BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Konsep Manajemen Proyek 1. Pengertian Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno management, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manege yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah inggris ini juga berasal dari bahasa Italia. Bahasa Perancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi management, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Griffin (2011:15) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan suber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Istilah manajemen terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 belum ada keseragaman. Menurut Stoner (2008:9), manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu : 1. Manajemen sebagai suatu proses 2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen 3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science) Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi. Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Selanjutnya, manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orangorang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya. 2. Pengertian Proyek Sebuah proyek merupakan suatu usaha/aktivitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources, dan spesifikasi performansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu (Nurhayati, 2010 : 4). Menurut Soeharto (2007:2) “Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasikan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas”. Berdasarkan pengertian proyek di atas, ciri-ciri proyek antara lain: 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 2. Sifatnya sementara karena siklus proyek relative pendek. 3. Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal, anggaran, biaya, dan mutu hasil akhir. 4. Merupakan kegiatan non rutin, tidak berulang-ulang. 5. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya. Dalam suatu proyek agar proyek tersebut dapat berjalan dengan baik dan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dibutuhkan suatu sistem yang dapat menjaga agar suatu kerjasama yang berjalan dengan baik itulah dibutuhkan suatu sistem yang disebut manajemen proyek. Berikut ini dijelaskan pengertianpengertian Manajemen Proyek yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain; Menurut Haming dan Nurnajamuddin (2007:60) “Manajemen proyek adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan kegiatan personil serta sumber daya lain untuk menangani dan menyelesaikan pembuatan suatu produk baru, atau suatu bisnis baru sebuah perusahaan yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu yang disesuaikan dengan spesifikasi pesanan pelanggan atau manajemen pelanggan”. Menurut Husen (2009:5) “Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu, dan waktu, serta keselamatan kerja. Menurut Chase, Jacobs, Aquilano (2007:58) “Project management can be defined as planning, directing, a controlling resources (people, equipment, material) to meet the technical, cost, and time constrains of the project” Yang artinya: “Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengarahan, dan pengaturan sumber daya (manusia, peralatan, bahan baku) untuk mempertemukan bagian teknik, biaya, dan waktu suatu proyek”. Dengan kata lain, manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan, sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dengan sumberdaya tertentu pula. Manajemen proyek sangat cocok untuk suatu lingkungan bisnis yang menuntut kemampuan akuntansi, fleksibilitas, inovasi, kecepatan dan perbaikan yang berkelanjutan (Nurhayati, 2010:5). 3. Jenis-Jenis Proyek Menurut Malik (2010:161) proyek dapat dikelompokkan kedalam beberapa cluster: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 a. Proyek rekayasa konstruksi, meliputi perencanaan, pengawasan, pemeliharaan, renovasi, rehabilitas dan restorasi bangunan konstruksi dan wujud fisik lainnya, beserta kelengkapan dan asesorisnya. b. Proyek pengadaan barang, meliputi pengadaan benda dan peranti, baik bergerak maupun tidak bergerak, dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, lahan, dan peralatan beserta kelengkapan dan asesorisnya. c. Proyek teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pengadaan jaringan dan instalasi sarana dan prasarana informasi dan telekomunikasi baik cetak, audio, vidio dan cyber. d. Proyek sumber daya alam dan energi, meliputi eksplorasi, eksploitasi, penyediaan, pengelolaan, pemanfaatan dan distribusi sumber daya alam dan energi. e. Proyek pendidikan dan pelatihan, meliputi pelaksanaan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan kegiatan-kegiatan peningkatan kemampuan keahlian, kecakapan dan keterampilan lainnya dalam berbagai bidang. f. Proyek penelitian dan pengembangan, meliputi kegiatan studi dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, budaya, politik, manajemen, lingkungan hidup, dan aspek kemasyarakatan lainnya. 