BAB II KAJIAN PUSTAKA

advertisement
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya
Adapun penelitian yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan penelitian
ini adalah sebagai berikut.
Damayanti (2005) dalam skripsinya meneliti tentang penerjemahan kata
hanya ke dalam bahasa Jepang. Untuk menganalisis data, digunakan teori
terjemahan dari Yusuf (1994) dan didukung oleh teori-teori lainnya. Dari data
yang berhasil diperoleh terdapat kata hanya yang merupakan adverbia yang
menyatakan limitatif dan konjungsi yang menyatakan pertentangan. Dari hasil
analisis makna kata hanya yang merupakan adverbia limitatif dapat diterjemahkan
dengan だ け 、し か ~な い 、 ばか り 、の み 、さえ 、~ に すぎな い , 限り 、 dan た だ ,
sedangkan kata hanya yang merupakan konjungsi pertentangan diterjemahkan
dengan
ただ、しかし、だが、けれど、dan でも.
Pradhana (2010) dalam skripsinya meneliti tentang penggunaan partikel to,
ya, dan ka dalam kalimat bahasa Jepang. Untuk menganalisis data, digunakan
teori utama dari Naoko Chino.
Dari proses penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa partikel to
berfungsi menghubungkan dua atau tiga buah nomina yang sejenis, partikel to
memiliki dua makna yaitu menghubungkan benda satu dengan lainnya dan
menunjukkan perbandingan. Fungsi partikel ya dipakai setelah nomina dan
nomina lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Makna partikel ya adalah
10
untuk menunjukkan suatu jumlah benda yang tak tertentu di samping benda-benda
yang ada. Fungsi partikel ka adalah menggabungkan dua dan/atau lebih nomina
pilihan. Makna partikel ka adalah untuk menggabungkan dua kata, dua ungkapan,
atau dua bagian kalimat (atau lebih) untuk menyatakan pilihan.
Perbedaan penggunaan partikel to dan ya adalah partikel to dipakai untuk
menghubungkan dua atau tiga buah nomina yang sejenis. Sebaliknya ya dipakai
untuk menghubungkan benda-benda sebagai contoh dari jumlah yang ada.
Perbedaan penggunaan partikel to dan ka adalah bahwa partikel to menyebutkan
hal-hal yang sudah pasti. Sebaliknya partikel ka menunjukkan pilihan, keraguraguan, dan ketidakpastian. Perbedaan penggunaan partikel ya dan ka adalah
bahwa partikel ka bersifat memilih tetapi partikel ya dapat dilihat dari
penjabarannya yang tidak lengkap artinya masih ada hal-hal yang belum
disebutkan dalam kalimat. Partikel ya terkadang bisa menggantikan partikel ka
dalam sebuah konteks kalimat. Partikel ya pada kalimat tersebut memiliki makna
“pilihan” atau “kedua-duanya”.
Witaningsih (2010) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan partikel
Ni dan De sebagai penunjuk tempat dalam Novel Itachi Yokochou Wa Oosawagi
karya Miyashita Zenji”. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori
mengenai fungsi partikel de dan fungsi partikel ni serta teori makna gramatikal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan data yang diperoleh,
jenis nomina yang mendahului partikel ni yaitu futsuu meishi bagian gutaitekina
mono, futsuu meishi bagian uchi ya houngaku o shimesu mono, shiji daimeishi
bagian basho ni kansuru mono dan shiji daimeshi bagian jibutsu ni kansuru mono.
11
Jenis nomina yang mendahului partikel de adalah futsuu meishi bagian gutaitekina
mono, dan futsuu meishi bagian ichi ya hougaku o shimesu mono.
Verba yang mengikuti partikel ni adalah verba aru yang menyatakan suatu
eksistensi/keberadaan
benda,
verba
iru
yang
menyatakan
suatu
eksistensi/keberadaan orang. Verba selain aru dan iru memfokuskan pada lokasi
seseorang pada waktu kejadian berlangsung tanpa memperhatikan kegiatan yang
dilakukan. Verba lainnya yang umunya mengikuti partikel ni adalah iku, hairu,
ukabu, tateru, tsuku, dan tatsu. Verba yang mengikuti partikel de adalah
menyatakan suatu tindakan/aksi.
