BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebanyakan orang beranggapan bahwa air liur atau saliva tidak mempunyai arti apa-apa dan ia sering dilihat sebagai suatu benda yang menjijikkan. Sebaliknya tanpa kita sadari, akhir-akhir ini, cairan di dalam rongga mulut ini bukan saja penting untuk pencernaan makanan tetapi juga dapat memberi informasi tentang kondisi tubuh dan digunakan secara meluas untuk mendiagnosa penyakit lokal dan sistemik.¹ Dalam keadaan normal, mukosa mulut selalu dibasahi oleh saliva. Hal ini merupakan faktor penting karena bila tidak dibasahi saliva akan menyebabkan masalah bau mulut, kesukaran berbicara, mengunyah, menelan, rasa sakit pada lidah dan penyakit tubuh secara keseluruhan.2 Saliva berperan penting dalam melindungi gigi dan selaput lunak di dalam rongga mulut melalui sistem buffer sehingga makanan yang terlalu asam misalnya dapat dinetralkan kembali keasamannya dan juga segala macam bakteri baik yang aerob (hidup dengan adanya udara) maupun bakteri anaerob (hidup tanpa udara) dijaga keseimbangannya.3 Saliva juga mempunyai antigen dan antibodi yang berfungsi melawan kuman dan virus yang masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh tidak akan mudah terserang penyakit.2,3 Kadar aliran saliva dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan penyakit. Peningkatan dan pengurangan aliran saliva dapat memberi efek pada kesehatan rongga mulut dan kesehatan organ tubuh yang lain. Pengurangan volume saliva Universitas Sumatera Utara dapat menyebabkan xerostomia, susah menelan, iritasi dan kekeringan pada mukosa mulut serta angular cheilitis. 4 Akhir-akhir ini, pemeriksaan terhadap komponen multifaktorial, volume, dan viskositas dalam saliva sangat berguna karena dapat memberikan petunjuk terjadinya penyakit atau kondisi sistemik dan lokal.5,6 Beberapa petunjuk atau juga dikenal sebagai “Biomaker” yang terdapat dalam saliva sering digunakan untuk mendiagnosa. 9 Beberapa komponen tertentu seperti kalikrein, faktor pertumbuhan epidermal, dan p53 diperkirakan sebagai penanda tumor dalam keganasan pada payudara, ovarium, paru-paru, usus besar, dan rongga mulut.5,6,7 Antibodi yang ada di dalam saliva dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit-penyakit seperti HIV dan Epstein-barr 10 Kegunaan saliva dalam bidang kedokteran gigi yaitu untuk mendiagnosa penyakit kelenjar saliva, karies, penyakit periodontal, tes HIV, dan tumor dalam rongga mulut.2,6,8 Pemeriksaan menggunakan saliva sebagai alat diagnostik membuka jalan bagi berbagai pengujian dan penelitian klinis karena manafaatnya dalam mendeteksi dan mendiagnosa sesuatu penyakit sedini mungkin agar dapat segera diatasi sebelum penyakit menjadi lebih parah. 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka timbul permasalahan: 1. Apa saja komponen saliva yang dapat digunakan untuk mendiagnosa? 2. Apa saja kelebihan pemeriksaan saliva dibandingkan teknik lain? Universitas Sumatera Utara 1.3 Tujuan Penulisan 1. untuk mengetahui kelebihan pemeriksaan saliva dibandingkan teknik lain. 2. untuk mengetahui komponen di dalam saliva yang digunakan untuk mendiagnosa. 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan ini adalah: 1. Sebagai usaha dalam mendiagnosa penyakit sedini mungkin dengan cara non invasive dan menghemat waktu dan biaya. 2. Sebagai informasi, publikasi, dan bahan acuan bagi dokter gigi untuk mendiagnosa penyakit-penyakit yang bisa dideteksi melalui saliva. 3. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut fungsi saliva untuk mendeteksi penyakit-penyakit yang lain. 4. Sebagai usaha dalam memotivasi peningkatan pelayanan kesehatan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Indonesia Sehat 2010. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penulisan skripsi ini yaitu membahas kelenjar saliva, komposisi, fungsi, dan peranan saliva sebagi media diagnosa untuk mendiagnosa penyakit oral dan sistemik. Selain itu, penulisan ini juga menjelaskan biomakerbiomaker saliva, penyakit-penyakit yang dapat dideteksi melalui saliva dan kelebihan pemeriksaan menggunakan saliva dibandingkan pemeriksaan menggunakan darah dan urin. Universitas Sumatera Utara