Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah

advertisement
PENDAHULUAN
1.1 Judul Penelitian
Penelitian ini berjudul “Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah
menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI 13-7124-2005
Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah”
1.2 Latar Belakang
Gerakan massa atau tanah merupakan salah satu fenomena atau
bencana geologi yang terjadi di daerah Banjarnegara dengan tingkat frekuensi
kejadian yang sangat tinggi, terutama selama musim hujan. Banyak kerusakan
fisik yang disebabkan oleh gerakan massa seperti kerusakan fasilitas umum,
rumah, jembatan, infrastruktur dan lain-lain. Tidak hanya kerusakan fisik,
kerugian
sosial
juga
merupakan
dampak
gerakan
massa
misalnya
terhambatnya aktivitas masyarakat akibat kerusakan lahan dan perkebunan,
trauma dan sebagainya.
Wilayah Kabupaten Banjarnegara yang didominasi oleh wilayah
pegunungan dan perbukitan memiliki potensi bencana, salah satunya adalah
bencana tanah longsor/gerakan tanah (Nugroho dkk, 2014). Selain itu,
intensitas curah hujan yang tinggi di daerah ini sering memicu terjadinya
gerakan massa.
Pemetaan zona kerentanan gerakan tanah merupakan salah satu bentuk
penanggulangan bencana, sehingga penelitian tersebut harus mengacu pada
metode standar atau pedoman umum. Salah satu pedoman umum yang dapat
digunakan
ialah
Standar
Nasional
Indonesia
13-7124-2005
tentang
1
penyusunan peta zona kerentanan gerakan tanah. Pedoman ini merupakan
salah satu standar minimal bagi penyelenggara penanggulangan bencana.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah wilayah
Kabupaten Bajarnegara tahun 2015 terdapat 4 desa terkena longsor paling
rawan, 2 desa terkena longsor rawan di Kecamatan Karangkobar dengan
jumlah terancam
penelitian
berupa
sebanyak 66 rumah/kk. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pemetaan
zona
kerentanan
gerakan
tanah
untuk
meminimalisir kerusakan dan kerugian baik secara fisik maupun sosial di
daerah ini.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang Kecamatan Karangkobar, Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah memiliki beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Banjarnegara, Karangkobar
memiliki sekitar 15 titik longsor yang terjadi di tahun 2015, sehingga
daerah ini perlu dilakukan penelitian lebih rinci untuk mengetahui faktor
yang mengontrol kejadian gerakan tanah.
2. Belum ada penelitian detail mengenai kondisi gerakan tanah di daerah
penelitian dengan menggunakan metode tidak langsung berdasarkan SNI
13-7124-2005 tentang penyusunan peta zona kerentanan gerakan tanah.
2
1.4 Maksud dan Tujuan
Adapun
maksud
penelitian
ini
adalah
melakukan
upaya
penanggulangan bencana gerakan tanah dengan memetakan zona-zona
kerentanan gerakan tanah berdasarkan SNI 13-7124-2005 tentang penyusunan
peta kerentanan gerakan tanah di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa tengah. Sedangkan tujuan penelitian yang ingin
diperoleh ialah :
1. Mengetahui faktor pengontrol dominan yang memicu terjadinya gerakan
tanah di daerah penelitian
2. Mengetahui dan memahami persebaran tingkat kerentanan gerakan tanah
pada lokasi penelitian menggunakan metode tidak langsung berdasarkan
SNI 13-7124-2005 tentang penyusunan peta kerentanan gerakan tanah di
daerah penelitian.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada pembagian zona
kerentanan gerakan tanah dengan metode tidak langsung berdasarkan SNI 137124-2005 tentang penyusunan peta kerentanan gerakan tanah. Adapun
metode dan syarat umum mengacu kepada standar tersebut meliputi :
1. Lokasi administrasi penelitian berada di Kecamatan Karangkobar,
Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
2. Skala peta zona gerakan tanah adalah 1:25.000 untuk Kecamatan/Kota di
Pulau jawa
3
3. Menggunakan 3 klasifikasi zona kerentanan gerakan tanah, yaitu zona
kerentanan gerakan tanah tinggi, sedang, dan rendah.
