisfaction. International Journal of Business and Management, Vol. 5, No. 12, pp.
102 – 109.
Antoncic, J.A. & Antoncic, B. 2011. Employee Satisfaction Intrapreneurship And Firm
Growth : A Model. Industrial Management And Data Systems, Vol. 111, No. 4, pp.
589 – 607.
Ambrose, M.L. & Arnaud, A. 2005. Are Procedural Justice And Distributive Justice
Conceptually Distinct ?, Handbook Of Organizational Justice. Lawrence Erlbaum
Associates, Inc.
Aquino, K., Lewis, M.U., & Bradfield, M. 1999. Justice Construct, Negative Affectivity,
& Employee Deviance : A Proposes Model & Empirical Test. Journal Of
Organizational Behavior, Vol. 20, pp. 1073 – 1091.
Bakhshi, A., Kumar, K., & Rani, E. 2009. Organizational Justice Perceptions As
Predictor Of Job Satisfaction And Organization Commitment. International Journal
Of Business And Management, Vol. 4, No. 9, pp. 145-154.
Ball, G.A., Trevino, L.K., & Sims, Jr, H.P. 1994. Just & Unjust Punishment : Influences
On Subordinate Performance & Citizenship. Academy Of Management Journal, Vol.
37, No. 2, pp. 299 – 322.
Bies, R.J. 2005. Are Procedural Justice & Interactional Justice Conceptually Distinct ?,
Handbook Of Organizational Justice. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Bowen, D. E., Gilliland, S. W., & Folger, R. (1999). HRM & Service Justice: How being
Just With Employees Spills Over To Customers. Organizational Dynamics, No. 27,
pp. 7–23.
Bowling, N. A. & Hammond, G. D. 2008. A Meta-Analytic Examination Of The
Construct Validity Of The Michigan Organizational Assessment Questionnaire Job
Satisfaction Subscale. Journal of Vocational Behavior, No. 73, pp. 63 – 77.
Brayfield, A.H. & Rothe, H.F. 1951. An Index Of Job Satisfaction. Journal Of Applied
Psychology, Vol. 35, No. 5, pp. 307 – 311.
Cheung, M. F. Y. & Wu, W-P. 2012. Leader-Member Exchange & Employee Work
Outcomes In Chinese Firms: The Mediating Role Of Job Satisfaction. Asia Pacific
Business Review, Vol. 18, No. 1, pp. 65 – 81.
Clay-Warner, J., Reynolds, J., & Roman, P. 2005. Organizational Justice And Job
Satisfaction: A Test of Three Competing Models. Social Justice Research, Vol. 18,
No. 4, pp. 391 – 409.
Cohen-Carash, Y. & Spector, P.E. 2001.The Role of Justice in Organizations :A MetaAnalysis. Journal Of Organizational Behavior and Human Decision Processes, Vol.
86 No. 2, pp. 278 – 321.
101
Colquitt, J.A. 2001. On The Dimensionality Of Organizational Justice : A Construct
Validation Of Measure. Journal Of Applied Psychology, Vol. 86, No. 3, pp. 386 –
400.
Colquitt, J.A., Wesson, M.J., Porter, C.O.L.H., Conlon, D.E., &Ng, K.Y. 2001. Justice At
The Millenium : A Meta-Analytic Review Of 25 Years Of Organizational Justice
Research. Journal Of Applied Psychology, Vol. 86, No. 3, pp. 425 – 445.
Conlon, D.E., Meyer, C.J., & Nowakowski, J.M. 2005. How Does Organizational Justice
Affect Performance, Withdrawal, And Counterproductive Behavior ?, Handbook Of
Organizational Justice. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Coomber, B. & Barriball, K. L. 2007. Impact Of Job Satisfaction Components On Intent
To Leave & Turnover For Hospital-Based Nurses: A Review Of The Research
Literature. International Journal of Nursing Studies, No. 44, pp. 297 – 314.
Cropanzano, R. & Greenberg, J. 1997. Progress In Organizational Justice : Tunneling
Through The Maze. International Review Of Industrial & Organizational
Psychology. New York : John Wiley & Sons.
Cropanzano, R., Byrne, Z.S., Bobocel, D.R., & Rupp, D.E. 2001. Moral Virtues, Fairness
Heuristics, Social Entities, & Other Denizens of Organizational Justice. Journal Of
Vocational Behavior, Vol. 58, 2001, pp. 164 – 209.
Cropanzano, R., Bowen, D.E., & Gilliland, S.W. 2007. The Management Of
Organizational Justice. Academy Of Management Perspectives, Vol. 21, No. 4, pp. 34
– 38.
Dailey, R.C. & Kirk, D.J. 1992. Distributive & Procedural Justice As Antecedents Of Job
Dissatisfaction & Intent To Turnover. Human Relations, Vol. 45, No. 3, pp. 305 –
317.
De Gieter, S., Hofmans, J., & Pepermans, R. 2011. Revisiting The Impact Of Job
Satisfaction & Organizational Commitment On Nurse Turnover Intention: An
Individual Differences Analysis. International Journal of Nursing Studies, No. 48,
pp. 1562–1569.
Dundar, T. & Tabancali, E. 2012.The Relationship Between Organizational Justice
Perceptions & Job Satisfaction Levels. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
No.46, pp. 5777 – 5781.
Earley, P.C. & Lind, E.A. 1987. Procedural Justice & Participation In Task Selection :
The Role Of Control In Mediating Justice Judgement. Journal Of Personality &
Social Psychology, Vol. 52, No. 6, pp. 1148 – 1160.
Elamin, A.M. & Alomaim, N. 2011. Does Organizational Justice Influence Job
Satisfaction And Self-Perceived Performance In Saudi Arabia Work Environment ?
International Management Review, Vol. 7, No.1, pp. 38-49.
Farrell, D. & Rusbult, C. E. 1981. Exchange Variables As Predictors Of Job Satisfaction,
Job Commitment, & Turnover: The Impact Of Rewards, Costs, Alternatives, &
Investments. Organizational Behavior & Human Performance, Vol. 27, No. 28, pp.
78 – 95.
Fornell, C. & Larcker, D.F. 1981. Evaluating Structural Equation Models With
Unobservable Variables & Measurement Error. Journal of Marketing Research, Vol.
18, No. 1, pp. 39 – 50.
Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling : Metode Alternatif Dengan Partial
Least Square. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Greenberg, J. 1987. A Taxonomy Of Organizational Justice Theories. Academy Of
Management Review, Vol. 12, No. 1, pp. 9 – 22.
Greenberg, J. 1990. Organizational Justice: Yesterday, Today, And Tommorow. Journal
Of Management, Vol. 16, No. 2, pp. 399 – 432.
102
Griffeth, R.W., Logan, Jr, J.W., & Vecchio, R.P. 1989. Equity Theory And Interpersonal
Attraction. Journal Of Applied Psychology, Vol. 74, No. 3, pp. 394 – 401.
Hair Jr, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., & Anderson, R.E. 2010. Multivariate Data
Analysis, 7th Edition, Prentice-Hall International, Inc.
