Ringkasan Khotbah - 01 September 2013 Integrasi Hidup Orang Percaya Fil. 1:21-24 Pdt. Andi Halim, M.Th. Pergumulan tidak akan pernah selesai dalam hidup orang percaya. Hidup harus mengacu pada firman Tuhan. Alkitab mengajarkan bahwa memang firman tidak mungkin kita lakukan dengan sempurna dan pergumulan hidup merupakan hal yang tak pernah selesai untuk dijalani. Kitab Filipi ditulis waktu rasul Paulus berada di penjara. Hal ini merupakan anugerah bagi rasul Paulus. Meskipun dalam keadaan sulit dan menderita namun ia tetap mampu memberitakan Fiman Tuhan. Judul ayat ini ‘kesaksian Paulus di penjara’. Paulus mensharingkan pengalamannya di penjara. Ayat 12 ‘Aku menghendaki, saudara–saudara supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atas ku ini justru telah menyebabkan kemajuan injil’. Pada saat itu jemaat memang mengalami ketakutan dan kebingungan karena tidak ada yang menuntun kehidupan mereka. Paulus adalah orang yang memberitakan Injil kepada mereka. Paulus di penjara bukan karena melakukan tidakan amoral tetapi karena Kristus (ayat 13). Rasul Paulus difitnah kemudian dipenjarakan. Paulus bersaksi karena di penjara ada banyak jemaat yang takut. Namun waktu melihat ketabahan, kegigihan dan kekonsistenan Paulus dalam mengabarkan Injil di penjara hal ini membuat orang-orang yang membaca suratnya jadi bersemangat. Ketika Paulus di penjara banyak orang yang memanfaatkan momen itu. Ada orang yang memberitakan injil dengan maksud jelek (ayat 15). Ada 2 motif dalam memberitakan Injil yaitu karena kasih dan karena kepentingan sendiri. Paulus tidak mempermasalahkan Kristus diberitakan dengan maksud palsu atau benar asal yang diberitakan adalah Kristus yang benar dan bukan yang palsu. Banyak orang yang mempunyai maksud tulus tetapi yang diberitakan Kristus palsu. Belum berarti Kristus yang diberitakan adalah Kristus yang benar walaupun orang yang memberitakan hidupnya luar biasa dan sungguh-sungguh. Banyak orang yang menerima firman berdasarkan pemberitanya. Jika yang memberitakan sangat baik maka sangat dihormati. Tetapi sebaliknya banyak orang tidak mau mendengar pemberita sejati karena dinilai jelek dan tidak pantas atau karena relasi buruk yang dijalin dengan pemberitanya sehingga orang menolak semua firman yang dikatakan. 1/4 Ringkasan Khotbah - 01 September 2013 Tuhan Yesus pernah memberi nasehat pada murid-muridnya agar mereka mendengarkan yang diajarkan oleh ahli-ahli taurat. Kalau memang yang diajarkan itu kebenaran maka mereka harus taati kebenaran itu. Ketika banyak pemberita yang bermaksud memenuhi kepentingan diri sendiri apakah rasul Paulus diam saja? Sampai batas apa rasul Paulus diam? Apakah Tuhan juga memakai orang-orang yang bermaksud palsu untuk menyampaikan Injil? Mungkin saja tetapi setelah itu mereka yang mempunyai maksud tulus dituntun Tuhan untuk bertobat pada pengajaran yang benar. Bagaimana konsep integrasi dalam hidup Paulus? Meskipun Paulus dalam kehidupan berat Paulus tidak menuntut. Harapannya sewaktu di penjara adalah Injil sampai pada semua orang. Paulus mempunyai konsep bahwa hidup atau mati adalah suatu keuntungan. Integrasi merupakan satu kesatuan, gambaran yang utuh dan tidak terpecah-pecah. Orang yang tidak berintegrasi sikapnya bisa berubah-ubah. Misalnya, ketika di gereja berkelakuan baik sekali sementara di tempat kerja kelakuannya jahat. Orang seperti ini tidak memiliki integrasi dalam hidupnya. Di mana pun anak Tuhan berada, apakah itu di gereja, pekerjaan, keluarga, kebenaran harus tetap diberitakan. Apakah ada manusia yang dapat berintegrasi secara konsisten dan benar? Jawabannya tidak. Tidak ada orang yang benar-benar sempurna dalam menjalani pergumulan hidup dan menghidupi kebenaran. Seorang pengkotbah tidak mungkin 100% melakukan seperti yang dikotbahkannya. Manusia tetap mempunyai banyak kekurangan. Tidak ada yang sanggup melaksanakan firman tanpa cacat kecuali satu yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah firman. Hal yang diberitakan Kristus adalah kesempurnaan karena Dia sempurna. Kita semua masih belajar melaksanakan firman-Nya. Kita masih belajar bersama. Antara pengkhotbah dengan pendengar, antara pendengar dan firman, antara pengkhotbah dengan firman selalu ada gap. Bagaimana kita bisa menjadi orang yang berintegrasi kalau kita tahu bahwa kita tidak bisa sempurna. Ada beberapa tahap manusia dapat hidup berintegrasi: 1. Pertama harus dilahirbarukan. Kalau tidak dilahirbarukan oleh Roh Kudus maka kita tidak bisa lahir baru sendiri. Lahir baru yaitu dari mati rohani dihidupkan kembali secara rohani. Roh Kuduslah yang melahirbarukan, mencelikkan dan membangkitkan kehidupan rohani kita sehingga mata rohani kita tercelikkan. Kita dapat dilahirbarukan hanya karena kasih karunia dari Tuhan semata. 2/4 Ringkasan Khotbah - 01 September 2013 2. Orang yang dilahirbarukan adalah orang yang menyadari kebobrokannya. Menyadari kebrobrokan diri di hadapan Tuhan berarti menyadari begitu tidak pantasnya kita di hadapan Tuhan sehingga kita semakin merendahkan diri dan bukan semakin sombong. Pekerjaan Roh Kudus adalah mencelikkan, menyadari bahwa saya adalah orang berdosa. Saya selalu menyakiti hati Tuhan. Manusia adalah ciptaan yang patut dimusnahkan karena dosa-dosanya. Orang yang tidak dicelikkan mata rohaninya tidak dapat melihat bahwa dirinya sendiri tidak layak di hadapan Tuhan. Orang yang tercelikkan mata rohaninya baru menyadari bahwa ia tidak mungkin dapat hidup layak di hadapan Tuhan dengan kemampuan sendiri. 3. Datang kepada salib Kristus. Apakah dampak kehidupan yang integratif? Sadar bahwa ia adalah orang berdosa yang tidak bisa berbuat baik di hadapan Tuhan, tidak mampu melakukan apa yang Tuhan mau. Orang yang berintegritas mampu menyadari bahwa ia tidak mampu memenuhi tuntutan Tuhan. Tuhan itu sempurna. Lalu apa solusinya? Datang pada salib Kristus bukan dengan prestasi, kehebatan ataupun kemampuannya. Itulah yang disebut anugerah (amazing grace). Inilah yang diajarkan iman Reformed yaitu back to bible. Selalu datang pada salib Kristus maka kita berada dalam proses pengudusan (sanctification). 4. Proses Pengudusan (santification). Kita terus menerus diingatkan, ditegur, diinsyafkan oleh firman Tuhan. Firman mengoreksi dan mengubahkan kehidupan kita. Kita dapat sadar, bertobat dan hidup diperbarui hanya oleh firman. Perubahan bersifat paradoks. Semakin dekat kita dengan firman Tuhan maka semakin dibukakan kebobrokan kita dan hidup kita semakin bergantung pada Tuhan. Bergantung pada Tuhan artinya tidak pernah bisa lepas dari firman karena firman menjadi standar patokan yang benar. Manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Ini berarti hidup manusia bukan bergantung pada roti tetapi pada Tuhan Yesus. Paulus pun dalam tulisan-tulisannya mengajarkan firman (doktrin). Jangan sampai tersesat secara etika moral (1Tim. 4:16). Pembaharuan yang bersifat paradoks ini akan menyadarkan siapa kita, siapa Allah yang besar, dan apa yang harus dipelajari untuk mengenal kehendak Tuhan. Ada 2 hal penting dalam berelasi dengan Tuhan atau mengenal Tuhan yang kita sembah. Mengenal bukan sekedar teori tetapi berelasi dengan Allah dalam pergumulan. Berelasi tanpa kebenaran jadi sesat. Teori tanpa relasi menjadi ahli taurat. Setelah mengenal Allah kita juga harus bergumul mengenal kehendak-Nya. Relasi dengan Allah yang benar membuat kita belajar taat pada apa yang Tuhan inginkan. 3/4 Ringkasan Khotbah - 01 September 2013 Iman sejati ialah menyembah Tuhan yang benar. Iman sejati akan membawa kita kepada ketaatan. Orang yang sudah diperbaharui hatinya dan mempunyai iman sejati, tujuan hidupnya juga akan berubah. Tujuan hidup orang percaya adalah fokus kepada Tuhan. Mari kita mohon anugerah Tuhan untuk hidup berintegritas dalam menjalankan kebenaran firman-Nya. (Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah, AF) 4/4