Pembiayaan Leasing

advertisement
MANAJEMEN KEUANGAN II
PEMBELANJAAN DENGAN LEASING
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan II
​Semester IV Program Studi S1 Manajemen
​
Dosen Pembimbing :
NINNASI MUTTAQIN,S.M.B,M.SM
Disusun Oleh :
1. Hasanar Rasyid
2. Anjar Dwi Lestari
3. Rosa Inayah
​
4. Zahratul Maqiyah
​
5. Rimatul Jihan
6. Dian Santana
​
​/ 5130015004
​/ 5130015014
​/ 5130015026
​/ 5130015034
​/ 5130015043
​/ 5130015011
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2016 - 2017
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LEASING
Sewa-guna-usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewaguna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Apabila perusahaan tidak ingin
memiliki suatu aktiva, tetapi hanya menginginkan service dari aktiva tersebut, perusahaan
dapat memperoleh “hak guna” tanpa disertai dengan hak milik, dengan cara kontrak leasing.
Dengan demikian Leasing adalah suatu alat atau cara mendapatkan services dari suatu aktiva
tetap yang pada dasarnya sama seperti halnya kalau kita menjual obligasi untuk mendapatkan
services dan hak milik atas aktiva tersebut dan bedanya pada leasing tidak disertai dengan
hak milik.
Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa-guna-usaha.
Lessor hanya diperkenankan memberikan pembiayaan barang modal kepada lessee yang
telah memiliki NPWP, mempunyai kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas. Lessor wajib
menempelkan plakat atau etiket pada barang modal yang disewa-guna-usahakan dengan
mencantumkan nama dan alamat lessor serta pernyataan bahwa barang modal dimaksud
terikat dalam perjanjian sewa-guna-usaha. Plakat atau etiket ini harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga dengan mudah barang modal tersebut dapat dibedakan dari barang
modal lainnya yang pengadaannya tidak dilakukan secara sewa-guna-usaha. Selama masa
sewa-guna-usaha, lessee bertanggung jawab untuk memelihara agar plakat atau etiket ini
tetap melekat pada barang modal yang disewa-guna-usaha.
Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan
pembiayaan dari lessor. Lessee dilarang menyewa-guna-usahakan kembali barang modal
yang disewa-guna-usaha kepada pihak lain, kecuali Lessee yang memang bergerak di bidang
usaha persewaan. Dalam hal lessee memilih untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian
sewa-guna-usaha, maka nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usahakan digunakan
sebagai dasar dalam menetapkan piutang sewa-guna-usaha. Pada saat berakhirnya masa
sewa-guna-usaha dari transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi, lessee dapat
melaksanakan opsi yang telah disetujui bersama pada permulaan masa sewa-guna-usaha.
Dalam hal lessee menggunakan hak opsi membeli maka dasar penyusutannya adalah nilai
sisa barang modal. Opsi untuk membeli dilakukan dengan melunasi pembayaran nilai sisa
barang modal yang disewa-guna-usaha.
B. MACAM-MACAM LEASING
1. Finance Leasing (sewa guna usaha pembiayaan)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih
barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai
pemilik barng modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan
barang modal yang menjadi objek transaksi leasing.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier
dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imblan atau jasa
penggunaan barang tersebut lesse akan membayar secara berkala kepada lessor
sejumlah uang yang beruba uang rental untuk jangka waktu tertentu yang telah
disepakati bersama.
Jumlah rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang yang dibayar oleh
lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak lessor. Selanjutnya capital atau
finance lease masih bias dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memilike barang yang
dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa lessor membeli
suatu barang atas permintaan lesse dan akan dipergunakan oleh lessee.
b. Sale and lease back
Dalam transaksi ini lesse menjual barang yang telah dimilikinya kepada lessor.
Atas barang yang sama ini kemudian dilakukan uatu konrak leasing antara lesse
dengan lessor. Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini
memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan direct finance lease. Di sini lesse
memerlukan cash yng bisa dipergunakan untuk tambahan modal kerja atau untuk
kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan sistem saale and lease back
memungkinkan lessor memberikan dana untuk keperluan pa saja kepada kliennya
dan tentu saja dana yang dibutuhkana sesuai dengan nilai objek barang lease.
2. Operating lease (sewa menyewa biasa)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan
selanjutnya disewagunakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance
lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease
tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal
tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan sewa guna
usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewa
guna usahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya.
Perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas
biaya – biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun
pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.
3. Sales – Typed Lease (sewa guna usaha penjualan)
Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga berperan
sebagai perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi termasuk bagian laba
sudah diperhitungkan oleh produsen atau pabrikan.
4. Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan
bank atau kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar transaksi.
5. Cross Border Lease
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan
melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse yang dilakukan
dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse terletak
pada dua negara berbeda.
Penggolongan Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing)
1. Independent Leasing Company
Perusahaan sewa guna usaha merupakan suatu perusahaan yang berdiri sendiri, tidak
terkait dengan suatu produsen barang modal sehingga dalam pembiayaan barang modal
yang dilakukan oleh independent leasing company ini dapat beragam ( tidak terfokus
kepada satu merek barang modal, tetapi dapat terdiri dari berbagai merek maupun
jenisnya).
