TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kakao merupakan satu

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Kakao merupakan satu-satunya diantara 20 jenis marga Theobroma, suku
Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Adapun sistematika tanaman
kakao menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2010) adalah sebagai
berikut; kingdom : plantae; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae;
kelas: dycotyledoneae ; ordo : dialypetalae; famili : malvales; genus : theobroma;
spesies : Theobroma cacao L.
Akar kakao adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar
kakao bisa sampai 8 meter kearah samping dan 15 meter ke arah bawah.
Perkembangan akar sangat dipengaruhi struktur tanah, air tanah, dan aerasi di
dalam tanah. Pada tanah yang drainasenya buruk dan permukaan air tanahnya
tinggi, akar tunggang tidak dapat tumbuh lebih dari 45 cm. Hal yang sama juga
akan terjadi bila permukaan air tanah terlalu dalam (Siregar dkk, 2010).
Batang kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam tunas,
yaitu tunas ortotrop (chupon) dan tunas plagiotrop (fan). Anatomi kedua macam
tunas tersebut pada dasarnya adalah sama. Xilem primer batang terkumpul pada
bagian tepi empulur dan berdampingan dengan xilem sekunder yang tumbuh
setelahnya. Tanaman kakao yang berasal dari biji, setelah berumur sekitar 1 tahun
dan memiliki tinggi 0,9-1,5 m, petumbuhan vertikalnya akan berhenti kemudian
akan membentuk perempatan (jorket) (Wahyudi dkk, 2009).
Daun cokelat terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Panjang daun
berkisar 25 – 34 cm dan lebarnya 9 – 12 cm. Daun yang tumbuh pada
ujung – ujung tunas biasanya berwarna merah dan disebut daun flus,
Universitas Sumatera Utara
permukaannya sutera. Setelah dewasa, warna daun akan berubah menjadi hijau
dan permukaannya kasar. Pada umumnya daun – daun yang terlindung lebih tua
warnanya bila dibandingkan dengan daun yang langsung terkena sinar matahari
(Siregar dkk, 2010).
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang
dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut
semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan
bunga (cushion). Bunga kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan. Warna
yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas
untuk setiap kultifar (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2010).
Permukaan kulit buah ada yang halus dan ada yang kasar, tetapi pada
dasarnya kulit buah beralur 10 yang letaknya berselang-seling. Buah kakao akan
masak setelah berumur 5-6 bulan, tergantung pada elevasi tempat penanaman.
Pada saat buah masak, ukuran buah yang terbentuk cukup beragam dengan ukuran
berkisar 10-30 cm, diameter 7-15 cm, tetapi tergantung pada kultivar dan
faktor-faktor
lingkungan
selama
proses
perkembangan
buah
(Wahyudi dkk, 2009).
Biji kakao dilindungi oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih.
Ketebalan daging buah bervariasi, ada yang tebal dan ada yang tipis. Rasa buah
kakao cenderung asam-manis dan mengandung zat penghambat perkecambahan.
Disebelah dalam daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus dua
kotiledon dan embrio axis. Biji kakao bersifat rekalsitran dan tidak memiliki masa
dorman. Walaupun daging buah mengandung zat penghambat perkecambahan,
Universitas Sumatera Utara
terkadang biji bisa berkecambah, yakni pada buah yang terlambat dipanen daging
buahnya telah mengering (Wahyudi dkk, 2009).
Syarat Tumbuh
Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang cukup berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan keberhasilan budidaya tanaman, termasuk budidaya
kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh pada garis lintang 10o LS-10o LU dan pada
ketinggian 0-600 m dpl (Wahyudi dkk, 2009).
Areal penanaman cokelat yang ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan
1.100-3.000 mm per tahun. Temperatur yang ideal bagi pertumbuhan cokelat
adalah 30oC - 32oC (maksimum) dan 18oC-21oC (minimum) (Siregar dkk, 2010).
Tanaman kakao menghendaki lingkungan yang kelembapannya tinggi
dan konstan, yakni diatas 80 %. Kelembapan tinggi dapat mengimbangi proses
evapotranspirasi tanaman dan mengompensasi curah hujan yang rendah.
Tanaman kakao tergolong jenis tanaman yang rentan terhadap dorongan angin
kencang. Angin dapat merusak daun, terutama daun-daun yang muda
(Wahyudi dkk, 2009).