Ho, W-H, Chang, C. S., Shih, Y-L., & Liang, R-D. 2009. Effects Of Job Rotation & Role
Stress Among Nurses On Job Satisfaction & Organizational Commitment. BMC
Health Services Research, No. 9, pp. 1 – 10.
Hom, P.W., Griffeth, R.W., & Sellaro, C.L. 1984. The Validity Of Mobby‟s (1977)
Model Of Employee Turnover. Organizational Behavior & Human Performance,
Vol. 34, pp. 141 – 174.
Hom, P.W.& Griffeth, R.W. 1991. Structural Equation Modelling Test Of A Turnover
Theory : Cross-Sectional & Longitudinal Analysis. Journal Of Applied Psychology,
Vol. 76, No. 3, pp. 350 – 366.
Humborstad, S.I.W. & Perry, C. 2011. Employee Empowerment, Job Satisfaction, And
Organizational Commitment: An In-Depth Empirical Investigation. Chinese
Management Studies, Vol. 5, No. 3, pp. 325 – 344.
Jaros, S.J. 1997. An Assessment of Meyer and Allen‟s (1991)Three-Component Model
Of OrganizationalCommitment Turnover Intentions. Journal Of Vocational Behavior,
Vol. 51, pp. 319 – 337.
Kanfer, R., Sawyer, J., Earley, P.C., & Lind, E.A. 1987. Fairness & Participation In
Evaluation Procedures : Effects On Task Attitudes & Performance. Social Justice
Research, Vol. 1, No. 2, pp. 235 – 249.
Kim, W. G., Leong, J. K., Lee, Y-K. 2005. Effect Of Service Orientation On Job
Satisfaction, Organizational Commitment, & Intention Of Leaving In A Casual
Dining Chain Restaurant. Hospitality Management, No. 24, pp. 171–193.
Kim, W.G. & Brymer, R. A. 2011. The Effects Of Ethical Leadership On Manager Job
Satisfaction, Commitment, Behavioral outcomes, & Firm Performance. International
Journal of Hospitality Management, No. 30, pp. 1020– 1026.
Konovsky, M.A. & Cropanzano, R. 1991. Perceived Fairness Of Employee Drug Testing
As A Predictor Of Employee Attitudes & Job Performance. Journal Of Applied
Psychology, Vol. 76, No. 5, pp. 698 – 707.
Lambert, E. G., Hogan, N. L., & Griffin, M. L. 2007. The impact Of Distributive &
Procedural Justice On Correctional Staff Job Stress, Job Satisfaction, &
Organizational Commitment. Journal of Criminal Justice, No. 35, p. 644 – 656.
Lambert, E. G. 2003. The impact Of Organizational Justice On Correctional Staff.
Journal of Criminal Justice, No. 31, pp. 155 – 168.
Leventhal, G.S. 1976. What Should Be Done With Equity Theory ? New Approaches To
The Study Of Fairness In Social Relationship. Social Exchange Theory. New York :
John Wiley & Sons.
Loi, R., Ngo, H., & Foley, S. 2006. Linking Employees‟ Justice Perceptions To
Organizational Commitment And Intention To Leave: The Mediating Role Of
Perceived Organizational Support. Journal Of Occupational & Organizational
Psychology, Vol. 79, pp. 101 – 120.
Lowe, R. H. & Vodanovich, S. J. 1995. A Field Study Of Distributive & Procedural
Justice As Predictors Of Satisfaction & Organizational Commitment. Journal Of
Business & Psychology, Vol. 10, No. 1, pp. 99 – 114.
Macey, W.H., Schneider, B., Barbera, K.M., & Young, S.A. 2009. Employee Engagement
: Tools For Analysis, Practice, & Competitive Advantage. Valtera Corporation.
103
Maier, C., Laumer, S., Eckhardt, A., & Weitzel, T. 2012. Analyzing The Impact Of HRIS
Implementations On HR Personnel‟s Job Satisfaction & Turnover Intention. Journal
of Strategic Information Systems, No. XXX, pp. 1 – 15.
Masterson, S.S., Lewis, K., Goldman, B.M., & Taylor, M.S. 2000. Integrating Justice &
Social Exchange : The Differing Effects Of Fair Procedures & Treatment On Work
Relationships. Academy Of Management Journal, Vol. 43, No. 4, pp. 738 – 748.
Maxham, III, J.G. & Netemeyer, R.G., 2003. Firms Reap What They Sow : The Effects
Of Shared Values & Perceived Organizational Justice On Customer‟s Evaluations Of
Complaint Handling. Journal Of Marketing, Vol. 46, No. 1, pp. 46 – 62.
McAuliffe, E., Manafa, O., Maseko, F., Bowie, C., & White, E. 2009. Understanding Job
Satisfaction Amongst Mid-Level Cadres In Malawi: The Contribution Of
Organisational Justice. Reproductive Health Matters, Vol. 17, No. 33, pp. 80 – 90.
McFarlin, D.B. & Sweeney, P.D. 1992. Distributive & Procedural Justice As Predictors
Of Satisfaction With Personal & Organizational Outcomes. Academy Of Management
Journal, Vol. 35, No. 3, pp. 626 – 637.
McShane, S.L. & Von Glinow, M.A. 2008. Organizational Behavior: Emerging Realities
For The Workplace Revolution, 4th Edition, McGraw-Hill/Irwin.
Memarzadeh, G. & Mahmoudi, R.K. 2010. Applying Organizational Concepts In The
Iran Public Sector: A Preliminary Empirical Work On Justice. European Journal Of
Social Sciences, Vol. 14, No. 4, pp. 594 – 605.
Meyer, J.P. & Allen, N.J. 1991. A Three-Component Conceptualization Of
Organizational Commitment. Human Resource Management Review, Vol. 1, No. 1,
pp. 61 – 89.
Meyer, J.P., Allen, N.J., & Smith, C.A. 1993. Commitment &Occupations : Extension &
Test Of A Three-Components Conceptualization. Journal Of Applied Psychology,
Vol. 78, No. 4, pp. 538 – 552.
Meyer, J.P., Stanley, D.J., Herscovitch, L., & Topolnytsky, L. 2002. Affective,
Continuance, & Normative Commitment To The Organization : A Meta-analysis Of
Antecedents, Correlates, & Consequences. Journal Of Vocational Behavior, No. 61,
pp. 20–52.
Mobley, W.H. 1977. Intermediate Linkages In The Relationship Between Job Satisfaction
& Employee Turnover. Journal Of Applied Psychology, Vol. 62, No. 2, pp. 237 –
240.
Moorman, R.H. 1991. Relationship Between Organizational Justice & Organizational
Citizenship Behavior : Do Fairness Perception Influence Employee Citizenship ?,
Journal Of Applied Psychology, Vol. 76, No. 6, pp. 845 – 855.
Mossholder, K.W., Bennett, N., Kemery, E.R., & Wesolowski, M.A. 1998. Relationships
Between Bases Of Power & Work Reactions : The Mediational Role Of Procedural
Justice. Journal Of Management, Vol. 24, No. 4, pp. 533 – 552.
