BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Konsep

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN
A.
Konsep Manajemen Proyek
1.
Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno management, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin
berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan”
terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang
berarti “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manege yang
berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda), dimana istilah inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.
Bahasa Perancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi
management, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Griffin (2011:15) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan suber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Istilah manajemen terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
belum ada keseragaman. Menurut Stoner (2008:9), manajemen adalah suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya
anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan
ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu
pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses,
berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata
warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan
tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen
adalah
suatu
proses
dengan
mana
pelaksanaan
suatu
tujuan
tertentu
diselenggarakan dan diawasi. Selanjutnya, manajemen adalah fungsi untuk
mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha
individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orangorang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu
disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu
ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman
pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan
yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua
pendapat itu sama mengandung kebenarannya.
2.
Pengertian Proyek
Sebuah proyek merupakan suatu usaha/aktivitas yang kompleks, tidak
rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources, dan spesifikasi performansi yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sebuah proyek juga dapat
diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai
tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana
serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu (Nurhayati, 2010 : 4).
Menurut Soeharto (2007:2) “Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu
kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan
alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasikan produk atau
deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas”.
Berdasarkan pengertian proyek di atas, ciri-ciri proyek antara lain:
1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2. Sifatnya sementara karena siklus proyek relative pendek.
3. Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal, anggaran,
biaya, dan mutu hasil akhir.
4. Merupakan kegiatan non rutin, tidak berulang-ulang.
5. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.
Dalam suatu proyek agar proyek tersebut dapat berjalan dengan baik dan
selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dibutuhkan suatu sistem yang
dapat menjaga agar suatu kerjasama yang berjalan dengan baik itulah dibutuhkan
suatu sistem yang disebut manajemen proyek. Berikut ini dijelaskan pengertianpengertian Manajemen Proyek yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain;
Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2007:60)
“Manajemen proyek adalah proses merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengendalikan kegiatan personil serta sumber daya lain
untuk menangani dan menyelesaikan pembuatan suatu produk baru, atau
suatu bisnis baru sebuah perusahaan yang harus diselesaikan dalam waktu
tertentu yang disesuaikan dengan spesifikasi pesanan pelanggan atau
manajemen pelanggan”.
Menurut Husen (2009:5)
“Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang
terbatas untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu, dan waktu,
serta keselamatan kerja.
Menurut Chase, Jacobs, Aquilano (2007:58)
“Project management can be defined as planning, directing, a controlling
resources (people, equipment, material) to meet the technical, cost, and
time constrains of the project”
Yang artinya:
“Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengarahan,
dan pengaturan sumber daya (manusia, peralatan, bahan baku) untuk
mempertemukan bagian teknik, biaya, dan waktu suatu proyek”.
Dengan kata lain,
manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan, sumber daya organisasi
perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dengan sumberdaya tertentu pula.
Manajemen proyek sangat cocok untuk suatu lingkungan bisnis yang menuntut
kemampuan akuntansi, fleksibilitas, inovasi, kecepatan dan perbaikan yang
berkelanjutan (Nurhayati, 2010:5).
3.
Jenis-Jenis Proyek
Menurut Malik (2010:161) proyek dapat dikelompokkan kedalam
beberapa cluster:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
a. Proyek
rekayasa
konstruksi,
meliputi
perencanaan,
pengawasan,
pemeliharaan, renovasi, rehabilitas dan restorasi bangunan konstruksi dan
wujud fisik lainnya, beserta kelengkapan dan asesorisnya.
b. Proyek pengadaan barang, meliputi pengadaan benda dan peranti, baik
bergerak maupun tidak bergerak, dalam berbagai bentuk dan uraian, yang
meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, lahan, dan
peralatan beserta kelengkapan dan asesorisnya.
c. Proyek teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pengadaan jaringan
dan instalasi sarana dan prasarana informasi dan telekomunikasi baik
cetak, audio, vidio dan cyber.
d. Proyek sumber daya alam dan energi, meliputi eksplorasi, eksploitasi,
penyediaan, pengelolaan, pemanfaatan dan distribusi sumber daya alam
dan energi.
e. Proyek pendidikan dan pelatihan, meliputi pelaksanaan kegiatan
pendidikan, pelatihan, dan kegiatan-kegiatan peningkatan kemampuan
keahlian, kecakapan dan keterampilan lainnya dalam berbagai bidang.
f. Proyek penelitian dan pengembangan, meliputi kegiatan studi dalam
berbagai aspek ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, budaya, politik,
manajemen, lingkungan hidup, dan aspek kemasyarakatan lainnya.
4.
Perbedaan Proyek dengan Nonproyek
Setiap kegiatan yang tidak memenuhi batasan waktu, biaya, dan kualitas
yang ditetapkan melalui perjanjian disebut kegiatan nonproyek. Kegiatan
nonproyek biasanya bersifat operasional, rutin, dan kontinu, memiliki siklus yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
tetap dan cenderung berulang. Misalnya ekspor-impor yang dilakukan oleh
pengusaha nasional, kegiatan transportasi umum, kegiatan penambangan minyak
dan gas bumi, dan kegiatan lain yang bersifat rutin. Kegiatan-kegiatan tersebut
berlangsung secara statis, kontinu, berulang-ulang pada kegiatan yang sama di
sepanjang waktu, melibatkan sumber daya tertentu, tidak terlalu dipengaruhi oleh
lingkungan, waktu dan biayanya tidak ditetapkan, dan tidak memerlukan kontrak
kerja antara pihak-pihak. Dengan demikian, sangat jelas perbedaan antara
kegiatan yang bersifat proyek dan yang bukan kegiatan proyek (Malik, 2010:160).
Tabel 2.1 Ciri-ciri Kegiatan Proyek dan Kegiatan Nonproyek
No
1.
2.
3.