Pertumbuhan dan produksi kakao banyak ditentukan oleh ketersediaan air
sehingga kakao dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di tempat yang jumlah
curah hujannya relatif sedikit tetapi merata sepanjang tahun.Areal penanaman
cokelat yang ideal adalah daerah – daerah bercurah hujan 1.100 – 3.000 mm per
tahun (Siregar dkk, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Tanah
Tanaman cokelat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai tingkat
keasaman 6-7.5. Kadar bahan organik yang tinggi akan meningkatkan
laju
pertumbuhan
pada
masa
tanaman
sebelum
menghasilkan
(Suwarto dan Octavianty, 2010).
Tanah yang cocok untuk tanaman kakao adalah yang bertekstur geluh
lempung (clay loam) yang merupakan perpaduan antara 50% pasir, 10-20% debu,
dan 30-40% lempung berpasir. Tekstur tanah ini dianggap memiliki kemampuan
menahan
air
yang
tinggi
dan
memiliki
sirkulasi
udara
yang
baik
(Wahyudi dkk, 2009).
Tekstur tanah yang baik untuk tanman cokelat adalah lempung liat
berpasir dengan komposisi 30 – 40% fraksi liat, 50% pasir dan 10 – 20% debu.
Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi
tanah, Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan
gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah
tipe latosol yang memiliki fraksi liat yang tingginya ternyata sangat kurang
menguntungkan tanman cokelat, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung
berliat walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman cokelat
(Siregar dkk, 2010).
Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu
di atas 3%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah,
biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara, dan daya simpan lengas
tanah. Tingginya kemampuan absorbsi menandakan bahwa daya pegang tanah
Universitas Sumatera Utara
terhadap unsur – unsur hara cukup tinggi dan selanjutnya emlepaskannya untuk
diserap akar tanaman (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Vermikompos
Vermikompos merupakan pupuk organik dengan teknologi pola siklus
kehidupan cacing tanah. Vermikompos mengandung nutrisi yang dibutuhkan
tanaman. Jumlah vermikompos pada media tanaman akan mempercepat
pertumbuhan, meningkatkan tinggi dan berat tumbuhan. Jumlah optimal
vermikompos yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil positif hanya 10-20%
dari volume media tanam (Musnawar, 2006).
Vermikompos memiliki tekstur yang didominasi pasir (diameter butiran
0,05-2 mm), sehingga vermikompos bersifat remah. Vermikompos juga
mempunyai kemampuan menahan air yang besar, yakni sekitar 1,45 – 1,68 kali
berat
verminya.
Dengan
demikian
vermikompos
dapat
meningkatkan
penyimpanan air dalam tanah sehingga sangat penting untuk tanah berpasir agar
tidak cepat mengalami kekeringan (Mulat, 2003).
Vermikompos
mempunyai
struktur
remah,
sehingga
dapat
mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Vermikompos mengandung enzim
protase, amylase, lipase dan selulose yang berfungsi dalam perombakan bahan
organik. Disamping itu, vermikompos dapat memperbaiki kimia tanah seperti
meningkatkan kemampuan untuk menyerap kation sebagai sumber hara makro
dan mikro, meningkatkan pH pada tanah asam dan sebagainya (Nahampun, 2009).
Adapun kandungan unsur hara pupuk vermikompos adalah N (1,99%), P
(3,92%), K (0,69%), S (0,92%), Cu (0,045%) dan Fe (0,081%) serta mengandung
zat tumbuh (auksin) yang mampu merangsang pertumbuhan akar dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kondisi seperti ini maka pupuk vermikompos sangat baik diaplikasikan
pada tanaman pangan maupun perkebunan (Aribawa dan Kariada, 2002). Dimana
fungsi nitrogen yang selengkapnya bagi tanaman adalah untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman, dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman
lebar dengan warna yang lebih hijau, meningkatkan kadar protein dalam tubuh
tanaman,
meningkatkan
meningkatkan
kualitas
tanaman
berkembangbiaknya
penghasil
mikroorganisme
daun-daunan
di
dalam
dan
tanah
(Sutedjo, 2002).
Vermikompos memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
1.
Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman
seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Bo, dan Mo tergantung
pada bahan yang digunakan. Vermikompos merupakan sumber nutrisi bagi
mikroba tanah. Dengan adanya nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan
organik akan terus berkembang dan menguraikan bahan organik dengan lebih
cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan kesuburan tanah,
vermikompos juga dapat membantu proses penghancuran limbah organik.