Nadiri, H. & Tanova, C. 2010. An Investigation Of The Role Of Justice In Turnover
Intentions, Job satisfaction, & Organizational Citizenship Behavior In Hospitality
Industry. International Journal of Hospitality Management, No. 29, pp. 33 – 41.
Nagar, K. 2012. Organizational Commitment & Job Satisfaction Among Teachers During
Times Of Burnout. The Journal for Decision Makers, Vol. 37, No. 2, pp. 43 – 60.
Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B., & Wright, P.M. 2011. Manajemen Sumber
Daya Manusia: Mencapai Keunggulan Bersaing, Edisi 6. Penerbit Salemba Empat.
Odom, R.Y., Boxx, W.R., & Dunn, M.G. 1990. Organizational Cultures, Commitment,
Satisfaction, & Cohesion. Public Productivity & Management Review, Vol. 14, No.
2, pp. 157 - 169.
104
Ones, D.S. 2002. Introduction To The Special Issue On Counterproductive Behaviors At
Work. International Journal Of Selection & Assessment, Vol. 10, No. 1/2, pp. 1 – 4.
Organ, D.W. 1997.Organizational Citizenship Behavior : It‟s Construct Clean-Up Time.
Journal Of Human Performance, Vol. 10, No. 2, pp. 85 – 97.
Porter, L.W., Steers, R.M., Mowday, R.T., & Boulian, P.V. 1974. Organizational
Commitmen, Job Satisfaction, & Turnover Among Psychiatric Technicians. Journal
Of Applied Psychology, Vol. 59, No. 5, pp. 603 – 609.
Robbins, S.P., & Judge, T.A. (2008). Perilaku Organisasi, Edisi 2. Penerbit Salemba
Empat.
Robbins, T.L., Summers, T.P., Miller, J.L., & Hendrix, W.H. 2000. Using The Group Value Model To Explain The Role Of Noninstrumental Justice In Distinguishing The
Effects Of Distributive & Procedural Justice. Journal of Occupational and
Organizational Psychology, Vol. 73, pp. 511 – 518.
Rusbult, C. E. & Farrell, D. 1983. A Longitudinal Test Of The Investment Model: The
Impact On Job Satisfaction, Job Commitment, & Turnover Of Variations In
Rewards, Costs, Alternatives, & Investments. Journal Of Applied Psychology, Vol.
68, No. 3, pp. 429 – 438.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi 4. Penerbit Salemba
Empat.
Seston, E., Hassell, K., Ferguson, J., & Hann, M. 2009. Exploring The Relationship
Between Pharmacists‟ Job Satisfaction, Intention To Quit The Profession, & Actual
Quitting. Research In Social & Administrative Pharmacy, No. 5, pp. 121–132.
Shore, L.M., Newton, L.A., & Thornton III, G.C. 1990.Job & Organizational Attitudes In
Relation To Employee Behavioral Intentions.Journal Of Organizational Behavior,
Vol. 11, pp. 57 – 67.
Skarlicki, D.P. & Latham, G.P. 1996. Increasing Citizenship Behavior Within A Labor
Union : A Test Of Organizational Justice Theory. Journal Of Applied Psychology,
Vol. 81, No. 2, pp. 161 – 169.
Skarlicki, D.P. & Folger, R. 1997. Retaliation In The Workplace The Roles Distributive,
Procedural, & Interactional Justice. Journal Of Applied Psychology, Vol. 82, No. 3,
pp. 434 – 443.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
Tett, R.P. & Meyer, J.P. 1993. Job Satisfaction, Organizational Commitment, Turnover
Intention, & Turnover : Path Analyses Based On Meta – Analytic Findings.
Personnel Psychology, Vol. 46, pp. 259 – 293.
Thibaut, J. & Walker, L. 1978. A Theory Of Procedure. California Law Review, Vol. 66,
Issue 3, pp. 541 – 566.
Tyler, T.R. 1989. The Psychology Of Procedural Justice : A Test Of Group - Value
Model. Journal Of Personality & Social Psychology, Vol. 57, No. 5, pp. 830 – 838.
Vidal, M. E. S., Valle, R. S., Aragón, M. I. B. 2007. Antecedents Of Repatriates' Job
Satisfaction & Its Influence On Turnover Intentions: Evidence From Spanish
Repatriated Managers. Journal Of Business Research, No. 60, pp. 1272 – 1281.
Whisenant, W., & Smucker, S. 2006. Organizational Justice And Job Satisfaction :
Perceptions Among Coaches Of Girls‟ Teams. Journal Of Research, Vol. 2, Issue 2,
pp. 47 – 53.
Yang, J-T. 2010. Antecedents & Consequences Of Job Satisfaction In The Hotel Industry.
International Journal Of Hospitality Management, No. 29, pp. 609–619.
Yang, M-L. 2012.Transformational Leadership & Taiwanese Public Relations
Practitioners‟ Job Satisfaction & Organizational Commitment. Social Behavior &
Personality, Vol. 40, No. 1, pp. 31 – 46.
105
Yamin, S. & Kurniawan, H. 2009. Structural Equation Modeling. Jakarta : Salemba
Infotek.
Zainalipour, H., Fini, A.A.S., & Mirkamali, S. M. 2010. A Study Of Relationship
Between Organizational Justice & Job Satisfaction Among Teachers In Bandar
Abbas Middle School. Procedia - Social and Behavioral Sciences, Vol. 5, p. 1986 –
1990.
LAMPIRAN 1
KUESIONER
KUESIONER PENELITIAN
PENDAHULUAN
Kami mohon bantuan Bapak / Ibu untuk mengisi setiap pertanyaan dalam survey ini dan memeriksa
dengan teliti agar tidak ada satu nomorpun yang terlewati.
Survei ini dilakukan sebagai tugas akhir penelitian saya yang berjudul Pengaruh Keadilan Organisasional
Terhadap Komitmen, & Intensi Keluar Dengan Mediasi Kepuasan Kerja pada Program Magister
Manajemen Universitas Udayana.
Tidak ada yang dinilai salah dalam survey ini. Semua jawaban adalah benar, asalkan sesuai dengan
pendapat Bapak/Ibu. Selain itu, tidak ada jawaban individual yang akan dibahas pada hasil survei dan
hasil survey ini semata-mata hanya untuk kepentingan ilmiah. Oleh karena itu kami mohon Bapak/Ibu
dapat mengisi surveini dengan sejujur-jujurnya.
Terima Kasih atas bantuan dan kesediannya.
Sentot Kristanto
BAGIAN I – DEMOGRAFI
(Isi atau beri tanda silang (x) pada kotak yang sesuai)
1.
Jenis Kelamin : Laki / Perempuan
2.
Peringkat/grade kepegawaian anda saat ini :
3.
Berada di BIDANG KERJA apakah anda ?
4.
 PLTD/G Pesanggaran
 Enjiniring & Manajemen Aset
 PLTG Gilimanuk
 SDM dan Humas
 PLTG Pemaron
 SIS & Keuangan
 Logistik
 Teknik
Saat ini, pada JABATAN manakah anda berada ?
