BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Manajemen Pemasaran
Pemasaran adalah ujung tombak suatu perusahaan. Menurut Kotler dan
Amstrong (2008, p7) pemasaran
merupakan sebuah proses perusahaan
menciptakan nilai untuk konsumennya dan membangun hubungan kuat dengan
konsumen dengan tujuan untuk menciptakan nilai keuntungan dari pelanggan.
Dan di dalam Encylopedia of The Social Science dikatakan bahwa manajemen
adalah
suatu
proses
dengan
mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu
diselenggarakan dan diawasi. Sehingga menurut Kurtz (2008, p7) pemasaran
merupakan
fungsi organisasi
dan
sebuah
proses
untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan, dan mengirimkan nilai untuk konsumen dan mengatur
hubungan dengan konsumen sebagai cara menguntungkan perusahaan dan juga
pihak berkepentingan. Dan dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu
proses perusahaan dalam perencanaan, implementasi dan pengendalian untuk
menjadikan suatu nilai fungsi bagi perusahaan untuk menciptakan, membangun,
mengkomunikasikan suatu
nilai menguntungkan dengan pelanggan
untuk
mencapai suatu tujuan perusahaan.
Tujuan utama dari pemasaran adalah untuk mengembangkan hubungan
pelanggan dengan perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi keberhasilan kegiatan pemasaran perusahaan.
6
7
Kotler dan Keller (2006) menjelaskan bahwa pemasaran holistis adalah konsep
yang berbasis pengembangan, desain, implementasi, dan aktivitas proses
pemasaran yang dikenal memiliki nilai ketergantungan yang tinggi. Pendekatan
holistis didasari pada cara untuk mengatasi berbagai permasalahan pemasaran
yang kompleks dan luas.
Karakteristik pemasaran holistis merupakan integrasi dari empat konsep
pemasaran berikut:
•
Pemasaran internal (internal marketing) yang berhubungan dengan
departemen pemasaran, manajemen senior, dan departemen lainnya
yang berhubungan dengan pemasaran.
•
Pemasaran integrasi (integrated marketing) yang berhubungan dengan
komunikasi, produk, dan saluran distribusi.
•
Pemasaran sosial (societal marketing) yang berhubungan dengan
komunitas, etika, lingkungan dan legal atau hukum.
•
Pemasaran relasional (relationship marketing) yang berhubungan
dengan pelanggan, penyalur, mitra kerja, dan lainnya.
Untuk
menciptakan,
membangun
dan
menjaga
pertukaran
yang
menguntungkan dengan konsumen, perusahaan harus mengutamakan kepuasan
konsumen dan dibutuhkanlah kualitas pelayanan yang baik serta hubungan
pemasaran perusahaan dengan konsumen. Sehingga dapat disimpulkan hubungan
pemasaran dan kualitas pelayanan menjadi suatu cara bagi perusahaan untuk
membuat kepuasan pelanggan hingga dapat menjadi loyalitas.
8
2.2 Hubungan Pemasaran
Berdasarkan pendapat Syafruddin Chan (2003,p6) hubungan pemasaran adalah
pengenalan setiap pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi
dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara
pelanggan dan perusahaan. Hubungan ini menyiratkan bahwa, semakin
perusahaan bersaing melalui relatifnya pengembangan hubungan jangka panjang
dengan para stakeholder, seperti pelanggan, pemasok, karyawan, dan pesaing
(Hunt 2002).
Tjiptono (2007:p.415) hubungan pemasaran merupakan orientasi strategis atau
filosofi menjalankan bisnis yang lebih berfokus pada upaya mempertahankan dan
menumbuhkembangkan relasi dengan pelanggan saat ini (terutama profitable
customers atau selected customers) dibandingkan merebut pelanggan baru.
(Batterley, 2004; Chirstopher, Payne & Ballantyne, 2002; Lovelock, Patterson &
Walker, 2001; Zeithami & Bitner, 2003).
Hubungan pemasaran menurut (Hasouneh, A.B.I & Marzouq A, 2010)
mendefinisikan hubungan pemasaran sebagai seperangkat hubungan, jaringan dan
interaksi, dimana nilai untuk pihak yang terlibat diciptakan melalui proses
interaksi antara pemasok, pelanggan, pesaing dan lain-lain. Perusahaan
mendapatkan keuntungan dari pendekatan hubungan pemasaran melalui retensi
pelanggan meningkat dan produktivitas pemasaran, dan pelanggan menerima nilai
tambah melalui layanan yang lebih disesuaikan dan produk (Gronroos 1997).
9
Fungsi utama hubungan pemasaran adalah mencakup semua langkah-langkah
yang dilakukan perusahaan untuk mengenal dan melayani konsumen mereka yang
baik.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, hubungan pemasaran adalah strategi
perusahaan guna meningkatkan hubungan perusahaan dan konsumen dari segi
interaksi, sehingga adanya ikatan baik yang membuat konsumen jangka panjang.
Menurut kotler dan keller (2012) ada 4 kunci dalam hubungan pemasaran yaitu
pelanggan, karyawan, mitra pemasaran (channels, distributor, dealer, agen) dan
anggota perusahaan (pemegang saham, investor, analisis). Pemasar harus
menciptakan kemakmuran diantara semua konstituen dan menyeimbangkan
kembali kepada semua pihak yang berkepentingan. Dalam pengembangan
hubungan yang kuat, perusahaan memerlukan pemahaman sumber daya dan
kemampuan, kebutuhan, tujuan, dan keinginan.
Hubungan pemasaran bertujuan untuk membangun hubungan jangka panjang
yang saling memuaskan dengan konstituen kunci dalam rangka untuk
mendapatkan dan mempertahankan bisnis mereka.
2.2.1 Konteks Hubungan Pemasaran
Menurut Hasouneh, A.B.I & Marzouq A (2010) konteks hubungan pemasaran
di bagi menjadi 5 (lima) bagian, yaitu:
10
1. Hubungan Pelanggan
Menurut Gronroos (2000, 35) hubungan pelanggan dikategorikan dalam
tiga jenis model tergantung pada minat hubungan pelanggan dengan
perusahaan, yaitu:
•
Mode Transaksional
Dalam mode transaksional, difokuskan kepada pelanggan yang melakukan
pembelian dengan sukses dan pelanggan dapat merasakan komunikasi
terus menerus setelah pembelian, seperti perusahaan akan menggunakan
media massa untuk menyampaikan pesan, sebagai alat tawar menawar
implisit. Tawar menawar yang eksplisit didasarkan pada saling percaya
dari antar pihak, yang merupakan unsur penting dalam hubungan, dan
karena itu dapat dilihat sebagai syarat untuk mengubah pelanggan dari
mode transaksional menjadi mode relasional.
•
Mode Relasional Pasif
Pelanggan dalam mode relasional pasif lebih melihat pengetahuan dengan
menghubungi penyedia pemasok atau layanan, seperti mencari alamat email yang dicetak pada produk, tetapi konsumen jarang merespon
undangan untuk berinteraksi. Bagi pelanggan dalam mode relasional pasif,
hubungan yang berorientasi kegiatan pemasaran dapat meningkatkan nilai
dari suatu merek di benak pelanggan, terlepas dari interaksi.
11
•
Mode Relasional Aktif
Pelanggan mencari peluang untuk berinteraksi agar mendapat nilai tambah
dan mereka dapat merasa kecewa jika kurangnya kontak dari perusahaan.
2. Loyalitas Pelanggan
Loyalitas pelanggan dapat didefinisikan sebagai sejauh mana pelanggan
cenderung untuk tinggal dengan sebuah perusahaan dan menolak
penawaran kompetitif (Peppers & Rogers Group, 2002). Tujuan dari
kegiatan hubungan pemasaran adalah untuk memindahkan pelanggan
melalui serangkaian langkah-langkah yang berujung pada pelanggan yang
advokat untuk produk perusahaan. (Robert & Berger 1999, 10-11).