Kegiatan Proyek
Sistem satu siklus
Bersifat dinamis
Hanya ada satu kali kegiatan tanpa
berulang untuk kegiatan sejenis
Kegiatan Nonproyek
Memiliki satu atau lebih siklus
Bersifat cenderung statis
Kegiatan selalu berulang secara
rutin dan kontinu dengan pola yang
hampir sama
4.
Dibatasi oleh waktu, biaya, dan Pembatasan biaya dan kualitas tidak
kualitas tertentu
terlalu dominan
5.
Memiliki banyak aktivitas yang Aktivitas tertentu dan terbatas
saling terkait
6.
Melibatkan banyak ragam sumber
Memerlukan sumber daya, keahlian
daya, keahlian, keterampilan, dan
dan teknologi tertentu dan terbatas
teknologi
7.
Dipengaruhi oleh faktor lingkungan Dipengaruhi oleh faktor lingkungan
secara terbatas
8.
Keharusan melibatkan pihak kedua Tidak diharuskan melibatkan pihak
kedua
9.
Mempergunakan kontrak kerja
Tanpa kontrak kerja
Sumber : Alfian Malik, “Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi”,2010 : 160161.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
5.
Pentingnya Manajemen Proyek
Menurut Nurhayati (2010:7) manajemen proyek kini merupakan sebuah
manajemen yang dibutuhkan secara khusus. Masa mendatang menjanjikan satu
peningkatan peran manajemen proyek dalam mendukung organisasi-organisasi
kearah strategis. Ada beberapa alasan yang menguatkan pentingnya manajemen
proyek yakni:
1) Kompresi daur hidup produk
Manajemen proyek semakin penting karena daur produk semakin pendek.
Siklus yang semakin pendek akan memaksa prosuden untuk secepat
mungkin memasarkan produk mereka. Oleh karenanya, kecepatan
menghasilkan produk merupakan sebuah keuntungan kompetitif, sehingga
banyak organisasi yang mengandalkan fungsi silang dari tim-tim proyek
untuk mendapatkan produk dan jasa yang baru dengan secepat mungkin.
2) Kompetisi Global
Saat ini permintaan pasar tidak hanya pada produk dan jasa yang murah
tetapi juga pada produk dan jasa yang terbaik. Inilah yang mengakibatkan
timbulnya sertifikat ISO yang merupakan persyaratan dalam menjalankan
bisnis. Meningkatnya tenakanan untuk mengurangi biaya-biaya akan
menyebabkan operasi pabrik di Negara maju akan berpindah ke Negara
berkembang. Proyek-proyek ini sangat penting, akan tetapi perpindahan
ini akan mengakibatkan ketatnya penjadwalan dan anggaran dana agar
lebih tepat waktu, efisien, dan mudah dalam penyelesaiannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
3) Perkembangan Pengetahuan yang Pesat
Perkembangan yang pesat dalam pengetahuan, telah meningkatkan
kompleksitas proyek dan membuat kebutuhan terhadapat manajemen
proyek meningkat dan menjadi sangat penting.
4) Perampingan Badan Usaha
Perampingan badan usaha berpengaruh pada cara organisasi dalam
menangani proyek-proyek. Perusahaan oustsource merupakan bagian
penting dari pelaksanaan proyek, sehingga manajer royek tidak hanya
menangani personil-personil yang ada pada perusahaan mereka, tetapi juga
harus bersinergi dengan ihak lain.
5) Fokus pada Pelanggan
Peningkatan kompetensi harus difokuskan pada kepuasan pelanggan. Kini
pelanggan menginginkan produk dan jas yang dapat benar-benar
memenuhi kebutuhan mereka. Persyaratan ini sangat membutuhkan
hubungan kerjasama yang lebih dekat antara produsen dan konsumen.
6.
Siklus Hidup Proyek
Menurut Pinto (2010:32) ukuran, lamanya, dan cakupan proyek sangat
bervariasi sesuai dengan sifat dan tujuan proyek tersebut. Namun demikian,
semua proyekmempunyai kesamaan: Proyek melalui siklus hidup, yang biasanya
terdiri atas empat fase:
1. Definisi. Fase ini mempunyai dua bagian: (a) konsep, titik dimana
organisasi mengenali kebutuhan akan sebuah proyek atau merespons
permintaan proposal dari pelanggan atau klien potensial, dan (b) analisis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
fisibilitas, yang memeriksa biaya, manfaat, dan risiko yang diharapkan
dalam melaksanakan proyek tersebut.
2. Perencanaan, yang menguraikan perincian pekerjaan dan memberikan
perkiraan sumber daya manusia, waktu, dan biaya yang diperlukan.
3. Eksekusi, dimana proyek itu sendiri dilakukan. Fase ini sering kali
memakan sebagian besar waktu dan sumber daya yang digunakan oleh
sebuah proyek.
4. Terminasi, dimana pengakhiran tercapai. Terminasi dapat melibatkan
penugasan kembali personel dan berurusan dengan material sisa,
perlengkapan (misalnya, menjual atau mengalihkan perlengkapan), dan
sumber daya lainya yang berhubungan dengan proyek tersebut.
Fase-fase tersebut dapat tumpang tindih sehungga satu fase mungkin tidak
sepenuhnya selesai sebelum fase berikutnya dimulai. Ini dapat mengurangi waktu
yang dibutuhkan untuk bergerah melalu siklus hidup tersebut, mungkin dapat
menghasilkan keunggulan kompetitif dan penghematan biaya. Meskipun
keputusan selanjutnya dalam fase yang lebih awal dapat menimbulkan
pemborosan pada sebagian aktivitas dalam fase yang mengikutinya, koordinasi
terhadap aktivitas secara berhati-hati dapat meminimalkan risiko tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Gambar 2.1 Siklus Hidup Proyek
Sumber: diadaptasi dari willian J. Stevenson dan Sum Chee Choung, Manajemen
Operasi, Buku 2, edisi 9, 2014:453
Menurut Heizer dan Render (2005:75) proyek yang menghabiskan waktu
bulanan atau tahunan hingga selesai biasanya dikembangkan diluar system
produksi normal. Organisasi proyek pada perusahaan dapat dibentuk untuk
menangani pekerjaan semacam itu dan sering kali dibubarkan saat proyek selesai.