 Ahli Muda
 Pelaksana Senior
 Ahli Madya
 Supervisor
 Operator
 Supervisor Senior
 Operator Senior
 Teknisi
 Pelaksana
 Teknisi Senior
5. Sejak kapankah anda bekerja di PLN /PT. INDONESIA POWER ?
 1975 – 1979
 1995 – 1999
 1980 – 1984
 2000 – 2004
 1985 – 1989
 2005 – 2009
 1990 – 1994
 2010 -
BAGIAN II
Pada bagian ini Bapak / Ibu diminta untuk memberikan pendapat tentang alokasi imbalan yang berlaku
di perusahaan. Imbalan tersebut meliputi P1 (Pay for Person), P2 (Pay for Position), P3 (Pay for
Performance), Lembur, Kompensasi Khusus Jabatan (KKJ), premi, termasuk juga kesempatan promosi.
Lingkarilah salah satu, dari angka 1 sampai dengan 5.
1.
Imbalan yang saya terima mencerminkan usaha yang saya berikan dalam pekerjaan
Sangat Tidak Setuju
2.
3
4
5
Sangat Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Imbalan yang saya terima mencerminkan kontribusi kepada perusahaan
Sangat Tidak Setuju
4.
2
Imbalan yang saya terima sesuai dengan pekerjaan yang saya selesaikan
Sangat Tidak Setuju
3.
1
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Imbalan yang saya terima sesuai dengan kinerja yang saya hasilkan
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
BAGIAN III
Pada bagian ini Bapak / Ibu diminta untuk memberikan pendapat tentang penerapan aturan terkait
alokasi imbalan pada bagian I diatas. Lingkarilah salah satu, dari angka 1 sampai dengan 5.
5.
Saya dapat menyatakan pandangan dan perasaan selama perusahaan menerapkan peraturan
Sangat Tidak Setuju
6.
4
5
Sangat Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Tidak ada orang atau kelompok yang diistimewakan dalam penerapan peraturan
Sangat Tidak Setuju
9.
3
Perusahaan menerapkan peraturan secara konsisten
Sangat Tidak Setuju
8.
2
Persatuan Pegawai mengawasi penerapan peraturan
Sangat Tidak Setuju
7.
1
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
Peraturan-peraturan perusahaan dibuat berdasarkan informasi yang akurat
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
10. Persatuan Pegawai dapat mengajukan keberatan terkait penerapan peraturan perusahaan
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
11. Peraturan-peraturan perusahaan menjunjung tinggi standar moral dan etika
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
BAGIAN IV
Pada bagian ini Bapak / Ibu diminta untuk memberikan pendapat tentang interaksi yang terjadi dengan
atasan Bapak / Ibu. Lingkarilah salah satu, dari angka 1 sampai dengan 7.
12. Atasan Saya memperlakukan Saya dengan cara yang sopan
Tidak Pernah
1
2
3
4
5
Selalu
4
5
Selalu
4
5
Selalu
13. Atasan Saya memperlakukan Saya dengan penuh martabat
Tidak Pernah
1
2
3
14. Atasan Saya memperlakukan Saya dengan rasa hormat
Tidak Pernah
1
2
3
15. Atasan Saya menahan diri untuk tidak berkata-kata atau berkomentar yang tidak pantas
Tidak Pernah
1
2
3
4
5
Selalu
2
3
4
5
Selalu
16. Atasan Saya jujur dalam berkomunikasi
Tidak Pernah
1
17. Atasan Saya menjelaskan peraturan /prosedur secara menyeluruh
Tidak Pernah
1
2
3
4
5
Selalu
18. Penjelasan Atasan Saya terkait peraturan / prosedur masuk akal
Tidak Pernah
1
2
3
4
5
Selalu
5
Selalu
19. Atasan Saya berkomunikasi secara rinci kapanpun diperlukan
Tidak Pernah
1
2
3
4
20. Atasan Saya menyesuaikan komunikasinya terhadap kebutuhan khusus individu
Tidak Pernah
1
2
3
4
5
Selalu
BAGIAN V
Pada bagian ini Bapak / Ibu diminta untuk menyatakan perasaan terkait pernyataan dibawah ini.
Lingkarilah salah satu, dari angka 1 sampai dengan 7.
21. Saya merasa puas dengan pekerjaan saya sekarang
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
22. Saya sangat antusias dengan pekerjaan saya
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
2
3
4
5
Sangat Setuju
23. Saya sangat menikmati setiap hari kerja
Sangat Tidak Setuju
1
24. Saya menemukan kegembiraan yang nyata dalam pekerjaan saya
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
5
Sangat Setuju
25. Saya memandang pekerjaan saya kurang menyenangkan
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
26. Saya merasa masalah yang dihadapi perusahaan adalah juga masalah saya
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
27. Saya merasa menjadi bagian dari keluarga PT Indonesia Power
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
28. Saya merasa terikat secara emosional dengan PT Indonesia Power
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
29. PT Indonesia Power memiliki arti secara personal bagi saya
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
30. Saya mempunyai rasa memiliki yang kuat terhadap perusahaan
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
31. Saya berniat mencari pekerjaan lain dalam waktu satu tahun mendatang
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
32. Saya berniat untuk bekerja di PT Indonesia Power sampai pensiun
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
33. Saya sering berpikir untuk berhenti dari pekerjaan saya di PT Indonesia Power
Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
Sangat Setuju
LAMPIRAN 2
UJI VALIDITAS & RELIABILITAS
Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
DJ1
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
2
5
5
4
4
4
4
4
4
4
2
2
2
4
4
4
2
5
4
4
4
DJ2
4
3
3
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
2
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
2
5
4
4
4
DJ3
4
3
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
5
5
3
4
4
4
4
3
4
2
3
3
4
4
4
2
5
4
4
4
DJ4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
4
4
4
4
4
4
4
4
2
3
3
4
4
4
2
5
4
4
4
Σ X1
16
12
14
16
16
14
16
16
19
16
16
16
16
16
10
19
19
15
16
16
16
16
15
16
10
11
11
16
16
16
8
20
16
16
16
PJ1
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
5
4
2
4
4
4
4
PJ2
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
3
4
4
3
2
3
4
3
3
3
4
4
3
4
2
2
2
4
4
4
2
4
3
4
3
PJ3
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
4
4
5
2
2
4
4
2
4
4
4
4
3
3
2
3
3
4
3
3
3
3
4
3
4
PJ4
4
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
2
4
4
4
2
4
4
3
4
3
4
3
2
2
4
4
4
2
4
4
3
4
PJ5
4
4
3
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
4
3
3
2
2
4
4
4
3
4
5
3
4
Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
IJ7
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
2
4
4
4
4
IJ8
4
4
4