2.
Vermikompos membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki
struktur tanah dan menetralkan pH tanah.
3.
Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini
karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang mampu
menyerap
dan
menyimpan
air,
sehingga
mampu
mempertahankan
kelembapan.
Universitas Sumatera Utara
4.
Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing
tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut.
Yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya
(Fransisca,2009).
Hubungan Air dengan Tanaman
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat esensial bagi
sistem produksi pertanian. Air bagi pertanian tidak hanya berkaitan dengan aspek
produksi, melainkan juga sangat menentukan potensi perluasan areal tanam
(ekstensifikasi), luas area tanam, intensitas pertanaman (IP), serta kualitas
tanaman (Kurnia, 2004).
Berbagai fungi air bagi tanaman menunjukkan pentingnya air bagi
tanaman, yakni :
1.
Air merupakan bagian esensial bagi protoplasma dan membentuk 80-90%
bobot segar jaringan tumbuh aktif.
2.
Air adalah pelarut, di dalamnya terdapat gas-gas, garam-garam dan zat-zat
terlarut lainnya, yang bergerak keluar masuk sel, yang berperan dalam
proses transpirasi.
3.
Air adalah pereaksi dalam fotosintesis dan pada berbagai proses hidrolisis.
4.
Air adalah esensil untuk menjaga turgiditas diantaranya dalam pembesaran
sel, pembukaan stomata, dan menyangga bentuk (morfologi) daun, daun
muda, atau struktur lainnya yang berlignin.
(Sumani, 2010).
Kapasitas penyimpanan air (KPA) adalah jumlah air maksimum yang
dapat disimpan oleh suatu tanah. Keadaan ini dapat dicapai jika kita memberi air
Universitas Sumatera Utara
pada tanah sampai terjadi kelebihan air, setelah itu kelebihan airnya dibuang. Jika
pada keadaan ini semua rongga pori terisi air. Karena itu kandungan air volume
maksimum menggambarkan porositas total tanah. Setelah pori terisi air (tercapai
kapasitas penyimpanan air maksimum), pemberian air kita hentikan. Pada
keadaan ini tanah dalam keadaan kapasitas lapang (Islami dan Utomo, 1995).
Air yang tersedia dalam tanah adalah selisih antara air yang terdapat pada
kapasitas lapang dan titik layu permanen. Di atas kapasitas lapang air akan
meresap ke bawah atau menggenang sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman. Di bawah titik layu permanen tanaman tidak mampu lagi menyerap air
karena daya adhesi air dengan butir tanah terlalu kuat dibandingkan denggan daya
serap tanaman. Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh kekurangan
suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun
dalam kondisi laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman.
Serapan air oleh akar tanaman dipengaruhi oleh laju transpirasi, sistem perakaran,
dan ketersediaan air tanah (Lakitan, 1996).
Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefenisikan sebagai jumlah air yang
dibutuhkan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ETtanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan
kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan
kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan
tumbuh tertentu (Haryati, 2003).
Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media
tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut.
Di lapangan, walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat
Universitas Sumatera Utara
mengalami cekaman kekeringan (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan
absorbsi
tidak
cukup
mengimbangi
kehilangan
air
melalui
transpirasi
(Haryati, 2003).
Kapasitas menahan air yang tinggi pada tanah sangat diperlukan agar
dapat menyimpan air yang tersedia dalam jumlah yang cukup guna mengimbangi
evapotranspirasi pada musim kemarau (Mangoensoekarjo, 2007).
Untuk mengetahui kebutuhan air yang dapat dipenuhi oleh ketersediaan air
yang ada, maka perlu adanya pengetahuan apakah suatu tanaman/lahan kelebihan
air (surplus) atau kekurangan air (defisit). Langkah ini ditempuh agar efisiensi
penggunaan air bagi tanaman dapat tepat dilakukan. Dengan demikian, efisiensi
penggunaan air adalah adanya penggunaan air yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Di samping itu, kebutuhan air tanaman juga dipengaruhi berbagai faktor
yang mendukung efisiensi penggunaan air yaitu jenis dan umur tanaman, waktu
atau periode pertanaman, sifat-sifat fisik tanah, teknik pemberian air, jarak sumber
air, dan luas areal pertanaman. Efisiensi penggunaan air (water use efficiency)
merupakan perbandingan jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu
satuan berat bahan kering (Hikmah dkk, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Download