3. Hubungan Nilai
Pentingnya loyalitas pelanggan menjadi jelas melalui studi nilai pelanggan
kepada perusahaan yang tergantung pada seberapa lamanya hubungan.
Sebuah kontribusi pelanggan dalam laba bersih dapat bervariasi secara
substansial selama masa hubungan. Pelanggan baru yang
awalnya
mungkin tidak menguntungkan akan meningkatkan kontribusi laba mereka
sebagai hubungan yang terus berlanjut, sehingga membuatnya penting
untuk mempelajari siklus hidup pelanggan saat menentukan nilai
hubungan. Untuk memperkirakan perilaku masa depan pelanggan, data
historis diperlukan untuk menghitung pembelian berulang yang telah
terjadi dan memproyeksikan model untuk pembelian masa depan yang
diharapkan. (Roberts & Berger 1999, 180-182).
12
4. Dialog Konsumen
Dialog didefinisikan sebagai pertukaran pemikiran antara dua pihak atau
lebih. Dialog dapat dilihat sebagai proses interaktif penalaran bersama
sehingga pengetahuan umum berkembang. Proses ini bertujuan untuk
membangun makna bersama dan menciptakan pengetahuan baru, sehingga
pengetahuan tersebut memungkinkan pemasok untuk menciptakan nilai
tambah bagi pelanggan di atas nilai barang dan jasa yang dipertukarkan.
Keberhasilan suatu hubungan memerlukan pihak yang terlibat untuk
berbagi informasi tentang kebutuhan yang harus dipenuhi dan solusi yang
dapat ditawarkan. Menurut Gronroos (2000,6) hubungan pemasaran sering
gagal karena pemasar mengandalkan hubungan namun manipulatif, serta
komunikasi satu arah, seperti direct mail pribadi untuk menarik konsumen
ke perusahaan tanpa mendengarkan keinginan konsumen dan menanggapi
umpan balik yang mereka berikan.
5. One to One Marketing
(Peppers & Rogers, 1993, 7, 10, 15) One to One Marketing adalah jenis
pemasaran hubungan yang berfokus pada pelanggan individu.
Ide
dasarnya yaitu memperlakukan pelanggan yang berbeda-beda. Dengan
merekam informasi akan setiap interaksi dengan pelanggan dan
menyesuaikan produk dan layanan yang sesuai, perusahaan dapat
membangun hubungan pembelajaran dengan pelanggan. Hubungan ini
akan dapat semakin berharga seiring berjalannya waktu, yang juga berarti
13
membuat pelanggan nyaman, sehingga mengunci pelanggan ke dalam
hubungan dengan nilai superior. (Gummesson, 1998, 146) One to One
Marketing
diperkenalkan
sebagai alat baru yang memungkinkan
perusahaan untuk menargetkan kegiatan pemasaran untuk pelanggan
individu, bukan segmen pelanggan ketika mengelola hubungan pelanggan.
2.2.2 Tahap Hubungan Pemasaran
Terdapat 5 (lima) tahap dalam hubungan pemasaran yang dapat membantu
perusahaan untuk mengetahui seberapa besar usaha yang harus dilakukan dalam
membina hubungan baik dengan para pelanggan, sehingga mereka tetap setia.
Tabel 2. 1 : Tingkatan dalam Relationship Marketing
High Margin
Medium Margin
Accountable
Reactive
Many Customer /
Low Margin
Basic or
Distributor
Reactive
Medium number of
Proactive
Accountable
Reactive
Partnership
Proactive
Accountable
Customer / Distributor
Few Customer / Distributor
Sumber : Kotler, 2005, p87
14
Lima tahap hubungan pemasaran menurut Philip Kotler (2005, p87) :
1. Basic
Para tenaga penjual hanya menjual produk saja, dan tidak melakukan
kontak ulang dengan pelanggan. Biasanya dilakukan oleh perusahaan
dengan jumlah pelanggan yang banyak dan profit margin kecil.
2. Reactive
Para tenaga penjual tidak hanya melakukan aktivitas penjualan saja, tapi
juga mendorong pelanggan untuk melakukan kontak dengan mereka.
Misalnya, apabila ada pelanggan yang yang memiliki keluhan atau
pertanyaan, perusahaan langsung menghubungi mereka. Biasanya langkah
ini dilakukan perusahaan yang memilik jumlah pelanggan yang banyak
dan profit margin sedang, atau dengan jumlah pelanggan yang sedang dan
profit margin nya rendah.
3. Accountable
Tenaga penjual melakukan kontak dengan bertujuan memperoleh
informasi yang dapat membantu dan mengembangkan penawaran
produknya.
Para
wiraniaga
juga menampung ketidakpuasan
dari
pelanggan. Informasi tersebut akan membantu mengembangkan performa
perusahaan. Biasanya langkah ini dilakukan oleh perusahaan dengan
jumlah pelanggan yang banyak dan profit margin tinggi, atau perusahaan
dengan jumlah pelanggan yang sedang dan profit margin nya sedang atau
15
dapat pula dalam keadaan perusahaan yang memilik jumlah pelanggan
sedikit dengan profit margin yang rendah.
4. Proactive
para tenaga penjual melakukan kontak dengan pelanggan dari waktu ke
waktu dengan menginformasikan mengenai kegunaan produk yang telah
dikembangkan dan produk baru yang berguna bagi mereka. Biasanya
langkah ini diambil oleh perusahaan yang memiliki jumlah pelanggan
sedang dengan profit margin yang tinggi, atau dapat pula dilakukan oleh
perusahaan dengan jumlah pelanggan sedikit dan profit margin nya
sedang.
5. Partnership
Perusahaan bekerja sama secara kontinu dengan pelanggan untuk
menemukan cara yang bermanfaat untuk membantu pelanggan dan
perusahaan agar dapat bekerja lebih baik. Langkah ini paling tepat
diterapkan pada perusahaan yang memiliki jumlah pelanggan yang sedikit.
Terblanche, N.S (2007) ada empat fase dalam membangun hubungan menurut
Scanzoni (1979:87), yaitu:
•
Input mengacu pada sumber daya penting yang sedang ditukar.
•
Keinginan mengacu pada asosiasi dari waktu ke waktu antara pihak yang
bersangkutan.
16
•
Konsistensi berarti sejauh mana masukan dibuat untuk mempertahankan
asosiasi.
•
Komitmen sebagai janji implisit atau eksplisit kontinuitas relasional antara
pertukaran mitra. Komitmen menyiratkan kesediaan untuk membuat
pengorbanan jangka pendek untuk mewujudkan manfaat jangka panjang,
dan komitmen merupakan tahapan tertinggi dari ikatan relasional (Dwyer
et al. 1987:23).
Tiga jalan bagaimana hubungan pemasaran bisa berkembang menurut Ford et
al (2003) yaitu:
• Interaction customer relationship, dimulai dari kontak pertama antara
sebuah kelompok dengan kelompok lain, di mana interaksi tersebut
merupakan komunikasi dua arah.
• Coordinating Activities, interaksi antara dua perusahaan yang berbeda
membutuhkan koordinasi aktivitas yang membantu terjalinnya hubungan
yang alami.
• Adaptations, inti utama dari bisnis yang dilakukan oleh perusahaan adalah
menciptakan kepuasan bersama. Tidak ada hubungan yang dilakukan
tanpa melalui adaptasi karena adaptasi dapat menciptakan kondisi yang
menguntungkan.