4. Perbedaan Proyek dengan Nonproyek Setiap kegiatan yang tidak memenuhi batasan waktu, biaya, dan kualitas yang ditetapkan melalui perjanjian disebut kegiatan nonproyek. Kegiatan nonproyek biasanya bersifat operasional, rutin, dan kontinu, memiliki siklus yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 tetap dan cenderung berulang. Misalnya ekspor-impor yang dilakukan oleh pengusaha nasional, kegiatan transportasi umum, kegiatan penambangan minyak dan gas bumi, dan kegiatan lain yang bersifat rutin. Kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung secara statis, kontinu, berulang-ulang pada kegiatan yang sama di sepanjang waktu, melibatkan sumber daya tertentu, tidak terlalu dipengaruhi oleh lingkungan, waktu dan biayanya tidak ditetapkan, dan tidak memerlukan kontrak kerja antara pihak-pihak. Dengan demikian, sangat jelas perbedaan antara kegiatan yang bersifat proyek dan yang bukan kegiatan proyek (Malik, 2010:160). Tabel 2.1 Ciri-ciri Kegiatan Proyek dan Kegiatan Nonproyek No 1. 2. 3. Kegiatan Proyek Sistem satu siklus Bersifat dinamis Hanya ada satu kali kegiatan tanpa berulang untuk kegiatan sejenis Kegiatan Nonproyek Memiliki satu atau lebih siklus Bersifat cenderung statis Kegiatan selalu berulang secara rutin dan kontinu dengan pola yang hampir sama 4. Dibatasi oleh waktu, biaya, dan Pembatasan biaya dan kualitas tidak kualitas tertentu terlalu dominan 5. Memiliki banyak aktivitas yang Aktivitas tertentu dan terbatas saling terkait 6. Melibatkan banyak ragam sumber Memerlukan sumber daya, keahlian daya, keahlian, keterampilan, dan dan teknologi tertentu dan terbatas teknologi 7. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan Dipengaruhi oleh faktor lingkungan secara terbatas 8. Keharusan melibatkan pihak kedua Tidak diharuskan melibatkan pihak kedua 9. Mempergunakan kontrak kerja Tanpa kontrak kerja Sumber : Alfian Malik, “Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi”,2010 : 160161. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 5. Pentingnya Manajemen Proyek Menurut Nurhayati (2010:7) manajemen proyek kini merupakan sebuah manajemen yang dibutuhkan secara khusus. Masa mendatang menjanjikan satu peningkatan peran manajemen proyek dalam mendukung organisasi-organisasi kearah strategis. Ada beberapa alasan yang menguatkan pentingnya manajemen proyek yakni: 1) Kompresi daur hidup produk Manajemen proyek semakin penting karena daur produk semakin pendek. Siklus yang semakin pendek akan memaksa prosuden untuk secepat mungkin memasarkan produk mereka. Oleh karenanya, kecepatan menghasilkan produk merupakan sebuah keuntungan kompetitif, sehingga banyak organisasi yang mengandalkan fungsi silang dari tim-tim proyek untuk mendapatkan produk dan jasa yang baru dengan secepat mungkin. 2) Kompetisi Global Saat ini permintaan pasar tidak hanya pada produk dan jasa yang murah tetapi juga pada produk dan jasa yang terbaik. Inilah yang mengakibatkan timbulnya sertifikat ISO yang merupakan persyaratan dalam menjalankan bisnis. Meningkatnya tenakanan untuk mengurangi biaya-biaya akan menyebabkan operasi pabrik di Negara maju akan berpindah ke Negara berkembang. Proyek-proyek ini sangat penting, akan tetapi perpindahan ini akan mengakibatkan ketatnya penjadwalan dan anggaran dana agar lebih tepat waktu, efisien, dan mudah dalam penyelesaiannya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 3) Perkembangan Pengetahuan yang Pesat Perkembangan yang pesat dalam pengetahuan, telah meningkatkan kompleksitas proyek dan membuat kebutuhan terhadapat manajemen proyek meningkat dan menjadi sangat penting. 4) Perampingan Badan Usaha Perampingan badan usaha berpengaruh pada cara organisasi dalam menangani proyek-proyek. Perusahaan oustsource merupakan bagian penting dari pelaksanaan proyek, sehingga manajer royek tidak hanya menangani personil-personil yang ada pada perusahaan mereka, tetapi juga harus bersinergi dengan ihak lain. 5) Fokus pada Pelanggan Peningkatan kompetensi harus difokuskan pada kepuasan pelanggan. Kini pelanggan menginginkan produk dan jas yang dapat benar-benar memenuhi kebutuhan mereka. Persyaratan ini sangat membutuhkan hubungan kerjasama yang lebih dekat antara produsen dan konsumen. 6. Siklus Hidup Proyek Menurut Pinto (2010:32) ukuran, lamanya, dan cakupan proyek sangat bervariasi sesuai dengan sifat dan tujuan proyek tersebut. Namun demikian, semua proyekmempunyai kesamaan: Proyek melalui siklus hidup, yang biasanya terdiri atas empat fase: 1. Definisi. Fase ini mempunyai dua bagian: (a) konsep, titik dimana organisasi mengenali kebutuhan akan sebuah proyek atau merespons permintaan proposal dari pelanggan atau klien potensial, dan (b) analisis http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 fisibilitas, yang memeriksa biaya, manfaat, dan risiko yang diharapkan dalam melaksanakan proyek tersebut. 2. Perencanaan, yang menguraikan perincian pekerjaan dan memberikan perkiraan sumber daya manusia, waktu, dan biaya yang diperlukan. 3. Eksekusi, dimana proyek itu sendiri dilakukan. Fase ini sering kali memakan sebagian besar waktu dan sumber daya yang digunakan oleh sebuah proyek. 