Pada situasi lain, manajer melihat proyek hanya merupakan bagian dari pekerjaan
mereka. Manajemen proyek meliputi tiga fase:
1) Perencanaan. Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan
proyek, dan organisasi tim-na.
2) Penjadwalan. Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk
kegiatan khusus dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan
yang lainnya.
3) Pengendalian. Di sini perusahaan mengawasi sumber daya, biaya,kualitas,
dan angaran. Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
menggeser atau mengelola kembali sumber daya agar dapat memnuhi
kebutuhan waktu dan biaya.
7.
Perencanaan Proyek
Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009:31-32) proyek dapat didefinisikan
sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama. Organisasi
proyek adalah sebuah organisasi yang dibentuk untuk memastikan bahwa program
(proyek) mendapatkan manajemen dan perhatian yang semestinya. Organisasi
proyek dibentuk untuk memastikan program yang telah ada tetap berjalan dengan
lancar.
Organisasi proyek akan bekerja baik bila:
a. Pekerjaan dapat didefinisikan dengan sasaran dan terget waktu khusus.
b. Pekerjaan tersebut unik atau tidak begitu biasa dalam organisasi yang
ada.
c. Pekerjaan mengandung tugas-tugas kompleks yang membutuhkan
keterampilan khusus dan saling berhubungan.
d. Proyek bersifat sementara tetapi pentng bagi organisasi.
e. Proyek meliputi hampir semua lini organisasi.
Menurut Ruhendi (2012) tim manajemen proyek memulai tugasnya
dengan baik sebelum pelaksanaan proyek sehingga perencanaan dapat
dikembangkan terlebih dahulu. Salah satu dari tahapan awalnya adalah secara
cermat menetapkan tujuan proyek, selanjtnya memecah proyek menjadi bagianbagian yang dapat dikelola dengan baik. Struktur pemecahan kerja (Work
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Breakdown Structure – WBS) mendefinisikan proyek dengan membaginya
menjadi subkomponen (tugas) utama, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi
komponen yang lebih detail, dan akhirnya menjadi seperangkat kegiatan dan
biaya yang terkait. Pembagian proyek menjadi tugas yang kecil dan lebih kecil
lagi memang sulit, tetapi sangat penting dalam mengelola proyekdan membuat
penjadwalan yang berhasil.
8.
Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek meliputi pengurutan dan pembagian waktu untuk
seluruh kegiatan proyek. Manajer memutuskan berapa lama tiap kegiatan
memerlukan waktu dan menghitung berapa banyak orang dan bahan yang
diperlukan pada tiap tahap produksi (Prasetya & Lukiastuti, 2009:32)
Menurut Prasetya & Lukiastuti (2009:32) satu pendekatan penjadwalan
proyek yang popular adalah diagram Gantt. Diagram Gantt adalah diagram
perencanan yang digunakan untuk penjadwalan sumber daya dan alokasi waktu.
Diagram ini dapat membantu para manajer memastikan bahwa :
1. Semua kegiatan telah direncanakan
2. Urutan kinerjanya telah diperhitungkan
3. Perkiraan waktu kegiatan telah tercatat
4. Keseluruhan waktu proyek telah dibuat
Menurut Heizer dan Render (2005:79) diagram gantt memungkinkan
manajer mengamati kemajuan tiap kegiatan, untuk mengetahui dan menangani
area permasalahan. Pendekatan apapun yang diambil oleh manajer proyek,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
penjadwalan proyek membantu dalam bidang :
1. Memajukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainya dan
terhadap keseluruhan proyek.
2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan diantara
kegiatan.
3. Menunjukan perkiraan biaya dan waktu yang realitas untuk tiap
kegiatan.
4. Membantu penggunaan orang, uang, dan sumber daya bahan dengan
mengindentifikasikan hal-hal yang mungkin menghemat suatu proyek
pada proyek.
9.
Pengendalian Proyek
Menurut Prasetya & Lukiastuti (2009:32) pengendalian proyek besar
melibatkan pengawasan ketat pada sumber daya, biaya, kualitas dan anggaran.
Pengendalian juga menggunaan loop umpan balik untuk merevisi rencana proyek
dan pengaturan sumber daya. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan
program yang sudah populer seperti Microsoft Project.
B.
Perencanaan Jaringan Kerja (Network Planning)
Ketepatan waktu penyelesaian proyek merupakan salah satu aspek yang
dinilai pelanggan. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan memberikan perhatian
khusus pada masalah perencanaan dan pengendalian suatu proyek agar dapat
mencapai target waktu penyelesaian tanpa mengurangi kualitas pengerjaannya.
Dengan perencanaan yang baik, diharapkan waktu penyelesaian proyek dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
sesuai dengan target waktu yang diharapkan konsumen. Selain itu, dengan adanya
perencanaan yang baik diharapkan proyek dikerjakan dengan biaya yang efisien
dan kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa metode telah
dikembangkan untuk mengatasi hal ini, diantaranya metode network planning.
Metode network planning merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan
manajer untuk membantu memutuskan berbagai masalah, khususnya perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian proyek (Dimyati & Nurjaman, 2014:314)
Jaringan adalah kerangka dari sistem informasi proyek yang akan
digunakan dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan waktu biaya,
dan performansi. Jaringan menggambarkan kegiatan-kegiatan proyek yang harus
dilaksanakan, urutan kegiatan yang logis, ketergantungan antar kegiatan dan
waktu kegiatan melalui lintasan kritis (Nurhayati, 2010:55).