17
2.2.3 Faktor Sukses Hubungan Pemasaran
Berdasarkan pendapat Syafruddin Chan (2003, p176), langkah-langkah dalam
membentuk program hubungan pemasaran antara lain:
•
Kenali pelanggan anda dan bangun Database
•
Pelanggan mana yang diprioritaskan?
•
Rampingkan proses bisnis dimata pelanggan, buat mereka mudah
berinteraksi.
•
Buatlah online, untuk memudahkan penanganan interaksi satu per satu.
•
Beri pengalaman menarik yang menyenangkan dan tidak terlupakan
bagi pelanggan.
•
Berikan pelayanan personal. Penawaran unik yang berbeda antara satu
pelanggan dengan pelanggan lainnya.
Menurut Zeithaml & Bitner (2003) dalam buku Tjiptono (2007:p.420), terdapat
tiga faktor kunci sukses implementasi Relationship Marketing yaitu:
1. Kualitas jasa inti
Basis utama kesuksesan relasi jangka panjang adalah kepuasan dan
loyalitas yang terbentuk karena kualitas jasa Inti perusahaan kompetitif.
Bila kualitas jasa tidak memenuhi standar, maka akan sulit bagi organisasi
jasa untuk menjalin relasi yang langgeng dengan para pelanggannya.
2. Segmentasi dan pemilihan pasar sasaran secara cermat
18
Penyedia jasa wajib mempelajari dan menentukan tipe atau segmen
pelanggan yang ingin dijadikannya mitra relasi jangka panjang. Melalui
proses segmentasi (demografis, geografis, psikografis dan/atau behavioral)
sesuai
dengan
kriteria
measurability,
accessibility,
substantiality,
actionability, penyedia jasa memilih segmen pasar yang ingin dijadikan
sasaran. Evaluasi segmen pasar didasarkan pada beberapa aspek. Di
antaranya ukuran dan pertumbuhan masing-masing segmen (seperti nilai
dan volume penjualan, prediksi tingkat pertumbuhan pasar, dan marjin
laba yang diharapkan); daya tarik structural segmen (contohnya, pesaing
saat ini dan pesaing potensial, produk dan jasa substitusi, bargaining
power konsumen, dan bargaining power pemasok); dan tujuan serta
sumber daya organisasi.
3. Pemantauan berkesinambungan terhadap relasi yang dibina
Pemantauan relasi yang dibina bisa dilakukan melalui beberapa cara,
seperti melakukan survei reguler untuk memahami persepsi pelanggan
terhadap nilai yang diterima, kualitas, pesaing; pengembangan database
pelanggan (menyangkut identitas, preferensi pembelian, biaya melayani
mereka, pendapatan dari mereka, dan seterusnya); dan kontak pelanggan
(misalnya, komunikasi via telepon, email, tatap muka langsung, dan
customer visits).
19
2.2.4 Manfaat Hubungan Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2001:p.194-198) hubungan pemasaran
mengandung tiga manfaat, yaltu:
1. Manfaat ekonomis (financial benefits)
Financial benefits yang diterima oleh konsumen dapat meningkatkan
hubungan dengan penyedia layanan, dan penyedia layanan berpendapat
bahwa Financial benefits merupakan motivasi dasar dalam membangun
hubungan dengan penyedla layanan tersebut.
2. Manfaat sosial (Social benefits)
Karyawan suatu perusahaan meningkatkan ikatan sosial mereka dengan
pelanggan dengan jalan meneliti kebutuhan dan keinginan individual
pelanggan kemudian menyesuaikan produk dan jasa dengan kebutuhan
dan keinginan ltu. Hal ini menunjukan bahwa Social benefits merupakan
hasil dari membangun hubungan dengan perusahaan secara khusus.
3. Ikatan struktural (Structural tieS)
Pendekatan ketiga untuk membangun hubungan yang kuat dengan
pelanggan adalah menambah ikatan struktural. Maksudnya bahwa badan
usaha - badan usaha memberikan pendekatan atau program yang
terstruktur yang dapat menarik minat konsumen untuk mau terlibat
menjadi member, misalnya masuk ke dalam komunitas.
Selain itu, Relationship Marketing menawarkan sejumlah manfaat potensial
bagi pelanggan dan penyedia jasa. Bagi pelanggan, manfaat hubungan pemasaran
20
menurut (Gwinner, Gremler, & Bitner, 1998) dalam buku Tjiptono (2007:p.420)
meliputi:
1. Confidence Benefits
Merupakan manfaat berupa keyakinan atau trust terhadap penyedia jasa
dan berkurangnya ketidakpastian menyangkut kinerja yang akan diterima.
Dengan mempertahankan relasi dengan penyedia jasa tertentu yang telah
dikenal baik, pelanggan bisa terbebas dari biaya pencarian (search costs)
setiap waktu membutuhkan jasa bersangkutan.
2. Social Benefits
Berkaitan dengan familiaritas dan relasi sosial antara pelanggan dan
penyedia jasa. Dalam berbagai kasus, pelanggan dan penyedia jasa bisa
menjadi sahabat karib, misalnya antara penata rambut dan pelanggan;
pelatih renang dan perenang; dan sebagainya. Bahkan, ketika mendapati
bahwa ada penyedia jasa lain yang menawarkan kualitas lebih baik atau
harga lebih murah.
3. Special treatment benefits
Berwujud harga khusus, penawaran spesial dan perlakuan istimewa
kepada pelanggan spesial.
Berdasarkan ketiga manfaat Relationship Marketing menurut riset Gwinner,
Gremler, & Bitner, (1998) mengindikasikan bahwa Confidence Benefits;
merupakan manfaat hubungan pemasaran terpenting bagi sebagian besar
pelanggan.
21
2.3 Kualitas Pelayanan
2.3.1 Pengertian kualitas
Kualitas merupakan salah satu kunci dalam memenangkan persaingan dengan
pasar. Ketika perusahaan telah mampu menyediakan produk berkualitas maka
telah membangun salah satu fondasi untuk menciptakan kepuasan pelanggan.
Beberapa pengertian kualitas menurut para ahli, sebagai berikut:
• Menurut Gaspersz (1998, p1) konsistensi peningkatan atau perbaikan
penurunan variasi karakteristik dari suatu produk (barang dan jasa) yang
dihasilkan, agar memenuhi yang telah dispesifikasikan, meningkatkan
kepuasan pelanggan internal maupun eksternal.
• Menurut Wignjosoebroto (2003, p251) kualitas merupakan tingkatan
dimana suatu produk atau jasa tersebut mampu memuaskan keinginan dari
pelanggan.
• Kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
(Abubakar & Siregar, 2010 : p.2)
• Menurut Garin dan Davis (2004, p.11) menyatakan, bahwa kualitas adalah
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau
tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
22
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah unsur
yang saling berhubungan mengenai mutu yang dapat mempengaruhi kinerja
dalam memenuhi harapan pelanggan.
2.3.2 Manfaat Kualitas
Menurut Edvarsdsson dalam buku Tjiptono dan Chandra (2011:p171–173),
produktivitas biasanya selalu dikaitkan dengan kualitas dan profitabilitas.
Meskipun demikian ketiga konsep tersebut memiliki penekanan yang berbeda –
beda :
1) Produktivitas menekankan pemanfaatan (utilisasi) sumber daya, yang
seringkali di ikuti dengan penekanan biaya dan rasionalisasi modal.
Fokus utamanya terletak pada produksi/operasi.
2) Kualitas lebih menekankan aspek kepuasan pelanggan dan pendapatan.
Fokus utamanya adalah customer utility.
3) Profitabilitas merupakan hasil dari hubungan antara penghasil (income),
biaya, dan modal yang digunakan.