4. Terminasi, dimana pengakhiran tercapai. Terminasi dapat melibatkan penugasan kembali personel dan berurusan dengan material sisa, perlengkapan (misalnya, menjual atau mengalihkan perlengkapan), dan sumber daya lainya yang berhubungan dengan proyek tersebut. Fase-fase tersebut dapat tumpang tindih sehungga satu fase mungkin tidak sepenuhnya selesai sebelum fase berikutnya dimulai. Ini dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk bergerah melalu siklus hidup tersebut, mungkin dapat menghasilkan keunggulan kompetitif dan penghematan biaya. Meskipun keputusan selanjutnya dalam fase yang lebih awal dapat menimbulkan pemborosan pada sebagian aktivitas dalam fase yang mengikutinya, koordinasi terhadap aktivitas secara berhati-hati dapat meminimalkan risiko tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Gambar 2.1 Siklus Hidup Proyek Sumber: diadaptasi dari willian J. Stevenson dan Sum Chee Choung, Manajemen Operasi, Buku 2, edisi 9, 2014:453 Menurut Heizer dan Render (2005:75) proyek yang menghabiskan waktu bulanan atau tahunan hingga selesai biasanya dikembangkan diluar system produksi normal. Organisasi proyek pada perusahaan dapat dibentuk untuk menangani pekerjaan semacam itu dan sering kali dibubarkan saat proyek selesai. Pada situasi lain, manajer melihat proyek hanya merupakan bagian dari pekerjaan mereka. Manajemen proyek meliputi tiga fase: 1) Perencanaan. Fase ini mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek, dan organisasi tim-na. 2) Penjadwalan. Fase ini menghubungkan orang, uang, dan bahan untuk kegiatan khusus dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya. 3) Pengendalian. Di sini perusahaan mengawasi sumber daya, biaya,kualitas, dan angaran. Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 menggeser atau mengelola kembali sumber daya agar dapat memnuhi kebutuhan waktu dan biaya. 7. Perencanaan Proyek Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009:31-32) proyek dapat didefinisikan sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama. Organisasi proyek adalah sebuah organisasi yang dibentuk untuk memastikan bahwa program (proyek) mendapatkan manajemen dan perhatian yang semestinya. Organisasi proyek dibentuk untuk memastikan program yang telah ada tetap berjalan dengan lancar. Organisasi proyek akan bekerja baik bila: a. Pekerjaan dapat didefinisikan dengan sasaran dan terget waktu khusus. b. Pekerjaan tersebut unik atau tidak begitu biasa dalam organisasi yang ada. c. Pekerjaan mengandung tugas-tugas kompleks yang membutuhkan keterampilan khusus dan saling berhubungan. d. Proyek bersifat sementara tetapi pentng bagi organisasi. e. Proyek meliputi hampir semua lini organisasi. Menurut Ruhendi (2012) tim manajemen proyek memulai tugasnya dengan baik sebelum pelaksanaan proyek sehingga perencanaan dapat dikembangkan terlebih dahulu. Salah satu dari tahapan awalnya adalah secara cermat menetapkan tujuan proyek, selanjtnya memecah proyek menjadi bagianbagian yang dapat dikelola dengan baik. Struktur pemecahan kerja (Work http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Breakdown Structure – WBS) mendefinisikan proyek dengan membaginya menjadi subkomponen (tugas) utama, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi komponen yang lebih detail, dan akhirnya menjadi seperangkat kegiatan dan biaya yang terkait. Pembagian proyek menjadi tugas yang kecil dan lebih kecil lagi memang sulit, tetapi sangat penting dalam mengelola proyekdan membuat penjadwalan yang berhasil. 8. Penjadwalan Proyek Penjadwalan proyek meliputi pengurutan dan pembagian waktu untuk seluruh kegiatan proyek. Manajer memutuskan berapa lama tiap kegiatan memerlukan waktu dan menghitung berapa banyak orang dan bahan yang diperlukan pada tiap tahap produksi (Prasetya & Lukiastuti, 2009:32) Menurut Prasetya & Lukiastuti (2009:32) satu pendekatan penjadwalan proyek yang popular adalah diagram Gantt. Diagram Gantt adalah diagram perencanan yang digunakan untuk penjadwalan sumber daya dan alokasi waktu. Diagram ini dapat membantu para manajer memastikan bahwa : 1. Semua kegiatan telah direncanakan 2. Urutan kinerjanya telah diperhitungkan 3. Perkiraan waktu kegiatan telah tercatat 4. Keseluruhan waktu proyek telah dibuat Menurut Heizer dan Render (2005:79) diagram gantt memungkinkan manajer mengamati kemajuan tiap kegiatan, untuk mengetahui dan menangani area permasalahan. Pendekatan apapun yang diambil oleh manajer proyek, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 penjadwalan proyek membantu dalam bidang : 1. Memajukan hubungan tiap kegiatan dengan kegiatan lainya dan terhadap keseluruhan proyek. 2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan diantara kegiatan. 3. Menunjukan perkiraan biaya dan waktu yang realitas untuk tiap kegiatan. 4. Membantu penggunaan orang, uang, dan sumber daya bahan dengan mengindentifikasikan hal-hal yang mungkin menghemat suatu proyek pada proyek. 9. Pengendalian Proyek Menurut Prasetya & Lukiastuti (2009:32) pengendalian proyek besar melibatkan pengawasan ketat pada sumber daya, biaya, kualitas dan anggaran. Pengendalian juga menggunaan loop umpan balik untuk merevisi rencana proyek dan pengaturan sumber daya. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan program yang sudah populer seperti Microsoft Project. B. Perencanaan Jaringan Kerja (Network Planning) Ketepatan waktu penyelesaian proyek merupakan salah satu aspek yang dinilai pelanggan. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan memberikan perhatian khusus pada masalah perencanaan dan pengendalian suatu proyek agar dapat mencapai target waktu penyelesaian tanpa mengurangi kualitas pengerjaannya. Dengan perencanaan yang baik, diharapkan waktu penyelesaian proyek dapat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 sesuai dengan target waktu yang diharapkan konsumen. Selain itu, dengan adanya perencanaan yang baik diharapkan proyek dikerjakan dengan biaya yang efisien dan kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengatasi hal ini, diantaranya metode network planning. Metode network planning merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan manajer untuk membantu memutuskan berbagai masalah, khususnya perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek (Dimyati & Nurjaman, 2014:314) Jaringan adalah kerangka dari sistem informasi proyek yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan waktu biaya, dan performansi. Jaringan menggambarkan kegiatan-kegiatan proyek yang harus dilaksanakan, urutan kegiatan yang logis, ketergantungan antar kegiatan dan waktu kegiatan melalui lintasan kritis (Nurhayati, 2010:55). Menururt Nurhayati (2010:56) terdapat bebeapa istilah yang digunakan dalam membangun jaringan kerja, yaitu : a. Kegiatan (Activity), Kegiatan merupakan elemen dari proyek yang membutuhkan waktu pelaksanaan (duration) dan sejumlah sumber tenaga, equipment, material, biaya dan sebagainya. b. Kegiatan Memusat (Merge Activity) Beberapa kegiatan yang berbeda lalu dilanjutkan dengan kegiatan yang sama sehingga disebut kegiatan memusat (lebih dari satu kaitan aliran panah) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 3. Kegiatan Pararel (Parallel Activity) Kegiatan yang dikerjakan pada waktu yang bersamaan. 4. Alur (Path) Alur merupakan suatu urutan koneksi, kegiatan yang terkait. 5. Alur Kritis (Critical Path) Ini berarti alur terpanjang yang terdapat pada jaringan. Jika terdapat suatu kegiatan yang tertunda pada alur, maka proyek juga akan tertunda pada waktu yang sama. 6. Kejadian (Event) Istilah ini berupa suatu titik dan digunakan ketika sebuah kegiatan dimulai atau selesai. Jadi tidak membutuhkan waktu. 7. Kegiatan Memencar (Burst Activity) Kegiatan ini memiliki lebih dari satu kegiatan yang secara bersamaan mengikutinya (lebih dari satu panah yang terkait mengikutinya). Dalam menggambarkan suatu jaringan kerja digunakan beberapa simbol sebagai berikut : 1. Anak panah (arrow) - Menyatakan kegiatan (panjang panah tidak mempunyai arti khusus) - Pangkal dan ujung panah menerangkan kegiatan mulai dan berakhir - Kegiatan harus berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu dengan pemakaian sejumlah sumber (manusia, alat, bahan dan dana) - Pada umumnya kegiatan diberi kode huruf a, b, c dst. Gambar anak panah (arrow) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 2. Simpul (node) - Menyatakan suatu kejadian kejadian atau peristiwa - Kejadian diartikan sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa kegiatan - Umumnya kejadian diberi kode dengan angka 1, 2, 3, dst, yang disebut nomor kejadian. Gambar simpul (node) 3. Anak panah putus-putus - Menyatakan kegiatan semu (dummy) - Dummy sebagai pemberitahuan bahwa terjadi perpindahan satu kejadian ke kejadian lain pada saat yang sama - Dummy tidak memerlukan waktu dan tidak menghabiskan sumber. Gambar anak panah putus‐putus Menurut Nurhayati (2010:60) terdapat delapan aturan umum dalam penyusunan jaringan kerja, yaitu : 1. Aliran jaringan adalah dari kiri ke kanan 2. Suatu kegiatan tidak dapat dimulai sampai seluruh kegiatan pendahulunya selesai 3. Panah pada jaringan mengindikasikan aliran dan harus didahulukan. Panah dapat meyilang 4. Setiap kegiatan seharusnya memiliki nomor identifikasi yang unik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 5. Nomor identifikasi kegiatan pengikut harus lebih besar dari pada kegiatan pendahulunya. 6. Pengulangan (looping) tidak diijinkan (dengan kata lain, daur ulang melalui suatu set kegiatan tidak diperbolehkan). 7. Pernyatan kondisional tidak diijinkan (tipe pernyataan ini tidak boleh muncul:Yang berlaku adalah: Jika berhasil, maka lakukan sesuatu; jika tidak, jangan lakukan apapun). 8. Berdasarkan pengalaman, ketika terdapat banyak kegiatan yang dimulai secara bersamaan, maka suatu node awal yang sudah umum dapat digunakan untuk mengindikasikan suatu permulaan proyek yang jelas pada jaringan. Dengan cara yang sama, sebuah node tunggal pada akhir jaringan, dapat digunakan sebagai indikasi akhir proyek. C. Teknik-Teknik Analisa Jaringan Kerja Teknik-teknik ini umumnya bertujuan untuk menguraikan dan menentukan hubungan-hubungan antara berbagai kegiatan dan berbagai penafsiran waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan dalam rencana proyek secara menyeluruh. Untuk perencanaan dan pengendalian proyek dengan menggunakan metode network dikenal berbagai teknik penjadwalan, contohnya Program Evaluation and Review Technique (PERT) dan Critical Path Method (CPM) (Nurhayati, 2010:57). PERT dan CPM dikembangkan pada tahun 1950-an untuk membantu para manajer membuat penjadwalan, memonitor, dan mengendalikan proyek besar dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 kompleks. CPM muncul terlebih dahulu, di tahun 1957 sebagai alat yang dikembangkann oleh J. E. Kelly dari Remington Rand dan M. R. Walker dari DuPont untuk membantu pembangunan dan pemeliharaan pabrik kimia di DuPont. Secara terpisah, PERT dikembangkan di tahun 1958 oleh Booz, Allen, dan Hamilton untuk U. S. Navy (Angkatan Laut Amerika) (Heizer dan Render, 2005:80). Meskipun PERT dan CPM berbeda pada beberapa hal dalam terminologi dan pada konstruksi jaringan, tujuan mereka sama. Analisis yang digunakan pada kedua teknik ini sangat mirip. Perbedaan utamanya adalah bahwa PERT menggunakan tiga perkiraan waktu untuk tiap kegiatan. Perkiraan waktu ini digunakan untuk menghitung nilai yang diharapkan dan penyimpangan standar untuk kegiatan tersebut. CPM membuat asumsi bahwa waktu kegiatan diketahui pasti, hingga hanya diperlukan satu faktor waktu untuk setiap kegiatan. Jalur kritis adalah jalur waktu terpanjang melalui suatu jaringan (Prasetya & Lukiastuti, 2009:33) Menurut Prasetya & Lukiastuti (2009:33) ada enam langkah dasar yang dilakukan oleh PERT dan CPM, yaitu : a. Mendefenisikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja b. Membangun hubungan antara kegiatan. Memutuskan kegiatan mana yang harus lebih dahulu dan mana yang harus mengikutinya. c. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan d. Menentapkan perkiraan waktu dan/ atau biaya untuk tiap kegiatan e. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 f. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek. 1. Critical Path Method (CPM) Menurut Santoso (2009:87) CPM mengasumsikan bahwa umur proyek bisa dipersingkat dengan penambahan sumberdaya tenaga kerja, peralatan, modal untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Teknik CPM menggambarkan suatu proyek dalam bentuk network dengan komponen aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya. Agar teknik ini dapat diterapkan, suatu proyek harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pekerjaan-pekerjaan dalam proyek harus menandai saat berakhirnya proyek 2. Pekerjaan-pekerjaan dapat dimulai, diakhiri, dan dilaksanakan secara terpisah dalam suatu rangkaian tertentu. 3. Pekerjaan-pekerjaan dapat diatur menurut suatu rangkaian tertentu Selain ciri-ciri yang harus dimiliki oleh proyek tersebut, untuk membuat suatu network dengan benar diperlukan sejumlah aturan. Berikut ini adalah aturan-aturan tersebut : 1. Setiap aktivitas atau pekerjaan ditunjukkan dengan suatu cabang tertentu 2. Antara suatu cabang dengan cabang yang lainnya hanya menunjukkan hubungan antara aktivitas atau pekerjaan yang berbeda http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 3. Bila sejumlah aktivitas berkahir pada suatu kejadian maka kejadian ini tidak dapat dimulai sebelum sejumlah aktivitas yang berkahir pada kejadian ini selesai 4. Aktivitas dummy digunakan untuk menggabungkan dua buah kejadian, bila antara suatu kejadian dan kejadian yang mendahuluinya tidak dihubungkan dengan suatu aktivitas tertentu. Aktivitas dummy ini tidak mempunyai biaya dan waktu. Setiap kejadian diberikan angka, sedangkan setiap aktivitas diberikan tanda huruf munurut kejadian awal dan kejadian yang mengakhirinya Berikut ilustrasi pembuatan network suatu proyek dalam CPM dapat diberikan contoh pada Gambar 2.2 sebagai berikut. Gambar 2.2 Diagram Network CPM Untuk mendapatkan perkiraan waktu penyelesaian yang tercepat atau minimum kita harus mencari critical path (jalur kritis) dalam network. Critical Path dapat diperoleh dengan menentukan rangkaian aktivitas yang terpanjang sejak dari awal sampai ke penyelesaian proyek. Untuk mendapatkan critical path, perlu diketahui waktu paling awal dimulainya setiap aktivitas. Critical Path memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 a. Critical Path merupakan jalur yang memakan waktu terpanjang dalam sebuah proses b. Critical Path adalah jalur yang tidak memiliki tenggang waktu antara waktu selesainya suatu tahap aktivitas dengan waktu mulainya suatu tahap aktivitas yang lain dalam sebuah proses. Menurut Siswanto (2007:27) CPM adalah model manajemen proyek yang mengutamakan biaya sebagai objek yang dianalisis. Persoalan pokok yang menjadi perhatian model ini adalah: 1. Berapa besar biaya untuk menyelesaikan sebuah proyek jika waktu penyelesaiannya normal. 2. Jika waktu penyelesaian suatu proyek harus dipercepat maka berapa besar biayanya dan kegiatan mana yang harus dipercepat agar biaya percepatan total minimum. Dengan demikian, ada dua kondisi yang diobservasi oleh model CPM, yaitu: 1. Kondisi penyelesaian proyek secara normal 2. Kondisi penyelesaian proyek yang dipercepat. Dari dua macam kondisi yang diobservasi itu, model ini menurunkan empat macam parameter, yaitu: 1. Waktu penyelesaian normal atau waktu normal 2. Biaya penyelesaian normal atau biaya normal 3. Waktu penyelesaian yang dipercepat atau waktu cepat 4. Biaya penyelesaian yang dipercepat atau biaya cepat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Jika waktu penyelesaian suatu kegatan normal, maka biaya langsung yang terlibat dalam penyelesaian kegiatan itu dikategorikan sebagai biaya normal, sedangkan jika percepatan terhadap suatu kegiatan dikehendaki maka diperlukan tambahan biaya langsung (Bt) sebagai biaya percepatan. Waktu untuk menyelesaikan kegiaan yang lebih cepat dari waktu normal tersebut dinamakan waktu cepat dan biaya yang berkaitan dengan percepatan kegiatan tersebut dinamakan biaya cepat. Jadi, istilah normal disini semata-mata digunakan untuk membedakan kondisi normal dari kondisi yang tidak normal, yaitu waktu yang lebih cepat atau biaya yang lebih besar. Hubungan dari kedua kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Empat Parameter Model CPM Sumber: Drs. Siswanto M.Sc, “Operations Research, Jilid II”,2007:27 . http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 2. Program Evaluation and Review Technic (PERT) PERT adalah sebuah model Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuat proyek (Siswanto, 2007:4). PERT juga merupakan suatu metode yang bertujuan untuk (semaksimal mungkin) mengurangi adanya penundaan kegiatan (proyek, produksi, dan teknik) maupun rintangan dan perbedaan-perbedaan, mengkoordinasikan dan menyelaraskan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan dan mempercepat selesainya proyek-proyek. Teknik ini merupakan suatu metode untuk menentukan jadwal dan anggaran dari sumbe-sumber, sehingga suatu pekerjaan tertentu dapat diselesaikan tepat pada waktunya (Nurhayati, 2010:57). PERT memiliki asumsi bahwa proyek yang akan dilaksanakan adalah baru, tidak ada contoh sebelumnya. Berdasarkan atas asumsi itu, maka orientasi dari metode PERT adalah mengoptimalkan waktu penyelesaian proyek dan belum menekankan soal minimisasi biaya. Oleh karena belum ada pengalaman sebelumnya, maka waktu penyelesaian pekerjaan tertentu yang ada dalam proyek bersifat probabilistik. PERT mencoba mengestimasi waktu aktivitas ini dengan formula. Bahkan, PERT juga mencoba mencari suatu ukuran tentang variabilitas waktu penyelesaian paling awal. PERT menggunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan (Jay Heizer & Barry Render, 2005:94): http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 1. Waktu Optimis (Optimistic time) (a), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal berlangsung sesuai rencana. 2. Waktu Pesimis (Pessimistic time) (b), yaitu waktu yang dibutuhkan sebuah kegiatan dengan asumsi kondisi yang ada sangat tidak diharapkan. 3. Waktu Realistis (Most likely time) (m), yaitu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah kegiatan yang paling realistis. PERT “menimbang” ketiga perkiraan waktu ini untuk mendapatkan waktu kegiatan yang diharapkan (expected time) dengan rumusan : Waktu Optimis + (4 x Waktu Perkiraan Paling Mungkin) + Waktu Pesimis 6 Keterbatasan dan kelemahan diagram PERT secara umum adalah bahwa perkiraan atas waktu yang dibutuhkan bagi masing-masing kegiatan bersifat subyektif dan tergantung pada asumsi. Sehingga secara umum PERT cenderung terlalu optimis dalam menetapkan waktu penyelesaian sebuah proyek. Berikut ilustrasi pembuatan network suatu proyek dalam PERT dapat diberikan contoh pada Gambar 2.4 sebagai berikut. Gambar 2.4 Diagram Network PERT http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Diagram network pada Gambar 2.4 ini menunjukkan rangkaian kejadian untuk aktivitas A, B, dan C, di mana penyelesaian aktivitas A merupakan saat dimulainya aktivitas B dan C. Dalam diagram network ini setiap aktivitas harus dimulai pada suatu kejadian di mana aktivitas sebelumnya berakhir. Sebagai contoh, pada gambar diatas, aktivitas A dimulai pada kejadian 1. Akan tetapi, karena kejadian 1 merupakan awal dari seluruh aktivitas dalam network, maka tidak ada aktivitas yang mendahuluinya. D. Diagram Jaringan Kerja dan Pendakatan Menurut Heizer dan Render (2005:81) langkah pertama dalam jaringan PERT dan CPM adalah membagi keselurahan proyek menjadi kegiatan-kegiatan yang berarti menurut stuktur pecahen kerja. Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek yaitu kegiatan pada titik (Activity On Node – AON) dan kegiatan pada panah (Activity on Arrow – AOA). Pada konvensi AON, titik menunjukkan kegiatan. Pada AOA panah menunjukkan kegiatan. Kegiatan memerlukan waktu dan sumber daya. Perbedaan mendasar antara AON dan AOA adalah bahwa titik pada diagram AON mewakili kegiatan. Pada jaringan AOA titik mewakili waktu mulai dan selesainya suatu kegiatan dan juga disebut kejadian. Artinya titik pada AOA tidak memerlukan waktu maupun suber daya. Pada praktiknya, metode AON lebih banyak mendominasi pelaksanaan proyek. Ketersediaan yang luas dari computer dan program grafis telah mendorong penggunaan metode kegiatan pada node (AON). Metode ini sering disebut diagram precedence. (Nurhayati, 2010:58). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Dalam penggambaran diagram jaringan, CPM menggunkan AOA (Activity On Arrow), yang akan menggunakan anak panah sebagai simbol dari kegiatan. Sedangkan PERT menggunakan pendekatan AON (Activity On Node), yang menggunakan lingkaran (node) sebagai simbol kegiatan. Pertimbangannya disebabkan karena PERT hanya mempertimbangkan waktu penyelesaian saja, sedangkan CPM menganalisis waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. Gambar 2.5 Perbandingan Penggunaan AOA dan AON http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 E. Jalur Kritis Jaringan kerja berisikan gambaran grafis dari kegiatan proyek secara berurutan dan berkaitan. Informasi ini sangat berguna untuk mengelola proyek. Bagaimanapun, perkiraan durasi setiap kegiatan akan lebih meningkat nilai jaringan. Perkiraan dibuat berdasarkan pengalaman, teori dan perhitungan mengenai jangka waktu penyelesaian tiap kegiatan, kemudian ditentukan kapan waktu terjadinya tiap-tiap kejadian dari permulaan sampai berakhirnya proyek tersebut sesuai dengan jaringan pekerjaan yang telah ditetapkan. Dapat dilihat bahwa terdapat sebuah atau lebih lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada jaringan kerja. Hal ini akan menentukan jangka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. (Nurhayati, 2010:59). Lintasan terpanjang yang menentukan waktu penyelesaian proyek disebut lintasan kritis. Disamping lintasan kritis terdapat lintasan-lintasan yang lain (non kritis) yang mempunyai lintasan (jangka waktu) yang lebih singkat bila dibandingkan dengan lintasan kritis sehingga lintasan non-kritis mempunyai waktu untuk bisa terlambat (slack atau float). Sebagaimana disebutkan sebelumnya, jalur kritis atau lintasan kritis adalah jalur atau lintasan waktu terpanjang yang melalui jaringan. Untuk mengetahui jalur kritis, kita menghitung dua waktu awal dan akhir untuk setiap kegiatan. Hal ini didefinisikan sebagai berikut (Heizer & Render, 2005:87): 1. Mulai terdahulu (Earliest Start - ES) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua pendahuluan sudah selesai. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 2. Selesai terdahulu (Earliest Start - EF) adalah waktu terdahulu suatu kegiatan dapat selesai. 3. Mulai terakhir (Latest Start – LS) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. 4. Selesai terakhir (Latest Finish - LF) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. Untuk menentukan jadwal proyek menggunakan proses two pass yaitu forward pass dan backward pass, untuk menentukan jadwal waktu untuk tiap kegiatan. ES dan EF ditentukan selama forward pass. LS dan LF ditentukan selama backward pass (Heizer & Render, 2010:88): 1. Forward Pass ES = Max (EF semua pendahulu langsung) EF = ES + Waktu kegiatan 2. Backward Pass LF = Min (LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya) LS = LF – Waktu Kegiatan Setelah menghitung waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua kegiatan, maka untuk menemukan jumlah waktu slack (slack time), atau waktu bebas, yang dimiliki oleh setiap kegiatan menjadi mudah. Slack = LS – ES atau Slack = LF - EF http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Kegiatan dengan slack = 0 disebut sebagai kegiatan kritis (critical activies) dan berada pada jalur kritis. Jalur kritis adalah (critical path) adalah jalur tidak terputus melalui jaringan proyek yang (Heizer & Render, 2005:92): 1. Mulai pada kegiatan pertama proyek 2. Berhenti ada kegiatan pertama proyek 3. Terdiri dari hanya kegiatan kritis (yaitu kegiatan yang tidak mempunyai waktu slack). F. Trade Off Biaya-Waktu dan Crashing Proyek Dalam pelaksanaan sebuah proyek, ada beberapa alasan yang dapat menjadi dasar untuk melakukan pengurangan durasi waktu dari sebuah proyek, salah satunya adalah imposed project duration date (tanggal waktu proyek yang terbebani) yaitu adanya pernyataan dari manajer atau pimpinan perusahaan kepada banyak personil bahwa proyek yang sedang dilaksanakan oleh timnya akan selesai pada suatu waktu yang tertentu namun tidak mempertimbangkan masalah-malasah ataupun biaya-biaya yang akan ditemui dalam usaha memenuhi tanggal batas penyelesaian tersebut. Hal ini karena pernyataan tersebut dikeluarkan pada saat proyek masih dalam tahap konseptual atau tanpa adanya jadwal yang lengkap dari semua kegiatan proyek, sehingga mengakibatkan peningkatan biaya proyek yang cukup tinggi dan implikasi pada kualitas proyek yang dijalankan (Nurhayati, 2010:84) Ketika mengelola suatu proyek, lazim bagi seorang manajer proyek menghadapi salah satu atau kedua situasi berikut; 1. Proyek tertingal dari jadwal http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 2. Waktu penyelesaian proyek yang sudah di jadwalkan di majukan Dalam situasi manapun ,beberapa atau semua kegiatan yang ada harus dipercepat untuk menyelesaikan proyek pada batas waktu yang diinginkan. Proses dimana kita memperpendek jangka waktu proyek dengan biaya terendah yang mungkin disebut sebagai crashing proyek. Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya. CPM merupakan teknik penentu dimana setiap kegiatan mempunyai dua jenis waktu, yaitu: 1. Waktu normal atau waktu standar yang kita gunakan dalam perhitungan waktu terdahulu dan waktu terakhir. Berkaitan dengan waktu normal ini adalah biaya normal kegiatan. 2. Waktu crash yang didefinisikan sebagai jangka waktu terpendek yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebauh kegiatan. Seberapa banyak kegiatan bisa diperpendek (perbedaan waktu normal dengan waktu crash) bergantung pada kegiatan dalam pertanyaan. Kita mungkin tidak bisa membedekan beberapa kegiatan sama sekali. Demikian pula crashing sebuah kegiatan begantung pada sifat kegiatan tersebut. Para manager lebih menyukai mempercepat sebuah proyek dengan biaya tambahan yang paling sedikit. Menurut Heizer & Render (2010:101) crashing sebuah proyek melibatkan empat langkah sebagai berikut: 1. Hitung biaya crash per minggu (atau satuan waktu lain) untuk setiap kegiatan dalam jaringan. Jika biaya crash linier menurut waktu, maka rumus berikut dapat dipergunakan: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 Biaya crash per periode = (Biaya crash – Biaya normal) (Waktu normal – Waktu crash) 2. Dengan menggunakan waktu kegiatan sekarang, temukan jalur kritis pada jaringan proyek. Kenali kegiatan kritis. 3. Jika hanya ada satu jalur kritis, pilihlah kegiatan pada jalur kritis ini yang (a) masih bisa dilakukan crash dan (b) mempunyai biaya crash terkecil per periode. Kegiatan crash ini satu periode. Jika terdapat lebih dari satu jalur kritis, maka pilih satu kegiatan dari setiap jalur kritis sedemikian rupa sehingga (a) setiap kegiatan yang dipilih masih bisa dilakukan crash dan (b) biaya crash total per periode dari semua kegiatan dengan satu periode. Perhatikan bahwa kegiatan yang sama mungkin terjadi pada lebih dari satu jalur kritis. 4. Perbarui semua waktu kegiatan. Jika batas waktu yang diinginkan telah tercapai berhenti. Jika tidak, kembali ke langkah 2. G. Kurva Kemajuan Pekerjaan “Kurva S” Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah dapat diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek (Husen, 2009:152). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertical terhadap waktu pada sumbu horizontal. Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaanya dipakai untuk mengetahui kemajuan proyek tersebut. kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Pembandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan (Luthan & Syafriandi, 2006). Adapun fungsi kurva S adalah sebagai berikut: 1. Menentukan waktu penyelesaian proyek 2. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek 3. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek 4. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan dipakai. Dengan bantuan kurva S ini, maka dapat diketahui kemajuan dari pada kegiatan yang dilakukan adalah tepat waktu, lambat maupun lebih dari waktu rencana dengan membandingkan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan nantinya. H. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan atas adanya kejadian yang telah terjadi sebelumnya, diantaranya: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Nama Penulis Tahun Judul Penelitian Keterangan Noval Antuli 2014 Optimalisasi Penjadwalan Proyek Revitalisasi Gedung BPS Kota Gorontalo dengan Menggunakan Metode CPM dan PDM Denny Permana 2015 Analisa Penjadwalan Waktu Proyek Contruction Civil Foundation Alfa Mart Dengan Critical Path Method (CPM) Muhamad Kasroniyanto 2015 Analisis Perbaikan Penjadwalan Proyek Konstruksi Satu Unit Cluster Aristoteles Dua Lantai Dengan Critical Path Methode (CPM) Pada Proyek CV. Putri Tunggal Penelitian tersebut dilakukan untuk mengatasi keterlambatan waktu dan kenaikan biaya proyek, maka dilakukan Crash Program dengan penambahan jumlah tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan durasi optimal proyek adalah 164 hari kerja dengan efisiensi waktu 11.67% dan total biaya sebesar Rp. 1.374.440.709 dengan efisiensi biaya 0,83% sehingga diperoleh penghematan biaya sebesar Rp. 11.505.000 Tujuan penelitian ini adalah untuk mempercepat proses penyampaian informasi yang diinginkan, dan membuat data proyek menjadi terintegrasi sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisien dalam pengolahan data proyek. Metode jalur kritis membuat durasi pekerjaan menjadi lebih cepat dari sebelumnya karena aktivitas pekerjaan diurutkan dan dirangkai menjadi sebuah network atau jaringan kerja yang tidak boleh mengalami penundaan yang berakibat penundaan proyek secara keseluruhan. Menganalisis Penjadwalan proyek yang telah di buat untuk mencapai percepatan waktu pada 3 kegiatan lintasan kritis yang mencakup 14 aktifitas kegiatan proyek yang aktivitasnya termasuk dalam aktivitas lintasan kritis. Perbedaan waktu pengerjaan proyek pada saat kondisi awal dan kondisi percepatan adalah 34 hari. Pada percepatan anggaran biaya yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Dian Alfianto 2012 Evaluasi Penjadwalan Proyek dengan Menggunakan Metode CPM dan Analisis Kurva “S” pada Proyek Studi Detail Desain Pantai Les Tejakula di Kab Baleleng Bali Rian Teknika 2014 Evaluasi Pengendalian Waktu dan Biaya Menggunakan Metode PERT Pada Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan di Desa Pengkol Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali I. dikeluarkan sebesar Rp. 993.135.294,- dari harga normal sebesar Rp. 983.776.001,dengan turun 1% dari waktu percepatan. Penelitian tersebut pada proyek studi pengembangan pemanfaatan mata air mateum terhambat kegiatan agama selama 2 minggu (14 hari) dari waktu sebenarnya yaitu 135 hari menjadi 149 hari dengan pertambahan biaya sebesar Rp. 68.910.000,- dari biaya normal sebesar Rp. 498.480.000.menjadi Rp.567.390.000. (sumber: bagian staf keuangan PT. GAHARU SEMPANA). Penelitian tersebut menganalisis waktu dan biaya dalam mencapai biaya yang optimal dalam pelaksanaan pembangunan jembatan, penelitiam ini melakukan Penjadwalan Ulang (Rescheduling) didapatkan hasil adalah kemajuan proyek dikategorikan baik sesuai desain kurva S, karena waktu pelaksanaan tidak melebihi waktu pelaksanaan sesuai kontrak: Biaya Normal Rp311.614.402,87 Waktu Normal 49 hari (7 Minggu). Waktu Kritis 37 hari. Dan di hitung dengan program Microsoft Excel di ketahui Biaya Kritis Rp318.839.892,24 Rerangka Pemikiran Suatu hasil merupakan akibat dari suatu proses dan apabila hasil tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka ada yang salah dalam melakukan proses tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kajian untuk meneliti apa yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 menjadi penyebab terjadinya masalah tersebut. Proses tahapan inilah yang menjadi pola berpikir penulis dalam penelitian ini. Lalu, apabila kita menyadari bahwa ada suatu masalah dalam proses yang dilakukan maka akan muncul dugaan-dugaan sementara penyebab masalah tersebut yang dianggap relevan. Lemova juga mengalami ketidak-sesuaian dalam pelaksanaan proyek terutama dalam perencanaan dan penjadwalan yang sering kali mengalami keterlambatan, sehingga diperlukannya evaluasi proyek yang bertujuan untuk menganalisa suatu proyek, baik proyek yang akan dilaksanakan, sedang dan selesai dilaksanakan untuk bahan perbaikan dan penilaian pelaksanaan suatu proyek. Berdasarkan uraian di atas dikembangkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Perencanaan Proyek Survey Tidak Proyek Ya Penjadwalan Proyek Jaringan Kerja Kurva S Pelaksanaan Proyek Evaluasi Proyek Dasar tindakan koreksi bagi proyek sejenis dimasa yang akan datang http://digilib.mercubuana.ac.id/