4. Menggunakan analisis SIG dalam pemetaan zona kerentanan gerakan
tanah
5. Melakukan penyusunan peta zona kerentanan gerakan tanah dengan
metode tidak langsung berdasarkan SNI 13-7124-2005
1.6 Lokasi Daerah Penelitian
Lokasi Penelitian berada di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah yang memiliki jarak + 200 Km dari Kota
Yogyakarta. Lokasi penelitian dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor
dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.
1.7 Peneliti Terdahulu
1. Nugroho dkk, (2014) telah melakukan penelitian mengenai potensi
bencana gerakan tanah. Penelitian tersebut berjudul “Pemetaan Indeks
Risiko Gerakan Tanah Menggunakan Citra DEM SRTM dan Data
Geologi di Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
faktor
yang paling tinggi
dalam
mempengaruhi ancaman longsor di Kecamatan Pejawaran, Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah adalah kemiringan lereng atau jenis
batuan penyusun lapisan tanah.
2. Triana, K (2013) telah melakukan penelitian mengenai potensi bahaya dan
risiko gerakan massa dengan judul “Zonasi Potensi Bahaya dan Risiko
Gerakan Massa di
Kecamatan Pundong, Imogiri, dan Dlingo,
4
Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta Dengan
Metode Analytical
menunjukkan
Hierrarchy Process (AHP)”. Hasil
penelitian
Desa Selopamioro, Desa Sriharjo, Desaa Girirejo dan
Seloharjo merupakan lokasi yang memiliki kelas bahaya sedang sampai
dengan tinggi.
3. Yunarto (2012) telah melakukan penelitian mengenai zona kerentanan
gerakan tanah dengan judul “Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis Untuk Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah
Dengan Metode Tidak Langsung di Kabupaten Kuningan”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan Sistem
Informasi Geografis (SIG), memudahkan analisis tumpang tindih peta
sebaran gerakan tanah dengan peta parameter (litologi, kemiringan lereng
dan tata guna lahan) untuk pemetaan zona kerentanan gerakan tanah
dengan menggunakan metode tidak langsung yang mana hasil analisis
statistik terhadap peta referensi cukup kuat sebesar d=0,583 berdasarkan
uji Sosmers’d.
4. Respati, dkk (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis GIS
Terhadap Gerakan Tanah di Girimulyo, Kulonprogo, D.I. Yogyakarta,
dan Kajian Faktor-faktor Pengontrolnya” menjelaskan bahwa faktor
pemicu terjadinya gerakan tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu : faktor
internal terdiri dari jenis litologi dan struktur geologi, sedangkan yang
termasuk ke dalam faktor eksternal adalah kelerengan, tataguna lahan dan
vegetasi. Jenis litologi berkaitan dengan tingkat pelapukan suatu batuan.
5
Semakin keras batuan maka batuan semakin resisten. Sedangkan tipe
longsor dapat ditentukan berdasarkan jenis litologi dan sifat keteknikan
batuan.
5. Putro (2011) telah melakukan penelitian yang berjudul “Pemetaan
Tingkat Risiko Gerakan Massa Tanah dan Batuan Daerah kalitelaga
dan Sekitarnya, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara,
Provinsi Jawa Tengah”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui
bahwa kerentanan di daerah Kalitelaga terhadap gerakan massa sangat
tinggi karena kelerengan yang curam dan kondisi geologi.
Berdasarkan studi pustaka terhadap peneliti terdahulu, daerah
penelitian ini belum pernah diteliti secara detail sehingga penelitian ini dapat
dilakukan. Penelitian ini akan mengacu kepada peta geologi regional dan
peneliti terdahulu.
6
Download