2.3.3 Pengertian Pelayanan
Menurut Olsen dan Wycktoff (1978) yang dikutip oleh (Yamit, 2004, p22) jasa
pelayanan merupakan sekelompok manfaat yang berdaya guna secara eksplisit
maupun implisit atas kemudahan untuk mendapatkan barang ataupun jasa
pelayanan.
23
Menurut Kotler dan Amstrong (2009) pelayanan didefinisikan sebagai suatu
kegiatan atau manfaat yang dapat ditawarkan dari satu pihak ke pihak lain yang
pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Intangibility
Inseparability
Jasa tidak dapat dilihat,
dirasa, diraba, didengar, atau
dinikmati sebelumnya
Jasa tidak dapat dipisahkan
dari penyedia dan
pelanggannya.
Service
Variability
Perishability
Kualitas jasa tergantung
pada siapa yang
menyediakan, kapan dan
dimana, dan bagimana
Jasa tidak dapat disimpan
untuk penjualan atau
pemakaian
Sumber : Kotler dan Armstrong, 2010, p269
Gambar 2. 1 Empat Karakteristik Jasa
2.3.4 Karakteristik Pelayanan
Berdasarkan
karakteristiknya,
kebanyakan
layaknya
mempunyai
tiga
karakterisik dasar (Gronroos, 2002,p.47) yang meliputi :
1. Layanan adalah proses yang terdiri dari serangkaian aktivitas (bukan
benda).
2. Untuk taraf tertentu, layanan diproduksi dan dikonsumsi secara simultan.
3. Untuk taraf tertentu, pelanggan ikut berpartisispasi dalam proses produksi
layanan.
24
Menurut Davidoff (1994), yang dikutip Sienny Thio (2001, p64), bahwa
terdapat tujuh karakterisitik dasar untuk dapat menciptakan dan meningkatkan
service quality yaitu:
1. Create Constancy of Purpose
Bahwa sebuah organisasi harus didasarkan pada tujuan dan visi yang kuat,
jelas, dan konseptual. Hal–hal ini dibangun dengan memperhatikan apa
yang diinginkan dan dipikirkan oleh konsumen. Dengan adanya tujuan
yang jelas karyawan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan
terarah
yang
padaakhirnya
akan
memuaskan
konsumen
dengan
memberikan kualitas produk yang prima dan sikap yang responsif.
2. Cease Reliance on Inspection
Bahwa tidak mungkin bagi manajer untuk menginspeksi setiap produk
service yang diberikan kepada konsumen. Oleh karena itu manajer harus
memberikan kepercayaan kepada karyawannya untuk melakukan segala
sesuatu dengan benar.
3. Remove Barriers
Manajer mempunyai tanggung jawab untuk membangun cara–cara yang
dapat membuat karyawan melakukan pekerjaannya dengan benar.
Terkadang kesalahan–kesalahan yang terjadi bukan karena manusianya
tapi karena sistemnya. Untuk menghilangkan rintangan–rintangan yang
ada, manajemen dapat mengidentifikasi dan mengeleminasi tugas–tugas
25
yang sebenarnya tidak diperlukan sehingga dapat menghemat waktu dan
tenaga untuk digunakan tugas– tugas lain yang lebih penting dan berharga.
4. Practice Leadership
Bahwa seorang pemimpin yang mempunyai visi dan jiwa kepemimpinan
dapat
mengatur
segala
sesuatunya
berjalan
dengan
lancar
dan
menghasilkan profit. Pemimpin yang baik dapat menjamin bahwa
karyawan telah melakukan pekerjaan dengan benar dan dapat bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen.
5. Education and Train
Pendidikan dan pelatihan merupakan prioritas utama bagi semua
perusahaan agar dapat mencapai tujuan perusahaan dengan tepat.
Perusahaan tidak bisa hanya menginvestasi uangnya di fasilitas fisik saja
tetapi harus juga mengembangkan sumber daya manusianya.
6. Build Long–Term Business Relationships
Bahwa perusahaan juga membutuhkan perusahaan atau organisasi untuk
mencapai tujuan dan misinya dengan membangun hubungan bisnis yang
bersifat jangka panjang. Contohnya dengan pihak supplier, distributor, dan
konsumen.
7. Take Positive Action
Ini merupakan hal penting dan mudah dilakukan tapi sering dilupakan.
Manajemen harus melakukan pendekatan yang proaktif dan inovatif
dengan ide– ide yang lebih baik untuk dapat memenuhi keinginan dan
26
kebutuhan konsumen dengan memunculkan pertanyaan–pertanyaan seperti
apa yang dapat dilakukan untuk konsumen, apa yang konsumen butuhkan,
dan lain–lain.
2.3.5 Dimensi Kualitas Layanan
Kualitas mengandung berbagai penafsiran, karena kualitas memiliki sejumlah
level, yaitu universal (sama dimana pun), kultural (tergantung dengan sistem nilai
budaya), sosial dan personal (tergantung preferensi atau selera individu).
Kualitas dapat diartikan sebagai produk yang bebas cacat. Dengan kata lain,
produk sesuai dengan target, sasaran atau persyaratan yang bisa didefinisikan,
diobservasi dan diukur. (Subagyo ; 2010)
Menurut Subagyo dalam buku “Marketing in Business”, dalam kaitannya dengan
kepuasan pelanggan, kualitas memiliki beberapa dimensi pokok yang bergantung
pada konteksnya. Dalam pemasaran barang, ada delapan dimensi utama, yaitu:
•
Kinerja (performance) : karakteristik operasi dasar dari suatu produk.
Misalnya kecepatan pengiriman paket.
•
Fitur (features) : karakteristik pelengkap khusus yang dapat menambah
pengalaman pemakaian produk. Contoh : minuman gratis selama
penerbangan.
•
Realibitas, yaitu probabilitas terjadinya kegagalan atau kerusakan produk
dalam periode tertentu. Semakin kecil terjadinya kerusakan, semakin andal
produk yang bersangkutan.
27
•
Konformasi (conformance), yaitu tingkat kesesuaian produk dengan
standart yang telah ditetapkan. Misalnya, ketepatan waktu keberangkatan.
•
Daya tahan (durability), yaitu jumlah pemakaian produk bersangkutan
harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian normal yang
dimungkinkan, semakin besar pula daya tahan produk. Contoh: baterai.
•
Serviceability, yaitu kecepatan dan kemudahan untuk direparasi, serta
kompetensi dan keramahan staf layanan.
•
Estetika (aesthetics), menyangkut penampilan produk yang dapat dinilai
dengan panca indera (rasa, aroma, suara, dll).
•
Persepsi terhadap kualitas (perceived quality), yaitu kualitas yang dinilai
berdasarkan reputasi penjualan. Contoh: mobil BMW.
Menurut Parasuraman, Zeithhaml, dan Berry (1988), mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi kualitas jasa/pelayanan sebagai berikut :
1) Reliabilitas (Reliability), bahwa pada komponen ini, berkaitan dengan
kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama
kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan
waktu yang disepakati.
2) Daya Tanggap (Responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan
para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan
pelanggan, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian
memberikan jasa secara cepat.
28
3) Jaminan (Assurance), yakni keyakinan yang meliputi perilaku para karyawan
mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan
perusahaan dapat menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya.
4) Empati (Empathy), berarti bahwa dimana perusahaan memberikan perhatian
serta memahami masalah para pelanggan dan bertindak bagi kepantingan
pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada pelanggan.
5) Bukti Fisik (Tangibles), meliputi daya tarik fasilitas fisik dari kualitas,
perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, kebersihan gedung,
kerapian, kenyamanan ruangan, serta penampilan karyawan.