Perbedaan fungsi partikel de dan partikel ni berdasarkan hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa partikel ni menyatakan lokasi keberadaan seseorang atau
sesuatu di suatu tempat, menyatakan tempat abstrak yang dilihat dari verbanya,
tempat tujuan, tempat kedatangan, perpindahan ke arah suatu tempat, dan tempat
keberadaan milik seseorang. Partikel de berfungsi untuk menyatakan tempat
dilakukannya suatu aktifitas. Makna gramatikal partikel ni pada sumber data yng
diperoleh adalah ‘di’ dan ‘ke’ dan makna gramatikal partikel de adalah ‘di’.
Penelitian yang dilakukan ini menganalisis tentang penggabungan fukujoshi
{dake} dan {shika} dengan kelas kata lain serta fungsi dan makna dari fukujoshi
{dake} dan {shika} dalam novel 500g De Umareta Musume E Karya Michiyo
Inoue. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Chino
(1996), Tsujimura (1996), Sudjianto (1999), Sutedi (2003), dan Chandra (2009).
Dari proses penelitian tersebut dapat dimbil kesimpulan bahwa {dake} dan
{shika} dapat digabungkan dengan nomina, verba, dan adjektiva. Fukujoshi
{dake} pada proses penggabungan dengan nomina, verba, dan adjektiva dalam
12
bentuk futsuu-kei. Fukujoshi {shika} pada proses penggabungan dengan nomina
dan verba dalam bentuk futsuu-kei dan selalu diikuti oleh bentuk negatif. Pada
adjektiva ~i, pada proses penggabungan dengan {shika} mengalami proses
konjugasi pada i di akhir kata menjadi ~ku kemudian mengalami perubahan
menjadi ~sa dan ditambah shika yang kemudian diikuti oleh bentuk negatif.
Fungsi fukujoshi {dake} dalam penelitian ini adalah untuk menyatakan
adanya suatu keterbatasan jumlah benda atau orang, untuk menyatakan tidak
adanya keterbatasan jumlah suatu benda, orang/suatu aktivitas/keadaan, untuk
menyatakan derajat, ukuran, tingkatan atau taraf-taraf dalam proses tertentu.
Fungsi fukujoshi {shika} dalam penelitian ini adalah untuk menunjukkan
bahwa tidak ada yang lain kecuali jumlah tertentu, untuk menunjukkan batas suatu
perbuatan, untuk menyatakan suatu kegiatan yang dilakukan terbatas oleh satu
subjek, untuk menunjukkan batasan lokasi, resiprokal, titik akhir, dan untuk
menunjukkan pembatasan jumlah.
Makna gramatikal yang terdapat pada kalimat yang menggunakan {dake}
dan {shika} adalah “hanya”. Akan tetapi {dake} bisa diikuti oleh bentuk positif
dan negatif, sedangkan {shika} hanya bisa diikuti oleh bentuk negatif saja.
2.2
Konsep
Konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
2.2.1 Kata
13
Keraf dalam Tata Bahasa Indonesia (1984:53) menjelaskan bahwa kata
adalah kesatuan terkecil yang diperoleh sesudah suatu kalimat itu dibagi atas
bagian-bagian yang mengandung suatu ide.
Menurut Ogawa dalam bukunya Nihongo no Kyoiku Jiten (1982:92) bahwa:
語は「意味を有する言語の単位の一種であって文節を構成するもので
ある」
go wa (imi o yuu suru gengo no tani no isyuu de atte bunsetsu o
kousei suru mono de aru)
Kata adalah semacam satuan bahasa yang memiliki arti, ada pula
yang membentuk klausa.
Yamada dalam Nihon Bunpou Kauza (1973:716) menyatakan bahwa
tango atau kata adalah :
言語単位の一つ。文や文節より小さい単位で、文節を構成する有意
義の要素として抽象される。
Gengo tan I no hitotsu. Bun ya bunsetsu yori chiisai tan i de,
bunsetsu o kousei suru yuuigi no youso toshite chusyou sareru.