4
5
3
3
3
4
4
4
4
4
2
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
2
4
4
4
4
IJ9
4
4
4
4
5
4
3
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
2
4
4
4
4
Σ X3
36
36
36
36
43
34
28
31
36
36
36
36
35
26
36
25
36
35
36
38
36
39
36
36
33
19
19
39
36
36
18
36
41
36
36
JS1
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
2
5
4
2
4
JS2
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
5
4
4
4
JS3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
2
5
4
4
4
JS4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
5
4
4
2
5
4
3
4
JS5
4
4
4
4
4
3
4
3
5
4
4
2
4
4
3
3
4
4
2
4
3
4
3
4
4
3
3
4
4
4
2
5
4
3
4
Σ Y1 COM1 COM2 COM3 COM4 COM5 Σ Y2
20
4
4
4
4
5
21
20
4
4
4
4
4
20
20
4
4
3
4
3
18
19
4
4
4
4
4
20
20
4
4
4
4
4
20
15
4
4
3
4
3
18
20
4
4
4
4
4
20
19
4
4
4
4
4
20
21
4
5
5
4
4
22
20
4
4
4
4
4
20
20
4
4
4
4
4
20
18
4
4
4
4
4
20
20
4
4
4
4
4
20
13
4
3
3
3
3
16
17
4
4
4
3
4
19
18
4
4
4
4
4
20
20
5
5
5
5
5
25
18
4
4
4
4
2
18
18
4
4
4
4
4
20
20
5
5
5
4
4
23
19
4
4
4
4
4
20
20
4
5
5
5
4
23
19
4
3
4
3
3
17
20
4
4
4
4
4
20
20
4
4
4
3
4
19
17
3
4
2
3
2
14
17
3
4
2
3
2
14
21
4
4
4
4
4
20
18
4
4
4
4
4
20
20
4
4
4
4
4
20
10
2
2
2
2
1
9
25
5
5
5
5
5
25
20
2
4
2
4
4
16
16
4
4
4
4
4
20
20
4
4
4
4
4
20
PJ6
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
2
4
4
4
3
3
5
3
4
3
4
3
2
2
4
4
4
2
4
3
2
4
PJ7
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
2
4
5
4
4
Σ X2
26
28
24
22
26
26
23
24
29
27
27
28
28
18
24
28
28
20
26
29
25
28
24
26
20
17
17
28
28
27
16
27
28
23
27
IJ1
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
2
4
4
4
4
4
5
4
4
4
2
2
5
4
4
2
4
5
4
4
IJ2
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
2
4
4
4
4
4
5
4
4
4
2
2
5
4
4
2
4
5
4
4
IJ3
4
4
4
4
5
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
2
4
4
4
5
4
5
4
4
4
2
2
5
4
4
2
4
5
4
4
IJ4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
2
4
5
4
4
IJ5
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
3
5
2
4
3
4
4
4
4
4
4
3
1
1
4
4
4
2
4
5
4
4
IJ6
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
2
4
4
4
2
4
4
4
4
TI1
1
2
3
2
2
3
2
1
1
2
2
2
2
3
3
2
1
3
1
2
2
1
3
2
2
4
4
1
1
1
4
1
2
2
1
TI2
1
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
1
3
3
2
1
3
2
1
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
5
1
2
2
1
TI3
1
2
3
2
3
3
2
1
4
2
2
2
2
3
1
2
1
3
1
2
2
1
3
2
4
2
3
1
1
1
4
1
2
2
1
Σ Y3
3
6
9
6
8
8
6
4
8
6
6
6
5
9
7
6
3
9
4
5
7
4
9
6
8
8
9
4
4
4
13
3
6
6
3
Unfiled Notes Page 2
Unfiled Notes Page 4
Unfiled Notes Page 2
Unfiled Notes Page 3
Unfiled Notes Page 4
LAMPIRAN 3
TABULASI DATA ORDINAL
Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
dj1
4
4
3
5
2
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
2
2
2
4
4
4
2
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
2
3
dj2
4
4
3
5
3
4
3
4
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
2
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
2
3
dj3
4
4
3
5
3
4
3
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
5
3
4
4
4
4
4
3
4
4
2
3
3
4
4
4
2
5
3
4
4
4
4
4
4
4
5
2
3
dj4
4
4
3
5
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
3
3
4
4
4
2
5
4
4
4
3
4
4
4
5
4
3
3
pj1
4
4
4
5
4
5
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
2
4
4
4
4
3
3
3
4
5
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
2
3
pj2
3
2
4
5
2
1
3
3
3
3
3
3
3
4
4
2
3
2
4
1
4
3
2
2
3
4
3
3
3
4
2
4
3
4
2
2
2
2
4
4
4
2
4
4
2
2
2
3
4
3
4
4
3
3
pj3
4
5
4
5
3
2
3
3
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
5
2
2
4
4
4
2
4
4
4
4
4
3
3
4
2
3
3
4
3
3
3
3
2
4
4
4
4
3
4
5
3
3
3
pj4
4
5
4
5
3
5
3
4
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
2
4
2
4
4
4
4
2
4
4
3
3
4
3
4
4
3
2
2
4
4
4
2
4
2
4
4
4
4
3
4
5
3
3
3
pj5
4
4
4
5
4
5
3
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
4
3
2
2
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
3
4
4
3
2
3
pj6
3
2
4
1
2
2
4
2
3
3
3
3
4
4
4
2
4
2
4
2
3
2
4
2
4
4
3
3
5
3
2
4
3
4
3
3
2
2
4
4
4
2
4
4
4
2
2
3
2
4
5
4
2
3
pj7
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
2
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
3
4
ij1
4
4
4
5
5
5
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
2
2
5
4
4
2
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
3
4
ij2
4
4
4
5
5
5
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
2
2
5
4
4
2
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
3
4
ij3
4
4
4
5
5
5
4
4
4
5
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
2
2
5
4
4
2
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
3
4
ij4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
2
4
3
4
4
4
5
4
4
4
5
3
4
ij5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
5
4
2
4
3
4
4
4
5
4
4
4
4
3
1
1
4
4
4
2
4
3
3
4
4
5
4
4
5
4
3
4
ij6
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
2
4
2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
2
4
4
4
2
4
2
3
4
3
4
4
4
5
4
2
4
ij7
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
2
4
3
3
4
4
4
4
4
5
4
2
4
ij8
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
3
3
3
4
4
4
4
4
4
2
4
2
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
2
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
2
4
ij9
4
4
4
5
4
3
4
4
4
5
4
3
3
4
4
4
4
4
4
2
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
2
4
4
3
2
4
4
4
4
5
4
2
4
js1
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
2
5
4
4
4
4
4
2
4
5
4
3
4
js2
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
js3
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
2
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
3
js4
4
4
4
5
5
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
5
4
4
2
5
4
4
4
4
4
3
4
5
4
3
3
js5
4
4
4
5
5
4
4
3
4
4
3
4
3
5
4
3
4
4
2
5
4
2
3
4
3
4
4
2
4
3
1
4
3
4
4
4
3
3
4
4
2
2
5
4
3
4
4
4
3
4
5
3
2
3
co1
4
4
4
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
2
5
4
4
4
4
2
4
4
5
4
3
4
co2
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
5
4
4
5
4
4
4
4
5
5
4
4
co3
4
5
4
5
5
4
3
4
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
5
4
5
5
3
4
4
4
2
2
4
4
4
2
5
4
4
5
4
2
4
4
5
4
4
4
co4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
5
4
4
4
4
5
5
3
4
4
3
3
3
4
4
4
2
5
3
4
5
4
4
4
4
5
4
3
3
co5
5
5
4
5
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
2
4
4
4
5
4
3
4
4
4
2
2
4
4
4
1