2.3.6 Konsep Kualitas Pelayanan
Suatu perusahaan dapat dikatakan meraih sukses ketika dilihat dari faktor
pelayanan pelanggan, oleh karena itu pelayanan yang baik sangat mempengaruhi
banyaknya jumlah pelanggan dalam suatu perusahaan.
Pentingnya pelayanan menurut Tjiptono dan Chandra (2005, p.87) :
1) Pelanggan adalah raja, artinya menandakan bahwa pentingnya kedudukan
pelanggan dalam sebuah bisnis. Dalam hal ini hanya perusahaan yang
memberikan kepuasan kepada pelanggan yang akan memperoleh simpati.
Pelanggan dibuat senyaman mungkin dengan keramahan dan sopan santun
para karyawan perusahaan. pelanggan dibuat merasa nyaman dalam
ruangan yang tidak membosankan dengan fasilitas yang menyenangkan.
29
2) Mencari tahu harapan dan keinginan pelanggan, artinya perusahaan perlu
memberikan
pelayanan
yang
baik.
Untuk
memperbaiki
kualitas
pelayanan, perusahaan perlu mengetahui seberapa baik pelayanan yang
diberikan bagi kepuasan pelanggan.
3) Memberi kesan pertama yang baik, artinya pengalaman yang sangat
menentukan bagi pengambilan keputusan pembeli apakah mereka mau
datang kembali atau tidak. Ketika mereka mengambil kesan yang baik
pada kunjungan pertama, besar kemungkinan untuk mempengaruhi
keputusan mereka datang kembali dan sebaliknya. Pihak yang paling
kompeten menentukan seberapa tinggi kualitas pelayanan adalah pemakai
jasa pelayanan itu sendiri.
2.3.7 Keuntungan Kualitas Pelayanan
Keuntungan–keuntungan yang diperoleh dengan diberikannya kualitas pelayanan
yang maksimal adalah:
1) Mempertahankan konsumen
Konsumen yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh sebuah
perusahaan akan memberitahukan kepada orang lain dan sulit untuk membuatnya
untuk pindah ketempat lain.
2) Menghindari persaingan harga
30
Perusahaan yang mempunyai standar kualitas produk yang tinggi akan
mempunyai posisi persaingan yang lebih kuat dibandingkan dengan perusahaan
yang mempunyai standar kualitas produk yang rendah.
3) Mempertahankan karyawan–karyawan yang berkualitas
Karyawan–karyawan yang berkualitas akan lebih menyukai perusahaan tempatnya
bekerja dijalankan dengan baik dan menghasilkan produk yang berkualitas karena
mereka tidak menginginkan untuk selalu dikomplain oleh konsumen karena
produk yang tidak berkualitas.
4) Meningkatkan laba perusahaan
Dengan diberikannya service quality yang maksimal membuat konsumen merasa
puas. Konsumen yang merasa puas ini pasti akan memberitahukan kepada orang
lain sehingga pada akhirnya sangat membantu perusahaan dalam meningkatkan
laba.
2.4 Kepuasan Pelanggan
2.4.1 Pengertian Kepuasan
Menurut J. Supranto (2006, p233), kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya.
harapan pelanggan dapat dibentuk dari pengalaman masa lalu, komentar dari
kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya.
Menurut Sugiarto (2009), tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan
antara kinerja yang dirasakan dengan harapan, apabila kinerja dibawah harapan
31
maka pelanggan akan kecewa. Jika kinerja sesuai harapan maka pelanggan akan
puas. Sedangkan jika kinerja melebihi harapan, maka pelanggan akan sangat puas.
2.4.2 Pengertian Pelanggan
Kotler (2003, p103) berpendapat, bahwa pelanggan adalah orang yang paling
penting dalam perusahaan, pelanggan tidak tergantung kepada perusahaan tetapi
perusahaan tergantung pada pelanggan. Pelanggan bukan menerima pekerjaan
tetapi pelanggan memberikan pekerjaan. Pelanggan bukan seseorang untuk
menilai atau menghitung tetapi pelanggan adalah seseorang yang mengungkapkan
apa yang diinginkan, perusahaan adalah untuk memberikan kepuasan untuk
pelanggan dan untuk perusahaan itu sendiri. pelanggan adalah orang yang paling
penting bagi setiap perusahaan.
2.4.3 Pengertian Kepuasan Pelanggan
Berdasarkan Casaló, Flavianus, dan Guinalíu (2008) kepuasan mengacu pada
kondisi konsumen afektif yang dihasilkan dari evaluasi global dari semua aspek
yang membentuk hubungan konsumen (Severt, 2002). Menurut Geyskens,
Steenkamp, &
Kumar, (1999) kepuasan dapat diajukan oleh kondisi
perekonomian (contoh : manfaat moneter) atau faktor-faktor psikologis
(kemudahan dalam hubungan dengan pengecer). Akibatnya, pasca-tingkat
kepercayaan konsumen dipengaruhi langsung oleh tingkat kepuasan (Singh &
Sirdeshmukh, 2000).
32
Hansemark dan Albinsson (2004) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
secara keseluruhan merupakan sikap terhadap penyedia layanan, atau reaksi
emosional untuk perbedaan antara apa yang pelanggan harapkan dan apa yang
mereka terima, mengenai pemenuhan beberapa tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Sehingga, kepuasan pelanggan adalah konsep penting dalam konsep pemasaran
dan penelitian konsumen dan sudah menjadi pendapat umum bahwa jika
konsumen merasa puas dengan suatu produk, maka mereka akan cenderung terus
menggunakannya dan membeli kembali di kemudian hari. (Sugiarto T; 2009)
2.3.4 Konsep Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2002, p105), kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya.
Konsep kepuasan pelanggan menurut Rangkuti (2002, p21) secara konseptual
dapat digambarkan sebagai berikut:
33
Kebutuhan atau
Tujuan
keinginan
Produk
Harapan
pelanggan
Nilai Produk
Tingkat kepuasan
Gambar 2. 2 Konsep Kepuasan Pelanggan
Sekarang ini semakin disadari bahwa pelayanan dan kepuasan pelanggan
merupakan aspek vital dalam rangka bertahan dalam arena bisnis dan
memenangkan
persaingan.
Meskipun
demikian,
tidaklah
mudah
untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan secara menyeluruh. Menurut Tjiptono (2001,
p126) sebenarnya ada dua faktor yang sangat menentukan kepuasan pelanggan,
yaitu harapan pelanggan dan kinerja atau hasil yang mereka rasakan.
2.4.4 Manfaat Kepuasan Pelanggan
Menurut Tjiptono (2008) kepuasan pelanggan berpotensi memberikan
sejumlah manfaat spesifik, diantaranya:
1. Kepuasan pelanggan akan berdampak positif terhadap loyalitas pelanggan
2. Kepuasan pelanggan berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan,
terutama melalui pembelian ulang, cross-selling, dan up-selling
34
3. Kepuasan pelanggan menekan biaya transaksi pelanggan di masa depan,
terutama biaya-biaya komunikasi pemasaran, penjualan dan layanan
penjualan
4. Kepuasan pelanggan menekan volatilitas dan toleransi harga, terutama
kesediaan pelanggan untuk membayar harga pemasok
5. Menumbuhkan rekomendasi gethok tular positif
6. Pelanggan cenderung lebih reseptif terhadap product line extensions,
brand extensions, dan new add-on services yang ditawarkan perusahaan
7. Meningkatkan bargaining power relatif perusahaan terhadap jaringan
pemasok, mitra bisnis, dan saluran distribusi.
2.4.5 Tujuan Kepuasan Pelanggan
Pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan dengan berbagai macam tujuan,
yang diantaranya yaitu:
•
Mengidentifikasi keperluan (requirement) pelanggan (importance ratings),
yakni aspek-aspek yang dinilai penting oleh pelanggan dan mempengaruhi
apakah ia puas atau tidak.