2. Non Independent Leasing Company
Perusahaan sewa guna usaha ini merupakan suatu perusahaan yang mempunyai hubungan
langsung dengan produsen barang modal, dimana pendirian perusahaan sewa guna usaha
untuk meningkatkan penjualan barang modal yang diproduksi oleh produsen yang
bersangkutan.
3. Captive lessor
Sering juga disebut two party lessor yang melibat dua pihak.
4. Lease broker atau packager
Berfungsi mempertemukan calon lesse dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu
barang modal dengan cara leasing tetapi lease broker ini tidak memiliki barang atau
peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Leasing
1. Estimasi nilai residu. Lessor akan memiliki aktiva lease setelah berakhirnya masa lease.
Estimasi nilai aktiva setelah berakhirnya masa lease disebut nilai residu (residual value).
Jadi, adanya nilai residu yang besar atas peralatan cenderung tidak menyimpangkan
keputusan mengenai leasing.
2.
Bertambahnya kredit yang tersedia. Leasing ada kalanya memeberikan keuntungan bagi
perusahaan yang ingin memaksimumkan tingkat average keuangan. Pertama, kadang-
kadang ada yang mengatakan bahwa perusahaan dapat memperoleh jumlah uang yang
lebih besar, dan dengan jangka waktu yang lebih lama, menurut perjanjian leasing
daripada perjanjian kredit yang dijamin dengan aktiva. Kedua, karena beberapa lease
tidak tercatat di neraca, maka pembiayaan dengan lease akan menyajikan posisi keuangan
yang lebih baik dalam analisis kredit secara sekilas, sehingga memungkinkan perusahaan
untuk menggunakan average yang lebih besar daripada jika perusahaan itu tidak
menggunakan lease.
C. ALASAN PEMILIHAN LEASING
1. Leasing meningkatkan arus kas (cash flow)
Leasing dapat memfasilitasi 100% pembiayaan tanpa pembayaran uang muka. Besarnya
cicilan dapat diatur sesuai dengan kemampuan keuangan anda.
2. Leasing mempertahankan sumber pembiayaan yang lain.
Pembelian barang modal melalui leasing tidak mengganggu fasilitas kredit (credit line)
yang perusahaan miliki untuk tetap digunakan untuk keperluan lain. Apabila perusahaan
membeli barang modal menggunakan fasilitas kredit bank, maka plafon fasilitas kredit
bank anda akan berkurang. (contoh: penggunaan kartu kredit)
3. Leasing memudahkan proses upgrade barang modal.
Sekarang fitur mesin-mesin pabrik berganti setiap 2 (dua) tahun, model kendaraan setiap
tahun. Tiap tahun model berkembang dan menerapkan teknologi dan fitur-fitur yang lebih
canggih. Leasing dengan opsi (Operational Lease) memudahkan proses upgrade barang
modal perusahaan, supaya tidak ketinggalan zaman.
4. Leasing menghemat biaya operasional
Leasing memungkinkan perusahaan membayar cicilan sesuai kemampuan dan tujuan
keuangan perusahaan.
5. Leasing menyediakan bunga tetap
Skema bunga tetap memudahkan perusahaan dalam membuat proyeksi anggaran
keuangan.
6. Leasing menyediakan pilihan
Perusahaan dapat memilih barang modal yang ingin dibiayai plus garansi kerusakan yang
berlaku dari manufaktur tetap merupakan hak perusahaan. Perusahaan Leasing dapat
membantu memberikan fasilitas pembiayaan barang modal tersebut.
7. Leasing membantu mengasuransikan inflasi
Skema bunga rendah dan tetap (low & fixed rate) memberikan proteksi terhadap
kenaikan harga barang modal di masa mendatang.
8. Leasing membantu perusahaan dalam pembiayaan beberapa barang modal
Karena cicilan yang dapat diatur sesuai kemampuan perusahaan, leasing membantu
perusahaan dalam pembelian beberapa barang modal sekaligus.
9. Leasing memberikan flexibilitas
Leasing memberikan flexibilitas kepada perusahaan untuk membeli, refinancing (sale &
lease back), upgrade atau mengembalikan barang modal. Fitur ini dapat ditemui pada
leasing dengan opsi (Operating lease).
10. Leasing memberikan keuntungan pajak
Sesuai hukum pajak, pembayaran cicilan dapat dipotong langsung sebagai biaya usaha
sebagai pengurang penghasilan, dus perusahaan dapat mengurangi pembayaran pajak
tanpa melanggar hukum. Fitur ini dapat ditemui pada leasing dengan opsi (Operating
lease).