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
ti1
1
2
2
1
1
2
3
3
2
2
3
2
1
1
2
2
2
1
2
1
2
3
3
3
2
1
3
1
2
2
2
1
3
2
2
2
4
4
1
1
1
4
4
3
2
1
2
2
2
1
1
2
2
3
ti2
1
1
2
1
3
3
3
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
1
2
1
1
3
3
3
2
1
3
2
1
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
5
1
3
3
1
2
2
2
1
1
1
2
2
ti3
1
1
2
1
2
2
3
3
2
3
3
2
1
4
2
3
2
1
2
1
2
3
5
4
2
1
3
1
2
2
2
1
3
2
2
4
2
3
1
1
1
4
1
4
2
1
2
2
2
1
2
5
2
3
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
4
4
4
4
3
2
2
1
5
3
4
2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
2
2
2
1
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
2
2
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
3
3
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
4
2
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
3
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
4
4
3
4
3
3
3
4
4
2
4
1
4
4
2
4
3
4
4
4
3
2
4
2
4
2
2
4
4
2
3
3
3
5
4
3
3
3
4
4
3
4
4
3
2
3
3
2
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
3
2
2
2
3
4
2
4
4
3
4
3
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
5
4
4
3
4
4
4
3
3
3
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
2
5
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
5
4
2
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
3
2
4
4
1
4
3
4
4
2
4
3
4
3
3
3
2
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
4
3
4
2
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
5
5
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
2
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
3
4
5
4
4
4
1
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
5
3
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
5
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
5
4
3
2
5
3
4
4
2
4
5
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
2
4
4
4
3
4
3
4
4
4
5
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
5
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
5
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
2
4
3
2
4
1
1
2
2
2
5
1
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
2
1
2
2
1
1
3
1
2
2
2
2
2
4
1
2
2
4
2
1
2
2
2
1
1
2
2
2
3
1
1
2
2
2
5
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
1
2
1
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
1
2
2
2
3
1
2
2
2
2
1
2
3
2
1
2
4
1
2
4
4
2
3
2
2
5
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
2
1
2
2
1
1
3
1
2
2
2
2
2
3
1
2
2
4
4
1
2
2
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
2
3
4
4
4
4
1
2
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
2
3
2
4
4
4
2
2
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
3
4
4
4
4
1
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
5
4
5
4
4
4
5
3
2
3
4
4
4
4
1
2
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
5
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
1
2
4
4
4
3
4
2
5
4
4
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
5
5
5
5
3
4
4
4
3
3
2
2
3
3
3
3
4
4
4
3
4
5
5
2
5
3
3
3
4
3
1
2
3
4
4
4
3
3
2
4
3
2
2
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
3
4
2
4
3
2
3
2
5
4
4
2
4
4
5
4
3
2
5
3
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
3
3
2
2
3
3
3
3
4
4
4
3
4
5
4
4
4
3
4
2
3
3
3
3
2
5
4
4
2
4
4
4
5
4
4
4
3
3
4
3
4
3
4
4
3
4
4
5
5
5
5
3
4
4
4
3
3
2
2
3
3
3
3
4
4
4
2
5
5
5
4
5
3
4
3
4
4
3
3
4
5
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
4
3
4
3
4
4
5
5
5
5
5
2
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
5
4
4
4
4
3
4
3
3
3
4
3
4
4
4
4
2
4
2
3
3
2
2
2
3
3
4
3
3
3
3
4
3
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
4
4
4
3
4
5
5
4
5
3
4
3
5
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
3
3
4
3
5
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
3
4
4
5
3
4
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
3
5
4
4
3
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
3
4
4
5
4
3
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
5
5
5
2
4
4
4
5
3
5
4
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
3
4
4
5
3
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
5
5
5
3
4
4
4
5
3
5
5
4
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
5
5
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
5
3
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
3
2
5
4
3
4
4
3
2
4
3
4
2
4
4
4
4
3
5
5
5
5
3
4
4
4
5
3
5
5
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
3
4
2
4
4
2
4
4
3
3
3
4
4
3
4
3
4
4
3
5
5
5
5
1
4
4
4
4
3
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
3
4
4
4
3
4
4
5
5
4
4
3
4
2
5
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
2
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
2
5
4
2
4
5
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
1
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
3
4
4
5
5
5
5
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
5
4
2
4
4
4
4
3
3
4
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
1
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
3
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
5
5
4
5
4
4
4
5
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
5
5
4
5
3
4
4
5
3
3
3
4
4
4
4
3
2
4
3
3
2
5
4
4
2
3
3
4
2
4
4
4
2
2
5
5
4
4
2
3
3
2
5
5
5
5
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
3
2
3
3
3
3
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
3
3
3
4
5
4
4
3
4
4
5
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
3
3
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
3
3
2
5
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
3
3
3
5
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
1
1
1
2
1
2
2
3
2
4
3
3
3
2
2
1
2
1
2
2
2
2
3
2
1
2
2
3
2
2
2
2
2
4
1
1
1
1
1
1
2
2
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
3
1
3
2
3
3
1
2
2
3
3
2
1
2
4
3
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
3
1
1
1
1
1
2
2
2
1
4
3
3
2
1
2
1
3
3
2
1
2
4
2
2
1
1
2
4
2
2
2
3
2
4
1
1
1
5
5
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
2
2
2
4
4
4
4
2
2
2
4
2
3
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
5
4
3
4
4
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
3
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
2
3
4
4
4
5
4
5
4
2
2
2
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
5
5
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
3
4
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