•
Menentukan tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja organisasi pada
aspek-aspek penting.
•
Membandingkan tingkat kepuasan pelanggan terhadapa perusahaan
dengan tingkat kepuasan pelanggan terhadap organisasi lain, baik pesaing
langsung maupun tidak langsung.
35
•
Mengidentifikasi PFI (Priorities for Imrovement) melalui analisis gap
antara skor tingkat kepentingan (importance) dan kepuasan.
•
Mengukur indeks kepuasan pelanggan yang bisa menjadi indikator andal
dalam memantau kemajuan perkembangan dari waktu ke waktu.
2.4.6 Pencapaian Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (1997) pencapaian kepuasan pelanggan dapat ditingkatkan dengan
beberapa pendapat sebagai berikut:
•
Memperkecil
kesenjangan-kesenjangan
yang
terjadi
antara
pihak
manajemen dan pelanggan.
•
Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk
menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan, seperti cara
berpikir, berprilaku.
•
Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan
dengan membentuk sistem saran dan kritik.
•
Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive dan partnership
marketing sesuai dengan situasi pemasaran.
Menurut Garvin (dalam Kadir 2001), faktor yang sering digunakan untuk
mengevaluasi kepuasan terhadap suatu produk, sebagai berikut:
•
Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti (core
product) yang dibeli.
36
•
Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yakni karakteristik
sekunder atau pelengkap.
•
Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kegagalan atau kerusakan dalam penggunaan.
•
Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), yaitu
sejauh mana karakteristik desain operasi memenuhi standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
•
Daya tahan (durability) yang berkaitan dengan berapa
lama
produk
tersebut dapat terus digunakan.
•
Serviceability, meliputi kecepatan,
kompetensi,
kenyamanan,
dan
kemudahan penggunaan, serta penanganan keluhan yang memuaskan.
•
Estetika, yakni daya tarik produk oleh pancaindra.
2.4.7 Pendorong Kepuasan Konsumen
Menurut Irawan (2002,p37-40) faktor-faktor pendorong kepuasan konsumen
terbagi atas lima bagian :
1. Kualitas produk
Konsumen akan merasa puas setelah membeli atau menggunakan produk
yang telah dibelinya ternyata kualitas produk itu sangat baik.
2. Harga
Untuk konsumen yang sensitive, biasanya harga yang murah adalah
sumber kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan nilai
37
uang yang tinggi, komponen harga ini relative tidak penting bagi mereka
yang tidak sensitive terhadap harga.
3. Service quality
Untuk memuaskan pelanggan, sesuatu perusahaan hendaknya terlebih
dahulu harus dapat memuaskan karyawan agar produk yang dihasilkan
tidak rusak kualitasnya dan pelayanan kepada pelanggan dapat diberikan
lebih baik lagi, jika karyawan merasa puas akan lebih mudah bagi mereka
untuk menerapkan kepada pelanggan bagaimana rasa puas itu.
4. Emotional faktor
Faktor ini relatif penting karena kepuasan konsumen timbul pada saat ia
sedang mengkonsumsi produk tertentu, hal ini disebabkan karena merek
produk tersebut sudah tercipta dengan baik, baik dari segi kualitas, harga
yang tidak murah karena harga yang mahal identik dengan kualitas produk
yang tinggi dan sebaiknya serta pelayanan yang diberikan.
5. Kemudahan
Konsumen akan merasa semakin puas apabila tempat mudah dicapai dan
juga nyaman. Fornell (1992) yang dikutip oleh Ariyanto (2003,p87)
berpendapat bahwa kepuasan konsumen akan menghasilkan meningkatnya
loyalitas konsumen suatu perusahaan dan konsumen tidak mudah
mengajukan
meningkatkan
tawaran
dari
loyalitas
persaingan. Kepuasan
konsumen,
mengurangi
konsumen
elastisitas
akan
harga,
melindungi pasa dari pesaing, mengurangi biaya menarik pelanggan baru,
38
dan meningkatkan reputasi pelanggan di pasar (Sheth dan Sisodia,
1999:80) yang dikutip oleh Foster (2008,p166).
Ada beberapa konsep inti mengenai objek pengukuran dalam kepuasan pelanggan
sebagai berikut (Tjiptono; 2000,p.366) :
1. Kepuasan pelanggan keseluruhan (overall customer satisfaction)
Cara yang paling sederhana dalam mengukur kepuasan pelanggan adalah
langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas dengan produk
atau jasa tertentu. Ada dua proses pengukurannya, yaitu mengukur tingkat
kepuasan konsumen terhadap produk atau jasa perusahaan bersangkutan
dan menili serta membandingkanya dengan tingkat kepuasan pelanggan
keseluruhan produk atau jasa pesaing.
2. Harapan
Dalam konsep ini, kepuasan pelanggan diukur berdasarkan kesesuaian
atau ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual
perusahaan.
3. Minat pembelian ulang
Kepuasan konsumen diukur dengan menanyakan apakah pelanggan akan
berbelanja atau menggunakan jasa perusahaan tersebut.
4. Kemudahan
Faktor kemudahan yang dimaksudkan adalah kemudahan pelanggan dalam
mendapatkan produk atau jasa tersebut. Pelangan akan semakin puas
39
apabila
relative
mudah
dijangkau,
nyaman,
dan
efisien
dalam
mendapatkan produk maupun layanan.
2.4.8 Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2002, p45), terdapat 4 (empat) metode untuk melacak dan
mengukur kepuasan konsumen, yaitu:
1. Sistem keluhan dan saran
Sebuah perusahaan yang berfokus pada pelanggan mempermudah pelanggannya
untuk memberikan saran dan keluhan.
2. Survey kepuasan pelanggan
Perusahaan secara responsif memperoleh ukuran kepuasan konsumen secara
lansung dengan melakukan survey berkala. Mereka mengirimkan daftar
pertanyaan atau menghubungi pelanggan mereka sebagai sampel acak dan
menanyakan apakah mereka sangat puas, puas, biasa saja, kurang puas atau sangat
tidak puas terhadap aspek kinerja perusahaan.
3. Belanja Siluman
Perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak sebagai pembeli
potensial guna melaporkan hasil temuan mereka tentang kekuatan dan kelemahan
yang mereka alami ketika membeli produk perusahaan dan pesaing.
4. Analisis pelanggan yang hilang
Perusahaan-perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang berhenti atau
berganti membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari alasannya.
40
2.5 Loyalitas Pelanggan
Chaudhuri dan Holbrook (2001) mengungkapkan loyalitas pelanggan dibentuk
oleh sikap loyalitas dan loyalitas perilaku. Sikap loyalitas berarti kesetiaan dalam
sikap dan toleransi terhadap harga. Loyalitas perilaku berarti pembelian
berkelanjutan dan perilaku rekomendasi.
Loyalitas pelanggan didefinisikan oleh Oliver (1999) sebagai komitmen untuk
kembali membeli produk yang disukai atau jasa di masa depan meskipun ada
pengaruh situasional dan upaya pemasaran yang memiliki potensi untuk
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku (Yim et al., 2008).
Ndubisi (2005) dan Pfeifer (2005) menunjukkan bahwa biaya melayani pelanggan
setia adalah lima atau enam kali lebih kecil dari pelanggan baru. Pernyataan ini
menunjukkan pentingnya loyalitas pelanggan. Walsh et al. (2005) menyebutkan
bahwa lebih baik untuk menjaga pelanggan yang sudah ada sebelum memperoleh
pelanggan baru.