Satu satuan bahasa. Satuan yang lebih kecil dari kalimat dan klausa,
diabstraksikan sebagai unsur yang lebih penting dalam membentuk
kalimat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kata adalah kesatuan
terkecil dari kalimat yang memiliki arti, merupakan unsur yang penting
dalam membentuk klausa.
2.2.2 Kategori Kata dalam Bahasa Jepang
Menurut Iori dalam bukunya Nihongo Bunpo Handobukku (2000: 340347), kelas kata dibagi menjadi :
1.
Dōshi
14
Dōshi atau verba adalah kata yang diakhiri dengan bentuk kamus
(u, ku, su, bu, dll), dapat berkonjugasi, kebanyakan menunjukkan
perbuatan subjek pelaku, ada pula yang menunjukkan keadaan pelaku
saperti aru, iru.
2. Meishi
Meishi atau nomina yaitu kata yang menunjukkan peristiwa, orang,
dan benda, tidak berkonjugasi, dan memiliki keistimewaan yaitu
diikuti partikel.
3. Keiyoshi
Keiyoshi
atau adjektiva
yaitu kata
yang berdiri
sendiri,
berkonjugasi, terletak sebeum kata nomina, verba, dan dapat menjadi
yougen yaitu kata yang menjadi predikat. Terbagi menjadi dua yaitu ikeiyoshi dan na-keiyoshi. I-keiyoshi yaitu adjektiva yang berakhiran –i
dan na keiyoshi yaitu adjektiva yang berakhiran –na.
4. Fukushi
Fukushi atau adverbia yaitu kata yang menerangkan verba,
adjektiva, dan adverbia lainnya, tidak berkonjugasi, berfungsi
menerangkan perasaan pembicara, batasan, keadaan atau situasi, serta
perbuatan.
5.
Setsuzokushi
15
Setsuzokushi atau kata penghubung yaitu kata yang berfungsi
menyambungkan kata, frase, dan kalimat, tidak berkonjugasi, dan
dapat berdiri sendiri.
6. Joshi
Joshi atau partikel yaitu kata yang tidak dapat berdiri sendiri, tidak
berkonjugasi, disambung dengan verba, nomina, atau kata yang
lainnya. Terbagi dalam kakujoshi atau joshi yang menerangkan
hubungan predikat dengan nomina seperti wa dan ga, heiretsu joshi
yaitu joshi yang dilekatkan diantara nomina dengan nomina seperti to,
ya, dan ka, sujoshi yaitu joshi yang diletakkan di akhir kalimat,
biasanya menerangkan gaya pembicara terhadap pendengar dan
peristiwa saperti ne, na, yo, dan sebagainya; toritate joshi yaitu joshi
yang menerangkan perasaan pembicara. Terdiri atas fukujoshi dan
keijoshi; setsujoshi yaitu sebagai bentuk konjugasi dari verba seperti te
dan tari.
7. Jenis lain
Suujoshi yaitu kata bilangan, hōjodoshi yaitu kata kerja bantu,
kandōshi yaitu kata seru, jodoshi yaitu kata bantu.
2.2.3 Kalimat
Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (2002: 494) dinyatakan
bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri
16
atas klausa. Chaer (2007: 240) juga berpendapat kalimat adalah susunan
kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap.
2.2.5 {Dake}
Dake dalam bahasa jepang termasuk ke dalam partikel, khususnya
fukujoshi yaitu partikel yang dapat menambah arti kata lain yang ada
sebelumnya dan memiliki peran yang hampir sama dengan fukushi
(adverbia) yaitu untuk menghubungkan kata-kata yang ada sebelumnya
dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Dalam bahasa
Indonesia, partikel dake umum diterjemahkan sebagai kata ‘hanya’.
2.2.6 {Shika}
Shika biasanya diikuti dengan bentuk sangkal atau negatif (nai).
Pemakaian shika menerangkan perasaan pembicara, yaitu perasaan tidak
cukup, tidak hanya itu saja kurang, akibat dibatasinya benda dan bilangan.
Pada dake ungkapan dapat berupa penegasan, dapat pula berupa
penyangkalan, tetapi pada shika hanya diikuti oleh bentuk penyangkalan.