5
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
5
4
4
3
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
5
2
4
3
3
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
5
4
4
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
4
4
4
4
2
2
2
4
4
4
4
3
4
4
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
3
4
4
1
1
1
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
2
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
4
2
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
4
2
1
LAMPIRAN 4
ANALISIS CROSSTAB
Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
JNS
TH
GRD BID JAB
JS1 JS2 JS3 JS4 JS5 Mean COM1 COM2 COM3 COM4 COM5 Mean TI1 TI2 TI3 Mean
KLMN
MSK
2
2
4
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
5
4,20 1 1 1 1,00
1
8
4
3
2
4
4
4
4
4
4,00
4
5
5
5
5
4,80 2 1 1 1,33
1
3
7
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
2
3
7
1
6
5
5
5
5
5
5,00
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
1
5
7
1
8
4
4
4
5
5
4,40
3
5
5
3
4
4,00 1 3 2 2,00
1
9
5
3
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 3 2 2,33
1
6
5
3
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
3
4
3
3,60 3 3 3 3,00
1
3
7
1
8
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 3 2 3 2,67
2
5
4
1
8
4
4
4
3
4
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
2
3
7
2
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 3 3 2,67
1
3
7
2
6
3
3
3
3
3
3,00
4
4
3
4
3
3,60 3 2 3 2,67
2
3
6
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
8
5
2
2
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
10
6
3
6
4
4
4
4
5
4,20
4
5
5
4
4
4,40 1 3 4 2,67
1
5
6
1
8
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
2
8
6
3
2
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 3 2,33
2
3
6
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
2
3
7
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 1 1 1,00
1
6
6
1
4
4
4
4
4
2
3,60
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
8
6
3
3
4
4
4
4
5
4,20
4
4
4
4
4
4,00 1 1 1 1,00
1
6
6
2
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 1 2 1,67
1
3
1
1
8
2
2
3
2
2
2,20
4
3
3
3
3
3,20 3 3 3 3,00
1
3
6
1
6
4
4
4
2
3
3,40
4
4
4
3
4
3,80 3 3 5 3,67
1
3
1
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 3 3 4 3,33
1
9
6
3
3
4
4
4
3
3
3,60
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
8
7
3
4
4
4
4
4
4
4,00
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
2
5
7
1
8
4
3
3
4
4
3,60
4
4
4
4
2
3,60 3 3 3 3,00
1
2
1
1
7
4
4
4
4
2
3,60
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
9
6
3
3
4
4
4
4
4
4,00
5
5
5
4
4
4,60 2 1 2 1,67
2
5
6
1
8
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 3 2 2,33
1
2
1
1
3
4
5
4
4
1
3,60
4
5
5
5
5
4,80 2 2 2 2,00
1
10
8
3
2
4
4
4
4
4
4,00
4
5
5
5
4
4,60 1 2 1 1,33
1
5
8
2
7
4
4
4
4
3
3,80
4
4
3
3
3
3,40 3 3 3 3,00
1
7
8
2
2
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
2
6
8
2
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
7
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
3
4
3,80 2 2 4 2,67
1
7
8
2
3
3
4
4
3
3
3,40
3
4
2
3
2
2,80 4 2 2 2,67
1
3
1
1
6
3
4
4
3
3
3,40
3
4
2
3
2
2,80 4 2 3 3,00
2
3
8
2
7
4
4
4
5
4
4,20
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
2
8
1
3
4
4
2
4
4
3,60
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
5
8
1
4
4
4
4
4
2
3,60
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
5
8
1
4
2
2
2
2
2
2,00
2
2
2
2
1
1,80 4 5 4 4,33
1
6
8
3
2
5
5
5
5
5
5,00
5
5
5
5
5
5,00 4 1 1 2,00
1
3
6
1
8
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
3
4
3,80 3 3 4 3,33
1
3
1
1
6
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 3 2 2,33
1
6
1
2
4
4
4
4
4
4
4,00
4
5
5
5
5
4,80 1 1 1 1,00
1
7
1
1
2
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
5
1
1
4
4
4
4
4
4
4,00
2
4
2
4
4
3,20 2 2 2 2,00
1
5
1
1
4
2
4
4
3
3
3,20
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
6
1
1
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 1 1 1,00
1
5
1
1
4
5
5
5
5
5
5,00
5
5
5
5
5
5,00 1 1 2 1,33
1
5
1
1
4
4
4
4
4
3
3,80
4
5
4
4
4
4,20 2 1 5 2,67
1
6
1
2
4
3
3
3
3
2
2,80
3
4
4
3
4
3,60 2 2 2 2,00
1
3
1
1
8
4
4
3
3
3
3,40
4
4
4
3
4
3,80 3 2 3 2,67
1
8
1
2
3
3
4
3
4
2
3,20
4
4
3
4
4
3,80 3 2 2 2,33
1
7
1
3
2
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 1 1 1,33
1
8
1
3
2
4
4
5
4
4
4,20
4
5
5
4
5
4,60 2 1 2 1,67
1
8
1
3
3
4
4
4
3
4
3,80
3
4
3
4
4
3,60 4 2 4 3,33
1
3
1
1
8
3
4
4
4
5
4,00
4
4
4
4
4
4,00 3 2 1 2,00
1
5
1
2
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
1
1
6
3
4
4
3
3
3,40
4
4
4
4
4
4,00 4 3 4 3,67
1
5
1
1
8
4
5
4
4
2
3,80
4
4
4
4
4
4,00 1 1 4 2,00
1
5
8
1
4
5
5
5
5
5
5,00
5
5
4
4
5
4,60 1 1 2 1,33
1
6
1
1
4
4
4
4
3
3
3,60
4
4
4
3
4
3,80 2 2 3 2,33
1
5
1
1
4
4
3
4
4
4
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
2
1
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
6
1
1
4
1
3
3
2
2
2,20
4
3
3
3
3
3,20 5 5 5 5,00
1
2
1
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 2 2 1,67
1
3
3
1
6
3
4
4
4
5
4,00
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
1
5
3
2
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
2
3
1
7
4
4
4
4
5
4,20
4
5
4
4
5
4,40 1 1 1 1,00
1
3
3
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
5
4
4
5
4,40 1 1 1 1,00
1
3
3
1
6
3
4
4
4
3
3,60
3
4
3
4
4
3,60 2 2 2 2,00
1
2
3
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
7
3
2
4
4
4
4
4
4
4,00
3
5
5
5
4
4,40 1 1 1 1,00
Resp
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
JNS
TH
GRD BID JAB
JS1 JS2 JS3 JS4 JS5 Mean COM1 COM2 COM3 COM4 COM5 Mean TI1 TI2 TI3 Mean
KLMN
MSK
1
7
3
3
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
3
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
5
4,20 1 1 1 1,00
1
2
3
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 1 2 1,67
1
7
3
2
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
8
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
5
5
4,40 1 1 1 1,00
1
3
8
1
6
5
5
5
5
4
4,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
3
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
6
3
2
4
5
5
5
5
5
5,00
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
1
3
3
1
6
5
5
5
5
5
5,00
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
1
3
3
1
6
5
5
5
5
5
5,00
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