2.5.1 Karakteristik Loyalitas Pelanggan
Pelanggan yang loyal menurut Griffin (2005, p31), pelanggan yang loyal
merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik
yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan Griffin (2005, p31), pelanggan yang
loyal memiliki karakteristik sebagai berikut:
41
1. Melakukan pembelian secara teratur
Merupakan pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk
sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah melakukan pembelian atas
produk yang sama banyak dua kali atau membeli dua macam produk yang
berbeda dalam dua kesempatan.
2. Membeli diluar lini produk atau jasa
Maksudnya membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan mereka
butuhkan. Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis
pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka
tidak terpengaruh produk pesaing.
3. Merekomendasikan produk atau jasa
Maksudnya membeli barang atau jasa yang ditawarkan dan yang mereka
butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur, selain itu mereka
mendorong temanteman mereka agar membeli barang atau menggunakan
jasa perusahaan serta merekomendasikan perusahaan tersebut kepada
orang lain, dengan begitu secara tidak langsung mereka telah melakukan
pemasaran bagi perusahaan dan membawa konsumen bagi perusahaan.
4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing
Maksudnya, tidak mudah terpengaruh oleh barang atau jasa dari
perusahaan pesaingnya.
42
Menurut Piotr (2004) pelanggan yang loyal memiliki tiga karakteristik, yaitu:
1. pelanggan menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli produk atau
jasa perusahaan.
2. pelanggan menganjurkan orang lain untuk membeli produk atau jasa
perusahaan.
3. pelanggan percaya akan sangat berharga untuk membeli produk atau jasa
perusahaan.
Dick dan Basu (1994) mengidentifikasi dua dimensi loyalitas (sikap dan perilaku
dukungan) dan loyalitas memiliki empat kategori, yaitu:
•
loyalitas (sikap relatif positif, dukungan tinggi)
Loyalitas premium, jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi
bila ada tingkat keterikatan yang tinggi dan tingkat pembelian ulang yang
juga tinggi. Ini merupakan jenis loyalitas yang lebih disukai untuk semua
pelanggan di setiap perusahaan.
•
loyalitas tersembunyi (sikap relatif positif, dukungan rendah)
Tingkat keterikatan yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian
berulang yang rendah menunjukan loyalitas tersembunyi, pengaruh situasi
dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang.
•
loyalitas lemah (sikap relatif rendah, dukungan tinggi)
Ditandai dengan keterlibatan yang rendah digabung dengan pembelian
berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah. Pelanggan ini
membeli karena kebiasaan. Dengan kata lain, faktor non sikap dan faktor
43
situasi merupakan alasan utama membeli. Loyalitas jenis ini paling umum
terjadi pada produk yang sering dibeli.
•
tidak ada loyalitas (rendah pada kedua dimensi)
Beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk atau
jasa tertentu. Tanpa loyalitas ditandai dari keterikatan yang rendah
dikombinasikan dengan tingkat pembelian yang rendah pula. Secara
umum, perusahaan harus menghindari membidik para pembeli jenis ini
karena mereka tidak akan menjadi pelanggan yang loyal.
2.5.2 Pengukuran Loyalitas Pelanggan
Menurut Aaker Dalam “www.bumn.go.id” terdapat beberapa pendekatan untuk
mengukur loyalitas konsumen seperti:
1. Behavior measures
Merupakan suatu cara langsung untuk mengukur loyalitas terutama terhadap
perilaku yang dilakukan karena kebiasan adalah untuk mempertimbangkan pada
pembelian yang benar-benar dilakukan (actual purchase pattern).
Terdapat 3 cara dalam pengukuran perilaku yyang dapat digunakan yaitu :
a. Repurchase rates yaitu pengukuran terhadap presentase pembelian
pelanggan terhadap merek yang sama pada pembelian berikutnya.
b. Percent of purchase yaitu pegukuran terhadap pembelian merek yang telah
dibeli dibandingkan dengan merek-merek lain dari suatu jumlah pembelian
tertentu yang terakhir.
44
c. Number of brands purchased yaitu pengukuran terhadap presentase
pelanggan tersebut menggunakan satu merek, dua merek atau lebih.
2. Switching costs
Merupakan suatu pendekatan dalam mengukur loyalitas dengan mengukur
perbedaan pengorbanan atau risiko kegagalan, biaya energi dan fisik yang
dikeluarkan konsumen karena ia memilih salah satu alternatif. Apabila switching
costs besar maka seorang pelanggan akan lebih berhati-hati dalam berpindah ke
merek lain karena risiko kegagalan yang dihadapi juga besar, begitu pula
sebaliknya, switching costs kecil maka seorang konsumen akan lebih mudah
dalam berpindah ke merek lain karena risiko kegagalan yang dihadapi kecil pula.
Dengan demikian pendekatan ini digunakan untuk mengukur loyalitas seorang
konsumen.
3. Measuring satisfaction
Pendekatan dalam mengukur loyalitas dengan cara mengukur kepuasan yang
diperoleh dari suatu merek tertentu. apabila setelah menggunakan suatu merek
tertentu dan pelanggan tersebut merasa puas atau sudah merasa mendapat manfaat
sesuai dengan harapannya, hal ini akan menyebabkan ia berhenti menggunakan
merek lain.
4. Liking of the brand
Pendekatan ini diukur melalui tingkat kesukaan pelanggan terhadap merek secara
umum. Hal ini dapat diukur melalui timbulnya kesukaan terhadap suatu merek
baik suka pada badan usaha sebagai produsen, persepsi dan atribut merek yang
45
bersangkutan, maupun pada kepercayaan terhadap merek tersebut. Pelanggan
dikatakan loyal apabila pembelian terhadap merek tersebut bukan karena adanya
penawaran khusus, tetapi karena konsumen percaya pada kualitas merek tersebut.
5. Commitment
Pendekatan ini diukur dari komitmen pelanggan terhadap suatu merek tertentu.
Loyalitas konsumen dapat timbul bila ada kepercayaan dari konsumen terhadap
merek sehingga ada komunikasi dan interaksi diantara konsumennya yaitu dengan
membicarakan, merekomendasikan dan bahkan mengajurkan pada orang lain
dengan menjelaskan mengapa ia membeli dan menggunakan produk tersebut.
Menurut Griffin (2005, p35) menyatakan bahwa tahap-tahap loyalitas pelanggan
terdiri dari:
1. Suspect
Meliputi semua orang yang diyakini akan membeli (membutuhkan) barang/jasa,
tetapi belum memiliki informasi tentang barang/jasa perusahaan.
2. Prospect
Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan jasa tertentu dan mempunyai
kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini, meskipun melakukan pembelian
tetapi telah mengetahui keberadaan perusahaan dan jasa yang ditawarkan melalui
rekomendasi pihak lain (word of mouth).
3. Disqulified prospect
46
Adalah prospek yang telah mengetahui keberadaan barang atau jasa tertentu,
tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang atau jasa tersebut.
4. First time customers
Konsumen yang membeli untuk pertama kalinya. Mereka masih menjadi
konsumen baru.
5. Repeat customers
Konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau
lebih.
6. Clients
Meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang atau jasa yang dibutuhkan
dan ditawarkan perusahaan secara teratur, hubungan ini berlangsung lama, dan
mereka telah memiliki sifat retention (bertahan).
7. Advocated
Pada tahap ini, clients secara aktif mendukung perusahaan dengan memberikan
rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli barang atau jasa di perusahaan
tersebut.
47
Advocat
Client
Repeart
First Time Customer
Disqulified Prospect
Prospect
Suspect
Sumber : Griffin, 2005, p35
Gambar 2. 3 Piramida Loyalitas
2.5.3 Keuntungan Loyalitas Pelanggan
Gee et al. (2008) menyatakan keuntungan dari loyalitas pelanggan adalah sebagai:
•
Biaya melayani pelanggan setia lebih rendah dari pelanggan baru.