2.3
Landasan Teori
Dalam suatu kegiatan ilmiah, teori merupakan acuan dalam melakukan suatu
penelitian. Penelitian yang mengambil data dari novel 500 g umareta musume e
karya Michiyo Inoue ini memakai tiga teori pada tahap analisis. Pertama,
pembentukan kata oleh Tsujimura (1996). Tsujimura mengungkapkan bahwa ada
17
lima proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang yaitu afiksasi, komposisi,
reduplikasi, penyingkatan, dan peminjaman.
Tsujimura (1966: 149) mengatakan bahwa afiksasi yaitu proses yang umum
dalam pembentukan kata dan dilakukan dengan menempatkan morfem prefiks
atau sufiks pada bentuk dasar. Afiksasi dalam bahasa Jepang hanya ada dua, yaitu
penambahan awalan atau prefiks dan menempatkan akhiran atau sufiks pada
bentuk dasar.
Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1989) juga menambahkan pembentukan
partikel dake sebagai berikut.
1) When dake modifies a preceding noun, as in Exs. a, b, c, and d, the
particle that is used with the noun can be positioned before or after dake,
except for the particle ga, o and wa, which can be optionally used only
after dake.
Ketika dake memodifikasi kata benda yang mendahuluinya, seperti pada
contoh. a, b, c, dan d, partikel yang digunakan dengan kata benda yang
dapat diletakkan sebelum atau sesudah dake, kecuali untuk partikel o, ga,
dan wa, yang secara optional dapat digunakan hanya setelah dake.
Contoh :
a) 砂糖さん
だけ (が)
会議 に
出ました。
Sato san
dake
(ga)
kaigi
ni
demashita.
Nama orang hanya (NOM) rapat pada keluar-bentuk lampau
‘Hanya saudara Sato yang keluar dari rapat’
b) 小さい 和英辞典
だけ (を) 買いました。
Chisai waeijiten
dake (o)
kaimashita.
Kecil kamus Jepang-Inggris hanya (AKU) membeli-bentuk lampau
‘Saya hanya membeli kamus Jepang-Inggris yang kecil’.
c) 僕
に
Boku ni
だけ/
dake/
だけ
dake
に
話して
ni
hanashite
下さい。
kudasai.
18
Saya pada
hanya/
hanya Dat berbicara-bentuk sedang silahkan
‘Hanya pada saya/ silahkan berbicara saja’.
d) この 車
はア ルコール だけ/ だけ で
動きます。
Kono kuruma wa
arukoru dake/ dake de
ugokimasu.
Ini
mobil
TOP alkohol
hanya/ hanya pada bergerak
‘Mobil ini alkohol saja/hanya bergerak’
2) dake is used in :
~ V/ Adj (i) inf
+ dake {da/desu}
~ Adj (na) stem {na/data}
+ dake {da/desu}
Dake modifies the entire preceding part and means '~, that's all.'
Jika dake digunakan dalam:
~ {V / Adj (i) inf
+ dake {da / desu}
~{Adj (na) stem {Adj na / Datta} + dake {da / desu}
Dake memodifikasi seluruh bagian yang mendahuluinya dan
bermakna '~, itu saja”
Contoh:
a) 魚
Sakana
Ikan
だけ
dake
hanya
「を」 たべた。
(o)
tabeta.
AKU makan-bentuk lampau
‘Saya hanya makan ikan’
b) 魚 を 食べた
だけ だ。
Sakana o
tabeta
dake
Ikan
AKU makan-bentuk lampau hanya
da.
KOP
‘Saya makan ikan, itu saja’
Pada kalimat (a) dake hanya memodifikasi kata benda yang
mendahuluinya yaitu ‘ikan’, sedangkan pada kalimat (b) dake
memodifikasi seluruh bagian kalimat yang mendahuluinya yaitu ‘aku
makan ikan’
19
Teori kedua yang digunakan yang digunakan pada penelitian ini adalah teori
tentang fungsi fukujoshi {dake} dan {shika} menurut Chino (1996), Sudjianto
(1999), dan Chandra (2009). Mereka mengungkapkan fungsi fukujoshi {dake} dan
{shika} adalah sebagai berikut.
1. Menurut (Chino, 1996; Sudjianto, 1999; Chandra, 2009) partikel dake
mempunyai fungsi sebagai berikut.