Menururt Nurhayati (2010:56) terdapat bebeapa istilah yang digunakan
dalam membangun jaringan kerja, yaitu :
a. Kegiatan (Activity),
Kegiatan merupakan elemen dari proyek yang membutuhkan waktu
pelaksanaan (duration) dan sejumlah sumber tenaga, equipment, material,
biaya dan sebagainya.
b. Kegiatan Memusat (Merge Activity)
Beberapa kegiatan yang berbeda lalu dilanjutkan dengan kegiatan yang
sama sehingga disebut kegiatan memusat (lebih dari satu kaitan aliran
panah)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
3. Kegiatan Pararel (Parallel Activity)
Kegiatan yang dikerjakan pada waktu yang bersamaan.
4. Alur (Path)
Alur merupakan suatu urutan koneksi, kegiatan yang terkait.
5. Alur Kritis (Critical Path)
Ini berarti alur terpanjang yang terdapat pada jaringan. Jika terdapat suatu
kegiatan yang tertunda pada alur, maka proyek juga akan tertunda pada
waktu yang sama.
6. Kejadian (Event)
Istilah ini berupa suatu titik dan digunakan ketika sebuah kegiatan dimulai
atau selesai. Jadi tidak membutuhkan waktu.
7. Kegiatan Memencar (Burst Activity)
Kegiatan ini memiliki lebih dari satu kegiatan yang secara bersamaan
mengikutinya (lebih dari satu panah yang terkait mengikutinya).
Dalam menggambarkan suatu jaringan kerja digunakan beberapa simbol
sebagai berikut :
1. Anak panah (arrow)
-
Menyatakan kegiatan (panjang panah tidak mempunyai arti khusus)
-
Pangkal dan ujung panah menerangkan kegiatan mulai dan berakhir
-
Kegiatan harus berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu dengan
pemakaian sejumlah sumber (manusia, alat, bahan dan dana)
-
Pada umumnya kegiatan diberi kode huruf a, b, c dst.
Gambar anak panah (arrow) http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2. Simpul (node)
-
Menyatakan suatu kejadian kejadian atau peristiwa
-
Kejadian diartikan sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa
kegiatan
-
Umumnya kejadian diberi kode dengan angka 1, 2, 3, dst, yang disebut
nomor kejadian.
Gambar simpul (node)
3. Anak panah putus-putus
-
Menyatakan kegiatan semu (dummy)
-
Dummy sebagai pemberitahuan bahwa terjadi perpindahan satu
kejadian ke kejadian lain pada saat yang sama
-
Dummy tidak memerlukan waktu dan tidak menghabiskan sumber.
Gambar anak panah putus‐putus Menurut Nurhayati (2010:60) terdapat delapan aturan umum dalam
penyusunan jaringan kerja, yaitu :
1. Aliran jaringan adalah dari kiri ke kanan
2. Suatu kegiatan tidak dapat dimulai sampai seluruh kegiatan pendahulunya
selesai
3. Panah pada jaringan mengindikasikan aliran dan harus didahulukan. Panah
dapat meyilang
4. Setiap kegiatan seharusnya memiliki nomor identifikasi yang unik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
5. Nomor identifikasi kegiatan pengikut harus lebih besar dari pada kegiatan
pendahulunya.
6. Pengulangan (looping) tidak diijinkan (dengan kata lain, daur ulang
melalui suatu set kegiatan tidak diperbolehkan).
7. Pernyatan kondisional tidak diijinkan (tipe pernyataan ini tidak boleh
muncul:Yang berlaku adalah: Jika berhasil, maka lakukan sesuatu; jika
tidak, jangan lakukan apapun).
8. Berdasarkan pengalaman, ketika terdapat banyak kegiatan yang dimulai
secara bersamaan, maka suatu node awal yang sudah umum dapat
digunakan untuk mengindikasikan suatu permulaan proyek yang jelas pada
jaringan. Dengan cara yang sama, sebuah node tunggal
pada akhir
jaringan, dapat digunakan sebagai indikasi akhir proyek.
C.
Teknik-Teknik Analisa Jaringan Kerja
Teknik-teknik
ini
umumnya
bertujuan
untuk
menguraikan
dan
menentukan hubungan-hubungan antara berbagai kegiatan dan berbagai
penafsiran waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan dalam rencana proyek
secara menyeluruh. Untuk perencanaan dan pengendalian proyek dengan
menggunakan metode network dikenal berbagai teknik penjadwalan, contohnya
Program Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method
(CPM) (Nurhayati, 2010:57).
PERT dan CPM dikembangkan pada tahun 1950-an untuk membantu para
manajer membuat penjadwalan, memonitor, dan mengendalikan proyek besar dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
kompleks. CPM muncul terlebih dahulu, di tahun 1957 sebagai alat yang
dikembangkann oleh J. E. Kelly dari Remington Rand dan M. R. Walker dari
DuPont untuk membantu pembangunan dan pemeliharaan pabrik kimia di
DuPont. Secara terpisah, PERT dikembangkan di tahun 1958 oleh Booz, Allen,
dan Hamilton untuk U. S. Navy (Angkatan Laut Amerika) (Heizer dan Render,
2005:80).
Meskipun PERT dan CPM berbeda pada beberapa hal dalam terminologi
dan pada konstruksi jaringan, tujuan mereka sama. Analisis yang digunakan pada
kedua teknik ini sangat mirip. Perbedaan utamanya adalah bahwa PERT
menggunakan tiga perkiraan waktu untuk tiap kegiatan. Perkiraan waktu ini
digunakan untuk menghitung nilai yang diharapkan dan penyimpangan standar
untuk kegiatan tersebut. CPM membuat asumsi bahwa waktu kegiatan diketahui
pasti, hingga hanya diperlukan satu faktor waktu untuk setiap kegiatan. Jalur kritis
adalah jalur waktu terpanjang melalui suatu jaringan (Prasetya & Lukiastuti,
2009:33)
Menurut Prasetya & Lukiastuti (2009:33) ada enam langkah dasar yang dilakukan
oleh PERT dan CPM, yaitu :
a. Mendefenisikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja
b. Membangun hubungan antara kegiatan. Memutuskan kegiatan mana yang
harus lebih dahulu dan mana yang harus mengikutinya.
c. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan
d. Menentapkan perkiraan waktu dan/ atau biaya untuk tiap kegiatan
e. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
f. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian proyek.