•
Pelanggan akan membayar biaya yang lebih tinggi untuk sekumpulan
produk.
•
Bagi sebuah perusahaan, pelanggan setia akan bertindak sebagai agen
pemasaran word-of-mouth.
48
2.6 Hubungan Antar Variabel Penelitian
Hubungan antara variabel, sebagai berikut:
1. Hubungan pemasaran dengan kepuasan konsumen terhadap loyalitas pelanggan
Mudie dan Cottam dalam Tjiptono (2002, p.160) menyatakan bahwa “Kepuasan
konsumen total tidak mungkin tercapai sekalipun hanya untuk sementara waktu.
Namun upaya perbaikan dan penyempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan
berbagai strategi adapun salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk meraih
dan meningkatkan kepuasan konsumen adalah RM.”
Pernyataan tersebut didukung pernyataan Rangkuti (2002, p.146) yang
menyatakan “Hubungan antara pemasok, produsen, distributor dan konsumen
(sebagai end user) merupakan hubungan vertical yang terjadi pada Relationship
Marketing.” Hubungan ini nantinya akan meningkatkan kepuasan konsumen,
kepuasan konsumen meliputi penentu keseluruhan mengenai produk dan jasa
yang mampu menciptakan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Dalam jurnal “The Impact of Relationship among Flexible Manufacturing
Capability, Relationship Marketing and Customer Satisfaction on Customer
Loyalty - Semiconductor Industry in Taiwan” (Liu C. ; Hsieh W. ; Tsai W. ; Lin J,
International Conference on Innovation and Entrepreneurship (IE). Procedings,
2011) menyatakan “Many scholars indicated that relationship marketing would
keep customer's satisfaction and loyalty to organizations. Therefore, an
organization owns high flexible manufacturing capability and relationship
marketing are willing to provide better services and products to customer …
49
relationship
marketing
has
significant
effect
on
customer
satisfaction
(standardized coefficient = 0.642)”
Dalam jurnal “Investigate the Impact of Relationship Marketing Orientation on
Customer Loyalty: The Customer's Perspective” (Alrubaiee L.; Al-Nazer N.
International Journal of Marketing Studies 2.1, May 2010 : 155-174) menyatakan
“Peng and Wang (2006) define relationship marketing as all marketing activities
directed towards building customer loyalty (keeping and winning customers) by
providing value to all the parties involved in the relational exchanges. … Sin and
colleagues (2005) find that relationship marketing orientation yields a significant
impact on the determination of the firms' performance. Successful relationship
marketing efforts improve customer loyalty and firm performance through
stronger relational bonds.”
2. Kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen terhadap loyalitas pelanggan
Dalam jurnal “The Study of The Relationships Among Experiential Marketing,
Service Quality, Customer Satisfaction and Customer Loyalty” (Lee M.S; Hsiao
H.D; Yang M.F, International Journal of Organizational Innovation (Online) 3.2,
Fall 2010 : 352-378) menyatakan “Bedi (2010) proposed that delivery of high
service quality is a must for attaining customer satisfaction and a number of other
desirable behavioral outcomes.”
50
Dalam jurnal “Interrelations between Service Quality Attributes, Customer
Satisfaction and Customer Loyalty in the Retail Banking Sector in Bangladesh”
(Siddiqi K.O; International Journal of Business and Management 6.3, Mar 2011 :
12-36) menyatakan “Prabhakaran (2003) mentioned that the customer is the king.
High customer satisfaction is important in maintaining a loyal customer base. To
link the service quality, customer satisfaction and customer loyalty is important.
Kumar et al (2009) stated that high quality of service will result in high customer
satisfaction and increases customer loyalty. Heskett et al (1997) argued that profit
and growth are stimulated primarily by customer loyalty and loyalty is a direct
result of customer satisfaction. Parasuraman et al (1988) and Naeem and Saif
(2009) found that customer satisfaction is the outcome of service quality.”
Dalam jurnal “Customer involvement in new product development: A relationship
marketing
perspective” (Lagrosen
S.
European
Journal of
Innovation
Management 8.4, 2005 : 424-436) menyatakan “Customers that are satisfied are
generally loyal and provide a basis for sustainable cash (Matzler et al., 1996).”
Berdasarkan jurnal-jurnal tersebut, dapat diketahui jika hubungan pemasaran dan
kualitas pelayanan dapat berdampak pada kepuasan pelanggan serta menjadikan
suatu nilai loyalitas pelanggan bagi perusahaan.
51
2.7 Conceptual Framework
Hubungan Pemasaran
(X1)
• Manfaat ekonomis
• Manfaat sosial
• Ikatan struktural
•
•
•
•
Kepuasan Pelanggan
(Y)
• Price
• Emotional Factor
• Easiness
Kualitas Pelayanan
(X2)
Responsiveness
Assurance
Reliability
Empathy
•
•
•
•
Loyalitas
Pelanggan
(Z)
Re-order
Pembelian
produk lini
Rekomendasi
produk
Kebal dari
produk pesaing
Gambar 2. 4 Conceptual Framework
2.8 Hipotesis
Dalam penelitian ini akan di uji hipotesis guna memenuhi tujuan-tujuan di
dalam penelitian ini. Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
•
Hipotesis T – 1 :
Hipotesis 1.1 :
Pengujian mengenai apakah variabel hubungan pemasaran berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan pelanggan pada PT. PNE.
52
Ho :
variabel hubungan pemasaran tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pelanggan pada PT. PNE.
Ha :
variabel hubungan pemasaran berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
pelanggan pada PT. PNE.
Hipotesis 1.2 :
Pengujian mengenai apakah variabel kualitas pelayanan berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan pelanggan pada PT. PNE.
Ho :
variabel kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pelanggan pada PT. PNE.
Ha :
variabel kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
pelanggan pada PT. PNE.
Hipotesis 1.3 :
Pengujian mengenai apakah variabel hubungan pemasaran dan kualitas pelayanan
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan pada PT. PNE.
Ho :
variabel hubungan pemasaran dan kualitas pelayanan tidak berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan pelanggan pada PT. PNE.
Ha :
variabel hubungan pemasaran dan kualitas pelayanan berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan pelanggan pada PT. PNE.
53
•
Hipotesis – 2 :
Hipotesis 2.1 :
Pengujian mengenai apakah variabel hubungan pemasaran berpengaruh signifikan
terhadap loyalitas pelanggan pada PT. PNE.
Ho :
variabel hubungan pemasaran tidak berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pelanggan pada PT. PNE.
Ha :
variabel hubungan pemasaran berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
pelanggan pada PT. PNE.
Hipotesis 2.2 :
Pengujian mengenai apakah variabel kualitas pelayanan berpengaruh signifikan
terhadap loyalitas pelanggan pada PT. PNE.
Ho :
variabel kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pelanggan pada PT. PNE.
Ha :
variabel kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
pelanggan pada PT. PNE.
Hipotesis 2.3 :
Pengujian mengenai apakah variabel kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan
terhadap loyalitas pelanggan pada PT. PNE.
54
Ho : variabel kepuasan pelanggan tidak berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pelanggan pada PT. PNE.
Ha : variabel kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas
pelanggan pada PT. PNE.
Hipotesis 2.4 :
Pengujian mengenai apakah variabel hubungan pemasaran, kualitas pelayanan
terhadap kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan
pada PT. PNE secara simultan.
Ho : variabel hubungan pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pelanggan tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan
pada PT. PNE secara simultan.
Ha : variabel hubungan pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan pada PT.
PNE secara simultan.
Download