1) Dipakai untuk menyatakan adanya keterbatasan jumlah benda, orang,
dan sebagainya dan dapat menyatakan adanya keterbatasan suatu
aktifitas/keadaan.
2) Dapat ditambah kata denaku atau dewanaku. Kata denaku atau dake
dewanaku ini biasanya diapit oleh kata/ungkapan yang setara. Partikel
ini berfungsi untuk menyatakan tidak adanya keterbatasan jumlah
suatu benda, orang, atau suatu aktifitas/keadaan.
3) Dapat dipakai untuk menyatakan derajat, ukuran, tingkatan, atau taraftaraf dalam batas tertentu.
4) Dalam frasa dake ni, dake de ate, dan dake no koto wa aru,
menunjukkan sebab atau persyaratan hasil dari perbuatan atau
pernyataan tertentu (jika hasilnya memenuhi harapan, tidak memenuhi
harapan, atau terjadi dengan sendirinya).
a) Bila hasilnya memenuhi suatu harapan karena sebagai hasil usaha
yang berharga: “tidak sia-sia”,
b) Apabila hasilnya tidak memenuhi harapan dan oleh karena itu
mengecilkan hati: “ternyata”.
20
c) Apabila hasilnya merupakan sebab yang sudah sepantasnya dari
suatu keadaan: “sudah sepantasnya”.
5) Partikel dake dalam bentuk dake ni menunjukkan arti sesuatu terlebihlebih karena sesuai dengan keadaannya.
Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan bahwa fungsi partikel dake adalah sebagai berikut.
1) Partikel dake dapat dipakai untuk menyatakan adanya keterbatasan
jumlah benda, orang, dan sebagainya dan dapat menyatakan adanya
keterbatasan suatu aktifitas/keadaan.
今日
は
一
Kyou
wa
Sekarang TOP
時間
ichi jikan
satu jam
だけ
dake
hanya
テレビ を
terebi o
televisi AKU
見ました。
mimashita.
melihat (lampau)
‘Hari ini saya menonton televisi hanya satu jam’(Chino, 1996:72)
2) Partikel dake dapat ditambah kata denaku atau dewanaku. Kata denaku
atau dake dewanaku ini biasanya diapit oleh kata/ungkapan yang setara.
Partikel ini berfungsi untuk menyatakan tidak adanya keterbatasan
jumlah suatu benda, orang, atau suatu aktifitas/keadaan.
日本語
だけでなく, 英語
も
上手
Nihon-go
dake-denaku, ei-go
mo
jōzu
Jepang-bahasa hanya-tidak, inggris-bahasa juga pintar
です。
desu.
KOP
‘tidak hanya bahasa Jepang, bahasa Inggris pun pintar’ (Sudjianto,
1999:13)
21
3) Partikel dake dapat dipakai untuk menyatakan derajat, ukuran,
tingkatan, atau taraf-taraf dalam batas tertentu.
できる だけ 早く
Dekiru
Bisa
いきます。
dake hayaku
hanya cepat
ikimasu.
pergi
‘saya akan pergi secepat mungkin’ (Chino, 1996: 72)
4) Dalam frasa dake ni, dake de ate, dan dake no koto wa aru,
menunjukkan sebab atau persyaratan hasil dari perbuatan atau
pernyataan tertentu (jika hasilnya memenuhi harapan, tidak memenuhi
harapan, atau terjadi dengan sendirinya).
a) Bila hasilnya memenuhi suatu harapan karena sebagai hasil usaha
yang berharga: “tidak sia-sia”,
あの 大学
Ano
Itu
に
合格できた
から、 勉強
daigaku
ni
gokaku- dekita
kara,
benkyō
universitas pada lulus-bentuk lampau karena, belajar
した
だけ
Shita
melakukan-bentuk lampau
の
こと は
dake no
koto wa
hanya GEN hal TOP
あった。
atta.
ada-bentuk lampau.
‘saya lulus ujian universitas, berkat belajar dengan susah payah’
(Chino, 1996: 720)
b) Apabila hasilnya tidak memenuhi harapan dan oleh karena itu
mengecilkan hati: “ternyata”.