1.
Critical Path Method (CPM)
Menurut Santoso (2009:87) CPM mengasumsikan bahwa umur proyek
bisa dipersingkat dengan penambahan sumberdaya tenaga kerja, peralatan, modal
untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Teknik CPM menggambarkan suatu proyek dalam bentuk network dengan
komponen aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya. Agar teknik ini dapat
diterapkan, suatu proyek harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Pekerjaan-pekerjaan dalam proyek harus menandai saat berakhirnya
proyek
2. Pekerjaan-pekerjaan dapat dimulai, diakhiri, dan dilaksanakan secara
terpisah dalam suatu rangkaian tertentu.
3. Pekerjaan-pekerjaan dapat diatur menurut suatu rangkaian tertentu
Selain ciri-ciri yang harus dimiliki oleh proyek tersebut, untuk membuat
suatu network dengan benar diperlukan sejumlah aturan. Berikut ini adalah
aturan-aturan tersebut :
1. Setiap aktivitas atau pekerjaan ditunjukkan dengan suatu cabang tertentu
2. Antara suatu cabang dengan cabang yang lainnya hanya menunjukkan
hubungan antara aktivitas atau pekerjaan yang berbeda
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
3. Bila sejumlah aktivitas berkahir pada suatu kejadian maka kejadian ini
tidak dapat dimulai sebelum sejumlah aktivitas yang berkahir pada
kejadian ini selesai
4. Aktivitas dummy digunakan untuk menggabungkan dua buah kejadian,
bila antara suatu kejadian dan kejadian yang mendahuluinya tidak
dihubungkan dengan suatu aktivitas tertentu. Aktivitas dummy ini tidak
mempunyai biaya dan waktu. Setiap kejadian diberikan angka, sedangkan
setiap aktivitas diberikan tanda huruf munurut kejadian awal dan kejadian
yang mengakhirinya
Berikut ilustrasi pembuatan network suatu proyek dalam CPM dapat
diberikan contoh pada Gambar 2.2 sebagai berikut.
Gambar 2.2 Diagram Network CPM
Untuk mendapatkan perkiraan waktu penyelesaian yang tercepat atau
minimum kita harus mencari critical path (jalur kritis) dalam network. Critical
Path dapat diperoleh dengan menentukan rangkaian aktivitas yang terpanjang
sejak dari awal sampai ke penyelesaian proyek. Untuk mendapatkan critical path,
perlu diketahui waktu paling awal dimulainya setiap aktivitas. Critical Path
memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
a. Critical Path merupakan jalur yang memakan waktu terpanjang dalam
sebuah proses
b. Critical Path adalah jalur yang tidak memiliki tenggang waktu antara
waktu selesainya suatu tahap aktivitas dengan waktu mulainya suatu tahap
aktivitas yang lain dalam sebuah proses.
Menurut Siswanto (2007:27) CPM adalah model manajemen proyek yang
mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis. Persoalan pokok yang
menjadi perhatian model ini adalah:
1. Berapa besar biaya untuk menyelesaikan sebuah proyek jika waktu
penyelesaiannya normal.
2. Jika waktu penyelesaian suatu proyek harus dipercepat maka
berapa besar biayanya dan kegiatan mana yang harus dipercepat
agar biaya percepatan total minimum.
Dengan demikian, ada dua kondisi yang diobservasi oleh model CPM, yaitu:
1. Kondisi penyelesaian proyek secara normal
2. Kondisi penyelesaian proyek yang dipercepat.
Dari dua macam kondisi yang diobservasi itu, model ini menurunkan
empat macam parameter, yaitu:
1. Waktu penyelesaian normal atau waktu normal
2. Biaya penyelesaian normal atau biaya normal
3. Waktu penyelesaian yang dipercepat atau waktu cepat
4. Biaya penyelesaian yang dipercepat atau biaya cepat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Jika waktu penyelesaian suatu kegatan normal, maka biaya langsung yang
terlibat dalam penyelesaian kegiatan itu dikategorikan sebagai biaya normal,
sedangkan jika percepatan terhadap suatu kegiatan dikehendaki maka diperlukan
tambahan biaya langsung (Bt) sebagai biaya percepatan. Waktu untuk
menyelesaikan kegiaan yang lebih cepat dari waktu normal tersebut dinamakan
waktu cepat dan biaya yang berkaitan dengan percepatan kegiatan tersebut
dinamakan biaya cepat. Jadi, istilah normal disini semata-mata digunakan untuk
membedakan kondisi normal dari kondisi yang tidak normal, yaitu waktu yang
lebih cepat atau biaya yang lebih besar. Hubungan dari kedua kondisi tersebut
dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Empat Parameter Model CPM
Sumber: Drs. Siswanto M.Sc, “Operations Research, Jilid II”,2007:27
.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
2.
Program Evaluation and Review Technic (PERT)
PERT adalah sebuah model Management Science untuk perencanaan dan
pengendalian sebuat proyek (Siswanto, 2007:4).
PERT juga merupakan suatu metode yang bertujuan untuk (semaksimal
mungkin) mengurangi adanya penundaan kegiatan (proyek, produksi, dan teknik)
maupun
rintangan
dan
perbedaan-perbedaan,
mengkoordinasikan
dan
menyelaraskan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan dan
mempercepat selesainya proyek-proyek. Teknik ini merupakan suatu metode
untuk menentukan jadwal dan anggaran dari sumbe-sumber, sehingga suatu
pekerjaan tertentu dapat diselesaikan tepat pada waktunya (Nurhayati, 2010:57).
PERT memiliki asumsi bahwa proyek yang akan dilaksanakan adalah
baru, tidak ada contoh sebelumnya. Berdasarkan atas asumsi itu, maka orientasi
dari metode PERT adalah mengoptimalkan waktu penyelesaian proyek dan belum
menekankan soal minimisasi biaya. Oleh karena belum ada pengalaman
sebelumnya, maka waktu penyelesaian pekerjaan tertentu yang ada dalam proyek
bersifat probabilistik.