1
5
3
1
4
4
4
5
5
3
4,20
4
5
5
5
5
4,80 1 1 1 1,00
1
4
3
1
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
7
3
2
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
7
3
2
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
3
3
1
6
3
3
3
3
2
2,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
6
8
2
4
4
4
4
4
4
4,00
5
4
4
2
4
3,80 2 2 2 2,00
1
3
8
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
3
3
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
3
3
1
6
4
4
4
3
3
3,60
4
4
3
4
3
3,60 3 3 3 3,00
1
3
3
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
3
3
1
7
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
8
3
3
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 1 2 1,67
1
3
3
1
6
4
3
4
4
4
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
3
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
6
5
3
7
4
4
5
4
5
4,40
4
4
4
4
5
4,20 2 2 2 2,00
1
3
5
2
7
4
5
4
4
4
4,20
5
5
5
5
5
5,00 4 3 3 3,33
1
8
1
3
2
4
4
4
4
4
4,00
4
5
4
4
4
4,20 1 1 1 1,00
1
7
1
2
3
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
7
1
2
3
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
2
1
1
7
3
4
4
4
3
3,60
4
4
5
5
4
4,40 4 2 4 3,33
1
5
1
1
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 4 2,67
1
2
1
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 1 1 1,00
1
6
1
1
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
1
1
6
3
4
4
4
3
3,60
4
4
4
4
4
4,00 2 3 2 2,33
1
6
8
2
3
4
5
5
4
5
4,60
4
4
5
4
4
4,20 1 1 1 1,00
1
3
1
1
7
4
4
5
4
5
4,40
4
4
5
4
4
4,20 1 1 1 1,00
1
6
1
1
4
4
4
5
4
5
4,40
4
4
5
4
4
4,20 1 1 1 1,00
1
6
1
1
4
4
4
4
4
4
4,00
4
5
5
5
5
4,80 2 1 1 1,33
1
5
1
1
4
4
4
5
4
5
4,40
4
4
5
4
4
4,20 1 1 1 1,00
1
6
1
2
3
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
7
2
3
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
2
1
6
4
4
4
4
4
4,00
3
4
4
4
4
3,80 3 3 2 2,67
1
6
2
2
4
5
5
5
5
5
5,00
4
5
4
4
4
4,20 2 1 1 1,33
1
3
2
1
6
3
4
3
4
3
3,40
4
4
3
4
3
3,60 4 3 4 3,67
1
6
2
2
2
4
4
3
4
3
3,60
3
4
3
3
3
3,20 3 2 3 2,67
1
5
2
1
8
3
4
3
3
3
3,20
4
3
3
3
3
3,20 3 3 3 3,00
1
5
2
1
8
4
2
4
3
4
3,40
4
4
4
2
3
3,40 3 3 2 2,67
1
6
2
2
4
4
4
4
4
4
4,00
5
5
5
5
5
5,00 2 1 1 1,33
1
6
2
2
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
2
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
3
2
1
8
3
4
4
4
3
3,60
4
4
3
4
4
3,80 2 3 3 2,67
1
3
2
1
7
4
4
4
4
2
3,60
4
4
4
4
4
4,00 1 3 3 2,33
1
3
2
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
6
2
3
4
4
5
5
5
3
4,40
5
5
5
5
5
5,00 2 1 1 1,33
1
5
2
1
4
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
2
1
8
3
3
3
3
2
2,80
4
4
2
3
3
3,20 2 4 4 3,33
1
6
2
2
4
4
4
4
4
5
4,20
3
4
4
4
4
3,80 3 3 2 2,67
1
8
2
3
2
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 1 2 1,67
1
3
2
1
8
4
4
4
4
4
4,00
3
4
4
4
4
3,80 1 2 1 1,33
1
3
2
1
8
4
4
3
3
2
3,20
4
4
4
4
4
4,00 2 2 1 1,67
1
3
2
1
7
4
4
4
4
3
3,80
4
3
4
4
4
3,80 2 2 2 2,00
1
5
2
1
8
4
4
4
3
3
3,60
4
4
4
4
4
4,00 3 2 4 3,00
1
3
2
1
7
4
4
4
4
4
4,00
3
4
4
4
4
3,80 2 2 2 2,00
1
6
2
2
4
4
4
4
3
2
3,40
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
2
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
2
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 3 2,33
1
8
2
2
2
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
8
1
3
2
4
4
4
4
2
3,60
4
4
4
4
4
4,00 4 2 4 3,33
1
6
1
2
3
4
4
4
4
2
3,60
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
1
5
1
1
4
4
4
5
5
5
4,60
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
1
3
1
1
6
4
4
5
5
5
4,60
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
1
3
1
1
6
4
5
5
5
4
4,60
5
5
5
5
5
5,00 1 1 5 2,33
1
5
1
1
4
4
5
5
5
4
4,60
5
5
5
5
5
5,00 1 1 5 2,33
1
7
1
2
2
5
5
5
4
2
4,20
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
1
2
1
1
7
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
Resp
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
JNS
TH
GRD BID JAB
JS1 JS2 JS3 JS4 JS5 Mean COM1 COM2 COM3 COM4 COM5 Mean TI1 TI2 TI3 Mean
KLMN
MSK
1
5
1
1
4
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
5
1
1
2
4
4
4
4
2
3,60
4
4
4
4
4
4,00 4 2 2 2,67
1
3
1
1
6
4
4
4
4
5
4,20
4
4
4
4
3
3,80 1 1 1 1,00
1
7
1
2
4
4
4
4
4
5
4,20
4
4
4
4
4
4,00 1 1 1 1,00
1
3
1
1
6
4
4
4
4
5
4,20
3
4
3
4
4
3,60 1 1 1 1,00
1
6
1
1
4
5
4
4
4
5
4,40
2
5
3
4
4
3,60 1 1 1 1,00
1
2
1
1
7
4
4
5
4
4
4,20
3
4
5
4
3
3,80 1 1 1 1,00
1
2
1
1
7
4
4
5
4
4
4,20
3
4
5
4
3
3,80 1 1 1 1,00
1
7
1
2
4
4
4
5
4
4
4,20
3
4
5
4
3
3,80 1 1 1 1,00
1
6
1
1
4
5
4
4
4
5
4,40
3
5
5
4
3
4,00 1 1 1 1,00
1
7
1
2
3
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
5
1
1
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
6
1
1
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 1 2 1 1,33
1
2
1
1
7
3
3
4
3
3
3,20
5
4
4
4
4
4,20 1 3 5 3,00
1
3
1
1
6
5
5
5
5
5
5,00
5
5
5
5
5
5,00 1 1 1 1,00
1
6
1
2
3
4
4
4
4
2
3,60
4
4
4
4
5
4,20 1 1 1 1,00
1
6
1
2
3
3
5
5
4
4
4,20
4
4
5
5
5
4,60 1 1 1 1,00
1
6
1
1
4
4
4
4
3
3
3,60
5
5
5
5
5
5,00 2 1 1 1,33
1
6
1
1
2
5
4
5
5
3
4,40
4
3
5
5
5
4,40 3 1 2 2,00
1
6
1
1
4
4
4
4
4
5
4,20
4
4
4
4
4
4,00 1 2 2 1,67
1
5
1
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
2
1
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
5
1
1
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
6
1
1
3
4
4
4
4
4
4,00
4
4
2
4
4
3,60 2 2 2 2,00
1
5
1
1
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
2
4
4
3,60 2 2 2 2,00
1
2
1
1
6
4
4
4
4
4
4,00
4
4
2
4
5
3,80 2 1 2 1,67
1
7
1
3
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
7
1
2
2
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
2
1
1
7
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
5
1
1
4
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
1
1
8
2
2
2
2
4
2,40
3
4
3
3
3
3,20 4 4 4 4,00
1
7
1
2
2
4
4
4
4
4
4,00
4
4
4
4
4
4,00 2 2 2 2,00
1
3
4
1
6
4
4
4
4
3
3,80
4
4
4
4
4
4,00 1 1 1 1,00
Unfiled Notes Page 4
Unfiled Notes Page 5
Unfiled Notes Page 5
Unfiled Notes Page 6
Unfiled Notes Page 6
Unfiled Notes Page 7
Unfiled Notes Page 7
LAMPIRAN 5
DESKRIPSI VARIABEL
Unfiled Notes Page 8
Unfiled Notes Page 8
Unfiled Notes Page 9
Unfiled Notes Page 9
Unfiled Notes Page 10
Unfiled Notes Page 11
LAMPIRAN 6
PARTIAL LEAST SQUARE
Unfiled Notes Page 8
Unfiled Notes Page 9
Unfiled Notes Page 10
Unfiled Notes Page 11
Unfiled Notes Page 21
Download