一生懸命に
ni
勉強 した
benkyō
shita
だけ に、Isshoukenmeidake ni,
22
Sungguh-sungguh-dengan belajar
不合格
の 通知
melakukan(lampau) karena,
を
受け取った
fu-gokaku no tsuchi
o
tidak-lulusGEN pemberitahuan AKU
とき、 山本さん
toki,
saat,
は 非常に
uketotta
menerima-bentuk lampau
がっかりした。
Yamamoto san wa hijo-ni
gakkari-shita.
nama-SP
TOP sangat-Adv kecewa-bentuk lampau
‘karena telah belajar keras, Yamamoto sangat kecewa tatkala
menerima pemberitahuan tidak lulus’ (Chino, 1996: 73)
c) Apabila hasilnya merupakan sebab yang sudah sepantasnya dari
suatu keadaan: “sudah sepantasnya”.
砂糖さん
は
英国
Sato san
wa
Nama orang TOP
の
大学
で
Ei-koku
no
dai-gaku
de
Inggris-Negara GEN besar-sekolah di
勉強 した
だけ
benkyō-shita
belajar-bentuk lampau
dake
hanya
あって、 英語
ate,
ada,
が
eigo
ga
Inggris-bahasa NOM
うまい です ね。
Umai
Baik
desu ne.
KOP SHU.
‘sudah sepantasnya bahasa Inggris Sato cukup bagus karena ia
kuliah di Inggris’ (Chino, 1996: 73)
5) Partikel dake dalam bentuk dake ni menunjukkan arti sesuatu terlebihlebih karena sesuai dengan keadaannya.
私
の
祖父 は
年
を
とっている
Watakushi no
Saya
GEN
sofu wa toshi o
totte iru
kakek TOP usia AKU mengambil-bentuk sedang
だけに、 病気
が
dake-ni,
byōki
治り
ga
naori
にくい
です。
nikui
desu.
23
karena,
sakit
NOM sembuh sulit
KOP
‘karena kakek saya sudah berusia lanjut, penyakitnya susah
sembuh’ (Chandra, 2009: 124)
2. Menurut (Chino, 1996; Sudjianto, 1999; Chandra, 2009 ), fungsi partikel
shika yaitu sebagai berikut.
1) Setelah nomina, shika menunjukkan bahwa tidak ada yang lain
kecuali jumlah tertentu dengan menyebutkan jumlah terkecil atau
ketidakpuasan: “hanya, hanya satu-satunya, kecuali, kecuali hanya”.
2) Setelah verba, shika menunjukkan batas suatu perbuatan yang
ditetapkan oleh verba: “mau tidak mau”.
Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1986) menambahkan fungsi fukujoshi
shika adalah sebagai berikut.
1) Menyatakan suatu kegiatan yang dilakukan terbatas oleh satu subjek.
2) Menunjukkan batasan arah, objek, waktu, dan lokasi.
3) Menunjukkan batasan lokasi, cara, resiprokal, titik awal, titik akhir.
4) Menunjukkan batasan penjumlahan.
Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan, maka dapat
disimpulkan bahwa fungsi partikel shika adalah sebagai berikut.
1) Setelah nomina, shika menunjukkan bahwa tidak ada yang lain kecuali
jumlah
tertentu
dengan
menyebutkan
jumlah
terkecil
atau
ketidakpuasan: “hanya, hanya satu-satunya, kecuali, kecuali hanya”.
あの 店
に は、 この 雑誌
しか
ありません でした。
Ano mise ni wa, kono zasshi
shika
itu toko di TOP, ini majalah hanya
arimasen
deshita.
ada-negatif KOP
24
‘Hanya majalah ini satu-satunya yang ada di toko’ (Chino1996: 75)
2) Setelah verba, shika menunjukkan batas suatu perbuatan yang
ditetapkan oleh verba: “mau tidak mau”.
この レポート は、 明日
Kono repoto
Itu
laporan
今日中
に
まで
だから、
wa, ashita made dakara,
TOP, besok sampai KOP-karena,
終わらせる
しかない。
kyo- juu ni
owaraseru
seharian dalam selesai-bentuk kausatif
shika- nai.
hanya-bentuk negatif.
‘Karena laporan ini untuk besok, mau tidak mau saya harus
menyelesaikannya hari ini juga’ (Chino, 1996: 75).