PERT mencoba mengestimasi waktu aktivitas ini dengan formula. Bahkan,
PERT juga mencoba mencari suatu ukuran tentang variabilitas waktu
penyelesaian paling awal.
PERT menggunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu
untuk setiap kegiatan (Jay Heizer & Barry Render, 2005:94):
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
1. Waktu Optimis (Optimistic time) (a), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh
sebuah kegiatan jika semua hal berlangsung sesuai rencana.
2. Waktu Pesimis (Pessimistic time) (b), yaitu waktu yang dibutuhkan sebuah
kegiatan dengan asumsi kondisi yang ada sangat tidak diharapkan.
3. Waktu Realistis (Most likely time) (m), yaitu perkiraan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah kegiatan yang paling realistis.
PERT “menimbang” ketiga perkiraan waktu ini untuk mendapatkan waktu
kegiatan yang diharapkan (expected time) dengan rumusan :
Waktu Optimis + (4 x Waktu Perkiraan Paling Mungkin) + Waktu Pesimis
6
Keterbatasan dan kelemahan diagram PERT secara umum adalah bahwa
perkiraan atas waktu yang dibutuhkan bagi masing-masing kegiatan bersifat
subyektif dan tergantung pada asumsi. Sehingga secara umum PERT cenderung
terlalu optimis dalam menetapkan waktu penyelesaian sebuah proyek.
Berikut ilustrasi pembuatan network suatu proyek dalam PERT dapat
diberikan contoh pada Gambar 2.4 sebagai berikut.
Gambar 2.4 Diagram Network PERT
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Diagram network pada Gambar 2.4 ini menunjukkan rangkaian kejadian
untuk aktivitas A, B, dan C, di mana penyelesaian aktivitas A merupakan saat
dimulainya aktivitas B dan C. Dalam diagram network ini setiap aktivitas harus
dimulai pada suatu kejadian di mana aktivitas sebelumnya berakhir. Sebagai
contoh, pada gambar diatas, aktivitas A dimulai pada kejadian 1. Akan tetapi,
karena kejadian 1 merupakan awal dari seluruh aktivitas dalam network, maka
tidak ada aktivitas yang mendahuluinya.
D.
Diagram Jaringan Kerja dan Pendakatan
Menurut Heizer dan Render (2005:81) langkah pertama dalam jaringan
PERT dan CPM adalah membagi keselurahan proyek menjadi kegiatan-kegiatan
yang berarti menurut stuktur pecahen kerja. Ada dua pendekatan untuk
menggambarkan jaringan proyek yaitu kegiatan pada titik (Activity On Node –
AON) dan kegiatan pada panah (Activity on Arrow – AOA). Pada konvensi AON,
titik menunjukkan kegiatan. Pada AOA panah menunjukkan kegiatan. Kegiatan
memerlukan waktu dan sumber daya. Perbedaan mendasar antara AON dan AOA
adalah bahwa titik pada diagram AON mewakili kegiatan. Pada jaringan AOA
titik mewakili waktu mulai dan selesainya suatu kegiatan dan juga disebut
kejadian. Artinya titik pada AOA tidak memerlukan waktu maupun suber daya.
Pada praktiknya, metode AON lebih banyak mendominasi pelaksanaan
proyek. Ketersediaan yang luas dari computer dan program grafis telah
mendorong penggunaan metode kegiatan pada node (AON). Metode ini sering
disebut diagram precedence. (Nurhayati, 2010:58).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Dalam penggambaran diagram jaringan, CPM menggunkan AOA (Activity
On Arrow), yang akan menggunakan anak panah sebagai simbol dari kegiatan.
Sedangkan PERT menggunakan pendekatan AON (Activity On Node), yang
menggunakan lingkaran (node) sebagai simbol kegiatan. Pertimbangannya
disebabkan karena PERT hanya mempertimbangkan waktu penyelesaian saja,
sedangkan CPM menganalisis waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.
Gambar 2.5 Perbandingan Penggunaan AOA dan AON
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
E.
Jalur Kritis
Jaringan kerja berisikan gambaran grafis dari kegiatan proyek secara
berurutan dan berkaitan. Informasi ini sangat berguna untuk mengelola proyek.
Bagaimanapun, perkiraan durasi setiap kegiatan akan lebih meningkat nilai
jaringan. Perkiraan dibuat berdasarkan pengalaman, teori dan perhitungan
mengenai jangka waktu penyelesaian tiap kegiatan, kemudian ditentukan kapan
waktu terjadinya tiap-tiap kejadian dari permulaan sampai berakhirnya proyek
tersebut sesuai dengan jaringan pekerjaan yang telah ditetapkan. Dapat dilihat
bahwa terdapat sebuah atau lebih lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada
jaringan kerja. Hal ini akan menentukan jangka waktu penyelesaian proyek secara
keseluruhan. (Nurhayati, 2010:59).
Lintasan terpanjang yang menentukan waktu penyelesaian proyek disebut
lintasan kritis. Disamping lintasan kritis terdapat lintasan-lintasan yang lain (non
kritis) yang mempunyai lintasan (jangka waktu) yang lebih singkat bila
dibandingkan dengan lintasan kritis sehingga lintasan non-kritis mempunyai
waktu untuk bisa terlambat (slack atau float).
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, jalur kritis atau lintasan kritis adalah
jalur atau lintasan waktu terpanjang yang melalui jaringan. Untuk mengetahui
jalur kritis, kita menghitung dua waktu awal dan akhir untuk setiap kegiatan. Hal
ini didefinisikan sebagai berikut (Heizer & Render, 2005:87):
1. Mulai terdahulu (Earliest Start - ES) adalah waktu terdahulu suatu
kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua pendahuluan sudah selesai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2. Selesai terdahulu (Earliest Start - EF) adalah waktu terdahulu suatu
kegiatan dapat selesai.