D. KAITAN AKUNTANSI, ARUS KAS DAN LEASING
Langkah I
Menghitung NPV (Net Present Value) aktiva. NPV dihitung dengan mempresentvaluekan seluruh arus kas masuk kemudian diselisihkan dengan present value arus
kas keluar. Pada perhitungan NPV, kita gunakan biaya modal sebagai tingkat
diskonto.
n
NPV = ∑ CIFᵼ - COF
t=1( 1 + k )ᵗ
Dimana :
CIFᵼ : Cash Inflow pada waktu t yang dihasilkan proyek
K
: Biaya Modal
COF : Initial Cash Outflow (diasumsikan terjadi sekarang)
N
: Usia proyek
Langkah II
Menghitung NAL (Net Advantage to Leasing). NAL adalah penghematan biaya yang
timbul karena kita memilih alternative leasing daripada membeli aktiva tersebut.
n
NAL = ∑ Ot (1-T) - Rt (1-T) – Dt.T – Vn (1-T) - COF
t=1
​
​
​( 1 + rb )ᵗ ( 1 + rb )ᵗ
Dimana :
​: Operating Cash Outflow pada waktu t yang terjadi jika waktu dibeli
• Ot
(tidak leasing). Biasanya terdiri dari Biaya Perawatan dan Asuransi yang pada
kontrak lease akan dibayar oleh lessor.
• Rt
​: Leasing payment tahunan pada waktu
•T
​: Tingkat pajak pada penghasilan perusahaaan
• Dt : Biaya depresiasi aktiva pada waktu t
• Vn : Nilai sisa setelah pajak (Salvage Value After Tax) pada waktu n
• COF : Harga pembelian aktiva, yang tidak dibayar lessee jika ia mengeluarkan
•
leasing
Rb : Biaya hutang setelah pajak
• kd
Rb = kd( 1 – T )
: Biaya hutang sebelum pajak
Langkah III
Membuat keputusan, dimana :
1. Jika NPV > 0 dan NAL > 0, maka aktiva dapat diperoleh melalui LEASING.
2. Jika NPV > 0, namun NAL < 0, maka aktiva dapat diperoleh dengan cara
MEMBELI.
3.
Jika NPV < 0 dan NAL > 0, jangan dulu menolak aktiva tersebut sebab akan
timbul:
➢ NPV + NAL > 0, maka aktiva dapat diterima tapi harus diperoleh dengan
cara LEASING.
➢ NPV + NAL < 0, maka aktiva atau proyek tersebut DITOLAK.
➢ Jika NPV < 0 dan NAL < 0, maka aktiva atau proyek tersebut DITOLAK.
Evaluasi Leasing
Setiap rencana lease harus dievaluasi baik oleh lessee maupun lessor. Lessee harus
menentukan apakah me-lease suatu aktiva lebih murah daripada membelinya, sementara
lessor harus memutuskan apakah lease tersebut akan menghasilkan tingkat pengembalian
yang wajar atau tidak. Pada umumnya, terjadinya perjanjian lease mengikuti urutan yang
akan diuraikan berikut ini :
1.
Perusahaan memutuskan untuk emperoleh bangunan atau peralatan tertentu.
Keputusanini didasarkan atas prosedur penganggaran modal yang biasa, dan keputusan
untuk memperoleh aktiva tersebut sudah dilaksanakan sebelum analisis lease dimulai.
Karena itu, dalam analisis lease kita hanya mempertimbangkan apakah akan membiayai
mesin itu dengan lease atau pinjaman.
2. Setelah perusahaan memutuskan memperoleh suatu aktiva, pertanyaan berikutnya adalah
bagaimana membiayainya. Perusahaan yang dikelola dengan baik tidak mempunyai
banyak uang kas yang menganggur, sehingga aktiva baru harus dibiayai dengan cara
tertentu.
3.
Dana untuk membeli aktiva dapat diperoleh dengan meminjam, dengan menahan laba,
atau dengan menerbitkan saham baru. Cara lain adalah dengan melease aktiva tersebut.
Karena adanya ketentuan kapitalisasi/ pengungkapan dalam FASB #13, maka lease akan
mempunyai pengaruh yang sama seperti pinjamanterhadap struktur modal lessee.
Lease sebanding dengan pinjaman dalam arti bahwa perusahaan diharuskan untuk
melakukan serangkaian pembayaran tertentu, dan kegagalan untuk memenuhi kewajiban
pembayaran tersebut dapat mengakibatkan kebangkrutan. Jadi, sangat tepat untuk
membandingkan biaya lease dengan biaya utang. Analisis ini, harus membandingkan biaya
leasing dengan biaya utang tanpa memeperhatikan bagaimana sesungguhnya akiva terebut
dibiayai. Aktiva itu sebenarnya dapat saja dibeli dengan uang kas yang ada, tetapi karena
leasing merupakan alternative bagi pembiayaan dengan utang, maka perbandingan diantara
kedua cara pembiayaan itu masih layak. Pembayaran lease dapat dilakukan pada awal atau
akhir tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, F. Eugene., and Houston, J. Joel. 2001. Manajemen Keuangan.Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Pendek). Yogyakrta : BPFE-Yogyakarta.
http://ddebussy.blogspot.com/2011/05/bab-6-mencari-sumber-pendanaan-dan.html
http://lindapipipit.blogspot.co.id/2013/01/pembiayaan-saham-biasa.html
https://rdtloom.wordpress.com/2009/01/12/pembiayaan-dengan-hutang-dan-saham-preferen/
http://ihsansaidi.blogspot.co.id/2013/07/makalah-saham.html
Download