3) Menyatakan suatu kegiatan yang dilakukan terbatas oleh satu subjek.
戸田さん
しか たばこ を
すいません。
Toda san
shika tabako o
suimasen.
Nama-SP
hanya rokok AKU
mengisap-bntuk negatif.
‘hanya saudara Toda saja yang merokok’ ( Makino, 1986:398)
4) Menunjukkan batasan arah, objek, waktu, dan lokasi.
 Menunjukkan arah
東京
「に/へ」 しか
行きません。
Tokyo ( ni / e ) shika ikimasen.
Tempat ( ke / ke ) hanya pergi-bentuk negatif.
‘hanya pergi ke Tokyo’. (Makino, 1986:399)
 Menunjukkan objek
先生 「に」 しか
いません.
Sensei ( ni ) shika imasen.
Guru
DAT hanya ada-bentuk negatif
‘hanya ada guru’. (Makino, 1986 :399)
 Menunjukkan waktu
25
私
は 日曜日
「に」 しか
こられません。
Watashi wa nichiyōbi
( ni ) shika koraremasen.
Saya
TOP minggu-hari (DAT) hanya datang-bentuk negatif.
Saya hanya bisa datang hari minggu’ (Makino, 1986: 399)
 Menunjukkan lokasi
東京
「に」 しか
ありません。
Tokyo ( ni ) shika arimasen.
Tempat (DAT) hanya ada-bentuk negatif.
‘Hanya ada di Tokyo’. ( Makino, 1986: 400)
5) Menunjukkan batasan lokasi, cara, resiprokal, titik awal, titik akhir.
 Menunjukkan batasan cara
車
で
しか
行きません。
Kuruma
Mobil
de
dengan
shika ikimasen
hanya pergi-bentuk negatif
‘hanya bisa pergi dengan mobil’(Makino, 1986: 400)
 Menunjukkan batasan resiprokal
私
は
山田さん
Watashi wa Yamada san
Saya
TOP Nama-SP
と
しか
話
を
to
shika hanashi o
P.Kom hanya bicara AKU
しない。
shinai.
melakukan-bntk negatif
‘Saya hanya bicara dengan Yamada’. (Makino, 1986 :400)
 Menunjukkan batasan titik awal
東京
から 東京
タワー しか
みられません。
26
Tokyo kara tokyo tawaa shika miraremasen
Tempat dari Tempat tower hanya terlihat-bentuk negtif
‘tokyo tower hanya terlihat dari Tokyo’ (Makino, 1986: 400)
 Menunjukkan batasan titik akhir
あの 店
は
五時
まで
しか 開きません。
Ano mise wa go ji
made
shika akimasen
Itu toko TOP jam-lima sampai hanya buka-bentuk negatif
‘toko itu hanya buka sampai jam lima’. (Makino, 1986: 400)
6) Menunjukkan batasan penjumlahan.
お酒
は
少し
しか 飲みません。
Osake
wa sukoshi shika nomimasen.
Minuman TOP sedikit hanya minum-bentuk negatif.
‘hanya minum sedikit sake’. (Makino, 1986:400)
Teori ke tiga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori makna
gramatikal menurut Sutedi (2003: 107). Menurut Sutedi, makna gramatikal dalam
bahasa Jepang disebut ‘bunpouteki-imi’ yaitu bahasa yang muncul akibat proses
gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, partikel (joshi) dan kopula (jodoushi) tidak
memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal karena maknanya
akan jelas jika digunakan dalam kalimat.
Seiichi Makino dan Michio Tsutsui (1989) berpendapat mengenai
perbedaan dake dan shika sebagai berikut.
Dake expresses a similar idea. however, dake and shika differ in the
following ways:
27
A. Shika occurs only with negative predicates: dake, however, can occur with
affirmative predicates.
B. The verb kakaru 'it takes (time)' can be used with shika, but not with dake.
Dake menyatakan gagasan yang sama. Akan tetapi, dake dan shika berbeda
dalam hal berikut ini:
A. Shika hanya berlaku untuk predikat yang negatif, sedangkan dake berlaku
untuk predikat yang positif.
B. Kata kerja kakaru dapat digunakan dengan shika tetapi tidak dengan dake.
Download