3. Mulai terakhir (Latest Start – LS) adalah waktu terakhir suatu kegiatan
dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan
proyek.
4. Selesai terakhir (Latest Finish - LF) adalah waktu terakhir suatu kegiatan
dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan
proyek.
Untuk menentukan jadwal proyek menggunakan proses two pass yaitu forward
pass dan backward pass, untuk menentukan jadwal waktu untuk tiap kegiatan. ES
dan EF ditentukan selama forward pass. LS dan LF ditentukan selama backward
pass (Heizer & Render, 2010:88):
1. Forward Pass

ES = Max (EF semua pendahulu langsung)

EF = ES + Waktu kegiatan
2. Backward Pass

LF = Min (LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya)

LS = LF – Waktu Kegiatan
Setelah menghitung waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua
kegiatan, maka untuk menemukan jumlah waktu slack (slack time), atau waktu
bebas, yang dimiliki oleh setiap kegiatan menjadi mudah.
Slack = LS – ES atau Slack = LF - EF
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Kegiatan dengan slack = 0 disebut sebagai kegiatan kritis (critical activies)
dan berada pada jalur kritis. Jalur kritis adalah (critical path) adalah jalur tidak
terputus melalui jaringan proyek yang (Heizer & Render, 2005:92):
1. Mulai pada kegiatan pertama proyek
2. Berhenti ada kegiatan pertama proyek
3. Terdiri dari hanya kegiatan kritis (yaitu kegiatan yang tidak mempunyai
waktu slack).
F.
Trade Off Biaya-Waktu dan Crashing Proyek
Dalam pelaksanaan sebuah proyek, ada beberapa alasan yang dapat
menjadi dasar untuk melakukan pengurangan durasi waktu dari sebuah proyek,
salah satunya adalah imposed project duration date (tanggal waktu proyek yang
terbebani) yaitu adanya pernyataan dari manajer atau pimpinan perusahaan
kepada banyak personil bahwa proyek yang sedang dilaksanakan oleh timnya
akan selesai pada suatu waktu yang tertentu namun tidak mempertimbangkan
masalah-malasah ataupun biaya-biaya yang akan ditemui dalam usaha memenuhi
tanggal batas penyelesaian tersebut. Hal ini karena pernyataan tersebut
dikeluarkan pada saat proyek masih dalam tahap konseptual atau tanpa adanya
jadwal yang lengkap dari semua kegiatan proyek, sehingga mengakibatkan
peningkatan biaya proyek yang cukup tinggi dan implikasi pada kualitas proyek
yang dijalankan (Nurhayati, 2010:84)
Ketika mengelola suatu proyek, lazim bagi seorang manajer proyek
menghadapi salah satu atau kedua situasi berikut;
1. Proyek tertingal dari jadwal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
2. Waktu penyelesaian proyek yang sudah di jadwalkan di majukan
Dalam situasi manapun ,beberapa atau semua kegiatan yang ada harus
dipercepat untuk menyelesaikan proyek pada batas waktu yang diinginkan. Proses
dimana kita memperpendek jangka waktu proyek dengan biaya terendah yang
mungkin disebut sebagai crashing proyek. Sebagaimana yang sudah disebutkan
sebelumnya. CPM merupakan teknik penentu dimana setiap kegiatan mempunyai
dua jenis waktu, yaitu:
1. Waktu normal atau waktu standar yang kita gunakan dalam perhitungan
waktu terdahulu dan waktu terakhir. Berkaitan dengan waktu normal ini
adalah biaya normal kegiatan.
2. Waktu crash yang didefinisikan sebagai jangka waktu terpendek yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan sebauh kegiatan.
Seberapa banyak kegiatan bisa diperpendek (perbedaan waktu normal
dengan waktu crash) bergantung pada kegiatan dalam pertanyaan. Kita mungkin
tidak bisa membedekan beberapa kegiatan sama sekali. Demikian pula crashing
sebuah kegiatan begantung pada sifat kegiatan tersebut. Para manager lebih
menyukai mempercepat sebuah proyek dengan biaya tambahan yang paling
sedikit.
Menurut Heizer & Render (2010:101) crashing sebuah proyek melibatkan
empat langkah sebagai berikut:
1. Hitung biaya crash per minggu (atau satuan waktu lain) untuk setiap
kegiatan dalam jaringan. Jika biaya crash linier menurut waktu, maka
rumus berikut dapat dipergunakan:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Biaya crash per periode
= (Biaya crash – Biaya normal)
(Waktu normal – Waktu crash)
2. Dengan menggunakan waktu kegiatan sekarang, temukan jalur kritis
pada jaringan proyek. Kenali kegiatan kritis.
3. Jika hanya ada satu jalur kritis, pilihlah kegiatan pada jalur kritis ini
yang (a) masih bisa dilakukan crash dan (b) mempunyai biaya crash
terkecil per periode. Kegiatan crash ini satu periode.
Jika terdapat lebih dari satu jalur kritis, maka pilih satu kegiatan dari
setiap jalur kritis sedemikian rupa sehingga (a) setiap kegiatan yang
dipilih masih bisa dilakukan crash dan (b) biaya crash total per periode
dari semua kegiatan dengan satu periode. Perhatikan bahwa kegiatan
yang sama mungkin terjadi pada lebih dari satu jalur kritis.
4. Perbarui semua waktu kegiatan. Jika batas waktu yang diinginkan telah
tercapai berhenti. Jika tidak, kembali ke langkah 2.
G.
Kurva Kemajuan Pekerjaan “Kurva S”
Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan,
waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif
dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi
mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana.
Dari sinilah dapat diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal
proyek (Husen, 2009:152).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %)
kumulatif pada sumbu vertical terhadap waktu pada sumbu horizontal. Bobot
kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaanya dipakai untuk
mengetahui kemajuan proyek tersebut. kemajuan kegiatan biasanya diukur
terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Pembandingan kurva S
rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan
pelaksanaan proyek apakah sesuai lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan
(Luthan & Syafriandi, 2006). Adapun fungsi kurva S adalah sebagai berikut:
1. Menentukan waktu penyelesaian proyek
2. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek
3. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek
4. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan
dipakai.
