1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui pengamatan kasat mata terhadap segala sesuatu yang berada di sekitar kita, maka kita akan menemukan bahwa bumi tempat kita hidup atau alam semesta ini ternyata penuh dengan fenomena-fenomena yang menakjubkan, penuh dengan keragaman yang memukau, yang kesemuanya itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kepada kita tentang mengapa dan bagaimana semua itu dapat terjadi. Menurut Depdiknas (2004) menyebutkan bahwa “IPA atau Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah”. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan suatu ilmu yang menawarkan cara-cara yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, IPA pun menawarkan cara untuk dapat memahami kejadian, fenomena dan keragaman yang terdapat di alam semesta, dan yang paling penting adalah IPA juga memberikan pemahaman bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut. IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam semesta. Webster’s New lollegiate Dictionary (Yuliariatiningsih, S.M dan Irianto, M.D, 2008:2) menyatakan bahwa : 2 “natural sciene knowledge concerned with the physical world and its phenomena, yang artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.” Dengan kata lain ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas, yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang siskonstruktivisme, serta dijelaskan dengtan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa. IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad. IPA sebagai produk terdapat dalam bentuk fakta-fakta, data-data, konsep-konsep, prinsipprinsip, dan teori-teori. IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta, konsep, prinsip, atau teori semata. IPA tidak hanya merupakan kumpulankumpulan pengetahuan tentang benda-benda atau makhluk-mahluk tetapi IPA juga merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah. Mata pelajaran IPA di sekolah dasar (SD) menurut (Yulianti, S,M dan Irianto, M,D, (2008:27) bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA di SD menuntut proses pembelajaran yang tidak terlalu akademis dan verbalistik. Pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah proses yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar. 3 Siswa sebagai subyek belajar akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan hasil belajar dalam bentuk yang mereka ketahui dan yang dapat mereka lakukan. Kaitannya dengan belajar IPA di sekolah dasar, salah satu prinsip yang paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak boleh hanya sematamata memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun pengetahuannya di dalam benaknya sendiri. Guru berperan dalam membantu proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi siswa untuk belajar. Dalam memahami konsep dalam pembelajaran IPA diperlukan adanya suatu pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk berperan aktif membangun konsepnya sendiri. Berkaitan dengan pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa, maka pembelajaran konstruktivisme cocok untuk diterapkan. Salah satu pertimbangannya, dalam pandangan konstruktivisme setiap orang yang belajar sesungguhnya membangun pengetahuannya sendiri. Jadi siswanya aktif dan dapat terus meningkatkan diri dalam kondisi tertentu. Strategi dan proses pembelajaran yang baik ditunjang pula dengan alat pembantu pembelajaran konkrit yang dapat membantu siswa untuk memahami dan menggali sendiri pengetahuannya. Ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Jean Piaget (Windayana, H., et al., 2007: 16) bahwa “perkembangan anak usia SD 4 (7-12 tahun) berada pada tahap operasional konkrit, dengan demikian tahap berpikir anak harus dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat konkrit atau nyata.” Hal-hal yang konkrit tersebut dalam pembelajaran IPA dapat diambil dari lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Akan tetapi, hal tersebut tidak diaplikasikan dengan optimal dalam melakukan proses belajar mengajar, sehingga mengakibatkan siswa tidak termotivasi untuk mengeksplorasi pengetahuannya sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Hasil belajar dapat dievaluasi setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Dengan berpedoman pada hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas IV SDN Cibatu II kecamatan Cibatu kabupaten Garut tahun pelajaran 2010/2011 dalam topik perpindahan panas terlihat bahwa hasil belajar siswa masih jauh dari yang diharapkan. Dari jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan, yang mengikuti tes evaluasi mata pelajaran IPA hanya 21 siswa atau 45,6% yang dapat mencapai nilai di atas nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau 25 siswa atau 54,4% yang belum mencapai nilai KKM yaitu 63. Ini disebabkan penggunaan strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan siswa, serta siswa hanya dijadikan sebagai obyek pembelajaran tanpa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut penulis merencanakan untuk melakukan suatu penelitian sebagai jalan untuk memperbaiki pembelajaran dengan melakukan penelitian dengan judul “Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Topik Perpindahan Panas untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas IV Sekolah Dasar”. 5 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah “sejauh mana penggunaan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Cibatu II pada topik perpindahan panas”. Masalah umum tersebut dapat diperinci menjadi beberapa pertanyaan yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Cibatu II dalam topik perpindahan panas dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme? 2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV SDN Cibatu II pada pembelajaran IPA dalam topik perpindahan panas dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Cibatu II pada pembelajaran perpindahan panas. Tujuan umum tersebut dapat diperinci menjadi beberapa tujuan khusus yaitu sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Cibatu II dalam topik perpindahan panas melalui pendekatan konstruktivisme. 2. Menganalisis hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dalam topik perpindahan panas dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. 6 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut. 1. Bagi Guru SD, sebagai bahan untuk memperluas wawasan mengenai pendekatan konstruktivisme dan sebagai masukan atau informasi jika ternyata pendekatan konstruktivisme dapat berpengaruh positif terhadap pemahaman siswa dalam topik perpindahan panas. 2. Bagi Siswa SD, penggunaan pendekatan konstruktivisme ini diharapkan akan meningkatkan aktivitas belajar siswa dan pemahaman konseptual pada suatu materi karena pembelajaran konstruktivisme memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri untuk menguasai dan memahami suatu konsep. Pembelajaran akan lebih menarik sehingga akan terbentuk sikap belajar yang positif, kreatif, efektif dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan yang pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan hasil belajar IPA. 3. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA topik perpindahan panas. 4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan informasi untuk mengkaji lebih dalam tentang pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA topik perpindahan panas di kelas IV SD. E. Definisi Operasional Untuk memahami penelitian yang akan dibahas, maka peneliti akan membahas definisi yang berhubungan dengan pendekatan konstruktivisme dalam 7 pembelajaran pada pembelajaran IPA dalam topik perpindahan panas yaitu mengenai definisi pendekatan konstruktivisme, dan hasil belajar. 1. Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan konstruktivisme adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Tahapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme adalah tahap apersepsi, tahap eksplorasi, tahap diskusi dan penjelasan konsep, dan tahap pengembangan dan aplikasi siswa. Pendekatan ini di ukur secara tidak langsung melalui pelaksanaan pembelajaran diobservasi dengan melakukan lembar observasi keterlaksanaannya. 2. Hasil Belajar Mengukur kemampuan siswa setelah melakukan proses belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada penelitian ini hasil belajar siswa diukur dari ranah kognitif yang dibatasi C1, C2 dan C3. Pada kemampuan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan di ukur melalui tes F. Hipotesis Tindakan Penerapan pendekatan konstruktivisme pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Cibatu II dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam topik perpindahan panas. G. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan 8 yang tepat, dan dilaksasnakan secara kolaboratif, antara peneliti dan subyek yang diteliti. Tujuan utama penelitian ini dilaksanakan adalah adanya pemikiran perubahan, perbaikan dan peningkatan di kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, oservasi dan refleksi. Model penelitian yang digunakan adalah model spiral (Kemmis & Mc. Taggart, dalam Wiriatmadja, 2005).