Dengan bantuan kurva S ini, maka dapat diketahui kemajuan dari pada
kegiatan yang dilakukan adalah tepat waktu, lambat maupun lebih dari waktu
rencana dengan membandingkan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan
nantinya.
H.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan atas adanya kejadian
yang telah terjadi sebelumnya, diantaranya:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Penulis
Tahun
Judul Penelitian
Keterangan
Noval Antuli
2014
Optimalisasi
Penjadwalan Proyek
Revitalisasi
Gedung
BPS Kota Gorontalo
dengan Menggunakan
Metode CPM dan
PDM
Denny
Permana
2015
Analisa Penjadwalan
Waktu
Proyek
Contruction
Civil
Foundation Alfa Mart
Dengan Critical Path
Method (CPM)
Muhamad
Kasroniyanto
2015
Analisis
Perbaikan
Penjadwalan Proyek
Konstruksi Satu Unit
Cluster
Aristoteles
Dua Lantai Dengan
Critical Path Methode
(CPM) Pada Proyek
CV. Putri Tunggal
Penelitian tersebut dilakukan
untuk mengatasi keterlambatan
waktu dan kenaikan biaya
proyek, maka dilakukan Crash
Program dengan penambahan
jumlah tenaga kerja. Hasil
penelitian menunjukkan durasi
optimal proyek adalah 164 hari
kerja dengan efisiensi waktu
11.67% dan total biaya sebesar
Rp.
1.374.440.709
dengan
efisiensi biaya 0,83% sehingga
diperoleh penghematan biaya
sebesar Rp. 11.505.000
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mempercepat proses
penyampaian informasi
yang diinginkan, dan membuat
data proyek menjadi terintegrasi
sehingga dapat
meningkatkan efektifitas dan
efisien dalam pengolahan data
proyek. Metode jalur kritis
membuat durasi pekerjaan
menjadi lebih cepat dari
sebelumnya karena aktivitas
pekerjaan
diurutkan
dan
dirangkai
menjadi sebuah network atau
jaringan kerja yang tidak boleh
mengalami penundaan yang
berakibat penundaan proyek
secara keseluruhan.
Menganalisis
Penjadwalan
proyek yang telah di buat untuk
mencapai percepatan waktu
pada 3 kegiatan lintasan kritis
yang mencakup 14 aktifitas
kegiatan
proyek
yang
aktivitasnya termasuk dalam
aktivitas
lintasan
kritis.
Perbedaan waktu pengerjaan
proyek pada saat kondisi awal
dan kondisi percepatan adalah
34 hari. Pada percepatan
anggaran
biaya
yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Dian Alfianto
2012
Evaluasi Penjadwalan
Proyek
dengan
Menggunakan Metode
CPM dan Analisis
Kurva
“S”
pada
Proyek Studi Detail
Desain Pantai Les
Tejakula
di
Kab
Baleleng Bali
Rian Teknika
2014
Evaluasi Pengendalian
Waktu dan Biaya
Menggunakan Metode
PERT
Pada
Pelaksanaan Pekerjaan
Jembatan di Desa
Pengkol
Kecamatan
Karanggede
Kabupaten Boyolali
I.
dikeluarkan
sebesar
Rp.
993.135.294,- dari harga normal
sebesar
Rp.
983.776.001,dengan turun 1% dari waktu
percepatan.
Penelitian tersebut pada proyek
studi
pengembangan
pemanfaatan mata air mateum
terhambat
kegiatan
agama
selama 2 minggu (14 hari) dari
waktu sebenarnya yaitu 135 hari
menjadi 149 hari dengan
pertambahan biaya sebesar Rp.
68.910.000,- dari biaya normal
sebesar
Rp.
498.480.000.menjadi
Rp.567.390.000.
(sumber: bagian staf keuangan
PT. GAHARU SEMPANA).
Penelitian tersebut menganalisis
waktu
dan
biaya dalam
mencapai biaya yang optimal
dalam
pelaksanaan
pembangunan
jembatan,
penelitiam
ini
melakukan
Penjadwalan
Ulang
(Rescheduling) didapatkan hasil
adalah
kemajuan
proyek
dikategorikan baik sesuai desain
kurva
S,
karena
waktu
pelaksanaan tidak melebihi
waktu
pelaksanaan
sesuai
kontrak:
Biaya
Normal
Rp311.614.402,87
Waktu
Normal 49 hari (7 Minggu).
Waktu Kritis 37 hari. Dan di
hitung
dengan
program
Microsoft Excel di ketahui
Biaya Kritis Rp318.839.892,24
Rerangka Pemikiran
Suatu hasil merupakan akibat dari suatu proses dan apabila hasil tersebut
tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka ada yang salah dalam melakukan
proses tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kajian untuk meneliti apa yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
menjadi penyebab terjadinya masalah tersebut. Proses tahapan inilah yang
menjadi pola berpikir penulis dalam penelitian ini. Lalu, apabila kita menyadari
bahwa ada suatu masalah dalam proses yang dilakukan maka akan muncul
dugaan-dugaan sementara penyebab masalah tersebut yang dianggap relevan.
Lemova juga mengalami ketidak-sesuaian dalam pelaksanaan proyek
terutama dalam perencanaan dan penjadwalan yang sering kali mengalami
keterlambatan, sehingga diperlukannya evaluasi proyek yang bertujuan untuk
menganalisa suatu proyek, baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang dan
selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan suatu
proyek. Berdasarkan uraian di atas dikembangkan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Perencanaan Proyek
Survey
Tidak
Proyek
Ya
Penjadwalan Proyek
Jaringan Kerja
Kurva S
Pelaksanaan Proyek
Evaluasi Proyek
Dasar tindakan koreksi bagi
proyek sejenis dimasa yang
akan datang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download